Anda di halaman 1dari 9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi dan Struktur Gigi

Gigi adalah bagian keras yang terdapat di dalam mulut. Gigi memiliki
struktur yang bervariasi yang memungkinkan untuk melakukan banyak tugas.
Fungsi utama dari gigi adalah merobek dan mengunyah makanan. Gigi yang
sehat tak cukup hanya rapi dan putih saj, tetapi harus didukung oleh gusi yang
kencang serta akar dan tulang yang sehat.

Gambar 1. Anatomi dan struktur gigi

Anatomi dasar gigi terdiri dari bagian mahkota dan akar. Bagian
mahkota terlihat di dalam rongga mulut, sedangkan bagian akar terbenam di
dalam tulang rahang dan gusi. Bagian terluar mahkota gigi adalah
email/enamel, suatu bagian yang sangat keras, dibawah enamel terdapat
dentin dengan kekerasan masih dibawah enamel, bagian ini jika terbuka akan
terasa linu. Bagian terdalam adalah pulpa suatu jaringan lunak yang berisi
pembuluh darah dan saraf.
2.2 Gangren Pulpa
2.2.1 Definisi
Gangren Pulpa adalah Kematian jaringan pulpa sebagian atau
seluruhnya sebagai kelanjutan proses karies. Gangren pulpa adalah kematian
dari pulpa yang diinfeksi oleh mikroorganisme (bakteri) peradangan pada
pulpa dinamakan pulpitis. Sebagian sistem pertahanan pulpa sudah tidak dapat
menahan rangsangan, sehingga jumlah selpulpa yang rusak semakin banyak
dan menempati sebagian besar ruang pulpa. Sel-sel pulpa yang rusak akan
mati dan menjadi antigen bagi tubuh sehingga menimbulkan respon alamiah
tubuh untuk menghilangkanya dan memicu inflamasi.
2.2.2 Etiologi
Etiologi dari gangren pulpa pada dasarnya dimulai oleh terjadinya
karies, sedangkan karies gigi disebabkan oleh 4 faktor/komponen yang saling
berinteraksi yaitu:
a. Komponen dari gigi dan air ludah (saliva) yang meliputi :
Komposisi gigi, morphologi gigi, posisi gigi, Ph Saliva, Kuantitas
saliva, kekentalan saliva.
b. Komponen mikroorganisme yang ada dalam mulut yang mampu
menghasilkan asam melalui peragian yaitu : Streptococcus,
Laktobasillus, staphilococus.
c. Komponen makanan, yang sangat berperan adalah makanan yang
mengandung karbohidrat misalnya sukrosa dan glukosa yang dapat
diragikan oleh bakteri tertentu dan membentuk asam.
d. Komponen waktu
2.2.3 Patofisiologi Gangren Pulpa
Gangrene pulpa dapat disebabkan oelh injuri yang membahayakan
seperti bakteri, trauma,dan iritasi kimiawi. Gangren pulpa sebagian besar oleh
karena kompilkasi dari pulpitis baik yang akut atau kronik yang tidak
ditatalaksana dengan baik dan adekuat.

Gangrene pulpa dapat terjadi akibat adanya infeksi bakteri pada


jaringan pulpa. Hal ini dapat terjadi akibat adanya kontak antara jaringan
pulpa dengan lingkungan oral. Sebagian besar gangrene pulpa disebabkan
oleh bakteri Streptococcus, Eubakterium, dan Actinomycosis.

Gangren pulpa adalah keadaan gigi dimana jaringan ppulpa sudah mati
sebagai sistem pertahanan pulpa sudah tidak dapat menahan rangsangan
sehingga jumlah sel pulpa yang rusak semakin banyak dan menempati
sebagian besar ruangan pulpa. Kelainan pulpa ini diawali oleh suatu karies.
Perjalanan gangrene pulpa dimulai dengan adanya karies yang mengenai
email (karies superficial) selanjuutnya proses berlanjut menjadi karies dentin
(karies media) yang disertai rasa ngilu spontan pada saat pulpa terangsang
oleh suhu dingin atau makanan yang asam, karies dentin kemudian berlanjut
menjadi karies pulpa (karies Profunda) dan didiagnosa sebagai pulpitis.
Terjadinya gangrene pulpa ditandai dengan perubahan warna gigi yang terlihat
berwarna kecoklatan atau keabu-abuan dan pada lubang perforasi tersebut
tercium bau busuk akibat dari pembususkan dari toksin kuman.
Bakteri + karbohidrat (sisa makanan) + kerentanan permukaan gigi + waktu

(saling tumpang tindih)

Karies Superficialis

Karies Media

Karies Profunda

Radang pada Pulpa (Pulpitis)

Pembusukan jaringan pulpa

Bau mulut

Gigi non vital (Gangren pulpa)


2.2.4 Klasifikasi Gangren Pulpa

a. Gangren Pulpa

Gangren pulpa merupakan suatu gangren yang terdapat pada pulpa gigi,
didahului oleh suatu peradangan pada pulpa yang merupakan kelanjutan dari
proses karies.

b. Gangren Radiks

Gangren radiks merupakan suatu gangrene yang terjadi pada radiks gigi

c. Gangren Pulpa + Periodontitis

Merupakan periodontitis yang disebabkan oleh gangrene pulpa, terjadi akibat


penyebaran infeksi yang berlangsung terus-menerus kedalam jaringan
periodontal.

2.2.5 Gambaran Klinis

Gejala yang didapat dari pulpa yang gagren terjadi tanpa keluhan sakit,
dalam keadaan demikian teradi perubaahan warna gigi, dimana gigi terlihat
berwarna kecoklatan atau keabu-abuan. Pada gangrene pulpa dapat disebut
juga gigi non vital dimana pada gigi tersebut tidak memberikan reaksi termal
tes dan pada lubang perforasi tercium bau busuk.

2.2.6 Diagnosis

Gejala yang didapat dari pulpa yang gangrene bisa terjadi tanpa
keluhan sakit, dalam keadaan demikian terjadi perubahan warna gigi, dimana
gigi terlihat berwarna kecoklatan atau keabu-abuan Pada gangrene pulpa dapat
disebut juga gigi non vital dimana pada gigi tersebut sudah tidak memberikan
reaksi pada cavity test (tes dengan panas atau dingin) dan pada lubang
perforasi tercium bau busuk, gigi tersebut baru akan memberikan rasa sakit
apabila penderita minum atau makan benda yang panas yang menyebabkan
pemuaian gas dalam rongga pulpa tersebut yang menekan ujung saraf akar
gigi sebelahnya yang masih vital.
Diagnosis ditegakkan dengan anamnesis dan pemeriksaan objektif
(extra oral dan intra oral). Berdasarkan pemeriksaan klinis, secara objektif
didapatkan :

1. Karies profunda (+)


2. Pemeriksaan sonde (-)
Dengan menggunakan sonde mulut, lalu ditusukkan beberapa kali kedalam
karies, hasilnya (-). Pasien tidak merasakan sakit.
3. Pemeriksaan perkusi (-)
Dengan menggunakan ujung sonde mulut yang bulat, diketuk-ketuk
kedalam gigi yang sakit, hasilnya (-).pasien tidak merasakan sakit.
4. Pemeriksaan penciuman
Dengan menggunakan pinset, ambil kapas lalu sentuhkan pada gigi yang
sakit kemudian cium kapasnya, hasilnya (+) akan tercium bau busuk dari
mulut.
5. Pemeriksaan foto rontgen
Terlihat suatu karies yang besar dan dalam, dan terlihat juga rongga pulpa
yang telah terbuka dan jaringan periodontium memperlihatkan penebalan.

2.2.7 Diagnosis Banding


Sondasi Palpasi Perkusi Klor Etil Diagnosis

+/- +/- + + Periodontitis

- - - + Karies email / Iritasi pulpa

+ +/- +/- + Karies dentin / Pulpitis reversibel

+ +/- +/- + Pulpitis ireversibel

- +/- +/- - Nekrosis pulpa


2.2.8 Penatalaksanaan

Tindakan yang dilakukan pada gangrene pulpa yaitu ekstraksi pada gigi
yang sakit, karena pada kondisi ini gigi akan menjadi non-vital (gigi mati)
sehingga akan menjadi sumber infeksi (fokal infeksi).

a. Penatalaksanaan Nekrosis Pulpa tanpa Pembengkakan

Walaupun gigi nekrosis tanpa pembengkakan tidak memberikan respons


terhadap stimuli, gigi tersebut mungkin masih mengandung jaringan
terinflamasi vital di saluran akar di daerah apeks dan memiliki jaringan
periradikuler terinflamasi yang menimbulkan nyeri (periodontitis akut). Oleh
karena itu, demi kenyamanan dan kerja sama pasien, anestesi lokal hendaknya
diberikan.

Setelah pemasangan isolator karet, debridemen yang sempurna merupakan


perawatan pilihan. Jika waktu tidak memungkinkan, dilakukan debridemen
parsial pada panjang kerja yang diperkirakan. Saluran akar tidak boleh
diperlebar tanpa mengetahui panjang kerja. Selama pembersihan saluran akar
dan pada penyelesaian prosedur ini dilakukan irigasi dengan larutan natrium
hipokhlorit, kemudian keringkan dengan poin kertas isap (paper point), jika
saluran akar yang cukup lebar, diisi dengan pasta kalsium hidroksida dan
ditambal sementara. Sejumlah klinisi menempatkan pelet kapas yang dibasahi
medikamen intrakanal di kamar pulpa sebelum penambalan sementara,
sebetulnya pemberian medikamen itu tidak bermanfaat.

b. Penatalaksanaan Nekrosis Pulpa dengan Pembengkakan Terlokalisasi

Gigi nekrosis dengan pembengkakan terlokalisasi atau abses alveolar akut


atau disebut juga abses periapikal / periradikuler akut adalah adanya suatu
pengumpulan pus yang terlokalisasi dalam tulang alveolar pada apeks akar gigi
setelah gigi nekrosis. Biasanya pembengkakan terjadi dengan cepat, pus akan
keluar dari saluran akar ketika kamar pulpa di buka.
Perawatan abses alveolar akut mula-mula dilakukan buka kamar pulpa
kemudian debridemen saluran akar yaitu pembersihan dan pembentukan
saluran akar secara sempurna bila waktu memungkinkan. Lakukan drainase
untuk meredakan tekanan dan nyeri serta membuang iritan yang sangat poten
yaitu pus. Pada gigi yang drainasenya mudah setelah pembukaan kamar pulpa,
instrumentasi harus dibatasi hanya di dalam sistem saluran akar. Pada pasien
dengan abses periapikal tetapi tidak dapat dilakukan drainase melalui saluran
akar, maka drainase dilakukan dengan menembus foramen apikal
menggunakan file kecil sampai no. 25.

Selama dan setelah pembersihan dan pembentukan saluran akar, lakukan


irigasi dengan natrium hipokhlorit sebanyak-banyaknya. Saluran akar
dikeringkan dengan poin kertas, kemudian diisi dengan pasta kalsium
hidroksida dan diberi pellet kapas lalu ditambal sementara.

Beberapa klinisi menyarankan, jika drainase melalui saluran akar tidak


dapat dihentikan, kavitas akses dapat dibiarkan terbuka untuk drainase lebih
lanjut, nasihatkan pasien berkumur dengan salin hangat selama tiga menit
setiap jam. Bila perlu beri resep analgetik dan antibiotik. Membiarkan gigi
terbuka untuk drainase, akan mengurangi kemungkinan rasa sakit dan
pembengkakan yang berlanjut.

c. Penatalaksanaan Nekrosis Pulpa dengan Pembengkakan Menyebar

Pada lesi-lesi ini pembengkakan terjadi dengan progresif dan menyebar


cepat ke jaringan. Kadang-kadang timbul tanda-tanda sistemik, yaitu suhu
pasien naik. Penatalaksanaan pertama yang paling penting adalah debridemen
yaitu pembuangan iritan, pembersihan dan pembentukan saluran akar. Foramen
apikalis dilebarkan sampai ukuran file no. 25 agar dapat meningkatkan aliran
aksudat.
Bila pembengkakan luas, lunak dan menunjukan fluktuasi, mungkin
diperlukan insisi malalui jaringan lunak pada tulang. Mukosa di atas daerah
yang terkena dikeringkan terlebih dahulu, kemudian jaringan disemprot dengan
anestetik lokal, misalnya khlor etil. Insisi intraoral dibuat melalui
pembengkakan lunak yang mengalami fluktuasi ke plat tulang kortikal. Suatu
isolator karet atau kain kasa yang digunakan untuk drainase dimasukkan
selama beberapa hari. Pasien disarankan berkumur dengan larutan salin hangat
selama 3 sampai 5 menit setiap jam. Pada bengkak yang difus dan cepat
berkembang, harus diberikan antibiotik dan analgetik. Antibiotik pilihan
pertamanya adalah Amoksilin.

Kecepatan penyembuhan bergantung terutama kepada derajat debridement


saluran akarnya dan banyaknya drainase yang diperoleh selama kunjungan
kedaruratn. Karena edema telah menyebar di jaringan, pembengkakan yang
menyebar berkurang perlahan-lahan dalam periode berkisar 3-4 hari.

Anda mungkin juga menyukai