MAKALAH Materi 1permainan Untuk Anak SD
MAKALAH Materi 1permainan Untuk Anak SD
DOSEN PENGAMPU :
Drs.ARSIL, M.Pd.
KELOMPOK 4 :
UNIVERSITAS JAMBI
2019
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan yang maha esa,
karena atas berkat dan limpahan rahmat-Nyalah maka kami dapat menyelesaikan
sebuah makalah dengan tepat waktu. Penulis membuat sebuah makalah dengan
judul " BERMAIN DAN PERMAINAN ANAK“ yang menurut penulis dapat
memberikan manfaat yang besar bagi kita untuk mempelajarinya.
1. Kedua orang tua kami, yang telah memberikan motivasi sehingga penulis
dapat menyelesaikan makalah ini.
2. Bapak Drs ARSIL M.Pd. selaku Dosen Mata Kuliah Permainan untuk
anak sekolah dasar
Penulis menyadari bahwa makalah ini tidak terlepas dari berbagai kesalahan
sehingga saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan. Akhir kata
penulis ucapkan terima kasih kepada berbagai pihak, semoga makalah ini
bermanfaat bagi penulis, pembaca, dan mata kuliah pendidikan jasmani, olahraga
dan kesehatan di sekolah dasar pada umumnya
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL.................................................................................
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Kita semua gemar bermain terutama saat kita masih kanak-kanak. Bermain adalah
aktifitas yang khas, berbeda dengan bukan bermain, dalam hal ini adalah bekerja atau
aktifitas lain yang serius fungsional dan selalu dilakukan dalam rangka suatu hasil. Bermain
tidak memperdulikan hasil akhir tetapi yang lebih penting disini adalah proses bermain itu
sendiri. Bermain selalu menyenangkan dan tidak pernah menjadi beban. Bila anak sudah
menganggap bermain sebagai suatu beban, artinya yang ia lakukan bukanlah bermain.
Orang dewasa mengenal kegiatan “bekerja” selain kegiatan “bermain”. Kendati bukan
bekerja mempunyai fungsi tersendiri sebagai bagian dari keseimbangan kehidupannya. Anak-
anak dilain pihak, hanya mengenal kegiatan bermain. Hal ini disebabkan perbendaharaan
antara kegiatan bekerja dan bermain pada masa kanak-kanak masih amat tipis. Bermain
adalah sesuatu yang menyenangkan. Apabila kita ingin memahami pengertian bermain, kita
perhatikan saja wajah anak-anak bila wajah mereka menampilkan percikan air muka yang
cerah dan berseri-seri, itulah bermain. Namun bila wajah mereka muram dan cemberut maka
itu bukan lagi bermain.
Dengan ketrampilan dan kemampuannya yang masih serba terbatas anak melakukan
aktivitas bermain (justru) untuk mendapatkan informasi tentang dunia sekitarnya serta
tentang siapa dirinya. Bermain memungkinkan anak-anak mengeksplorasi berbagai
pengalaman dalam berbagai situasi dan sudut kehidupan. Dengan demikian, kegiatan bermain
merupakan bagian yang penting dalam proses tumbuh kembangnya disemua bidang
kehidupan diantaranya mencakup fisik, intelektual, emosi, sosial.
Kegiatan bermain memberi anak pengalaman berhadapan dengan masalah-masalah dan
menganggapnya sebagai tantangan-tantangan yang menggairahkan. Dengan demikian
diharapkan, kelak ia tumbuh menjadi orang dewasa yang optimistic dan kreatif dalam
menghadapi kendala-kendala kehidupan.
Dalam kehidupan anak, bermain mempunyai arti yang sangat penting. Dapat
dikatakan bahwa setiap anak yangsehat selalu mempunyai dorongan untuk bermain sehingga
1
dapat dipastikan bahwa anak yang tidak bermain-main pada umumnya dalam keadaan sakit,
jasmaniah maupun rohaniah.
Para ahli berkesimpulan bahwa anak adalah makhluk yang aktif dan dinamis.
Kebutuhan-kebuthan jasmaniah dan rohaniahnya anak yang mendasari sebagian besar
dipenuhi melalui bermain (kelompok) bermain sendiri maupun itu merupakan kebutuhan
anak. Bermain bagi anak adalah mutlak diperlukan untuk mengembangkan daya cipta,
imajinasi, perasaan, kemauan, motivasi, dalam suasana riang gembira.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Berdasarkan pengamatan, pengalaman dan hasil penelitian para ahli, bahwa bermain
mempunyai arti sebagai berikut :
a. Bermain relatif bebas dari aturan-aturan, kecuali anak-anak membuat aturan mereka
sendiri.
b. Bermain dilakukan seakan-akan kegiatan itu dalam kehidupan nyata (bermain drama)
c. Bermain lebih memfokuskanpada kegiatan atau perbuatan dari pada hasil akhir
produknya.
d. Bermain memerlukan interaksi dan keterlibatan anak-anak.
3
d. Melatih anak untuk berani dan mempunyai rasa ingin tahu yang besar
e. Melatih anak untuk mencintai lingkungan dan ciptaan Tuhan
f. Melatih anak untuk mengeri berbagai konsep moral yang mendasar, seperti salah, benar,
jujur, adil dan fair
Pada saat melakukan permainan aktifitas motorik merupakan komponen terbesar yang
digunakan anak untuk bermain aktif dan sangat penting untuk perkembangan fungsi otot.
Contohnya anak berlari, bukan demi kesehatan tetapi demi lari itu sendiri. Lari ya lari, titik.
Jadi bagi anak bermain adalah sarana untuk mengubah kekuatan potensial di dalam diri
menjadi berbagai kemampuan dan kecakapan bermain juga bisa menjadi sarana penyaluran
kelebihan energi dan relaksasi.
2. Perkembangan intelektual
Anak melakukan eksplorasi dan manipulasi terhadap segala sesuatu yang ada di lingkungan
sekitarnya seperti mengenal bentuk, ukuran, tekstur dan membedakan objek. Pada saat
bermain anak akan melatih dirinya dan memecahkan masalah. Bermain juga dapat
memajukan anak berpikir abstrak dan dengan belajar ia akan dapat mengatur dirinya.
3. Perkembangan sosial
4
4. Perkembangan kreatifitas
Kemampuan untuk menciptakan sesuatu dan mewujudkan ke dalam bentuk objek dan
kegiatan yang dilakukannya. Dalam bermain anak-anak menumpahkan seluruh perasaannya.
5. Perkembangan moral
Anak mempelajari nilai benar dan salah dari lingkungannya terutama dari orang tua dan guru.
Anak akan mendapatkan kesempatan untuk menerapkan nilai-nilai sehingga dapat diterima di
lingkungannya dan dapat menyesuaikan diri dengan aturan yang ada di kelompoknya. Anak
akan dapat belajar bertanggung jawab atas segala tindakan yang akan dilakukannya.
1. Permainan Edukatif
Untuk meningkatkan kecerdasan anak, kita bisa memberikan beberapa alternatif permainan
yang bersifat edukatif, seperti mainan yang meniru orang dewasa (alat-alat kedokteran, alat-
alat pertukangan, alat-alat rumah tangga, boneka & perlengkapannya). Beberapa permainan
edukatif dapat dibedakan jenisnya :
2. Permainan Rekreatif
Permainan yang termasuk dalam jenis permainan rekreatif antara lain gobak sodor, benteng,
petak umpet. Saat ini permainan seperti itu sudah sangat jarang dimainkan oleh anak-anak.
5
Mereka lebih suka bermain PS, game watch, padahal kondisi ini justru mendidik anak
menjadi orang yang individualis & tidak mampu bersosialisasi.
3. Permainan Informatif
Perkembangan teknologi, termasuk dalam bidang permainan yang berkembang saat ini, tentu
tidak bisa diabaikan begitu saja. Berbagai jenis VCD dengan berbagai macam ilmu
pengetahuan yang ditampilkan dengan gambar dan suara yang menarik. Sekali-kali bisa kita
perkenalkan kepada anak-anak di perpustakaan. Paling tidak acara jalan-jalan keluar
lingkungan bisa menjadi sarana permainan edukatif plus informatif dengan mengenalkan
berbagai jenis tumbuhan, kegiatan apapun yang ada di sekitar kita.
Beberapa hal yang harus diperhatikan guru & orang tua dalam mengenalkan permainan
informatif berbasis teknologi :
Selektif
Pilihlah software tertentu yang memang ditujukan untuk anak-anak sesuai dengan usia dan
kemampuan anak.
Kesempatan
Berilah kesempatan anak untuk belajar & berinteraksi dengan komputer sejak dini. Apalagi
mengingat penggunaan komputer adalah sesuatu yang tidak bisa dihindari pada saat ini &
pada masa yang akan datang.
Awas Efek
Cahaya yang terlalu terang & jarak pandang yang terlalu dekat dapat mengganggu indera
penglihatan anak.
Safety/keamanan
Kenyamanan
Sediakan kursi komputer yang ergonomis dan sesuai dengan bentuk & ukuran tubuh anak.
6
yang dinikmati anak dapat digunakan untuk menarik perhatian serta mengembangkan
pengetahuan mereka.
d. Montessori (1961)
Menggambarkan jika ketika anak bermain, dan berada dalam situasi keserasian, akan
merekontroksi sebuah kreativitas.
e. Sigmund Freud
Freud memandang bermain sama seperti fantasi atau lamunan. Melaluio bermain ataupun
fantasi, seseorang dapat memproyeksikan harapan maupun konflik pribadi. Denagn demikian
bermain mempunyai efek katarsis yaitu anak dapat mengambil peran aktif sebagai pemasaran
dalam memindahkan perasaan negatif ke objek atau orang pengganti..
Freud memandang bermain sebagai cara yang digunakan anak untuk mengatasi masalah,
memanfaatkan bermain sebagai alat diagnosa terhadap masalah dan sarana mengobati jiwa
anak yang dimanifestasikan dalam terapi bermain.
7
g. Singer
Bermain, teutama bermain imajinatif sebagai kekuatan positif untuk perkembangan manusia,
bermain memberikan suatu cara bagi anak untuk memajukan kecepatan masuknya
perangsangan (stimulasi) baik dari luar maupun dari dalam yaitu aktivitas otak yang secara
konstan memainkan kembali dan merekam pengalaman-pengalama
Ada beberapa teori yang menjelaskan arti serta nilai permainan, yaitu sebagai
berikut[1] :
1. Teori Rekreasi yang dikembangkan oleh Schaller dan Nazaruz 2 orang sarjana Jerman
diantara tahun 1841 dan 1884. Mereka menyatakan permainan itu sebagai kesibukan
rekreatif, sebagai lawan dari kerja dan keseriusan hidup. Orang dewasa mencari kegiatan
bermain-main apabila ia merasa capai sesudah berkerja atau sesudah melakukan tugas-tugas
tertentu. Dengan begitu permainan tadi bisa “ me-rekriir ” kembali kesegaran tubuh yang
tengah lelah.
Teori ini disebut juga sebagai teori “kelebihan tenaga” ( krachtoverschot-theorie ). Maka
permainan merupakan katup-pengaman bagi energi vital yang berlebih-lebihan.
3. Teori atavistis sarjana Amerika Stanley Hall dengan pandangannya yang biogenetis
menyatakan bahwa selama perkembangannya, anak akan mengalami semua fase
kemanusiaan. Permainan itu merupakan penampilan dari semua factor hereditas ( waris, sifat
keturunan ): yaitu segala pengalaman jenis manusia sepanjang sejarah akan diwariskan
kepada anak keturunannya, mulai dari pengalaman hidup dalam gua-gua, berburu,
menangkap ikan, berperang, bertani, berhuma, membangun rumah sampai dengan
menciptakan kebudayaan dan seterusnya. Semua bentuk ini dihayati oleh anak dalam bentuk
permainan-permainannya.
4. teori biologis, Karl Groos, sarjana Jerman ( dikemudian hari Maria Montesori juga
bergabung pada paham ini ) : menyatakan bahwa permainan itu mempunyai tugas biologis,
yaitu melatih macam-macam fungsi jasmani dan rohani. Waktu-waktu bermain merupakan
kesempatan baik bagi anak untuk melakukan penyesuaian diri terhadap lingkunagn hidup itu
sendiri.
Sarjana William Stren menyatakan permainan bagi anak itu sama pentingnya dengan taktik
dan manouvre- manouvre dalam peperangan , bagi orang dewasa. Maka anak manusia itu
memiliki masa remaja yang dimanfaatkan dengan bermain-main untuk melatih diri dan
memperoleh kegembiraan.
5. Teori Psikologis Dalam, menurut teori ini, permainan merupakan penampilan dorongan-
dorongan yang tidak disadari pada anaka – anak dan orang dewasa. Ada dua dorongan yang
paling penting menurut Alder ialah : dorongan berkuasa, dan menurut Freud ialah dorongan
seksual atau libidi sexualis. Alder berpendapat bahwa, permaina memberikan pemuasann atau
8
kompensasi terhadap perasaan- perasaan diri yang fiktif. Dalam permainan juga bisa
disalurkan perasaan-perasaan yang lemah dan perasaan- perasaan rendah hati.
9
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
A. Kesimpulan
Bermain adalah cerminan kemampuan fisik, intelektual, emosional dan sosial. Bermain
merupakan media yang baik untuk belajar karena dengan bermain, anak akan berkata-kata,
belajar menyesuaikan diri dengan lingkungan, melakukan apa yang dapat dilakukan, dan
mengenal waktu, jarak, serta suara.
Konsep-konsep bermain bisa menjadi acuan untuk memahami dan mendorong serta
mengarahkan anak dalam bermain. Dengan demikian orang tua atau pendidik akan terhindar
dari kesalahan/meminimalkan kesalahan dalam mendidik anaknya.
3.2. Saran
Dalam penulisan makalah ini kami selaku penulis menyarankan agar para orangtua
dan guru memahami pentingnya manfaat bermain bagi anak. Kita dapat Memanfaatkan
bermain sebagai pemicu kreativitas dan sarana bersosialisasi yang menimbulkan kegemaran
pada anak.
10
DAFTAR PUSTAKA
1. Hawadi, Akbar Reni, Psikologi Perkembangan Anak (Mengenal Sifat, bakat, dan
kemampuan anak), Jakarta: PT. Grasindo, 2001.
3. Tedja Saputra, Mayke S, Bermain Mainan Untuk Anak Usia Dini, Jakarta : PT.
Grasindo, 2001.
4. Asfan Diyar, Ardi Yudha, Kenapa Guru harus Kreatif ?, Bandung : PT. Mizan Pustaka,
2009.
11