Disusun Oleh :
1. ELSA LESTARY SIPAYUNG ( 3111811009 )
2. MONIKA LESTARI NABABAN ( 3111811010 )
3. VIKA ASMOROWATI ( 3111811002 )
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat limpahan
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis bisa menyelesaikan makalah ini tepat pada
waktunya.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini.
Oleh karena itu penulis mengundang para pembaca untuk memberikan saran atau kritik yang
dapat membangun makalah kami.
Akhir kata penulis memohon maaf apabila dalam penulisan makalah ini terdapat
banyak kesalahan, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan
serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Tuhan Yang Maha Esa
senantiasa memberkati segala usaha kita.
Kelompok 7
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
I. LATAR BELAKANG
Kemajuan ekonomi suatu negara memacu perkembangan bisnis dan mendorong
munculnya pelaku bisnis baru sehingga menimbulkan persaingan yang cukup tajam di dalam
dunia bisnis. Hampir semua usaha bisnis betujuan untuk memperoleh keuntungan yang
sebesar-besarnya (profit-making) agar dapat meningkatkan kesejahteraan pelaku bisnis dan
memperluas jaringan usahanya. Namun terkadang untuk mencapai tujuan itu segala upaya
dan tindakan dilakukan. Walaupun pelaku bisnis harus melakukan tindakan-tindakan yang
mengabaikan berbagai dimensi moral dan etika dari bisnis itu sendiri.
Bisnis dapat menjadi sebuah profesi etis apabila ditunjang dengan menerapkan
prinsip-prinsip etis untuk berbisnis. Prinsip-prinsip etis dalam berbisnis adalah merupakan
suatu hukum yang mengatur kegiatan bisnis semua pihak secara fair dan baik disertai dengan
sebuah sistem pemerintahan yang adil dan efektif dalam menegakkan aturan bisnis tersebut.
Dalam prinsip ini terdapat tata cara ideal dalam pengaturan dan pengelolaan bisnis yang
memperhatikan norma dan moralitas ini dapat menunjang maksud dan tujuan kegiatan bisnis.
Berdasarkan pernyataan di atas, maka kode etik profesi perlu diterapkan dalam setiap
jenis profesi. Kode etik ini menetapkan prinsip dasar dan aturan etika profesi yang harus
diterapkan oleh setiap individu. Dalam prinsip akuntansi, etika akuntan harus lebih dijaga
daripada kepentingan perusahaan. Tanpa etika, profesi akuntansi tidak akan ada karena fungsi
akuntansi adalah penyedia informasi untuk proses pembuatan keputusan bisnis oleh para
pelaku bisnis, dengan berdasarkan kepentingan banyak pihak yang terlibat dengan
perusahaan. Dan bukan didasarkan pada beberapa pihak tertentu saja. Karena itu, bagi
akuntan, prinsip akuntansi adalah aturan tertinggi yang harus diikuti. Kode etik dalam
akuntansi pun menjadi barang wajib yang harus mengikat profesi akuntan.
PEMBAHASAN
I. PENGERTIAN ETIKA
Menurut bahasa Yunani Kuno, etika berasal dari kata ethikos yang berarti “timbul dari
kebiasaan”. Etika adalah cabang utama filsafat yang mempelajari nilai atau kualitas yang
menjadi studi mengenai standar dan penilaian moral. Etika mencakup analisis dan
penerapan konsep seperti benar, salah, baik, buruk, dan tanggung jawab. Karena itulah
etika merupakan suatu ilmu. Sebagai suatu ilmu, objek dari etika adalah tingkah laku
manusia.
Menurut Martin [1993], etika didefinisikan sebagai “the discipline which can act as
the performance index or reference for our control system“. Etika disebut juga filsafat
moral. Etika tidak mempersoalkan keadaan manusia, melainkan mempersoalkan
bagaimana manusia harus bertindak.
Akuntan Publik Djoko Sutardjo yang mengaudit laporan keuangan PT Myoh Technology
Tbk dibekukan izinnya. Kesalahannya cukup fatal karena melanggar Standar Profesional
Akuntan Publik dan Kode Etik IAI
Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati terhitung sejak 4 Januari 2007 telah
membekukan izin Akuntan Publik (AP) Djoko Sutardjo dari Kantor Akuntan Publik (KAP)
Hertanto, Djoko, Ikah & Sutrisno selama 18 bulan.Sanksi pembekuan izin ini diberikan
karena terdapat pelanggaran atas pembatasan penugasan audit oleh Djoko Sutardjo dengan
hanya melakukan audit umum atas laporan keuangan PT Myoh Technology Tbk
(MYOH). Penugasan ini dilakukan secara berturut-turut sejak tahun buku 2002 hingga tahun
buku 2005.
Pembekuan izin oleh Menkeu ini merupakan tindak lanjut atas surat Ketua Bapepam-LK
nomor S-348/BL/2006 tertanggal 6 Juni 2006. Berkenaan dengan hal tersebut, AP telah
melakukan pelanggaran terhadap Pasal 24 Keputusan Menkeu nomor 423/KMK.06/2002
tentang Jasa Akuntan Publik sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Menkeu nomor
359/KMK.06/2003dan dikategorikan sebagai pelanggaran berat sehingga dikenakan sanksi
pembekuan izin.
Pasal 24
(1) Dalam memberikan jasanya, Akuntan Publik dan KAP wajib mematuhi:
1. Standar Profesional Akuntan Publik yang ditetapkan oleh IAI;
2. Kode etik IAI dan aturan etika akuntan IAI-Kompartemen Akuntan Publik; dan
3. Peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang berhubungan dengan bidang jasa
yang diberikan.
(2) Akuntan Publik dan KAP dalam melaksanakan penugasan Audit Kinerja wajib
mematuhi standar Audit Kinerja yang disepakati antara Akuntan Publik dan KAP dengan
pemberi kerja.
Kasus ini muncul ketika Djoko melakukan audit laporan keuangan MYOH tahun 2005.
Dalam audit itu terdapat kesalahan dalam hal penjumlahan dan penyajian arus kas yang
berakhir pada 31 Desember 2005. Kemudian, Direksi MYOH meminta Djoko untuk
mengaudit ulang dan merevisi laporan keuangan tersebut. Revisi kembali dilakukan pada Juni
2006. Hasil revisi ini telah disampaikan ke Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga
Keuangan (Bapepam-LK) dan Bursa Efek Surbaya (BES).
Selama izinnya dibekukan, AP yang bersangkutan dilarang memberikan jasa atestasi
termasuk audit umum, review, audit kerja dan audit khusus. Yang bersangkutan juga dilarang
menjadi pemimpin rekan atau pemimpin cabang KAP. Namun, dia masih tetap
bertanggungjawab atas jasa konsultasi yang telah diberikan serta wajib memenuhi ketentuan
mengikuti Pendidikan Profesional Berkelanjutan (PPL).
Belum Bayar
Sementara itu, Direktur Utama BES Bastian Purnama yang dihubungi Hukumonline secara
terpisah pada Rabu (24/1) menegaskan bahwa emiten berkode MYOH itu sedang bermasalah
dengan BES. MYOH, kata Bastian sampai dengan saat in belum memenuhi kewajiban
pembayaran biaya pencatatan saham tahunan (annual listing fee) priode 1006/2007. Padahal,
ujarnya seharunya biaya itu sudah dibayarkan sebelum Agustus 2006.
Pihak BES sendiri telah melayangkan surat peringatan tertulis sejak 28 Agustus 2006 lalu.
Namun, hingga keluarnya surat peringatan tertulis yang ketiga pada 11 Oktober 2006, pihak
MYOH belum juga melakukan pembayaran. Hingga akhirnya pada 9 Nopember 2006, BES
melakukan penghentian sementara perdagangan saham (suspend) di semua pasar atas saham
emiten MYOH.
Kesal akan ketidak jelasan status pembayaran annual listing fee dari MYOH, pada 4 Januari
2006 BES memanggil direksi MYOH untuk melakukan dengar pendapat (hearing). Kita
sempat panggil Direksi MYOH karena mereka belum memenuhi kewajiban untuk
membayar annual listing fee. Sekalian juga kita meminta kinerja dari mereka untuk
disampaikan ke kami, ujar Bastian.
Dalam hearing tersebut, seperti dituturkan Bastian, Direktur Utama MYOH David Jakubus
Elisafan mengakui kalau perusahaannya saat ini sedang mengalami kesulitan arus kas (cash
flow). David menjelaskan bahwa belum terpenuhinya kewajiban membayar biaya pencatatan
saham priode 2006/2007 dikarenakan cash flow perusahaan yang rendah pada 2006, terutama
setelah terjadinya penundaan pembayaran sebesar Rp 270 juta oleh dua klien hotel kepada
MYOH. Perusahaan kami masih tetap beroperasi walaupun mungkin cash flow-nya agak
susah, ujar David.David menambahkan, seharusnya pembayaran dari kedua klien tersebut
sudah dilakukan pada bulan September 2006. Namun hingga saat ini keduanya belum juga
membayar.
David optimis, pada 2007 cash flow perusahaan akan membaik dengan pertimbangan pada
tahun ini akan ada beberapa proyek baru yang potensial menambah pendapatan operasional
emiten. Antara lain kerjasama dengan vendor dalam hal penyedian hardware, kerjasama
dengan chain restoran dan hotel-hotel di Jakarta, Makasar dan Bali. Selain itu menurutnya,
perusahaan juga akan mendapatkan pendapatan dari jasa perawatan
(maintenance) softwareyang terus tumbuh setiap tahunnya.
Analisis kasus :
Dalam kasus di atas, sanksi pembekuan izin diberikan karena akuntan publik tersebut
melakukan pelanggaran terhadap Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP). Untuk kasus
yang pertama, pelanggaran itu berkaitan dengan pelaksanaan audit atas Laporan Keuangan
PT MYOH tahun buku berakhir 31 desember 2002 sampai 2005 yang dilakukan oleh Djoko.
Selain itu, Djoko juga telah melakukan pelanggaran atas pembatasan penugasan audit umum
dengan melakukan audit umum atas laporan keuangan PT Myoh Technology Tbk
(MYOH), sejak tahun buku 2002 sampai dengan 2005. Sebagai seorang akuntan
publik, Djoko seharusnya mematuhi Standar Profesional Akuntan
Publik (SPAP) yang berlaku. Ketika memang dia harus melakukan jasa audit, maka audit
yang dilakukan pun harus sesuai dengan Standar Auditing (SA) dalam SPAP. Begitu juga
dengan kasus-kasus pembekuan izin terhadap akuntan publik yang lain dalam
berita di atas.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sebagai seorang akuntan public seharusnya mematuhi Standar Profesi Akuntansi
Publik (SPAP) yang berlaku. Ketika memang dia harus melakukan jasa audit, maka audit
yang dilakukan pun harus sesuai dengan Standar Auditing (SA) dalam SPAP.
Dari kasus diatas juga dapat disimpulkan bahwa terjadi pelanggaran terhadap
beberapa prinsip Etika Profesi yaitu : Integritas, tanggungjawab, dan standar teknis. Dimana
dalam standar teknis setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya sesuai dengan
standar teknis dan standar professional yang relevan,sesuai dengan keahliannya dan dengan
berhati-hati.
http://itsblogku.blogspot.com/2017/12/analisis-pelanggaran-kode-etik-profesi.html?m=1
http://marshellinussugiboly.blogspot.com/2015/10/akuntan-publik-djoko-sutardjo-
dibekukan.html?m=1