rumaysho.com/14718-3-sebab-utama-doa-terkabul.html
Yahya bin Mu’adz berkata, “Siapa yang Allah mudahkan baginya untuk menghadirkan hati dalam
do’a, maka do’anya takkan tertolak.”
“Siapa yang menghadirkan hati dalam do’a, pas keadaan darutat (genting) ia meminta, dan kuat rasa harapnya,
maka hampir-hampir do’anya sulit untuk ditolak.” (Al-Fawaid, hlm. 78)
Hati tidak lalai dalam do’a, benar-benar menghayati saat memanjatkan do’a.
Benar-benar butuh, membuat kondisi genting saat meminta.
Menaruh harapan besar terkabulnya do’a.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
َ َ
اْدُﻋﻮا اﱠﷲ َوَأﻧُْﺘْﻢ ُﻣﻮِﻗُﻨﻮَن ِﺑﺎِﻹَﺟﺎَﺑِﺔ َواْﻋَﻠُﻤﻮا َأﱠن اﱠﷲ َﻻ َﯾْﺴَﺘِﺠﯿُﺐ ُدَﻋﺎًء ِﻣْﻦ َﻗﻠٍْﺐ َﻏﺎِﻓٍﻞ َﻻٍه
“Berdoalah kepada Allah dalam keadaan yakin akan dikabulkan, dan ketahuilah bahwa Allah tidak mengabulkan
doa dari hati yang lalai.” (HR. Tirmidzi, no. 3479. Syaikh Al-Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan)
Sedangkan kenapa keadaan genting atau sangat butuh pada Allah akan menjadikan doa tersebut cepat terkabul
adalah hadits berikut ini.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ُﺛﱠﻢ َذَﻛَﺮ اﻟﱠﺮُﺟَﻞ ُﯾِﻄﯿُﻞ اﻟﱠﺴَﻔَﺮ َأْﺷَﻌَﺚ َأْﻏَﺒَﺮ َﯾُﻤﱡﺪ َﯾَﺪْﯾِﻪ ِإَﻟﻰ اﻟﱠﺴَﻤﺎِء َﯾﺎ َرﱢب َﯾﺎ َرﱢب َوَﻣْﻄَﻌُﻤُﻪ َﺣَﺮاٌم َوَﻣْﺸَﺮُﺑُﻪ َﺣَﺮاٌم َوَﻣﻠَْﺒُﺴُﻪ َﺣَﺮاٌم َوُﻏِﺬَى ِﺑﺎﻟَْﺤَﺮاِم َﻓﺄَﻧﱠﻰ ُﯾْﺴَﺘَﺠﺎُب ِﻟَﺬِﻟَﻚ
“Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menceritakan tentang seroang laki-laki yang telah lama berjalan
karena jauhnya jarak yang ditempuhnya. Sehingga rambutnya kusut, masai dan berdebu. Orang itu
mengangkat tangannya ke langit seraya berdo’a: “Wahai Tuhanku, wahai Tuhanku.” Padahal, makanannya dari
barang yang haram, minumannya dari yang haram, pakaiannya dari yang haram dan diberi makan dengan
makanan yang haram, maka bagaimanakah Allah akan memperkenankan do’anya?“ (HR. Muslim, no. 1015)
1/2
Keadaan dia yang genting sebenarnya membuat doanya terkabul namun dikarenakan ia
mengonsumsi yang haram yang mengakibatkan doanya sulit terkabul.
Referensi:
Al-Fawaid. Cetakan keenam, tahun 1431 H. Muhammad bin Abi Bakr Az-Zar’I (Ibnu Qayyim Al-Jauziyah).
Penerbit Maktabah Ar-Rusyd.
Biar membuka Rumaysho.Com mudah, downloadlah aplikasi Rumaysho.Com lewat Play Store di sini.
2/2