Anda di halaman 1dari 19

TUGAS MATA KULIAH INSTRUMENTASI

FLAME SENSOR (FLAME DETECTOR)

Disusun guna memenuhi ujian tengah semeser

Oleh:

Nama : Khiptiatun Ni’mah

Nim : 141810201026
JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS JEMBER
2017
FLAME DETECTOR (FLAME SENSOR)

A. Definisi Flame Detektor Dan Cara Kerja

Flame detector merupakan alat optik yang digunakan untuk mendeteksi nyala api
dengan menggunakan sensor optic untuk mendekteksinya. Di sini ditegaskan bahwa flame
detector digunakan untuk mendeteksi keberadaan api, bukan panas. Api akan bisa dideteksi
oleh keberadaan spectrum cahaya infra red maupun ultraviolet, dan dari situ semacam
microprocessor dalam flame detector akan bekerja untuk membedakan spectrum cahaya
yang terdapat pada api yang terdeteksi tersebut. Prinsip kerja dari alat ini adalah mendeteksi
radiasi infra-red atau ultraviolet dari api yang menyala. Flame Detektor Bekerja mendeteksi
Infra-red pada area yang diproteksi. Flame Detektor umumnya akan merespon jauh lebih
cepat misalnya terjadi kebakaran yang diakibatkan oleh gas dan cairan yang mudah
dibakar. Namun, flame detector tidak efektif digunakan jika kebakaran yang terjadi lambat.
Flame detector memiliki banyak ukuran dan variasi namun secara umum yang perlu
diketahui hanya terbagi menjadi tiga kelompok antara lain infra red flame detector dan
ultraviolet flame detector serta gabungan antara keduanya. Namun pada implementasinya,
terdapat sumber-sumber cahaya lain yang ternyata bukan api dan ikut menyumbang emisi
cahaya pada gelombang infra red maupun ultraviolet dimana sumber-sumber cahaya ini
juga mempengaruhi kinerja flame detector yang berakibat pada timbulnya false alarm.
Contoh sumber-sumber cahaya ini adalah kilatan petir, welding arc, metal grinding, hot
turbine, reactor, dan masih banyak lagi.
Flame sensor ini dapat mendeteksi nyala api yang memiliki panjang gelombang 760
nm ~ 1100 nm. Dalam banyak pertandingan robot, pendeteksian nyala api menjadi salah
satu aturan umum perlombaan yang tidak pernah ketinggalan. Oleh sebab itu sensor ini
sangat berguna, yang dapat Anda jadikan 'mata' bagi robot untuk dapat mendeteksi sumber
nyala api, atau mencari bola. Cocok digunakan pada robot fire-fighting dan soccer robot.
Sensor nyala api ini mempunyai sudut pembacaan 60 derajat, dan beroperasi pada suhu -25
- 85 derajat Celcius. Dan tentu saja untuk Anda perhatikan, bahwa jarak pembacaan antara
sensor dan objek yang dideteksi tidak boleh terlalu dekat, untuk menghindari kerusakan
sensor.

Flame detector bekerja mendeteksi infra-red dan ultraviolet. Infra-Red (IR) flame
detector akan menanggapi pancaran cahaya dari nyala api di daerah inframerah dari
spektrum (modulasi pada 5 sampai 30 siklus per detik). I.R. flame detector dapat
menanggapi kondisi kebakaran umumnya kurang dari 50 milidetik dan dirancang untuk
mendeteksi kebakaran hidrokarbon. Sensor biasanya menggabungkan respon yang tertunda,
dipilih dalam kisaran waktu 3-30 detik, untuk meminimalkan tanggapan terhadap sumber-
sumber api non-radiasi. Dengan cara ini alarm hanya dihasilkan oleh sistem yang
berkelanjutan dengan tanda lampu dari IR berkedip-kedip karena adanya radiasi seperti
nyala api. Sensitivitas Infrared flame detector dipengaruhi oleh jarak perangkat dari sumber
api, jika jarak dua kali lipat dari kebakaran maka deteksi terhadap api dapat dilakukan
empat kali.

Flame detector bekerja mendeteksi infra-red untuk area beresiko tinggi. Untuk
daerah-daerah berisiko tinggi, Beberapa detektor dirancang untuk respon sangat cepat tidak
memiliki fitur diskriminasi ‘berkedip’ tetapi memiliki dua sensor dengan respon spektral
yang berbeda untuk membedakan api yang sebenarnya dari sumber lain radiasi IR. Flame
detector bekerja mendeteksi Infrared, jenis UV. U.V. Flame Detectors merupakan detektor
yang paling cepat dan mampu mendeteksinyala api untuk memancarkan cahayadi daerah
ultra violet dari spektrum. Biasanya, U.V. Flame Detectors dapat menanggapi api dalam
waktu kurang dari 10 mili detik dan dapat diaplikasikan pada industri yang memiliki
potensi bahaya tinggi seperti pabrik petrokimia, pabrik amunisi dan tempat cairan atau
padatan yang mudah terbakar dan meledak.
Gambar 1. Flame sensor
Flame Detectors Api dapat mengalami ledakan pada kondisi atmosferik dan
beberapa mampu dijelaskan bahaya-bahay secara spesifik. Kondisi atmosferik merupakan
kondisi standar, temperatur sekitar 25 C dan tekanan 1 atm. Model dapat memiliki bidang
sudut pandang berkisar dari 90 hingga 180 derajat. Sensitivitas pabrik biasanya telah
dientukan oleh vendor detector itu sendiri. UV Api Detektor tidak boleh digunakan di
sekitar area welding, karena infrared dan UV akan merespon sinar UV yang dilepaskan
oleh proses pengelasan. Hal ini dapat dijadikan tes alat sebelum alat ini digunakan pada
kasus kebakaran yang sebenarnya.

Flame detector merupakan salah satu alat instrument berupa sensor yang dapat
mendeteksi nilai instensitas dan frekuensi api dalam suatu proses pembakaran, dalam hal
ini pembakaran dalam boiler pada pembangkit listrik tenaga uap. Flame detector dapat
mendeteksi kedua hal tersebut dikarenakan oleh komponen-komponen pendukung dari
flame detector tersebut. Cara kerja flame detector mampu bekerja dengan baik untuk
menangkap nyala api untuk mencegah kebakaran. Kebanyakan cara kerja flame detector
untuk mengidentifikasi / mendeteksi api dengan menggunakan metode optik seperti
ultraviolet (UV), infrared (IR) spectroscopy dan pencitraan visual flame. Cara kerja flame
detector dirancang untuk mendeteksi penyerapan cahaya pada panjang gelombang tertentu,
yang memungkinkan alat ini untuk membedakan antara spectrum cahaya pada api dan
sumber alarm palsu. Alarm palsu yang dimaksud yang disebabkan oleh adanya petir, radiasi
dan panas matahari yang memungkinakan mengaktifkan flame detector. Namun dengan
berkembangnya teknologi cara kerja flame detector lebih pandai dalam menangkap
percikan api yang dapat menyebabkan kebakaran.

Cara kerja Flame detector abad ini dirancang dengan sistem delay selama 2-3 detik
pada detektor ini sehingga mampu mendeteksi sumber kebakaran lebih dini dan
memungkinkan tidak terjadi sumber alarm palsu. Semakin berkembangnya teknologi
tentunya semakin banyak bahan bakar yang digunakan sebagai sumber tenaga untuk
mendukung perkembangan teknologi abad ini. Oleh karena itu cara kerja flame detector
juga semakin canggih dibuat untuk mendeteksi bahan bakar supaya mampu mendeteksi
percikan api agar terhindar dari kebakaran. Industri yang paling umum dipasang dengan
flame detector antara lain: alcohol, diesel, ethylene, bensin, hydrogen, jet fuels, minyak
tanah, LNG/LPG, kertas, solvents (pelarut), sulfur, dan tekstil. Cara Kerja Flame Detector
harus diketahui oleh operator atau pengguna yang akan menggunakan flame detector.
Dalam rangka untuk memilih peralatan deteksi tersebut, pengguna harus memahami
prinsip-prinsip deteksi api dan meninjau jenis detector yang tersedia abad ini. Berbekal
pengetahuan ini diharapkan pengguna lebih optimal dalam memilih flame detector yang
sesuai untuk mencegah bahaya kebakaran. Hal ini jadi catatan penting untuk engineer yang
akan merencanakan pemasangan flame detector di industri minyak, gas dan industri
manufaktur lainnya yang memerlukan peralatan yang mampu melakukan pemantauan api
terus menerus supaya mencegah bencana kebakaran. Oleh karena itu diperlukan seorang
HSE (Health Safety Enviropment) yang sudah ahli untuk dapat mengoprasikan flame
detector tersebut.
Bencana kebakaran timbul akibat beberapa sebab seperti gangguan pada jaringan
listrik maupun alat elektronik. kebakaran juga dapat timbul dari cairan yang mudah
terbakar seperti bensin, lemak minyak, kebocoran gas dan material maupun logam yang
juga mudah terbakar. Bentuk industri yang memiliki tingkat kemungkinan yang tinggi
terhadap risiko terjadinya kebakaran adalah industri minyak dan gas serta industri-industri
manufaktur. Bentuk industri seperti di atas tersebut sangat tepat untuk mengaplikasikan
bantuan peralatan perlindungan kebakaran, mulai dari sistem detektor hingga sistem
pemadam. Salah satu detektor yang memiliki fungsi terpenting adalah detektor api atau
yang biasa disebut dengan Flame Detector yang mampu mengaktifkan alarm bila
mendeteksi adanya percikan api yang berisiko menyebabkan bencana kebakaran. Namun,
saat memilih Flame Detector , pengguna diharuskan telah benar-benar paham atas prinsip
dari alat detektor tersebut dan meninjaunya demi mendapatkan Flame Detector yang sesuai
dengan aktivitas di dalam lokasi dan tingkat kebutuhannya, serta bagaimana konsekuensi
risiko yang mungkin terjadi.

Prinsip Flame Detektor tersebut menggunakan metode optik yang bekerja seperti
UV (ultraviolet) dan IR (infrared), pencitraan visual api, serta spektroskopi yang berfungsi
untuk mengidentifikasi percikan api atau flame. Reaksi intens bahan yang memicu
kebakaran dapat ditandai dari UV, terlihatnya emisi karbondioksida, dan radiasi dari
infrared. Flame Detector juga mampu membedakan antara False Alarm atau peringatan
palsu dengan api kebakaran sungguhan melalui komponen sistem yang dirancang dengan
fungsi mendeteksi adanya penyerapan cahaya yang terjadi pada gelombang tertentu.

Tingkat potensi risiko kebakaran dari setiap jenis bahan semakin meluas mengingat
semakin canggihnya teknologi penginderaan api atau teknologi Flame Sensing. Pada
umumnya bahan bakar industri yang tergolong mudah terbakar antara lain: bensin,
hidrogen, belerang, alkohol, LNG/LPG, minyak tanah, kertas, disel, kayu, jet bahan bakar,
tekstil, ethylene, dan pelarut. Teknologi Flame Sensing yang umum digunakan adalah
teknologi Visual Flame Imaging, UV atau ultraviolet, MSIR atau Multi-Spectrum Infrared,
dan UV/IR yang merupakan gabungan dari ultraviolet/infrared. Keempat teknologi tersebut
dirancang berdasarkan dengan deteksi radiasi line-of-sight yang berasal dari visible, UV,
hingga IR spectral bands oleh percikan api. Untuk memilih di antara empat teknologi
tersebut, penting sekali untuk memenuhi persyaratan mengenai aplikasi pemantauan api,
termasuk di dalamnya adalah jangkauan deteksi, durasi waktu merespon, FOV (Field of
View), dan kekebalan terhadap false alarm tertentu, serta self diagnostik.
B. JENIS/ TIPE FLAME SENSOR

1. Infrared (IR) Detector


Infrared flame detector bekerja pada pita spectral inframerah. Gas panas akan
mengeluarkan sebuah pola spektral spesifik di daerah infra merah, dimana ini akan disensor
oleh sebuah sebuah Thermal Imaging Camera (TIC), sebuah tipe kamera thermographic.
False Alarm bisa disebabkan oleh permukaan panas lain dan radiasi thermal di area yang
terkaburkan oleh air dan energi matahari. Frekuensi dalam Single IR Flame Detector
memiliki sensitivitas pada range 4.4 micrometer dengan respon waktu sebesar 3-5 detik.

2. Ultra Violet (UV) Detector


Flame Detector dengan teknologi ultraviolet mampu merespon radiasi dengan kisaran
spektral mulai dari 180 hingga 260 nanometer. Kemampuan respon teknologi UV tergolong
sangat cepat, begitu pula tingkat sensitivitas yang sangat baik dalam range 0 sampai 50
kaki. Detector ini mendeteksi kebakaran dan ledakan diantara 3-4 milidetik melalui radiasi
UV yang dipancarkan saat penyalaan. False alarm akan dipicu oleh sumber-sumber UV
seperti petir, arc welding, radiasi, dan cahaya matahari. Dan dalam desain implementasi UV
Flame Detector ini, sering digunakan time-delay selama 2-3 detik untukk mengurangi
intensitas false alarm. Teknologi UV memiliki respon sensitif terhadap lampu halogen,
busur pengelasan, serta petir dan muatan-muatan listrik lainnya.

3. Dual IR (IR/IR) Detector


Dual IR flame detector membandingkan sinyal mula di dua infrared range. Dalam hal
ini, satu sensor bekerja pada range 4.4 micrometer dan sensor lainnya pada sebuah
frekuensi referensi.

4. UV/IR Detector
UV/IR flame detector membandingkan sinyal mula di dua infrared range, yaitu pada
konfigurasi “AND” dan rasionya secara berhubungan satu sama lain untuk memastikan fire
signal dan meminimalisasi false alarm. Detektor dual band dibuat saat sensor infrared
diintegrasi oleh sensor optik ultraviolet. Detektor dual band tersebut bersifat sensitif baik
terhadap radiasi yang berasal dari ultraviolet maupun radiasi infrared yang dihasilkan oleh
pancaran percikan api. Kombinasi dari UV dan IR tersebut memiliki tingkatan kekebalan
lebih tinggi selama UV detector beroperasi dalam respon yang berkecepatan moderat.
Teknologi ini sangat tepat untuk digunakan di segala lokasi baik lokasi terbuka atau
outdoor dan lokasi tertutup atau indoor.

5. UV/IR and Visible Detector


Pada beberapa detector, sensor untuk radiasi terlihat akan ditambahkan pada desain
dengan tujuan untuk mampu mengatasi false alarm secara lebih baik atau memperbaiki
range deteksi.

6. Triple IR (IR/IR/IR) Detector


Triple IR flame detectors membadingkan tiga pita panjang gelombang spesifik dalam
daerah spektral Inframerah dan rasionya secara berhubungan satu sama lain untuk
pendeteksian api yang dapat diandalkan keakuratannya dalam usahanya mengurangi false
alarm. Dalam hal ini, satu sensor akan bekerja pada range 4.4 micrometer dan sensor
lainnya pada frekuensi referensi. Triple IR detector juga beresiko pada pengaburan yang
disebabkan oleh air dan pengurangan sensitivitas oleh sinar matahari.

7. CCTV (Video) Flame Detector


Closed-circuit television (CCTV) atau web camera bisa digunakan untuk deteksi video
(panjang gelombang antara 0.4 dan 0.7 µm). seperti manusia, kamera juga bisa dibutakan
oleh asap dan kabut. Dalam perkembangan ketujuh jenis detector tersebut, tiga jenis flame
detector yang terakhir (UV/IR and Visible Detector, Triple IR Detector, dan CCTV Flame
Detector) paling banyak disebut-sebut oleh produsennya untuk menggantikan keempat
detector yang lainnya, terutama UV/IR Detector yang sejatinya banyak dipakai namun juga
banyak menimbulkan false alarm yang disebabkan oleh orang megelas, petir, ataupun panas
yang ditimbulkan oleh logam (antara lain: pipa) karena sengatan matahari sehingga
menyebabkan terjadinya kepulan panas. Dan oleh karena itu pula lah saat ini ketiha jenis
flame detector tersebut banyak dipakai di industri sebagai pendeteksi awal kebakaran.

8. Multi-Spectrum IR Flame Detektor (MSIR)


Detektor Flame dengan teknologi ini memanfaatkan secara multipel daerah spektral IR
dengan tujuan meningkatkan tingkat diferensiasi dari radiasi sumber api maupun sumber
non api. Teknologi Flame Detector dengan Multi-Spectrum IR ini sangat tepat untuk area
atau lokasi-lokasi yang memungkinkan terjadi risiko kebakaran yang menimbulkan asap.
Teknologi ini memiliki sistem operasi berkecepatan sedang karena memiliki kemampuan
menjangkau jarak sampai dengan 200 kaki dari sumber percikan api, indoor ataupun
outdoor. Multi-Spectrum IR memiliki tingkat kekebalan yang cenderung tinggi terhadap
radiasi yang berasal dari IR akibat adanya sengatan panas matahari, percikan akibat
aktivitas pengelasan, adanya muatan listrik, hingga pemicu berupa material bersifat panas
lainnya.

9. Visual Flame Imaging Detektor


Teknologi Flame Detektor yang terakhir ini memanfaatkan beberapa perangkat CCD
image sensors yang umumnya diaplikasikan pada kamera sirkuit tertutup, serta
algoritma pendeteksi api untuk menentukan keberadaan percikan api kebakaran sungguhan.
Dengan adanya algoritma, maka gambar video yang didapat dari komponen CCD mampu
diproses dan akan dihasilkan analisis mengenai bentuk serta perkembangan api kebakaran
sehingga akan dapat dibedakan sumber api dan sumber non api. Teknologi tidak sama bila
dibandingkan dengan tiga teknologi yang sebelumnya. Visual Flame Imaging juga bekerja
dengan tidak bergantung terhadap gejala yang mendeteksi terjadinya kebakaran seperti
adanya cahaya api, emisi karbondioksida, dan sebagainya. Mengingat karakteristik tersebut,
teknologi ini akan mungkin digunakan hanya pada lokasi-lokasi yang di dalamnya memang
telah biasa terdapat aktivitas pembakaran demi menghindari terjadinya isu alarm palsu atau
keliru.

C. Flame Sensor dengan Arduino


Dari namanya kita sudah tahu fungsi dari flame sensor ini yaitu untuk mendeteksi api.
Sensor ini bisa digunakan untuk mendeteksi api jarak dekat dan dapat digunakan untuk
memantau barang tertentu sebagai salah satu perangkat keamanan dengan sistem on/off
atau lainnya. Dalam hal ini penulis menggunakan modul sensor ini untuk mendeteksi api
yang ada dalam perlombaan Kontes Robot Pemadam Api atau KRPAI yang diadakan
DIKTI setiap tahunnya. Dengan sensor ini pencarian api menjadi lebih mudah, apalagi
ditambah Uvitron dan TPA81. Namun jika ada kendala dengan dana, dengan sensor ini
saja juga bisa. Harga sensor ini cukup terjangkau yaitu kurang dari 100rb. Dimensinya
juga lumayan kecil yaitu 3.0 cm x 1.5 cm x 0.5 cm dan dengan berat 8 gram.
Sebelum kita menggunakan sensor ini, kita harus tahu spesifikasi dari sensor tersebut.
a . Flame sensor ini sangat sensitive terhadap infrared yang panjang gelombang
cahaya nya antara 760 – 1100 nm
b . Analog output (A0): Real-time sinyal tegangan output pada tahan panas. Dengan
pin Analog Output ini kita bisa memperkirakan letak api karena pembacaan sensor
ini yaitu 60 derajat. Dengan memasang sensor secara parallel, kita bisa
memperkirakan kira – kira posisi dimana, meskipun tidak terlalu akurat.
c . Digital output (D0): Jika suhu mencapai batas tertentu, output akan tinggi
dan rendahambang sinyal disesuaikan melalui potensiometer. Dengan pin Digital
Output kita hanya bisa tahu ada api atau tidak namun kita tidak bisa mengetahui letak
api.
d . Tegangan input untuk pin Analog adalah 5V dan jika menggunakan pin digital
bisa menggunakan tegangan 3.3V.

Untuk jarak pembacaan penulis hanya pernah mencoba sekitar kurang dari 80 cm,
namun dari beberapa refrensi yang ada di internet bisa sampai 3 feet atau sekitar 91 cm.
Diharapkan jangan pembacaan sensor jangan terlalu dekat dengan api karena membacaan
range pembacaan sensor akan semakin kecil ditambah lagi merusak sensor, dan kalau gak
sengaja nanti sensornya bisa kebakar pula. Untuk menguji Flame Sensor kita harus
memastikan bahwa VCC terhubung ke sumber listrik 5V dan GND. Terserah mau pakai pin
digital atau pin analog output.

Pertama sediakan Arduino, flame sensor, kabel jumper dan laptop
 Kedua hubungkan flame sensor dengan Arduino lalu colokkan kabel usb Arduino ke
laptop.

Ketiga upload program nya dan lihat datanya di serial monitor Arduino .
pinMode
//
api
Serial.
dvoid
penulis
pinMode
vint
}delay(100);
an
oid
put
api;
=jika
setup
loop()
digitalRead(4);
analogRead(A0);
your
println(api);
begin(9600);
menggunakan
tidak
(A0,
(4,
()
setup
main
{{INPUT);
ada
INPUT
code
code
api sekitar
here,
here,
); digital
pin to
to900
run
run4sampai
repeatedly:
once:
dari arduino
1023. uno.

Berdasarkan pengujian, jika ada api pembacaan analog akan kecil yaitu kurang dari 100

Jika menggunakan pin digital bisa menggunakan program dibawah ini. Dalam hal ini
}

Jika menggunakan pin digital bisa menggunakan program dibawah ini. Dalam hal ini
penulis menggunakan pin digital 4 dari arduino uno. Berdasarkan hasil pengujian, jika ada
api serial monitor akan menampilkan logika 0 dan jika tidak ada api maka serial monitor
akan menampilkan logika 1.
Klik file - examples - basic - analog read serial atau digital read serial untuk lebih
singkatnya. Berikut merupakan contoh aplikasi dalam robot untuk penggunaan flame
sensor dengan arduino:
DAFTAR PUSTAKA

Eiceman GA. 2000. Instrumentation of Gas Chromatography. Chichester : John Wiley & Sons
Ltd
Http://en.wikipedia.org/wiki/Flame_detection
Http://www.dfrobot.com/image/data/dfr0076/flamesensor.pdf
Mcnair, H.M. 2009. Basic Gas Chromatography. Second Edition. New Jersey: A john Wiley &
Sons. Inc. Publicaation.
Scott RPW. 2003. Gas Chromatography Detectors. Library for Science

Anda mungkin juga menyukai