Anda di halaman 1dari 4

MASALAH HUKUM 10 hari awal bulan Dzulhijah (mulai dari

tanggal 1 Dzulhijah, pen).


POTONG RAMBUT DAN Hadis pertama menunjukkan perintah
KUKU BAGI YANG untuk tidak memotong (rambut dan
kuku). Asal perintah di sini menunjukkan
AKAN BERQURBAN wajibnya hal ini. Kami pun tidak
Disusun oleh : mengetahui ada dalil yang memalingkan
Ustadz Amin Muchtar dari hukum asal yang wajib ini.
(Peneliti & Ahli Hadits Ibnu Hajar Sedangkan riwayat kedua adalah larangan
Institute Bandung) memotong (rambut dan kuku). Asal
larangan di sini menunjukkan
Al Lajnah Ad Da-imah (Komisi Fatwa di terlarangnya hal ini, yaitu terlarang
Saudi Arabia) pernah ditanya, memotong (rambut dan kuku). Kami pun
terjemahannya kurang lebih seperti ini, tidak mengetahui ada dalil yang
“Katanya ada hadis yang menjelaskan memalingkan dari hukum asal yang
bahwa siapa yang ingin berqurban atau melarang hal ini.
keluarga yang diniatkan pahala untuk Secara jelas pula, hadis ini khusus bagi
berqurban, maka ia tidak boleh mencukur orang yang ingin berqurban. Adapun
bulu, rambut kepala dan juga memotong anggota keluarga yang diikutkan dalam
kuku sampai ia berqurban. Apakah pahala qurban, baik sudah dewasa atau
larangan ini umum untuk seluruh anggota belum, maka mereka tidak terlarang
keluarga (yang diniatkan dalam pahala memotong bulu, rambut dan kuku.
qurban), baik dewasa atau anak-anak? Meraka (selain yang berniat qurban)
Ataukah larangan ini berlaku untuk yang dihukumi sebagaimana hukum asal yaitu
sudah dewasa saja, tidak termasuk anak- boleh memotong rambut dan kuku dan
anak?” kami tidak mengetahui adanya dalil yang
Jawab: memalingkan dari hukum asal ini.
Kami tidak mengetahui lafazh hadis Wa billahit taufiq, wa shallallahu ‘ala
sebagaimana yang penanya sebutkan. nabiyyina Muhammad wa ‘ala alihi wa
Lafazh yang kami tahu shohbihi wa sallam.
sebagaimana shahih dari Fatwa ini ditandatangani oleh Syaikh
Nabi shallallahu ‘alaihi wa ‘Abdul ‘Aziz bin Baz sebagai Ketua,
sallam diriwayatkan oleh al- Syaikh ‘Abdur Rozaq ‘Afifi sebagai
Jama’ah kecuali Al-Bukhari yaitu dari Wakil Ketua, Syaikh ‘Abdullah bin Mani’
Ummu Salamah radhiyallahu ‘anha, dan Syaikh ‘Abdullah bin Ghodyan
َ ‫ل ِذى الْحِ َّجةِ َوأَ َر‬
‫اد‬ َ َ ‫م هِ لا‬ َ
ْ ‫إِ َذا َرأيْ ُت‬
sebagai Anggota.
Sumber: Fatwa Al Lajnah Ad Da-imah lil
‫ك َع ْن‬ ْ ِ‫مس‬ َ ‫أَح ُد ُك‬
ْ ‫ى َف ْل ُي‬
َ ‫ض ِح‬ َ ‫ن ُي‬ ْ ‫مأ‬ ْ َ Buhuts ‘Ilmiyyah wal lIfta’, soal ketiga
‫ار ِه‬ َ
ِ ‫ش ْع ِر ِه َوأ ْظ َف‬ َ dari Fatwa no. 1407, 11/426-427, Darul
“Jika kalian telah menyaksikan hilal Dzul Ifta’
Hijah (maksudnya telah memasuki satu
Dzulhijah, pen) dan kalian ingin Sikap Para ulama Terdahulu
berqurban, maka hendaklah shohibul Masalah potong rambut dan kuku bagi
qurban membiarkan (artinya tidak calon qurbani, kalau diteliti secara ilmiah
memotong) rambut dan kukunya.” HR. dalam berbagai kitab yang telah disusun
Muslim, No. 1977 para ulama mutaqaddimin(terdahulu)
Dalam lafazh lainnya, bukanlah masalah baru, tetapi

َ َ‫ َفإِ َذا أ‬،‫ان ل َُه َذبْ ٌح يَ ْذبَ ُح ُه‬


persoalannya sudah berkembang sejak
َّ ‫ه‬
‫ل‬ َ َ‫م ْن ك‬ َ lama. Kalaupun masalah ini dipandang
ْ
‫ َفلَا يَأ ُخ َذ َّن ِم ْن‬، ِ‫َال ِذي الْحِ َّجة‬ ُ ‫هِ ل‬ baru pada hakikatnya hanya “baru

ِ ‫ن أَ ْظ َف‬
didengar” atau “baru diketahui” karena
‫شيْ ًئا َحتَّى‬ َ ‫ار ِه‬ ْ ‫ َولَا ِم‬،‫ش ْع ِر ِه‬
َ masalah sosialisasi yang dimungkinkan
‫ي‬
َ ‫ض ِح‬ َ ‫ُي‬ belum merata di kalangan umat Islam.
“Siapa yang punya binatang kurban dan Dalam menetapkan status hukum “potong
apabila telah memasuki awal Dzulhijah rambut dan kuku” itu para ulama terbagi
(1 Dzulhijah), maka janganlah ia menjadi tiga madzhab: (1) madzhab
memotong rambut dan kukunya sampai ia haram, (2) madzhab makruh, (3) madzhab
berqurban.” HR. Muslim, No. 1977 mubah. Di sini akan ditampilkan
Maka hadis ini menunjukkan terlarangnya argumentasi dan metodologi ketiga
memotong rambut dan kuku bagi orang madzhab itu, untuk selanjutnya dipilih
yang ingin berqurban setelah memasuki madzhab mana yang lebih kuat (arjah),
tentu saja menurut pandangan penulis.
Pemaknaan rambut yang tidak dipotong
itu termasuk bulu ketiak, kumis, bulu
kemaluan, rambut kepala dan juga rambut
Pendapat Pertama: Hukumnya yang ada di badan (Lihat, Syarh Riyadh
Haram as-Shalihin, I:2023)
Sa’id bin Al Musayyib, Robi’ah, Imam Selanjutnya, dalam mensikapi berbagai
Ahmad, Ishaq, Daud dan sebagian ulama pendapat di atas, para ulama pada periode
syafi’iyyah mengatakan bahwa larangan selanjutnya juga berbeda pendapat. Ada
memotong rambut dan kuku (bagi yang menyatakan bahwa pendapat yang
shohibul qurban) dihukumi haram sampai arjah (paling kuat) adalah pendapat
diadakan penyembelihan qurban pada pertama, berdasarkan larangan yang
waktu penyembelihan qurban. (Lihat, al- disebutkan dalam hadis di atas dan
Mausu’ah al-Fiqhiyyah al-Kuwaitiyyah, pendapat ini lebih hati-hati. Pendapat
V:170) ketiga adalah pendapat yang sangat lemah
Secara zhahir (tekstual), pendapat karena bertentangan dengan hadis
pertama ini melarang memotong rambut larangan. Sedangkan pendapat yang
dan kuku bagi shohibul qurban berlaku memakruhkan juga dinilai kurang tepat
sampai hewan qurbannya disembelih. karena sebenarnya hadis ‘Aisyah hanya
Misal, hewan qurbannya akan disembelih memaksudkan bahwa Nabi saw.
pada hari tasyriq pertama (11 Dzulhijah), melakukan perkara yang sifatnya
maka larangan tersebut berlaku sampai keseharian yaitu memakai pakaian
tanggal tersebut. berjahit dan memakai wewangian, yang
Pendapat pertama yang menyatakan seperti ini tidak dibolehkan untuk yang
haram berlandaskan hadis larangan ihram. Namun untuk memotong rambut
memotong rambut dan kuku yang telah adalah sesuatu yang jarang dilakukan
disebutkan dalam fatwa Lajnah Ad- (bukan kebiasaan keseharian) sehingga
Daimah di atas. beliau masih tetap tidak memotong
rambutnya ketika hendak berqurban.
Pendapat Kedua: Hukumnya Makruh
Pendapat ini adalah pendapat ulama Tanggapan
malikiyyah, syafi’iyyah, dan sekolompok Menurut kami pendapat
hanabilah. Pendapat kedua ini yang arjah (paling kuat) justru pendapat
menyatakan bahwa hadis perintah untuk kedua (hukumnya Makruh) dengan
tidak memotong (rambut dan kuku) argumentasi sebagai berikut:
menunjukkan mustahab. Sedangkan hadis Metodologi pendapat pertama adalah
larangan memotong (rambut dan kuku) “Asal perintah menunjukkan wajib, dan
menunjukkan makruh yaitu makruh asal larangan menunjukkan haram”.
tanzih, dan bukan haram. Karena tidak mengetahui ada dalil yang
Adapun dalil yang memalingkan dari memalingkan dari hukum asal perintah
hukum asal perintah dan larangan itu dan hukum asal larangan, maka
adalah hadis ‘Aisyah yang menyatakan disimpulkan bahwa memotong rambut
bahwa Nabi saw. pernah berqurban dan dan kuku hukumnya haram.
beliau tidak melarang apa yang Allah Sedangkan pendapat kedua secara
halalkan hingga beliau menyembelih metodologi tidak berbeda dengan
hadyu (qurbannya di Makkah). H.r. al- pendapat pertama. Hanya saja pendapat
Bukhari dan Muslim. Lihat, As-Syarh al- ini mengetahui adanya dalil yang
Kabir, II:12, as-Syarh as-Shagir, memalingkan dari hukum asal perintah
II:144, Bidayah al-Mujatahid, dan larangan itu, yakni hadis Aisyah:
I:424, Mughni al-Muhtaj, III:283, al- ‫ت َقلاَئ َِد ُب ْد ِن‬ ُ ‫ َف َت ْل‬:‫َت‬
ْ ‫ َقال‬،‫ِش َة‬ َ ‫َع ْن َعائ‬
Muhadzab, I:238, al-Mughni,
VIII:618, Kasysyaf al-Qana, ،‫ال َّن ِبي ِ صلى هللا عليه وسلم‬
III:5, Hasyiah al-Bajuri ‘ala Ibn Qasim, ‫ها‬
َ ‫ش َع َر‬ْ َ‫ها َوأ‬ َ ‫م َق َّل َد‬َّ ‫ ُث‬،‫ي‬ َّ ‫ِبيَ َد‬
ْ َ‫َوأ‬
II:309
Pendapat Ketiga: Tidak Makruh ‫ان‬َ َ‫ي ٌء ك‬ ْ َ‫م َعلَيْهِ ش‬ َ ‫ما َح ُر‬ َ ‫ها؛ َف‬ َ ‫ه َدا‬
Ulama hanafiyyah berpendapat tidak ‫ل ل َُه‬ َّ ِ‫ُأح‬
makruh sama sekali, karena qurbani tidak Dari Aisyah, ia berkata, “Saya memintal
diharamkan untuk bercampur, berpakaian kalung-kalung unta Nabi saw. dengan
biasa. Demikian pula tidak makruh tangan saya. Kemudian Rasulullah
memotong rambut dan kuku sebagaimana mengalungkannya, memberinya tanda
kalau ia tidak hendak qurban. (Lihat, al- dan mengirimkannya. tidaklah haram atas
Mughni, VIII:619) beliau sesuatu yang dihalalkan Allah
Sikap Kami untuk beliau.” HR. Al-
Bukhari, Shahih Al-Bukhari, II:608, kitab untuk hadyu atau udhiyyah, sebagai
al-Hajj, bab man asy’ara wa qallada bi berikut:
َّ‫هل‬ َ َ‫ان ل َُه َذبْ ٌح يَ ْذبَ ُح ُه َفإِ َذا أ‬
َ َ‫م ْن ك‬
Dzil Hulaifah tsumma ahrama
Hadis ini menunjukkan bahwa ketika َ
beliau telah mengirim hadyu(sembelihan ‫ َفلَا يَأْ ُخ َذ َّن ِم ْن‬، ِ‫َال ِذي الْحِ َّجة‬ ُ ِ‫ه‬‫ل‬
waktu ibadah haji)nya, tidaklah haram
atas beliau sesuatu pun karena itu dan
‫شيْ ًئا َحتَّى‬ َ ‫ار ِه‬ِ ‫ش ْع ِر ِه َولَا ِم ْن أَ ْظ َف‬
َ
beliau tetap dihalalkan ketika masih ‫ي‬
َ ‫ض ِح‬
َ ‫ُي‬
berada di Madinah. Maka ketika itu tidak “Siapa yang punya binatang sembelihan
ada sesuatu pun yang dilarang seperti dan apabila telah memasuki awal
yang dilarang bagi yang ihram. Dzulhijah (1 Dzulhijah), maka janganlah
Karena pendapat kedua memenuhi syarat ia memotong rambut dan kukunya sampai
metodologi di atas, yaitu: ia berqurban.” H.r. Muslim, Shahih
َّ ‫ب إِلا‬ ْ َ ‫ل فِي الأ‬ ْ َ ‫الأ‬
Muslim, III:1566, No. 1977; Abu
ِ ‫م ِر ِل ْل ُو ُج ْو‬ ُ ‫ص‬ Dawud, Sunan Abu Dawud, III:94, No.
‫ِل َق ِر يْ َنة‬ 2791.
“Pada asalnya perintah itu menunjukkan Sedangkan dalam riwayat Abu Ya’la
wajib kecuali ada qarinah (keterangan (Musnad Abu Ya’la, XII:348, No. 6917
pendukung)” dan Ibnu Hiban, Shahih Ibnu Hiban,
َّ ‫َّح ِر يْمِ إِلا‬
ْ ‫َّهي ِ لِلت‬
ْ ‫ل فِي الن‬
ُ ‫ص‬ ْ َ ‫الأ‬
XIII:239, No. 5917) dengan sedikit
perbedaan redaksi:
‫ِل َق ِر يْ َنة‬
“Pada asalnya larangan itu menunjukkan
‫ل ِذى الْحِ َّجةِ َول َُه َذبْ ٌح‬ َ َ‫ل هِ لا‬ َّ ‫ه‬َ َ‫م ْن أ‬
َ
‫ش ْع ِر ِه‬ َ ‫ك َع ْن‬ ْ ِ‫مس‬ َ
haram kecuali ada qarinah” ْ ‫ُي ِر يْ ُد أ ْن يَ ْذبَ َح ُه َف ْل ُي‬
Dan dalam hal ini pendapat kedua
mengetahui qarinahnya (hadis Aisyah di
ِ ‫َوأَ ْظ َف‬
‫ار ِه‬
“Siapa yang telah menyaksikan hilal
atas), hemat kami pendapat kedualah Dzulhijjah dan punya binatang
yang arjah. sembelihan yang hendak disembelih,
Tanggapan hendaklah ia membiarkan (tidak
1. Bukankah hadis Aisyah itu memotong) rambut dan kukunya.”
berkaitandengan hadyu (sembelih Sedangkan hadis-hadis dengan
an waktu ibadah haji), sedangkan redaksi udhiyyah atau yudhahhi, hemat
hadis Ummu Salamah tentang kami bukanlah
sebagai takhsis (pengkhususan)
larangan berkaitan
melainkan dzikr ba’dhi afrad al-
dengan udhhiyyah (kurban)? ‘amm (penyebutan sebagian satuan yang
2. Hadis Aisyah tercakup oleh umum). Dengan demikian
mengabarkan fi’il (perbuatan) ketentuan ini berlaku bukan hanya bagi
Nabi dan hadis Ummu Salamah qurbani yang tidak haji.
mengabarkan qawl (sabda)Sedang Dengan demikian, Nabi tidak memotong
kan kaidah menyatakan: Al-Qawl rambut ketika masih halal(belum ihram
haji) bukan karena perbuatan itu jarang
muqaddamun ‘alalfi’l (Sabda
dilakukan oleh Nabi, melainkan sebagai
didahulukan daripada perbuatan). syariat.
3. Apabila tidak dianggap Selain itu terdapat penegasan dari Nabi
bertentangan maka hadis Aisyah bahwa memotong kuku dan mengambil
sifatnya ‘amm (umum) dan hadis rambut itu bukan kewajiban melainkan
Ummu Salamah sebagai pelengkap ibadah qurban. Beliau
bersabda:
sifatnya khash (khusus).Sedangkan
ِ‫ِك عِ ْن َد هللا‬
َ ‫ضحِ يَّت‬ ُ ‫ك َتم‬
kaidah menyatakan : Al-Khash ْ ‫ام أ‬
ُ َ َ ‫َفتِ ْل‬
muqaddamun ‘alal “Maka itu semua adalah kelengkapan
qurbanmu di sisi Allah” H.r. Abu Dawud
‘Amm (Petunjuk khusus
(Sunan Abu Dawud, III:93, No. hadis
didahulukan daripada petunjuk 2789) dan An-Nasai (As-Sunan Al-Kubra,
umum) III:52, No. hadis 4455, Sunan An-Nasai,
VII:212, No. hadis 4365)
Jawaban:
Dalam hadis itu dinyatakan secara umum Kesimpulan
dengan menggunakan Calon qurbani dimakruhkan memotong
lafal mandan dzabhun (binatang kuku dan seluruh rambut pada tubuh sejak
sembelihan) tanpa dibatasi 1 Dzulhijjah hingga hewan kurbannya
disembelih.
Ketentuan ini bukan sebagai syarat sah
kurban melainkan sebagai pelengkap
keutamaan ibadah kurban (afdhaliyyah)

Anda mungkin juga menyukai