Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Pada zaman sekarang ini, kita harus jadi manusia yang proaktif,
jangan menjadi manusia reaktif. Terutama kita sebagai generasi penerus
bangsa. Kita harus bersikap yang disiplin dengan menghargai waktu, jangan
kita membuang waktu dengan sia – sia. Kita harus selalu mengikuti
perkembangan zaman.
Kita sebagai mahasiswa terutama kita harus bisa jadi mahasiswa yang
aktif dalam mendengarkan informasi yang diterapkan dari kurikulum
maupun dunia luar, sehingga waktu kita untuk belajar tidak terbuang dengan
sia – sia. Pengetahuan bukan hanya didapat secara formalitas saja, namun
banyak pengetahuan yang didapat secara non formal, oleh karena itu kita
harus bisa jadi pendengar aktif dan bisa mengungkapkan diri dengan efektif.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Apa yang dimaksud dengan mendengar aktif ?
2. Bagaimana proses mendengar aktif ?
3. Apa manfaat dari mendengar aktif ?
4. Apa tekhnik mendengar yang mendasar ?
5. Bagaimana cara mendengar aktif yang baik?
6. Apa faktor-faktor penghambat dari mendengar aktif ?

1.3 TUJUAN PENULISAN


1. Untuk mengetahui pengertian dari mendengar aktif.
2. Untuk mengetahui proses mendengar aktif
3. Untuk mengetahui manfaat dari mendengar aktif.
4. Untuk mengetahui tekhnik mendengar aktif.
5. Untuk mengetahui cara mendengar aktif yang baik.
6. Untuk mengetahui faktor penghambat dari mendengar aktif.

1
2

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN MENDENGAR AKTIF


Mendengar mungkin sesuatu yang sangat sulit atau bahkan
membosankan, apalagi jika yang disampaikan adalah suatu masalah yang
perlu pemecahan. Mendengar yang dimaksud bukan asal mendengar saja,
akan tetapi konselor harus dapat menjadi pendengar yang aktif, yang berarti
konselor selalu merespons apa yang disampaikan oleh klien.
Dalam proses konseling, klien tidak hanya menyampaikan perasaan-
perasaannya kepada konselor saja tetapi juga meraba-raba bagaimana kesan
konselor sebenarnya. Mendengar secara aktif akan dapat membantu
konselor untuk mengenal pribadi, sikap, perasaan, atau dunia klien. Dalam
hal ini konselor dapat melakukan pengamatan sikap dan perilaku klien pada
saat menyampaikan masalah atau perasaan-perasaan.
Ungkapan konselor dengan berkata hmm, ok, ya, atau pemakaian
bahasa non-verbal dengan menganggukkan kepala dapat membuat klien
merasa diperhatikan, diterima, dan klien akan lebih terbuka. Klien sering
merasa takut atau cemas ketika menyampaikan masalahnya kepada
konselor, seperti perawat, bidan, atau petugas kesehatan lainnya. Misalnya,
klien dengan masalah persiapan endoskopi datang ke klinik konseling untuk
menyamapikan rasa takutnya karena akan dilakukan tindakan endoskopi,
maka konselor harus benar-benar memperhatikan sikap dan perasaan klien
saat itu. Konselor dengan penerimaan yang ramah, hangat, dan dengan
menggunakan bahasa verbal dan non-verbal. Konselor harus mendengarkan
apa yang disampaikan klien dengan persiapan endoskopi tersebut dengan
penuh perhatian dan jangan sampai lengah. Dengarkan dengan sikap baik
dan pandangan mata yang memberikan rasa tenang.

3
3

2.2 PROSES MENDENGAR AKTIF


Dalam mendengarkan aktif, terjadi tiga proses yang berjalan
bersamaan,yaitu :
1) Mengamati, yaitu memperhatikan dengan seksama pesan verbal dan non
verbal yang nampak maupun tersembunyi,
2) Memahami, yaitu menganalisa dan menerima apa yang dirasakan dan
dialami konseli,
3) Menanggapi, yaitu memberikan umpan balik secara verbal dan non
verbal dengan tepat yang menunjukkan bahwa konselor mendengarkan
dengan baik dan memahami “pesan” yang disampaikan konseli.
Oleh karena itu, agar konselor dapat mendengarkan aktif maka
dibutuhkan keterampilan-keterampilan sebagai berikut :
a. Mendengar dengan jelas
Jika Anda mendengarkan, sangat penting Anda hanya mendengar.
Kesulitan utama konselor adalah ia berfikir ketika mendengarkan, Jika
Anda berfikir tentang apa yang Anda katakan, Anda tidak akan tahu
dengan tepat apa yang dikatakan orang lain kepada Anda. Sangat penting
Anda mendengar tanpa menilai atau menghakimi apa yang dikatakannya
dan tanpa berusaha segera mengoreksi apa yang dipikirkannya.

b. Refleksi
Ketika seseorang berbicara kepada Anda, merefleksi adalah
menyimpulkan dan mengulang secara sederhana apa yang dipikirkan dan
dirasakan orang itu. Refleksi membantu menjernihkan masalah yang
timbul pada kedua belah pihak. Jika Anda salah mengerti terhadap
4

konseli, ia dapat mengoreksi Anda. Jika Anda mengulangi pikiran dan


perasaannya, gunakan pernyataan, bukan pertanyaan.
c. Parafrase
Tanggapan konselor dengan menyatakan kembali isi dari
pernyataan konseli yang terakhir. Parafrase memusatkan perhatian pada
isi tentang kejadian, orang-orang, esensi kalimat yang digunakan
konseli atau kata-kata terakhir konseli. Kadang-kadang cukup
mengulang kata-kata konseli, barangkali menekankan pada satu kata
tertentu. Seringkali, paraphrase menggunakan kata-kata yang sama
yang digunakan konseli, tetapi dengan jumlah perkataan yang lebih
sedikit.
d. Memberi pertanyaan terbuka
Jangan memberi pertanyaan tertutup, yang dapat dijawab dengan
“ya” atau “tidak”. Gunakan pertanyaan yang membuat konseli menggali
alasan-alasannya berfikir, berperasaan, atau bertindak. Jangan bertanya
mengapa? Konseli tidak akan mengerti mengapa, karena jika ia tahu
alasannya, tentu ia tidak akan melakukan hal itu. Dengan bertanya
mengapa, konseli akan membela diri dan membuat alasan untuk
membenarkan tindakannya. Akan tetapi, jika bertanya “apa”, Anda
berusaha membuat konseli memusatkan perhatiannya pada hal-hal yang
dilakukannya.
e. Menggunakan bahasa tubuh
Bagaimana posisi tubuh Anda? Jika Anda sedang melayani konseli,
sebaiknya Anda duduk dengan kaki dan lengan tidak menyilang, agak
bersandar ke depan, dan mengadakan kontak mata. Hal ini
menunjukkan Anda menaruh minat kepada apa yang dikatakan orang
lain dan Anda menaruh perhatian kepadanya. Buat posisi Anda rileks
dan nyaman, posisi tubuh Anda akan memberikan sugesti pada konseli.
Jika Anda kaku maka konseli pun kaku. Jika Anda rileks dan nyaman
maka konseli pun akan merasakan rileks dan nyaman.
5

f. Kontak mata
Kontak mata yang efektif menunjukkan minat dan keinginan untuk
mendengarkan. Hal ini memungkinkan konseli menghargai penerimaan
konselor terhadap dirinya dan pesan-pesannya. Hal ini juga
menunjukkan bahwa konseli merasa aman bersama Anda. Kontak mata
adalah melihat dengan tatapan mata lembut kepada konseli, kadang-
kadang berpindah dari wajah ke bagian tubuh lain konseli, tangan,
misalnya, kembali ke wajah dan kemudian kontak mata. Kontak mata
yang buruk terjadi ketika Anda berulang-ulang membuang muka,
melihat dengan melotot, atau membuang muka ketika konseli menatap
Anda.

g. Memperhatikan tanda-tanda non verbal


Perhatikan baik-baik apakah konseli tegang, mengetuk-etuk
kakinya, menengok ke sekeliling, membuang muka, dan sebagainya.
Kadang bahasa non verbal berbicara lebih lugas dibanding pernyataan
6

yang disampaikan konseli. Buatlah agar konseli menyadari hal itu dan
biarkan ia mengetahui apa maknanya bagi perasaannya.

Dalam berbagai kasus, keterampilan konselor dalam mendengar aktif


tidak keluar karena berbagai hambatan, diantaranya :
 Tidak sabar dan kekurangan waktu, menunjukkan bahwa Anda terburu-
buru dan Anda tidak mempunyai waktu baginya.
 Secara dini memberi pendapat tentang pribadi konseli dan bagaimana
masalah itu dapat diatasi.
 Membuat komentar / penilaian, mengkritik, kurang pemahaman /
insight, dan menyimpulkan bahwa konseli bersalah.
 Tidak sependapat, berdebat, dan memotong pembicaraan.
 Memberi nasehat yang menunjukkan bahwa Anda mengetahui jawaban
dari masalah konseli.
 Memberikan kesan bahwa Anda tidak menanggapi masalahnya secara
sungguh-sungguh dengan membuat pernyataan sarkastis / sinis.
 Ingin berbicara tentang pengalamannya sendiri daripada mendengarkan.
 Bersikap pasif, menunjukkan kesan “saya bosan” atau “saya tidak
tertarik”
 Ketidakmampuan berkonsentrasi pada permasalahan konseli karena
sibuk dengan persoalan sendiri atau memalingkan perhatiannya dari
konseli.
 Disela / terganggu oleh kehadiran orang lain, kondisi / situasi
lingkungan, atau telepon.

2.3 MANFAAT MENDEGAR AKTIF

Banyak ahli konseling mengungkapkan bahwa model mendengarkan


aktif ini efektif dan banyak bermanfaat dalam prakteknya. Pada tataran
praksis model mendengarkan aktif memberikan banyak manfaat. Manfaat-
manfaat tersebut yaitu:
7

1) Mendorong terjadinya katarsis (perasaan negatif berkurang atau hilang


dengan jalan mengungkapkannya secara terbuka).
2) Menolong orang untuk menjadi tidak terlalu takut terhadap perasaan-
perasaan negatif.
3) Mengembangkan hubungan yang hangat atau intim.
4) Memudahkan pemecahan masalah.
5) Mempengaruhi orang untuk mau lebih mendengarkan pendapat orang
lain.
6) Melatih orang untuk mengarahkan dirinya, bertanggung jawab dan
berdiri sendiri.

2.4 EMPAT TEKHNIK MENDENGAR YANG MENDASAR


1. Diam ( Mendengar Pasif )
Seseorang akan merasa sulit bicara bila anda terlalu banyak bicara.
Pendengar yang efektif akan tetap diam dalam sebagian besar waktu
yang mereka habiskan dengan pembicaraan.
2. Tanggapan Meng – ‘Iya’ – ‘Kan’
Isyarat verbal atau non – verbal yang menunjukkan bahwa anda
mendengarkan atau menerim pesan mereka.
3. Pembuka Pintu atau Ajakan
Kadang orang lain memerlukan dorongan tambahan untuk dapat
menceritakan perasaan atau masalah mereka.
4. Mendengar Aktif
Berupa pantulan – pantulan dari pesan yang disampaikan orang lain.

2.5 CARA MENDENGAR AKTIF YANG BAIK


Untuk menjadi pendengar yang baik (active listener), seseorang juga
perlu mengindentifikasi sejumlah hambatan (blocks) dalam mendengarkan.
Berikut akan disajikan daftar hambatan dalam mendengarkan yang secara
sengaja maupun tidak sengaja sering dilakukan namun berpengaruh pada
kemampuan atau latihan untuk menjadi pendengar yang baik.
8

1. Membandingkan: mendengarkan menjadi sulit ketika kita sibuk


membandingkan: “Siapa yang lebih cerdas?”, “Siapa yang lebih
beruntung?”, “Siapa yang lebih bekerja keras? Kamu atau saya?”, dst.
2. Membaca pikiran: Seorang pembaca pikiran tidak sungguh-sungguh
menaruh perhatian pada orang yang diajak bicara bahkan pada pa yang
dibicarakan oleh orang tersebut. Dia mencoba mencari tahu apa yang
sungguh-sungguh dipikirkan dan dirasakan oleh orang tersebut.
3. Mengulang-ulang: Anda tidak akan punya waktu untuk mendengarkan
ketika anda mengulang/melatih apa yang akan anda katakan. Pikiran
anda mempersiapkan komentar anda selanjutnya.
4. Menyaring: tidak ada pesan yang utuh diterima jika pendengar
menyaring isi pembicaraan.
5. Mendakwa: hambatan ini adalah kecenderungan yang paling sering
dilakukan karena ada stereotype tertentu pada orang yang kita ajak
bicara.
6. Berimajinasi: masukkan tag tebal pendengar yang tidak sungguh-
sungguh mendengarkan biasanya akan cepat dan mudah untuk melamun
dan berimajinasi tentang hal-hal lain sementara pembicaraan terus
berlangsung.
7. Mengindentifikasi: beberapa pokok pembicaraan sering sama dengan
identitas pembicara dan seringkali mengganggu pendengar jika dia
dengan sengaja mengindentifikasikan hal tersebut dengan dirinya.
8. Menasehati: dalam hal ini pendengar bertindak seolah-olah sebagai
`problem solver’ yang paling hebat, selalu siap dengan saran, masukan,
tips dsb tanpa mendengarkan baik-baik karena pendengar sibuk
menyiapkan nasehat itu. Anda tidak dapat mendengarkan perasaan-
perasaan klien jika hanya terdorong memberikan nasehat.
9. Bertengkar: kadangkala, karena tidak mendengarkan sungguh-sungguh
kita cenderung untuk mengajak orang lain berdebat bahkan bertengkar.
Ini berarti kita tidak bersedia membuka hati untuk mendengarkan apa
maksud si pembicara.
9

10. Membenarkan diri: masih ada kaitannya dengan bertengkar,


kecenderungan untuk mendengarkan diri sendiri berakibat pada
keinginan untuk membenarkan diri dan akhirnya kehilangan momentum
untuk menangkap inti pesan yang sesungguhnya dari orang yang sedang
diajak bicara.
11. Mengalihkan topik: karena kita tidak mendengarkan dengan sungguh-
sungguh maka kita akan bosan, kebosanan tersebut akan semakin mem-
buat kita mudah untuk mengalihkan topik.
12. Mendamaikan: artinya, menghibur orang yang kita ajak bicara dengan
cepat supaya tidak masuk ke inti pembicaraan yang lebih dalam karena
kita tidak ingin mendengarkan lebih jauh.

2.6 FAKTOR – FAKTOR PENGHAMBAT MENDENGAR AKTIF


1. Tidak dalam suasana hati mau mendengarkan
2. Terlalu sibuk
3. Tidak tersedia cukup waktu
4. Mempunyai masalah sendiri yang belum terselesaikan
5. Menggunakan 12 hambatan komunikasi
Hambatan – hambatan tersebut dapat digolongkan ke dalam :
1) Mengatur, memerintah, mengarahkan, member komando
o Memberitahukan orang lain yang harus dilakukannya.
o Memberikan perintah atau komando, akan menyebabkan orang
tersebut merasa bahwa perasaannya dan kebutuhannya tidak
penting.
o Pesan – pesan tersebut bahwa menimbulkan rasa permusuhan,
memukul balik dan membahas.
2) Memberi peringatan, mengancam
o Memberitahukan kepada orang lain risiko atau konsekuensi yang
akan dihadapi orang tersebut jika dia melakukan sesuatu.
o Pesan-pesan tersebut dapat menimbulkan perasaan-perasaan takut,
submisif serta kerap beraksi ‘cuek’ terhadap ancaman tersebut.
3) Berkotbah, membeberkankan kewajiban moral
10

o Memberitahukan kepada orang lain sebaiknya melakukan apa.


o Pesan-pesan semacam ini akan member tekanan kepada orang lain
tentang pihak yang lebih otoriter, adanya berbagai tugas dan
kewajiban.
o Dengan demikian mereka akan mempertahankan pendapatnya
secara gigih. Orang tersebut akan merasa tidak dipercayai
kemampuan berpikirnya.
4) Memberi nasihat, saran atau pemecahan masalah
o Memberikan kepada orang lain bagaimana memecahkan
masalahnya.
o Pesan – pesan semacam itu akan memberi kesan bahwa Anda tidak
yakin akan kemampuannya untuk memecahkan masalah. Orang
lain akan menjadi terbiasa untuk tergantung pada anda untuk
berbagai masalah dan enggan berpikir sendiri.
5) Membujuk dengan logika, mendebat, member kuliah
o Mencoba untuk mempengaruhi orang lain dengan memberikan
berbagai fakta, argumentasi, informasi atau pendapatnya sendiri.
Sikap “menggurui” akan menimbulkan perasaan inferior, sebagi
bawahan adekwat.
6) Mengadili, memberi kritikan, tidak menyetuji, permasalahankan
o Membuat penilaian atau evaluasi negatif mengeni orang lain.
o Pesan-pesan ini paling besar pengaruhnya bterhadap munculnya
perasaan-perasaan tidak adekwat, rendah diri, bodoh, tidak
berguna, dan jelek.
o Evaluasi membuat orang ingin menyimpan apa yang dirasakan
untuk dirinya sendiri dan tidak banyak member komentar. Reaksi
orang yang dievaluasi adalah marah dan merasa benci terhadap
yang member evaluasi, meskipun benar evaluasi.
7) Memuji, menyetujui, member evaluasi positif
o Memberi evaluasi atau penilian positif kerap menimbulkan efek
yang negatif. Evaluasi positif yang tidak sesuai dengan citra diri
seseorang dapat menimbulkan rasa permusuhan.
11

o Pujian dapat dianggap sebagai cara untuk memanipulasi orang lain


agar menuruti kemauan yang memuji. Pujian kerap membuat orang
lain merasa malu, terutama bila disampaikan di depan orang lain.
8) Mengejek, merendahkan, mempermalukan
o Membuat orang lain merasa canggung dengan memberikan
berbagai julukan. Pesan-pesan tersebut dampak yang dahsyat
terhadap citra diri seseorang dan menimbulkan reaksi balas
dendam.
9) Memberikan interpretasi, menganalisa, mendiagnosa
o Memberitahukan motif/alasan dari tindakan atau ucapan seseorang,
sehingga memberi pesan bahwa Anda telah mampu menganalisa
dan mendiagnosa orang tersebut.
o Pesan-pesan tersebut dapat bersifat mengancam sebab apabila
analisanya ialah (yang lebih senang terjadi) maka akan membuat
orang tersebut merasa marah karena salah tafsir secara keliru.
Orang tersebut akan kemudian merasa enggan untuk membagi
perasaannya pengalamannya dilain waktu.
10) Bersikap simpatik, membesarkan hati, memberikan dukungan
o Mengusahakan agar orang lain merasa lebih senang,
mengenyahkan perasaannya dan tidak mengakui intensitas
emosinya. Dengan membesarkan hati seseorang sewaktu sedang
merasa resah, hanya menyakinkan dirinya bahwa anda tidak
memahaminya.
o Pesan – pesan semacam ini menyatakan kepada orang lain untuk
berperasaan seperti itu, sehingga kerap kali juga menghambat
komunikasi lebih lanjut.
11) Menggali, mengajukan pertanyaan, menginterograsi
o Mencoba untuk mencari motif-motif, sebab-sebab dan mencari
informasi lebih lanjut untuk membantu anda memecahkan masalah.
o Dengan mengajukan serentetan pertanyaan dapat menimbulkan
perasaan tidak percaya, dicurigai atau diragukan kebenarannya.
12

o Timbul perasaan bahwa masalahnya akan dipecahkan untuk


sendirinya, yang orang biasanya kurang suka.
12) Menarik diri, mengalihkan perhatian, membuat ringan
o Mengusahakan agar menjauhi permasalahannya, menarik diri,
mengalihkan perhatian, dan menguruskan permasalahannya.
o Pesan – pesan serupa dapat mengkomunikasikan bahwa anda tidak
tertarik dengan masalahnya, tidak menghargai perasaannya atau
memang menolak dirinya. Respons bercanda terhadap
penyampaian masalah yang serius dapat menyinggung,
menimbulkan rasa ditolak serta direndahkan. Biasanya orang ingin
di dengar masalah yang dialihkan tidak akan dapat diselesaikan.
13) Keterampilan yang dibutuhkan yang menunjang pemahaman yang tepat
dan mendalam dalam proses komunikasi dua arah adalah mendengar
aktif.
13

BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Mendengar yang dimaksud bukan asal mendengar saja, akan tetapi
konselor harus dapat menjadi pendengar yang aktif, yang berarti konselor
selalu merespons apa yang disampaikan oleh klien. Dalam proses konseling,
klien tidak hanya menyampaikan perasaan-perasaannya kepada konselor
saja tetapi juga meraba-raba bagaimana kesan konselor sebenarnya.
Dalam mendengarkan aktif, terjadi tiga proses yang berjalan
bersamaan,yaitu :
1) Mengamati, yaitu memperhatikan dengan seksama pesan verbal dan
non verbal yang nampak maupun tersembunyi,
2) Memahami, yaitu menganalisa dan menerima apa yang dirasakan dan
dialami konseli,
3) Menanggapi, yaitu memberikan umpan balik secara verbal dan non
verbal dengan tepat yang menunjukkan bahwa konselor mendengarkan
dengan baik dan memahami “pesan” yang disampaikan konseli.

3.2 SARAN
Setelah membaca makalah ini diharapkan mahasiswa mengetahui
materi tentang Mendengar Aktif. Kami mengharapkan kritik dan saran
untuk membangun makalah ini menjadi lebih baik.

14
14

DAFTAR PUSTAKA

Kementrian Kesehatan Indonesia. 2013. Kurikulum dan Modul Pelatihan


Komunikasi Interpersonal Antara Dosen dan Mahasiswa. Jakarta.

Priyanto, Agus. 2009. Komunikasi dan Konseling: Aplikasi dalam Sarana


Pealayanan Kesehatan untuk Perawat dan Bidan. Jakarta: Salemba Medika

http://www.konselorsekolah.com/2014/04/keterampilan-mendengarkan-aktif-
dalam.html (Diakses tanggal 18 Oktober 2015 pukul 08.50 WIB)

15

Anda mungkin juga menyukai