PROSES PANTAI
Disusun Oleh:
Kelompok 2
Kelas I01
Disusun Oleh:
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas limpahan
berkah dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktikum Proses
Pantai tentang Perubahan Garis Pantai di Pantai Camplong, Madura dengan
baik.
Laporan Praktikum ini merupakan salah satu syarat untuk memenuhi
tugas matakuliah Proses Pantai. Akhir kata semoga laporan Praktikum ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
DAFTAR GAMBAR
iii
DAFTAR TABEL
iv
DAFTAR LAMPIRAN
v
1. PENDAHULUAN
1
pelindung pantai terdiri atas groin, revetment, breakwater lepas pantai.
Bangunan breakwater lepas pantai terbagi menjadi 2 yaitu overtopping
breakwater dan non overtopping breakwater. Selain itu salah satu upaya
pengaman pantai juga dapat dilakukan tanpa bangunan pelindung pantai ,
misalnya yaitu dengan sand norisment (Asnawi,2012).
Pantai Camplong memiliki garis pantai yang sangat dekat dengan jalan
raya dengan banyaknya aktivitas manusia dilakukan di wilayah ini seperti
perdagangan, penambangan, dan pencarian ikan. Pantai Camplong juga
merupakan tempat rekreasi sehingga keberadaannya perlu dijaga. Pelindung
pantai yang saat ini telah ada di pantai ini kurang mampu menahan erosi
sehingga di beberapa lokasi jalan raya Camplong mengalami kerusakan akibat
erosi pantai. Oleh karena itu, diperlukan kajian untuk mengetahui perubahan-
perubahan garis pantai disepanjang wilayah pesisir Pantai Camplong dengan
berubahnya waktu, sehingga dapat dijadikan acuan untuk menentukan bangunan
pantai yang sesuai untuk Pantai Camplong.
1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum Proses adalah:
1. Mahasiswa mengetahui dinamika pantai yang terdapat di Pantai
Camplong, Sampang.
2. Mahasiswa mengetahui perubahan garis pantai yang terjadi di Pantai
Camplong, Sampang.
3. Mahasiswa mengetahui prediksi perubahan garis pantai yang terjadi di
Pantai Camplong, Sampang.
4. Mahasiswa memberikan rekomendasi bangunan pantai di Pantai
Camplong, Sampang.
1.3 Waktu dan Tempat
Praktikum Proses Pantai dilaksanakan pada hari Rabu, tanggal 18
November 2015 pukul 11.00-13.00 WIB di Pantai Camplong yang terletak di
Selatan Pulau Madura tepatnya di Desa Dharma, Kecamatan Camplong,
Kabupaten Sampang, Madura, Jawa Timur.
2
2. TINJAUAN PUSTAKA
3
2.2 Geomorfologi Pantai
Proses geomorfologi merupakan proses alami yang berlangsung di
permukaan bumi sehingga terjadi perubahan bentuk lahan di permukaan bumi.
Perubahan bentuk lahan tersebut, menghasilkan bentukan pada permukaan
bumi yang berbeda satu dengan yang lainnya, dengan demikian akan
mempunyai susunan dan juga karakteristik fisik dan visual yang berbeda pula.
Perbedaan tersebut dapat diidentifikasi secara jelas melalui karakteristik
relief/morfologi, struktur/litologi, dan proses - proses, geomorfologi (Eka et al.,
2013).
Menurut Sakka dan Anggi (2010), berdasarkan morfologinya daerah pantai
dapat di kelompokkan ke dalam 4 macam, yaitu:
a. Pantai Bertebing Terjal (Cliff)
Pada daerah bertebing terjal, pantai biasanya berbatu (rocky beach)
berkelok-kelok dengan banyak terdapat gerak massa batuan (mass
movement rockfall type). Proses ini mnyebabkan tebing bergerak mundur
(slope retreat) khususnya pada pantai yang proses abrasinya aktif. Di
Indonesia pantai bertebing terjal ini banyak terdapat di bagian Barat Pulau
Sumatera, pantai Selatan Pulau Jawa, Sulawesi, dan pantai Selatan pulau-
pulau Nusa Tenggara.
b. Pantai Berterumbu Karang
Terumbu karang (coral reef) terbentuk oleh aktivitas binatang karang
dan jasad renik lainnya. Proses ini terjadi pada areal-areal yang cukup luas.
Pada pulau-pulau karang yang terangkat umumnya banyak terdapat endapan
puing-puing dan pasir koral di lepas pantainya. Ukuran butiran puing dan
pasir lebih kasar ke arah datanganya ombak/gelombang jika gelombang
tanpa penghalang.
c. Pantai Bergisik
Pantai bergisik pada dasarnya merupakan daerah pasang surut yang
terdapat endapan material hasil abrasi. Material ini dapat berupa material
halus dan juga bisa berupa material yang kasar. Pantai ini ditandai dengan
adanya gisik pada pantai cliff dengan material kasar sebagai hasil dari abrasi
tebing. Namun pantai bergisik tidak saja terdapat pada pantai cliff, tetapi juga
bisa terdapat pada daerah pantai yang landai. Pada pantai yang landai
material gisik ini kebanyakan berupa pasir, dan sebagaian kecil berupa
meterial dengan butiran kerikil sampai yang lebih besar.
4
d. Pantai Berawa Payau
Rawa payau juga mencirikan daerah pantai yang tumbuh atau akresi.
Proses sedimentasi merupakan penyebab bertambah majunya pantai ke arah
laut. Material penyusun pantai ini umumnya berbutir halus dan medan ini
berkembang pada lokasi yang gelombangnya kecil atau terhalang serta
dengan kondisi air laut yang relatif dangkal. Rawa payau ini pada umumnya
ditumbuhi oleh tumbuhan rawa payau seperti bakau, nipah, dan tumbuh-
tumbuhan rawa lainnya yang hidup di air payau. Tumbuhan bakau ini dapat
berfungsi sebagai pemecah gelombang dan sebagai penghalang pengikisan
di pantai, sebaliknya sedimentasi bisa terjadi. Oleh karena itu pantai
mengalami akresi.
2.3 Hidrooseanografi
A. Gelombang Laut
Gelombang merupakan pergerakan naik dan turunnya air dengan arah
tegak lurus permukaan air laut yang membentuk kurva sinusoidal.
Gelombang laut disebabkan oleh angin. Angin di atas lautan mentransfer
energinya ke perairan, menyebabkan riak-riak, alun/bukit, dan berubah
menjadi apa yang kita sebut sebagai gelombang. Gelombang biasa disebut
ombak atau alun. Gelombng ini terjadi karena adanya perbedaan dari massa
air dan massa udara yang melakukan kontak satu dengan yang lainnya
dengan kepadatan yang berbeda. Setiap gelombang mempunyai tiga unsur
yang penting yaitu panjang, tinggi dan periode. Panjang gelombang adalah
jarak mendatar antara dua puncak atau antara dua lembah yang berurutan.
Tinggi gelombang adalah jarak menengah antar puncak dan lembah.
Sedangkan periode gelombang adalah waktu yang diperlukan oleh dua
puncak atau dua lembah yang berurutan untuk melalui suatu titik (Aziz,
2006).
Gelombang laut memiliki bentuk dan dimensi. Bentuk gelombang
secara ideal adalah bentuk sinus. Gelombang berbentuk sinus memiliki
puncak dan lembah gelombang, karena itu suatu gelombang memiliki
dimensi tinggi. Tinggi gelombang (H) ialah jarak vertikal antara puncak dan
lembah. Oleh karena gelombang berbentuk sinus, maka suatu gelombang
memiliki dimensi panjang. Panjang gelombang (L) ialah jarak horizontal yang
diukur dari titik puncak suatu gelombang hingga titik puncak pada gelombang
berikutnya yang berurutan. Dimensi gelombang berikutnya adalah periode
5
gelombang (T) yaitu waktu yang dibutuhkan untuk satu panjang gelombang
melintasi satu titik. Dimensi gelombang yang terakhir adalah kecepatan
gelombang (C) yaitu merupakan perbandingan panjang gelombang dengan
periode gelombang (Bird, 2006 dalam Budi, 2011).
Summerfield (1991) menyatakan bahwa ada hubungan antara
kecepatan angin dengan tinggi gelombang, yang secara empiris telah
ditentukan berdasarkan bukti-bukti observasi sebagai berikut ini.
Tinggi Gelombang H = 0,031 U2 ( dalam meter), dimana U adalah
kecepatan angin yang terjadi di laut.
Gelombang penting untuk dipelajari, karena gelombang memiliki energi,
maka gelombang mampu menentukan bentuk pantai, tipe pantai,
memilahkan sedimen di permukaan pantai, serta mampu mengangkut
sedimen.
B. Arus Laut
Arus laut adalah gerakan massa air dari suatu tempat (posisi) ke
tempat yang lain. Arus laut terjadi dimana saja di laut. Pada hakekatnya,
energi yang menggerakkan massa air laut tersebut berasal dari matahari.
Adanya perbedaan pemanasan matahari terhadap permukaan bumi
menimbulkan pula perbedaan energi yang diterima permukaan bumi.
Perbedaan ini menimbulkan fenomena arus laut dan angin yang menjadi
mekanisme untuk menyeimbangkan energi di seluruh muka bumi. Kedua
fenomena ini juga saling berkaitan erat satu dengan yang lain. Angin
merupakan salah satu gaya utama yang menyebabkan timbulnya arus laut
selain gaya yang timbul akibat dari tidak samanya pemanasan dan
pendinginan air laut (Aziz, 2006).
Menurut Hutabarat dan Evans (1985), faktor-faktor yang
memperngaruhi arus adalah sebagai berikut:
a. Bentuk topografi dasar lautan dan pulau-pulau yang ada di sekitarnya.
Beberapa system lautan utama dunia dibatasi oleh massa daratan dari
tiga sisi dan pula oleh arus equatorial di sisi yang keempat. Batas-batas
ini menghasilkan system aliran yang hamper tertutup dan cenderung
membuat aliran air mengarah dalam suatu bentuk bulatan. Dari sini
terbentuklah gyre.
b. Gaya Coriolis dan Arus Ekman
6
Gaya coriolis mempengaruhi massa air, dimana gaya ini akan membelokkan
arah mereka dari arah yang lurus. Gaya coriolis juga menyebabkan
timbulnya perubahan-perubahan arah arus yang kompleks susunannya yang
terjadi seduai dengan makin dalamnya kedalaman suatu perairan. Pada saat
kecepatan arus berkurang, maka tingkat perubahan arah arus yang
disebabkan oleh gaya coriolis akan meningkat. Hasilnya adalah bahwa
hanya terjadi sedikit pembelokan dari arah arus yang relative cepat di
lapisan permukaan dan arah pembelokan menjadi semakin besar pada
aliran arus yang kecepatannya lambat di kedalaman yang besar. Akibatnya
akan timbul suatu aliran arus dimana makin dalam suatu perairan maka arus
yang terjadi pada lapisan-lapisan perairan akan makin dibelokkan arahnya.
Hubungan ini disebut spiral Ekman.
Arus laut merupakan tenaga marin yang berpengaruh terhadap
daerah pesisir. Menurut Duxbury et al. (2002) arus laut yang berpengaruh
terhadap perkembangan pantai adalah arus pasang surut (tidal current), arus
menuju pantai (onshore current), arus susur pantai (longshore current), dan
arus balik (rip current).
Arus pasut berlangsung ketika air laut bergerak ke arah daerah
pesisir pada saat pasang dan berbalik mengalir ke arah laut pada saat surut.
Ketika terjadi arus pasang dan kemudian berubah menjadi arus surut, terjadi
suatu periode air tenang dimana kecepatan arus pasang sangat lambat,
berhenti, dan kemudian berbalik arah. Arus menuju pantai (onshore current)
terjadi pada saat gelombang yang bergerak ke arah pantai menghasilkan
arus pada zona empasan (surf zone). Arus menuju pantai ini membawa
sedimen dari laut menuju ke pantai dan mengendapkannya di pantai
(Duxbury et al., 2002). Arus susur pantai (longshore current) ialah arus laut
yang terdapat di zona empasan, yang umumnya bergerak sejajar garis
pantai, yang ditimbulkan gelombang pecah yang membentuk sudut terhadap
garis pantai. Arus yang menyusuri dan sejajar. Pantai ini umumnya
merupakan hasil gelombang yang datang pada perairan pantai yang dangkal
pada sudut yang kurang dari normal terhadap garis pantai dan kontur bawah
laut. Arus susur pantai merupakan pengisi bagi arus balik. Arus balik
berperan dalam menyebarkan sedimen dari pantai ke lepas pantai.
7
C. Pasang Surut (Tidal)
Pasang surut air laut merupakan fluktuasi ritmik muka air laut yang
diakibatkan oleh pengaruh gaya tarik benda-benda angkasa, terutama bulan
dan matahari, terhadap massa air laut di bumi. Pengaruh gaya tarik bulan
terhadap muka air laut di bumi lebih besar 2,34 kali daripada pengaruh gaya
tarik matahari (Duxbury et al., 2002).
Pada saat berlangsung air pasang disebut air naik (flood tide) dan
kedudukan muka laut mencapai puncaknya disebut air tinggi (high water).
Pada saat berlangsung air surut disebut air turun (ebb tide) dan kedudukan
muka laut mencapai titik rendahnya disebut air rendah (low water). Beda
tinggi antara air tinggi dan air rendah disebut sebagai julat pasut (tidal range).
Pasang purnama atau pasang perbani (spring tide) terjadi ketika
kedudukan bulan segaris dengan matahari, yakni pada saat Bulan Purnama
dan saat Bulan Mati. Pada saat pasang purnama ini terjadi julat pasur
terbesar, sehingga terjadi pula kedudukan muka laut tinggi tertinggi (highest
high water) dan kedudukan muka laut tendah terendah (lowest low water).
Pasang mati (neap tide) terjadi ketika seperempat bulan awal dan
seperempat bulan akhir. Pada saat berlangsung pasang mati terjadi julat
pasut terkecil (Hutabarat dan Evans, 1985). Berdasarkan besarnya julat
pasut, maka pasang surut di suatu pantai dapat diklasifikasikan menjadi:
a. mikropasut, dengan julat pasut < 2 meter,
b. mesopasut, dengan julat pasut 2-4 meter,
c. makropasut, dengan julat pasut > 4 meter.
Menurut Musrifin (2011), jenis pasut di suatu tempat dengan tempat
lain tidak sama, hal ini dipengaruhi oleh konfigurasi pulau, variasi topografi
dasar laut dan bentuk pantai. Untuk mengetahui jenis pasut di suatu tempat
dapat ditentukan dengan menggunakan rumus Formzahl, yaitu:
Dimana :
F = adalah bilangan formzahl
K1 = konstanta oleh deklinasi bulan dan matahari
O1 = konstanta oleh deklinasi bulan
M2 = konstanta oleh bulan
S2 = konstanta oleh matahari
8
Klasifikasi sifat pasang surut di lokasi tersebut adalah:
F<0,25 = semi diurnal
0,25<F<1,5 = campuran condong semi diurnal
1,5<F<3,0 = campuran condong diurnal
F>3,0 = diurnal
9
merupakan bangunan yang dirancang secara khusus untuk melindungi pantai
atau memecah gelombang melindungi pantai dari adanya abrasi. Bangunan
pelindung pantai terdiri atas groin, revetment, breakwater lepas pantai.
Bangunan breakwater lepas pantai terbagi menjadi 2 yaitu overtopping
breakwater dan non overtopping breakwater. Selain itu salah satu upaya
pengaman pantai juga dapat dilakukan tanpa bangunan pelindung pantai ,
misalnya yaitu dengan sand norisment (Asnawi, 2012).
Bangunan pelindung pantai meliputi groin, revetment, breakwater lepas
pantai, dan sebagainya. Groin merupakan bangunan pelindung pantai yang
biasanya dibuat tegak lurus garis pntai. Groin ini berfungsi untuk menahan
masuknya transpor sedimen sepanjang pantai ke pelabuhan atau muara sungai.
Dinding pantai atau revetment adalah bangunan yang memisahkan antara
daratan dan perairan pantai. Revetment mempunyai fungsi untuk pelindung
pantai terhadap erosi. Breakwater adalah bangunan yang dibuat sejajar pantai
dan berada pada jarak tertentu dari garis pantai. Bangunan ini merupakan
bangunan pemecah gelombang (Hariyoni, 2013).
10
3. METODOLOGI
11
3.2 Skema Kerja
3.2.1 Verifikasi Data Lapangan
Hasil
12
3.2.2 Pengolahan Data
Mengurutkan Pias
Berdasarkan tiap jarak spasi
Memasukkan nilai Y
Mencari nilai αb
Memprediksi perubahan
garis pantai selama 5, 10
dan 25 tahun kedepan
Hasil
13
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
14
laut, maka dapat ditentukan waktu terbaik untuk membangun bangunan
pelindung pantai. Dimana membangun bangunan pelindung pantai biasanya
dilakukan saat perairan surut.
100
50
-50
-100
-150
29/11/2015 0:00
30/11/2015 0:00
01/12/2015 0:00
02/12/2015 0:00
03/12/2015 0:00
04/12/2015 0:00
05/12/2015 0:00
06/12/2015 0:00
07/12/2015 0:00
08/12/2015 0:00
09/12/2015 0:00
10/12/2015 0:00
11/12/2015 0:00
12/12/2015 0:00
13/12/2015 0:00
14/12/2015 0:00
15/12/2015 0:00
16/12/2015 0:00
17/12/2015 0:00
18/12/2015 0:00
19/12/2015 0:00
20/12/2015 0:00
21/12/2015 0:00
22/12/2015 0:00
23/12/2015 0:00
24/12/2015 0:00
25/12/2015 0:00
26/12/2015 0:00
27/12/2015 0:00
28/12/2015 0:00
29/12/2015 0:00
30/12/2015 0:00
31/12/2015 0:00
01/01/2016 0:00
02/01/2016 0:00
03/01/2016 0:00
Gambar 2. Prediksi Pasang Surut di Pantai Camplong
b. Arus
Arus di perairan Pantai Camplong cederung menuju ke arah timur laut
dengan kecepatan arus yang cukup tinggi yakni berkisar antara 0.3 hingga
0.6 m/s. Dari hasil pengolahan data arus dengan mengunduh data OSCAR di
website http://podaac.org didapatkan pola persebaran arus dikawasan Pantai
Camplong.
15
4.1.3 Digitasi Peta Perubahan Garis Pantai
Berikut ini merupakan hasil digitasi peta dari google earth dimana
merupakan perubahan garis pantai yang terjadi di Pantai Camplong dari tahun
2011 hingga tahun 2015 dari sini diketahu bahwa garis merah merupakan
garis pantai dari Pantai Camplong pada tahun 2011, warna biru merupakan
garis pantai dari Pantai Camplong pada tahun 2013, sedangkan garis kuning
menunjukkan garis pantai dari Pantai Camplong pada tahun 2015. Dari
gambar digitasi peta Pantai Camplong berikut, diketahui secara visual bahwa
Pantai Camplong mengalami perubahan garis pantai yang cukup tinggi dari
tahun ke tahun, yakni dengan semakin maju (menuju laut) garis pantainya.
Hal ini bisa terjadi karena pengaruh erosi pantai yang mengikis sedimen dan
arus membawanya menuju Pantai Camplong.
16
X (m)
0 25 50 75 100125150175200225250275300325350375400425450475500
-793880
-793890 Garis pantai awal
-793900
-793910 Garis pantai setelah 5 thn
Y awal (m)
-793920
-793930
-793940
-793950
-793960
-793970
X (m)
0 25 50 75 100125150175200225250275300325350375400425450475500525
-793880
-793890 Garis pantai awal
Garis pantai setelah 10…
-793900
-793910
-793920
Yawal (m)
-793930
-793940
-793950
-793960
-793970
-793980
X (m)
0 25 50 75 100125150175200225250275300325350375400425450475500
-793880
Garis pantai awal
-793900
Garis pantai setelah 25 thn
-793920
Yawal (m)
-793940
-793960
-793980
-794000
17
4.2 Pembahasan
4.2.1 Analisis Perubahan Garis Pantai Google Earth
Dari gambaran peta hasil digitasi pada google earth menunjukkan terjadi
perubahan garis pantai di Pantai Camplong, Sampang. Pada tahun 2011 (garis
merah) diketahui jika garis pantai hampir tidak terlihat, tahun 2013 (garis biru)
garis pantai bertambah dengan perubahan yang cukup signifikan. Sedangkan
pada tahun 2015 (garis kuning) diketahui juga menunjukkan garis pantai yang
semakin maju kedepan. Perubahan yang cukup signifikan terjadi setiap
tahunnya. Garis pantai semakin maju sehingga menambah wilayah pesisir pantai
di Pantai Camplong. Dimana kasus seperti ini tidak terlalu baik bagi
kelangsungan hidup organisme dalam satu ekosistem.
18
gempuran gelombang yang tinggi. Erosi dan sedimentasi pantai merupakan
salah satu masalah serius perubahan garis pantai. Selain proses alami, seperti
angin, arus dan gelombang, aktivitas manusia menjadi penyebab terjadinya erosi
pantai seperti; pembukaan lahan baru dengan menebang hutan mangrove untuk
kepentingan permukiman, dan pembangunan infrastruktur. Rekomendasi
bangunan pelindung pantai dapat ditentukan melalui kondisi hidrooseanografi
perairan Pantai Camplong, seperti kondisi pasang surut dan arus.
Dari pola persebaran arus (gambar 3) maka dapat diberikan rekomendasi
bangunan pelindung pantai yang manakah yang cocok untuk Pantai Camplong.
Dimana bangunan pelindung pantai yang cocok untuk Perairan Pantai Camplong
adalah Groin. Groin merupakan struktur pengaman pantai yang dibangun
menjorok relatif tegak lurus terhadap arah pantai. Bahan konstruksinya umumnya
baja, beton (pipa beton), dan batu. Pemasangan groins menginterupsi aliran arus
pantai sehingga pasir terperangkap pada “upcurrent side”, sedangkan pada
“downcurrent side” terjadi erosi, karena pergerakan arus pantai yang berlanjut.
Penggunaan Groin dengan mneggunakan satu buah groin tidaklah efektif.
Biasanya perlindungan pantai dilakukan dengan membuat suatu seri bangunan
yang terdiri dari beberapa groin yang ditempatkan dengan jarak tertentu. Hal ini
dimaksudkan agar perubahan garis pantai tidak terlalu signifikan. Sistem kerja
groin cocok dengan pola arus yang tidak datang sejajar pada garis pantai, seperti
pola arus pada perairan Pantai Camplong.
19
4.3 Kendala
Berikut adalah kendala yang di alami pada saat dilapang yaitu :
1. Global Positioning System (GPS) bermasalah saat dilapang, jadi pada
saat pengukuran disebabkan karena akurasi posisi yang terekam oleh
receiver GPS dipengaruhi oleh berbagai factor. Faktor terbesar yang
(dulu) dianggap paling besar potensinya dalam mengurangi akurasi GPS
adalah Selective Availability. Faktor lingkungan seperti karakteristik obyek
dalam memantulkan sinyal turut meningkatkan kesalahan. Kesalahan
dapat diminimalkan dengan memahami secara benar teknik setup GPS
danteknik perekaman data di lapangan.
2. Kesulitan penentuan titik lokasi disebabkan karena pantai terlalu panjang
jadi sangat kurang efektif dikarenakan sulit mencari lokasi mana yang
sesuai kita ambil buat pengambilan titik sample.
20
5. PENUTUP
5.2 Saran
1. kurang keakuratan perlatan yang digunakan utuk pengambilan data
seperti GPS yang disebabkan oleh berbagai faktor seperti faktor
lingkungan yang dapat memantulkan keakuratan.
2. Penentuan titik lokasi yang kurang strategis dikarenakan pantai camplong
yang panjang.
3. Perlunya koordinasi antara praktikan dan assisten pratikum yang lebih
baik pada mata kuliah proses pantai.
21
DAFTAR PUSTAKA
22
Eka, W.S, Sakka, Samsu A. 2013. Analisis Kerentanan Pantai Di kabupaten
Takalar. Universitas Hasanuddin: Makassar.
Imiliyana. A, Mukmammad.M, Hery.P. 2012. Estimasi Stok Karbon Pada
Tegakan Pohon Rizophora Stylosa Di Pantai Camplong, Sampan-
Madura. Institut Teknologi Sepuluh Nopember: Surabaya.
Rukmana, C.S, Haryo D.A, Wahyudi. 2013. Studi Potensi Obyek Wisata Pantai di
Kabupaten Sampang. Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS):
Surabaya.
Sakka dan Anggi, A.M. 2010. Modul Pelatihan Pembangunan Indeks Kerentanan
Pantai: Pengolahan Data Geomorfologi Pantai
23
LAMPIRAN
24
Lampiran 2. Hasil running di excel
25
475 19 -793911 -0,08 1,13 48,40 0,75 0,66 0,12 17,55 -7,16 -793918,16
26
450 18 -793913 -0,36 1,24 51,14 0,78 0,63 0,12 17,26 -14,09 -793927,09
475 19 -793911 -0,08 1,13 48,40 0,75 0,66 0,12 17,55 -14,32 -793925,32
27
450 18 -793913 -0,08 1,13 48,40 0,75 0,66 0,12 17,55 -35,81 -793948,81
475 19 -793911 -31756,44 0,90 42,10 0,67 0,74 0,12 17,58 -35,88 -793946,88
28