MR SSBI - Andreas Sitompul

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN MINIRISET

SITEM PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PERTANIAN DESA


PERDAMEAN, KECAMATAN LUBUK PAKAM, KABUPATEN DELI
SERDANG, SUMATERA UTARA

Disusun Oleh:

Andreas Sitompul
(3173322005)

Mata Kuliah : Sistem Sosial Budaya Indonesia


Dosen Pengampuh : Drs. Nurjannah. M. Si
Kelas : C Reguler 2017

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN ANTROPOLOGI


FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan kepada Allah Yang Maha Esa atas curahan
Rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas Mini Research dalam
mata kuliah Perspektif Global. Kami juga berterima kasih kepada Ibu Dosen
dalam mata kuliah Perspektif Global ini karena telah memberikan bimbingan dan
arahan kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas Mini Research ini
semaksimal mungkin.

Kami menyadari dalam penulisan laporan ini sangat banyak kekurangan.


Oleh Karena itu, kami memohon maaf jika ada kesalahan dalam penulisan. Kami
juga sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk hasil yang
lebih baik dalam menghasilkan laporan berikutnya.

Akhir kata, kami ucapkan terimakasih kepada seluruh pihak yang telah
membantu. Semoga Mini Research ini dapat bermanfaat dan bisa menambah
pengetahuan bagi pembaca.

Medan, April 2019

Kelompok 3

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
1.1. Latar Belakang..............................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah.........................................................................................2
1.4. Tujuan Penelitian...........................................................................................2
1.5. Manfaat Penelitian.........................................................................................2
BAB II LANDASAN TEORI..................................................................................3
2.1. Penelitian Terdahulu......................................................................................3
2.2. Kerangka Teori..............................................................................................4
2.3. Kerangka Konsep..........................................................................................5
2.4. Kerangka Berfikir........................................................................................11
BAB III METODE PENELITIAN........................................................................12
3.1. Tempat dan Waktu penelitian.....................................................................12
3.2. Penentuan Informan....................................................................................12
3.3. Teknik Pengumpulan Data..........................................................................13
3.4. Teknis Analisis Data....................................................................................14
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN...............................................................15
4.1. Perkembanagan Pengelolahan Pertanian Desa Perdamean, Kecamata Lubuk
Pakam, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara.............................................15
4.2. Perkembanagan Alat Pertanian Desa Perdamean, Kecamatan Lubuk
Pakam, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara.............................................19
4.3. Pemasaran Hasil Pertanian Masyarakat Di Desa Perdamean, Kecamatan
Lubuk Pakam, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara.................................22
BAB V PENUTUP.................................................................................................25
5.1. Kesimpulan..................................................................................................25
5.2. Saran............................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................27
LAMPIRAN...........................................................................................................28
BAB I PENDAHULUAN

2
1.1. Latar Belakang
Pada era 4.0 teknologi sudah sudah mengalami perubahan yang semakin
canggih dan semakin yang komplek, begitu juga dengan teknologi pada pertanian
yang semakin canggih dalam pengelolahan pertanian, ini merupakan hal yang
sangat mendukung produksi pertanian dari masyarakat, yang mana di harapkan
dengan adanya kemajuan teknologi pertanian akan menambah hasil produksi dari
pertanain tersebut. Kemajuan tersebut terjadi dalam setiap proses pengelohan
pertanian, baik di bidang pembibitan, pengolahan lahan (pembajakan), penanaman
sampai dengan proses pemanenan hasil pertanian.

Stagnansi produksi ini disebabkan oleh lambatnya penemuan dan


pemasyarakatan inovasi, serta rendahnya insentif finansial untuk menerapkan
teknologi secara optimal. Melemahnya sistem penyuluhan juga merupakan
kendala lambatnya adopsi teknologi oleh petani. Peningkatan kapasitas
kelembagaan petani serta peningkatan kualitas penyuluhan merupakan tantangan
ke depan. Dalam menyikapi hal demikian, masyarakat harus memiliki inisiatif dan
kreativitas dengan memanfaatkan teknologi yang semakin mendukung
produktivitas dari pertanian.

Di Desa Perdamean, kecamatan Lubuk Pakam, Kabupaten Deli Serdang


mengenai pengelohan sawah yang semakin berkembang menggubakan alat – alat
yang lebih modern dan mendung cepatnya proses dalam pengolahan pertanian
masyarakat petani di daerah tersebut. Dalam pengembangannya yang mulai dari
pembajakan menggunakan kerbau, kuik sampai dengan traktor dan untuk
pemanenanya juga mengalami perubahan mulai dari menggunakan tenaga
manusia menggunakan sabit dan sekarang telah menggunakan semacam traktor
untuk memanennya . Dalam pengolahan padinya dari hasil pertanian tentunya
juga mengalami perubahan, mulai dari yang di tumbuk sampai dengan
menggunakan mesin baik kilang maupun odong – odong ( gilingan padi berjalan).

Pengembanagan pertanian di Di Desa Perdamean, kecamatan Lubuk


Pakam, Kabupaten Deli Serdang tentunnya mengalami perkembanagan yang lebih
modern dan lebih mudah dalam pengerjaannya. Hal ini tentunya di pengaruhi oleh

3
pandangan masyarakat yang semakin menglobal dalam hal pengelolhan pertanian.
Dalam hal pemasaran hasil dari pertanian yang di beriakn ke kilang yang ada di
daerah tersebut telah mendistribusiakannya ke beberapa daerah di luat sumatera
utara dan proses pemesanannya telah mengalami perubahan yang lebih modern.

1.2. Rumusan Masalah


Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaiaman perkembanagan pengelolahan pertanian desa perdamean,
kecamatan lubuk pakam, kabupaten deli serdang ?
2. Bagaimana perkembanagan alat pertanian desa perdamean, kecamatan
lubuk pakam, kabupaten deli serdang ?
3. Bagaimana pemasaran hasil pertanian masyarakat di desa perdamean,
kecamatan lubuk pakam, kabupaten deli serdang ?
1.4 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui perkembanagan pengelolahan pertanian desa
perdamean, kecamatan lubuk pakam, kabupaten deli serdang ?
2. Untuk mengetahui perkembanagan alat pertanian desa perdamean,
kecamatan lubuk pakam, kabupaten deli serdang ?
3. Untuk mengetahui pemasaran hasil pertanian masyarakat di desa
perdamean, kecamatan lubuk pakam, kabupaten deli serdang ?
1.5. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Adapun manfaat yang dapat di ambil dari pelaksanaan penelitian ini ialah
untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah perspektif global, kemudia
menganalisis bagaimana perkembangan pertanian desa perdamean,
kecamatan lubuk pakam, kabupaten deli serdang.
2. Manfaat Praktis
Adapaun manfaat yang dapat di ambil oleh masyarakat dalam penelitian
ini adalah agar masyarakat lebih memahami perkembanagan pertanian dan
lebih bijak dalam menggunakan teknologi yang semakin berkembang.

4
BAB II LANDASAN TEORI
2.1. Penelitian Terdahulu
Hasil penelitian yang terdahulu yang pernah dilakukan oleh Irmayanti
(2013) mengenai Intervensi Penyuluh Pertanian Dalam Pemberdayaan Sosial
Ekonomi Kelompok Tani (Studi Kasus Kelompok Tani Cisadane Para Petani
Sawah Linkungan Talamangape Kelurahan Raya Kabupaten Maros), bertujuan
untuk mengetahui bentuk intervensi penyuluh pertanian kepada kelompok tani
Cisadane dengan menggunakan analisis secara kualitatif, dimana data yang
didapat dilapangan diolah kemudian disajikan dalam bentuk tulisan, dan table
frekuensi. Adapun hasil yang didapat dari penelitian tersebut adalah bentuk-
bentuk penyuluhan dalam pemberdayaan kelompok tani Cisadane di linkungan
Talamangape dilakukan dibidang pertanian, peternakan dan simpan pinjam, untuk
memaksimalkan penyuluhan pemerintah juga memberikan bantuan kepada petani
berupa bibit, pupuk organik, alat pertanian, dan ternak sapi. Penyuluh mendekati
kelompok tani yang di dampinginya dengan melalui pendekatan individu dan
kelompok. Sebagai penyuluh yang bertugas mendampingi, mengarahkan, dan
memberi pengetahuan, semestinya dapat pula memperhatikan anggota-anggota
dalam kelompok tani agar bekerjasama dan dapat terkontrol dengan baik, seperti
yang diungkapkan oleh Max Weber kelompok adalah cara menggambarkan
berbagai legitimasi hubungan asosiasi, kerjasama, dan kontrol yang erat dalam
orientasi tradisional.

Selanjutnya penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Sean Fitria


Rohmawati Laily, Dkk (Dalam Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol. 2, No. 1,
Hal. 147-153) Mengenai 15 “Pemberdayaan Petani Dalam Meningkatkan
Ketahanan Pangan” (Studi Di Desa Betet, Kecamatan Ngronggot, Kabupaten
Nganjuk).penelitian ini adalah kualitatif dengan menggunakan pendekatan secara
deskriptif. Fokus penelitian ini adalah 1) Pemberdayaan petani dalam usaha
meningkatkan ketahanan pangan di Desa Betet Kecamatan Ngronggot Kabupaten
Nganjuk, yang terdiri dari: a) Aras mikro: penyuluhan, b) Aras mezzo: diklat dan
sekolah lapangan, c) Aras makro: strategi ketahanan pangan, yang terdiri dari
subsistem ketersediaan pangan, distribusi pangan dan konsumsi pangan; 2) Faktor

5
penghambat dan pendukung yang terjadi dalam upaya pemberdayaan petani dalam
meningkatkan ketahanan pangan.

Upaya pemberdayaan petani dalam rangka meningkatkan ketahanan


pangan di Desa Betet Kecamtan Ngronggot Kabupaten Nganjuk juga menemui
beberapa hambatan, diantaranya adalah : (a) Faktor Penghambat Internal: masih
rendahnya kualitas sumberdaya manusia dan kurangnya alat mesin pertanian. (b)
Faktor Penghambat Eksternal: cuaca tidak menentu dan terbatasnya kapasitas
sumberdaya pertanian. (c) Faktor Pendukung Internal: adanya program
pemberdayaan petani dan dukungan dari Pemerintah Daerah Kabupaten Nganjuk.
(d) Faktor Pendukung Eksternal: adanya bantuan yang dapat meringankan beban
petani.

2.2. Kerangka Teori


 Teori Dualisme Teknologi Dikemukakan Oleh Benyamin Higgins
Dualism teknologi berarti pengunaan berbagai fungsi produksi pada sector
maju dan sector tradisional dalam perekonomian terbelakang. Adanya dualism
seperti itu memperberat masalah pengangguran teknologis atau pengangguran
structural disektor industry dan penggangguran di sector pedesaan, teori Higgins
mengenai dualisme teknologi memasukkan problem proforsi factor. Professor
Higgins menelaah proses bagaimana dualisme teknologi cenderung meningkatkan
penggangguran dan penggangguran tersembunyi di dalam perekonomian dualistic.
Dari kedua sector tersebut , sector industry tumbuh dan berkembang dengan
bnatuan modal luar negeri. Jadi industrialisasi menyebabkan pertumbuhan
pendudukyang melebihi laju akumulasi modal disektor industri.
 Teori Involusi Pertanian Dikemukakan Oleh Clifford Geertz (1976)
Clifford Geertz menyatakan bahwa terhambatnya pembangunan ekonomi
di Indonesia disebabkan oleh involusi pertanian. Peningkatan produksi disebabkan
oleh peningkatan tenaga kerja dan bukan oleh perkembangan teknologi dan
mengakar kepada share poverty yaitu budaya untuk berbagi kemiskinan. Teori ini
menyatakan bahwa budaya yang lebih mementingkan solidaritas bersama
daripada peningkatan penghasilan menyebabkan sektor pertanian tidak dapat
berkembang. Teori Evolusi Pertanian; dikemukakan oleh William Collier (1996)

6
yang menyatakan bahwa keterlambatan dalam pembangunan pertanian disebabkan
oleh hambatan faktor-faktor ekonomi seperti terbatasnya luas lahan, modal, dan
kesalahan kebijakan pemerintah yang menganggap bahwa petani di Indonesia
masih terbelakang. Teori Moral Ekonomi Petani; dikemukakan oleh James Scott
(1986) yang menyatakan bahwa petani Indonesia adalah sangat rasional, tanggap
terhadap teknologi dan ingin maju. Namun ada faktor yang membatasi tindakan
petani yaitu penghasilan yang pas-pasan karena luas usaha yang relatif kecil.
2.3. Kerangka Konsep
Petani adalah orang yang pekerjaannya bercocok tanam pada tanah
pertanian. Definisi petani menurut Anwas (1992:34) mengemukakan bahwa petani
adalah orang yang melakukan cocok tanam dari lahan pertaniannya atau
memelihara ternak dengan tujuan untuk memperoleh kehidupan dari kegiatan itu.
Pengertian petani yang dikemukakan tersebut di atas tidak terlepas dari pengertian
pertanian. Anwas (1992:34) mengemukakan bahwa pertanian adalah kegiatan
manusia mengusahakan terus dengan maksud memperoleh hasil-hasil tanaman
ataupun hasil hewan, tanpa mengakibatkan kerusakan alam.

Bertolak dari pengertian di atas, dapat dikatakan bahwa antara petani dan
pertanian tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang lainnya. Oleh karena itu
perbedaannya hanya terletak pada obyek saja.

Konseptualisasi petani asli menunjukkan, bahwa tanah merupakan bagian


yang tidak terpisahkan dari kehidupan petani. Poin pentingnya bukan hanya
terlletak pada soal, bahwa tanah adalah alat produksi utama petani, melainkan
bahwa alat produksi itu mutlak dimiliki petani. Implikasinya, petani yang tidak
memiliki tanah sendiri tidak dianggap sebagai petani sejati atau asli. Implikasi
politisnya, petani mutlak dan mempertahankan dan menjaga hak kepemilikannya
atas tanah. Dengan demikian, kita bisa mengatakan bahwa konsep petani asli
memiliki kaitan sosial-budaya-politik. (Sadikin M, 2001:31)

Pertanian (agriculture) bukan hanya merupakan aktivitas ekonomi untuk


menghasilkan pendapatan bagi petani saja. Lebih dari itu, petani adalah sebuah
cara hidup (way of life atau livehood) bagi sebagian besar petani. Oleh karena
sektor dan sistem pertanian harus menempatkan subjek petani sebagai pelaku

7
sektor pertanian secara utuh, tidak saja petani sebagai homo economicus,
melainkan juga sebagai homo socius dan homo religius. Konsekuensi pandangan
ini adalah dikaitkannya unsur-unsur nilai sosial-budaya lokal, yang memuat aturan
dan pola hubungan sosial, politik, ekonomi, dan budaya ke dalam kerangka
paradigma pembangunan sistem pertanian secara menyeluruh. (Pantjar
Simatupang, 2003:14-15)

Konsep pertanian tidak akan menjadi suatu kebenaran umum, karena akan
selalu terkait dengan paradigma dan nilai budaya petani lokal, yang memiliki
kebenaran umum tersendiri. Oleh karena itu pemikiran sistem agribisnis yang
berdasarkan prinsip positivisme sudah saatnya kita pertanyakan kembali.
Paradigma pertanian tentu saja sarat dengan sistem nilai, budaya, dan ideologi dari
tempat asalnya yang patut kita kaji kesesuaiannya untuk diterapkan di negara kita.
Masyarakat petani kita memiliki seperangkat nilai, falsafah, dan pandangan
terhadap kehidupan (ideologi) mereka sendiri, yang perlu digali dan dianggap
sebagai potensi besar di sektor pertanian. Sementara itu perubahan orientasi dari
peningkatan produksi ke orientasi peningkatan pendapatan petani belum cukup
jika tanpa dilandasi pada orientasi kesejahteraan petani. Peningkatan pendapatan
tanpa diikuti dengan kebijakan struktural pemerintah di dalam pembuatan
aturan/hukum, persaingan, distribusi, produksi dan konsumsi yang melindung
petani tidak akan mampu mengangkat kesejahteraan petani ke tingkat yang lebih
baik. Kisah suramnya nasib petani kita lebih banyak terjadi daripada sekedar
contoh keberhasilan perusahaan McDonald dalam memberi”order” kelompok
petani di Jawa Barat. Industri gula dan usaha tani tebu serta usaha tani padi
kini”sangat rendah” dengan jumlah dan nilai impor yang makin meningkat.
(Moebyarto, 1997:28)

A. Konsep Usaha tani

Kegiatan ekonomi yang dapat menghasilkan barang dan jasa disebut


berproduksi, begitu pula dalam kegiatan usahatani yang meliputi sub sektor
kegiatan ekonomi pertanian tanaman pangan, perkebunan tanaman karas,
perikanan dan peternakan adalah merupakan usahatani yang menghasilkan
produksi. Untuk lebih menjelaskan pengertian usahatani dapat diikuti dari

8
definisi yang dikemukakan oleh Moebyarto (1997:41) yaitu usahatani adalah
himpunan ssumber-sumber alam yang terdapat pada sektor pertanian itu
diperlukan untuk produksi pertanian, tanah dan air, perbaikan-perbaikan
yang telah dilakukan di atas tanah dan sebagainya, atau dapat dikatakan
bahwa pemanfaatan tanah untuk kebutuhan hidup.

Pengertian di atas dapat dijelaskan bahwa pada mulanya usahatani


bertujuan untuk memenuhi kebutuhan keluarga petani, segala jenis tanaman
dicoba, dibudidayakan. Segala jenis ternak dicoba, dipopulasikan, sehingga
ditemukan jenis yang cocok dengan kondisi alam setempat, kemudian
disesuaikan dengan prasarana yang harus disiapkan guna menunjang
keberhasilan produk usahatani.

Menurut Mosher (1995:38) mengemukakan usahatani adalah bagian


permukaan bumi dimana seorang petani dan keluarganya atau badan hukum
lainnya bercocok tanam atau memelihara ternak. Menurut Soekartawi
(1996:39) mendefinisikan usahatani sebagai ilmu yang mempelajari
bagaimana seseorang mengalokasikan sumberdaya yang ada secara afektif
dan efisien untuk tujuan memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu
tertentu.

Moebyarto (1997:41) mengemukakan bahwa usahatani adalah


himpunan sumber-sumber alam yang terdapat di tempat itu yang dilakukan
untuk produksi pertanian. Jadi usahatani yang sesungguhnya tidak sekedar
hanya terbatas pada pengambilan hasil, melainkan benar-benar usaha
produksi, sehingga di sini berlangsung pendayagunaan tanah, investasi,
tenaga kerja dan manajemen. Tingkat keberhasilan dalam pengelolaan
usahatani sangat ditentukan oleh keempat faktor di atas.

Menurut Soekartawi (1996:24) menyatakan bahwa berhasil di dalam


suatu kegiatan usahatani tergantung pada pengelolaannya karena walaupun
ketiga faktor yang lain tersedia, tetapi tidak adanya manajemen yang baik,
maka penggunaan dari faktor-faktor produksi yang lain tidak akan
memperoleh hasi yang optimal.

9
Bagi seorang petani, analisa pendapatan merupakan ukuran
keberhasilan dari suatu usahatani yang dikelola dan pendapatan ini
digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan bahkan dapat
dijadikan sebagai modal untuk memperluas usahataninya. Hal ini sejalan
dengan pernyataan Patong (1995:14) bahwa bentuk jumlah pendapatan
mempunyai fungsi yang sama yaitu memenuhi kebutuhan sehari-hari dan
memberikan kepuasan kepada petani agar dapat melanjutkan usahanya.

Lebih lanjut dikatakan oleh Hernanto (1993:50) bahwa besarnya


pendapatan petani dan usahatani dapat menggambarkan kemajuan ekonomi
usahatani dan besarnya tingkat pendapatan ini juga digunakan untuk
membandingkan keberhasilan petani yang satu dengan petani yang lainnya.

Soeharjo dan Patong (1994:16) menyatakan bahwa analisis


pendapatan usahatani memerlukan dua hitungan pokok, yaitu keadaan
penerimaan dan keadaan pengeluaran selama jangka waktu yang ditetapkan.
Penerimaan usahatani berwujud tiga hal, yaitu:

1. Hasil penjualan tanaman, ternak, dan hasil ternak

2. Produksi yang dikonsumsikan keluarga

3. Kenaikan nilai industri

B. Konsep Pendapatan

Pendapatan atau perolehan merupakan suatu kesempatan mendapatkan


hasil dari setiap usaha yang dilakukan, baik secara langsung maupun tidak
langsung. Pendapatan secara langsung diterima oleh setiap orang yang
berhubungan langsung dengan pekerjaan, sedangkan pendapatan tidak
langsung merupakan tingkat pendapatan yang diterima melalui perantara
(Bambang, S. 1994:121). Menurut Boediono (1992:32) mengemukakan bahwa
hasil pendapatan dari seorang warga masyrakat adalah hasil penjualan dari
faktor-faktor yang dimiliki kepada faktor produksi. Jadi pendapatan adalah
hasil penjualan faktor produksi atau aset yang dimilikinya.

10
Dalam pengertian sederhana dapat di artikan sebagai modal penerimaan
produksi setelah dikurangi dengan biaya. Balas jasa diterima sebagai jumlah
faktor produksi yang di hitung untuk jangka waktu tertentu. Disamping itu
jumlah pendaatan mempunyai fungsi untuk memenuhi keperluan sehari-hari
dan memberikan kepuasan kepada petani agar dapat melanjutkan produksinya.
Selanjutnya pendapatan usahahatani dikenalpula istilah pendapatan kotor
(gross farm income). Pendapatan kotor usahatani adalah nilai produk usahatani
dalam jangka waktu tertentu baik yang di jual maupun yang tidak di jual.

Soekartawi, (1996:82) oleh karena itu pendapatan usahatani adalah


mencangkup semua hasil produksi. Pengertian pendapatan tersebut diatas dapat
disimpulkan bahwa pendapatan adalah nilai perolehan yang diterima pekerja
secara langsung sebai imbalan atas jasa dalam menyelesaikan suatu pekerjaan.

C. Konsep Produksi

Penelitian ini berkaitan dengan konsep produksi yang menujukan


besarnya tingkat produksi rumput laut yang diperoleh petani, oleh karena itu
konsep produksi dijelaskan untuk memberikan definisi tentang produksi
menurut para pakar ekonomi. Secara umum produksi diartikan sebagai
aktivitas untuk menciptakan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan
manusia. Jadi produksi adalah aktivitas yang menciptakan atau menambahkan
utility suatu barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan manusia.

Sofyan Assauri (1993:54 ) mengemukakan bahwa produksi adalah


kegiatan mencitakan atau menambah kegunaan (utility) sesuatu barang atau
menambah kegunaan (utility) sesuatu barang atau jasa dengan mengunakan
sumber- sumber (tenaga kerja,mesin,bahan-bahan, dan modal) yang ada.
Sedangkan Wasis (1992:40) menjelaskan bahwa roduksi adalah merubah bahan
atau komponen (produksi) menjadi barang jadi. I Gusti Ngurah (1994:19)
mengemukakan bahwa produksi adalah sebagai hasil proses aktivitas ekonomi
dengan manfaat sumberdaya yang tersedia serta memiliki potensi sebagai
faktor produksi.

11
Hermanto (1994:32) mengemukakan bahwa produksi adalah suatu
proses untuk memenuhi kebutuhan untuk penyelengaran jasa-jasa lain yang
dapat memenuhi kebutuhan manusia. Oleh karena itu produksi merupakan
tindakan manusia. Oleh karena itu produksi merupakan tindakan manusia
untuk menciptakan atau menambah nizlai guna barang sesuai dengan yang
dikehendaki. Menurut Mubyarto (1996:25) menyatakan bahwa produksi petani
adalah hasil yang diperoleh sebagai akibat bekerjanya faktor produksi tanah,
modal, tenaga kerja simultan.

Dalam melakukan usahatani, seorang pengusaha atau seorang petani


akan selalu baerfikir untuk mengalokasikan input seefisien mungkin untuk
memproduksi yang maksimal. Cara berfikir yang demikian adalah wajar,
mengingat petani melkukan konsep bagaimana memaksimumkan keuntungan.
Dalam ilmu ekonomi cara berfikir demikian sering disebut dengan pendekatan
maksimumkan keuntungan atau profit mazimition. Dalam kaitan itu
Kartasapoerta (1988:43) mengemukakan bahwa produksi merupakan hasil
yang diperole yang berkaitan dengan proses berlangsungnya proses produksi.
Kuantitas dan kualitas hasil (output) tersebut tergantung pada keadaan input
yang telah diberikan. Jadi antara input dan output terdapat kaitan yang jelas.
Dalam bidang pertanian istilah yang dimaksud yaitu hasil pekerjaan beberapa
faktor produksi secara sekaligus. Moebyarto. (1996:30) oleh karena itu faktor-
faktor ekonomi yang berpengaruh terhadap produksi khususnya lahan, dan
modal, tingkat kesuburan, dan faktor-faktor lain yang melekat dalam faktor
lahan itu sendiri.

Soekartawi dan Patong (1984: 78) mengemukakan bahwa dalam


menghitung produksi usahatani biasanya dibedakan antara konsep produksi per
unit usahatani (cabang usahatani) oleh produksi total uasaha tani adalah
kualitas hasil yang dipergunakan di suatu jenis usahatani selama periode
tertentu.

12
2.4. Kerangka Berfikir
Pertanian merupakan salah satu pendukung kelangsungan hidup manusia,
hasil – hasil pertanian mejadi bahan pokok yang akan di konsumsi oleh
masyarakat banayak. tentunya dalam pertanian dari zaman dahulu sampai
sekarang mengalami banayak sekali perubahan, baik dalam pengelolahan tanah
(pembajakan), pembibitan, pemanenan hingga pemasaran. Dalam era globalisasi
sekarang ini teknologi sudah semakin canggih, alat – alah canggih itu juga dapat
kita temukan di bidang pertanian, banyak sekali sekarang alat – alat pertanian
yang memiliki teknologi canggih dan mempermudah pekerjaan para petani,
bahkan sampai pemasarannya pun sudah sangat mudah karena telah menggunakan
media internet dalam hal pemesanan beras langsung ke kilang padinya.

Pertanian (Sawah)
)

Pengolahan Tanah (Proses Pembibitan Benih Pemanenan Padi


Pembajakan Tanah) Padi

Proses Padi jadi Beras


(Kilang/gilingan Padi)

Pemasaran hasil Pertanian (Padi)

13
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Tempat dan Waktu penelitian
Penelitian ini kami lakukan di Desa Perdamean, Kecamatan Lubuk
Pakam, Kabupaten Deli Serdang. Pada hari minggu 12 April 2019 sekitar jam 10
sampai selesai. Kami memilih lokasi ini karena berkaitan dengan tema yang kami
dapat yaitu membahas tentang Perspektif Global Dalam Perkembangan Pertanian
Desa sehingga kami memutuskan untuk melakukan penelitian di Desa Perdamean,
Kecamatan Lubuk Pakam, Kabupaten Deli Serdang, karna ini adalah salah satu
daerah yang memiliki pertanian yang luas dengan penggunaaan alat pertanian
yang sudang sangat berkembang.

3.2 Penentuan Informan


3.2.1 Subjek Penelitian
Subjek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah individu
dan grup yang terlibat langsung dalam interaksi sosial yang telah kami teliti
dan menjadi informan. Pemilihan subjek dalam penelitian ini dilakukan secara
purposif, Bungin (2011:107) menyatakan bahwa “penentuan informan secara
purposif adalah salah satu strategi menentukan informan yang paling umum
dalam penelitian kualitatif, yaitu menentukan kelompok peserta yang menjadi
informan sesuai dengan kriteria terpilih yang relevan dengan masalah
penelitian tertentu.”

Menurut Bungin (2001:62) bahwa informan adalah orang yang


dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar
belakang penelitian berdasarkan pengetahuan dan kemampuan, karena
penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Bagaiaman perkembanagan
pengelolahan pertanian desa perdamean, kecamatan lubuk pakam, kabupaten
deli serdang, selain itu juga peneliti ingin mengetahuin Bagaimana
perkembanagan alat pertanian desa perdamean, kecamatan lubuk pakam,
kabupaten deli serdang dan Bagaimana pemasaran hasil pertanian masyarakat
di desa perdamean, kecamatan lubuk pakam, kabupaten deli serdang.

14
3.3 Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini untuk mendapatkan data dan bahan yang diperlukan
peneliti menggunakan tekhnik pengumpulan data sebagai berikut:
3.3.1. Observasi
Metode Observasi ini merupakan metode yang dilakukan dengan terjun
langsung kelapangan untuk memperoleh data secara lebih lengkap dan sesuai
dengan keadaan ralitas yang ada di daerah perumahan cemara asri .Lokasi
yang kami jadikan sebagai tempat observasi yaitu di desa perdamean
kecamatan lubuk pakam kabupaten deli serdang .
3.3.2. Wawancara
Wawancara adalah salah satu pola untuk mendapatkan sebuah data yang
akurat dalam sebuah penelitian. Wawancara digunakan oleh peneliti untuk
mendapatkan informasi (data) dari informan dengan cara langsung bertatap
muka (face to face). Dalam penelitian ini penulis melakukan pemgumpulan
data dengan menggunakan teknik (wawancara mendalam). Wawancara yang
dimaksud di sini adalah wawancara yang tidak terstruktur dimana peneliti
tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis
dan lengkap untuk pengumpulan datanya, pedoman wawancara hanya berupa
garis besar permasalahan yang akan ditanyakan.
Kami melakukan wawancara dengan beberapa pekerja yang bekerja sebagi
petani dan pekerja yang bekerja di pabrik beras yang mana kami menanyakan
tentang bagaimana pengelolaan petanian, cara pemakaian alat pertanian yang
dari tradisional ke alat yang sudah modern dan kemana saja pemasaran hasil
dari produksi beras tersebut di pasarkan.
3.3.3. Dokumentasi
Dalam penelitian ini alat bantu yang digunakan dalam pengumpulan data
antara lain: kamera untuk mengambil gambar (foto) yang berkaitan dengan
penelitian, handphone untuk perekam suara, pengambilan vidio dan
pengambilan foto. Dalam penelitian ini, peneliti mengambil gambar saat
melakukan wawancara dengan informan. Pengambilan gambar ini bertujuan
sebagai bukti bahwa peneliti telah melakukan penelitian dilokasi tersebut.
Selain itu untuk memperoleh data yang akurat maka peneliti menggunakan
rekaman suara sehingga informasi yang diperoleh dari informan bersifat real
tanpa rekayasa. Melalui dokumentasi berupa foto maka peneliti mendapatkan

15
informasi dan data fisik mengenai sumber seperti alat-alat pengelolaan yang
sudah semakin modern
3.3.4. Studi Pustaka (studi literatur)
Dalam penelitian ini agar data lebih akurat peneliti melakukan teknik
pengumpulan data, studi pustka, dimana peneliti mencari data-data yang
berkaitan dengan permasalahan yang diteliti melalui artikel serta jurnal dan
web yang berkaitan

3.4 Teknis Analisis Data


3.4.1. Pengumpulan Data
Mengumpulkan seluruh hasil data yang diperoleh dilapangan, baik dari
hasil observasi, wawancara serta literatur-literatur yang telah didapat terkait
dengan masalah yang diteliti.
3.4.2. Menganalisis Data
Penulis dalam mengalisis data dengan cara mengulang – ulang rekaman
dan video lalu kami kaitkan dengan teori dan sumber data dari jurnal, buku
dan sumber lainya Untuk mengetahui apa saja pengelolaan petanian, cara
pemakaian alat pertanian yang dari tradisional ke alat yang suda modern dan
kemana saja pemasaran hasil dari produksi beras tersebut

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Perkembanagan Pengelolahan Pertanian Desa Perdamean, Kecamata


Lubuk Pakam, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara
Desa perdamean berada di Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli
Serdang Provinsi Sumatera Utara. Desa perdamean ini juga berada dikawasan
lingkungan pertanian . Pertanian padi merupakan salah satu aspek budaya warisan
turun-temurun dari nenek moyang kita. Beras sebagai bahan pangan yang berasal
dari padi merupakan bahan pangan pokok sebagian besar masyarakat Indonesia.

16
Oleh karena itu sebagai bahan pangan pokok utama padi memegang posisi yang
strategis untuk dikembangkan. Padi sawah adalah usaha tani dengan
menggabungkan berbagai komponen teknologi yang saling menunjang dan suatu
pendekatan inovatif dalam upaya peningkatan efisiensi dengan memperhatikan
penggunaan sumber daya alam secara bijak agar memberikan pengaruh yang lebih
baik terhadap pertumbuhan dan produktivitas tanaman.Pengelolaan padi sawah
bertujuan untuk meningkatkan produktivitas padi dari segi hasil dan kualitas
melalui penerapan teknologi yang cocok dengan kondisi setempat (spesifik lokasi)
serta menjaga kelestarian lingkungan. Dengan meningkatnya hasil produksi
diharapkan pendapatan petani akan meningkat.

Masyarakat petani didesa perdamean dulu memiliki pengetahuan cara


bercocok tanam di lahan pertanian dan berbagai macam peralatan pertanian
tradisional yang diwariskan. Peralatan tradisional yang dimaksud adalah
seperangkat alat yang masih sederhana sifatnya, yang digunakan oleh sekelompok
masyarakat secara turun temurun dan merupakan bagian dari sistem teknologi
yang mereka miliki menurut konsepsi kebudayaannya. Peralatan pertanian padi
tradisional yang digunakan oleh masyarakat pada umumnya sama. Namun tentu
ada perbedaan, perbedaan tersebut biasanya terletak pada nama-nama dari
peralatan pertanian antara daerah satu dan lainnya. Misalnya nama peralatan yang
digunakan untuk menyiangi rumput dan menggemburkan tanah. Masyarakat
petani di desa perdamean menyebutnya garuk. Selain itu, perbedaan dapat terlihat
pada bahan baku pembuatan, bentuk dan ukuran peralatan yang tidak mungkin
sama persis antara daerah satu dan lainnya. Namun pada intinya, fungsi dari
peralatan tersebut sama.

Pengolahan tanah dapat dilakukan secara sempurna dengan dua kali


pembajakan dan satu kali garu atau minimal, atau tanpa olah tanah. Pemilihan
cara yang akan dilakukan disesuaikan dengan keperluan dan kondisi. Faktor yang
menentukan adalah kemarau panjang, pola tanam dan jenis/struktur tanah. Dua
minggu sebelum pengolahan tanah, taburkan bahan organik secara merata di atas
hamparan sawah. Bahan organik yang digunakan dapat berupa pupuk kandang
atau kompos jerami. Dimana dalam penerapannya menggunakan pupuk organik

17
tidak menggunakan pupuk kimia dan pestisida, sehingga produktifitasnya masih
rendah.

Pemilihan lokasi, cara pengelolaan dan cara menjaga kelestarian


lingkungan dilakukan oleh masyarakat terdahulu dengan keterbatasan informasi
dan teknologi. Perilaku masyarakat yang khas dalam pemanfaatan lahan pertanian
sawah dengan alat-alat sederhana dan dilakukan secara bergotong royong
merupakan sebuah bercocok tanam pada dulunya yang memiliki nilai dan kearifan
lokal. Kearifan lokal adalah kebijaksanaan manusia yang bersandar pada filosofi
nilai-nilai, etika, cara-cara dan perilaku yang melembaga secara tradisional berupa
nilai, norma, etika, kepercayaan, adat-istiadat, hukum adat, dan aturan-aturan
khusus (Hastuti, 2015). Interaksi manusia terhadap lingkungannya terjadi untuk
memenuhi kebutuhan manusia dari waktu ke waktu sehingga terbentuklah
kearifan lokal dalam pengelolaan lahan pertanian.

Pada dulunya Panen dilakukan dengan cara memotong padi menggunakan


sabit bergerigi dari atas permukaan tanah atau dari pangkal malai jika akan
dirontok dengan power thresser. Panen dilakukan secara berkelompok (15-20
orang) yang dilengkapi dengan alat perontok. Dengan cara ini maka tingkat
kehilangan hasil pada saat panen dapat dikurangi. Gunakan plastik atau terpal
sebagai alas padi yang baru dipotong dan ditumpuk sebelum dirontok. Sesegera
mungkin padi dirontokan, apabila panen dilakukan pada waktu pagi hari
sebaiknya sore harinya segera dirontokkan karena perontokkan dilakukan lebih
dari dua hari dapat menyebabkan kerusakan beras.

Perlu diperhatikan juga jika perontokkan padi dilakukan dengan cara


tradisional (digepyok) maka gunakan alas dari plastik atau terpal yang lebarnya
mencukupi dan bagian pinggir plastik atau terpal dilipat keatas yang berfungsi
sebagai dinding untuk menahan butir padi terlempar keluar dari alas sehingga
dapat mengurangi kehilangan hasil. Proses selanjutnya adalah penanganan pasca
panen. Gabah yang sudah dirontokkan dijemur di atas lantai jemur atau jika tidak
ada bisa menggunakan tepat.

18
Pada penelitian ini penulis menemukan banyaknya perubahan dalam
bidang pengolahan pertanian yang sudah mulai mengglobal. Dimana pada zaman
dulu pengerjaan dalam bidang pertanian mulai dari menanam padi sampai pada
pemanenan dilakukan secara bersama-sama antara rukun tetangga atau
masyarakat yang mendiami desa tersebut, namun pada zaman sekarang kita bisa
lihat bahwa pada proses pengerjaan bidang pertanian mulai dari menanam padi
sampai pada pemanenan sudah di terapkan sistem upah, dimana para pemilik
pertanian sudah menyuruh orang lain untuk mengerjakan pertaniannya sehingga
tidak perlu lagi untuk bersusah payah mengumpulkan masyarakat dalam
mengerjakan pertaniaannya ataupun menunggu giliran untuk mengerjakan dari
pertanian satu ke pertanian lainnya. Sehingga pada zaman sekarang menjadi trend
istilah petani berdasi, yang dapat penulis artikan sebagai seseorang yang memiliki
pekerjaan sebagai seorang petani tanpa harus ikut serta dalam proses pengerjaan
pertaniaan tersebut. Hal ini juga memungkinkan sesorang bisa memiliki pekerjaan
lebih dari pada satu pekerjaan sehingga kehidupannya lebih makmur dengan
perekonomian yang jauh lebih baik, sehingga tidak seperti zaman dahulu seorang
yang berpofesi petani hanya dapat memiliki satu bidang pekerjaan saja yaitu
hanya sebagai petani.

Pada pemberian pupuk para petani sudah beralih pada pemberian pupuk
secara kimia, pada zaman sekarang para petani sudah tidak lagi menggunakan
pupuk kandang seperti zaman dulu. Hal ini dilakukan adanya manfaat yang lebih
besar yang di rasakan para petani saat menggunakan pupuk kimia dibandingkan
pupuk kandang, sebab dari hasil pertanian yang diperoleh lebih melimpah
menggunakan pupuk kimia dibandingkan pupuk kandang. Dan juga adanya
bantuan subsidi pupuk kimia yang di berikan oleh pemerintah, sehingga para
petani pada zaman sekarang sudah beralih kepada penggunaan pupuk kimia dan
sudah meninggalkan pengunaan pupuk kandang.

Pada proses pengairan pertanian juga petani sudah mulai berubah, dimana
pada zaman dulu para petani harus mengairi pertaniannya dengan
memecah/melubangi sungai atau bendungan air yang ada di sekitar pertanian
tersebut, dan petani juga harus melairkan air tersebut dengan melewati petanian
orang lain sehingga tidak jarang hal ini menimbulkan perselisihan/konflik antar

19
petani dan juga memerlukan waktu yang lama air tersebut sampai ke pertanian.
Namun pada zaman sekarang para petani sudah jauh lebih modern dimana para
petani sudah menggunakan mesin pompa air yang di pasangkan selang panjang
sehingga pada zaman sekarang sangat mudah mengairi pertanian yang jaraknya
jauh dari bendungan air sehingga mengurangi konflik antar petani dan juga waktu
yang di gunakan jauh lebih singkat dan efesien.

Pada proses penanaman sampai proses pemanenan pada pertanian padi


sediri sudah sangat modern, dimana proses ini sudah tidak lagi menggunakan
tenaga manusia yang cukup banyak lagi dan tidak lagi memerlukan waktu sampai
berhari-hari seperti zaman dulu, namun semuanya sudah banyak di pengaruhi oleh
teknologi-teknologi yang sudah lebih mendominasi hal ini dikatakan dapat dilihat
secara langsung oleh penulis bahwa sektor pertanian saat ini sudah sangat banyak
menggunakan mesin-mesin canggih yang memudahkan pekerjaan manusia dan
memerlukan waktu yang cukup singkat. Hal ini juga merupakan pengakuan dari
informant kami bahwa para petani saat ini lebih memilih segala sesuatu yang
memudahkan tanpa ingin mengeluarkan banyak waktu dan biaya yang mahal
dalam pertaniannya dan kemudahan ini di dapatkan para petani dengan masuknya
mesin-mesin pada zaman sekarang yang sangat membantu para petani.

Bila kita amati perkembangan pengeolahan pertanian ini juga tidak selalu
membawa dampak psotif bagi para petani, namun juga membawa dampak
negative. Hal ini dikarenkaan pada masyarakat tidak lagi di temukan
kedekatan/rasa solidaritas yang tinggi sehingga lambat laun menjadi masyarakat
yang individualis dan petani banyak dibuat menjadi malas yang diakibatkannya
dari segala kemudahan yang ada.

4.2. Perkembanagan Alat Pertanian Desa Perdamean, Kecamatan Lubuk


Pakam, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara
Pada pengelolahan pertanian ada beberapa alat alat yang digunakan, dalam
riset kami membedakan pertanian yang masih menggunakan alat-alat tradisional
dan alat-alat modern. Pertanian yang masih menggunakan alat-alat tradisional
yaitu alat yang masih menggunakan banyak tenaga manusia dan juga hewa, serta

20
pengerjaannya yang kurang efektif. Penggunaan alat-alat tradisional adalah
sebagai berikut:
1. Pra Penanaman
Apabila telah habis masa panen padi, pekerjaan yang pertama adalah
membersihkan jerami menggunakan arit. Berikutnya adalah mengoncori
lahan, untuk menggemburkan tanah. Selain itu juga dilakukan pengontrolan
saluran air sawah dan memperbaikinya menggunakan jangkul. Tanah
kemudian diairi lalu diolah memakai tenaga hewan, yang ditarik oleh
dua/seekor sapi atau kerbau. Bersamaan dengan itu, bagian pematang mulai
dikerjakan memakai jangkul. Setelah selesai dibajak lalu tanah mulai
digarap. Selanjutnya dilakukan pemupukan, kemudian diratakan dan digarap
lagi dengan menggunakan tenaga sapi/kerbau. Sebelum menanam padi,
petani membuat jarak untuk tempat persemaian menggunakan jangkul. Padi
yang akan dijadikan bibit dijemur sampai kering kemudian direndam dalam
bakul. Selanjutnya dikeringkan ke dalam bakul kecil lalu ditutup rapat
hingga muncul akarnya, untuk kemudian disebar di persemaian. Setelah
cukup umur, bibit padi mulai dicabuti untuk dipindahkan ke sawah

2. Penanaman
Pada waktu penanaman hanya menggunakan tangan saja, tidak perlu
menggunakan alat bantu. Hanya menggunakan pedoman untuk mengatur
penanaman berupa kentheng. Kentheng digunakan untuk pedoman agar padi
yang ditanam lurus, dan patokan untuk mengatur larikan padi yang ditanam

3. Pemeliharaan Tanaman
Apabila tanaman padi sudah mulai tumbuh, kemudian dilakukan
pemeliharaan tanaman, dengan dilakukan pengontrolan dan pengairan, sambil
menaburkan pupuk. Alat yang digunakan untuk mengangkut adalah wadah
kecil. Apabila sudah banyak rumput yang mengganggu tanaman, mulailah
diambil dengan cara mencabuti rumput menggunakan kedua belah tangan
saling bergantian
4. Pemanenan
Pada saat panen, para petani telah siap ke sawah untuk memotong padi
menggunakan celurit. Pada waktu memotong padi, tangan kanan memegang

21
batang padi dan memotong padi, sedangkan tangan kiri memegang hasil.
Setelah selesai memotong padi, para pekerja/petani membawa hasilnya untuk
dibawa, pulang ke rumah pemilik sawah. Pada waktu mengangkutan akan
diangkut menggunakan gerobag. Sesampai di rumah, sebagian padi dibagi-
bagikan sebagai upah. Keesokan harinya, padi mulai dijemur. Apabila sudah
kering, kemudian disimpan di lumbung padi.
5. Pengolahan Hasil
Padi yang telah dipanen diinjak-injak dengan kedua kaki agar padi
lepas dari tangkainya. Sesudah itu dipisahkan supaya padi lepas dari kumpulan
tangkai tadi. Hasil panenan itu ada yang sebagian diproses menjadi beras
untuk makan sehari-hari. Alat yang dipakai pertama-tama adalah penumbuk
padi atau yang sering disebut lesung. Alat ini digunakan untuk memisahkan
padi dari tangkainya dan untuk melepaskan kulitnya. Setelah kulit padi lumat
lalu dipindahkan ke karung untuk ditampi sampai bersih.

Sedangkan apabila menggunakan alat-alat yang lebih modern, maka proses


dalam pengerjaan pertaniaan akan lebih efektif dan tidak memakan banyak waktu.
Penggunaan alat-alat modern adalah sebagai berikut:
1. Alat Mesin Pengolahan Tanah
Pengolahan tanah dengan traktor umumnya menggunakan implemen
bajak singkal, kemudian glebek atau garpu untuk meratakan. Bila kondisi
lahan basah atau yang diairi dalam waktu lama, tanah dapat dikerjakan dengan
rotari sehingga waktu kerja dapat diefisienkan. Umunya waktu kerja efektif
yang dibutuhkan dalam menyelesaikan luas lahan per hektar. Selain menekan
waktu kerja penggunaan alat pengolah tanah bermesin juga mengurangi biaya
kerja, sehingga secara keseluruhan terjadi peningkatan efisiensi.

2. Alat Mesin Panen (Combine Hervester)

Kegiatan panen adalah bagian akhir dalam proses produksi dan ini
menjadi sangat kritis karena tenaga kerja merupakan salah satu faktor
pembatas. Mesin panen padi “reaper” dan “stripper” dapat digunakan di lahan
pasang surut terutama untuk penanaman padi varietas unggul yang waktu
panennya bertepatan dengan musim kemarau. Sistem kerja mesin reaper
adalah memotong batang padi dan hasil potongan dilepaskan ke samping

22
mesin berjalan, sehingga masih menggunakan tenaga kerja manusia untuk
mengumpulkannya. Mesin panen stripper, merontok gabah yang masih
dimulai dengan cara menyisir mulai langsung di pertanaman dan gabah yang
terontok dimasukkan ke dalam bak penampung. Apabila bak telah terisi penuh
maka dilakukan pergantian bak penampung yang lain yang sudah disiapkan
sebagai cadangan untuk menghindari kehilangan waktu kerja mesin.

3. Alat Mesin Perontok (Power Thresher)

Untuk menghindari terjadinya susut hasil yang lebih tinggi setelah padi
dipanen, perlu segera dilakukan perontokan. Panen yang serempak dengan
luasan yang besar tanpa menyiapkan alat untuk merontok lebih awal, gabah
akan mengalami kerusakan akibat menumpuknya gabah dan jerami, karena
kadar air dari jerami padi yang masih tinggi sehingga akan terjadi proses
fermentasi dan gabah akan cepat membusuk.

4. Alat Mesin Giling


Setelah padi di jemur, maka padi akan siap digiing, yang
mana sebelum proses penggilingan maka akan melalui
beberapa, tahap, yaitu tahap pengelupasan kulit, setelah itu
telah pengelupasan kulit padi dengan beras, tentunnya belum
bersih, maka akan diadakan beberapa penggilingan lagi.

4.3. Pemasaran Hasil Pertanian Masyarakat Di Desa Perdamean,


Kecamatan Lubuk Pakam, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara
Dalam penelitian ini kami meneliti di Desa Perdamean Kecamatan Lubuk
Pakam Kabupaten Deli Serdang. Kami mewawancarai pekerja di kilang padi
SEHATI. Informan bernama bapak gundari beliau kami wawancarai tentang
pemasaran hasil panen ini di jual kemana saja beliau menjawab kalau hasil kilang
padi yang sudah menjadi beras siap jual biasanya di jual ke sekitaran deli serdang
seperti patumbak, tapi ada juga yang di jual keluar kota medan seperti Sibolga
Aceh dan Pekanbaru. Hasil panen biasanya di giling ketika padi sudah benar-
benar kering. Biasanya ketika pemasok padi sangat banyak para pekerja harus
kerja ekstra atau bahkan lembur untuk pesanan giling padi yang sangat melonjak.

23
“ aku cuma supir di sini, tapi karna yang punya lagi keluar aku diminta
buat jaga, kalo untuk pemasaran ya dek kami sudah sampai ke Sibolga,
Pekanbaru sama Aceh, sama sekitaran deli serdang ini lah. Yaahh kalo took
– took mintak pesanan kami paksa harus lembur dan buka sabtu kek gini,
ini lahkan sebenarnya kami nggak buka sabtu, tapi karna banayak pesanan
kami jadi buka”
Pabrik kilang padi sehati sebenarnya tidak sebesar ini dahulu dan masih
menggunakan mesin yang berbahan bakar minyak dan sekarang telah diganti
dengan mesin yang menggunakan tenaga listrik, hanya saja banyaknya pemasokan
padi membuat para pekerja meminta untuk si pemilik membeli 1 mesin lagi untuk
giling padinya karena permintaan sangat banayak dan dapat meningkatkan hasil
kerja dan hasil produksi gilingan. Ketika hasil panen belum begitu kering dan
tidak bagus untuk digiling dikeranakan asil gilingan akan hancur jika padi belum
benar-benar kering, maka pemilik kilang tidak akan mau menerima padi dari
petani, karena jika padi yang belum benar-benar kering di giling maka
mengakibatkan hasil produksi jual beras menurun karena asil yang di inginkan
tidak sesuai.

“kilang ini dulunya kecil dek, mesinnya juga masih kek mesin biasalah
yang menggunakan minyakkan, barulah ganti sekarang pakek yang udah
menggunakan listrik seperti ini, dan mesinnya ini dulu satu tapi karna
banayaknya pesanankan jadi di beli satu lagi, jadi mesin kita sekarang ada
dua. Kalo untuk penggilingannya itu padi harus benar – benar kering dek,
kalo nggak kering berasnya bakalan pecah, makanya kami nggak mau kalo
padinya belum kering, nanti yang pesan juga nggak mau berasnya kan
kami juga yang rugi.”

Pabrik kilang padi ini menjual beberapa beras yang beratnya berbeda-
beda. Ada yang dari berat paling kecil yaitu 5 kg sampai yang paling besar adala
30 kg. Semua itu di eksport ke beberapa kota diluar kota medan. Pemasaran ini
dilakukan dengan cara langsung mengirim barang ke tempat pemasok beras dari
kilang padi SEHATI dengan menggunakan truk-truk pengangkut beras mereka.
Transaksi dilakukan dengan cara bertransaksi melalu mentransferan uang dari si
pemasok beras kepada pihak kilang padi ada juga yang menlakukan transaksi
tunai langsung di tempat yang melakukan pemesanan beras. .

24
“kilang kita jual ada yang 5 kg, ada yang 30 kg. kalo untuk
pembayarannya atau administrasinya bias transfer bias juga pas dating
kami antar barangnya disitu baru di bayar, yah yang mana enaknyalah
menurut took –toko yang mesan beras dari kita. Kalo kendaraan kita milik
sendiri juga dek, kendaraan kita bukan sewaan tapi udah milik sendiri”

Mereka menggunakan telepon seluler untuk berkomunikasi masalah


pemesanan dan pengiriman hasil dari kilang padi tersebut. Dan mereka juga
menggunakan transaksi seperti pengiriman kerekening si pembeli. Gaji para
karyawan tempat kilang padi ini sudah di tentukan oleh seberapa lama mereka
bekerja. Dalam sehari seberapa lama mereka kerja di hitung berapa jam mereka
bekerja, setengah harikah atau lembur.

“yahh kalo untuk mesan barang kita yah telfon kita bias, atau mesan kian
juga bisa dan untuk pembayarannyanya kek yanga banag bilang tadi, ada
yang ransfer ada juga yang bayar di tempat, mana baiknyalah.”

Dalam kesempatan lain kami menjumpai dan mewawancarai salah seorang


kilang padi yang menggunakan jasa odong-odong dalam pekerjaan kilang padi
yang beliau lakukan. Nama informan kami yang kedua bernama bapak johanes
sitorus . Beliau bekerja jika ada si pemilik padi yang memangil untuk datang ke
rumah si pemilik padi untuk menggilingkan padinya. Bapak ini di panggil untuk
pekerjaan pengkilang padi dengan cara menggunakan whatsapp bisa dikatakan si
pekerja yang menggunakan odong-odong ini sudah modern tidak hanya itu si
pekerja biasanya di bayar menggunakan dengan beras 1 banding 10 kg beras,
artinya jika 10 kg beras yang akan digiling maka akan diambil 1 kg sebagai upah
bayaran gilingan.

“kalo abang kadang di telfon, kadang di wa abang dating aja kerumahnya,


kalo nggak abang keliling, biasanya siang sampek sorelah abang keliling,
kalo nggak kek ginilah nunggu ada yang nelfon gitu. Kalo untuk biayanya
yah tetap berasnya, kalo yang kami giling misalnya 10 kg, yang kami
ambil bayarnya ya 1 kg gitu”

25
Bapak johanes juga berkata sama seperti informan pertama sebab jika padi
yang belum benar- benar kering jika di giling secara paksa membuat kualitas hasil
gilingan tidak sebaik padi yang kering siap untuk digiling. Intinya sebelum
penggilingan padinya harus benar – benar kering terlebih dahulu, karena jika tidak
kering maka akan membuat padi akan pecah ketika di giling. Seperti yang dikatan
bang Johannes :

“ kalo mesin ini kan gunakan minyak, kalo padi itu belum kering tapi udah
di giling bakalan pecah dek, makanya harus memang benar – benar kering
dulu baru bisa di giling. Intinya kami juga nggak maulah giling yang
nggak kering, karna jadi saying juga nantikan, gak bagus berasnya.”

Jika lama kelamaan seperti ini membuat parik kilang padi akan tutup
secara perlahan. Ini juga menakibatkan para karyawan menjadi pengangguran.
Dan membuat hasil beras dari sana tidak ada lg dipasaran. Sekarang lebih banayak
yang menggunakan jasa odong – odong (gilingan pado berjalan) karena tinggal
panggilng dan langsung dating ke rumah masyarakat, dari pada di kilang harus
mengantar dari rumah ke kilang padinya.

BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Pada proses penanaman sampai proses pemanenan pada pertanian
padi sediri sudah sangat modern, dimana proses ini sudah tidak lagi
menggunakan tenaga manusia yang cukup banyak lagi dan tidak lagi
memerlukan waktu sampai berhari-hari seperti zaman dulu, namun
semuanya sudah banyak di pengaruhi oleh teknologi-teknologi yang sudah
lebih mendominasi hal ini dikatakan dapat dilihat secara langsung oleh
penulis bahwa sektor pertanian saat ini sudah sangat banyak menggunakan
mesin-mesin canggih yang memudahkan pekerjaan manusia dan hanya
memerlukan waktu yang cukup singkat.

26
Pada perkembangan alat pertanian sudah banyak menggunakan
alat-alat pertanian yang lebih canggih seperti mesin-mesin yang digunakan
pada saat menanam sampai kepada pemanenan pertanian tersebut. Namun
tidak sedikit juga petani yang masih menggunakan alat yang lebih sederhana
misalnya lebih memilih jetor dibandingkan traktor dan juga alat yang lebih
sederhana untuk memanen padi, kedua alat baik alat tradisional dan alat
yang sudah modern tetaplah dipakai oleh para petani, segala alat digunakan
sesuai kebutuhan dan kecocokan dalam bidang pertanian.

Pemasaran dai pada hasil panen pertanian di jual ke sekitaran deli


serdang seperti patumbak, tapi ada juga yang di jual keluar kota medan
seperti Sibolga Aceh dan Pekanbaru. Hasil panen biasanya di giling ketika
padi sudah benar-benar kering. Biasanya ketika pemasok padi sangat banyak
para pekerja harus kerja ekstra atau bahkan lembur untuk pesanan giling
padi yang sangat melonjak. Dalam pemasaran beras ini juga menggunakan
telepon seluler untuk berkomunikasi masalah pemesanan dan pengiriman
hasil dari kilang padi tersebut. Dan mereka juga menggunakan transaksi
seperti pengiriman kerekening si pembeli. Gaji para karyawan tempat kilang
padi ini sudah di tentukan oleh seberapa lama mereka bekerja. Dalam sehari
seberapa lama mereka kerja di hitung berapa jam mereka bekerja, setengah
harikah atau lembur.

5.2 Saran
Dengan adanya penelitian ini penulis mengharapkan perkembangan pada
pertanian di desa dapat berjalan dengan baik, dan bagi petani diharapkan agar
lebih bijak dalam menggunakan alat ataupun kecanggihan teknologi dalam
mendukung pertaniannya dan tidak menjadikan perkembangan teknologi yang ada
melunturkan rasa kebersamaan dan rasa solidaritas antara sesama masyarakat dan
sesama para petani.

27
DAFTAR PUSTAKA

 https://www.contoh-jurnal.com/jurnal/jurnal-perkembangan-pertanian-di-
indonesia-pdf/

 https://www.jurnal-doc.com/jurnal/potensi-pengembangan-pertanian-pdf/
 https://docobook.com/modernisasi-pertanian-studi-kasus.html
 http://ejurnal.litbang.pertanian.go.id/index.php/jpengkajian/article/downlo
ad/1533/1314
 http://journal.ipb.ac.id/index.php/jtanah/article/viewFile/14903/10972
 https://www.safetyshoe.com/tag/jurnal-teknologi-dan-industri-pertanian-
indonesia/

28
LAMPIRAN

29
30

Anda mungkin juga menyukai