Anda di halaman 1dari 8

Jurnal Anestesiologi Indonesia

TINJAUAN PUSTAKA
PERIOPERATIF EARLY GOAL DIRECTED THERAPHY PADA BEDAH

PERIOPERATIVE EARLY GOAL DIRECTED THERAPHY IN CARDIAC

Langgeng Raharjo*, Zuswahyudha Syamsu*


*Departemen Anestesi dan Terapi Intensif Rumah Sakit Umum Pusat Jantung Nasional Harapan Kita
Jakarta

ABSTRACT
Postoperative care after cardiac surgery increase morbidity and mortality if
occurs haemodynamic instability. The survivor patients have also been shown to
demonstrate consistently higher postoperative cardiac output and oxygen delivery. In
the immediate postcardiopulmonary bypass period, the recognition and treatment of
low cardiac output produces benefit in terms of outcome. Early Goal Directed
Theraphy guiding the intravenous fluid and inotropic therapy to achieve goal by
manipulation of cardiac preload, afterload and contractility to optimization
haemodynamic.
Keyword : Afterload, contractility, early goal directed theraphy, hypoxia, preload

ABSTRAK
Perawatan paska bedah jantung dapat meningkatkan morbiditas dan mortalitas
apabila terjadi ketidakstabilan hemodinamik. Pasien yang berhasil baik, didapatkan
nilai cardiac output dan delivery oxygen yang lebih tinggi. Dengan mengenali dan
mengelola lebih awal terjadinya cardiac output yang rendah, dapat menghindari
kejadian hipoksia jaringan. Dengan metode Early Goal Directed Therapy, mengatur
jumlah cairan dan inotropik, pengelolaan preload, afterload, dan kontraktilitas jantung
dapat mempertahankan kecukupan hemodinamik.

PENDAHULUAN penyakit paru atau disfungsi ginjal.2


Sekitar 10% pasien paska Pada pasien yang berhasil dengan baik,
operasi bedah jantung membutuhkan didapatkan nilai cardiac output dan
perawatan yang lebih lama disebabkan delivery oxygen yang lebih tinggi.
hemodinamik yang tidak stabil, Hipoksia jaringan global merupakan
disfungsi organ atau kegagalan organ.1 indikator adanya penyakit yang berat
Hal ini dapat menimbulkan komplikasi, atau cardiac output yang rendah.
meningkatkan morbiditas dan Setelah periode bypass selesai,
mortalitas pasien, lama rawat serta pengenalan dan pengelolaan yang cepat
biaya dan penggunaan sumberdaya terhadap cardiac output yang rendah
kesehatan. Morbiditas berupa infark menghasilkan kondisi yang lebih baik.1
miokard, ejeksi fraksi yang buruk, Pada bedah koroner, hipoperfusi dan

Volume VIII, Nomor 3, Tahun 2016


Volume VIII,DIKTI
Terakreditasi Nomordengan
3, Tahun 2016
masa berlaku 3 Juli 2014 - 2 Juli 2019 136
Dasar SK Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 212/P/2014
Jurnal Anestesiologi Indonesia

penurunan penghantaran oksigen akibat langsung dengan mengukur volume


dari hipovolemi, depresi miokard dan ventrikel di akhir diastolik.4
vasokonstriksi sistemik.3 Berhubungan dengan jumlah cairan
Untuk menghindari hipoksia, yang akan dipompa oleh jantung.
diperlukan perfusi jaringan yang baik. Parameter yang digunakan adalah :
Perfusi organ tergantung pada 1. CVP (Central Venous Pressure)
perbedaan antara tekanan arteri dan Menilai fungsi ventrikel kanan
tekanan atrium kanan, serta hambatan dengan mengukur tekanan
BP = (CO x SVR) + RA = (SV x HR x SVR) + RA pengisiann ya. Dapat menilai
tekanan pengisian ventrikel kiri
organ. Tekanan darah adalah hasil dari apabila tidak ada gangguan di arteri
cardiac output (CO) pulmonalis dan katup mitral. CVP
BP = Blood Pressure membantu untuk terapi cairan. Nilai
SV = Stroke Volume normal 6-15 mmHg (4,7)
HR = Heart Rate 2. PCWP (Pulmonary Capillary Wedge
SVR = Systemic Vascular Resistance Pressure)
RA = Right Atrium Pressure4 Polonen 2000, menggunakan standar
SV tergantung dari preload, pemberian cairan dengan nilai
k o n t rak s i , aft erl o ad . 4 S V d an PCWP 12-18 mmHg sehingga CI
p e n g h a n t a r an o k s i g e n o p t i m a l (Cardiac Index) menjadi lebih dari
diperlukan untuk hasil operasi yang 2,5 L/menit/m2.8 PCWP mengukur
baik. Early Goal Directed Therapy tekanan pengisian ventrikel kiri.
merupakan metode untuk Pemasangan secara invasif dengan
mempertahankan kecukupan PAC (Pulmonary Artery Catheter).
(4,8)
hemodinamik dengan mengatur jumlah
cairan dan inotropik, dengan mengelola 3. Doppler Echo
preload jantung, afterload, dan Merupakan parameter noninvasif,
kontraktilitas untuk mencapai dapat mengukur cardiac output.
keseimbangan antara penghantaran Wakeling melaporkan penggunaan
oksigen dan kebutuhan.1,5 Tujuan terapi dopler esofagus, yang dipasang
untuk memperbaiki oksigenasi jaringan melalui mulut, baik untuk menilai
meliputi CVP, MAP, ScvO2 dan kadar kebutuhan cairan selama operasi.
laktat darah tercapai sesuai protokol Pemberian cairan 250 cc diberikan
dalam 6 jam.6 dan diulang sampai dengan stroke
volume naik lebih dari 10% (yang
Preload terlihat di monitor) dan atau CVP naik
adalah mengukur panjang 3 mmHg atau lebih.9 Tetapi alat ini
sarkomer, karena kesulitan klinis digunakan pada pasien pada kondisi
menyamakan dengan tekanan ruang sedasi dalam dan tergantung dari
ventrikel saat diastol. Atau secara keahlian pemeriksanya.10

137 Volume VIII, Nomor 3, Tahun 2016


Jurnal Anestesiologi Indonesia

4. SVV (Stroke Volume Variation) miokard berubah, misalnya ketika


Benes melaporkan optimalisasi cairan menggunakan ventilator atau terapi
dengan SVV bermanfaat pada operasi katekolamin, PAOP akan
risiko tinggi. Diberikan koloid 3 cc/kg menghasilkan nilai cardiac output
setiap 10 menit sampai dengan SVV yang sangat tinggi, ITBVI sebagai
lebih dari 10%. SVV memiliki nilai indikator preload jantung tidak
sensitifitas 91% dan nilai spesifisitas terpengaruh perubahan tersebut. Nilai
83% dalam memperkirakan responsif normal 850-1000 cc/m2. Apabila
cairan. SVV berdasarkan analisa preload diatas normal diterapi dengan
gelombang tekanan arteri/arterial pemberian furosemid.12
puls e co ntou r ana lysis yan g
dihubungkan dengan pengembangan Kontraktilitas
paru, merupakan monitoring minimal Miosit jantung akan memendek,
invasif yang bersifat terus menerus, menghasilkan tekanan yang akan
arteri yang dinilai dapat dengan arteri MAP = (CO X SVR) + CVP
radialis atau femoralis. Benes
menggunakan alat Vigileo/FloTrac.10 mengeluarkan darah dari ventrikel dan
5. ITBVI (Intrathoracic Blood Volume menghasilkan Stroke Volume.
Index) Peningkatan kontraktilitas
Diukur menggunakan Single m eni n gk at k an t ek an an d in di n g
Transpulmonary Thermodilution ventrikel kiri dan meningkatkan fraksi
(STD). Merupakan alat yang kurang ejeksi dan CO. Kontraktilitas tidak
invasif dibandingkan dengan PAC, diukur variabelnya karena sulit
monitorin g b erl an gsun g terus dilakukan pengukuran secara
m en eru s. Kat et er t erm od il u s i langsung.4 Parameter yang digunakan :
dipasang pada arteri femoralis yang 1. Mean Arterial Pressure (MAP)
dihubungkan dengan monitor Picco Nilai normal 90-105 mmHg
(Pulse index Continuous Cardiac MAP merupakan hasil dari CO 8
O u t p u t ), p e n g u k u r a n d e n g a n
menyuntikan cairan dekstrosa 5%
dingin (<80C) melalui kateter vena 2. Cardiac Output
sentral. STD juga dapat dapat Merupakan jumlah volume
mengukur CI dan (Systemic Vascular darah yang dikerluarkan tiap
Resistance Index) SVRI.11 ITBVI menitnya. Nilai normal CO adalah 4-
merupakan indikator preload jantung 5 L/menit. Diukur menggunakan
yang lebih baik daripada PAOP monitor invasif PAC (pulmonary
(Pulmonary Artery Occlusion arterial cathether)(4,8)
Pressure) dan CVP, terutama pada 3. Cardiac Index (CI)
hemodinamik tidak stabil. Ketika Adalah CO dibagi dengan BSA
tekanan intratorak atau komplian (Body Surface Area), nilai normal

Volume VIII, Nomor 3, Tahun 2016 138


Jurnal Anestesiologi Indonesia

2,5-4,2 L/menit/m2. Benes mmHg.1


menggunakan parameter CI untuk 2. Oxygen Delivery Index (DO2I),
menilai fungsi kontraktilitas jantung nilai normal 450-600 ml/menit/m2 1
menggunakan monitor vigileo.4
4. SVI (Stroke Volume Index)
Stroke Volume adalah jumlah Delivery Oxygen atau hantaran oksigen
volume darah yang dipompa oleh adalah jumlah oksigen yang dibawa
ventrikel kiri, sedangkan SVI di menuju jaringan. Normal 900-1100
dapat dari membagi dengan BSA. mL/menit. Nilai indeks didapat dengan
Nilai normal 30-65 ml/denyut/m2 1 membagi BSA nya.
Kontraksi ditingkatkan dengan CaO2 = oxygen content of arterial
inotropik menggunakan adrenalin, blood
dobutamin, dopamin, noradrenalin Cardiac Output adalah hasil perkalian
atau milrinon,(4,8) phenylephrin, dari stroke volume dengan denyut
epedrin.11 jantung. Normal 5-6 L/menit,
sedangkan oxygen content
Afterload Normal 200 mL/L
Atau SVR adalah hambatan
aliran darah menuju organ. Sesuai
persamaan, meningkatnya SVR akan Hb = konsentrasi hemoglobin
DO2 = CO x CaO2
Sa O2 = saturasi oksigen arteri

VO2 = CO x (CaO2-CvO2)
berhubungan dengan penurunan CO.4 SvO2 = (SaO2 – VO2/CO)(1/Hb x 1,34)
Parameter yang digunakan SVRI nilai
normal 1500-2500 dynes/s/cm5/m2.1 PaO2 = Tekanan parsial oksigen arteri
(5,13,14)
Penurunan SVR dinaikkan dengan
pemberian vasopresor dan diturunkan Penurunan DO 2 diterapi dengan
dengan vasodilator (sodium transfusi darah.11
nitroprusid),4nitrogliserin atau 3. Pulse Oxymetry (SpO2)
CaO2 = (1,34 x Hb x Sa O2) + (0,003 x PaO2) Nilai lebih dari 95%4
merupakan persentase dari
verapamil.11 oxyhemoglobin arteri, berdasarkan
penyerapan spektrum cahaya merah dan
Hantaran Oksigen infra merah dari hemoglobin yang
Parameter yang digunakan : teroksigenasi dan tidak.15
1. Analisa CO = HR x SV G a s
Darah. Perfusi jaringan
Kapoor melaporkan parameter 1. Parameter dengan central venous
tambahan dengan nilai pH 7,35-7,45, oximetry (ScvO2), nilai normal kurang
PaO2 lebih dari 100 dan PCO2 35-45 dari 70%. Penurunan saturasi terjadi

139 Volume VIII, Nomor 3, Tahun 2016


Jurnal Anestesiologi Indonesia

karena meningkatnya ekstraksi oksigen mukosa usus. Diberikan cairan 200 cc


oleh jaringan perifer.16 Pengelolaan hydroxyethyl starch (HES) 6% untuk
dengan meningkatkan jumlah mencapai stroke volume maksimum
hematokrit diatas 30%. 1 dan peningkatan CVP lebih dari 3
2. SvO2 (mixed vein saturation) mmHg, prosedur diulangi tiap 15 menit
SvO2 diambil dari arteri pulmonalis, sampai operasi selesai, kecuali ketika
tergantung dari SaO2, VO2 dan Hb. dilakukan cardiopulmonary bypass.19
Dari persamaan Fick. Polonen dkk, 2000, Polonen
VO2 = oxygen demand melaporkan, transport oksigen normal
Nilai SvO2 dan ScvO2 masih menjadi d an n o rm al S v O 2 d an l ak t at ,
perdebatan, tetapi pada pasien hipoksia, memperbaiki outcome paska bedah
terjadi penurunan nilai tersebut. Pada jantung, pada grup protokol
kasus shunting atau kematian sel, dapat dipertahankan SvO2>70% dan
tetap terjadi vena dengan tinggi oksigen konsentrasi kadar laktat≤2 mmol/L.
tetapi sel pada kondisi hipoksia akibat Setelah penyapihan dari CPB :
jaringan tidak dapat memecah oksigen. 1. bila CI<2,5 L/menit/m2 diberikan
Nilai SvO2 lebih rendah daripada ScvO2 cai ra n (P C W P 1 2 -1 8 m m Hg) ,
pada kondisi syok kardiogenik atau dobutamin diberikan sampai 15 mcg/
kegagalan ventrikel kiri. 17 kg/menit
3. Laktat 2. MAP dipertahankan antara 60-90
Meningkat karena tidak adekuatnya mmHg menggunakan vasopressor atau
cardiac output dan volume vasodilator.
intravaskuler.4 Hipoperfusi jaringan 3. Hemoglobin dijaga ≤100g/L dengan
dihubungkan dengan asidosis laktat PRC.8
akibat metabolisme anaerob.18 Kadar McKendry dkk, 2004,
laktat normal ≤ 2 mmol/L 8 melaporkan pemberian koloid sampai
4. Urine Output dan serum kreatinin stroke volume index≥35 ml/m 2
Indikator dari fungsi ginjal. Penurunan menggunakan nitrat atau inotropik
aliran darah ginjal akan menurunkan dengan monitoring dopler esofagus
produksi urin dan meningkatkan kadar CardioQ.20
serum kreatinin.4 Nilai normal produksi Kapoor dkk, 2008, melaporkan
urin 1-2 cc/kg/jam.1 EGDT memiliki manfaat pada bedah
jantung. Penggunaan Flotrac/Vigileo
EGDT pada bedah jantung dapat menggantikan pengukuran CI
Mythen dkk, 1995, melaporkan dari PAC. Flotrac merupakan alat
pemberian volume plasma dengan minimal invasif yang terus menerus,
koloid pada bedah jantung, dan tidak memerlukan kalibrasi dan
mengukur stroke volume sampai mendekati hasil real time.1 Flotrac
optimal dengan dopler esofagus menghasilkan data CO, CI, SV, SVI
mengurangi kejadian hipoperfusi dan SVV. Saturasi oksigen vena sentral

Volume VIII, Nomor 3, Tahun 2016 140


Jurnal Anestesiologi Indonesia

diukur dengan kateter Presep, dan selama operasi dan 2-3 cc/kg/jam
menghasilkan data ScvO2 dan DO2I. s el am a 6 j am p as k a op eras i .
Ditambahkan data nilai CVP dapat Menggunakan monitor PiCCOplus
dihasilkan nilai SVR dan SVRI. Pasien dengan target yang dinilai ITBVI, CI,
diberikan cairan kristaloid 500 cc/m2/ MAP, ScvO2. 11
hari. CVP dipertahankan antara 6-8 Algoritme monitoring hemodinamik
mmHg. MAP post CPB dikelola antara pada OPCAB
50-70 mmHg. Bila diperlukan Lee S, 2015, melaporkan
menggunakan dopamin 0,5 mcg/kg/ menggunakan monitoring bioreaktan
menit dan vasodilatasi nitrogliserin 0,5 NICOM pada bedah katup jantung
mcg/kg/menit. Bila CI kurang dari 2,5 lebih baik daripada PAC.21 NICOM
l/menit/m2, CVP kurang dari 6 mmHg atau Noninvasive Cardiac Output
atau SVV lebih dari 10%, koloid Monitoring, berdasar bioreaktan torak
d i b e ri k a n . In o t ro p i k d op am i n , yang mengukur perpindahan frekuensi
adrenalin, noradrenalin atau milrinon tinggi listrik yang melewati dada akibat
sesuai MAP, SV dan SVRI untuk dari ejeksi pulsasi ventrikel kiri,
mencapai target. Bila ScVO2 kurang melalui elektroda yang ditempel di
dari 70%, PRC diberikan sampai dada. Pulsasi merubah impedan listrik,
hematokrit lebih dari 30% dan target CI jumlah selama sistol akan terukur dan
2,5-4,2 l/menit/m2 , SVI 30-65 ml/ menghasilkan nilai CO. Pengukuran
denyut/m2, SVRI 1500-2500 dyne/ akurat juga pada pasien aritmia dan
detik/cm-5/m2, DO2I 450-600 ml/menit/ perubahan stroke volume dari PLR
m2, ScVO2 lebih dari 70%, SVV kurang (P a s s i v e L eg R a i s i ng ), d a p a t
dari 10%, CVP 6-8 mmHg, MAP 90- memprediksi kecukupan cairan pada
105, pH 7,35-45, SpO2 lebih dari 95%, pasien dengan pernapasan spontan.21
hematokrit lebih dari 30%, urin output
lebih dari 1 cc/kg/jam.1 Dengan
mengatur inotropik untuk optimalisasi
parameter hemodinamik pada periode
awal pemulihan, akan mempercepat
pemulihan dan menurunkan waktu
penggunaan inotropik.1
Smetkin dkk, 2009, melaporkan
algoritme EGDT berdasarkan
monitoring hemodinamik dan
pengukuran kontinyu ScvO2 dengan
mengenali dan mengoreksinya dengan
terapi cairan dapat memperbaiki
outcome pada OPCAB. Pasien
diberikan RL 6-7 cc/kg/jam sebelum

141 Volume VIII, Nomor 3, Tahun 2016


Jurnal Anestesiologi Indonesia

CI,2,5

CVP<6 , MAP<90
SVRI<1500, 100 ml koloid

CVP<6 , MAP<90
SVRI<1500, Vasoaktif dan inotropik

ScvO2 <70% Transfusi PRC <70%

ScvO2
≥70%
tidak

Target tercapai

Gambar 1. Protokol Early Goal Directed Therapy1

Induksi Anestesi/

rumatan anestesi/akses

ITBVI
Koloid/HAES 200 Nitrogliserin dan/atau

ITBVI = 850-1000

MAP

HR>90/menit- phenilefrin HR>90/menit- verapamil


HR<90/menit dan CI>2- HR<90/menit dan CI>2-
efedrin nitrogliserin
MAP = 60-100
HR<90

ScvO2
Hb < 8g/dl – transfusi
CI < 2 - dobutamin
ScvO2 > 60%

Target tercapai

Gambar 2. Algoritme monitoring hemodinamik pada OPCAB

Volume VIII, Nomor 3, Tahun 2016 142


Jurnal Anestesiologi Indonesia

DAFTAR PUSTAKA 11.S me t ki n A A et al . Si n gl e


transpulmonary thermodilution and
1. Kapoor PM et al. Early goal directed continuos monitoring of central venous
therapy in moderate to high-risk cardiac oxygen saturation during off-pump
surgery patients Annals of Cardiac cor onar y s ur ger y. T he Acta
Anesthesia. 2008; vol 11:1. Jan-June. Anesthesiologica Scandinavia
2. Aya et al. Goal-directed therapy in Foundation.2009; 1-10.
cardiac surgery systematic review and 12.Sakka SG et al. Comparison between
meta-analysis. British Journal of intrathoracic blood volume and cardiac
Anaesthesia. 2013; 10:1093. filling pressure in the early phase of
3. Hameed SM, Aird WC, Cohn SM. hemodynamic instability of patiens with
Oxygen Delivery. Crit Care Med. 2003; sepsis or septic shock. Journal of
31 (Suppl. 12): S 658-67 Critical Care. 1999; 14: 2 (June):78-83.
4. Hensley FA. A Practical Approach to 13.McLellan SA, Walsh TS. Oxygen
Cardiac Anesthesia 5th . Lippincott delivery and hemoglobin. http://www.e-
Williams&Wilkins.2013 safe-anaesthesia.org.
5. Rivers E et al. Early Goal-Directed 14.Adler AC, Sharma R, Higgins T,
Therapy in the treatment of severe McGee WT. Hemodynamic assesment
sepsis and septic shock. The New and monitoring in the Intensive Care
England Journal of Medicine; Unit : An Overview. Enliven : Journal
2001.345;19:1368-1377 of Anesthesiology and Critical Care
6. Cho WH. Update of Sepsis : Recent M e d i c i n e . h t t p : / /
evidences about Early Goal Directed www.enlivenarchive.org
Theraphy. Tuberc Respir Dis 2015; 78: 15.Fouzas S et al. Pediatrics. 2011;
156-160. 128:740
7. Wakeling HG et al. Intraoperative 16.Lee J et al. Central venous oxygen
oesophageal doppler guided fluid saturation in shock: A study in man.
management shortens postoperative Anesthesiology. 1972; 36: 472-8.
hospital stay after major bowel surgery. 17.Van Beest et al. Clinical Review : use of
British Journal Anaesthesia.2005; 95 venous oxygen saturations as a goal-a
(5):634-42. yet unfinished puzzle. Critical Care.
8. Polonen P et al. A prospective, 2011;15:232.
randomized study of Goal-Oriented 18.Shinde SB et al. Blood Lactate Levels
Hemodynamic Therapy in Cardiac During Cardiopulmonary Bypass for
Surgical Patients. Anesthesia Analgesia. Valvular Heart Surgery.Annals of
2000; Volume 90(5) May: 1052-1059. Cardiac Anaesthesia. 2005; 8: 39-44.
9. Benes et al. Intraoperative fluid 19.Mythen MG, Webb AR. Perioperative
optimization using stroke volume Plasma Volume Expansion Reduces the
variation in hihg risk surgical Incidence of Gut Mucosal
pati ent :r es ul ts of pr ospect i ve Hypoperfusion During Cardiac Surgery.
randomized study. Critical Care. 2010; Arch Surg. 1995;130:423-429.
14 : R118. 20.McKendry M et al. Randomised
10.http://www.cvphysiology.com controlled trial assessing the impact of a

143 Volume VIII, Nomor 3, Tahun 2016

Anda mungkin juga menyukai