Anda di halaman 1dari 35

LAPORAN PRAKTIKUM

PROSES PANTAI

Disusun Oleh:
Kelompok 2
Kelas I01

PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN


FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2015
LAPORAN PRAKTIKUM
PROSES PANTAI

Disusun Oleh:

Annisa Fardaniyah 125080600111094


Damar Prasetyo 125080600111095
Wira Aldus 125080600111097
Dewi Nur Qomariyah 125080601111005
Siti Aminah 125080601111008
Dwi Puput Pratiwi 125080601111009
Evy Afriyani Sidabutar 125080601111014
Endri Vitasari 125080601111016
Ophy Octaviani Ijzati 125080601111019
Rainey Windayati 125080601111025

PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN


FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2015
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas limpahan
berkah dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktikum Proses
Pantai tentang Perubahan Garis Pantai di Pantai Camplong, Madura dengan
baik.
Laporan Praktikum ini merupakan salah satu syarat untuk memenuhi
tugas matakuliah Proses Pantai. Akhir kata semoga laporan Praktikum ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak

Malang, 30 November 2015

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................................... i


DAFTAR ISI....................................................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL...............................................................................................................iv
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................................... v
1. PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1
1.2 Tujuan ........................................................................................................ 2
1.3 Waktu dan Tempat ..................................................................................... 2
2. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................................ 3
2.1 Gambaran Lokasi ....................................................................................... 3
2.2 Geomorfologi Pantai................................................................................... 4
2.3 Hidrooseanografi........................................................................................ 5
2.4 Perubahan Garis Pantai ............................................................................. 9
2.5 Bangunan Pelindung Pantai ....................................................................... 9
3. METODOLOGI .......................................................................................................... 11
3.1 Alat dan Bahan......................................................................................... 11
3.2 Skema Kerja............................................................................................. 12
3.2.1 Verifikasi Data Lapangan ...................................................................... 12
3.2.2 Pengolahan Data................................................................................... 13
4. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................................... 14
4.1 Hasil Penelitian ........................................................................................ 14
4.2 Pembahasan ............................................................................................ 18
4.3 Kendala.................................................................................................... 20
5. PENUTUP .................................................................................................................. 21
5.1 Kesimpulan .............................................................................................. 21
5.2 Saran ....................................................................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................... 22
LAMPIRAN ...................................................................................................................... 24

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Peta Lokasi Praktikum ................................................................................ 3


Gambar 2. Prediksi Pasang Surut di Pantai Camplong ............................................... 15
Gambar 3. Pola Persebaran Arus di Perairan Pantai Camplong ................................. 15
Gambar 4. Digitasi Peta Perubahan Garis Pantai ....................................................... 16
Gambar 5. Grafik prediksi perubahan garis Pantai Camplong 5 tahun kedepan ......... 17
Gambar 6. Grafik prediksi perubahan garis Pantai Camplong 10 tahun kedepan ....... 17
Gambar 7. Grafik prediksi perubahan garis Pantai Camplong 25 tahun kedepan ....... 17
Gambar 8. Sistem Kerja Groin .................................................................................... 19

iii
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Alat yang digunakan dalam Praktikum Lapangan................................. 11


Tabel 2. Bahan yang digunakan saat praktikum lapangan ................................. 11

iv
DAFTAR LAMPIRAN

Gambar 1 Pengambilan titik lokasi menggunakan GPS .................................... 24


Gambar 2 Pengambilan data gelombang.......................................................... 24

v
1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kawasan pantai merupakan kawasan yang sangat dinamis dengan
berbagai ekosistem hidup disana dan saling mempunyai keterkaitan satu dengan
yang lainnya. Menurut Triadmodjo (1999), pantai adalah daerah di tepi perairan
yang dipengaruhi oleh air pasang tertinggi. Bentuk profil pantai sangat
dipengaruhi oleh serangan gelombang, sifat – sifat sedimen seperti rapat massa
dan tahanan terhadap erosi, ukuran dan bentuk partikel, kondisi gelombang dan
arus serta bathimetri pantai.
Kepulauan Indonesia memiliki garis pantai yang sangat panjang dan
sebagian besar wilayah pesisirnya merupakan daratan rendah, laut dan wilayah
pesisir (Coastal Zone). Pantai selalu mengalami perubahan, karena merupakan
kenampakan muka bumi yang bersifat dinamis dengan perubahan baik dalam
waktu relatif cepat ataupun lambat. Perubahan garis pantai merupakan salah
satu bentuk dinamisasi kawasan pantai yang terjadi secara terus menerus.
Dinamika perubahan pantai disebabkan oleh proses-proses yang berlansung,
baik proses yang berasal dari daratan maupun lautan (Ongkosongo, 1980).
Menurut Purwandani (2015), perubahan garis pantai dapat terjadi secara
alamiah (gelombang, badai dan kenaikan paras muka laut) dan non-alamiah
(aktifitas manusia: penambangan pasir, reklamasi pantai dan lain-lain) yang akan
berpengaruh negatif baik ditinjau dari aspek strategis atau lingkungan. Aspek
strategis salah satunya adalah perubahan luasan wilayah di suatu kawasan
pantai, sedangkan aspek lingkungan adalah hilangnya/bertambahnya habitat,
sedimentasi dan lain-lain. Perubahan garis pantai pada umumnya karena
terdapat proses abrasi, akresi dan kenaikan tinggi muka laut global. Abrasi pantai
adalah mundurnya garis pantai ke arah darat dan akresi adalah majunya garis
pantai ke arah laut, sedangkan kenaikan paras laut akan menyebabkan
perubahan garis pantai ke arah darat yang disebabkan oleh meningkatnya
volume air laut global. Abrasi dan erosi berasosiasi pula dengan pengaruh
dari pola pasang-surut. Perubahan yang terjadi tentu akan sangat berpengaruh
pada kondisi lingkungan sekitar pantai.
Salah satu upaya alternatif pengaman pantai dan perbaikan pantai dapat
dilakukan menggunakan bangunan pelindung pantai. Bangunan pelindung pantai
merupakan bangunan yang dirancang secara khusus untuk melindungi pantai
atau memecah gelombang melindungi pantai dari adanya abrasi. Bangunan

1
pelindung pantai terdiri atas groin, revetment, breakwater lepas pantai.
Bangunan breakwater lepas pantai terbagi menjadi 2 yaitu overtopping
breakwater dan non overtopping breakwater. Selain itu salah satu upaya
pengaman pantai juga dapat dilakukan tanpa bangunan pelindung pantai ,
misalnya yaitu dengan sand norisment (Asnawi,2012).
Pantai Camplong memiliki garis pantai yang sangat dekat dengan jalan
raya dengan banyaknya aktivitas manusia dilakukan di wilayah ini seperti
perdagangan, penambangan, dan pencarian ikan. Pantai Camplong juga
merupakan tempat rekreasi sehingga keberadaannya perlu dijaga. Pelindung
pantai yang saat ini telah ada di pantai ini kurang mampu menahan erosi
sehingga di beberapa lokasi jalan raya Camplong mengalami kerusakan akibat
erosi pantai. Oleh karena itu, diperlukan kajian untuk mengetahui perubahan-
perubahan garis pantai disepanjang wilayah pesisir Pantai Camplong dengan
berubahnya waktu, sehingga dapat dijadikan acuan untuk menentukan bangunan
pantai yang sesuai untuk Pantai Camplong.

1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum Proses adalah:
1. Mahasiswa mengetahui dinamika pantai yang terdapat di Pantai
Camplong, Sampang.
2. Mahasiswa mengetahui perubahan garis pantai yang terjadi di Pantai
Camplong, Sampang.
3. Mahasiswa mengetahui prediksi perubahan garis pantai yang terjadi di
Pantai Camplong, Sampang.
4. Mahasiswa memberikan rekomendasi bangunan pantai di Pantai
Camplong, Sampang.
1.3 Waktu dan Tempat
Praktikum Proses Pantai dilaksanakan pada hari Rabu, tanggal 18
November 2015 pukul 11.00-13.00 WIB di Pantai Camplong yang terletak di
Selatan Pulau Madura tepatnya di Desa Dharma, Kecamatan Camplong,
Kabupaten Sampang, Madura, Jawa Timur.

2
2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Gambaran Lokasi


Pantai Camplong merupakan pantai berpasir yang terletak diselatan pulau
Madura tepatnya di Desa Dharma, Kecamatan Camplong, Kabupaten Sampang.
Pantai Camplong terletak di timur pusat Kota Sampang dengan jarak kurang
lebih 9 km. Pantai Camplong terletak pada koordinat 7o13’4,30” LS dan
113o19’10,49” BT. Lokasi Pantai Camplong sangat mudah dirtempuh baik itu
dengan kendaraan pribadi maupun kendaraan umum. Kondisi Pantai Camplong
yang landai dengan gelombang yang cukup tenang menjadikan Pantai
Camplong aman bagi pengunjung yang ingin berenang. Selain itu Pantai
Camplong menyajikan wisata air berupa perahu layar dan memancing menuju
tengah laut (Rukmana et al., 2013).
Di pulau Madura, pantai Camplong merupakan pantai terpanjang kedua
setelah pantai Slopeng. Pantai Camplong terletak di kabupaten Sampang
dengan panjang garis pantai lebih kurang 14,07 km. Pantai Camplong
merupakan kawasan wisata yang sangat diminati oleh masyarakat Madura
maupun luar Madura karena keindahan pantainya serta hamparan pasir putih
yang luas di sepanjang garis pantai. Selain itu, pantai Camplong juga memiliki
kawasan hutan mangrove yang salah satunya berada di desa Taddan
kecamatan Camplong dengan luas hutan mangrove ± 15,05 Ha dan menurut
data AMDAL 2003 spesies mangrove yang mendominasi adalah Rhizopora
stylosa pada kategori pohon (Imiliyana et al., 2012).

Gambar 1. Peta Lokasi Praktikum

3
2.2 Geomorfologi Pantai
Proses geomorfologi merupakan proses alami yang berlangsung di
permukaan bumi sehingga terjadi perubahan bentuk lahan di permukaan bumi.
Perubahan bentuk lahan tersebut, menghasilkan bentukan pada permukaan
bumi yang berbeda satu dengan yang lainnya, dengan demikian akan
mempunyai susunan dan juga karakteristik fisik dan visual yang berbeda pula.
Perbedaan tersebut dapat diidentifikasi secara jelas melalui karakteristik
relief/morfologi, struktur/litologi, dan proses - proses, geomorfologi (Eka et al.,
2013).
Menurut Sakka dan Anggi (2010), berdasarkan morfologinya daerah pantai
dapat di kelompokkan ke dalam 4 macam, yaitu:
a. Pantai Bertebing Terjal (Cliff)
Pada daerah bertebing terjal, pantai biasanya berbatu (rocky beach)
berkelok-kelok dengan banyak terdapat gerak massa batuan (mass
movement rockfall type). Proses ini mnyebabkan tebing bergerak mundur
(slope retreat) khususnya pada pantai yang proses abrasinya aktif. Di
Indonesia pantai bertebing terjal ini banyak terdapat di bagian Barat Pulau
Sumatera, pantai Selatan Pulau Jawa, Sulawesi, dan pantai Selatan pulau-
pulau Nusa Tenggara.
b. Pantai Berterumbu Karang
Terumbu karang (coral reef) terbentuk oleh aktivitas binatang karang
dan jasad renik lainnya. Proses ini terjadi pada areal-areal yang cukup luas.
Pada pulau-pulau karang yang terangkat umumnya banyak terdapat endapan
puing-puing dan pasir koral di lepas pantainya. Ukuran butiran puing dan
pasir lebih kasar ke arah datanganya ombak/gelombang jika gelombang
tanpa penghalang.
c. Pantai Bergisik
Pantai bergisik pada dasarnya merupakan daerah pasang surut yang
terdapat endapan material hasil abrasi. Material ini dapat berupa material
halus dan juga bisa berupa material yang kasar. Pantai ini ditandai dengan
adanya gisik pada pantai cliff dengan material kasar sebagai hasil dari abrasi
tebing. Namun pantai bergisik tidak saja terdapat pada pantai cliff, tetapi juga
bisa terdapat pada daerah pantai yang landai. Pada pantai yang landai
material gisik ini kebanyakan berupa pasir, dan sebagaian kecil berupa
meterial dengan butiran kerikil sampai yang lebih besar.

4
d. Pantai Berawa Payau
Rawa payau juga mencirikan daerah pantai yang tumbuh atau akresi.
Proses sedimentasi merupakan penyebab bertambah majunya pantai ke arah
laut. Material penyusun pantai ini umumnya berbutir halus dan medan ini
berkembang pada lokasi yang gelombangnya kecil atau terhalang serta
dengan kondisi air laut yang relatif dangkal. Rawa payau ini pada umumnya
ditumbuhi oleh tumbuhan rawa payau seperti bakau, nipah, dan tumbuh-
tumbuhan rawa lainnya yang hidup di air payau. Tumbuhan bakau ini dapat
berfungsi sebagai pemecah gelombang dan sebagai penghalang pengikisan
di pantai, sebaliknya sedimentasi bisa terjadi. Oleh karena itu pantai
mengalami akresi.

2.3 Hidrooseanografi
A. Gelombang Laut
Gelombang merupakan pergerakan naik dan turunnya air dengan arah
tegak lurus permukaan air laut yang membentuk kurva sinusoidal.
Gelombang laut disebabkan oleh angin. Angin di atas lautan mentransfer
energinya ke perairan, menyebabkan riak-riak, alun/bukit, dan berubah
menjadi apa yang kita sebut sebagai gelombang. Gelombang biasa disebut
ombak atau alun. Gelombng ini terjadi karena adanya perbedaan dari massa
air dan massa udara yang melakukan kontak satu dengan yang lainnya
dengan kepadatan yang berbeda. Setiap gelombang mempunyai tiga unsur
yang penting yaitu panjang, tinggi dan periode. Panjang gelombang adalah
jarak mendatar antara dua puncak atau antara dua lembah yang berurutan.
Tinggi gelombang adalah jarak menengah antar puncak dan lembah.
Sedangkan periode gelombang adalah waktu yang diperlukan oleh dua
puncak atau dua lembah yang berurutan untuk melalui suatu titik (Aziz,
2006).
Gelombang laut memiliki bentuk dan dimensi. Bentuk gelombang
secara ideal adalah bentuk sinus. Gelombang berbentuk sinus memiliki
puncak dan lembah gelombang, karena itu suatu gelombang memiliki
dimensi tinggi. Tinggi gelombang (H) ialah jarak vertikal antara puncak dan
lembah. Oleh karena gelombang berbentuk sinus, maka suatu gelombang
memiliki dimensi panjang. Panjang gelombang (L) ialah jarak horizontal yang
diukur dari titik puncak suatu gelombang hingga titik puncak pada gelombang
berikutnya yang berurutan. Dimensi gelombang berikutnya adalah periode

5
gelombang (T) yaitu waktu yang dibutuhkan untuk satu panjang gelombang
melintasi satu titik. Dimensi gelombang yang terakhir adalah kecepatan
gelombang (C) yaitu merupakan perbandingan panjang gelombang dengan
periode gelombang (Bird, 2006 dalam Budi, 2011).
Summerfield (1991) menyatakan bahwa ada hubungan antara
kecepatan angin dengan tinggi gelombang, yang secara empiris telah
ditentukan berdasarkan bukti-bukti observasi sebagai berikut ini.
Tinggi Gelombang H = 0,031 U2 ( dalam meter), dimana U adalah
kecepatan angin yang terjadi di laut.
Gelombang penting untuk dipelajari, karena gelombang memiliki energi,
maka gelombang mampu menentukan bentuk pantai, tipe pantai,
memilahkan sedimen di permukaan pantai, serta mampu mengangkut
sedimen.
B. Arus Laut
Arus laut adalah gerakan massa air dari suatu tempat (posisi) ke
tempat yang lain. Arus laut terjadi dimana saja di laut. Pada hakekatnya,
energi yang menggerakkan massa air laut tersebut berasal dari matahari.
Adanya perbedaan pemanasan matahari terhadap permukaan bumi
menimbulkan pula perbedaan energi yang diterima permukaan bumi.
Perbedaan ini menimbulkan fenomena arus laut dan angin yang menjadi
mekanisme untuk menyeimbangkan energi di seluruh muka bumi. Kedua
fenomena ini juga saling berkaitan erat satu dengan yang lain. Angin
merupakan salah satu gaya utama yang menyebabkan timbulnya arus laut
selain gaya yang timbul akibat dari tidak samanya pemanasan dan
pendinginan air laut (Aziz, 2006).
Menurut Hutabarat dan Evans (1985), faktor-faktor yang
memperngaruhi arus adalah sebagai berikut:
a. Bentuk topografi dasar lautan dan pulau-pulau yang ada di sekitarnya.
Beberapa system lautan utama dunia dibatasi oleh massa daratan dari
tiga sisi dan pula oleh arus equatorial di sisi yang keempat. Batas-batas
ini menghasilkan system aliran yang hamper tertutup dan cenderung
membuat aliran air mengarah dalam suatu bentuk bulatan. Dari sini
terbentuklah gyre.
b. Gaya Coriolis dan Arus Ekman

6
Gaya coriolis mempengaruhi massa air, dimana gaya ini akan membelokkan
arah mereka dari arah yang lurus. Gaya coriolis juga menyebabkan
timbulnya perubahan-perubahan arah arus yang kompleks susunannya yang
terjadi seduai dengan makin dalamnya kedalaman suatu perairan. Pada saat
kecepatan arus berkurang, maka tingkat perubahan arah arus yang
disebabkan oleh gaya coriolis akan meningkat. Hasilnya adalah bahwa
hanya terjadi sedikit pembelokan dari arah arus yang relative cepat di
lapisan permukaan dan arah pembelokan menjadi semakin besar pada
aliran arus yang kecepatannya lambat di kedalaman yang besar. Akibatnya
akan timbul suatu aliran arus dimana makin dalam suatu perairan maka arus
yang terjadi pada lapisan-lapisan perairan akan makin dibelokkan arahnya.
Hubungan ini disebut spiral Ekman.
Arus laut merupakan tenaga marin yang berpengaruh terhadap
daerah pesisir. Menurut Duxbury et al. (2002) arus laut yang berpengaruh
terhadap perkembangan pantai adalah arus pasang surut (tidal current), arus
menuju pantai (onshore current), arus susur pantai (longshore current), dan
arus balik (rip current).
Arus pasut berlangsung ketika air laut bergerak ke arah daerah
pesisir pada saat pasang dan berbalik mengalir ke arah laut pada saat surut.
Ketika terjadi arus pasang dan kemudian berubah menjadi arus surut, terjadi
suatu periode air tenang dimana kecepatan arus pasang sangat lambat,
berhenti, dan kemudian berbalik arah. Arus menuju pantai (onshore current)
terjadi pada saat gelombang yang bergerak ke arah pantai menghasilkan
arus pada zona empasan (surf zone). Arus menuju pantai ini membawa
sedimen dari laut menuju ke pantai dan mengendapkannya di pantai
(Duxbury et al., 2002). Arus susur pantai (longshore current) ialah arus laut
yang terdapat di zona empasan, yang umumnya bergerak sejajar garis
pantai, yang ditimbulkan gelombang pecah yang membentuk sudut terhadap
garis pantai. Arus yang menyusuri dan sejajar. Pantai ini umumnya
merupakan hasil gelombang yang datang pada perairan pantai yang dangkal
pada sudut yang kurang dari normal terhadap garis pantai dan kontur bawah
laut. Arus susur pantai merupakan pengisi bagi arus balik. Arus balik
berperan dalam menyebarkan sedimen dari pantai ke lepas pantai.

7
C. Pasang Surut (Tidal)
Pasang surut air laut merupakan fluktuasi ritmik muka air laut yang
diakibatkan oleh pengaruh gaya tarik benda-benda angkasa, terutama bulan
dan matahari, terhadap massa air laut di bumi. Pengaruh gaya tarik bulan
terhadap muka air laut di bumi lebih besar 2,34 kali daripada pengaruh gaya
tarik matahari (Duxbury et al., 2002).
Pada saat berlangsung air pasang disebut air naik (flood tide) dan
kedudukan muka laut mencapai puncaknya disebut air tinggi (high water).
Pada saat berlangsung air surut disebut air turun (ebb tide) dan kedudukan
muka laut mencapai titik rendahnya disebut air rendah (low water). Beda
tinggi antara air tinggi dan air rendah disebut sebagai julat pasut (tidal range).
Pasang purnama atau pasang perbani (spring tide) terjadi ketika
kedudukan bulan segaris dengan matahari, yakni pada saat Bulan Purnama
dan saat Bulan Mati. Pada saat pasang purnama ini terjadi julat pasur
terbesar, sehingga terjadi pula kedudukan muka laut tinggi tertinggi (highest
high water) dan kedudukan muka laut tendah terendah (lowest low water).
Pasang mati (neap tide) terjadi ketika seperempat bulan awal dan
seperempat bulan akhir. Pada saat berlangsung pasang mati terjadi julat
pasut terkecil (Hutabarat dan Evans, 1985). Berdasarkan besarnya julat
pasut, maka pasang surut di suatu pantai dapat diklasifikasikan menjadi:
a. mikropasut, dengan julat pasut < 2 meter,
b. mesopasut, dengan julat pasut 2-4 meter,
c. makropasut, dengan julat pasut > 4 meter.
Menurut Musrifin (2011), jenis pasut di suatu tempat dengan tempat
lain tidak sama, hal ini dipengaruhi oleh konfigurasi pulau, variasi topografi
dasar laut dan bentuk pantai. Untuk mengetahui jenis pasut di suatu tempat
dapat ditentukan dengan menggunakan rumus Formzahl, yaitu:

Dimana :
F = adalah bilangan formzahl
K1 = konstanta oleh deklinasi bulan dan matahari
O1 = konstanta oleh deklinasi bulan
M2 = konstanta oleh bulan
S2 = konstanta oleh matahari

8
Klasifikasi sifat pasang surut di lokasi tersebut adalah:
F<0,25 = semi diurnal
0,25<F<1,5 = campuran condong semi diurnal
1,5<F<3,0 = campuran condong diurnal
F>3,0 = diurnal

2.4 Perubahan Garis Pantai


Perubahan garis pantai merupakan berubahnya garis pantai baik
mengalami kemajuan maupun kemunduran garis pantai. Perubahan garis pantai
terbagi atas dua yaitu abrasi dan akresi. Pada perencanaan pengelolaan
kawasan pantai, diperlukan penelitian tentang perubahan garis pantai.
Diperlukannya penelitian tentang perubahan garis pantai agar pembangunan
yang dilakukan tidak berdampak terhadap lingkungan. Salah satu cara yang
dapat digunakan untuk mengetahui perubahan garis pantai di suatu lokasi adalah
dengan menggunakan model numerik (Sakka et al, 2011).
Terjadinya perubahan garis pantai sangat dipengaruhi oleh proses-proses
yang terjadi pada daerah sekitar pantai (nearshore process), dimana pantai
selalu beradaptasi dengan berbagai kondisi yang terjadi. Proses ini berlangsung
dengan sangat kompleks, dimana dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu kombinasi
gelombang dan arus, transpor sedimen, dan konfigurasi pantai tersebut, yang
saling mempengaruhi satu sama lain. Secara sederhana proses perubahan garis
pantai disebabkan oleh angin dan air yang bergerak dari suatu tempat ke tempat
lain, mengikis tanah dan kemudian mengendapkannya di suatu tempat secara
kontinyu. Pada dasarnya proses perubahan pantai meliputi proses erosi dan
akresi. Erosi pada sekitar pantai dapat terjadi apabila angkutan sedimen yang
keluar ataupun yang pindah meninggalkan suatu daerah lebih besar
dibandingkan dengan angkutan sedimen yang masuk, apabila terjadi sebaliknya
maka yang terjadi adalah sedimentasi. Perubahan garis pantai sangat
dipengaruhi oleh interaksi antara angin, gelombang, arus, pasang surut, jenis
dan karakteristik dari material pantai yang meliputi bentuk, ukuran partikel dan
distribusinya di sepanjang pantai sehingga mempengaruhi proses sedimentasi di
sekitar pantai (Luhwahyudin et al, 2012).

2.5 Bangunan Pelindung Pantai


Salah satu upaya alternatif pengaman pantai dan perbaikan pantai dapat
dilakukan menggunakan bangunan pelindung pantai. Bangunan pelindung pantai

9
merupakan bangunan yang dirancang secara khusus untuk melindungi pantai
atau memecah gelombang melindungi pantai dari adanya abrasi. Bangunan
pelindung pantai terdiri atas groin, revetment, breakwater lepas pantai.
Bangunan breakwater lepas pantai terbagi menjadi 2 yaitu overtopping
breakwater dan non overtopping breakwater. Selain itu salah satu upaya
pengaman pantai juga dapat dilakukan tanpa bangunan pelindung pantai ,
misalnya yaitu dengan sand norisment (Asnawi, 2012).
Bangunan pelindung pantai meliputi groin, revetment, breakwater lepas
pantai, dan sebagainya. Groin merupakan bangunan pelindung pantai yang
biasanya dibuat tegak lurus garis pntai. Groin ini berfungsi untuk menahan
masuknya transpor sedimen sepanjang pantai ke pelabuhan atau muara sungai.
Dinding pantai atau revetment adalah bangunan yang memisahkan antara
daratan dan perairan pantai. Revetment mempunyai fungsi untuk pelindung
pantai terhadap erosi. Breakwater adalah bangunan yang dibuat sejajar pantai
dan berada pada jarak tertentu dari garis pantai. Bangunan ini merupakan
bangunan pemecah gelombang (Hariyoni, 2013).

10
3. METODOLOGI

3.1 Alat dan Bahan


3.1.1 Alat dan Fungsinya
Berikut adalah alat-alat yang digunakan pada saat praktikum proses pantai
di lapangan:
Tabel 1. Alat yang digunakan pada Praktikum Lapangan
No. Alat Fungsi
berfungsi untuk menandai titik-titik pengukuran garis
1 GPS
pantai
2 Tide staff berfungsi untuk mengukur tinggi gelombang
berfungsi untuk mengukur garis pantai pada setiap
3 Roll meter
titik pengukuran garis pantai
4 Kompas berfungsi untuk posisi pengukuran garis pantai
5 Kamera berfungsi untuk dokumentasi kegiatan
6 Sekop berfungsi untuk mengambil sampel sedimen

3.1.2 Bahan dan Fungsinya

Berikut adalah bahan-bahan yang digunakan pada saat praktikum proses


pantai di lapangan:
Tabel 2. Bahan yang digunakan saat praktikum lapangan

No. Bahan Fungsi


berfungsi untuk tempat sampel sedimen pada setiap
1 Plastik sampel
titik pengukuran
2 Kertas label berfungsi untuk menandai sedimen
berfungsi untuk mencatat hasil pengukuran garis
3 Alat tulis pantai dan tinggi gelombang serta menandai plastik
tempat sampel sedimen

11
3.2 Skema Kerja
3.2.1 Verifikasi Data Lapangan

Penentuan Lokasi Praktikum

Persiapan alat dan bahan

Tracking untuk menentukan garis pantai

Penentuan tiga titik untuk


pengambilan sampel sedimen dan
pengukuran gelombang

Titik 1 Titik 2 Titik 3

Ditarik garis 20 meter dari setiap titik

Dilakukan pengukuran tinggi gelombang dan


kedalaman dengan menggunakan tide staff

Diambil sampel sedimen


pada setiap titik pengukuran

Analisis dan Pengolahan


Data

Hasil

12
3.2.2 Pengolahan Data

Membuka Ms. Excel

Membuat tabel perhitungan


garis pantai

Memasukkan nilai X dengan


jarak spasi 25 m

Mengurutkan Pias
Berdasarkan tiap jarak spasi

Memasukkan nilai Y

Menghitung nilai Hb dan db


dari data lapang

Menghitung niali tangen αi


dan αb

Mencari nilai αb

Menghitung nilai sin αb dan


cos αb

Mencari nilai P1, Qs, dan ∆Y

Menghitung nilai Yakhir

Memprediksi perubahan
garis pantai selama 5, 10
dan 25 tahun kedepan

Hasil

13
4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian


4.1.1 Geomorfologi Pantai Camplong
Pantai Camplong merupakan pantai berpasir yang terletak diselatan pulau
Madura Kecamatan Camplong, Kabupaten Sampang. Pantai Camplong terletak
di timur pusat kota Sampang dengan jarak kurang lebih 9 km. Pantai Camplong
terletak pada koordinat 7o13’4,30” LS dan 113o19’10,49” BT. Lokasi yang
digunakan untuk praktikum adalah lokasi pariwisata di Pantai Camplong.
Pantai Camplong termasuk kedalam tipe pantai berpasir. Berdasarkan
bentuk morfologinya Pantai Camplong termasuk pantai bergisik karena
merupakan daerah pasang surut dengan material berupa pasir halus. Seperti
yang dijabarkan Sakka dan Anggi (2010), dimana pada pantai bergisik pada
dasarnya merupakan daerah pasang surut yang terdapat endapan material hasil
abrasi. Material ini dapat berupa material halus dan juga bisa berupa material
yang kasar. Pantai ini ditandai dengan adanya gisik pada pantai cliff dengan
material kasar sebagai hasil dari abrasi tebing. Namun pantai bergisik tidak saja
terdapat pada pantai cliff, tetapi juga bisa terdapat pada daerah pantai yang
landai. Pada pantai yang landai material gisik ini kebanyakan berupa pasir, dan
sebagaian kecil berupa meterial dengan butiran kerikil sampai yang lebih besar.

4.1.2 Hidooseanografi Pantai Camplong


Pantai Camplong termasuk bagian pantai selatan Madura dan merupakan
pantai landai dengan gelombang yang cukup tenang. Rata-rata tinggi gelombang
yang terjadi di Pantai Camplong adalah 44 cm dengan arah sudut datang
gelombang 47.9o ke arah barat laut. Pantai Camplong merupakan daerah pasang
surut, sehingga ketika pasang tertinggi terjadi air hampir mencapai dekat jalan
karena letak pantai sendiri yang di pinggir jalan raya.
Parameter hidrooseanografi lain seperti pasang surut dan arus diperoleh
dari hasil perhitungan dan pemodelan. Berikut ini merupakan kondisi
hidrooseanografi Pantai Camplong untuk parameter pasang surut dan arus:
a. Pasang Surut
Melalui perangkat lunak NAOtide, diketahui bahwa tipe pasang surut
perairan Pantai Camplong adalah Pasang Surut Harian Tunggal (Diurnal
Tides), dimana terjadi satu kali pasang dan satu kali surut dalam 1 hari,
sehingga dapat diketahui kapan waktu pasang dan kapan waktu surutnya air

14
laut, maka dapat ditentukan waktu terbaik untuk membangun bangunan
pelindung pantai. Dimana membangun bangunan pelindung pantai biasanya
dilakukan saat perairan surut.

150 Prediksi Pasang Surut di Pantai Camplong

100

50

-50

-100

-150
29/11/2015 0:00
30/11/2015 0:00
01/12/2015 0:00
02/12/2015 0:00
03/12/2015 0:00
04/12/2015 0:00
05/12/2015 0:00
06/12/2015 0:00
07/12/2015 0:00
08/12/2015 0:00
09/12/2015 0:00
10/12/2015 0:00
11/12/2015 0:00
12/12/2015 0:00
13/12/2015 0:00
14/12/2015 0:00
15/12/2015 0:00
16/12/2015 0:00
17/12/2015 0:00
18/12/2015 0:00
19/12/2015 0:00
20/12/2015 0:00
21/12/2015 0:00
22/12/2015 0:00
23/12/2015 0:00
24/12/2015 0:00
25/12/2015 0:00
26/12/2015 0:00
27/12/2015 0:00
28/12/2015 0:00
29/12/2015 0:00
30/12/2015 0:00
31/12/2015 0:00
01/01/2016 0:00
02/01/2016 0:00
03/01/2016 0:00
Gambar 2. Prediksi Pasang Surut di Pantai Camplong

b. Arus
Arus di perairan Pantai Camplong cederung menuju ke arah timur laut
dengan kecepatan arus yang cukup tinggi yakni berkisar antara 0.3 hingga
0.6 m/s. Dari hasil pengolahan data arus dengan mengunduh data OSCAR di
website http://podaac.org didapatkan pola persebaran arus dikawasan Pantai
Camplong.

Gambar 3. Pola Persebaran Arus di Perairan Pantai Camplong

15
4.1.3 Digitasi Peta Perubahan Garis Pantai
Berikut ini merupakan hasil digitasi peta dari google earth dimana
merupakan perubahan garis pantai yang terjadi di Pantai Camplong dari tahun
2011 hingga tahun 2015 dari sini diketahu bahwa garis merah merupakan
garis pantai dari Pantai Camplong pada tahun 2011, warna biru merupakan
garis pantai dari Pantai Camplong pada tahun 2013, sedangkan garis kuning
menunjukkan garis pantai dari Pantai Camplong pada tahun 2015. Dari
gambar digitasi peta Pantai Camplong berikut, diketahui secara visual bahwa
Pantai Camplong mengalami perubahan garis pantai yang cukup tinggi dari
tahun ke tahun, yakni dengan semakin maju (menuju laut) garis pantainya.
Hal ini bisa terjadi karena pengaruh erosi pantai yang mengikis sedimen dan
arus membawanya menuju Pantai Camplong.

Gambar 4. Digitasi Peta Perubahan Garis Pantai

4.1.2 Prediksi Perubahan Garis Pantai


Berikut ini merupakan prediksi perubahan garis pantai yang terjadi di
Pantai Camplong untuk 5 tahun, 10 tahun dan 25 tahun kedepan dengan
perhitungan dan grafik menggunakan Microsoft Excel.

16
X (m)
0 25 50 75 100125150175200225250275300325350375400425450475500
-793880
-793890 Garis pantai awal
-793900
-793910 Garis pantai setelah 5 thn
Y awal (m)

-793920
-793930
-793940
-793950
-793960
-793970

Gambar 5. Grafik prediksi perubahan garis Pantai Camplong 5 tahun kedepan

X (m)
0 25 50 75 100125150175200225250275300325350375400425450475500525
-793880
-793890 Garis pantai awal
Garis pantai setelah 10…
-793900
-793910
-793920
Yawal (m)

-793930
-793940
-793950
-793960
-793970
-793980

Gambar 6. Grafik prediksi perubahan garis Pantai Camplong 10 tahun kedepan

X (m)
0 25 50 75 100125150175200225250275300325350375400425450475500
-793880
Garis pantai awal
-793900
Garis pantai setelah 25 thn
-793920
Yawal (m)

-793940

-793960

-793980

-794000

Gambar 7. Grafik prediksi perubahan garis Pantai Camplong 25 tahun kedepan

17
4.2 Pembahasan
4.2.1 Analisis Perubahan Garis Pantai Google Earth
Dari gambaran peta hasil digitasi pada google earth menunjukkan terjadi
perubahan garis pantai di Pantai Camplong, Sampang. Pada tahun 2011 (garis
merah) diketahui jika garis pantai hampir tidak terlihat, tahun 2013 (garis biru)
garis pantai bertambah dengan perubahan yang cukup signifikan. Sedangkan
pada tahun 2015 (garis kuning) diketahui juga menunjukkan garis pantai yang
semakin maju kedepan. Perubahan yang cukup signifikan terjadi setiap
tahunnya. Garis pantai semakin maju sehingga menambah wilayah pesisir pantai
di Pantai Camplong. Dimana kasus seperti ini tidak terlalu baik bagi
kelangsungan hidup organisme dalam satu ekosistem.

4.2.2 Analisis Perubahan Garis Pantai Numerik (Excel)


Dari hasil prediksi dengan perhitungan numerik diketahui pada grafik
diatas bahwa dari tahun sekarang yaitu 2015 menuju 5 tahun berikutnya akan
mengalami perubahan garis pantai. Garis pantai menjadi semakin bertambah
atau semakin maju kedepan. Sama halnya dengan yang terjadi untuk prediksi 10
tahun dan 25 tahun kedepan, garis pantai menjadi semakin maju dibandingkan
dengan garis pantai yang sekarang ini. Perubahan yang terjadi sangat jelas
terlihat dan tidak ada yang mengalami kemunduran.
Dari data pengukuran dapat digunakan untuk menghitung prediksi rata-
rata erosi dan sedimentasi yang terjadi. Rata-rata erosi yang terjadi di Pantai
Camplong 5 tahun dari tahun sekarang sebesar -7.135 dengan nilai maksimum
erosi adalah -6.850, sedangkan sedimentasi di Pantai Camplong terhitung
sebesar -7.211. Pada 10 tahun kedepan rata-rata erosi yang terjadi sebesar -
14.270 dengan nilai maksimum erosi adalah -13.700, sedangkan sedimentasi di
Pantai Camplong 10 tahun kedepan terhitung sebesar -14.422. Pada 25 tahun
kedepan rata-rata erosi yang terjadi sebesar -35.674 dengan nilai maksimum
erosi adalah -34.251, sedangkan sedimentasi terhitung sebesar -36.055.

4.2.3 Rekomendasi Bangunan Pantai


Bangunan pelindung pantai sangat dibutuhkan bagi pantai yakni untuk
mengurangi dampak abrasi dan erosi pantai, mengurangi pengikisan dan
sedimentasi pantai, serta yang terpenting adalah untuk melindungi pantai dari

18
gempuran gelombang yang tinggi. Erosi dan sedimentasi pantai merupakan
salah satu masalah serius perubahan garis pantai. Selain proses alami, seperti
angin, arus dan gelombang, aktivitas manusia menjadi penyebab terjadinya erosi
pantai seperti; pembukaan lahan baru dengan menebang hutan mangrove untuk
kepentingan permukiman, dan pembangunan infrastruktur. Rekomendasi
bangunan pelindung pantai dapat ditentukan melalui kondisi hidrooseanografi
perairan Pantai Camplong, seperti kondisi pasang surut dan arus.
Dari pola persebaran arus (gambar 3) maka dapat diberikan rekomendasi
bangunan pelindung pantai yang manakah yang cocok untuk Pantai Camplong.
Dimana bangunan pelindung pantai yang cocok untuk Perairan Pantai Camplong
adalah Groin. Groin merupakan struktur pengaman pantai yang dibangun
menjorok relatif tegak lurus terhadap arah pantai. Bahan konstruksinya umumnya
baja, beton (pipa beton), dan batu. Pemasangan groins menginterupsi aliran arus
pantai sehingga pasir terperangkap pada “upcurrent side”, sedangkan pada
“downcurrent side” terjadi erosi, karena pergerakan arus pantai yang berlanjut.
Penggunaan Groin dengan mneggunakan satu buah groin tidaklah efektif.
Biasanya perlindungan pantai dilakukan dengan membuat suatu seri bangunan
yang terdiri dari beberapa groin yang ditempatkan dengan jarak tertentu. Hal ini
dimaksudkan agar perubahan garis pantai tidak terlalu signifikan. Sistem kerja
groin cocok dengan pola arus yang tidak datang sejajar pada garis pantai, seperti
pola arus pada perairan Pantai Camplong.

Gambar 8. Sistem Kerja Groin

19
4.3 Kendala
Berikut adalah kendala yang di alami pada saat dilapang yaitu :
1. Global Positioning System (GPS) bermasalah saat dilapang, jadi pada
saat pengukuran disebabkan karena akurasi posisi yang terekam oleh
receiver GPS dipengaruhi oleh berbagai factor. Faktor terbesar yang
(dulu) dianggap paling besar potensinya dalam mengurangi akurasi GPS
adalah Selective Availability. Faktor lingkungan seperti karakteristik obyek
dalam memantulkan sinyal turut meningkatkan kesalahan. Kesalahan
dapat diminimalkan dengan memahami secara benar teknik setup GPS
danteknik perekaman data di lapangan.
2. Kesulitan penentuan titik lokasi disebabkan karena pantai terlalu panjang
jadi sangat kurang efektif dikarenakan sulit mencari lokasi mana yang
sesuai kita ambil buat pengambilan titik sample.

20
5. PENUTUP

Dari penelitian yang telah dilakukan di pantai Camplong berikut kesimpulan


dan saran yang dapat kami ambil, sebagai berikut :
5.1 Kesimpulan
1. Dari google earth dimana merupakan perubahan garis pantai yang terjadi
di Pantai Camplong dari tahun 2011 hingga tahun 2015 dari sini diketahui
dimana dari gambar digitasi peta Pantai Camplong berikut, diketahui
secara visual bahwa Pantai Camplong mengalami perubahan garis pantai
yang cukup tinggi dari tahun ke tahun, yakni dengan semakin maju
(menuju laut) garis pantainya.
2. Dari hasil prediksi dengan perhitungan numerik diketahui pada grafik
diatas bahwa dari tahun sekarang yaitu 2015 menuju 5 tahun berikutnya
akan mengalami perubahan garis pantai. Sama halnya dengan yang
terjadi untuk prediksi 10 tahun dan 25 tahun kedepan, garis pantai
menjadi semakin maju dibandingkan dengan garis pantai yang sekarang.
3. Bangunan pelindung pantai sangat dibutuhkan bagi pantai yakni untuk
mengurangi dampak abrasi dan erosi pantai, mengurangi pengikisan dan
sedimentasi pantai. Dari pola persebaran arus dan gelombang yang
didapat maka dapat diberikan rekomendasi bangunan pelindung pantai
yang manakah yang cocok untuk Pantai Camplong. Dimana bangunan
pelindung pantai yang cocok untuk Perairan Pantai Camplong adalah
Groin.

5.2 Saran
1. kurang keakuratan perlatan yang digunakan utuk pengambilan data
seperti GPS yang disebabkan oleh berbagai faktor seperti faktor
lingkungan yang dapat memantulkan keakuratan.
2. Penentuan titik lokasi yang kurang strategis dikarenakan pantai camplong
yang panjang.
3. Perlunya koordinasi antara praktikan dan assisten pratikum yang lebih
baik pada mata kuliah proses pantai.

21
DAFTAR PUSTAKA

Asnawi.2012. Perencanaan Bangunan Pengaman Pantai di Bulu Tuban.Teknik


Sipil ITS.Surabaya.
Aziz M Furqon . 2006 . Gerakan di Laut . Volume XXXI, Nomor 4 (9-21) . LIPI-
Cibinong.
Budi, Tjaturahono Sanjoto. 2011. Kajian Morfodinamika Pesisir Kabupaten
Kendal Menggunakan Teknologi Penginderaan Jauh Multi Spektral Dan
Multi Waktu. Semarang : Universitas Diponegoro.
Duxbury, A; B. Alyn; C. Duxbury and K.A. Sverdrup 2002. Fundamentals of
th
Oceanography-4 Ed, McGraw-Hill Publishing, New York.
Hutabarat, Sahala dan Stewart M.Evans. 1985. Pengantar Oceanografi. Jakarta :
UI press.
Musrifin. 2011. Analisis Pasang Surut Perairan Muara Sungai : Masjid Dumai Vol
XVI No. 1 (48-55). Universitas Riau. Riau.
M. A. Summerfield 1991. Global Geomorphology. An Introduction to the Study of
Landfornis. Harlow Longman; New York John Wiley Inc. ISBN 0 582
30156 4.
Triadmojo, Bambang . 1999 . Teknik Pantai . Betha of Set : Yogyakarta.
Vijaya, Isnaniawardhani dan Natsir Suhartati M. 2010. Tipe Sedimen Permukaan
Dasar Laut Selatan Dan Utara Kepulauan Tambelan Perairan Natuna
Selatan. Bandung : Universitas Pandjajaran.
Hariyoni,.Dian Sisinggih.,Suwanto Marsudi. 2013. Studi Perencanaan Bangunan
Pengendalian Akresi dan Abrasi di Pantai Tanjungwangi Kabupaten
Banyuangi. Teknik pengairan UB.Vol.4 No.1.
Ikhwani,Hasan. 2015. Perencanaan Revetment dan Groin sebagai Upaya
Penanganan Erosi Pantai di Wilayah Pesisir Camplong, Kabupaten
Sampang, Madura.Resist ITS.Surabaya.
Luhwahyudin, Muhamad.,Suntoyo.,Wahyudi. 2012. Analisa Perubahan Garis
Pantai Tegal dengan Menggunakan Empirical Orthogonal Function
(EOF).Vol. 1.Teknik ITS.Surabaya.
Sakka.,Mulia Purba.,I Wayan Nurjaya.,Hidayat Pawitan.,dan Vincentius P.
Siregar.2011. Studi Perubahan Garis Pantai di Delta Sungai
Jeneberang,Makassar.Vol 3(02).IPB.Bogor.

22
Eka, W.S, Sakka, Samsu A. 2013. Analisis Kerentanan Pantai Di kabupaten
Takalar. Universitas Hasanuddin: Makassar.
Imiliyana. A, Mukmammad.M, Hery.P. 2012. Estimasi Stok Karbon Pada
Tegakan Pohon Rizophora Stylosa Di Pantai Camplong, Sampan-
Madura. Institut Teknologi Sepuluh Nopember: Surabaya.
Rukmana, C.S, Haryo D.A, Wahyudi. 2013. Studi Potensi Obyek Wisata Pantai di
Kabupaten Sampang. Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS):
Surabaya.
Sakka dan Anggi, A.M. 2010. Modul Pelatihan Pembangunan Indeks Kerentanan
Pantai: Pengolahan Data Geomorfologi Pantai

23
LAMPIRAN

Lampiran 1. Dokumentasi pengambilan data

Pengambilan titik lokasi menggunakan GPS

Pengambilan data gelombang

24
Lampiran 2. Hasil running di excel

Perubahan Garis Pantai Untuk 5 Tahun Kedepan


X (m) Pias Yawal (m) Tan i Tan b b Sin b Cos b P1 (ton m/s/m Qs (m3/hr) Y(i) Yakhir (m)
0 0 -793888 0,00 1,11 47,90 0,74 0,67 0,12 17,58 -7,18 -793895,18
25 1 -793898 0,40 1,04 46,24 0,72 0,69 0,12 17,65 -7,21 -793905,21
50 2 -793916 0,72 1,02 45,47 0,71 0,70 0,12 17,67 -7,21 -793923,21
75 3 -793932 0,64 1,02 45,64 0,71 0,70 0,12 17,67 -7,21 -793939,21
100 4 -793942 0,40 1,04 46,24 0,72 0,69 0,12 17,65 -7,21 -793949,21
125 5 -793942 0,00 1,11 47,90 0,74 0,67 0,12 17,58 -7,18 -793949,18
150 6 -793943 0,04 1,10 47,68 0,74 0,67 0,12 17,59 -7,18 -793950,18
175 7 -793944 0,04 1,10 47,68 0,74 0,67 0,12 17,59 -7,18 -793951,18
200 8 -793944 0,00 1,11 47,90 0,74 0,67 0,12 17,58 -7,18 -793951,18
225 9 -793945 0,04 1,10 47,68 0,74 0,67 0,12 17,59 -7,18 -793952,18
250 10 -793933 -0,48 1,34 53,20 0,80 0,60 0,12 16,95 -6,92 -793939,92
275 11 -793937 0,16 1,08 47,10 0,73 0,68 0,12 17,62 -7,19 -793944,19
300 12 -793949 0,48 1,04 46,02 0,72 0,69 0,12 17,66 -7,21 -793956,21
325 13 -793947 -0,08 1,13 48,40 0,75 0,66 0,12 17,55 -7,16 -793954,16
350 14 -793954 0,28 1,06 46,63 0,73 0,69 0,12 17,64 -7,20 -793961,20
375 15 -793945 -0,36 1,24 51,14 0,78 0,63 0,12 17,26 -7,05 -793952,05
400 16 -793935 -0,40 1,27 51,74 0,79 0,62 0,12 17,18 -7,01 -793942,01
425 17 -793922 -0,52 1,38 54,11 0,81 0,59 0,11 16,78 -6,85 -793928,85
450 18 -793913 -0,36 1,24 51,14 0,78 0,63 0,12 17,26 -7,05 -793920,05

25
475 19 -793911 -0,08 1,13 48,40 0,75 0,66 0,12 17,55 -7,16 -793918,16

Perubahan Garis Pantai Untuk 10 Tahun Kedepan


X (m) Pias Yawal (m) Tan i Tan b b Sin b Cos b P1 (ton m/s/m Qs (m3/hr) Y(i) Yakhir (m)
0 0 -793888 0,00 1,11 47,90 0,74 0,67 0,12 17,58 -14,35 -793902,35
25 1 -793898 0,40 1,04 46,24 0,72 0,69 0,12 17,65 -14,41 -793912,41
50 2 -793916 0,72 1,02 45,47 0,71 0,70 0,12 17,67 -14,42 -793930,42
75 3 -793932 0,64 1,02 45,64 0,71 0,70 0,12 17,67 -14,42 -793946,42
100 4 -793942 0,40 1,04 46,24 0,72 0,69 0,12 17,65 -14,41 -793956,41
125 5 -793942 0,00 1,11 47,90 0,74 0,67 0,12 17,58 -14,35 -793956,35
150 6 -793943 0,04 1,10 47,68 0,74 0,67 0,12 17,59 -14,36 -793957,36
175 7 -793944 0,04 1,10 47,68 0,74 0,67 0,12 17,59 -14,36 -793958,36
200 8 -793944 0,00 1,11 47,90 0,74 0,67 0,12 17,58 -14,35 -793958,35
225 9 -793945 0,04 1,10 47,68 0,74 0,67 0,12 17,59 -14,36 -793959,36
250 10 -793933 -0,48 1,34 53,20 0,80 0,60 0,12 16,95 -13,84 -793946,84
275 11 -793937 0,16 1,08 47,10 0,73 0,68 0,12 17,62 -14,39 -793951,39
300 12 -793949 0,48 1,04 46,02 0,72 0,69 0,12 17,66 -14,42 -793963,42
325 13 -793947 -0,08 1,13 48,40 0,75 0,66 0,12 17,55 -14,32 -793961,32
350 14 -793954 0,28 1,06 46,63 0,73 0,69 0,12 17,64 -14,40 -793968,40
375 15 -793945 -0,36 1,24 51,14 0,78 0,63 0,12 17,26 -14,09 -793959,09
400 16 -793935 -0,40 1,27 51,74 0,79 0,62 0,12 17,18 -14,03 -793949,03
425 17 -793922 -0,52 1,38 54,11 0,81 0,59 0,11 16,78 -13,70 -793935,70

26
450 18 -793913 -0,36 1,24 51,14 0,78 0,63 0,12 17,26 -14,09 -793927,09
475 19 -793911 -0,08 1,13 48,40 0,75 0,66 0,12 17,55 -14,32 -793925,32

Perubahan Garis Pantai Untuk 25 Tahun Kedepan


X (m) Pias Yawal (m) Tan i Tan b b Sin b Cos b P1 (ton m/s/m Qs (m3/hr) Y(i) Yakhir (m)
0 0 -793888 0,40 1,04 46,24 0,72 0,69 0,12 17,65 -36,03 -793924,03
25 1 -793898 0,72 1,02 45,47 0,71 0,70 0,12 17,67 -36,06 -793934,06
50 2 -793916 0,64 1,02 45,64 0,71 0,70 0,12 17,67 -36,05 -793952,05
75 3 -793932 0,40 1,04 46,24 0,72 0,69 0,12 17,65 -36,03 -793968,03
100 4 -793942 0,00 1,11 47,90 0,74 0,67 0,12 17,58 -35,88 -793977,88
125 5 -793942 0,04 1,10 47,68 0,74 0,67 0,12 17,59 -35,90 -793977,90
150 6 -793943 0,04 1,10 47,68 0,74 0,67 0,12 17,59 -35,90 -793978,90
175 7 -793944 0,00 1,11 47,90 0,74 0,67 0,12 17,58 -35,88 -793979,88
200 8 -793944 0,04 1,10 47,68 0,74 0,67 0,12 17,59 -35,90 -793979,90
225 9 -793945 -0,48 1,34 53,20 0,80 0,60 0,12 16,95 -34,59 -793979,59
250 10 -793933 0,16 1,08 47,10 0,73 0,68 0,12 17,62 -35,96 -793968,96
275 11 -793937 0,48 1,04 46,02 0,72 0,69 0,12 17,66 -36,04 -793973,04
300 12 -793949 -0,08 1,13 48,40 0,75 0,66 0,12 17,55 -35,81 -793984,81
325 13 -793947 0,28 1,06 46,63 0,73 0,69 0,12 17,64 -36,00 -793983,00
350 14 -793954 -0,36 1,24 51,14 0,78 0,63 0,12 17,26 -35,23 -793989,23
375 15 -793945 -0,40 1,27 51,74 0,79 0,62 0,12 17,18 -35,07 -793980,07
400 16 -793935 -0,52 1,38 54,11 0,81 0,59 0,11 16,78 -34,25 -793969,25
425 17 -793922 -0,36 1,24 51,14 0,78 0,63 0,12 17,26 -35,23 -793957,23

27
450 18 -793913 -0,08 1,13 48,40 0,75 0,66 0,12 17,55 -35,81 -793948,81
475 19 -793911 -31756,44 0,90 42,10 0,67 0,74 0,12 17,58 -35,88 -793946,88

28

Anda mungkin juga menyukai