Anda di halaman 1dari 11

PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP PENGEMBANGAN EKOWISATA DI DESA HUTA

GINJANG, KECAMATAN SIANJUR MULA-MULA, KABUPATEN SAMOSIR,


PROVINSI SUMATERA UTARA
(PUBLIC PERCEPTION OF ECOTOURISM DEVELOPMENT IN HUTA GINJANG VILLAGE, SIANJUR
MULA-MULA SUB-DISTRICT, SAMOSIR REGENCY, NORTH SUMATRA PROVINCE)
Benmart E. Manalu1
Siti Latifah2 Pindi Patana2

1Mahasiswa Program Studi Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara


2Staf Pengajar P.S. Kehutanan USU, Jl. Tri Darma Ujung No 1 Kampus USU Medan, 20155

ABSTRACT

This research aimed to examine the potential of ecotourism and public perception of ecotourism
development in the village of Huta Ginjang, District Sianjur Early, Samosir Regency. To assess the potential
of ecotourism is done by observation. While the public perception through questionnaires and interviews. The
results showed that the village of Huta Ginjang has natural and cultural potency that can be developed as
ecotourism appeal. It is also supported by the public perception that states that peoples agree on the
development of ecotourism in the village of Huta Ginjang.

Keywords: ecotourism, public perceptions of ecotourism development, Huta Ginjang Village.

PENDAHULUAN batasan sebagai wisata yang dikelola dengan pendekatan


konservasi sehingga jenis pengembangan ekowisata
Latar Belakang merupakan salah satu model pengembangan yang paling
Keberadaan hutan sebagai bagian dari sebuah baik untuk dikembangkan sebagai salah satu upaya
ekosistem yang besar memiliki arti dan peran penting pemanfaatan lingkungan yang sekaligus berorientasi pada
dalam menyangga sistem kehidupan. Berbagai manfaat pelestarian lingkungan.
besar dapat diperoleh dari keberadaan hutan melalui Kecamatan Sianjur Mula-Mula adalah satu
fungsinya baik sebagai penyedia sumberdaya air bagi kecamatan dari 9 (sembilan) kecamatan yang ada di
manusia dan lingkungan, kemampuan penyerapan Kabupaten Samosir. Kecamatan ini merupakan salah satu
karbon, pemasok oksigen di udara, penyedia jasa wisata kecamatan yang menjadi tujuan wisata di Kabupaten
dan pengatur iklim global. Samosir, Provinsi Sumatera Utara. Kecamatan Sianjur
Potensi sumberdaya alam hayati dan ekosistem Mula-Mula memiliki daerah-daerah potensi wisata yang
tersebut, perlu dikembangkan dan dimanfaatkan untuk berbasis pemandangan alam, wisata spiritual, wisata
kepentingan dan kesejahteraan masyarakat tanpa pertanian, wisata budaya dan perairan Danau Toba.
melupakan upaya konservasi sehingga tetap tercapai Desa Huta Ginjang adalah salah satu desa yang
keseimbangan antara perlindungan, pengawetan dan terdapat di Kecamatan Sianjur Mula-Mula. Desa Huta
pemanfaatan yang lestari. Potensi jasa lingkungan hutan Ginjang memiliki potensi alam yang sangat baik, seperti
baik langsung ataupun tidak langsung dapat dimanfaatkan panorama pemandangan alam, sempadan danau yang
secara terukur dan tidak terukur oleh manusia antara lain unik, perkebunan milik masyarakat, serta kawasan hutan
untuk : wisata alam, pemanfaatan sumberdaya air, supply pegunungan yang masih alami. Namun pemanfaatan
oksigen, perlindungan sistem hidrologis dan carbon offset sumber daya alam yang ada di desa tersebut belum
(Widarti, 2003). terealisasi secara optimal dibandingkan dengan desa lain
Jasa lingkungan didefinisikan sebagai jasa yang yang ada di Kecamatan Sianjur Mula-Mula tersebut. Hal
diberikan oleh fungsi ekosistem alam maupun buatan ini tampak dari minimnya pengelolaan sarana dan
yang nilai dan manfaatnya dapat dirasakan secara prasarana di desa ini maupun menuju desa tersebut, serta
langsung maupun tidak langsung oleh para pemangku kurangnya pemberdayaan masyarakat setempat sebagai
kepentingan (stakeholder) dalam rangka membantu dan pihak yang seharusnya berperan aktif. Penentuan lokasi
memelihara atau meningkatkan kualitas lingkungan dan ini ditentukan dengan pertimbangan sebagai berikut:
kehidupan masyarakat dalam mewujudkan pengelolaan (1) adanya pencanangan Desa Huta Ginjang sebagai
ekosistem secara berkelanjutan. Desa Ekowisata; (2) terdapat potensi-potensi yang bisa
Pemanfaatan jasa lingkungan untuk kepentingan dijadikan obyek dan daya tarik wisata; (3) Desa Huta
wisata alam, perlu memperhatikan prinsip-prinsip Ginjang memiliki kawasan hutan lindung.
pengembangan pariwisata alam yakni konservasi, Berdasarkan kondisi ini maka peneliti mencoba
edukasi, ekonomi, rekreasi dan peran / partisipasi mempelajari apakah ekowisata cocok dikembangkan
masyarakat. Menurut Fandeli, (2000) ekowisata diberi sebagai alternatif dalam pengembangan wisata alam di

54
Desa Huta Ginjang yang memiliki potensi berbasis Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel
pertanian, wisata alam Danau Toba, hutan serta Menurut Nawawi (2001) yang dimaksud dengan
perkebunan, sebagai langkah dalam upaya pengelolaan teknik pengambil sampel adalah cara untuk menentukan
sumber daya alam yang lebih optimal. sampel yang jumlahnya sesuai dengan ukuran sampel
yang akan dijadikan sumber data sebenarnya, dengan
Permasalahan memperhatikan sifat-sifat dan penyebaran populasi agar
1. Belum diketahuinya tentang bentuk pengembangan diperoleh sampel yang representatif atau benar-benar
wisata alam yang sesuai di Desa Huta Ginjang. mewakili populasi. Dalam penelitian ini pengambilan
2. Potensi sumberdaya wisata belum dapat sampel dilakukan dengan cara penarikan contoh secara
dimanfaatkan secara optimal baik pada pengemasan bertujuan (purposive sampling) :
obyek dan daya tarik wisata menjadi paket wisata a. Sampel kuota atau quota sampling
masih sangat terbatas. Sampel kuota merupakan bagian spesifik dari
pengambilan sampel secara bertujuan (purposive
Tujuan sampling). Singarimbun- Affandi (2002) menyatakan
1. Mengkaji potensi wisata di Desa Huta Ginjang, besarnya sampel tidak boleh kurang/minimum 5%.
Kecamatan Sianjur Mula-Mula dalam rangka Dalam penelitian ini untuk sampel masyarakat diambil
pengembangan ekowisata. berdasarkan mata pencaharian, yaitu sebanyak 60
2. Mengkaji persepsi masyarakat Desa Huta Ginjang orang responden rancangan. seperti yang terlihat
terhadap pengembangan ekowisata. dalam Tabel 2.
Tabel 2. Rancangan Sampel Berdasarkan Mata
Manfaat Pencaharian Masyarakat Desa Huta
1. Penelitian ini diharapkan dapat menumbuh- Ginjang.
kembangkan partisipasi aktif masyarakat dalam Mata Jumlah
pengembangan ekowisata di Desa Huta Ginjang. No
Pencaharian KK 0rang
2. Hasil kajian diharapkan dapat digunakan sebagai
1 Petani 116 49
referensi guna penelitian lebih lanjut tentang
ekowisata di Desa Huta Ginjang berikut potensi 2 Pedagang 5 2
pengembangannya dimasa yang akan datang. 3 Jasa 1 1
4 Tukang 3 1
Pegawai
5 9 3
METODE PENELITIAN Negeri Sipil
6 Nelayan 10 4
Waktu dan Tempat Jumlah 144 60
Penelitian ini dilakukan di Desa Huta Ginjang, Sumber : Laporan kepala Desa Huta Ginjang dalam
Kecamatan Sianjur Mula-Mula, Kabupaten Samosir yang rangka penilaian desa tingkat Kabupaten
dilakukan selama 3 (tiga) minggu, yaitu mulai 14 Mei 2012 Samosir ( Sagala, 2012)
sampai 6 Juni 2012.
b. Accidental sampling
Metode Penelitian Pengambilan sampel tidak ditetapkan lebih
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan tipe dahulu, tetapi peneliti langsung mengumpulkan data
penelitian deskriptif. Menurut Nawawi (2001), penelitian dari unit sampling yang ditemuinya (Nawawi. 2001).
deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan Jenis sampel ini sangat baik jika dimanfaatkan untuk
masalah yang diselidiki dengan menggambarkan/ penelitian penjajagan, yang kemudian diikuti oleh
melukiskan keadaan/ obyek pada saat sekarang penelitian lanjutan yang sampelnya diambil secara
berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana acak (random).
adanya. Sedangkan menurut Arikunto (1990) penelitian
tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesis tertentu, tetapi Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data
hanya menggambarkan “apa adanya” tentang variabel, a. Data Primer
gejala, atau keadaan serta tidak memerlukan administrasi Data primer merupakan data yang langsung
atau pengontrolan terhadap sesuatu perlakuan. diperoleh di lapangan/ langsung dari sumbernya. Data
Analisis data yang dipergunakan dalam ini diperoleh dengan cara:
penelitian ini adalah analisis deskriptif kualitatif yaitu 1. Observasi (pengamatan)
penelitian yang bertujuan menggambarkan secara tepat Pengumpulan data melalui pengamatan langsung
sifat-sifat suatu objek, keadaan, gejala atau kelompok ke objek penelitian untuk memperoleh gambaran
tertentu untuk menentukan suatu frekuensi adanya yang jelas tentang objek yang sedang diteliti.
hubungan atau pengaruh antara suatu gejala dengan Peneliti dalam melakukan observasi berperan
gejala lain dalam masyarakat. Tujuannya adalah untuk sebagai marjinal partisipan yaitu ikut hidup dalam
membuat gambaran sistematis (Nazir, 1998). kelompok, identitas peneliti diketahui kelompok
yang telah diteliti dan menyusup ke dalam situasi
kehidupan masyarakat (Hadi, 1997)

55
2. Kuesioner Karena adanya perbedaan jumlah skala yang
Dalam penelitian ini juga dilakukan dengan dipergunakan, maka terlebih dahulu skala tersebut
menggunakan kuesioner yang telah dirancang disamakan dengan mempergunakan analisis sikap skala
secara sistematis. Penggunaan kuesioner ini likert. Untuk analisis sikap skala Likert ini berdasarkan
adalah bertujuan untuk mengetahui persepsi pada klasifikasi data yaitu dengan skala sikap, skor, dan
masyarakat (pada umumnya dari kalangan petani) kategori. Menurut Kusmayadi dan Endar Sugiarto (2000)
di Desa Huta Ginjang. skala Likert ini merupakan alat untuk mengukur sikap dari
Data primer yang dikumpulkan dalam penelitian ini keadaan yang sangat positif ke jenjang yang sangat
meliputi: negatif, untuk menunjukkan sejauh mana tingkat
1. Potensi alam dan potensi sosial budaya. persetujuan atau ketidaksetujuan terhadap pernyataan
2. Persepsi masyarakat terhadap pengembangan yang diajukan oleh peneliti.
pariwisata di Desa Huta Ginjang yang terdiri dari: Skala Likert ini disebut juga sebagai Summated
rencana pengembangan pariwisata, pelestarian Ratings Method. Dengan menggunakan Summated
lahan pertanian, keberadaan tradisi adat-istiadat Ratings Method akan ditemukan skor pada pengukuran
dan budaya, bagaimana keterlibatan masyarakat, skala Likert yaitu pemberian skor tertinggi dan terendah
home stay, peran serta masyarakat, dampak dari masing-masing jawaban pertanyaan yang diajukan
positif bagi masyarakat, pendidikan dan pelatihan kepada responden.
bagi masyarakat, keterlibatan pihak swasta dalam Dalam penelitian ini akan ditentukan skor tertinggi
pengelolaan, pemungutan retribusi oleh jawaban pertanyaan yang diajukan kepada masyarakat
masyarakat. adalah sebesar 5, sedangkan untuk skor jawaban
B. Data sekunder terendahnya adalah 1. Sedangkan jawaban diantara
Dalam penelitian ini, data sekunder diperoleh kedua skala tersebut disesuaikan dengan jumlah jawaban
dari studi kepustakaan berupa literatur, hasil penelitian yang ada. Untuk skala pertanyaan 5, jawaban yang
terdahulu serta berasal dari sumber tertulis atau sangat setuju diberi nilai 5, setuju diberi nilai 4, ragu-ragu
dokumen yang memiliki relevansi dengan penelitian diberi nilai 3, tidak setuju diberi nilai 2 dan sangat tidak
ini. Data sekunder dihimpun dari Dinas Kehutanan setuju diberi nilai 1.
Kabupaten Samosir, Dinas Pariwisata Kabupaten Untuk mendapatkan pemeringkatan persepsi
Samosir, serta Pemerintah Desa Huta Ginjang, LSM masyarakat, diajukan 10 pertanyaan dengan total nilai
pemprakarsa terkait dengan penelitian ini. maksimum 5 dan dan minimum 1. Selanjutnya nilai setiap
Data sekunder yang dikumpulkan dalam penelitian ini responden dijumlahkan dan dibuat pemeringkatan dengan
meliputi: skala penilaian sebagai berikut:
1. Kondisi umum lokasi penelitian  Untuk persepsi masyarakat
2. Kondisi sosial budaya masyarakat. Skor  tertinggi    Skor  terendah
Selisih  per  kategori 
Jumlah  kategori
Teknik Pengelolaan Data 5 1
Dalam penelitian ini khusus untuk data tentang Selisih  per  kategori 
5
persepsi masyarakat terhadap pengembangan pariwisata Selisih  per  kategori  0,8
di Desa Huta Ginjang yang diperoleh dari lapangan,
Berdasarkan rumus diatas, dapat dilihat tingkat
selanjutnya diolah melalui :
nilainya masing-masing seperti pada Tabel 3.
(1) Editing, yaitu meneliti serta memilah kembali
Tabel 3. Skala Sikap Masyarakat
kelengkapan dan kebenaran data yang dibutuhkan.
(2) Tabulasi, yaitu pengelompokan data untuk Skala Sikap Masyarakat
memperoleh proses analisis, serta No
(3) Setelah ditabulasi, kemudian diolah dengan Sikap Skor Kategori
menggunakan Microsoft Office Excel 2007 untuk Sangat
1 5 > 4,2 - 5,0
mencari perhitungan frekuensi. setuju
Teknik Analisis Data 2 Setuju 4 > 3,4 - 4,2
Dalam penelitian ini teknik analisis data dengan 3 Ragu-ragu 3 > 2,6 - 3,4
menggunakan teknik induktif, yaitu dari fakta dan peristiwa
yang diketahui secara kongkrit, kemudian 4 Tidak setuju 2 > 1,8 - 2,6
digeneralisasikan ke dalam suatu kesimpulan yang Sangat tidak
5 1 1,0 - 1,8
bersifat umum yang didasarkan atas fakta-fakta yang setuju
empiris tentang lokasi penelitian. Analisis data dilakukan Sumber : Hasil modifikasi Skala Likert (Yudiantari, 2002)
dengan metode kuantitatif yaitu analisa data dengan
menggunakan metode kuantitatif, tujuannya untuk
mengetahui deskripsi dari persepsi masyarakat terhadap
pengembangan ekowisata di Desa Huta Ginjang melalui
tabel frekuensi. Penggunaan tabel frekuensi ini dilakukan
untuk dapat memberikan penilaian terhadap jawaban
responden.

56
HASIL DAN PEMBAHASAN

Potensi Kepariwisataan Desa Huta Ginjang

1.Potensi Alam
Jenis-jenis potensi alam yang ada di Desa Huta
Ginjang terdiri dari: sempadan danau, panorama
pemandangan alam, kebun masyarakat, serta, kawasan
hutan pengunungan. Secara lebih rinci masing-masing
potensi alam ini dapat diuraikan sebagai berikut:
A. Sempadan Danau (Pinggiran Danau)
Desa Huta Ginjang memiliki batas wilayah yang Gambar 4. Panorama alam Desa Huta Ginjang ke
tepat berada di pinggiran Danau Toba. Batas wilayah arah Gunung Pusuk Buhit
ini berada di Dusun III Pandulangan, Desa Huta
Ginjang, Kecamatan Sianjur Mula-Mula. Sempadan
danau ini sangat cocok dijadikan menjadi daerah
tujuan wisata karena pinggiran danau ini masih sangat
terjaga keasliannya oleh masyarakat yang bermukim
disekitar danau ini.

Gambar 5. Panorama alam dari Desa Huta Ginjang ke


arah desa sekitarnya
Untuk mendukung daya tarik tersebut maka
pembangunan menara pandang merupakan salah
satu upaya yang harus diperhatikan. Pembuatan
menara pandang tersebut dapat direalisasikan di
Gambar 2. Sempadan Danau di Pandulangan, Desa beberapa titik guna menunjang kepuasan pengunjung
Huta Ginjang dalam menikmati pemandangan alam yang ada.
Pinggiran danau Dusun Pandulangan yang
sering disebut oleh masyarakat sekitar sebagai Pantai C. Perkebunan
Pandulangan memiliki panjang ± 2 km yang Jenis kebun yang ada di Desa Huta Ginjang
direncanakan untuk pengembangan wisata air (perahu meliputi kebun kopi, dan kakao, bisa ditemui di
kayu dan sepeda air) serta sebagai retirement village kanan dan kiri jalan menuju perkampungan, hal ini
(wisata bagi kalangan usia nonproduktif). dapat menjadi atraksi tersendiri bagi para wisatawan
yang berkunjung. Dengan melintasi jalan yang tepat
B. Panorama Pemandangan Alam berada disisi jalan maka wisatawan yang
Keberadaan Desa Huta Ginjang memiliki posisi berkunjung dapat menikmati suasana kebun dengan
yang sangat strategis. Hal ini dikarenakan desa ini duduk di pondok-pondok petani dengan suguhan
berada di punggung Gunung Pusuk Buhit, sehingga minuman kopi hasil perkebunan milik masyarakat.
memberikan sudut pemandangan alam yang sangat Menurut Nadiasa (2010) bahwa areal perkebunan/
baik jika kita melihat dari desa ini mengarah ke daerah persawahan yang dikelola dan ditata penduduk
sekitarnya. Berikut ini adalah gambar beberapa spot sekitar dapat menjadi suatu atraksi wisata yang bisa
(titik) pengambilan panorama alam di Desa Huta dinikmati oleh wisatawan, dimana para petani
Ginjang: dengan aktivitas pertaniannya sesuai tata nilai
tradisi gotong royong akan menjadi subjek dan
obyek atraksi itu sendiri. Agar lebih atraktif maka
para wisatawan akan diberikan kesempatan untuk
ikut serta terlibat dalam aktivitas petani tersebut.
Dengan adanya kebun-kebun kopi, disamping
dihasilkan buah kopi juga dihasilkan kayu-kayu kopi
yang sudah tidak produktif lagi yang kemudian
dikumpulkan oleh petani untuk dijadikan kayu bakar
atau dijual. Hal ini dapat kita jumpai dipinggir jalan
menuju perkampungan Desa Huta Ginjang. Pada sisi
bagian dalam kebun kopi, dan kakao milik masyarakat
Gambar 3. Panorama alam dari Gunung Pusuk Buhit

57
alat musik tertua dan asli dari masyarakat Batak Toba.
Dalam hal pemanggilan roh, beberapa persyaratan harus
dipenuhi yang diminta oleh Datu (dukun) sebelum upacara
dimulai, seperti menyediakan sesajen, membatasi orang
yang hadir dan lain sebagainya. Setelah seluruh
persyaratan dipenuhi, Uning-uningan pun dimainkan.
Kemudian dukun menari mengikuti irama musik dan
biasanya kemasukan roh orang yang sudah meninggal
yang sengaja diundang. Atraksi kesenian tradional ini
merupakan ritual masyarakat yang dapat dijual sebagai
daya tarik budaya dari Desa Huta Ginjang. Hal tersebut
sesuai dengan pendapat Asso (2007) yang menyatakan
Gambar 6. Perkebunan campuran milik masyarakat bahwa keunggulan daya tarik di daerah tujuan wisata
Desa Huta Ginjang sesungguhnya terletak pada nilai-nilai dan unsur-unsur
kebudayaan yang dianut oleh masyarakat setempat.
tersebut, kita akan menemukan adanya daerah Selain Uning-uningan, Desa Huta Ginjang juga
tegalan dengan jenis tanaman yang bervariasi seperti memiliki kesenian seperti tari tor-tor naposo untuk
adanya pohon kemiri, pisang, alpukat, serta terong kalangan muda, Joting dan Tumbas (tarian dan nyanyian
belanda. pada saat bulan purnama, usai panen raya yang
dilakukan pada sebuah lapangan atau dapat pula
D. Kawasan Hutan Pegunungan dilakukan di atas solu (perahu) di daerah pesisir Danau
Desa Huta Ginjang berbatasan dengan Gunung Toba).
Pusuk Buhit, dimana gunung ini merupakan gunung Disamping potensi kesenian, Desa Huta Ginjang
tertinggi di Pulau Samosir. Kawasan puncak Gunung juga mempunyai potensi sosial budaya, yaitu adanya
Pusuk Buhit ini memiliki kawasan hutan lindung seluas rumah adat batak yang masih dijadikan masyarakat
± 50 Ha. Sesuai dengan penetapan batas wilayahnya, sebagai tempat tinggal. Berdasarkan tata letak dan arah,
Desa Huta Ginjang mencakup 10 Ha kawasan lindung bangunan-bangunan tersebut terletak sesuai dengan
Gunung Pusuk Buhit tersebut. konsepsi tata ruang masyarakat setempat, seperti
Dalam aspek wisata alam, hutan yang ada di bangunan sebagai tempat tinggal diletakkan pada tempat
Gunung Pusuk Buhit dapat dimanfaatkan untuk yang mengarah menghadap gunung atau kearah Selatan
kegiatan tracking dan hiking. Tracking ini merupakan (dalam hal ini Gunung Pusuk Buhit), hal ini mencerminkan
kegiatan menjelahi hutan melalui setapak dengan bahwa gunung adalah dianggap tempat yang paling tinggi
jalur-jalur yang sudah ditentukan. Sedangkan hiking dan suci diantara tempat-tempat lainnya serta gunung
adalah kegiatan pendakian yang juga dilakukan di merupakan tempat beristananya para raja batak
dalam hutan. Keberadaan hutan pegunungan ini terdahulu. Gambar 4.7 berikut merupakan kondisi rumah
merupakan salah satu potensi alam yang dapat batak di Desa Huta Ginjang.
dikembangkan untuk menunjang perwujudan Desa
Ekowisata Huta Ginjang.

Gambar 8. Kondisi Rumah Adat Batak di Desa


Gambar 7. Kawasan hutan pegunungan Huta Ginjang

2. Potensi Sosial Budaya Rumah adat batak ini sangat baik untuk
Potensi sosial budaya yang ada di Desa Huta dilestarikan sebagai salah satu daya tarik pada atraksi
Ginjang yang memiliki potensi untuk dikembangkan ekowisata di desa ini. Keberadaan rumah adat ini, juga
sebagai daya tarik atau objek wisata yaitu berupa merupakan hal unik yang dapat dijual kepada wisatawan
kesenian tradisional masyarakat setempat. Adapun karena bila ditinjau dari sejarah pembuatan rumah adat
kesenian tersebut adalah; Uning-uningan dan beberapa tersebut banyak hal-hal yang unik dapat ditemukan,
jenis tarian tradisional. Uning-uningan merupakan seperti bahan kayu yang digunakan adalah kayu dengan
kesenian tradisional masyarakat batak. Uning-uningan ini ukuran yang sangat besar, ornamen tulisan (aksara batak)
digunakan sebagai alat komunikasi antara manusia yang dipahat pada setiap sisi bangunan serta bagian-
dengan Sang Pencipta (Mula Jadi na Bolon). Kesenian ini bagian rumah lainnya yang jarang ditemui pada zaman
terdiri dari unsur musik dimana alat musiknya merupakan modern ini.

58
Persepsi Masyarakat Terhadap Pengembangan lingkungan. Hal ini disebabkan karena masyarakat
Ekowisata di Desa Huta Ginjang sadar akan keberadaan potensi ekologis yang dimiliki
daerah mereka, bahkan ada beberapa dari
Salah satu aspek yang diperlukan dalam rangka masyarakat yang menyarankan agar ekowisata
pengembangan ekowisata adalah ada tidaknya kehendak dikembangkan di Desa Huta Ginjang. Kenyataan ini
bersama (common will) masyarakat untuk dapat kita lihat dari hasil wawancara dengan Kepala
mengembangkan pariwisata setempat, dalam hal ini Desa Huta Ginjang, yaitu Marjon Sagala, SE. yang
adalah pengembangan ekowisata berbasis alam di Desa menyatakan bahwa : (wawancara tanggal 18 Mei
Huta Ginjang. Di dalam pengembangannya peran serta 2012) “Sektor pariwisata baik untuk dikembangkan di
masyarakat harus mendapat prioritas/ dipertimbangkan Desa Huta Ginjang, karena desa ini memiliki potensi
dalam segala hal. alam yang cocok untuk dijadikan tujuan wisata
khususnya ekowisata yang berbasis kelestarian
1. Persepsi Masyarakat Terhadap Rencana lingkungan. Disamping hal tersebut rencana
Pengembangan Ekowisata di Desa Huta Ginjang. pengembangan ekowisata ini nantinya diharapkan
Hal mendasar untuk memberdayakan dapat memberikan pendapatan bagi desa ini sehingga
masyarakat lokal dalam pengembangan ekowisata di tingkat kesejahteraan masyarakat akan meningkat.
Desa Huta Ginjang adalah dengan pembangunan Untuk itu guna mewujudkan rencana ini perlu adanya
ekowisata tersebut. Pengembangan ekowisata ini penyuluhan/ sosialisasi tentang ekowisata dan
dapat terwujud sesuai dengan kondisi alam, daerah, manfaatnya bagi masyarakat desa ini oleh inisiator
serta harapan dan pandangan dari masyarakat pengembangan rencana ini.”
apabila dalam pelaksanaannya seluruh lapisan
masyarakat turut serta dalam pelaksanaan program 2. Persepsi Masyarakat Terhadap Keberadaan Lahan-
pengembangan ekowisata tersebut. Sehubungan Lahan Pertanian dan Potensi Alam Lainnya yang
dengan hal diatas, maka persepsi masyarakat Tetap Dipertahankan dan Dilestarikan Guna
terhadap pengembangan ekowisata di Desa Huta Menunjang Pengembangan Ekowisata di Desa Huta
Ginjang, disajikan pada Tabel 4. Ginjang
Tabel 4. Persepsi Masyarakat Terhadap Rencana Berhubungan dengan pengembangan
Pengembangan ekowisata di Desa Huta ekowisata di Desa Huta Ginjang, maka dilakukan
Ginjang penjajagan kepada masyarakat melalui penyebaran
N Jumlah Persentase Total kuisioner untuk mengetahui tanggapan masyarakat
Kategori Sikap terhadap kepentingan mempertahankan lahan-lahan
o (orang) (%) Skor
pertanian dan potensi alam lainnya guna menunjang
Sangat
1
antusias
44 73,33 220 pengembangan ekowisata di Desa Huta Ginjang.
Berikut disajikan hasil penjajagan terhadap
2 Antusias 15 25,00 60
masyarakat di Desa Huta Ginjang.
3 Biasa saja 1 1,67 3 Tabel 5. Persepsi Masyarakat Terhadap Keberadaan
4 Tidak antusias 0 0,00 0 Lahan-Lahan Pertanian Dan Potensi Alam
Sangat tidak Lainnya yang Tetap Dipertahankan dan
5 0 0,00 0 Dilestarikan Guna Menunjang
antusias
Jumlah 60 100 283 Pengembangan Pariwisata di Desa Huta
Ginjang
Berdasarkan Tabel 4 diketahui bahwa N Kategori Jumlah Persentase Total
sebagian besar masyarakat Desa Huta Ginjang o Sikap (orang) (%) Skor
menyambut positif terhadap adanya rencana Sangat
pengembangan ekowisata di Desa Huta Ginjang 1 48 80,00 240
penting
sebagai Desa Ekowisata. Hal ini terlihat dalam tabel 2 Penting 11 18,33 44
bahwa 44 orang atau 73,33 % masyarakat
3 Biasa saja 1 1,67 3
menyatakan sangat setuju, 15 orang atau 25 % yang
menyatakan setuju serta 1 orang atau 1,67 % saja 4 Tidak penting 0 0,00 0
yang menyatakan ragu-ragu. Berdasarkan jumlah Sangat tidak
5 0 0,00 0
responden (sesuai dengan tabel skor persepsi penting
masyarakat pada lampiran), maka jumlah skor skala Jumlah 60 100 287
sikapnya adalah 283 dengan rata-rata 4,72 yang
disimpulkan ke dalam sikap yang sama yaitu sangat Berdasarkan Tabel 5 diketahui bahwa sebagian
setuju. besar masyarakat Desa Huta Ginjang menyambut
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui positif terhadap pelestarian lahan-lahan pertanian dan
bahwa mayoritas masyarakat Desa Huta Ginjang potensi alam lainnya guna menunjang pengembangan
memilih sikap sangat setuju dengan rencana pariwisata di Desa Huta Ginjang. Hal ini terlihat dalam
pengembangan ekowisata dengan mengambil bentuk tabel bahwa 48 orang atau 80 % masyarakat
pariwisata yang bersahabat dengan alam dan menyatakan sangat setuju, dan 11 orang atau 11 %

59
masyarakat yang menyatakan setuju serta 1 orang Tabel 6. Persepsi Masyarakat Terhadap Keberadaan
atau 1,67 % orang yang menyatakan ragu-ragu. Tradisi Adat-Istiadat dan Budaya yang Tetap
Kenyataan ini dapat dilihat dilapangan bahwa sangat Dilestarikan Guna Menunjang
jarang masyarakat di Desa Huta Ginjang yang Pengembangan Ekowisata.
menjual tanah pertanian milik mereka kepada N Kategori Jumlah Persentase Total
pengusaha, mereka lebih cenderung untuk o Sikap (orang) (%) Skor
mengontrakkannya. Kenyataan ini diperkuat dari hasil
wawancara dengan salah seorang pengetua desa Sangat
1 38 63,33 190
baik
yaitu Ibu R. Samosir, beliau menyatakan: (wawancara
tanggal 18 Mei 2012) “Penduduk desa ini mempunyai 2 Baik 21 35,00 84
komitmen yang tinggi untuk tidak menjual tanah 3 Biasa saja 1 1,67 3
pertanian mereka, penduduk percaya bahwa tanah 4 Buruk 0 0,00 0
yang mereka miliki harus dilestarikan dan bukan untuk Sangat
dijual, jika mempunyai uang mereka akan membeli 5 0 0,00 0
buruk
untuk memperluas tanah mereka sehingga dengan
Jumlah 60 100 277
demikian ada kepercayaan bahwa leluhur mereka
tidak menjadi marah. Dengan adanya komitmen
seperti ini maka sampai saat ini sebagian besar lahan- 4. Persepsi Masyarakat Terhadap Dilibatkannya
lahan pertanian di Desa Huta Ginjang masih lestari.” Masyarakat Dalam Berbagai Kegiatan Dalam Rangka
Mengimplementasikan Rencana Pengembangan
3. Persepsi Masyarakat Terhadap Keberadaan Tradisi Pariwisata
Adat-Istiadat dan Budaya yang Tetap Dilestarikan Seperti telah diketahui bahwa dalam rangka
Guna Menunjang Pengembangan Ekowisata. pengembangan ekowisata, peran serta masyarakat
Dalam pengembangan ekowisata, kunci pokok setempat tidak bisa diabaikan, karena mereka lebih
yang harus diperhatikan adalah tetap terjaganya tahu daerah mereka dibanding orang luar, sehingga
kelestarian fungsi lingkungan. Disamping itu, dengan demikian dalam rangka
keberadaan tradisi adat-istiadat dan budaya juga mengimplementasikan rencana pengembangan
memegang peranan penting sebagai penunjang ekowisata di Desa Huta Ginjang, keterlibatan
dalam pengembangan pariwisata itu sendiri, sehingga masyarakat dalam berbagai kegiatan adalah sangat
harus tetap dilestarikan keberadaannya. Sehubungan diperlukan. Menurut Khodyat (1996) menyebutkan
dengan hal tersebut, pada tabel 6 terlihat dari 60 bahwa “dalam pengembangan suatu kawasan
responden, ternyata 38 orang atau 63,33 % menjadi objek ekowisata harus didasarkan pada
menyatakan sangat setuju dan 21 orang atau 35 % kebijakan yang dirumuskan dari hasil musyawarah
yang menyatakan setuju dan 1 orang atau 1,67 % dan mufakat dengan masyarakat setempat (lokal).
yang menyatakan ragu-ragu terhadap pelestarian Gunawan (2008) menyarankan kegiatan
adat-istiadat dan budaya dalam pengembangan ekowisata hendaknya menjamin keikutsertaan
pariwisata. Sebagian besar mereka beralasan kalau masyarakat setempat, dan langkah-langkah perlu
adat-istiadat dan budaya yang ada di desa mereka dicari agar masyarakat setempat dapat benar-benar
tidak dilestarikan, maka secara otomatis daya tarik terlibat dalam kegiatan ekowisata serta perlunya
pendukung pariwisata akan berkurang. Hal tersebut interaksi ketiga pihak yang ikut terlibat, yaitu sektor
juga sesuai dengan pernyataan Yudhiantari (2002) pemerintah, swasta dan masyarakat setempat.
yang menyatakan bahwa minat dari wisatawan juga
akan berkurang untuk berkunjung pada suatu daerah Tabel 7. Persepsi Masyarakat Terhadap Dilibatkannya
jika tidak terdapat keunikan adat-istiadat masyarakat Masyarakat Dalam Berbagai Kegiatan
tersebut, sehingga pada akhirnya pengembangan Dalam Rangka Mengimplementasikan
pariwisata akan gagal. Bila dihubungkan dengan Rencana Pengembangan Ekowisata
jumlah resposden (sesuai dengan tabel skor Kategori Jumlah Persentase Total
No
masyarakat pada lampiran) maka diperoleh total skor Sikap (orang) (%) Skor
adalah 277 dengan rata-rata kategori 4,62 yang Sangat
disimpulkan ke dalam sikap yang sama yaitu sangat 1 35 58,33 175
penting
setuju. 2 Penting 24 40,00 96
3 Ragu-Ragu 1 1,67 3
4 Tidak penting 0 0,00 0
5 Lain-lain 0 0,00 0
Jumlah 60 100 274

Berdasarkan Tabel 7 menunjukkan keinginan


masyarakat untuk dilibatkan dalam berbagai kegiatan
dalam rangka mengimplementasikan rencana

60
pengembangan pariwisata, dimana 35 orang (58,33%) Tabel 9. Persepsi Masyarakat Terhadap Peran Serta
menyatakan sangat setuju, 24 orang (40%) Secara Aktif Warga Masyarakat Dalam
menyatakan setuju dan 1 orang (1,67%) yang Mengelola Usaha Pariwisata Yang Akan
menyatakan ragu-ragu. Dilihat dari perolehan total Dikembangkan Di Desa Huta Ginjang
skor (sesuai dengan tabel skor persepsi masyarakat
N Jumlah Persentase
pada lampiran) adalah 274 dengan rata-rata 4,57 Kategori Sikap Total
o (orang) (%)
maka dapat disimpulkan ke dalam sikap yang sama Skor
yaitu sangat setuju. Sangat
1 26 43,33 130
diperlukan
5. Persepsi Masyarakat Terhadap Rumah Penduduk 2 Diperlukan 29 48,33 116
Dijadikan Home Stay (Tempat Penginapan) 3 Ragu-Ragu 5 8,33 15
Pengembangan home stay (tempat Tidak
4 0 0,00 0
penginapan) dengan memanfaatkan rumah penduduk, diperlukan
mendapat tanggapan yang baik dari masyarakat 5
Sangat tidak
0 0,00 0
seperti yang terlihat pada Tabel 8. diperlukan
Tabel 8. Persepsi Masyarakat Terhadap Rumah Jumlah 60 100 261
Penduduk Dijadikan Home Stay (Tempat
Penginapan) Berdasarkan Tabel 9 warga masyarakat yang
N Jumlah Persentas Total menyambut baik jika dalam pengelolaan ekowisata
Kategori Sikap warga masyarakatlah yang berperan aktif dalam
o (orang) e (%) Skor
pengelolaanya, dengan alasan segala sesuatunya
Sangat
1
bersedia
33 55,00 165 akan bisa dipertanggungjawabkan jika mereka
dilibatkan mulai sejak awal. Hal ini dapat diketahui
2 Bersedia 18 30,00 72
dimana 26 orang (43,33%) masyarakat menyatakan
3 Ragu-Ragu 9 15,00 27 sikap sangat setuju, 29 orang (48,33%) menyatakan
4 Tidak bersedia 0 0,00 0 sikap setuju serta 5 orang (8,33%) yang menyatakan
Sangat tidak ragu. Alasan ragu-ragu karena mereka belum
5 0 0,00 0 mempunyai kemampuan dalam mengelola pariwisata.
bersedia
Jumlah 60 100 264 Berdasarkan jumlah responden dari masyarakat
diperoleh total skor (sesuai dengan tabel skor
persepsi masyarakat pada lampiran adalah 261
Berdasarkan Tabel 8 dapat diketahui bahwa
dengan rata-rata 4,35 yang dapat disimpulkan ke
33 orang (55%) menyatakan sangat setuju, 18 orang
dalam sikap yang sama yaitu sangat setuju.
(30%) menyatakan setuju, serta 9 orang (15%) yang
Sesuai Pendapat Lindberg-Hawkins (1995)
menyatakan ragu-ragu. Dengan perolehan skor skala
mengemukakan bahwa partisipasi lokal memberikan
sikap (sesuai dengan tabel skor persepsi masyarakat
peluang efektif dalam kegiatan pembangunan. Hal ini
pada lampiran) adalah 264 dengan rata-rata kategori
berarti memberi wewenang atau kekuasaan pada
4,4 maka dapat disimpulkan bahwa masyarakat
masyarakat sebagai pemeran sosial dan bukan subjek
sangat setuju terhadap rumah penduduk yang
pasif untuk mengelola sumberdaya, membuat
dijadikan sebagai home stay para wisatawan yang
keputusan serta kontrol pada kegiatan-kegiatan yang
akan bermalam di desa ini. Menurut I Wayan Mongol
mempengaruhi kehidupan sesuai dengan
dalam Yudhiantari (2002) pengoptimalan rumah-
kemampuannya.
rumah penduduk sebagai rumah tinggal bagi
wisatawan yang datang akan berdampak positif pada
7. Persepsi Masyarakat Terhadap Pernyataan Bahwa
daya dukung lahan, sehingga tidak perlu dibangun lagi
Pengembangan Ekowisata Di Desa Huta Ginjang
akomodasi yang memerlukan banyak lahan.
Akan Memberikan Pengaruh Positif Terhadap
Masyarakat Seperti Membuka Kesempatan Dan
6. Persepsi Masyarakat Terhadap Peran Serta Secara
Lapangan Kerja Serta Dapat Meningkatkan
Aktif Warga Masyarakat Dalam Mengelola Usaha
Pendapatan
Pariwisata Yang Akan Dikembangkan Di Desa Huta
Masyarakat Desa Huta Ginjang sangat
Ginjang
antusias dengan adanya rencana pengembangan
Dengan adanya peran serta secara aktif
ekowisata. Menurut Sasmaya (2012) keterlibatan
warga masyarakat dalam mengelola usaha pariwisata,
masyarakat dalam pengelolaan ekowisata akan
maka masyarakat akan bisa menikmati secara
memberikan pengaruh positif pada masyarakat, baik
langsung pendapatan dari sumber-sumber alam
secara langsung ataupun secara tidak langsung.
mereka sendiri, dan pada akhirnya secara perlahan-
Secara langsung meliputi masyarakat sebagai
lahan akan timbul perasaaan untuk tetap menjaga dan
pengusaha atau pengelola jasa akomodasi, restoran,
melestarikan sumber daya alam. Hal tersebut dapat
atraksi, serta sebagai tenaga pemasaran atau
dilihat pada tabel 9.
promosi. Sedangkan pengaruh tidak langsung pada
masyarakat adalah masyarakat sebagai suplier bahan

61
kebutuhan pada ekowisata, serta masyarakat sebagai maka saya pastikan bahwa program ini dapat mengisi
pengelola usaha jasa penunjang ekowisata. Pada perut rakyat, sehingga kesejahteraan akan lahir di
Tabel 10 berikut disajikan persepsi masyarakat desa ini.”
terhadap dampak positif dari pengembangan
ekowisata di Desa Huta Ginjang. 8. Persepsi Masyarakat Terhadap Diadakannya
Tabel 10. Persepsi Masyarakat Terhadap Pernyataan Pendidikan Dan Pelatihan Bagi Masyarakat Untuk
Bahwa Pengembangan Ekowisata Di Menyiapkan Tenaga Kerja Di Bidang Pariwisata
Desa Huta Ginjang Akan Memberikan Menyikapi pernyataaan diadakannya
Pengaruh Positif Terhadap Masyarakat pendidikan dan pelatihan bagi masyarakat sebagai
Seperti Membuka Kesempatan Dan persiapan tenaga kerja di bidang pariwisata, disambut
Lapangan Kerja Serta Dapat baik oleh masyarakat. Hal ini dapat kita lihat pada
Meningkatkan Pendapatan. Tabel 11. Dimana sebanyak 36 orang (60%) dari
masyarakat yang menyatakan sikap sangat setuju,
N Kategori Jumlah Persentase
Total Skor dan 24 orang (40%) masyarakat yang menyatakan
o Sikap (orang) (%)
setuju.
Sangat Tabel 11.Persepsi Masyarakat Terhadap Diadakannya
1 25 41,67 125
berdampak Pendidikan Dan Pelatihan Bagi Masyarakat
2 Berdampak 33 55,00 132 Untuk Menyiapkan Tenaga Kerja Di Bidang
3 Ragu-Ragu 1 1,67 3 Pariwisata
Tidak N Kategori Jumlah Persentase Total
4 0 0,00 0
berdampak o Sikap (orang) (%) Skor
5 Lain-lain 1 1,67 1
1 Sangat setuju 36 60,00 180
Jumlah 60 100 261
2 Setuju 24 40,00 96

Masyarakat sangat setuju jika pengembangan 3 Ragu-Ragu 0 0,00 0


ekowisata nantinya akan membawa dampak pada 4 Tidak setuju 0 0,00 0
peningkatan pendapatan masyarakat, hal ini bisa kita Sangat tidak
5 0 0,00 0
lihat pada tabel 10, dimana 25 orang (41,67%) setuju
menyatakan sangat setuju, 33 orang (55%) Jumlah 60 100 276
menyatakan setuju, serta 1 orang (1,67%) yang
menyatakan ragu-ragu dan sangat tidak setuju. Alasan dari masyarakat, dengan dibekali
Responden yang menyatakan sikap sangat tidak keterampilan di bidang pariwisata, maka mereka akan
setuju tersebut memberikan alasan bahwa adanya lebih percaya diri di dalam pengelolaan sektor
rencana pengembangan ekowisata tersebut hanyalah tersebut. Berdasarkan total skor yang diperoleh
keinginan pihak-pihak tertentu saja dan hasilnya pun (sesuai dengan tabel skor persepsi masyarakat pada
juga akan dinikmati pihak tersebut sedangkan lampiran) adalah sebesar 276, dengan rata-rata
masyarakat hanyalah sebagai pekerja yang sangat kategori 4,6 yang dapat disimpulkan ke dalam sikap
minim dapat menikmati hasil dari program tersebut. yang sama yaitu sangat setuju. Sesuai pendapat
Berdasarkan kondisi ini, terlihat bahwa kurangnya Josephine (2010) diperlukan upaya pendekatan
proses sosialisasi oleh pemprakarsa, sehingga ada kepada masyarakat melalui penyuluhan, pelatihan
sebagian kecil masyarakat yang bertanggapan negatif yang bersifat meningkatkan keterampilan dan juga
terhadap proses pengembangan ekowisata di desa meningkatkan pengetahuan arti pentingnya sumber
tersebut. Untuk itu perlu penyuluhan yang lebih daya alam bagi keberlanjutan ekowisata.
intensif terhadap masyarakat.
Berdasarkan jumlah responden dari 9. Persepsi Masyarakat Terhadap Keterlibatan Swasta
masyarakat (sesuai dengan tabel skor persepsi Dalam Pengelolaan Desa Ekowisata di Desa Huta
masyarakat pada lampiran) diperoleh total skor 261, Ginjang.
dengan rata-rata kategori 4,35 yang disimpulkan ke Sebagian besar masyarakat menyatakan setuju
dalam sikap yang sama yaitu sangat setuju. akan keterlibatan dari pihak swasta, namun
Sehubungan dengan ini dapat kita ketahui pendapat keberadaan dari masyarakat lokal masih tetap
dari seorang tokoh masyarakat (Drs. Wilmar E. sebagai dominasi dalam segala aspek kegiatan dan
Simandjorang, Dipl.Ec., Dipl. Plan Imp., M.Si / mantan disisi lain peran pihak luar menurut masyarakat sangat
PLT Bupati Kabupaten Samosir, wawancara tanggal berpengaruh terhadap pengelolaan ekowisata. Hal
22 Mei 2012) menyebutkan bahwa, “Penumbuhan dan tersebut disajikan pada Tabel 12 berikut:
pengembangan sektor pariwisata di Desa Huta
Ginjang pastinya akan membawa pengaruh positif
terhadap masyarakat terutama dalam penyerapan
tenaga kerja sehingga dapat mengurangi terjadinya
urbanisasi. Disamping itu apabila yang dikembangkan
adalah menjadikan Desa Ekowisata Huta Ginjang

62
Tabel 12.Persepsi Masyarakat Terhadap Keterlibatan Berdasarkan tabel 13, dapat dilihat sikap
Swasta Dalam Pengelolaan Desa Ekowisata masyarakat terhadap pemungutan retribusi yang
di Desa Huta Ginjang diperoleh dari ekowisata oleh desa adat (masyarakat),
N Jumlah Persentase Total
ditanggapi 41,67% sangat setuju dan setuju, jika
Kategori Sikap dipungut oleh desa adat, mereka bisa mendapatkan
o (orang) (%) Skor
manfaat ekonomis ataupun manfaat positif lainnya.
1 Sangat penting 18 30,00 90 Sedangkan 13,33% masyarakat menyatakan ragu-
2 Penting 28 46,67 112 ragu serta 3,33% masyarakat menyatakan sangat
tidak setuju, alasannya karena desa adat dianggap
3 Ragu-Ragu 9 15,00 27
belum cukup mampu sebagai pengelola saat ini
4 Tidak penting 5 8,33 10 karena masih kurangnya kader yang tahu tentang
Sangat tidak cara mengelola suatu pariwisata, disamping itu karena
5 0 0,00 0
penting dalam pengelolaan pariwisata terdiri dari unsur-unsur
Jumlah 60 100 239 yang ada di desa, maka dalam pemungutan retribusi
pun juga harus berasal dari unsur-unsur tersebut.
Menyikapi tentang adanya keterlibatan pihak Berdasarkan total skor yang diperoleh (sesuai dengan
swasta di dalam pengelolaan ekowisata di Desa Huta tabel skor persepsi masyarakat pada lampiran) adalah
Ginjang, sebesar 30% masyarakat menyatakan 251, dengan rata-rata kategori 4,18 yang disimpulkan
sangat setuju, 46,67% masyarakat menyatakan sikap ke dalam sikap yang sama yaitu sangat setuju.
setuju. Alasannya karena masyarakat belum Sementara menurut Drs. Kamintar Sinaga
mempunyai cukup modal dalam pengembangan (Sekretaris Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya
ekowisata, sehingga memerlukan bantuan dari pihak Kabupaten Samosir dalam wawancara tanggal 2
swasta. Oktober 2012) menyatakan bahwa, “pemungutan
Dalam tabel juga terlihat bahwa 15% retribusi oleh desa adat diakui secara sah oleh
masyarakat menyatakan sikap ragu-ragu, serta 8,33% negara, selama semua proses pembangunan objek/
masyarakat menyatakan sikap tidak setuju. Alasanya, daya tarik wisata yang ada di desa tersebut
mereka khawatir karena dengan dilibatkannya pihak sepenuhnya ditanggung oleh desa adat tersebut,
swasta maka keuntungan yang didapat lebih banyak namun apabila dalam pembangunan objek/ daya tarik
akan berpihak pada swasta. Sementara menurut wisata di desa tersebut ada campur tangan
Manuaba (2008) keterlibatan pihak swasta sangat pemerintah daerah secara khusus maka pemungutan
diperlukan guna mengembangkan suatu objek wisata. retribusi terhadap kunjungan wisata dilakukan oleh
Adapun bentuk keterlibatan swasta tersebut meliputi pemerintah melalui sistem target tahunan.”
penambahan fasilitas, serta penambahan sarana dan Dari uraian diatas maka, untuk mengetahui
prasarana. Adanya keterlibatan swasta tersebut tidak persepsi masyarakat terhadap pengembangan
berarti bahwa seluruh kegiatan dalam pengelolaan ekowisata di Desa Huta Ginjang adalah dengan
dan pengembangan kawasan objek wisata diserahkan berdasarkan pada perhitungan dari keseluruhan
sepenuhnya kepada swasta. Untuk itu proses pertanyaan yang diajukan sebanyak 10 (sepuluh)
pengelolaan sangat perlu diperhatikan guna unsur yang mewakili terhadap aspek-aspek
tercapainya keseimbangan ekonomis yang diperoleh pengembangan ekowisata. Dari hasil tersebut, maka
oleh masyarat dengan stakeholder . ditetapkan nilai maksimum adalah 5. Untuk
mengetahui lebih jelas tentang persepsi dari
10. Persepsi Masyarakat Terhadap Pemungutan masyarakat terhadap pengembangan ekowisata di
Retribusi Dari Pariwisata Oleh Desa Adat Desa Huta Ginjang akan disajikan pada Tabel 14.
(Masyarakat)
Sehubungan dengan rencana pengembangan Tabel 14. Data Kumulatif Persepsi Masyarakat
ekowisata di Desa Huta Ginjang, pada Tabel 13 Terhadap Pengembangan Ekowisata di
berikut menyajikan tentang persepsi masyarakat Desa Huta Ginjang
terhadap pemungutan retribusi yang akan dilakukan Rata- Rata
oleh desa adat mereka. Rata-Rata
N Kategori Rata Rata
Tabel13. Persepsi Masyarakat Terhadap Pemungutan Persentase
o Sikap Jumlah Total
(%)
Retribusi Dari Ekowisata Oleh Desa Adat (orang) Skor
(Masyarakat) 1 Sangat setuju 32 53 160
N Jumlah Persentase Total
Kategori Sikap 2 Setuju 22 36 88
o (orang) (%) Skor
1 Sangat setuju 25 41,67 125 3 Ragu-Ragu 4 7 12
2 Setuju 25 41,67 100 4 Tidak setuju 1 2 2
3 Ragu-Ragu 8 13,33 24
Sangat tidak
4 Tidak setuju 0 0,00 0 5 1 2 2
setuju
Sangat tidak Jumlah 60 100 264
5 2 3,33 2
setuju
Jumlah 60 100 251

63
Berdasarkan tabel kumulatif persepsi DAFTAR PUSTAKA
masyarakat terhadap pengembangan ekowisata di
Desa Huta Ginjang serta berdasarkan total skor Arikunto. 1990. Manajemen Penelitian. Penerbit Rineka
diperoleh 4,4 . Maka dapat diketahui bahwa seluruh Cipta, Jakarta.
masyarakat menyatakan tidak keberatan bila di Desa Asso B. 2007. Jurnal Ecotrophic. Kajian Strategis
Huta Ginjang dikembangkan desa ekowisata dengan Pengembangan Potensi Ekowisata di Lembah
mensyaratkan bahwa pengembangan ekowisata Baliem sebagai suatu Alternatif Pengelolaan
tersebut tetap memperhatikan pelestarian fungsi Pariwisata Berkelanjutan. Universitas Udayana.
lingkungan, pelestarian potensi alam serta Bali.
mempertahankan nilai-nilai sosial budaya yang ada di Fandeli. 2000. Pengusahaan Ekowisata. UGM.
masyarakat. Yogyakarta
Gunawan. 2008. Agenda 21 Sektoral : Agenda Pariwisata
untuk Pengembangan Kualitas Hidup Secara
KESIMPULAN DAN SARAN
Berkelanjutan. UNDP-Kantor Menteri Negara
Lingkungan Hidup. Jakarta.
Kesimpulan
Hadi P. 1997. Metodelogi Penelitian Sosial: Kuantitatif,
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan,
Kualitatif dan Kaji Tindak. Semarang: FISIP-
maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:
UNDIP.
1. Desa Huta Ginjang memiliki potensi alam dan potensi
Josephine. 2010. Kajian Pengembangan Ekowisata di
sosial budaya yang dapat dikembangkan sebagai
Kawasan Taman Wisata Alam Sibolangit. Medan.
daya tarik wisata. Adapun potensi alam yang dimiliki
USU-Press.
oleh Desa Huta Ginjang diantaranya adalah : Hutan
Khodyat. 1996. The Concept, Principles and Development
Lindung Gunung Pusuk Buhit, sempadan/ pinggiran
of “Alternative Tourism”: Viewed From an
Danau Toba, panorama alam yang indah, serta
Historical Perspective. dalam Proceeding on the
kawasan pertanian. Sedangkan potensi sosial budaya
Training and Workshop on “Planning Sustainable
yang dapat dikembangkan adalah kesenian tradisional
Tourism”. J. Minnery, M. P. Gunawan, M.
masyarakat setempat seperti; Uning-uningan dan
Fagence, dan D. L. Choy (Eds). ITB.
beberapa jenis tarian tradisional
Endar Sugiarto. 2000. Metodologi Penelitian dalam
2. Persepsi dari masyarakat terhadap pengembangan
Bidang Kepariwisataan. Jakarta; Gramedia
ekowisata diketahui bahwa seluruh masyarakat
Pustaka Utama.
menyatakan tidak keberatan apabila di Desa Huta
Lindberg-Hawkins. 1995. Ekoturisme: Petunjuk untuk
Ginjang dikembangkan sebagai desa ekowisata,
Perencanaan dan Pengelolaan. The Ecotourism
namun dengan mensyaratkan bahwa pengembangan
Society. North Benington. Vermont.
pariwisata harus tetap mengacu pada konsep
Manuaba. 2008. Jurnal Ecotrophic. Evaluasi
pariwisata yang memperhatikan pelestarian fungsi
Pengembangan Ekowisata Desa Budaya
lingkungan, potensi ekologis serta mempertahankan
Kertalangu Di Desa Kesiman Kertalangu Kota
nilai-nilai sosial budaya yang ada di masyarakat
Denpasar. Bali.
setempat.
Namawi. 2001. Metode Penelitian Bidang Sosial.
Penerbit Gajah Mada, University Press.
Saran
Nadiasa, M. 2010. Jurnal Teknik Sipil. Analisis Investasi
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan,
Pengembangan Potensi Pariwisata pada
maka dapat direkomendasikan beberapa hal dalam
Pembangunan Waduk Jehem di Kabupaten
rangka pengembangan pariwisata alam yang
Bangli. Universitas Udayana. Bali
berkelanjutan di Desa Huta Ginjang, sebagai berikut:
Nazir, M. 1998. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia,
1. Pemerintah Kabupaten Samosir diharapkan dapat
Jakarta.
membantu merealisasikan pengembangan ekowisata
Sagala, M. 2012. Laporan Kepala Desa Huta Ginjang
di Desa Huta Ginjang yang merupakan aspirasi dan
dalam Rangka Penilaian Desa Tingkat Kabupaten
kebutuhan dari masyarakat setempat. Dengan
Samosir 2012, Makalah yang disampaikan pada
demikian, sektor ekowisata ini disamping akan
10 Mei 2012.
memberikan manfaat yang nyata bagi kehidupan
Singarimbun-Affandi, 2002, Penentuan Sampel, Penerbit
masyarakat juga akan memberikan peluang pada
Grafindo, Jakarta.
tetap terjaganya fungsi lingkungan dan sumber daya
Widarti. 2003. Buku Pedoman Inventarisasi Jasa
alam yang ada di Desa Huta Ginjang.
Lingkungan, Ditjen PHKA. Jakarta.
2. Pemerintah Kabupaten Samosir yang dalam hal ini
Yudhiantari. 2002. Ekowisata Sebagai Alternatif dalam
bertindak sebagai fasilitator dan pengontrol, dapat
Pengembangan Pariwisata yang Berkelanjutan di
memberikan arahan-arahan dan petunjuk mengenai
Desa Wongaya Gede, Bali.
pengelolaan ekowisata yang bersifat berkelanjutan,
serta menumbuhkan kesadaran masyarakat untuk
memelihara sumberdaya alam yang ada di Desa Huta
Ginjang secara lestari dan berkelanjutan.

64

Anda mungkin juga menyukai