Anda di halaman 1dari 5

Sanitasi Lingkungan Pada Air Kolam Renang

Pendahuluan

Latar Belakang

Sanitasi menurut WHO adalah tindakan pencegahan penyakit dengan


memutus atau mengendalikan factor lingkungan yang menjadi rantai penularan
penyakit.

Sanitasi Lingkungan merupakan status kesehatan suatu lingkungan mencakup


perumahan, pembuangan kotoran, penyediaan air bersih dan lainnya. Permasalahan
sanitasi lingkungan banyak terjadi di tempat-tempat umum seperti pasar,
supermarket, tempat rekreasi, restoran dan kolam renang.

Sedangkan tempat-tempat umum adalah tempat dimana adanya interaksi antar


masyarakat dengan lingkugan sekitar. Dari berbagai macam tempat-tempat umum
salah satunya adalah kolam renang. Kolam renang merupakan salah satu tempat yang
digunakan masyarakat untuk berolahraga, bermain, rekreasi, dan lainnya.

Di jaman modern seperti sekarang ini, banyak orang yang mendirikan kolam
renang sebagai tempat berolahraga sekaligus tempat rekreasi pengunjung. Kolam
renang sebagai sarana umum yang dikunjungi masyarakat dan dapat berpotensi
sebagai penyebaran bibit penyakit maupun gangguan kesehatan akibat sanitasi
lingkungan kolam renang yang buruk dan kualitas air kolam renang yang tercemar.

Air mempunyai peranan penting terhadap kesehatan. Ada 4 penyakit yang


berhubungan dengan air sebagai tempat penularan penyakit, yaitu water borne disease
penularan penyakit melalui air yang terkontaminasi bakteri dari penderita atau jika
orang meminumnya, pasti akan terkena penyakit. Kedua, water based disease
penularan yang melalui persediaan air sebagai host. Ketiga, water washed disease
yaitu penularan melalui air sebagai pencuci atau pembersih. Keempat, vector
inseksida yaitu penyakit vector berkembang biak dalam air. Kondisi sanitasi
lingkungan dan kualitas air pada kolam renang merupakan aspek yang harus dikelola
dengan baik untuk mencegah penyebaran bibit penyakit dan gangguan kesehatan
lingkungan kolam renang. Salah satu ciri air yang kotor yaitu air yang tidak jernih,
berlumut, dan berwarna hijau. Jika air berwarna jernih maka air dalam kolam renang
tersebut memenuhi syarat.

Pengawasan dan peninjauan sanitasi kolam renang harus selalu dilakukan, jika
tidak maka kolam renang akan menjadi tempat berkembang biak dan penyebaran
penyakit.

Kondisi sanitasi lingkungan di kolam renang yang buruk terjadi karena


kurangnya pengelolaan kebersihan. Kebersihan kolam renang harus dijaga agar tidak
terjadi penyebaran penyakit melalui air.

Pembahasan

Sanitasi kolam renang adalah tempat untuk berenang, berolahraga, rekreasi,


dan lainnya yang menggunakan air bersih yang sudah diolah. (Peraturan Menteri
Kesehatan RI No. 061 Tahun 1991)

Sanitasi lingkungan di air kolam renang harus memenuhi syarat kebersihan,


kenyamanan, dan keamanan sanitasi kolam renang yang kurang bersih akan
menimbulkan berbagai masalah salah satunya pencemaran di kolam renang.

Pencemaran yang terjadi di air kolam renang disebabkan oleh dua factor, yaitu
pencemaran kimia dan pencemaran mikrobiologi. Pencemaran kimia air kolam
renang berasal dari tubuh perenang (WHO,2006) . seperti keringat, urin, sisa sabun
dan kosmetik. Sedangkan pencemaran mikrobiologi berasal dari kontaminasi kotoran
perenang dan kontaminasi kotoran pada sumber air yang digunakan.

Air kolam renang yang kurang bersih dapat menimbulkan dampak negatif
yaitu menimbulkan berbagai macam penyakit antara lain penyakit kulit, mata,
hepatitis, dan penyakit pencernaan. (Mukono,2007). Penyakit kulit yang terjadi akibat
air yang kotor salah satunya timbul jerawat, gatal-gatal di wajah, bintul-bintul merah
dan lainnya. Kejadian tersebut bisa dihindari dengan memakai sunblock sebelum
berenang.

Penyakit mata yang sering terjadi yaitu iritasi mata seperti mata merah.
Kejadian tersebut dapat dicegah dengan menggunakan alat pelindung diri seperti kaca
mata renang. Kejadian yang lainnya yang sering terjadi yaitu kram otot dan terpleset.
Seseorang yang sebelum berenang tidak melakukan pemanasan , kemungkinan besar
bisa terjadi kram otot pada kaki maupun tangan. Maka diharapkan sebelum berenang
harus melakukan pemanasan minimal 15 menit.

Penyakit pencernaan yang sering terjadi akibat tertelan air kolam renang yaitu diare
dan typus.

Penyakit-penyakit tersebut dapat ditularkan oleh mikroorganisme pathogen


seperti bakteri, virus, jamur dan protozoa (WHO,2006)

Upaya yang dilakukan untuk membunuh mikroorganisme pathogen dalam air


kolam renang yaitu dengan cara esinfeksi menggunakan kaporit (klorinasi).
Penggunaan kaporit harus sesuai batas, sebab pemakaian dalam konsentrasi yang
kurang akan menyebabkan kuman dalam air tidak bisa terdesinfeksi dengan baik. Dan
jika pemakaian dalam konsentrasi tinggi atau berlebihan dapat menyebabkan dampak
buruk bagi kesehatan seperti saluran nafas, dan kulit. Biasanya seseorang yang selesai
berenang akan mengalami iritasi kulit, seperti kulit kerig dan panas jika tidak
menggunakan handbody. Hal itu dikarenakan kulit mereka terkena kaporit yang
berlebihan.

Cara yang dilakukan untuk merawat air kolam renang agar tetap bersih yaitu
dengan mensterilkan kolam renang dengan klorin dan bromine sebanyak 3-4 kali
sehari, membersihkan ubin kolam renang, dan membersihkan daun, tangkai, serangga
atau yang lainnya yang ada di kolam renang menggunakan jaring.

Peran kita sebagai petugas kesehatan masyarakat terhadap terjadinya sanitasi


kolam renang yang kurang bersih yaitu dengan cara observasi atau kunjungan ke
tempat kolam renang setiap sebulan sekali dan melakukan pengecekan terhadap
sanitasi dan kebersihan kolam renang. Memberikan sosialisasi tentang standart syarat
kesehatan sanitasi lingkungan dan kualitas air di kolam renang agar pemilik kolam
renang dapat menerapkan syarat kesehatan sanitasi lingkungan dan kualitas air di
kolam renang dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA

- Iib.unnes.ac.id
- Journal.unair.ac.id
- WHO, 2006, Guidelines For Safe Recreational Water Environment
Volume 2 Swimming Pools And Similar Environments, WHO Press,
Switzerland.
- Menteri Kesehatan RI. 1990, Peraturan Menteri Kesehatan No. 016 Tahun
1990 Tentang Persyaratan Kesehatan Kolam Renang Dan Pemandian
Umum, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
- Mukono, H.J, 2000, Prinsip Dasar Kesehatan Lingkungan, Airlangga
University Press, Surabaya

Anda mungkin juga menyukai