Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH ETIKA

“Tentang aspek hokum penyakit menular”

KELOMPOK III
Disusun oleh :
1. Khory khoirunnisah (AKX. 16. 061)
2. M.Wahyu Pradana (AKX. 16. 064)
3. Meriyati Simanungkalit (AKX. 16. 067)
4. Melinda Siringo ringo (AKX.16. 066)
5. Nindi Putri Pandeuri (AKX. 16. 080)
6. Neng Triska (AKX. 16. 076)
7. Niken Levia Rosa (AKX. 16. 079)
8. Nisrina Nur Naufal (AKX. 16. 082)
9. Nizara Zulma (AKX. 16. 083)
10. Okta Fitriani (AKX. 16. 089)

Tingkat 1A

D- III KEPERAWATAN KOSENTRASI ANESTESI

STIKES BHAKTI KENCANA BANDUNG


2017

1
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “aspek hokum penyakit menular”

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan
terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah yang berjudul “ aspek hokum penyakit
menular" ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................... i


DAFTAR ISI ........................................................................................................ ii
BAB I
PENDAHULUAN................................................................................................. 1
1.1 Latar belakang ................................................................................................ 1
1.2 Rumusan masalah ........................................................................................... 1
1.3 Tujuan penulisan ............................................................................................. 1
BAB II
PEMBAHASAN ................................................................................................... 2
2.1 Pengertian ....................................................................................................... 2
2.2 Aspek hukum Penyakit Menular ..................................................................... 4
2.3 Undang-undang wabah penyakit menular ....................................................... 4
2.4 Penyakit Hubungan Seksual ............................................................................ 5
2.5 Aspek Hukum PHS ......................................................................................... 7
2.6 Orang dengan penyakit HIV/AIDS (ODHA)....................................................8
2.7 Dasar Hukum....................................................................................................11
2.8 Dasar Kebijakan Penanggulangan HIV/AIDS..................................................12
2.9 Area Prioritas Penanggulangan HIV/AIDS......................................................13
BAB III
PENUTUP ............................................................................................................ 17
3.1 Kesimpulan ..................................................................................................... 17
3.2 Saran ................................................................................................................ 17
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... iii

3
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dan teknologi kedokteran menyebabkan
diketahuinya bakteri, protozoa, jamur, dan virus sebagai penyebab penyakit hubungan
seksual. Sebagian besar penyakit tersebut bisa disembuhkan kecuali AIDS. Di indonesia
penyakit ini sudah banyak menjalar dengan perkembangan penularan yang sangat cepat,
penyakit ini dapat melumpuhkan semua kemampuan daya tahan tubuh terhadap berbagai
bkateri,protozoa,jamur,dan virus lainyya.
Dalam penelitian lebih lanjut dijumpai bahwa makin bertambah penyakit yang timbul akibat
hubungan sekssual, dari sudut etimologi ternyata penyakit hubungan seksual berkembang
sangat cepat berkaitan dengan pertambahan dan terjadinya migrasi penduduk, bertambahnya
kemakmuran, serta terjadi perubahan perilaku seksual yang makin bebas tanpa batas.
Demikian untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat dan keluarga telah ditemukan lima
penyakit hubungan seksual yang banyak dijumpai sebagai upaya untuk lebih memperhatikan
kesehatan reproduksi sehingga lebih menjamin peningkatan sumber daya manusia.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa Pengertian penyakit menular dan wabah penyakit menular.
2. Apa undang-undang tentang wabah penyakit menular.
3. Apa Aspek Hukum PHS.

1.3 Tujuan
Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk pemenuhan tugas mata kuliah etika dan
hokum kesehatan terutama tentang wabah penyakit memnular dan penyakit hubungan seksual
serta aspek hokum yang mengaturnya, agar mahasiswa mampu memahami lebih detail
tentang PHS dan menambah semangat belajar dengan adanya makalah ini.

4
BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Pengertian

Pengertian Penyakit Menular dan Wabah Penyakit Menular


Dalam medis, penyakit menular atau penyakit infeksi adalah sebuah penyakit yang
disebabkan oleh sebuah agen biologi (seperti virus, bakteria atau parasit), bukan disebabkan
faktor fisik.
Penyakit Menular adalah gangguan terhadap kesehatan yang dapat menyerang seluruh
makhluk hidup, termasuk manusia. Penyakit menular yang juga dikenal sebagai penyakit
infeksi dalam istilah medis adalah sebuah penyakit yang disebabkan oleh sebuah agen biologi
(seperti virus, bakteria atau parasit), bukan disebabkan faktor fisik (seperti luka bakar dan
trauma benturan) atau kimia (seperti keracunan) yang mana bisa ditularkan atau menular
kepada orang lain melalui media tertentu seperti udara (TBC, Infulenza dll), tempat makan
dan minum yang kurang bersih pencuciannya (Hepatitis, Typhoid/Types dll), Jarum suntik
dan transfusi darah (HIV Aids, Hepatitis dll).
UU. No. 4, 1984, Bab I, Pasal 1 :
Wabah Penyakit Menular adalah kejadian berjangkitnya suatu penyakit menular dalam
masyarakat yang jumlah penderitanya meningkat secara nyata melebihi dari pada keadaan
yang lazim pada waktu dan daerah tertentu serta dapat menimbulkan malapetaka.

a. Penyakit Menular :
Adalah penyakit yang disebabkan oleh agen infeksi atau toksisnya yang berasal dari sumber
penularan atau reservoir, yang ditransmisikan kepa host yang rentan

b. Kejadian Luar Biasa


Kejadian kesakitan atau kematian yang menarik perhatian umum dan mungkin menimbulkan
kehebohan atau ketakutan di masyarakat atau menurut pengamatan penyakit dianggap adanya
peningkatan yang bermakna dari kejadian kesakitan atau kematian tersebut pada kelompok
penduduk pada kurun waktu tertentu :
Kriteria KLB :
1. Timbulnya suatu penyakit menular yang sebelumnya tidak ada/tidak dikenal disuatu
daerah,menjadi ada

5
2. Adanya peningkatan kejadian kesakitan/kematian dua kali lipat atau lebih dibandingkan
kejadian sebelumnya.
3. Adanya peningkatan kesakitan secara terus menerus selama 3 kurun waktu (
jam,hari,minggu )

c. Wabah Penyakit Menular


Kejadian berjangkitnya suatu penyakit menular dalam masyarakat yang jumlah penderitanya
meningkat secara nyata melebihi kedaan yang lazim pada waktu da daerah tertentu serta
dapat menimbulkan malapetak ( UU. Wabah1984 )
d. Penanggulangan KLB :
pendataan sdà1. Pengamatan penyakit tindak lanjut ( penyuluhan, logistik )
2. Pengobatan Posko,obat-obatan,à tenaga dan sarana
3. Pemutusan rantai penularan : Abatisasi, kaporisasi

e. Program Pencegahan Penyakit :


Program ini mencegah agar penyakit menular tidak terjadi penyebaran di masyarakat yang
dilakukan antara lain dengan memberikan kekbalan pad host melalui kegiatan penyuluhan
kesehatan dan immunisasi

f. Cara Penularan Penyakit :

1. Penularan secara kontak


Penularan penyakit secara kontak langsung adalah melaui hubungan seks (HIV/AIDS, infeksi
menular seksual (IMS), hepatitis B), kontak kulit (kusta), atau varisela.

2. Penularan melalui benda


Misalnya, Penularan melalui pemakaian jarum suntik atau semprit secara bergantian:
Menggunakan kembali atau memakai jarum atau semprit secara bergantian merupakan cara
penularan HIV yang sangat efisien. Risiko penularan dapat diturunkan secara berarti di
kalangan pengguna narkoba suntikan dengan penggunaan jarum dan semprit baru yang sekali
pakai, atau dengan melakukan sterilisasi jarum yang tepat sebelum digunakan kembali.
Selain itu, pada penularan hepatitis c bias melalui benda – benda pribadi yang dipergunakan
secara bersamaan misalnya, gunting kuku, silet cukur, sikat gigi, dan benda –benda lain yang
sejenis.

6
3. Penularan melalui vector.
Vector penularan penyakit yang tersering adalah nyamuk (nyamuk Aedes menularkan DBD
dan chikungunya, nyamuk Anopheles menularkan penyakit malaria), pinjal untuk penyakit
pes, dan anjing, kucing atau kera untuk penyakit rabies.

g. Surveilans Epdemiologi :
Merupakan kegiatan untuk mengumpulkan data atau informasi melalui pengamatan terhadap
kesakitan atau kematian dan penyebarannya serta faktor-faktor yang mempengaruhinya
secara sistematik, terus menerus dengan perencanaan suatu program, mengevaliasi hasil
program dan SKD

III Pelaporan Penyakit Menular :


1. Laporan 24 jam
2. Laporan mingguan
3. Laporan Bulanan

IV Penyakjit Menular Potensial mewabah :


1. Diare
2. Demam berdarah
3. Malaria
4. TBC
5. Campak
6. Hepatitis

2.2. Aspek hukum penyakit menular


Ada dua hal yang perlu disampaikan tentang aspek hukum penyakit menular yaitu :
1. Yang termasuk Undang-undang Wabah penyakit menular.
2. Yang termasuk dalam penyakit hubungan seksual (PHS)/Sexually Trans mullted
Diseases (STD).
Yang pertama lebih banyak berkaitan dengan masalah epidemiologi dan sudah ada beberapa
ketentuan undang- undang yang mengaturnya, sementara yang kedua, hanya dibatasi

7
mengenai penyakit hubungan seksuil karena penyakit ini yang banyak mengandung
permasalahan hukum bila para dokter dan kalangan kesehatan tidak berhati-hati
menghadapinya.
Permasalahan yang timbul seputar PHS ini (termasuk penyakit AIDS) misalnya bagaimana
sikap dokter menghadapi salah seorang pasangan suami isteri (pasutri) atau pasangan
tetapnya yang menderita penyakit kelamin, pembantu rumah tangga/pengasuh anak (baby-
sitter) yang menderita PHS atau menerima dan mengobati pasien penderita HIV positif atau
AIDS.

2.3. Undang-undang Wabah Penyakit Menular


Dahulu kita mengenal adanya undang-undang wabah dan penyakit karantina yang
telah ada sejak lama, bahkan sejak zaman kolonial Belanda. Sesudah kemerdekaan ketentuan
perundang-undangan tentang wabah diatur dalam undang-undang no.6 tahun 1962 tentang
wabah dan undang no.7 tahun 1968 tentang perubahan pasal 3 undang-undang no.6 tahun
1962 tentang wabah. Kedua undang-undang diatas perlu untuk menangkal mewabahnya
beberapa penyakit tertentu yang ada pada permulaan dan pertengahan abad ke-20 sering
sekali terjadi, yaitu wabah penyakit yang bersifat epidemi bahkan pandemi.
Apa yang dimaksud dengan epidemi, endemi, dan pendemi? Dalam hal ini akan dijelaskan
satu persatu tentang epidemi, endemi, dan pendemi sebagai berikut :
1. Epidemi
Wabah atau epidemi adalah istilah umum untuk menyebut kejadian tersebarnya
penyakit pada daerah yang luas dan pada banyak orang, maupun untuk menyebut penyakit
yang menyebar tersebut. Epidemi dipelajari dalam epidemiologi. Dalam epidemiologi,
epidemi berasal dari bahasa Yunani yaitu “epi” berarti pada dan “demos” berarti rakyat.
Dengan kata lain, epidemi adalah wabah yang terjadi secara lebih cepat daripada yang
diduga. Jumlah kasus baru penyakit di dalam suatu populasi dalam periode waktu tertentu
disebut incide rate (laju timbulnya penyakit).
Dalam peraturan yang berlaku di Indonesia, pengertian wabah dapat dikatakan sama
dengan epidemi, yaitu “kejadian berjangkitnya suatu penyakit menular dalam masyarakat
yang jumlah penderitanya meningkat secara nyata melebihi daripada keadaan yang lazim
pada waktu dan daerah tertentu serta dapat menimbulkan malapetaka.
Misalnya Epidemi pada musim hujan, ada beragam penyakit yang sering menyerang
masyarakat. Bila diidentifikasi, setidaknya ada empat macam penyakit yang penularannya
berlangsung pada musim hujan, seperti penyakit DBD (demam berdarah dengue), demam

8
tifoid (penyakit tivus), penyakit leptospirosis, dan flu burung. Penyakit DBD disebabkan oleh
nyamuk aides aegypti, sedang demam tifoid ditularkan melalui makanan atau minuman yang
telah terkontaminasi bakteri. Adapun penyakit leptospirosis disebabkan disebabkan oleh
bakteri Leptospira, sementara penyakit flu burung (Avian Influenza) disebabkan oleh virus
influenza yang menular melalui ternak maupun manusia (zoonosis).
2. Endemi
Endemi adalah penyakit yang umum terjadi pada laju konstan namun cukup tinggi
pada suatu populasi. Berasal dari bahasa Yunani “en” yang artinya di dalam dan “demos”
yang artinya rakyat. Terjadi pada suatu populasi dan hanya berlangsung di dalam populasi
tersebut tanpa adanya pengaruh dari luar.
Contoh penyakit endemik adalah malaria di sebagian Afrika (misalnya, Liberia). Di
tempat seperti itu, sebagian besar populasinya diduga terjangkit malaria pada suatu waktu
dalam masa hidupnya.
3. Pandemi
Pandemi atau epidemi global atau wabah global adalah kondisi dimana terjangkitnya
penyakit menular pada banyak orang dalam daerah geografi yang luas. Berasal dari bahasa
Yunani “pan” yang artinya semua dan “demos” yang artinya rakyat.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), suatu pandemi dikatakan terjadi bila ketiga
syarat berikut telah terpenuhi :
• Timbulnya penyakit bersangkutan merupakan suatu hal baru pada populasi bersangkutan,
• Agen penyebab penyakit menginfeksi manusia dan menyebabkan sakit serius,
• Agen penyebab penyakit menyebar dengan mudah dan berkelanjutan pada manusia.
Suatu penyakit atau keadaan tidak dapat dikatakan sebagai pandemic hanya karena
menewaskan banyak orang. Sebagai contoh, kelas penyakit yang dikenal sebagai kanker
menimbulkan angka kematian yang tinggi namun tidak digolongkan sebagai pandemi karena
tidak ditularkan. Karena perkembangan teknologi , ilmu pengetahuan dan lalulintas
internasional, serta perubahan lingkungan hidup dan lain-lain, undang-undang diatas ternyata
kurang mampu memenuhi kebutuhan upaya penaggulangan wabah dewasa ini dan
perkembagannya dimasa mendatang.
Contoh wabah yang cukup dikenal termasuk wabah pes yang terjadi di Eropa pada
zaman pertengahan yang dikenal sebagai the Black Death ("kematian hitam"), pandemi
influensa besar yang terjadi pada akhir Perang Dunia I, dan epidemi AIDS dewasa ini, yang
oleh sekalangan pihak juga dianggap sebagai pandemi.

9
2.4. Penyakit Hubungan Seksual
Penyakit menular seksual, atau PMS adalah berbagai infeksi yang dapat menular dari
satu orang ke orang yang lain melalui kontak seksual. Menurut the Centers for Disease
Control (CDC) terdapat lebih dari 15 juta kasus PMS dilaporkan per tahun. Kelompok
remaja dan dewasa muda (15-24 tahun) adalah kelompok umur yang memiliki risiko paling
tinggi untuk tertular PMS, 3 juta kasus baru tiap tahun adalah dari kelompok ini.
Hampir seluruh PMS dapat diobati. Namun, bahkan PMS yang mudah diobati seperti gonore
telah menjadi resisten terhadap berbagai antibiotik generasi lama. PMS lain, seperti herpes,
AIDS, dan kutil kelamin, seluruhnya adalah PMS yang disebabkan oleh virus, tidak dapat
disembuhkan. Beberapa dari infeksi tersebut sangat tidak mengenakkan, sementara yang
lainnya bahkan dapat mematikan. Sifilis, AIDS, kutil kelamin, herpes, hepatitis, dan bahkan
gonore seluruhnya sudah pernah dikenal sebagai penyebab kematian. Beberapa PMS dapat
berlanjut pada berbagai kondisi seperti Penyakit Radang Panggul (PRP), kanker serviks dan
berbagai komplikasi kehamilan. Sehingga, pendidikan mengenai penyakit ini dan upaya-
upaya pencegahan penting untuk dilakukan.
Penting untuk diperhatikan bahwa kontak seksual tidak hanya hubungan seksual melalui alat
kelamin. Kontak seksual juga meliputi ciuman, kontak oral-genital, dan pemakaian “mainan
seksual”, seperti vibrator. Sebetulnya, tidak ada kontak seksual yang dapat benar-benar
disebut sebagai “seks aman” . Satu-satunya yang betul-betul “seks aman” adalah
abstinensia. Hubungan seks dalam konteks hubungan monogamy di mana kedua individu
bebas dari IMS juga dianggap “aman”. Kebanyakan orang menganggap berciuman sebagai
aktifitas yang aman. Sayangnya, sifilis, herpes dan penyakit-penyakit lain dapat menular
lewat aktifitas yang nampaknya tidak berbahaya ini. Semua bentuk lain kontak seksual juga
berisiko. Kondom umumnya dianggap merupakan perlindungan terhadap IMS. Kondom
sangat berguna dalam mencegah beberapa penyakit seperti HIV dan gonore. Namun kondom
kurang efektif dalam mencegah herpes, trikomoniasis dan klamidia. Kondom memberi
proteksi kecil terhadap penularan HPV, yang merupakan penyebab kutil kelamin.
Istilah PHS yang kita kenal sekarang ini sebenarnya relatif masih baru, juga
bagi kalangan medis di Indonesia. Sebab yang umum kita kenal, juga bagi kalangan
sebelumnya adalah “Penyakit Kelamin” atau yang dalam istilah medis disebut Venereal
Diseases (VD) yang lebih diartikan sebagai bagian dari penyakit kulit. Kemajuan dunia
kedokteran kemudian bisa membuktikan bahwa ternyata penyakit yang bisa
ditimbulkan dari hubungan seksual terutama yang menyimpang, apalagi hubungan

10
seksual bukan dengan istri sendiri sehngga lahirlah istilah Sexually Transmitted
Disease (STD) yang kemudian di Indonesia akan menjadi “Penya kit Hubungan
Seksual”.
Cara Penularan
Secara umum, PHS memang bisa ditularkan lewat hubungan seksual. Akan
tetapi, karena hubungan seksual ternyata banyak ragamnya dan setiap cara juga bisa
saja mengundang resiko penyakit yang tersendiri, maka para medis menguraikan sebab-
sebab atau cara-cara yang sering mengakibatkan penularan PHS.
1. Heteroseksual
: hubungan seksual antara pria dan wanita (suami-istri)
2. Homoseksual : hubungan seksual antara pria dengan pria
3. Lesbian : hubungan seksual antara wanita dengan wanita
4. Biseksual : hubungan seksual antara sesama jenis dan juga dengan lain jenis
(baik pria dengan pria, pria dengan wanita atau wanita dengan wanita)
Organ yang digunakan :
1.Gento-genital (vagina sex) : antara organ genital (alat kelamin)
2. Oro-genital (oral sex): antar-organ genital dengan mulut
3. Ano-genital sodomi : antar-organ genital dengan anus
Cara-cara kontak atau hubungan seksual tersebut menetukan masuknya kuman ke
dalam tubuh dan juga menentukan kelainan awal pada organ yang sakit, shingga
memudahkan di dalam menentukan diagnosis.
Isitilah lain dalam penyakit hubungan seksual :
a. Promiskuitas adalah sebutan untuk seorang yang melakukan hubungan seksual
dengan banyak paliter.
b. Prostitusi adalah suatu kegiatan seksual dengan banyak padangan tanpa seleksi
dan menerima bayaran, yang di dalam bahasa Indonesia disebut Pekerja Sek Komers il
(PSK)

Pada masa kini pasien yang menderita penyakit kelamin makin sering dihadapi dokter.
Bahkan banyak pula yang masih di bawah umur. Bagi dokter, menghadapi pasien penderita
PHS dari aspek kesehatan tidak akan banyak masalah karena banyak pilihan pengobatan
dapat diberikan. Namun sebagai dokter yang diajarkan untuk bertindak holistik, masalahnya
menjadi tidak sederhana apabila yang dihadapi adalah salah satu pasutri, pasangan

11
tetap/pacar.apalagi untuk pasien yang menderita HIV positif atau AIDS masalahnya akan
menjadi lebih rumit, karena menyangkut masyarakat luas.
Berbeda dengan PHS seperti gonorea, sifilis atau herpes genitalis yang penularannya
terutama karena hubungan seksuil, penularan penyakit AIDS bisa pula karena transfusi darah,
melalui jarum suntik yang terkontaminasi oleh virus dan melalui placenta. Penyebaran
penyakit HIV/AIDS lebih berbahaya karena tidak saja menggangu kesehatan, tetapi
mengundang kematian.
Oleh karena itu dalam menghadapi penderita PHS dan atau HIV/AIDS, para dokter dan
kalangan kesehatan lainya selain memahami aspek medis juga harus memahami aspek hukum
yang terkait dengan penyakit ini, karena perbedaan demikian, pembahasan aspek hukum PHS
dan penderita dengan HIV/AIDS dipisahkan, dalam arti apabila yang dibicarakan tentang
aspek hukum PHS, maka didalamnya sudah termasuk masalah penyakit AIDS. Pembahasan
tentang aspek hukum Penyakit AIDS lainnya dibahas tersendiri lebih jauh.

2.5. Aspek Hukum PHS


Pada masa kini PHS ini yang lebih sering dihadapi para dokter, terutama penyakit genorea,
sifilis dan herpes genitalis. Bila pasien belum terikat dalam perkawinan, dalam pengobatan
tentu diharapkan pasien tidak memindahkan penyakit ini pada orang lain, begitu pula bila kita
mengetahui profesi pasien wanita tuna susilia.
Sikap para dokter tentu akan berbeda bila yang dihadapi salah satu dari pasutri yang
menderita PHS. Persoalannya menjadi mudah bila pasangannya telah mengetahui pasien
penderita PHS. Bila belum mengetahui, maka harapan dokter pada pasien adalah agar ia tidak
memindahkan penyakit pada pasangannya, sementara penyakitnya diobati. Masalah baru
muncul bila pasangannya ingin mengetahui penyakit pasien dari dokter. Dan bolehkah dokter
menyampaikan penyakit salah seorang pasutri kepada lainnya..?
Berbicara terbuka dihadapan kedua pasutri tanpa mengetahui terlebih dahulu apakah pasien
setuju kalau penyakitnya boleh diketahui oleh pasangannya, bisa membawa persoalan
tentang wajib simpan rahasia kedokteran, rahasia jabatan dan pekerjaan yang menjurus
kepada mallpraktek. Untuk itu para dokter perly berhati-hati menghadapi situasi demikian.
Bila dokter menduga pasangannya telah telah tertular tanpa disadarinya, maka sebaiknya
dokter mengobati tanpa harus menyatakan ia telah tertular, kecuali terpaksa bila pasien mau
tahu tentang penyakitnya.
Membuka rahasia pasien kepada orang lain, biarpun dalam ikatan suami isteri harus dihindari
dokter.

12
Saknsi hukum terhadap pelanggaran ini terdapat pada KUHP pasal 332,KUH perdata 1366
dan sanksi administratif seperti dijelaskan dalam UU keshatan pasal 23 tahun 1992 ayat 1:
“ Terhadap tenaga kesahatan yang melekukan kesalahan atau kelalaian dalam melaksanakan
profesinya dapat dikenakan tindakan disiplin .”
Selain sanksi hukum atau sanksi adminstratif yang bisa menyebabkan dicabutnya izin
menjalankan praktek, masyarakatpun dapat menjatuhi hukuman dengan menjahui dokter
yang tidak hati-hati dalam menjaga rahasia pasien.

2.6. Orang dengan HIV/AIDS(ODHA)


Penyakit ini diramalkan akan makin sering dihadapi karena belum ada obat penangkalnya,
sementara penyebarannya tidak dapat dibendung.
Menteri kesehatan mengatakan dari jumlah 560 orangpenderita AIDS diindonesia pada tahun
1997, pada tahun 2000 akan mencapai 1000.000 orang, pada waktu yang sama didunia
mencapai 30-40.
Untuk menghambat laju penyebaran dan peningkatan ODHA, berbagai usaha perlu ditempuh.
Namun karena belum ditemukan obat yang dapat menyembuhkan penyakit ini dan belum
pula didapati vaksin yang efektif,
Maka untuk sementara upaya pencegahan menjadi tumpuan salah satu usaha ini adalah
melalui pelaporan kasus HIV/AIDS.
Banyak kalangan masih binggung menghadapi penyakit yang berkembang sangat cepat ini,
misalnya adalah apakah ODHA boleh diumumkan(dibocorkan),dikucilkan atau dibiarkan
bebas dan lain-lain , beberapa masalah yang dialami ODHA :
a. Dipecat dari pekerjaan dan jabatan
b. Ditolak masuk sekolah bagi penderita AIDS yang anak-anak
c. Tidak diizinkannya Magic Jhonson pebasket kondang masuk ke beberapa negara
d. Rumah sakit tidak mau merawat
e. Membolehkan tindakan euthanasia bagi penderita AIDS
f. Dll.
Semua kebijaksanaan mengatasi masalah dibidang ini mengundang pro dan kontra pada
setiap langkah yang akan diambil.
Khusus mengenai pelaporan penderita ODHA, kebijakan terakhir (1996) pelaporan penderita
HIV/AIDS dari Departemen Kesehatan c/q Dirjen Pemberantasan Penyakit Menular dan
Penyehatan Lingkungan Pemukiman (P2M & PLP) adalah identitas penderita harus
dirahasiakan, di mana nama penderita cukup ditulis dengan inisial saja, begitu pula alamat

13
penderita cukup diisi dengan nama kabupatennya saja tampaknya kebijakan yang ditempuh
seperti diatas juga dianut 0leh banyak negara lain dalam mengahadapi dan menangani
penderiat ODHA dimana yang utama adalah pelayanan kesehatan tanpa penderita mengalami
deskriminasi dilingkungan tempat tinggalnya,tempat kerjanya dan dijaga kerahasiannya
penyakitnya kepada orang lain. Dengan menghindari masalah hukum ini, diharapkan kwalitas
hidup orang dengan HIV/AIDS(ODHA) dapat diperbaiki.
Sementara dilain pihak,masyarakat dilindungi terhadap bahaya penularan,terutama melalui
komunikasi, informasi dan edukasi(KIE) tentang masalah AIDS dan HIV.
DiIndonesia kebijaksanaan ini dapat terlihat dari strategi nasional penanggulangan
HIV/AIDS sebagai berikut :
a. Setiap orang berhak untuk mendapatkan informasi yang baru mengenai
HIV/AIDS, baik untuk melindungi diri sendiri maupun mencegah penularan
kepada orang lain.
b. Tetap menghormati harkat dan martabat para penderita HIV/AIDS dan
keluarganya.
c. Mencegah perlakuan diskriminatif kepada pengidap HIV/ penderita AIDS dan
keluarganya.
UNDANG-UNDANG TENTANG WABAH PENYAKIT MENULAR NO.6 TAHUN 1962
Pasal 1
Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan:
a. Wabah penyakit menular yang selanjutnya disebut wabah adalah kejadian
berjangkitnya suatu penyakit menular dalam masyarakat yang jumlah
penderitanya meningkat secara nyata melebihi dari pada keadaan yang
lazim pada waktu dan daerah tertentu serta dapat menimbulkan
malapetaka.
b. Sumber penyakit adalah manusia, hewan, tumbuhan, dan benda-benda
yang mengandung dan/atau tercemar bibit penyakit, serta yang dapat
menimbulkan wabah.
c. Kepala Unit Kesehatan adalah Kepala Perangkat Pelayanan Kesehatan
Pemerintah.
d. Menteri adalah Menteri yang bertanggung jawab di bidang kesehatan

14
Pasal 2
Maksud dan tujuan Undang-Undang ini adalah untuk melindungi penduduk
dari malapetaka yang ditimbulkan wabah sedini mungkin, dalam rangka
meningkatkan kemampuan masyarakat untuk hidup sehat.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA


NOMOR 4 TAHUN 1984

Pasal 1
Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan:
a. Wabah penyakit menular yang selanjutnya disebut wabah adalah kejadian
berjangkitnya suatu penyakit menular dalam masyarakat yang jumlah
penderitanya meningkat secara nyata melebihi dari pada keadaan yang
lazim pada waktu dan daerah tertentu serta dapat menimbulkan
malapetaka.
b. Sumber penyakit adalah manusia, hewan, tumbuhan, dan benda-benda
yang mengandung dan/atau tercemar bibit penyakit, serta yang dapat
menimbulkan wabah.
c. Kepala Unit Kesehatan adalah Kepala Perangkat Pelayanan Kesehatan
Pemerintah.
d. Menteri adalah Menteri yang bertanggung jawab di bidang kesehatan.

Pasal 2
Maksud dan tujuan Undang-Undang ini adalah untuk melindungi penduduk
dari malapetaka yang ditimbulkan wabah sedini mungkin, dalam rangka
meningkatkan kemampuan masyarakat untuk hidup sehat.

15
2.7. DASAR HUKUM : UNDANG UNDANG KESEHATAN RI NO:23 TAHUN 1992

Pasal 28
Tentang Pemberantasan penyakit

Ayat 1
Pemberantasan Penyakit diselenggarakana untuk menurunkan angkaq kesakitan dan atau
kematian

Ayat 2
Pemeberantasan penyakit dilaksanakan terhadap penyakit menular dan tidak menular
Pemberanatasan penyakit menular yang dapat menimbulkan angka kesakitan dan angka
kematian yang tinggi dilaksanakan sedini mungkin

Pasal 29
Pemberantasan penyakit tidak menular dilaksanakan untuk mencegah dan mengurangi
penyakit dengan perbaikan dan perubahan perilaku masyarakatdan denganb cara lain

Pasal 30
Pemeberantasan penyakit menular dilaksanakan dengan upaya penyuluhan, pe3nyelidikan,
pengebalan,menghilangkan sumber perantara penmyakit, tindakan karantina dan upaya lain
yang diperlukan

Pasal 31
Pemeberanatasan penyakit menular yang dapat menimbuilkan wabah dan penyakit karantina
dilaksanakan seasuai dengan ketentuan undang undang yang berlaku

2.8. DASAR KEBIJAKAN PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS

Penularan dan penyebaran HIV dan AIDS sangat berhubungan dengan perilaku beresiko,
oleh karena itu penanggulangan harus memperhatikan faktor-faktor yang berpengaruh
terhadap perilaku tersebut. Bahwa kasus HIV dan AIDS diidap sebagian besar oleh kelompok
perilaku resiko tinggi yang merupakan kelompok yang dimarginalkan, maka program-

16
program pencegahan dan penanggulangan HIV dan AIDS memerlukan pertimbangan
keagamaan, adat-istiadat dan normanorma masyarakat yang berlaku disamping pertimbangan
kesehatan. Perlu adanya program-program pencegahan HIV dan AIDS yang efektif dan
memiliki jangkauan layanan yang semakin luas dan program-program pengobatan, perawatan
dan dukungan yang komprehensif bagi ODHA maupun OHIDA untuk meningkatkan kualitas
hidupnya. Dengan latar belakang pemikiran tersebut, maka kebijakan penanggulangan HIV
dan AIDS di Indonesia disusun sebagai berikut:
· Upaya penanggulangan HIV dan AIDS harus memperhatikan nilai-nilai agama dan
budaya/norma kemasyarakatan dan kegiatannya diarahkan untuk mempertahankan dan
memperkokoh ketahanan dan kesejahteraan keluarga;
· Upaya penanggulangan HIV dan AIDS diselenggarakan oleh masyarakat,pemerintah, dan
LSM berdasarkan prinsip kemitraan. Masyarakat dan LSM menjadi pelaku utama sedangkan
pemerintah berkewajiban mengarahkan, membimbing dan menciptakan suasana yang
mendukung terselenggaranya upaya penanggulangan HIV dan AIDS;
· Upaya penanggulangan harus didasari pada pengertian bahwa masalah HIV dan AIDS
sudah menjadi masalah sosial kemasyarakatan serta masalah nasional dan
penanggulangannya melalui “Gerakan Nasional Penanggulangan HIV and AIDS”;
· Upaya penanggulangan HIV and AIDS diutamakan pada kelompok masyarakat
berperilaku risiko tinggi tetapi harus pula memperhatikan kelompok masyarakat yang rentan,
termasuk yang berkaitan dengan pekerjaannya dan kelompok marginal terhadap penularan
HIV and AIDS;
· Upaya penanggulangan HIV and AIDS harus menghormati harkat dan martabat manusia
serta memperhatikan keadilan dan kesetaraan gender;
· Upaya pencegahan HIV dan AIDS pada anak sekolah, remaja dan masyarakat umum
diselenggarakan melalui kegiatan komunikasi, informasi dan edukasi guna mendorong
kehidupan yang lebih sehat;
· Upaya pencegahan yang efektif termasuk penggunaan kondom 100% pada setiap
hubungan seks berisiko, semata-mata hanya untuk memutus rantai penularan HIV;
· Upaya mengurangi infeksi HIV pada pengguna napza suntik melalui kegiatan pengurangan
dampak buruk (harm reduction) dilaksanakan secara komprehensif dengan juga
mengupayakan penyembuhan dari ketergantungan pada napza.
· Upaya penanggulangan HIV and AIDS merupakan upaya-upaya terpadu dari peningkatan
perilaku hidup sehat, pencegahan penyakit, pengobatan dan perawatan berdasarkan data dan
fakta ilmiah serta dukungan terhadap ODHA.

17
· Setiap pemeriksaan untuk mendiagnosa HIV and AIDS harus didahuluidengan penjelasan
yang benar dan mendapat persetujuan yang bersangkutan (informed consent). Konseling yang
memadai harus diberikan sebelum dan sesudah pemeriksaan, dan hasil pemeriksaan
diberitahukan kepada yang bersangkutan tetapi wajib dirahasiakan kepada pihak lain.
· Diusahakan agar peraturan perundang-undangan harus mendukung dan selaras dengan
Strategi Nasional Penanggulangan HIV and AIDS disemua tingkat.
· Setiap pemberi pelayanan berkewajiban memberikan layanan tanpa diskriminasi kepada
ODHA dan OHIDA.

2.9. AREA PRIORITAS PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS


Menilik bahasan-bahasan pada bab-bab terdahulu maka untuk empat tahun mendatang area
prioritas penanggulangan HIV dan AIDS di Indonesia belum perlu diubah dan perlu
dilanjutkan sebagai pokok-pokok program dengan penajaman. Dengan melaksanakan
program – program yang dikembangkan dari setiap area prioritas secara bersungguh –
sungguh, penuh tanggung jawab, terpadu, harmonis dan berkesinambungan maka walaupun
dengan sumberdaya yang terbatas, tujuan penanggulangan HIV AND AIDS akan dapat
dicapai dalam kurun waktu yang telah ditetapkan oleh karena akan terdapat kemampuan
untuk:
• Mencegah meluasnya penularan HIV dan menjamin akses terhadap berbagai upaya
pencegahan, perawatan dan pengobatan.
• Berkontribusi untuk menyediakan kebutuhan ODHA untuk meringankan penderitaan
sekaligus meningkatkan kwalitas hidup mereka.
• Menjamin capacity building bagi mereka yang terlibat dalam penanggulangan HIV dan
AIDS.
• Mengkoordinasikan dan mempertahankan respon
1. AREA PENCEGAHAN HIV DAN AIDS
Penyebaran HIV dipengaruhi oleh perilaku berisiko kelompok-kelompok masyarakat.
Pencegahan dilakukan kepada kelompok-kelompok masyarakat sesuai dengan perilaku
kelompok dan potensi ancaman yang dihadapi. Kegiatankegiatan dari pencegahan dalam
bentuk penyuluhan, promosi hidup sehat, pendidikan sampai kepada cara menggunakan alat
pencegahan yang efektif dikemas sesuai dengan sasaran upaya pencegahan. Dalam
mengemas program-program pencegahan dibedakan kelompok-kelompok sasaran sebagai
berikut:
• Kelompok tertular (infected people)

18
Kelompok tertular adalah mereka yang sudah terinfeksi HIV. Pencegahan ditujukan untuk
menghambat lajunya perkembangan HIV, memelihara produktifitas individu dan
meningkatkan kwalitas hidup.

• Kelompok berisiko tertular atau rawan tertular (high-risk people)


Kelompok berisiko tertular adalah mereka yang berperilaku sedemikian rupa sehingga sangat
berisiko untuk tertular HIV. Dalam kelompok ini termasuk penjaja seks baik perempuan
maupun laki-laki, pelanggan penjaja seks, penyalahguna napza suntik dan pasangannya,
waria penjaja seks dan pelanggannya serta lelaki suka lelaki. Karena kekhususannya,
narapidana termasuk dalam kelompok ini. Pencegahan untuk kelompok ini ditujukan untuk
mengubah perilaku berisiko menjadi perilaku aman.
• Kelompok rentan (vulnerable people)
Kelompok rentan adalah kelompok masyarakat yang karena lingkup pekerjaan, lingkungan,
ketahanan dan atau kesejahteraan keluarga yang rendah dan status kesehatan yang labil,
sehingga rentan terhadap penularan HIV. Termasuk dalam kelompok rentan adalah orang
dengan mobilitas tinggi baik sipil maupun militer, perempuan, remaja, anak jalanan,
pengungsi, ibu hamil, penerima transfusi darah dan petugas pelayanan kesehatan. Pencegahan
untuk kelompok ini ditujukan agar tidak melakukan kegiatan-kegiatan yang berisiko tertular
HIV. ( Menghambat menuju kelompok berisiko)
• Masyarakat Umum (general population)
Masyarakat umum adalah mereka yang tidak termasuk dalam ketiga kelompok terdahulu.
Pencegahan ditujukan untuk peningkatkan kewaspadaan, kepedulian dan keterlibatan dalam
upaya pencegahan dan penanggulangan HIV dan AIDS di lingkunagnnya.

2. AREA PERAWATAN, PENGOBATAN DAN DUKUNGAN KEPADA ODHA


Peningkatan jumlah penderita AIDS memerlukan peningkatan jumlah dan mutu layanan
perawatan dan pengobatan. Peningkatan juga dilakukan bagi dukungan maksimal kepada
ODHA. Upaya ini dilakukan melalui pendekatan klinis dan pendekatan berbasis masyarakat
dan keluarga. Universal Access yang bertujuan memberikan kemudahan kepada mereka yang
memerlukan untuk akses kepada layanan perawatan dan pengobatan melandasi program –
program pada area ini.
Pemberantasan penyakit HIV-AIDS merupakan serangkaian konsep dan strategi
penyelenggaraan pemerintahan di Kabupaten Enrekang guna mewujudkan masyarakat yang

19
hidup sehat dan melaksanakan tugas dan fungsi pemerintahan khususnya pemerintah di
Kabupaten Enrekang.
Olehnya itu dalam penelitian ini akan diukur atau dioperasionalkan dalam berbagai
kosep-konsep penelitian. Sebagaimana yang telah diuraikan pada rumusan masalah dan
tujuan penelitian, maka mengoperasionalkan konsep-konsep yang terdapat dalam
pelaksanaan penelitian ini. Dalam pelaksanaan upaya pemberantasan penyakit HIV-AIDS
tersebut, dilakukan dengan mengikutsertakan masyarakat secara aktif. Mengingat frekuensi
HIV-AIDS semakin meningkat serta dapat mengakibatkan perpindahan yang tinggi, maka
perlu dilakukan penanggulangan.
Kegiatan penanggulangan AIDS dikomandoi oleh Komisi Penanggulangan AIDS
(KPA) yang diketuai oleh Menko Kesra dan di daerah oleh KPA Wakil Bupati. Kegiatannya
meliputi pencegahan, pelayanan, pemantauan, pengedalian dan penyuluhan.
Prinsip-prinsip dasar penanggulangan HIV/AIDS.
1. Upaya penanggulangan HIV/AIDS dilaksanakan bersama oleh masyarakat dan
pemerintah.
2. Setiap upaya penanggulangan harus mencerminkan nilai-nilai agama dan budaya yang
ada di Indonesia.
3. Setiap kegiatan diarahkan untuk mempertahankan dan memperkukuh ketahanan dan
kesejahteraan keluarga, serta sistem dukungan sosial yang mengakar dalam masyarakat.
4. Pencegahan HIV/AIDS diarahkan pada upaya pendidikan dan penyuluhan untuk
memantapkan perilaku yang baik dan mengubah perilaku yang berisiko tinggi.
5. Setiap orang berhak untuk mendapat informasi yang benar untuk melindungi diri dan
orang lain terhadap infeksi HIV.
6. Setiap kebijakan, program, pelayanan dan kegiatan harus tetap menghormati harkat
dan martabat dari para pengidap HIV/penderita AIDS dan keluarganya.
7. Setiap pemeriksaan untuk mendiagnosa HIV/AIDS harus didahului dengan penjelasan
yang benar dan mendapat persetujuan yang bersangkutan (informed consent), sebelum
dan sesudahnya harus diberikan konseling yang memadai dan hasil pemeriksaan wajib
dirahasiakan.
8. Diusahakan agar peraturan perundang-undangan mendukung dan selaras dengan
Strategi Nasional Penanggulangan HIV/AIDS di semua tingkat.
9. Setiap pemberi pelayanan kepada pengidap HIV/penderita AIDS berkewajiban
memberikan pelayanan tanpa diskriminasi.

20
BAB III
KESIMPULAN
A. KESIMPULAN
Penyakit Menular :
Adalah penyakit yang disebabkan oleh agen infeksi atau toksisnya yang berasal dari sumber
penularan atau reservoir, yang ditransmisikan kepa host yang rentan
Wabah Penyakit Menular
Kejadian berjangkitnya suatu penyakit menular dalam masyarakat yang jumlah penderitanya
meningkat secara nyata melebihi kedaan yang lazim pada waktu da daerah tertentu serta
dapat menimbulkan malapetak ( UU. Wabah1984
Penyakit menular seksual adalah infeksi yang di tularkan dari satu orang ke orang lain
saat berhubungan badan. Semua orang, pria, wanita (bahkan bahkan anak-anak) bisa tertular
penyakit kelamin ini. Penyakit yang umum terjadi adalah: gonore, sifilis, herpes, HIV/Aids ,
Trikomoiasis. Pencegahan penularan infeksi penyakit di komunitas :
Tanyakan kepada wanita yang ada rawat mengenai infeksi penyakit kelamin yang mungkkin
dialaminya atau dialami pasanganny. Mungkin wanita itu merasa malu untuk
membicarakannya, tapi semakin banyak informasi yang anda ketahui, semakin jiwanya
tertolong
Undang yang mengatur tentang penyakit emnular yaitu
1. Undang-undang no.6 tahun 1962 tentang wabah.
2. Undang-undang no.7 tahun 1968 tentang perubahan pasal 3 undang-undang no.6 tahun
1962 tentang wabah.
3. Undang-undang RI no.4 tahun 1984 tentang wabah penyakit menular.

B. SARAN
Setelah mengetahui beberapa pengertian penyakit menular seksual diatas, saya sebagai
penulus mengharapkan agar para pembaca lebih berhati-hati terhadap penyakit ini, dan dapat
mengetahui dengan jelas beberapa faktor penyebab, cara mengatasi dan cara penularanya

21
penyakit menular sseksual. Oleh karena itu,saya sebagai penulis meminta kritik dan saranya
untuk menyempurnakan makalah yang saya buat.

DAFTAR PUSTAKA

· http://midwifeipeah.blogspot.com/2009/11/pms-penyakit-menular-seksual.html
· http://books.google.co.id/books?id=3UeW24_pnIkC&pg=PA138&lpg=PA138&dq=etika+
dan+aspek+hukum+penyakit+menular,+wabah+penyakit+menular+seksual&source
· http://id.wikipedia.org/wiki/Penyakit_menular_seksual
· http://www.scribd.com/doc/4819072/Penyakit-Hubungan-Seksual
· www.penyakitmenularseksual.com/
· Buku etika kedokteran dan hukum kesehatan edisi 4.
· Buku etika kedokteran dan hukum kesehatan edesi 3.

22

Anda mungkin juga menyukai