Anda di halaman 1dari 2

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Gangguan abnormalitas/Gangguan Perilaku

Kebanyakan dari kita pernah mengalami saat-saat dimana kita merasa cemas, tertekan,
marah, gugup, dan sebagainya. Dalam menghadapi hidup yang kian kompleks, manusia
terkadang tidak dapat atau sanggup menghadapinya dengan mudah. Adalah suatu hal yang jika
dalam keseluruhan hidupnya,manusia tidak pernah mengalami saat-saat sulit seperti itu,
apalagi di dalam era perubahan sosial dan teknologi yang kini berkembang sedemikian cepat.
Akan tetapi kebanyakan orang bisa jadi tidak benar-benar “putus asa”, karena mereka dapat
mengatasi masalah dan melanjutkan hidup dengan semestinya.

Perilaku abnormal (abnormal behavior)bagi para ahli psikologi seringkali disebut dengan
gangguan perilaku (behavior disorder),atau ada juga yang menyebutnya lagi dengan mental
illness (morgan dkk,1984).

Untuk mendefenisikan abnormalitas tersebut Atkinson dkk. (1992) mencoba


membandingkannya antara perilaku abnormal dengan perilaku normal. Oleh karena itu cara
mendefenisikannya dapat dapat dilakukan dengan beberapa cara. Beberapa cara
mendefenisikan perilaku abnormal antara lain adalah: penyimpangan dari norma statistik,
penyimpangan dari norma sosial, perilaku maladaptif, dan kesusahan pribadi.

1. Penyimpangan dari norma statistik

Kata abnormal dapat berarti “di luar abnormal”. Defenisi abnormalitas didasarkan kepada
penyimpangan kurve normal dalam statistik. Pendefenisian ini barangkali menjadi lemah,
karena bagi orang yang cerdas atau sangat gembira akan dapat di golongkan sebagai
abnormal. Oleh karena itu,penentuan abnormal dengan cara ini masih perlu ditambah dengan
indicator lain.

2. Penyimpangan dari norma sosial

Setiap masyarakat memiliki patokan tertentu, untuk perilaku yang dapat diterima ataupun
perilaku yang menyimpang (abnormal). Perilaku menyimpang tersebut di dalam masyarakat
umumnya tidak dapat diketahui dari norma statistiknya.
Perilaku yang di anggap normal oleh suatu masyarakat bisa jadi di anggap abnormal oleh
masyarakat lain. Misalnya, perilaku poliandri bagi kebanyakan masyarakat didunia dianggap
sebagai abnormal, sementara sebagai masyarakat gurun di Nepal, dimana pria umumnya
bekerja berhari-hari meningglakan istrinya, perilaku poliandri (satu wanita dengan banyak
suami) di anggap normal-normal saja. Jadi, baik perilaku normal maupun abnormal ternyata
berbeda-beda dari kebudayaan satu dengan kebudayaan lainnya.

3. Perilaku maladaptif

Para ahli dapat memberikan defenisi perilaku abnormal berdasarkan hal-hal yang
menyimpang, baik secara statistik maupun norma sosial. kriteria terpenting adalah bagimana
perilaku tersebut berpengaruh pada pribadi seseorang dan/kelompok. Oleh karena itu perilaku
abnormal kemudian disebut perilaku maladaptif (tidak dapat menyesuaikan diri dengan
keadaan). Yang memiliki dampak yang merugikan dan membahayakan orang lain tau
masyarakat.

4. Kesusahan pribadi

Abnormalitas adalah dari sudut pandangan subjektif seseorang dan bukannya perilaku orang
tersebut. Umumnya orang yang didagnosis menderita “sakit jiwa” mengalami penderitaan batin
yang akut; selalu khawatir,batinya menderita, gelisah, tidak dapat tidur, nafsu makan hilang

Anda mungkin juga menyukai