Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN KASUS

ABSES SUBMUKOSA

Diajukan sebagai salah satu persyaratan dalam menempuh

Program Pendidikan Profesi Dokter (PPPD)

Bagian Ilmu Kesehatan Gigi dan Mulut RS Islam Sultan Agung Semarang

Oleh :

Febrita Putri Perdani

01.208.5656

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG

SEMARANG

2012

1
HALAMAN PENGESAHAN

Nama / NIM : Febrita Putri Perdani

Universitas : Universitas Islam Sultan Agung

Fakultas : Kedokteran Umum

Diajukan : 27 September 2012

Periode Kepaniteraan : 17 September 2012 s.d. 29 September 2012

Bagian : Ilmu Penyakit Gigi dan Mulut

Poli : Puskesmas Pandanaran Semarang

Pembimbing : drg. Rusdima Udi Sp. BM

Telah diperiksa dan disetujui tanggal :

Mengetahui,

Pembimbing

drg. Rusdima Udi, Sp. BM

2
BAB I

TINJAUAN PUSTAKA

1. DEFINISI
Kumpulan pus di dalam rongga patologis akibat dari aktivitas bakteri piogenik yang
bersifat patogen yang terletak tepat di bawah mukosa.
2. ETIOLOGI
Infeksi odontogen sebagai fokal infeksi
 Gigi non vital (kematian gigi)  periodontitis (infeksi periapikal, gangren
radix / gangren pulpa)
 Gigi vital (masih pulpitis)  mengalami pericoronitis (infeksi pericorona
karena erupsio dificilis)
3. PATOFISIOLOGI
 Infeksi periapikal gigi nonvital
 Perikoronitis (biasanya M3) oleh karena gigi yang erupsi
o Dimulai dari sekitar apeks
o Menyebar ke tulang rahang sekitar
o Kemudian menembus korteks dan menyebar ke jaringan sekitar

Cara penyebaran : perkontinuitatum (dari apex langsung ke jaringan sekitar),


limfogen, hematogen

4. PATOGENESIS

5. PENEGAKAN DIAGNOSIS
Anamnesis :
 Bengkak pada mukosa intraoral
 Bengkak berlangsung selama 3-4 hari
 Sakit
 Panas
Pemeriksaan Objektif
1. Pemeriksaan ekstraoral
Inspeksi : abses tumor lunak kemerah-merahan
asimetri muka
terdapat tanda radang (rubor, calor, dolor, tumor, fungsiolesa)

3
fluktuasi (-)
tepi rahang teraba
Palpasi : lunak, panas, dan sakit
2. Pemeriksaan intraoral
Inspeksi : pembengkakan pada mukosa buccal fold terangkat
Palpasi : buccal fold terangkat dan terasa ada fluktuasi
sakit
Perkusi : sakit
6. PENATALAKSANAAN
 Terapi kausatif : ekstraksi gigi penyebab, antibiotik
 Terapi simtomatis : analgesik, antipiretik, antiinflamasi
 Terapi suportif : asupan zat gizi (Karbohidrat, Lemak, Protein, Mineral,
Vitamin), keadaan umum memburuk atau ada trismus diberikan infus NaCl /
RL
 Terapi bedah : insisi dan drainase
 Terapi rehabilitatif :
o Fisik (dilakukan oleh fisioterapis) memulihkan ADL
o Psikis (dilakukan oleh psikiater, psikolog) membantu meningkatkan
mental seseorang
 Terapi rohani : dilakukan oleh pemuka agama bagi yang gagal dalam
pengobatan, tidak sembuh, fase terminal

INSISI DAN DRAINASE


Abses merupakan suatu lesi yang sulit ditangani, karena kecenderungannya untuk meluas ke
banyak jaringan dan sulitnya agen-agen terapeutik masuk ke dalam abses melalui pembuluh
darah (Sabiston, 1994). Prinsip dasar perawatan kasus infeksi odontogen antara lain; (1)
mempertahankan dan meningkatkan faktor pertahanan tubuh penderita, (2) pemberian
antibiotik yang tepat dengan dosis yang memadai, (3) tindakan drainase secara bedah dari
infeksi yang ada, (4) menghilangkan secepat mungkin sumber infeksi dan (5) evaluasi
terhadap efek perawatan yang diberikan. Pada kasus-kasus infeksi fascial space, pada
prinsipnya sama dengan perawatan infeksi odontogen lainnya, tetapi tindakan yang dilakukan
harus lebih luas dan agresif (Soemartono, 2000; Mahmood & Mahmood, 2005).

4
Penatalaksanaan pada abses pada prinsipnya adalah insisi dan drainase. Insisi dan drainase
adalah perawatan yang terbaik pada abses (Topazian et al, 1994). Penatalaksanaan abses
apabila belum terjadi drainase spontan, maka dilakukan insisi dan drainase pada puncak
fluktuasi dan drainase dipertahankan dengan pemasangan drain (drain karet atau kasa),
pemberian antibiotik untuk mencegah penyebaran infeksi dan analgesik sebagai penghilang
sakit. Pencabutan dilakukan setelah gejala akutnya mereda. Apabila sudah terjadi drainase
spontan (sudah ada fistula) maka dapat langsung dilakukan pencabutan gigi penyebab.
Pencabutan gigi yang terlibat (menjadi penyebab abses) biasanya dilakukan sesudah
pembengkakan sembuh dan keadaan umum penderita membaik. Dalam keadaan abses yang
akut tidak boleh dilakukan pencabutan gigi karena manipulasi ekstraksi yang dilakukan dapat
menyebarkan radang sehingga mungkin terjadi osteomyelitis (Karasutisna, 2001; Lopez-Piriz
et al., 2007). Menurut Peterson (2003), tahapan prosedur insisi pada penatalaksanaan abses
adalah sebagai berikut :
1. Aplikasi larutan antiseptik sebelum insisi.

2. Anestesi dilakukan pada daerah sekitar drainase abses yang akan dilakukan dengan
anestesi infiltrasi.

3. Untuk mencegah penyebaran mikroba ke jaringan sekitarnya maka direncanakan insisi :

 Menghindari duktus (Wharton, Stensen) dan pembuluh darah besar.

 Drainase yang cukup, maka insisi dilakukan pada bagian superfisial pada titik terendah
akumulasi untuk menghindari sakit dan pengeluaran pus sesuai gravitasi.

 Jika memungkinkan insisi dilakukan pada daerah yang baik secara estetik, jika
memungkinkan dilakukan secara intraoral.

 Insisi dan drainase abses harus dilakukan pada saat yang tepat, saat fluktuasi positif.

5
4. Drainase abses diawali dengan hemostat dimasukkan ke dalam rongga abses dengan ujung
tertutup, lakukan eksplorasi kemudian dikeluarkan dengan ujung terbuka. Bersamaan dengan
eksplorasi, dilakukan pijatan lunak untuk mempermudah pengeluaran pus.

5. Penempatan drain karet di dalam rongga abses dan difiksasi dengan jahitan pada salah satu
tepi insisi untuk menjaga insisi menutup dan kasa tidak terlepas.

6. Peresepan antibiotik (perawatan pendukung); peresepan antibiotik penisilin atau


erythromycin serta obat analgesik (kombinasi narkotik/nonnarkotik). Dapat ditambah dengan
kumur larutan saline (1 sendok teh garam + 1 gelas air) yang dikumurkan setiap setelah
makan.

7. Pencabutan gigi penyebab secepatnya.

6
BAB II

LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS PENDERITA
Nama : Andhika Bagus Setiawan
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 16 tahun
Alamat : Pandean Lamper
Pekerjaan :-
Agama :-
Golongan darah :-
Poliklinik : Poli Gigi Puskesmas Pandanaran Semarang
No. CM : 00.04018.01
Tanggal diperiksa : 20 September 2012

II. PEMERIKSAAN SUBYEKTIF


Keluhan Utama : sakit pada gusi rahang bawah kiri
Anamnesa : dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 20 September 2012
a. Riwayat Penyakit Sekarang (RPS) : gusi sakit dan bengkak sudah tiga hari
yang lalu, sakit terutama saat makan, saat buka mulut dan kesulitan menelan.
b. Riwayat Penyakit Dahulu (RPD)
- Riwayat Alergi : Disangkal

7
- Riwayat DM : Disangkal
- Riwayat Hipertensi : Disangkal
- Riwayat Jantung : Disangkal
- Riwayat Gigi : sebelumnya ada gigi berlubang, sering
mengalami sakit pada gusi.
- Riwayat Pemakaian Obat : Disangkal
c. Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada keluarga yang pernah sakit seperti ini.
d. Riwayat Sosial Ekonomi
-
III. PEMERIKSAAN OBYEKTIF
1. Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
Keadaan gizi : Baik
Derajat sakit : sedang
Sianosis :-
Anemia :-
Ikterik :-

2. Status praesent
Tekanan Darah : 110/ 80mmHg
Nadi : 85 x/menit, isi dan tegangan cukup

3. Ekstra Oral
Asimetris muka : + (bengkak pada muka sebelah kiri)
Tanda radang : Tumor (+)
Calor (+)
Dolor (+)
Rubor (+)
Fungsiolesa (+)
Tepi rahang : teraba, fluktuasi (-),
trismus (+)
4. Intra Oral
a. Gigi : tidak ada kelainan
b. Ginggiva : tidak ada kelainan
c. Mukosa : muccobuccal fold sebelah rahang bawah kanan
terangkat
d. Lidah : tidak ada kelainan
e. Palatum : tidak ada kelainan

5. Status Lokalis
Nomenklatur WHO

8
1.7 1.6 1.5 1.4 1.3 1.2 1.1 2.1 2.2 2.3 2.4 2.5 2.6 2.7

4.7 4.6 4.5 4.4 4.3 4.2 4.1 3.1 3.2 3.3 3.4 3.5 3.6 3.7

Inspeksi : muccobuccal fold terangkat, pembengkakan intraoral, trismus


Sondase : tidak dilakukan
Perkusi : (+)
Tekanan : tidak dilakukan
Palpasi : buccal fold terangkat dan terasa ada fluktuasi
sakit

IV. ORAL HYGENE


Sedang

V. DIAGNOSA KELUHAN UTAMA


Abses submukosa

VI. DIAGNOSA PENYAKIT GIGI DAN MULUT LAINNYA


-

VII. DIFFERENTIAL DIAGNOSA


Abses submukosa
Abses buccal
Abses subginggiva

VIII. PEMERIKSAAN PENUNJANG


Foto Rontgen panoramic : belum dilakukan

IX. RENCANA TERAPI

Medikamentosa

R/ Amoxicilin tab 500 mg no. X


S 3.d.d. I
R/ Pamol tab no. X
S 3 d d. I
R/ Dexamethason tab no. X
S 3 d d. I

X. KOMPLIKASI
Osteomyelitis

XI. PROGNOSIS
Baik

9
XII. SUMMARY

Seorang laki-laki berumur 16 tahun datang dengan keluhan sakit pada gusi
rahang bawah kiri sudah tiga hari yang lalu sakit terutama saat makan, saat buka
mulut dan kesulitan menelan. Sebelumnya, pasien juga sering mengeluh seperti ini.

Saat pemeriksaan ekstra oral terdapat asimetris muka, tanda – tanda


peradangan, trismus. Pemeriksaan intraoral dari inspeksi terlihat mucobuccal fold
terangkat, pembengkakan intraoral, trismus. Saat palpasi mucobuccal fold terangkat
dan terasa ada fluktuasi serta sakit.

XIII. RUJUKAN
-

TINJAUAN PUSTAKA

Fragiskos, FD. 2007. Oral Surgery. New York : Springer Berlin Heidelberg .
Karasutisna, T. 2001. Infeksi Odontogenik. Edisi 1. Bandung. Bagian Bedah Mulut Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Padjajaran.
Lopez-Piriz, R. Aguilar, L. Gimenez, MJ. Management of Odontogenic Infection of Pulpal
and Periodontal Origin. Med Oral Patol Oral Cir Bucal. 12: E154-9.
Mahmood, MHS. & Mahmood, SSA. Odontogenic Neck Infections. The Journal of Teachers
Association. 18(1): 55-59.
Sabiston, DC. 1994. Buku Ajar Bedah. Volume 2. Jakarta : Penerbit EGC.
Soemartono, 2000 Infeksi Odontogen dan Penyebabnya. Surabaya: Pelatihan Spesialis
kedokteran Gigi Bidang bedah Mulut.
Peterson, LJ. 2003. Contemporaray Oral and Maxillofacial Surgery. Fouth Edition. St.
Louise: Mosby Ltd.

10
Topazian, RG. Goldberg, MH. Hupp, JR. 1994. Oral and Maxillofacial Infection:
Odontogenic Infections and Deep Fascial Space Infections of Dental Origin. 3rd
edition. Chapter 6. Philadelphia: WB Sounders Co.

Anonim. Ilmu Penyakit Gigi dan Mulut. 2007. BEM FK UNDIP

11

Anda mungkin juga menyukai