Anda di halaman 1dari 126

SKRIPSI

EFEKTIVITAS PIJAT TUI NA TERHADAP KESULITAN


MAKAN BALITA DI DESA ANDALAMBE
KECAMATAN TONGAUNA UTARA
KABUPATEN KONAWE

EVI NURMAISA BIDURI


P.2014.01.193

Skripsi Ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk


Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MANDALA WALUYA
KENDARI
2018
ABSTRAK
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Mandala Waluya, Kendari
Program Studi Ilmu Keperawatan
Hasil Penelitian, September 2018

EVI NURMAISA BIDURI (P.2014.01.193)


“EFEKTIVITAS PIJAT TUI NA TERHADAP KESULITAN MAKAN BALITA DI
DESA ANDALAMBE KECAMATAN TONGAUNA UTARA KABUPATEN
KONAWE”.
Pembimbing I : Yulli Fety
Pembimbing II : Harmanto RD
(xiii + 52 Halaman + 2 Gambar + 4 Tabel + 12 Lampiran)

Kesulitan makan umumnya dialami balita usia 1-5 tahun atau usia pra-sekolah karena
pertumbuhan fisiknya melambat dibanding ketika masih bayi. Sulit makan dianggap wajar
selama tidak mengganggu kesehatan dan pertumbuhan anak. Berdasarkan hasil penelitian
diperoleh 11 responden (78,6%) yang mengalami kesulitan makan. Pijat Tui Na merupakan
salah satu satu intervensi keperawatan yang masih jarang dilakukan untuk mengatasi kesulitan
makan pada balita. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui efektivitas pijat Tui Na
terhadap kesulitan makan balita di Desa Andalambe Kecamatan Tongauna Utara Kabupaten
Konawe.

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan rancangan penelitian Pra-
Eksperimental. Penelitian ini menggunakan total sampling dengan populasi sebanyak 14
responden. Uji yang digunakan yaitu uji statistik Paired T Tes.
Berdasarkan hasil uji statistik Paired T Test didapatkan nilai signifikan 0,000 < 0,05.
Hasil analisis tabel di atas juga diperoleh nilai t = 4,837 > 2,160, dimana t hitung lebih besar
dari nilai t tabel. Hal ini menunjukkan bahwa pijat Tui Na efektif terhadap kesulitan makan
balita di Desa Andalambe Kecamatan Tongauna Utara Kabupaten Konawe.

Disarankan kepada petugas kesehatan untuk selalu memberikan informasi tentang


intervensi keperawatan kepada masyarakat sehingga masyarakat menjadi tahu dan dapat
mempraktekan pijat Tui Na dalam mengatasi kesulitan makan pada balita.

Kata Kunci : Kesulitan Makan, Pijat Tui Na, Balita


Daftar Pustaka : 32 (2015-2017)

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah yang Maha Esa yang telah memberikan

rahmat dan karunia-Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul

“Efektivitas Pijat Tui Na Terhadap Kesulitan Makan Balita di Desa Andalambe

Kecamatan Tongauna Utara Kabupaten Konawe” guna memenuhi salah satu syarat dalam

menyelesaikan pendidikan pada Program Studi Ilmu Keperawatan di STIKES-MW Kendari.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari

kesempurnaan, oleh karena itu saran-saran dari semua pihak yang sifatnya membangun untuk

meningkatkan mutu dari penulisan ini sangat Penulis harapkan.

Pada kesempatan ini, Penulis tidak lupa menghaturkan rasa terima kasih kepada Ibu

Yulli Fety, S.Kep.,Ns.,MN selaku pembimbing I dan Bapak Harmantho RD,

S.Kep.,Ns.,M.Kes selaku pembimbing II atas semua waktu, tenaga dan pikiran yang telah

diberikannya untuk membimbing dan mengarahkan Penulis dalam penyusunan skripsi ini.

Ucapan terima kasih, penghormatan dan penghargaan yang setinggi-tingginya pula

kepada orang tua Penulis, Ayahanda tercinta H. Djumrin Moita, SH dan Ibunda tercinta Hj.

Suriyana, S.Pdi yang telah membesarkan dengan seluruh cinta dan kasih sayang, memberikan

bantuan serta doa yang tulus kepada Penulis dalam menyelesaikan studi. Saudaraku Nonong

Fadli Saputra, SE.,M.Si, Dewi Biduri, SE.,M.M, Yulianti Biduri, S.Ip, Eti Fatmawati Biduri,

S.Si.,M.Pd dan semua keluarga yang telah memberikan ketenangan hati serta kesabaran

mendengarkan keluh kesah Penulis.


Tak lupa pula penulis haturkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Ketua Yayasan Mandala Waluya kendari

2. Ketua STIKES-MW Kendari

3. Para Wakil Ketua STIKES-MW (Bidang Akademik, Non Akademik, dan

Kemahasiswaan)

4. Para Ketua Lembaga STIKES- Mandala Waluya (LPPM dan LPM)

5. Ketua Program Studi Keperawatan STIKES- Mandala Waluya Kendari dan stafnya

6. Para tim penguji masing-masing Bapak Darlin Landide, S.Kep.,Ns.,MN selaku Penguji I,

Ibu Asbath Said, S.Kep.,Ns.,M.Kes selaku Penguji II, dan Ibu Sri Wahyuni,

S.Kep.,Ns.,M.Kes selaku Penguji III.

7. Seluruh dosen dan staf karyawan Program studi Ilmu Keperawatan yang telah memberikan

Ilmu Pengetahuan selama proses perkuliahan.

8. Masyarakat di Desa Andalambe Kecamatan Tongauna Utara Kabupaten Konawe yang

telah banyak membantu sehingga penelitian ini dapat berjalan dengan lancar.

9. Seluruh teman-teman Angkatan 2014 khususnya teman-teman kelas N5 Keperawatan yang

telah memberikan bantuan dan motivasi kepada Penulis hingga selesainya skripsi ini.

10. Sahabatku Endah Wulandari, Upriani, Jamiatin Jamal, Alisa Lahasa, Wardah Az-Zarah,

Sarah Faradillah, Wirah Yuti, Ika Yulia Zahatifa, Prisca Hayunani dan Wanda Septiana.

Demikian, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak terutama kepada

Penulis dalam menyelesaikan pendidikan di STIKES- MW Kendari, Aamiin.

Kendari, September 2018

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i

LEMBAR PERSETUJUAN ................................................................................ ii

LEMBAR PENGESAHAN TIM PENGUJI ..................................................... iii

ABSTRAK ............................................................................................................ iv

ABSRACT ............................................................................................................ v

KATA PENGANTAR .......................................................................................... vi

DARTAR ISI ........................................................................................................viii

DAFTAR TABEL ................................................................................................ x

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xi

DAFTAR SINGKATAN ...................................................................................... xii

DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xiii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ....................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .................................................................................. 4

C. Tujuan Penelitian .................................................................................... 5

D. Manfaat Penelitian .................................................................................. 5

E. Keaslian Penelitian ................................................................................. 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teoritis ........................................................................................ 9

B. Kajian Empiris ...................................................................................... 29

BAB III KERANGKA KONSEPSIONAL DAN HIPOTESIS

A. Dasar Pikir Penelitian ............................................................................. 32

B. Kerangka Konsep Penelitian .................................................................. 33

C. Variabel Penelitian ................................................................................. 33


D. Definisi Operasional Dan Kriteria Objektif ........................................... 34

E. Hipotesis Penelitian ................................................................................ 35

BAB IV METODE PENELTIAN

A. Jenis Dan Desain Penelitian ................................................................... 36

B. Waktu Dan Lokasi Penelitian ................................................................. 37

C. Populasi Dan Sampel Penelitian ............................................................ 37

D. Jenis Dan Cara Pengumpulan Data ........................................................ 37

E. Pengolahan Dan Analisis Data ............................................................... 38

F. Penyajian Data ....................................................................................... 41

G. Etika Penelitian ...................................................................................... 41

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ..................................................... 42

B. Hasil Penelitian ...................................................................................... 44

C. Pembahasan ............................................................................................ 47

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ............................................................................................ 52

B. Saran ....................................................................................................... 52

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
DAFTAR TABEL

Tabel 1 : Distribusi Usia Responden di Desa Andalambe

Kecamatan Tongauna Utara Kabupaten Konawe ....................................... 44

Tabel 2 : Distribusi Jenis Kelamin Responden di Desa Andalambe

Kecamatan Tongauna Utara Kabupaten Konawe.........................................45

Tabel 3 : Analisis Kesulitan Makan Pada Responden di Desa Andalambe

Kecamatan Tongauna Utara Kabupaten Konawe.........................................46

Tabel 4 : Analisis Kesulitan Makan Responden Sebelum (Pretest)

dan Setelah (Postest) Dilakukan Pijat Tui Na di Desa Andalambe

Kecamatan Tongauna Utara Kabupaten Konawe........................................47


DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 : Bagan Kerangka Konsep Penelitian................................................. 33

Gambar 2 : Bagan Rancangan Penelitian Pra-Eksperimental ........................... 36


DAFTAR SINGKATAN

No Singkatan Keterangan

1. DEPKES Departemen Kesehatan

2. Ha Hipotesis Alternatif

3. Ho Hipotesis Nol

4. SK Surat Keputusan

5. STIKES-MW Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Mandala Waluya

6. UU Undang-Undang

7. WHO World Health Organization


DAFTAR LAMPIRAN

1. Lembar Permintaan Menjadi Responden

2. Lembar Persetujuan Menjadi Responden

3. Lembar Kuesioner Pretest

4. Lembar SOP Pijat Tui Na

5. Lembar Kuesioner Postest

6. Master Tabel

7. Hasil Analisis SPSS

8. Surat Izin Penelitian dari Ketua STIKES Mandala Waluya Kendari

9. Surat Izin Penelitian dari BALITBANG Provinsi Sultra

10. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian dari Kepada Desa Andalambe Kecamatan

Tongauna Utara Kabupaten Konawe

11. Dokumentasi Penelitian

12. Riwayat Hidup


1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Balita adalah istilah umum bagi anak usia 1-3 tahun (batita) dan anak

prasekolah (3-5 tahun). Saat usia batita, anak masih tergantung penuh kepada

orang tua untuk melakukan kegiatan penting, seperti mandi, buang air dan

makan. Perkembangan berbicara dan berjalan sudah bertambah baik. Namun

kemampuan lain masih terbatas (Sutomo, 2010).

Pertumbuhan anak merupakan hal penting yang selalu menjadi

perhatian orang tua. Pertumbuhan dalam hal ini berkaitan dengan masalah

perubahan dalam besar jumlah, ukuran, organ maupun dimensi tingkat sel

yang bisa diukur dengan ukuran berat seperti gram atau kilogram, ukuran

panjang seperti senti meter atau meter,umur tulang dan keseimbangan

metabolik atau retensi kalium dan nitrogen tubuh (Soetjiningsih, 2008).

Anak usia di bawah lima tahun (balita) merupakan kelompok usia

yang rentan terhadap gizi dan kesehatan. Pada masa ini daya tahan tubuh anak

masih belum kuat, sehingga mudah terkena penyakit infeksi. Selain itu, anak

juga sering mempunyai kebiasaan makan buruk yaitu anak sering tidak mau

makan atau nafsu makan menurun, sehingga menyebabkan status gizinya

menurun dan tumbuh kembang anak terganggu (Marimbi, 2010).

Setelah melewati usia 1 tahun anak akan mulai pilih-pilih makanan

dan kemampuannya untuk menolak makanan yang diberikan kepadanya.

Penolakan itu tentu tidak boleh dijadikan alasan oleh kedua orang tuanya
2

untuk melakukan pemaksaan karena mempertahankan diri si anak. Jika gejala

tidak mau makan dibiarkan berlangsung maka pertumbuhan tubuhnya menjadi

pelan dan perkembangan berat badannya cenderung turun, padahal pada usia

dini seperti ini pertumbuhan balita harus tetap berjalan dan gizi tetap

diperlukan (Adiningsih, 2010).

Di Indonesia dari 23 juta balita, sekitar 7,6 juta anak balita tergolong

gagal tumbuh atau stunting (35,6%) yang terdiri dari 18,5% balita sangat

pendek dan 17,1% balita pendek. Angka prevalensi ini diatas ambang batas

yang disepakati secara universal, batas non public health problem yang

ditolerir oleh badan kesehatan dunia (WHO) hanya 20% atau seperlima dari

jumlah total balita di suatu negara. Lebih dari sepertiga (36.1%) anak

Indonesia tergolong pendek ketika memasuki usia sekolah, Prevalensi anak

pendek ini semakin meningkat dengan bertambahnya usia, baik pada anak

laki- laki maupun perempuan (Departemen kesehatan Republik Indonesia,

2010). Anak dengan stunting beresiko memiliki IQ 5-10 poin lebih rendah

dibanding dengan anak yang normal (Yenni Puspita, 2015).

Di Indonesia berdasarkan hasil PSG Tahun 2016 didapatkan 17,8%

balita menderita gizi kurang. Di antara balita gizi kurang tersebut sebanyak

12,1% balita pendek (Kemenkes, 2016).

Profil Data Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (2017)

menunjukkan bahwa Provinsi Sulawesi Tenggara berada di urutan ke 12 dari

34 provinsi yang mengalami status gizi buruk akibat kekurangan kesulitan

makan dengan persentase anak terkena gizi buruk sebanyak 2% sedangkan


3

anak yang mengalami gizi sedang sebanyak 13.8%. Selain itu, sebanyak

20.6% anak balita yang pendek dan 8.9% anak balita yang sangat pendek

menempatkan Provinsi Sulawesi Tenggara berada di peringkat ke 23 dari 34

Provinsi. Hal ini tentunya tersebar di beberapa kabupaten kota yang ada.

Sehubungan dengan itu, terdapat 27.607 anak yang tercatat berada di

Kabupaten Konawe (Badan Pusat Statistik, 2017). Data ini juga menunjukkan

bahwa sebanyak kurang lebih 1000 anak tersebar di Kecamatan Tongauna

Utara sebagai salah satu kecamatan yang berada di Kabupaten tersebut.

Berdasarkan hasil observasi awal terhadap balita di Desa Andalambe

pada tanggal 27 Maret 2018, peneliti menemukan dari 10 balita terdapat 6

balita mengalami kesulitan makan rata-rata berusia 1-5 tahun karena adanya

nafsu makan yang menurun sehingga balita kesulitan mengunyah, menghisap

dan menelan makanan.

Banyak istilah yang sering digunakan untuk mendefinisikan kesulitan

makan balita umumnya mengarah pada keadaan suka memilih makanan

tertentu seperti Pickiness di Amerika dan Faddiness di Inggris (Sudjatmoko,

2011). Di sisi lain, Samsuddin (2006) dalam Sudjatmoko (2011) juga

menambahkan bahwa masalah makan yang dikaitkan dengan bidang nutrisi

klinis anak adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan ketidakmampuan

balita untuk mengkonsumsi sejumlah makanan yang diperlukannya secara

alamiah dan wajar dengan menggunakan mulutnya secara sukarela.

Upaya untuk mengatasi kesulitan makan dapat dilakukan dengan cara

farmakologi maupun non farmakologi. Upaya dengan farmakologi antara lain


4

dengan pemberian multivitamin dan micronutrien lainnya. Sedangkan non

farmakologi antara lain melalui minuman herbal/jamu, pijat, akupresur dan

akupuntur (Wong, 2011) dalam Munjidah Annif (2015).

Saat ini kebanyakan orang tua mengatasi kesulitan makan anak

sebatas pemberian multivitamin tanpa memperhatikan penyebabnya. Saat ini,

telah dipopulerkan kembali dari tehnik pijat bayi yakni pijat Tui Na. Pijat ini

dilakukan dengan tehnik pemijatan meluncur (Effleurage atau Tui), memijat

(Petrissage atau Nie), mengetuk (Tapotement atau Da), gesekan, menarik,

memutar, menggoyang, dan menggetarkan titik tertentu sehingga akan

mempengaruhi aliran energi tubuh dengan memegang dan menekan tubuh

pada bagian tubuh tertentu.

Pijat Tui Na ini merupakan tehnik pijat yang lebih spesifik untuk

mengatasi kesulitan makan pada balita dengan cara memperlancar peredaran

darah pada limpa dan pencernaan, melalui modifikasi dari akupunktur tanpa

jarum, teknik ini menggunakan penekanan pada titik meridian tubuh atau garis

aliran energi sehingga relatif lebih mudah dilakukan dibandingkan akupuntur

(Sukanta, 2010).

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk menerapkan

judul Efektivitas Pijat Tui Na Terhadap Kesulitan Makan Balita Di Desa

Andalambe Kecamatan Tongauna Utara Kabupaten Konawe.

B. Rumusan Masalah

Apakah pijat Tui Na efektif terhadap kesulitan makan balita di Desa

Andalambe Kecamatan Tongauna Utara Kabupaten Konawe?


5

C. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui efektifitas pijat Tui Na terhadap kesulitan makan balita di

Desa Andalambe Kecamatan Tongauna Utara Kabupaten Konawe.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Praktis

a. Bagi dinas kesehatan

Diharapkan menjadi tolak ukur bagai dinas kesehatan sebagai

tambahan data mengenai efektivitas pijat Tui Na terhadap kesulitan

makan balita di Desa Andalambe Kecamatan Tongauna Utara

Kabupaten Konawe.

b. Bagi institusi pendiidikan

Diharapkan dapat menjadi bahan acuan bagi pengembangan kurikulum

agar pendidikan senantiasa peka terhadap kenyataan yang ada di

lapangan.

c. Bagi puskesmas

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan kepada

pihak puskesmas terkait untuk dijadikan pelengkap data.

2. Manfaat Teoritis

a. Bagi ilmu pengetahuan

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi bagian dari bahan pustaka

atau informasi tambahan untuk pengembangan pengetahuan.


6

b. Bagi peneliti selanjutnya

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi tambahan dan

pengalaman yang berharga bagi peneliti selanjutnya.

E. Keaslian Penelitian

No Nama Judul Penelitian Desain Penelitian Variabel

Penelitian

(1) (2) (3) (4) (5)

1. Annif Efektivitas Pijat Tui Na Desain analitik Independent:

Munjidah Dalam Mengatasi observasional dengan Kesulitan

(2015) Kesulitan Makan Pada pendekatan cross makan

Balita Di RW 02 sectional Dependent:

Kelurahan Pijat Tui Na

Wonokkoromo Surabaya

2. Dewi Anggit, Efektivitas Pijat Tui Na Desain Deskriptif Idependent:

dkk Dalam Meningkatkan analitik dengan Nafsu Makan

(2016) Nafsu Makan Pada Balita pendekatan Studi

1-5 Tahun Pada An. F Kasus. Teknik yang Dependent:

Umur 16 Bulan Dan An. dilakukan adalah Pijat Tui Na

J Umur 17 Bulan Di purposive sampling.

BPM Ma’Rifatun M.Si,

Amd. Keb Kecamatan

Puring Kabupaten

Kebumen
7

3. Lourentina Pengaruh Pijat Bayi Penelitian Analitik Independent:

Fitriani & Terhadap Kesulitan Korelasional dengan Peningkatan

Novita Makan Bayi Usia Di atas pendekatan Cross Nafsu Makan

Nurhidayati 6 Bulan Di Ploklinik Sectional. Dependent:

(2016) Fisioterapi Handicamp Pijat Bayi

Internasional Wedi

Klaten

4. Maratul Efektivitas Pijat Bayi Desain penelitian Independent:

Muthmaina, Terhadap Kesulitan Quasi Eksperiment Kesulitan

dkk Makan Bayi Usia 0-3 dengan metode One Makan

(2016) Bulan Di SMC RS Group Pretest Postest. Dependent:

Telogorejo Teknik Accidental Pijat Bayi

Sampling

5. Lasiyati Pengaruh Pijat Bayi One group pretest- Independent:

Yuswo Yani Terhadap Peningkatan postest dengan Berat badan

dan Erwin Berat Badan Anak Balita menggunakan Dependent:

Prasetyo di Posyandu Dusun purposive sampling Pijat Bayi

(2017) Kedung Klinter Desa

Canggu Kecamatan Jetis

Kabupaten Mojokerto
8

6. Nyoman Pengaruh Pijat Bayi Quasi-experiment Independent:

Roslesmana Terhadap Kesulitan dengan pendekatan Kesulitan

dan Zulkhah Makan Anak Usia 6-24 non-randomized Makan

Noor Bulan Di Daerah pretest-posttest design Dependent:

(2017) Endemik GAKY, Desa Pijat Bayi

Ngargosoka, Kecamatan

Srumbung, Kabupaten

Magelang
9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teoritis

1. Tinjauan Tentang Desa

a. Pengertian Desa

Kata “desa” sendiri dari bahasa India yakni “swadesi” yang

berarti tempat asal, tempat tinggal, negeri asal, atau tanah leluhur

yang merujuk pada satu kesatuan hidup, dengan satu kesatuan

norma, serta memiliki batas yang jelas (Soetardjo, 1984:15, Yuliati,

2003:24). Menurut defenisi umum, desa adalah sebuah aglomerasi

permukiman di wilayah perdesaan (Hardjatno, 2007) dalam

Febryanti (2010).

Desa adalah sekelompok rumah di luar kota yang merupakan

kesatuan, kampong (di luar kota); dusun atau udik (dalam arti daerah

pedalaman sebagai lawan dari kota) (Poerwadarminta, 1976). Desa

merupakan suatu daerah hukum yang merupakan wilayah

masyarakat hokum terbentuk atas dasar ikatan tertentu, antara lain.

1) Bentuk genealogis

2) Bentuk teritorial

3) Bentuk campuran keduanya

Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan urusan

pemerintahan oleh Pemerintah Desa dan Badan Permusyawaratan


10

Desa dalam mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat

setempat berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang

diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan

Republik Indonesia. Pemerintah Desa atau yang disebut dengan

nama lain adalah Kepala Desa dan Perangkat Desa sebagai unsur

penyelenggara pemerintahan desa.

b. Karakteristik Desa

Di Indonesia, wilayah yang disebut desa seharusnya dilihat

dalam tahapan yang tidak sama. Masyarakat yang telah mulai

menetap juga memiliki karakteristik yang berbeda-beda antara satu

dengan yang lain, antara Jawa dengan luar Jawa, antara desa dekat

kota dengan desa yang jauh dari kota, antara wilayah dataran tinggi

dengan dataran rendah, demikian pula antara pantai dan pedalaman.

Kesehatan dan gizi masyarakat harus dilihat pada tipologi

desa macam apa. Desa menetap dan berbudidaya di mana penduduk

nya kreatif, ada pertanian yang maju dan ada industri perdesaan yang

berkembang, mereka tidak kesulitan untuk memenuhi gizi. Bagi

masyarakat yang telah memiliki pengetahuan pemenuhan gizi tidak

menjadi problematik.

Karakteristik wilayah perdesaan sangat berbeda tipologinya

baik karakteristik sosial budaya, keadaan infrasturkur yang ada,

keadaan di wilayah perdesaan, tingkat kesehatan dan gizi sampai

dengan karakteristik kondisi kemiskinannya.


11

c. Dasar Hukum Berdirinya Desa

Berikut merupakan dasar hukum berdirinya desa:

1) Undang-Undang Repubklik Indonesia Nomor 5 tahun 1979

Tentang Desa.

2) Undang-Undang Repubklik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004

Tentang Pemerintahan Daerah.

3) Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005tentang Desa

4) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2014

tentang Desa.

d. Pembentukan Desa

Desa dibentuk atas prakarsa masyarakat dengan

memperhatikan asal-usul desa dan kondisi sosial budaya masyarakat

setempat. Pembentukan desa sebagaimana harus memenuhi syarat:

1) Jumlah penduduk

2) Luas wilayah

3) Bagian wilayah kerja

4) Perangkat desa

5) Sarana dan prasarana pemerintahan

2. Tinjauan Tentang Pijat Tui Na

a. Pengertian Pijat Tui Na

Pijat Tui Na adalah tehnik pijat tradisional china yang

pertama kali diperkenalkan oleh terapis pijat anak dr. Fan Ya-Li. Di

Indonesia pijat Tui Na mulai populer tahun 2013. Pijat Tui Na


12

langsung mempengaruhi aliran energi tubuh dengan memegang dan

menekan tubuh pada titik-titik akupresur tertentu (dr. Tiwi dan Reza,

2013).

Pijat Tui Na merupakan salah satu metode pijat terapetik

yang berasal dari China. Tui Na langsung mempengaruhi aliran

energi tubuh dengan memegang dan menekan tubuh pada titik-titik

akupresur tertentu. Tui Na menggunakan banyak teknik seperti

meluncur (dikenal sebagai Effleurage atau Tui), memijat (Petrissage

atau Nie), mengetuk (tapotement atau Da), gesekan, menarik,

memutar, menggoyang, dan menggetarkan titik tertentu (Annif

Munjidah, 2015).

Pijat Tui Na merupakan alternative dalam meningkatkan

nafsu makan pada bayi, batita, balita dan anak. Beberapa

keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan dapat dipengaruhi

karena kurangnya stimulasi yang diberikan pada anak. Jadi, selain

memberikan nutrisi dan gizi yang lengkap juga harus memberikan

pijatan. Manfaat pijatan adalah untuk mendukung proses tumbuh

kembang anak secara mental, fisik dan sosial, tujuan dari pemijatan

tersebut adalah untuk memberikan rangsangan positif, melancarkan

saraf-saraf sehingga bisa menjadikan tubuh menjadi rileks, lebih

segar dan lainnya (Aditya, 2014).

Pijat Tui Na merupakan usaha untuk merangsang syaraf

motorik, memperbaiki pola tidur, membantu pencernaan dan


13

meningkatkan ketenangan emosional. Pijat Tui Na adalah seni

perawatan kesehatan dan pengobatan yang dikenal sejak awal

manusia diciptakan di dunia serta telah dipraktekkan sejak berabad-

abad tahun silam secara turun temurun oleh dukun bayi (Ardhillah,

2012).

Pijatan Tui Na dapat dilakukan saat anak kesulitan makan.

Pijatan yang diberikan pada anak setiap hari selama 20 menit selama

sebulan ternyata tak hanya dapat membuatnya lebih rireks, tetapi

juga dapat membantu menstimulasi saraf otak (Naurah, 2009).

b. Tehnik Pijat Tui Na

Pijat Tui Na menggunakan banyak teknik seperti meluncur

(dikenal sebagai Effleurage atau Tui), memijat (Petrissage atau Nie),

mengetuk (tapotement atau Da), gesekan, menarik, memutar,

menggoyang dan menggetarkan titik tertentu. Salah satu kelebihan

pijat Tui Na dibanding pijat lainnya adalah kemampuannya yang

fokus pada masalah spesifik dan tidak hanya bekerja pada otot, tulang

dan sendi namun juga bekerja dengan energi tubuh pada tingkat yang

lebih dalam sehingga dapat menjaga energi tubuh dalam

keseimbangan (Annif Munjidah, 2015).

4. Tata Cara

Ketentuan pijat Tui Na yakni 1 kali protokol terapi per hari, selama

3 kali dalam seminggu berturut-turut selama 23 hari cukup pijat salah satu

sisi tangan saja, tidak perlu kedua sisi. Jangan paksa anak makan karena
14

akan menimbulkan trauma psikologis, berikan asupan makanan yang

sehat, bergizi dan bervariasi (dr. Tiwi dan Reza, 2013).

3. Tinjaun Tentang Kesulitan Makan

a. Pengertian Kesulitan Makan

Makan merupakan proses terpenting dalam tumbuh kembang

serang anak. Pada saat makan terjadi interaksi antara anak dan orang

tua, sehingga pendapat “pintar mengurus anak” merupakan suatu

penghargaan yang tak ternilai bila anak mereka mau makan. Lebih

kurang 25-40% bayi dan balita mengalami masalah makan yang

bersifat sementara terkadang masalah ini menetap sehingga

membutuhkan bantuan tenaga ahli (Sudjatmoko, 2011).

Kesulitan makan adalah suatu kumpulan kompleks dari reaksi

kimia tubuh, kebiasaan, perilaku sosial dan kondisi psikis yang sulit

dikendalikan. Penurunan nafsu makan dalam hal ini seperti malas

makan, menolak makanan, memilih-milih makanan dan sebagainya

(Proverawati, 2010).

Kesulitan makan adalah suatu keadaan ketika anak tidak mau

atau menolak untuk makan, atau mengalami kesulitan mengkonsumsi

makanan atau minuman dengan jenis dan jumlah sesuai usia secara

fisiologis (alamiah dan wajar), yaitu mulai dari membuka mulutnya

tanpa paksaan, mengunyah, menelan hingga sampai terserap

dipencernaan secara baik tanpa paksaan dan tanpa pemberian vitamin

dan obat tertentu (Widodo, 2012).


15

Kesulitan makan merupakan gangguan klinis yang penting

namun sering kali diabaikan (Grilo dan Mitchell, 2010). Nafsu makan

berkurang ketika keinginan untuk makan tidak sebanyak kondisi

sebelumnya atau disebabkan oleh suatu penyakit tertentu.

Berkurangnya nafsu makan diyakini sebagai faktor utama terjadinya

kurang gizi dan dapat berdampak pada penurunan berat badan yang

tidak disengaja (Vorvick, 2010).

Beberapa istilah dipakai untuk menggambarkan kesulitan

makan pada anak, seperti pickiness (Amerika Serikat) dan faddiness

(Inggris), yang berarti suka memilih-milih makanan. Picky eating atau

hanya mau makanan tertentu merupakan proses normal yang sering

terjadi pada balita dan tidak akan berlangsung lama. Ada yang

berpendapat bahwa anak sehat yang waktu makannya lebih lama dari

30 menit tergolong gangguan perilaku makan. Masalah makan yang

dikaitkan dengan bidang nutrisi klinis anak adalah segala sesuatu yang

berkaitan dengan ketidakmampuan balita untuk mengkonsumsi

sejumlah makanan yang diperlukannya secara alamiah dan wajar

dengan menggunakan mulutnya secara sukarela (Sudjatmoko, 2011).

b. Penyebab Kesulitan Makan

Kesulitan makan umumnya dialami balita usia 1-5 tahun atau

usia pra-sekolah. Pada usia ini balita menjadi sulit makan karena

pertumbuhan fisiknya melambat dibanding ketika masih bayi. Selain

itu, periode usia 1-5 tahun disebut juga usia food jag, yaitu anak hanya
16

mau makan makanan yang disukai sehingga terkesan terlalu pilih-pilih

dan sulit makan. Sulit makan dianggap wajar selama tidak menganggu

kesehatan dan pertumbuhan anak dan akan hilang dengan sendirinya.

Akan tetapi keadaan sulit makan yang berkepanjangan dapat

berdampak pada pertumbuhan fisik dan perkembangan intelektual

anak (Saftarina, 2016).

Kesulitan makan pada balita sering dijumpai pada masyarakat

yang belum memahami prosedur pemenuhan kebutuhan nutrisi pada

anak dan memahami pentingnya nutrisi pada anak. Gangguan makan

pada anak yang sering kita temukan seperti penolakan makan, pika,

terjadinya regurgitasi pada, anoreksia nervosa dan bulimia (Hidayat,

2010).

Gangguan makan dapat menjadi tantangan bagi orangtua

untuk membedakan antara kekhawatiran normal citra diri anak-anak

dan tanda-tanda peringatan dari gangguan makan. Banyak anak-anak

dan remaja perempuan khususnya secara sadar membandingkan diri

sendiri dan orang lain dan berbicara tentang diet, ini tidak berarti

mereka mengalami gangguan makan. Anak-anak dengan gangguan

makan menunjukkan masalah serius dengan makan dan seirng

memiliki tanda-tanda fisik seperti menjadi sangat rapuh dan kurus,

hanya makan makanan tertentu, terlihat tertekan dan lesu (Suriyani

dan Ba’diyah, 2017).


17

Faktor perilaku kesulitan makan antara lain yaitu faktor

keterlibatan anak, faktor perilaku makan orangtua, faktor penyediaan

makanan dan kontrol makanan. Penyediaan makanan sehat bagi anak

akan membentuk kebiasaan perilaku makan yang sehat pada anak.

Anak yang sering diberi makanan sehat akan terbiasa mengkonsumsi

makanan yang sehat. Orangtua yang memberikan makanan yang tidak

sehat pada anak seperti memberikan makanan mie instan dan orangtua

menambahkan garam pada makanan anak sampai terasa gurih serta

menanbahkan penyedap rasa dengan tujuan agar anak menyukai

makanan tersebut. Selain makanan instan, orangtua sering

menyediakan makanan manis di rumah. Pemberian makanan manis

mendekati waktu makan dapat menyebabkan berkurangnya nafsu

makan karena anak merasa sudah kenyang. Seiring memberikan

makanan manis menyebabkan kebutuhan nutrisi anak tidak terpenuhi

dengan baik dan anak menjadi ketagihan dengan makanan manis

tersebut, sehingga lama-kelamaan akan menjadi kebiasaan dan

mengakibatkan anak mengalami kesulitan makan (Kesuma, 2015).

Pada masa prasekolah balita sering mengalami kekurangan

pemenuhan asupan gizi, hal ini disebabkan karena anak lebih aktif

terhadap kegiatan di luar sehingga mereka seringlupa waktu untuk

makan. Asupan gizi yang tidak adekuat disebabkan karena nafsu

makan pada anak berkurang. Anak yang tidak mendapat asupan gizi

dengan benar akan lebih mudah terkena penyakit terutama penyakit


18

infeksi, infeksi cacing dan dalam waktu yang lama bisa menyebabkan

kekurangan gizi sehingga terjadi kondisi gizi buruk kepada anak

(Sunarjo, 2011).

Menurut Judarwanto (2006) penyebab umum kesulitan makan pada

anak dibedakan dalam 3 faktor, diantaranya adalah:

1) Hilangnya nafsu makan

Pengaruh hilang atau berkurangnya nafsu makan tampaknya

merupakan penyebab utama masalah kesulitan makan pada anak.

Pengaruh nafsu makan ini bisa mulai dari yang ringan (berkurang

nafsu makan) hingga berat (tidak ada nafsu makan).

Tampilan gangguan yang ringan berupa minum susu botol

sering sisa, waktu minum ASI berkurang (sebelumnya 20 menit

menjadi 10 menit), makan sering sisa atau hanya sedikit atau

mengeluarkan dan menyembur-nyemburkan makanan di mulut.

Sedangkan gangguan yang lebih berat tampak anak menutup rapat

mulutnya atau tidak mau makan dan minum sama sekali.

2) Gangguan proses makan di mulut

Proses makan terjadi mulai dari memasukkan makan dimulut,

mengunyah dan menelan. Ketrampilan dan kemampuan koordinasi

pergerakan motorik kasar di sekitar mulut sangat berperanan dalam

proses makan tersebut. Pergerakan morik tersebut berupa

koordinasi gerakan menggigit, mengunyah dan menelan dilakukan

oleh otot di rahang atas dan bawah, bibir, lidah dan banyak otot
19

lainnya di sekitar mulut. Gangguan proses makan di mulut tersebut

seringkali berupa gangguan mengunyah makanan.Gangguan

koordinasi motorik mulut juga seringkali mengakibatkan kejadian

tergigit sendiri bagian bibir atau lidah secara tidak sengaja.

3) Gangguan psikologis

Gangguan pskologis bisa dianggap sebagai penyebab bila

kesulitan makan itu waktunya bersamaan dengan masalah

psikologis yang dihadapi. Bila faktor psikologis tersebut membaik

maka gangguan kesulitan makanpun akan membaik. Untuk

memastikannya kadang sulit, karena dibutuhkan pengamatan yang

cermat dari dekat dan dalam jangka waktu yang cukup lama.

Karenanya hal tersebut hanya mungkin dilakukan oleh orang tua

bekerjasama dengan psikater atau psikolog. Pakar psikologis

menyebutkan sebab meliputi gangguan sikap negatifisme, menarik

perhatian, ketidak bahagian atau perasaan lain pada anak, kebiasaan

rewel pada anak digunakan sebagai upaya untuk mendapatkan yang

sangat diinginkannya, sedang tertarik permainan atau benda lainya,

meniru pola makan orang tua atau saudaranya reaksi anak yang

manja.

Suatu masalah pasti dipengaruhi oleh beberapa hal. Termasuk

juga kesulitan makan pada balita juga dipengaruhi oleh beberapa

faktor. Ada beberapa faktor yang menyebabkan masalah kesulitan


20

makan yaitu faktor organik, faktor nutrisi dan faktor psikologi

(Zaviera, 2008).

a) Faktor organik

Proses makan terjadi mulai dari memasukkan makan di

mulut, mengunyah, dan menelan. Kemampuan koordinasi

pergerakan motorik kasar di sekitar mulut sangat berperan

dalam proses makan tersebut. Pergerakan motorik tersebut

berupa koordinasi gerakan menggigit, mengunyah, dan menelan

yang dilakukan oleh otot lainnya di sekitar mulut.

Gangguan saluran pencernaan tampaknya merupakan faktor

penyebab terpenting dalam gangguan proses makan di mulut.

Jika terdapat gangguan saluran cerna maka hal itu akan

mempengaruhi fungsi susunan saraf pusat, sehingga terjadi

gangguan fungsi susunan saraf pusat. Gangguan bisa berupa

berupa saat anak mengalami sariawan, sakit tenggorokan atau

adanya penyakit di organ pencernaan.

b) Faktor nutrisi

Balita merupakan golongan konsumen semipasif atau

semiaktif sehingga pemenuhan kebutuhan nutrisi masih

bergantung pada orang lain, khususnya ibu atau pengasuhnya.

Perlu diketahui saat ini terjadi perubahan pola makan dari

makanan bayi ke dewasa. Pengetahuan ibu dalam kemampuan

menentukan jenis dan jumlahmakanan yang diberikan kepada


21

anak harus sesuai perkembangan usianya. Ketepatan jenis dan

jumlah makanan sangat menentukan pemenuhan gizi pada

balita.

c) Faktor psikologis

Seringkali terjadi kelainan psikologi disebabkan kekeliruan

pengelolaan orang tua dalam hal mengatur makan anaknya. Ada

orang tua yang bersikap terlalu melindungi dan ada orang tua

yang terlalu memaksakan anaknya makan terlalu banyak

melebihi keperluan anak. Keadaan saat anak jauh dari ibunya

dan perasaan takut berlebihan pada makanan juga dapat

menyebabkan anak tidak mau makan. Sikap suka memaksakan

makanan menyebabkan bayi atau anak merasakan proses makan

sebagai saat yang tidak menyenangkan, hal ini berakibat

menimbulkan sikap anti terhadap makanan. Sikap yang terlalu

obsesif dan overprotektif akan berakibat negatif pada anak

(Santos, et al. 2009).

c. Tanda dan Gejala Kesulitan Makan

Menurut Carruth & Jean, et al (1998) gejala kesulitan makan adalah:

1) Makan hanya sedikit

2) Sulit untuk mencoba makanan baru

3) Secara total menghindari beberapa jenis makanan

4) Memiliki makanan yang sangat disukainya


22

Menurut Judarwanto (2006) menyatakan bahwa gejala kesulitan

makan pada balita di antaranya adalah:

1) Kesulitan menguyah, menghisap, menelan makanan atau hanya

bisa makan makanan lunak atau cair.

2) Memuntahkan atau menyembur-nyemburkan makanan yang sudah

masuk di mulut anak.

3) Makan berlama-lama dan memainkan makanan.

4) Sama sekali tidak mau memasukkan makanan ke dalam mulut atau

menutup mulut rapat.

5) Memuntahkan atau menumpahkan makanan dan menepis suapan.

6) Tidak banyak menyukai variasi makanan.

7) Kebiasaan makan yang aneh dan ganjil.

Jenis kesulitan makan pada anak sangat beragam yaitu anak

tidak menyukai makanan yang bervariasi dan anak memilih-milih

makanan (Richman dalam wright, 2007). Selain itu klinik

perkembangan anak affilioned program for children Development di

Universitas George Town (Judarwanto, 2006) melaporkan jenis

kesulitan makan pada anak sesuai dengan jumlahnya adalah:

1) Hanya mau makan makanan cair atau lumat : 27,3%

2) Kesulitan menghirup, mengunyah dan menelan : 24,1%

3) Kebiasaan makan yang aneh dan ganjil : 23,3%

4) Tidak menyukai variasi banyak makanan : 11,1%

5) Keterlambatan makan sendiri : 8,0%


23

6) Mealing time tantrum : 6,1%

Keluhan yang biasa disampaikan antara lain adalah (Djoko Sunarjo):

1) Penerimaan makanan yang tidak/ kurang memuaskan

2) Makan tidak mau ditelan

3) Makan terlalu sedikit atau tidak nafsu makan

4) Penolakan atau melawan pada waktu makan

5) Kebiasaan makan makanan yang aneh

6) Hanya mau makan jenis tertentu saja

7) Cepat bosan terhadap makanan yang disajikan

8) Keterlambatan dalam tingkat keterampilan makan

d. Dampak Kesulitan Makan

Pada kesulitan makan yang sederhana misalnya karena sakit

yang akut biasanya tidak menunjukan dampak yang berarti pada

kesehatan dan tumbuh kembang balita. Pada kesulitan makan yang

berat dan berlangsung lama akan berdampak pada kesehatan dan

tumbuh kembang balita. Gejala yang timbul tergantung dari jenis dan

jumlah zat gizi yang kurang. Bila anak hanya tidak menyukai

makanan tertentu misalnya buah dan sayur akan terjadi defisiensi

vitamin A. Bila hanya mau minum susu saja akan terjadi anemi

defisiensi besi. Bila kekurangan kalori dan protein akan terjadi

kekurangan energi protein (KEP).


24

e. Penanganan Kesulitan Makan

Mengatasi masalah kesulitan makan kepada balita perlu

dilakukan orangtua sejak dini. Anak TK usia 3-5 tahun merupakan

masa-masa bermain sekaligus masa emas untuk menerima berbagai

rangsang. Pada masa ini, anak dapat dengan mudah diberikan berbagai

materi baru yang berhubungan dengan pertumbuhan dan

perkembangan anak prasekolah. Anak-anak prasekolah memerlukan

1.800 kalori perhari untuk mendukung aktifitas (Musfiroh, 2009)

dalam Sulistya (2016).

Adanya motivasi dan nafsu makan merupakan hal yang

penting dalam proses makan. Perubahan pada saat memulai makan,

lamanya makan, periode dan jumlah asupan makanan didasari oleh

perubahan nafsu makan (Judarwanto, 2011).

Upaya untuk mengatasi kesulitan makan dapat dilakukan dengan cara

farmakologi maupun nonfarmakologi. Farmakologi antara lain:

multivitamin, dan micronutrien seperti: zat besi, tembaga, kalium,

vitamin B kompleks, antioksidan, asam amino, fruktosa dan glukosa.

Sedangkan nonfarmakologi antara lain: herbal/jamu (emulawak,

minyak atsiri, madu, jamu cekok), pijat Tui Na, akupresur dan

akupuntur (Widodo, 2012).

Beberapa langkah yang dilakukan pada penatalaksanaan kesulitan

makan pada balita yang harus dilakukan adalah:


25

1) Pastikan apakah betul balita mengalami kesulitan makan dan cari

penyebab kesulitan makanan pada balita.

2) Identifikasi adakah komplikasi yang terjadi.

3) Pemberian pengobatan terhadap penyebab.

4) Bila penyebabnya gangguan saluran cerna (seperti alergi,

intoleransi atau coeliac), hindari makanan yang menjadi penyebab

gangguan.

4. Tinjauan Tentang Balita

a. Pengertian Balita

Balita adalah anak yang telah menginjak usia di atas 1 tahun

atau lebih popular dengan pengertian usia anak di bawah lima tahun

(Muaris, 2006). Masa balita merupakan periode penting dalam proses

tumbuh kembang manusia. Pertumbuhan dan perkembangan di masa

itu menjadi penentu keberhasilan pertumbuhnan dan perkembangan

anak di periode selanjutnya. Masa tumbuh kembang di usia inii

merupakan masa yang berlangsung cepat dan tidak akan pernah

terulang, karena itu sering disebut Golden Age atau masa keemasan.

Anak balita merupakan kelompok yang menunjukkan

pertumbuhan yang pesat sehingga memerlukan zat gizi yang tinggi

setiap kilogram berat badannya. Anak balita ini justru merupakan

kelompok umur yang paling sering menderita akibat kekurangan zat

gizi karena masih dalam taraf perkembangan dan kualitas hidup anak

sangat tergantung pada orang tuanya (Sediaoetama 2008).


26

b. Tahap Pertumbuhan dan Perkembangan Balita

Pertumbuhan pada bayi dan balita merupakan gejala

kuantitatif. Pada konteks ini, berlangsung perubahan ukuran dan

jumlah sel, serta jaringan intraseluler pada tubuh anak. Hal ini

ditandai oleh:

1) Meningkatnya berat badan dan tinggi badan.

2) Bertambahnya ukuran lingkar kepala.

3) Muncul dan bertambahnya gigi geraham.

4) Menguatnya tulang dan membesarnya otot-otot.

5) Bertambahnya organ-organ tubuh lainnya seperti rambut.

Penambahan ukuran-ukuran tubuh ini tentu tidak harus

drastis. Sebaliknya, berlangsung perlahan, bertahap dan terpola secara

proporsional pada tiap bulannya. Ketika didapati penambahan ukuran

tubuhnya, artinya proses pertumbuhannya berlangsung baik.

Sebaliknya jika yang terlihat gejala penurunan ukuran, itu sinyal

terjadinya gangguan atau hambatan proses pertumbuhan (Husaini,

2007).

Tumbuh kembanng pada manusia terjadi sepanjang

kehidupan terdiri dari beberapa tahap yang berkesinambungan

mencakup masa neoratus, bayi, toddler, pra-sekolah, sekolah, remaja,

dewasa muda, tengah baya dan lansia (Berger & Wiliams, 1992).

Tahap tumbuh kembang ini ditinjau dari aspek tumbuh kembang fisik

dan perkembangan psikososial. Aspek perkembangan psikososial


27

meliputi perkembangan emosional dan sosial, kognitif, serta moral.

Tahap tumbuh kembang balita mulai dari umur 1-5 tahun ditandai

oleh:

1) Toddler (1-3 tahun)

Pada masa ini, amak mulai mengembangkan kemandiriannya

dengan lebih memahirkan keterampilan yang telah dipelajarinya

ketika masih bayi, seperti berjalan, berjalan, berbicara dan

menyuap makanan sendiri. Keseimbangan tubuh sudah lebih

berkembang terutama dalam berjalan yang sangat diperlukan untuk

menguatkan rasa otonomi dan untuk mengendalikan kemauannya

sendiri. Tumbuh kembang yang paling nyata pada tahap ini adalah

kemampuan untuk mengeksplor dan memanipulasi lingkungan

tanpa tergantung pada orang lain. Tampak saling keterkaitan antara

perkembangan dan pertumnuhan fisik dengan psikososial.

Tubuh anak tampak berbeda dibandingakan waktu bayi. Bayi

mempunyai torso tubuh yang lebih panjang daripada anggota

tubuh, sedangkan toddler mempunyai tungkai yang lebih

panjang.berat badan biasanya naik secara perlahan. Toddler juga

belajar mengendalikan buang air besar dan kecil menjelas usia 3

tahun.

Perkembangan aspek sosial dan emosional ditekankan pada

pengembangan pola otonomi versus malu dan ragu-ragu. Toddler

meniru perilaku orang dewasa yang menjadi contoh perannya.


28

Sebagia orangtua kita harus cukup fleksibel dan rasa percaya diri

untuk memberikan kebebasan dalam batasan yang aman bagi anak

untuk mengeksplor dan mengujicobakan perilaku yang diperlukan

untuk meningkatkkan kemandirian anak.

2) Anak Pra-sekolah (3-5 tahun)

Anak prasekolah telah menguasai keterampilan motorik kasar

dan halus serta sudah mengembangkan kemampuan berkomukisi

baik secara verbal dan nonverbal. Selama tahap ini, anak terus

menghaluskan keterampilannya dan belajar keterampilan lain

dalam persiapannya agar dapat meluaskan dunianya ke lingkungan

tetangga dan sekolah.

Anak pra-sekolah memfokuskan pengembangan kemampuan

motorik halus melalui gerakan seperti menggunakan pensil dan

menggambar. Bermain bersama teman sebaya merupakan media

pengembangan keterampilan fisik dan sosial yang paling baik bagi

anak pra-sekolah.

Menurut teori Erikson pada tahap pra-sekolah, anak

mengembangkan inisiatif versus rasa bersalah setelah berhassil

menanamkan rasa percaya dan otonomi yang berkembang pada

tahap sebelumnya. Inisiatif dapat berkembang jika anak merasa

aman psikososial melalui interaksi yang sesuai dengan

orangtuanya. Anak pada masa ini tidak mampu membedakan antara

kenyataan dengan fantasi dalam semua situasi. Hal ini sangat


29

penting diketahui karena jika anak berperilaku tidak baik, orangtua

perlu menekankan pada anak bahwa perilaku mereka yang tidak

disukai bukan dirinya. Jika tidak, maka anak akan mempersepsikan

bahwa karena mereka melakukan sesuatu yang tidak baik, maka

diri mereka juga berarti tidak baik.

Kemampuan kognitif terlihat melalui pemikiran magik dan

cara berpikir yang konkrit. Anak pra-sekolah masih terbatas

kemampuan menentukan ukuran, bentuk, volume, usia dan waktu.

Mereka biasanya mengulangi perilaku yang memuaskan dirinya

dan orang yang berarti bagi dirinya, serta sudah tidak terlalu

tergantung pada orangtua untuk membatasi perilakunya.

B. Kajian Empiris

1. Penelitian dari Annif Munjidah (2015) Efektivitas Pijat Tui Na Dalam

Mengatasi Kesulitan Makan Pada Balita Di RW 02 Kelurahan

Wonokkoromo Surabaya menggunakan desain analitik observasional

dengan pendekatan cross sectional. Menggunakan simple random

sampling. Analisis data menggunakan Chi Square dengan nilai kemaknaan

alpha 0,05. Berdasarkan hasil intervensi diketahui bahwa sebagian besar

responden (65,2%) tidak melakukan pijat Tui Na secara rutin dan sebagian

besar responden (74%) masih mengalami kesulitan makan. Hasil uji

statistik melalui uji Chi Square tidak memenuhi syarat, sehingga peneliti

menggunakan uji axact fisher, didapatkan nilai signifikan p 0,009 < α 0,05.
30

Maka Ho ditolak Artinya pijat Tui Na efektif dalam mengatasi kesulitan

makan pada balita. Analisis data menggunakan

2. Dewi Anggit, dkk (2016) Efektivitas Pijat Tui Na Dalam Meningkatkan

Nafsu Makan Pada Balita 1-5 Tahun Pada An. F Umur 16 Bulan Dan An. J

Umur 17 Bulan Di BPM Ma’Rifatun M.Si, Amd. Keb Kecamatan Puring

Kabupaten Kebumen menggunakan desain Deskriptif analitik dengan

pendekatan Studi Kasus. Teknik yang dilakukan adalah purposive

sampling. Hasil uji tidak signifikan disebabkan berat badan kedua

partisipan masih berada di garis kuning pada lembar KMS dan pola

makannya juga bertambah.

3. Lourentina Fitriani & Novita Nurhidayati (2016) Pengaruh Pijat Bayi

Terhadap Kesulitan Makan Bayi Usia Di atas 6 Bulan Di Ploklinik

Fisioterapi Handicamp Internasional Wedi Klaten menggunakan Penelitian

Analitik Korelasional dengan pendekatan Cross Sectional. Dari hasil

perhitungan menggunakan uji statistic chi square menunjukkan bahwa

pijat bayi mempunyai hubungan yang signifikan dengan kesulitan makan.

Hal ini ditunjukkan oleh nilai signifikasi yang lebih kecil dari 0,05 (0,045

< 0,05).

4. Maratul Muthmaina, dkk (2016) Pengaruh Pijat Bayi Terhadap Kesulitan

Makan Bayi Usia Di atas 6 Bulan Di Ploklinik Fisioterapi Handicamp

Internasional Wedi Klaten menggunakan desain penelitian Quasi

Eksperiment dengan metode One Group Pretest Postest. Teknik Accidental

Sampling. Hasil uji statistik Paired T Test dengan tingkat signifikan p


31

value=0,000, yang artinya bahwa ada perbedaan kesulitan makan bayi

sebelum dipijat dengan sesudah dipijat.

5. Lasiyati Yuswo Yani dan Erwin Prasetyo (2017) Pengaruh Pijat Bayi

Terhadap Peningkatan Berat Badan Anak Balita di Posyandu Dusun

Kedung Klinter Desa Canggu Kecamatan Jetis Kabupaten Mojokerto

mnggunakan desain One group pretest-postest dengan menggunakan

purposive sampling. Hasil penelitian pada anak usia 3-5 tahun setelah

dilakukan pijat Tui Na berat badan anak balita hampir seluruhnya berubah.

6. Penelitian dari Nyoman Roslesmana dan Zulkhah Noor (2017) Pengaruh

Pijat Bayi Terhadap Kesulitan Makan Anak Usia 6-24 Bulan Di Daerah

Endemik GAKY, Desa Ngargosoka, Kecamatan Srumbung, Kabupaten

Magelang. Jenis penelitian ini adalah quasi-experiment dengan pendekatan

non-randomized pretest-posttest design. Data dianalisis dengan

menggunakan Uji Wilcoxon dan Uji Mann-Whitney. Pada Kelompok Pijat

Frekuensi Tinggi terjadi peningkatan anak yang memiliki nafsu makan

baik yaitu sebanyak 44,44 % (P = 0,0001). Pada Kelompok Pijat Frekuensi

Rendah terjadi penurunan anak yang mengalami nafsu makan baik yaitu

sebanyak 16,7% (P = 0,952). Hasil penelitian ini adalah terdapat Pengaruh

Pijat Bayi Terhadap Nafsu Makan Anak Usia 6-24 Bulan Di Daerah

Endemik Gaky Desa Ngargosoka, Kecamatan Srumbung, Kabupaten

Magelang.
32

BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Dasar Pikir Penelitian

Kesulitan makan pada balita adalah suatu gejala dari berbagai

penyakit atau gangguan fungsi tubuh. Kesulitan makan bukan merupakan suatu

bentuk diagnosis atau penyakit tersendiri. Kesulitan makan adalah

ketidakmampan balita untuk makan dan menolak makanan tertentu. Balita

yang sulit makan akan membuat Ibu cemas dan khawatir. Hal ini penting

diperhatikan karena dapat menghambat tumbuh kembang optimal pada balita.

Saat ini, kebanyakan orang tua mengatasi kesulitan makan anak

sebatas pemberian multivitamin tanpa memperhatikan penyebab. Hal tersebut

akan berdampak negatif jika diberikan dalam jangka waktu yang lama. Di

Indonesia tahun 2013 telah populer tehnik pijat tradisional China bernama Pijat

Tui Na.

Pijat Tui Na merupakan tehnik pijat yang lebih spesifik untuk

mengatasi kesulitan makan pada anak dengan cara memperlancar peredaran

darah pada limpa dan pencernaan, melalui modifikasi dari akupuntur tanpa

jarum, teknik ini menggunakan penekanan pada titik meridian tubuh atau garis

aliran energi sehingga relatif lebih mudah dilakukan dibandingkan akupuntur.


33

B. Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan alur pemikiran tersebut maka kerangka konsep

penelitian dapat digambarkan sebagai berikut :

Kesulitan Makan Kesulitan Makan


Sebelum Sesudah
Pijat Tui Na
Intevensi Intervensi

Keterangan:

: Variabel Dependent (Terikat)

: Variabel Independent (Bebas)

: Penghubung Variabel Penelitian

Gambar 1. Kerangka Konsep Penelitian

C. Variabel Penelitian

1. Variabel Bebas (Independent)

Variabel independent adalah variabel yang nilainya mempengaruhi

variabel dependent (Notoatmodjo, 2012). Variabel independent yaitu

kesulitan makan.

2. Variabel Terikat (Dependent)

Variabel dependent adalah variabel yang nilainya dipengaruhi variabel

independent (Notoatmodjo, 2012). Variabel dependent yaitu pijat Tui Na.


34

D. Definisi Operasional Dan Kriteria Objektif

1. Pijat Tui Na

Pijat Tui Na ini merupakan tehnik pijat yang lebih spesifik untuk

mengatasi kesulitan makan pada balita dengan cara memperlancar

peredaran darah pada limpa dan pencernaan, melalui modifikasi dari

akupunktur tanpa jarum, teknik ini menggunakan penekanan pada titik

meridian tubuh atau garis aliran energi sehingga relatif lebih mudah

dilakukan dibandingkan akupuntur. Sesuai dengan penelitian Annif

Munjidah (2015) pijat Tui Na dilakukan pada balita selama 3 kali dalam

seminggu selama 23 hari oleh para ibu meliputi 8 gerakan untuk mengukur

keefektifan intervensi. Akan dilakukan penyuluhan tata cara pijat Tui Na

di Balai Desa Andalambe Kecamatan Tongauna Utara Kabupaten Konawe

dengan mengumpulkan para ibu yang mempunyai balita agar para ibu

dapat mempraktekkan di rumah masing-masing.

2. Kesulitan Makan

Kesulitan makan adalah gangguan makan sehingga melakukan

penolakan makanan dan hanya mengkonsumsi makanan yang disukai.

Cara mengukur kesulitan makan balita yaitu dengan menjawab 10

pertanyaan yang dilakukan pada saat pretest dan postest. Skala yang

digunakan yaitu skala Gutman, jawaban responden dalam setiap

pertanyaan digolongkan 2 kategori penilaian yakni bila jawaban Ya diberi

skor 1, bila jawaban Tidak diberi skor 0, dimana jumlah pertanyaan terdiri

dari 10 pertanyaan, sehingga interval kelas:


35

𝑅
I= 𝐾

Dimana:

I : Interval

R : Range / Kisaran (skor tertinggi – skor terendah )

K : Jumlah Kategori ( 2 yaitu baik dan kurang (Sugiyono, 2015)

Skor tertinggi : 10 x 1 = 10 (100 %)

Skor Terendah : 10 x 0 = 0 (0%)

Sehingga Range : 100% - 0% = 100%

Maka interval kelasnya adalah:


100%
I= 2 = 50%

Kriteria Objektif:

Tidak sulit : Jika skor jawaban ≥ 50%

Sulit : Jika skor jawaban < 50%

E. Hipotesis Penelitian

1. Hipotesis Nol

H0 : Pijat Tui Na tidak efektif terhadap kesulitan makan balita di Desa

Andalambe Kecamatan Tongauna Utara Kabupaten Konawe bila

nilai t hitung < dari nilai t table.

2. Hipotesis Alternatif

Ha : Pijat Tui Na efektif terhadap kesulitan makan balita usia di Desa

Andalambe Kecamatan Tongauna Utara Kabupaten Konawe bila

nilai t hitung < dari nilai t table.


36

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan rancangan

penelitian Pra-Eksperimental. Bentuk rancangan yang digunakan “One group

pretest-postest design” dimana dalam rancangan ini tidak ada kelompok

pembanding tetapi dilakukan observasi pertama yang memungkinkan peneliti

dapat menguji perubahan yang terjadi setelah perlakuan (Notoatmodjo, 2012).

Dalam penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi efektivitas

pijat Tui Na terhadap kesulitan makan balita di Desa Andalambe Kecamatan

Tongauna Utara Kabupaten Konawe. Bentuk rancangan penelitian tersebut

sebagai berikut:

Pre-test Perlakuan Post-test

01 X 02

(Notoatmodjo, 2012)

Keterangan :

X : Perlakuan (Pijat Tui Na)

01 : Nilai uji sebelum perlakuan

02 : Nilai uji sesudah perlakuan

Gambar 2 : Bagan Rancangan Penelitian Pra-Eksperimental


37

B. Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan mulai tanggal 24 Juli 2018 s/d

tanggal 15 Agustus 2018 yang bertempat di Desa Andalambe Kecamatan

Tongauna Utara Kabupaten Konawe.

C. Populasi Dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Populasi adalah sekumpulan objek atau pengamatan bisa berupa

cirinya baik yang bersifat internal maupun eksternal. Populasi dalam

penelitian ini adalah semua balita di Desa Andalambe Kecamatan Tongauna

Utara Kabupaten Konawe berjumlah 14 balita.

2. Sampel

Sampel adalah objek yang diteliti dan mewakili seluruh populasi.

(Notoatmodjo, 2012). Besarnya sampel yang digunakan dalam penelitian ini

ialah 14 anak. Tehnik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah total

sampling. Menurut (Sugiyono, 2011 dalam jurnal Perpustakaan Universitas

Airlangga), Total sampling adalah teknik pengambilan sampel dimana

jumlah sampel sama dengan populasi. Alasan mengambil total sampling

karena jumlah populasi yang kurang dari 100, seluruh populasi dijadikan

sampel penelitian semuanya.

D. Jenis dan Cara Pengumpulan Data

1. Data Primer

Data primer yaitu data yang diambil langsung pada objek penelitian dalam

penelitian ini berdasarkan pengukuran kesulitan makan balita pada


38

responden sebelum dan sesudah dilakukan pijat Tui Na. Pijat Tui Na

dilakukan 3 kali dalam seminggu selama 23 hari melalui penyuluhan di

Desa Andalambe.

2. Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari literatur-literatur yang bersedia dan dari

dokumen-dokumen yang diperoleh dari Instansi terkait seperti Badan Pusat

Statistik Kabupaten Konawe, Kepala Desa Andalambe Kecamatan

Tongauna Utara Kabupaten Konawe, instansi terkait lainnya, buku dan

jurnal penelitian dan sebagainya yang relevan dengan penelitian.

E. Pengolahan dan Analisis Data

1. Pengolahan Data

Pengolahan data penelitian diolah secara manual dan dilanjutkan dengan

komputerisasi adapun langkah-langkah pengolahan datanya dilakukan

sebagai berikut:

a. Coding yaitu memberikan kode pada setiap jawaban yang ada dengan

maksud memudahkan untuk analisa.

b. Editng yaitu dilakukan untuk mengisi setiap daftar pertanyaan yang

sudah diisi. Editing meliputi kelengkapan pengisian, kesalahan pengisian

dan konsistensi pada setiap jawaban.

c. Skoring yaitu perhitungan secara manual untuk penilaian kriteria variabel

penelitian sesuai dengan definisi operasional dan kriteria obkektif yang

telah ditentukan. Selanjutnya dengan menggunakan able le untuk


39

mengetahui presentase setiap able le yang diteliti dengan rumus pada

analisis data.

d. Tabulating yaitu kelanjutan dari proses pengolahan dalam hal ini setelah

data tersebut dikoding kemudian ditabulasi agar dapat mempermudah

penyajian data dalam bentuk distribusi frekuensi untuk mendeskripsikan

variabel penelitian.

2. Analisis Data

a. Analisis Univariat

Analisis Univariat digunakan untuk menjelaskan atau

mendeskripsikan karakteristik setiap variable penelitian (Notoatmodjo,

2012). Adapun variabel independent (bebas) dalam penelitian ini adalah

kesulitan makan. Sedangkan variabel dependent (terikat) dalam

penelitian ini adalah pijat Tui Na. Data dalam penelitian ini dianalisis

dengan menggunakan statistik (analisis frekuensi) dengan formula

sebagai berikut (Candra Budiman, 2008) :


f
x = nxk

Keterangan:

f : Kriteria penelitian terhadap responden

n : Jumlah sampel

k : Konstanta (100%)

x : Persentase variable diteliti. (Arnita, 2008)


40

b. Analisis Bivariat

Untuk mengetahui pengaruh dari hasil penelitian maka data

dianalisis dengan menggunakan statistik Paired Sample T test apabila

data berdistribusi normal dan menggunakan statistic Wilcoxon Sign Rank

apabila data tidak berdistribusi normal untuk mengetahui perbedaan

variable dependent sebelum dan sesudah perlakuan dengan tingkat p <

0,05 dengan menggunakan alat bantu komputerisasi (SPSS 16.0).

Apabila p value < nilai 0.05 maka terdapat hipotesis alternatif

diterima artinya ada efektifitas antara kedua variabel penelitian yang

signifikan dan apabila kebalikannya yaitu p value > nilai 0.05 maka

hipotesis alternatif ditolak artinya tidak terdapat efektifitas yang

signifikan antara kedua variabel penelitian.

Selain itu, dapat digunakan rumus uji paired sample T test

𝑑-
thit = 𝑠𝑑 𝑛

Keterangan:

𝑡h𝑖𝑡 =
nilai pengujian

Sd = Standar deviasi

n = jumlah sampel

Apabila thit > ttabel maka terdapat hipotesis alternatif diterima

artinya ada efektifitas antara kedua variabel penelitian yang signifikan

dan apabila kebalikannya yaitu thit < ttabel maka hipotesis alternatif

ditolak artinya tidak terdapat efektifitas yang signifikan antara kedua

variabel penelitian.
41

F. Penyajian Data

Penyajian data dalam penelitian ini dengan tabel distribusi frekuensi

yang selanjutnya dinarasikan sesuai dengan variabel yang diteliti.

G. Etika Penelitian

Masalah etika yang harus diperhatikan antara lain adalah sebagai berikut:

1. Informed consent, merupakan cara persetujuan antara peneliti dan responden

dengan memberikan lembar persetujuan.

2. Anonimity (tanpa nama), dilakukan dengan cara tidak memberikan nama

responden pada lembar alat ukur, hanya menuliskan kode pada lembar

pengumpulan data.

3. Confidentiality (kerahasiaan), menjamin kerahasiaan hasil penelitian baik

informasi maupun masalah-ma salah lainnya. Informasi yang dikumpulkan

dijamin kerahasiaannya oleh peneliti.


42

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitan

1. Letak Geografis

Desa Andalambe Kecamatan Tongauna Utara adalah salah satu

desa yang berada di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara, dan

merupakan desa pemekaran dari Kecamatan Tongauna dengan luas 130

Ha. Jarak Desa Andalambe dengan Ibu Kota Kecamatan yaitu Kecamatan

Tongauna Utara 3 km, sedangkan jarak ke Ibu Kota Kabupaten yaitu

Kabupaten Konawe 14,6 km, dan jarak Desa Andalambe dengan Ibu

Kota Provinsi yaitu Kota Kendari 94,8 km.

Desa Andalambe memiliki tapal batas sebagai berikut:

Sebelah Utara : Berbatasan dengan Desa Waworoda Jaya

Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Desa Puundombi

Sebelah Timur : Berbatasan dengan Desa Sanuanggamo

Sebelah Barat : Berbatasan dengan Desa Ambopi

2. Keadaan Demografis

Jumlah penduduk di Desa Andalambe pada tahun 2017 yaitu 150

jiwa, dimana laki-laki sebanyak 70 jiwa dan perempuan sebanyak 80.

Sedangkan jumlah kepala keluarga sebanyak 63 KK di seluruh dusun Desa

Andalambe.
43

3. Visi dan Misi

a. Visi

“Terwujudnya desa yang dinamis, amanah, mandiri untuk mencapai

masyarakat yang religius, kreatif dan sejahtera.”

b. Misi

1) Meningkatkan kualitas kehidupan beragama dalam mewujudkan

masyarakat beriman dan bertaqwa.

2) Meningkatkan kualitas pendidikan dan kesehatan yang merata dan

terjangkau.

3) Meningkatkan pembangunan dan pemeliharaan sarana prasarana

perekonomian desa.

4) Meningkatkan pembangunan dan pemeliharaan sarana prasarana

bidang pemerintahan.

5) Meningkatkan pelayanan aparatur desa bagi pemenuhan pelayanan

publik.

6) Optimalisasi otonomi desa melalui pemberdayaan masyarakat.

4. Sarana dan Prasarana Desa

Fasilitas/sarana dan prasarana yang ada di Desa Andalambe adalah:

a. Fasilitas Kesehatan

1) Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu) : 1 unit

2) Poskedes (Pos Kesehatan Desa) : 1 unit


44

b. Fasilitas Pemerintahan dan Masyarakat Desa

1) Kantor Desa : 1 unit

2) Kantor LPM : 1 unit

3) Kantor BPD : 1 unit

4) Balai Desa : 1 unit

5) Kantor PKK : 1 unit

6) Mesjid : 3 unit

7) Sanggar PKK : 1 unit

c. Fasilitas Keamanan

1) Pos Kambling : 2 unit

2) Hansip : 3 orang

B. Hasil Penelitian

1. Karakteristik Responden

a. Usia

Distribusi responden berdasarkan usia balita dapat terlihat pada

tabel di bawah ini:

Tabel 1. Distribusi Usia Responden di Desa Andalambe

Kecamatan Tongauna Utara Kabupaten Konawe

No. Usia n (Jumlah) %

1. 1 – 2 tahun 7 50,0

2. 1 – 4 tahun 7 50,0

14 100
Jumlah
Sumber : Data Primer, Diolah Agustus 2018
45

Tabel 1 menunjukan bahwa responden kelompok usia dari 1 – 2

tahun sebanyak 7 responden (50,0%) sedangkan usia dari 1 – 4 tahun

sebanyak 7 responden (50,0%).

b. Jenis Kelamin

Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin balita dapat terlihat

pada tabel di bawah ini:

Tabel 2. Distribusi Jenis Kelamin Responden di Desa Andalambe

Kecamatan Tongauna Utara Kabupaten Konawe

No. Jenis Kelamin n (Jumlah) %

1. Laki-laki 6 42,9

2. Perempuan 8 57,1

14 100
Jumlah
Sumber : Data Primer, Diolah Agustus 2018
Tabel 2 menunjukan bahwa responden kelompok jenis kelamin

laki-laki sebanyak 6 responden (42,9%) sedangkan jenis kelamin

perempuan sebanyak 8 responden (57,1%).


46

2. Analisis Univariat

Analisis kesulitan makan pada balita di Desa Andalambe

Kecamatan Tongauna Utara dapat terlihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 3. Analisis Kesulitan Makan Pada Responden di Desa

Andalambe Kecamatan Tongauna Utara Kabupaten Konawe

Pre test Post test


No Kesulitan Makan
n % n %
1 Tidak Sulit 3 21,4 12 85,7
2 Sulit 11 78,6 2 14,3
Jumlah 14 100 14 100
Sumber : Data Primer, Diolah Agustus 2018
Tabel 3 menunjukkan bahwa pada saat pre test terdapat 3

responden (21,4%) yang tidak mengalami kesulitan makan dan 11

responden (78,6%) yang mengalami kesulitan makan. Pada saat post test

terdapat perubahan 12 responden yang tidak mengalami kesulitan makan

(85,7%) dan 2 responden yang masih mengalami kesulitan makan (14,3%).


47

3. Analisis Bivariat

Analisis efektivitas pijat Tui Na saat sebelum (Pretest) dan sesudah

perlakuan (Postest) terhadap kesulitan makan dapat terlihat pada tabel di

bawah ini:

Tabel 4. Analisis Kesulitan Makan Responden Sebelum (Prestest) dan

Setelah (Postest) Dilakukan Pijat Tui Na di Desa Andalambe

Kecamatan Tongauna Utara Kabupaten Konawe

Kesulitan t P
No. Mean SD
Makan hitung value
1. Pre test 1,79 0,426
4,837 0,000
2. Post test 1,14 0,363
Tabel diatas menunjukkan bahwa hasil uji statistik didapatkan nilai

signifikan 0,000 < 0,05. Hasil analisis tabel di atas juga diperoleh nilai t =

4,837 > 2,160, dimana t hitung lebih besar dari nilai t tabel. Hal ini

menunjukkan bahwa pijat Tui Na efektif terhadap kesulitan makan balita

di Desa Andalambe Kecamatan Tongauna Utara Kabupaten Konawe.

C. Pembahasan

Dalam proses pelaksanaan penelitian, peneliti melakukan observasi

dengan menggunakan kuesioner untuk mengetahui dan mengukur

pengetahuan Ibu terhadap kesulitan makan balita sebelum (pretest) dilakukan

pijat Tui Na dan setelah (postest) dilakukan pijat Tui Na. Pijat Tui Na

dilakukan sebanyak 3 kali dalam seminggu selama 23 hari di rumah responden

masing-masing bertempat di Desa Andalambe Kecamatan Tongauna Utara

Kabupaten Konawe dengan jumlah responden 14 balita. Peneliti tidak lupa


48

pula untuk melakukan penyuluhan tentang 8 langkah tata cara pijat Tui Na

kepada para Ibu responden.

1. Kesulitan Makan Balita

Kesulitan makan adalah suatu keadaan ketika anak tidak mau atau

menolak untuk makan, atau mengalami kesulitan mengkonsumsi makanan

atau minuman dengan jenis dan jumlah sesuai usia secara fisiologis

(alamiah dan wajar), yaitu mulai dari membuka mulutnya tanpa paksaan,

mengunyah, menelan hingga sampai terserap dipencernaan secara baik

tanpa paksaan dan tanpa pemberian vitamin dan obat tertentu.

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa pada saat pre test

terdapat 3 responden (21,4%) yang tidak mengalami kesulitan makan dan

11 responden (78,6%) yang mengalami kesulitan makan. Pada saat post

test terdapat perubahan 12 responden yang tidak mengalami kesulitan

makan (85,7%) dan 2 responden yang masih mengalami kesulitan makan

(14,3%).

Kesulitan makan sering dialami oleh balita terutama rentang usia 1

– 3 tahun yang disebut juga usia food jag, yaitu anak hanya makan pada

makanan yang disukai, menghisap, menelan, memuntahkan atau

menyemburkan makanan yang sudah masuk di mulut, memainkan

makanan atau makan berlama-lama, sama sekali tidak mau memasukkan

makanan ke dalam mulut atau menutup rapat mulut, memuntahkan atau

menumpahkan makanan, menepis suapan, tidak menyukai banyak variasi

makanan, dan kebiasaan makan yang tidak biasa. (Joko Widodo, 2012).
49

Anak usia di bawah lima tahun (balita) merupakan kelompok usia

yang rentan terhadap gizi dan kesehatan. Pada masa ini daya tahan tubuh

anak masih belum kuat, sehingga mudah terkena penyakit infeksi. Selain

itu, anak juga sering mempunyai kebiasaan makan buruk yaitu anak sering

tidak mau makan atau nafsu makan menurun, sehingga menyebabkan

status gizinya menurun dan tumbuh kembang anak terganggu (Marimbi,

2010).

2. Efektivitas Pijat Tui Na Terhadap Kesulitan Makan

Pijatan Tui Na dapat dilakukan saat anak kesulitan makan. Pijatan

yang diberikan pada anak setiap hari selama 20 menit selama 23 hari

ternyata tak hanya dapat membuatnya lebih rireks, tetapi juga dapat

membantu menstimulasi saraf otak (Naurah, 2009).

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil bahwa dari 14

responden yang diteliti terdapat tingkatan usia dari 12-36 bulan dan 37-61

buan. Usia 12-36 bulan ada 7 responden (50,0%) sedangkan usia dari 37

bulan-61 bulan sebanyak 7 responden (50,0%).

Sejalan dengan hasil penelitian Anggit Dwi Wahningrum, dkk

(2009) yang menyatakan balita usia 1-5 tahun memiliki metabolisme yang

sama dengan orang dewasa, hanya balita lebih aktif perkembangannya

sehingga untuk itu diperlukan asupan makanan yang lebih agar

menunjang pertumbuhan balita.

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil bahwa responden

kelompok jenis kelamin laki-laki sebanyak 6 responden (42,9%)


50

sedangkan jenis kelamin perempuan sebanyak 8 responden (57,1%). Jadi

sebagian besar jenis kelamin balita dalam penelitian ini adalah perempuan.

Hasil penelitian Lourentina Fitriani dan Novita Nurhidayati (2016)

yang menyatakan pada umumnya aktivitas antara balita laki-laki dan balita

perempuan berbeda. Tiap aktivitas memerlukan energi, makin banyak

aktivitas yang dilakukan makin banyak energi yang dibutuhkan.

Hasil uji statistik Paired T Test didapatkan nilai signifikan 0,000 <

0,05. Hasil analisis tabel di atas juga diperoleh nilai t = 4,837 > 2,160,

dimana t hitung lebih besar dari nilai t tabel. Hal ini menunjukkan bahwa

pijat Tui Na efektif terhadap kesulitan makan balita di Desa Andalambe

Kecamatan Tongauna Utara Kabupaten Konawe.

Berdasarkan hasil uji statistik, pijat Tui Na efektif terhadap

kesulitan makan. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan

oleh Annif Munjidah (2015), Efektivitas Pijat Tui Na Dalam Mengatasi

Kesulitan Makan Pada Balita di RW 02 Kelurahan Wonokkromo

Surabaya.

Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Maratul

Muthmaina, dkk (2016) menyebutkan bahwa pijat Tui na berpengaruh

positif terhadap perkembangan syaraf dan peredaran darah pada bayi.

Penelitian serupa juga dilakukan oleh Joko Widodo dkk (2012) didapatkan

bahwa akupresur pada titik meridian tertentu dapat memperlancar aliran

darah ke pencernaan.
51

Beberapa keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan dapat

dipengaruhi karena kurangnya stimulasi yang diberikan pada anak. Jadi,

selain memberikan nutrisi dan gizi yang lengkap juga harus memberikan

pijatan. Manfaat pijatan adalah untuk mendukung proses tumbuh kembang

anak secara mental, fisik dan sosial, tujuan dari pemijatan tersebut adalah

untuk memberikan rangsangan positif, melancarkan saraf-saraf sehingga

bisa menjadikan tubuh menjadi rileks dan lebih segar.

Oleh karena itu, upaya untuk mengatasi kesulitan makan dapat

dilakukan dengan cara terapi komplementer salah satunya pijat Tui Na.

Pijat ini dilakukan dengan teknik pemijatan meluncur (Effleurage atau

Tui), memijat (Petrissage atau Nie), mengetuk (Tapotement atau Da),

gesekan, menarik, memutar, menggoyang dan menggetarkan titik tertentu

sehingga akan mempengaruhi aliran tubuh.


52

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dengan mengacu pada

rumusan masalah, tujuan penelitian dan hipotesis penelitian, maka dapat

ditarik kesimpulan bahwa pijat Tui Na efektif terhadap kesulitan makan balita

di Desa Andalambe Kecamatan Tongauna Utara Kabupaten Konawe.

B. Saran

Berdasarkan hasil yang diperoleh pada penelitian ini, maka penulis

mengemukakan saran sebagai berikut:

1. Bagi Ibu Balita

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi bahan informasi untuk dapat

dipraktekkan langsung di rumah masing-masing jika anak mengalami

kesulitan makan.

2. Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pustaka atau info

tambahan bagi peneliti-peneliti selanjutnya untuk mengkaji masalah

relevan dengan penelitian.

3. Bagi Petugas Kesehatan

Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi salah satu referensi tentang

adanya intervensi keperawatan yang sangat jarang dilakukan oleh petugas

kesehatan
DAFTAR PUSTAKA

B. Sutomo. 2010. Menu Sehat Alami untuk Batita dan Balita. Jakarta : Demedia.

Soetjiningsih. 2008. Tumbuh Kembang anak. Jakarta: EGC.

Marimbi, Hanum. 2010. Tumbuh Kembang, Status Gizi Dan Imunisasi Dasar
Pada Balita. Yogyakarta: Nuha Medika.

Adiningsih, S. 2010. Waspadai Gizi Balita Anda, Tips Mengatasi Anak Sulit
Makan Sayur Dan Susu. Jakarta: Gramedia.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2010. Stimulasi Deteksi Intervensi


Dini Tumbuh Kembang. Jakarta: UKK Tumbuh Kembang.

Puspita, Yenni. 2015. Faktor dan Dampak Stunting Pada Kehidupan Balita.
Dinas Kesehatan Provinsi Bengkulu: Word Press.

Kemenkes. 2017. Data dan Informasi Profil Kesehatan Indonesia.

Badan Pusat Statistik. 2017. Statistik Daerah Kabupaten Konawe.

Sudjatmoko. 2011. Masalah Makan Pada Anak. Damianus Journal of Medicine;


Vol. 10 No.1 Februari 2011: hlm. 36-41.

Sukanta, P. Okta. 2010. Akupressur & Minuman untuk Mengatasi Gangguan


Kesehatan Reproduksi. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

Ririn. 2014. Efektivitas Terapi Guided Imagery Trehadap Skala Nyeri Pada Anak
Saat Dilakukan Pemasangan Infus.

dr.Tiwi, Reza. 2013. Langkah Pijat Tui Na. https://www.youtube.com/watch?


v=oDCtwLqgMzc. Diakses pada tanggal 25 April 2018 pukul 13.00 WITA.

Aditya. 2014. Keajaiban Pijat Bagi Bayi dan Balita. Jakarta: PT. Wahyu Media.
Proverawati. 2010. Ilmu Gizi untuk Keperawatan dan Gizi Kesehatan. Yogjakarta:
Nuha Medika.

Sulistya RODP. 2016. Pengaruh Food Art Terhadap Nafsu Makan Anak
Prasekolah di TK Muslimat NU 31 Sumbersari-Malang. Progrram Studi
Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah
Malang. Jurnal eprints. Umm.ac.id.

Sunarjo. 2011. Kesulitan Makan Pada Anak. https://rsud.patikab.go.id.

Judarwanto. 2011. Mengatasi Kesulitan Makan pada Anak. Jakarta: EGC.

Suryani dan Ba’diyah. 2017. Asuhan Keperawatan Anak Sehat dan Berkebutuhan
Khusus. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.

Saftarina. 2016. Pengaruh Musik Rock dalam Meningkatkan Kesulitan Makan.


Fakutas Kedokteran. Universitas Lampung. Majority Vol. 5 No. 1 Februari
2016. juke.kedokteran.unila.ac.id.

Hidayat, AAA. 2010. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak 1. Jakarta: Salemba


Medika.

Kesuma. 2015. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Kesulitan


Makan Pada Anak Prasekolah. Program Studi Ilmu Keperawatan.
Universitas Riau. JOM Vol. 2 No. 2 Oktober 2015. https://media.neliti.com.

Annif, Munjidah. (2015). Efektifitas Pijat Tui Na Dalam Mengatasi Kesulitan


Makan Pada Balita Di Rw 02 Kelurahan Wonokromo Surabaya. Jurnal
Ilmiah Kesehatan, Vol. 8, No. 2, Agustus 2015, hal 193-199.

Dewi Anggit, dkk. 2016. Efektivitas Pijat Tui Na Dalam Meningkatkan Nafsu
Makan Pada Balita 1-5 Tahun Pada An. F Umur 16 Bulan Dan An. J Umur
17 Bulan Di BPM Ma’Rifatun M.Si, Amd. Keb Kecamatan Puring
Kabupaten Kebumen. Jurnal Kesehatan, Vol. 15, No. 7, Agustus 2016, hal
193-199.
Lourentina Fitriani dan Novita Nurhidayati. 2016. Pengaruh Pijat Bayi Terhadap
Kesulitan Makan Bayi Usia Di atas 6 Bulan di Ploklinik Fisioterapi
Handicamp Internasional Wedi Klaten. Jurnal Keperawatan Vol. 5, No. 2,
Juli 2016, hal 32.

Maratul Muthmaina, dkk. 2016. Efektivitas pijat Bayi Terhadap Kesulitan Makan
Bayi Usia 0-3 Bulan di SMC RS Telogorejo. Ners Jurnal Keperawatan Vol.
8, No.2, Desember 2016: 129-136.

Lasiyati Yuswo Yani dan Erwin Prasetyo. 2017 Pengaruh Pijat Bayi Terhadap
Peningkatan Berat Badan Anak Balita di Posyandu Dusun Kedung Klinter
Desa Canggu Kecamatan Jetis Kabupaten Mojokerto. www.scribd.com

Nyoman Roslesmana dan Zulkhah Noor. 2017. Pengaruh Pijat Bayi Terhadap
Kesulitan Makan Anak Usia 1-24 Bulan di Daerah Endemik GAKY, Desa
Ngargosoka, Kecamatan Srumbung, Kabupaten Magelang. .
www.scribd.com

Ardhillah. 2012. Pengaruh Pemijatan Terhadap Kenaikan Berat Badan Dan


Lama Tidur Bayi Usia 1-3 Bulan. Dalam Jurnal Penelitian Kesehatan Suara
Forikes, April 2013 Kediri.

Zhen Huan Liu., Li-ting Cen. 2011. Effect Tui Na On Neurodevelopment in


Premature Infant. Journal of Acupuncture and Tuia Science. Vol.
11, Issue 1, pp7-12. Shanghai Research Institute of Acupuncture and
Meridian.

Mehta, H. 2002. The Science and Benefits of Acupressure therapy.


http://www.associatedcontent.com/article. diakses tanggal 10 Mei 20118.

Notoadmodjo. 2012. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta: 2010 Rineka Cipta.

Nursalam. 2011. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba


Medika.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung:
Alphabet.

Arikunto. 2010. Metodologi Suatu Penelitian Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Widodo, Joko. 2012. Edukasi dan konsultasi sulit makan dan gangguan kenaikan
berat badan. Jakarta: Picky Eaters And Grow Up Clinik. http://
pickyeatersclinik.com diakses 27 Mei 2018 jam 11.00.
LEMBAR PERMINTAAN MENJADI RESPONDEN

Kepada

Yth. Bapak/ibu saudara (i) calon responden

Di –

Tempat

Sebagai persyaratan tugas akhir mahasiswa program studi S1 Keperawatan

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Mandala Waluya (STIKES MW) Kendari, saya

akan melakukan penelitian dengan judul “Efektivitas Pijat Tui Na Terhadap

Kesulitan Makan Balita di Desa di Desa Andalambe Kecamatan Tongauna Utara

Kabupaten Konawe”. Guna keperluan tersebut saya mohon kesedian

bapak/ibu/saudara untuk menjadi responden dalam penelitian ini, dan bersedia

untuk di observasi dan mengisi kuesioner yang telah kami siapkan.

Demikian permohonan kami, atas bantuan dan partisipasinya di ucapkan

banyak terima kasih

Kendari, ……. Juli 2018

Peneliti

EVI NURMAISA BIDURI

P.2014.01.193
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bersedia untuk menjadi

responden dalam penelitian yang dilakukan oleh program studi S1 Keperawatan

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Mandala Waluya (STIKES-MW) Kendari yang

berjudul “Efektivitas Pijat Tui Na Terhadap Kesulitan Makan Balita di Desa

Andalambe Kecamatan Tongauna Utara Kabupaten Konawe”.

Tanda tangan saya ini menunjukan bukti bahwa saya bersedia dan diberi

informasi serta memutuskan untuk berpartisipasi dalam penelitian ini.

Kendari,……. Juli 2018

Responden

(………………………....)
KUESIONER PENELITIAN
EFEKTIVITAS PIJAT TUI NA TERHADAP KESULITAN
MAKAN BALITA DI DESA ANDALAMBE
KECAMATAN TONGAUNA UTARA
KABUPATEN KONAWE

No. Urut Responden

A. Karakteristik Responden
Nama Ibu : (inisial)
Nama Balita : (inisial)
Usia Balita : (bulan)
Jenis Kelamin Balita :
B. Kesulitan Makan Balita Sebelum Pijat Tui Na
NO. JAWABAN
PERTANYAAN
Ya Tidak
(1) (0)

1 Apakah anak anda menutup mulut saat disuapi nasi atau sayur?

2 Apakah anak anda menyembur-nyemburkan makanan yang sudah


masuk di mulut?
3 Apakah anak mengalami kesulitan dalam mengunyah makanan?

4 Apakah anak anda hanya mau makan makanan lunak (seperti bubur,
puding, kue basah dll)?
5 Apakah anak mengalami kesulitan dalam menelan makanan?

6 Apakah menurut anda, anak lama kalau makan?

7 Apakah anak lebih sering minta dibuatkan susu formula dibanding


makan nasi?
8 Apakah anak lebih suka makan makanan cair dibandingkan makanan
padat?
9 Apakah anak anda sedang sariawan?

10 Menurut anda, apakah anak anda termasuk anak yang sulit makan
dibanding teman sebayanya?
LEMBAR SOP PIJAT TUI NA

1. Tekuk sedikit ibu jari anak, dan gosok garis di pinggir ibu jari sisi telapaknya,
dari ujung ibu jari hingga ke pangkal ibu jari, antara 100-500 kali, ini
membantu memperkuat fungsi pencernaan dan limpa. Perhatikan ibu jari kita,
ada perbatasan antara kulit yang bersisi gelap, dan bersisi terang. Perbatasan
itulah yang kita pijat, dari ujung ibu jari hingga titik bagian tangan yang
gendut. Pijat di salah satu sisi saja, tidak perlu keduanya. Tekuk sedikit ibu
jari anak, pegang ujungnya. Di bagian perbatasan sisi kulit gelap terang tadi,
gosok satu arah dari arah kuku ke arah pergelangan tangan, berhenti pada
pangkal ibu jari. Usahakan tekanannya stabil.

2. Pijat tekan melingkar bagian pangkal ibu jari yang tebal berdaging 100-300
kali. Ini uraikan makanan yang belum dicerna serta menstimulasi lancarnya
system cerna.
3. Gosok melingkar tengah telapak tangan 100-300 kali dengan radius lingkaran
kurang lebih 2/3 dari tengah telapak tangan ke pangkal jari kelingking.
Stimulasi ini memperlancar sirkulasi daya hidup (chi) dan darah. Serta
harmoniskan 5 organ tubuh.

4. Tusuk dengan kuku anda, serta tekan melingkar titik yang berada di tengah
lekuk buku jari yag terdekat dengan telapak, untuk jari telunjuk, tengah,
manis, dan kelingking. Tusuknya tidak harus sampai tembus, hanya ditekan
saja. Dan jangan dilakukan mendadak, karena anak bisa kesakitan. Tusuk
dengan kuku 3-5 kali, dan pijat tekan dengan ibu jari 30-50 kali per titik. Ini
mencegah stagnasi (kemacetan) di meridian dan menghilangkan akumulasi
makanan.
5. Tekan melingkar , dengan bagian tengah telapak tangan anda, area tepat di
atas pusarnya, searah jarum jam 100-300 kali. Ini juga menstimulasi
pencernaan agar lebih lancar.

6. Dengan kedua ibu jari, tekan dan pisahkan garis di bawah rusuk menuju perut
samping 100-300 kali. Ini memperkuat fungsi limpa dan lambung, juga
perbaiki pencernaan.
7. Tekan melingkar titik di bawah lutut bagian luar, sekitar 4 lebar jari anak di
bawah tempurung lututnya, sekitar ambil lebar 1 jari anak dari tulang kering
atau kaki yg ditengah ke arah betis luar. Tekan dan pijat melingkar 50-100
kali. Ini akan harmoniskan usus, lambung, dan pencernaan. (baik saat untuk
diare, konstipasi, tidak nafsu makan, baik untuk meningkatkan stamina dan
immune system).

8. Pijat secara umum punggung anak. Lalu tekan dengan ringan tulang
punggungnya dari atas ke bawah 3 kali. Lalu cubit kulit di kiri dan kanan
tulang ekor dan merambat ke atas hingga leher 3-5 kali. Ini memperkuat
konstitusi tubuh anak, mendukung aliran darah sehat dan memperbaiki nafsu
makan anak.
KUESIONER PENELITIAN
EFEKTIVITAS PIJAT TUI NA TERHADAP KESULITAN
MAKAN BALITA DI DESA ANDALAMBE
KECAMATAN TONGAUNA UTARA
KABUPATEN KONAWE

No. Urut Responden

A. Karakteristik Responden
Nama Ibu : (inisial)
Nama Balita : (inisial)
Usia Balita : (bulan)
Jenis Kelamin Balita :
B. Kesulitan Makan Balita Setelah Pijat Tui Na
NO. JAWABAN
PERTANYAAN
Ya Tidak
(1) (0)

1 Apakah anak anda masih menutup mulut saat disuapi nasi atau sayur
setelah dipijat Tui Na?
2 Apakah anak anda masih menyembur-nyemburkan makanan yang sudah
masuk di mulut setelah dipijat Tui Na?
3 Apakah anak masih mengalami kesulitan dalam mengunyah makanan
setelah dipijat Tui Na?
4 Apakah anak anda hanya mau makan makanan lunak (seperti bubur,
puding, kue basah dll) setelah dipijat Tui Na?
5 Apakah anak masih mengalami kesulitan dalam menelan makanan
setelah dipijat Tui Na?
6 Apakah menurut anda, anak lama kalau makan setelah dipijat Tui Na?

7 Apakah anak lebih sering minta dibuatkan susu formula dibanding


makan nasi setelah dipijat Tui Na?
8 Apakah anak lebih suka makan makanan cair dibandingkan makanan
padat setelah dipijat Tui Na?
9 Apakah anak anda masih sedang sariawan setelah dipijat Tui Na?

10 Menurut anda, apakah anak anda masih termasuk anak yang sulit makan
dibanding teman sebayanya setelah dipijat Tui Na?
MASTER TABEL
EFEKTIVITAS PIJAT TUI NA TERHADAP KESULITAN MAKAN BALITA
KECAMATAN TONGAUNA UTARA KABUPATEN KONAWE

KESULITAN MAKAN
JENIS
NO INISIAL USIA PRE TEST POST TEST
KELAMIN
SKOR KATEGORI SKOR KATEGORI
1 AN. T 2 1 30 2 70 1
2 AN. D 1 2 40 2 80 1
3 AN. S 1 2 40 1 100 1
4 AN. R 2 1 40 2 100 1
5 AN. U 1 2 40 2 100 1
6 AN. L 2 2 40 2 80 1
7 AN. W 2 2 30 2 70 1
8 AN. I 1 1 70 1 80 1
9 AN. Q 1 1 50 1 70 1
10 AN. G 1 1 100 1 100 1
11 AN. K 2 2 30 2 100 1
12 AN. C 2 2 30 2 80 1
13 AN. F 1 2 20 2 40 2
14 AN. A 2 1 20 2 40 2

KETERANGAN

UMUR JENIS KELAMIN KESULITAN MAKAN


1= 1 - 2 TAHUN 1= LAKI-LAKI 1= TIDAK SULIT
2= 3 - 4 TAHUN 2= PEREMPUAN 2= SULIT
JUMLAH PERTANYAAN
NO. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 TOTAL PERSENTASE KATEGORI
1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 3 30,0 2
2 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 4 40,0 2
3 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 4 40,0 2
4 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 4 40,0 2
5 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 4 40,0 2
6 0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 4 40,0 2
7 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 3 30,0 2
8 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 7 70,0 1
9 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 5 50,0 1
10 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100,0 1
11 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 3 30,0 2
12 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 3 30,0 2
13 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 2 20,0 2
14 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 2 20,0 2
JUMLAH PERTANYAAN
NO. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 TOTAL PERSENTASE KATEGORI
1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 7 70,0 1
2 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 8 80,0 1
3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100,0 1
4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100,0 1
5 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100,0 1
6 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 8 80,0 1
7 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 7 70,0 1
8 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 8 80,0 1
9 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 7 70,0 1
10 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100,0 1
11 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100,0 1
12 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 8 80,0 1
13 0 1 0 0 1 1 1 0 0 0 4 40,0 2
14 0 1 0 0 0 0 1 0 1 1 4 40,0 2
FREQUENCIES VARIABLES=USA JK PS PO
/ORDER=ANALYSIS.

Frequencies

Notes
Output Created 13-Sep-2018 19:02:31
Comments
Input Data C:\Users\Lenovo\Documents\PENELIT
IANKU\SKRIPSI\HASIL.sav
Active Dataset DataSet1
Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working Data 20
File
Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are
treated as missing.
Cases Used Statistics are based on all cases with
valid data.
Syntax FREQUENCIES VARIABLES=USA JK
PS PO
/ORDER=ANALYSIS.

Resources Processor Time 00:00:00,016


Elapsed Time 00:00:00,016

[DataSet1] C:\Users\Lenovo\Documents\PENELITIANKU\SKRIPSI\HASIL.sav

Statistics

JENIS
USIA KELAMIN PRETEST POSTEST

N Valid 14 14 14 14
Missing 6 6 6 6
Frequency Table

USIA

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 12-36 BULAN 7 35,0 50,0 50,0


37-61 BULAN 7 35,0 50,0 100,0
Total 14 70,0 100,0
Missing System 6 30,0
Total 20 100,0
Total
System
Total

JENIS KELAMIN

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid LAKI-LAKI 6 30,0 42,9 42,9


PEREMPUAN 8 40,0 57,1 100,0
Total 14 70,0 100,0
Missing System 6 30,0
Total 20 100,0
Total
System
Total

PRETEST

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid TIDAK SULIT 3 15,0 21,4 21,4
SULIT 11 55,0 78,6 100,0
Total 14 70,0 100,0
Missing System 6 30,0
Total 20 100,0
Total
System
Total

POSTEST

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid TIDAK SULIT 12 60,0 85,7 85,7


SULIT 2 10,0 14,3 100,0
Total 14 70,0 100,0
Missing System 6 30,0
Total 20 100,0
Total
System
Total

T-TEST PAIRS=PS WITH PO (PAIRED)


/CRITERIA=CI(.9500)
/MISSING=ANALYSIS.

T-Test

Notes

Output Created 13-Sep-2018 19:04:51


Comments
Input Data C:\Users\Lenovo\Documents\PENELIT
IANKU\SKRIPSI\HASIL.sav
Active Dataset DataSet1
Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working Data 20
File
Missing Value Handling Definition of Missing User defined missing values are
treated as missing.
Cases Used Statistics for each analysis are based
on the cases with no missing or out-of-
range data for any variable in the
analysis.
Syntax T-TEST PAIRS=PS WITH PO
(PAIRED)
/CRITERIA=CI(.9500)
/MISSING=ANALYSIS.

Resources Processor Time 00:00:00,000


Elapsed Time 00:00:00,000

[DataSet1] C:\Users\Lenovo\Documents\PENELITIANKU\SKRIPSI\HASIL.sav

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean

Pair 1 PRETEST 1,79 14 ,426 ,114


POSTEST 1,14 14 ,363 ,097

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig.

Pair 1 PRETEST & POSTEST 14 ,213 ,464

Paired Samples Test

Paired Differences
95%
Confidence
Interval of the
Difference
Mean Std. Deviation Std. Error Mean Lower

Pair 1 PRETEST - POSTEST ,643 ,497 ,133 ,356

Paired Samples Test

Paired
Differences
95%
Confidence
Interval of the t df Sig. (2-tailed)
Difference
Upper

Pair 1 PRETEST - POSTEST ,930 4,837 13 ,000


DOKUMENTASI PENELITIAN

Peneliti Membagikan Kuesioner dengan Ibu Responden


Peneliti Melakukan Pijat Tui Na

Langkah 1

Peneliti Melakukan Pijat Tui Na

Langkah 2
Peneliti Melakukan Pijat Tui Na

Langkah 3

Peneliti Melakukan Pijat Tui Na

Langkah 4
Peneliti Melakukan Pijat Tui Na

Langkah 5

Peneliti Melakukan Pijat Tui Na

Langkah 6
Peneliti Melakukan Pijat Tui Na

Langkah 7

Peneliti Melakukan Pijat Tui Na

Langkah 8
Peneliti Melakukan Pijat Tui Na

Langkah 1

Peneliti Melakukan Pijat Tui Na

Langkah 2
Peneliti Melakukan Pijat Tui Na

Langkah 3

Peneliti Melakukan Pijat Tui Na

Langkah 4
Peneliti Melakukan Pijat Tui Na

Langkah 5

Peneliti Melakukan Pijat Tui Na

Langkah 6
Peneliti Melakukan Pijat Tui Na

Langkah 7

Peneliti Melakukan Pijat Tui Na

Langkah 8
Peneliti Melakukan Pijat Tui Na

Langkah 1

Peneliti Melakukan Pijat Tui Na

Langkah 2
Peneliti Melakukan Pijat Tui Na

Langkah 3

Peneliti Melakukan Pijat Tui Na

Langkah 4
Peneliti Melakukan Pijat Tui Na

Langkah 5

Peneliti Melakukan Pijat Tui Na

Langkah 6
Peneliti Melakukan Pijat Tui Na

Langkah 7

Peneliti Melakukan Pijat Tui Na

Langkah 8
Peneliti Melakukan Pijat Tui Na

Langkah 1

Peneliti Melakukan Pijat Tui Na

Langkah 2
Peneliti Melakukan Pijat Tui Na

Langkah 3

Peneliti Melakukan Pijat Tui Na

Langkah 4
Peneliti Melakukan Pijat Tui Na

Langkah 5

Peneliti Melakukan Pijat Tui Na

Langkah 6
Peneliti Melakukan Pijat Tui Na

Langkah 7

Peneliti Melakukan Pijat Tui Na

Langkah 8
Peneliti Melakukan Pijat Tui Na

Langkah 1

Peneliti Melakukan Pijat Tui Na

Langkah 2
Peneliti Melakukan Pijat Tui Na

Langkah 3

Peneliti Melakukan Pijat Tui Na

Langkah 4
Peneliti Melakukan Pijat Tui Na

Langkah 5

Peneliti Melakukan Pijat Tui Na

Langkah 6
Peneliti Melakukan Pijat Tui Na

Langkah 7

Peneliti Melakukan Pijat Tui Na

Langkah 8
Peneliti Melakukan Pijat Tui Na

Langkah 1

Peneliti Melakukan Pijat Tui Na

Langkah 2
Peneliti Melakukan Pijat Tui Na

Langkah 3

Peneliti Melakukan Pijat Tui Na

Langkah 4
Peneliti Melakukan Pijat Tui Na

Langkah 5

Peneliti Melakukan Pijat Tui Na

Langkah 6
Peneliti Melakukan Pijat Tui Na

Langkah 7

Peneliti Melakukan Pijat Tui Na

Langkah 8
Peneliti Melakukan Pijat Tui Na

Langkah 1

Peneliti Melakukan Pijat Tui Na

Langkah 2
Peneliti Melakukan Pijat Tui Na

Langkah 3

Peneliti Melakukan Pijat Tui Na

Langkah 4
Peneliti Melakukan Pijat Tui Na

Langkah 5

Peneliti Melakukan Pijat Tui Na

Langkah 6
Peneliti Melakukan Pijat Tui Na

Langkah 7

Peneliti Melakukan Pijat Tui Na

Langkah 8
Peneliti Melakukan Pijat Tui Na

Langkah 1

Peneliti Melakukan Pijat Tui Na

Langkah 2
Peneliti Melakukan Pijat Tui Na

Langkah 3

Peneliti Melakukan Pijat Tui Na

Langkah 4
Peneliti Melakukan Pijat Tui Na

Langkah 5

Peneliti Melakukan Pijat Tui Na

Langkah 6
Penelliti Melakukan Pijat Tui Na

Langkah 7

Peneliti Melakukan Pijat Tui Na

Langkah 8
Peneliti Melakukan Pijat Tui Na

Langkah 1

Peneliti Melakukan Pijat Tui Na

Langkah 2
Peneliti Melakukan Pijat Tui Na

Langkah 3

Peneliti Melakukan Pijat Tui Na

Langkah 4
Peneliti Melakukan Pijat Tui Na

Langkah 5

Peneliti Melakukan Pijat Tui Na

Langkah 6
Peneliti Melakukan Pijat Tui Na

Langkah 7

Peneliti Melakukan Pijat Tui Na

Langkah 8
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

1. Nama : Evi Nurmaisa Biduri

2. Tempat Tanggal Lahir : Lapuko, 07 November 1995

3. Agama : Islam

4. Suku : Tolaki

5. Status : Belum Menikah

6. Alamat : Jln Latsitarda No. G104

7. Pendidikan Formal :

a. SDN : SDN 1 Unaaha (2002-2008)

b. SMPN : SMPN 2 Unaaha (2008-2011)

c. SMAN : SMAN 1 Unaaha (2011-2014)

d. Sarjana : STIKES Mandala Waluya Kendari (2014-sekarang)

8. Nama Orang Tua

a. Ayah : H. Djumrin Moita, SH

b. Ibu : HJ. Suriyana, S.Pdi

9. Jumlah Bersaudara 5 orang

10. Anak ke 5

Anda mungkin juga menyukai