Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA

Dosen Pengampu : Sulaiman, M.Pd.I

Disusun Oleh Kelompok 6 :

Irbah Ayu Methasari 181910301124 2018


Sela Marselina 181910301043 2018
Maya Rosnasari Da’at 182110101158 2018
Arina
Bachtiar Ramadhani P 181910301107 2018

UNIVERSITAS JEMBER

JEMBER

2018
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji dan syukur kepada Allah SWT, atas segala
limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehungga penulis dapat menyelesaikan
makalah agama yang berjudul “Kerukunan Antar Umat Beragama”.

Adapun penulisan makalah ini bertujuan untuk mengetahui apa pengertian


dari kerukunan antar umat beragama dan penerapannya dalam kehidupan sehari-
hari.

Pada penulisan makalah agama ini berbagai permasalahan telah penulis


alami. Oleh karena itu, terselesaikannya makalah agama ini tentu saja bukan
karena kerja keras penulis semata-mata. Namun karena adanya dukungan dan
bantuan dari berbagai pihak terkait.

Sehubungan dengan hal tersebut, penulis dengan ketulusan hati


mengucapkan terima kasih kepada dosen agama yang telah senantiasa
membimbing penulis dalam menyelesaikan proposal ini. Penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan
satu persatu, yang telah membantu menyelesaikan makalah agama ini.

Dalam menyusun makalah agama ini, penulis sangat menyadari


banyaknya kekurangan yang terdapat di dalam makalah agama ini. Oleh karena
itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak agar
makalah agama ini lebih baik lagi dan bisa bermanfaat untuk orang banyak.

Jember, 21 September 2018

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Halaman Sampul

Kata Pengantar ......................................................................................................... i

Daftar Isi.................................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang .......................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................1

1.3 Tujuan.....................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kerukunan Antar Umat Beragama .......................................2

2.2 Kerukunan Antar Umat Beragama dalam Pandangan Islam ..................2

2.3 Kendala-Kendala Dalam Kerukunan.....................................................4

2.4 Solusi......................................................................................................6

2.5 Agama Islam Merupakan Rahmat Bagi Seluruh Alam..........................9

2.6 Ukhuwah Islamiyah Dan Ukhuwah Insaniyah.....................................10

2.7 Kebersamaan Ummat Beragama Dalam Kehidupan Sosial.................11

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan...........................................................................................14

3.2 Saran .....................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Istilah kerukunan beragama erat kaitannya dengan toleransi yang berarti


saling memahami, saling mengerti, dan saling membuka diri dalam tali
persaudaraan. Kata ‘toleransi’ dan ‘kerukunan’ adalah sesuatu yang sangat
didambakan oleh seluruh manusia.

Agama Islam sangat menjunjung tinggi toleransi. Toleransi beragama


dalam Islam bukan membenarkn dan mengakui semua agama dan keyakinan yang
ada, karena ini merupakan persoalan akidah dan keimanan yang harus dijaga baik
tiap pribadi muslim. Tidak ada toleransi dalam hal akidah dan ibadah. Karena
sesungguhnya bagi orang Islam agama yang diridhai di sisi Allah hanyalah Islam.
Toleransi hanya dalam urusan muamalah dan kehidupan sosial.

Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki keanekaragaman


dalam hal suku, etnis, budaya, dan agama. Untuk itu toleransi perlu agar dapat
menghindari terjadinya konflik yang mengarah pada kekerasan. Di Indonesia, rasa
toleransi agama masih sangat minim. Faktanya masih banyak permasalahan yang
diikuti kekerasan dengan beratas namakan agama. Hal ini mengkhawatirkan bagi
integritas bangsa Indonesia sendiri.

1.2 Rumusan Masalah


a) Apa yang dimaksud dengan kerukunan antar umat beragama
b) Bagaimana penerapan kerukunan antar umat beragama dalam kehidupan
sehari-hari
1.3 Tujuan
a) Mengetahui pengertian kerukunan antar umat beragama
b) Dapat mengaplikasikan kerukunan antar umat beragama dalam kehidupan
sehari-hari

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kerukunan Antar Umat Beragama

Kata kerukunan artinya perdamaian. Maka kerukunan hanya digunakan


dan berlaku dalam dunia sosial.

Menurut Menteri Agama, K.H. M. Dachlan, adanya kerukunan antara


golongan beragama adalah syarat mutlak bagi terwujudnya stabilitas politik dan
ekonomi. Perlu adanya kerja sama antara pemerintah dan masyarakat beragama
untuk menciptakan kerukunan beragama ini sehingga tuntutan hati dan cita-cita
rakyat terwujudkan melalui masyarakat yang adil dan makmur yang dilindungi
Tuhan YME.

Menurut KBBI, kerukunan diartikan sebagai hidup bersama dalam


masyarakat dengan kesatuan hati dan bersepakat untuk tidak menciptakan
perselisihan dan pertengkaran. Kerukunan bermakna baik dan damai. Kondisi
ideal kerukunan umat beragama, bukan hanya tercapainya suasana batin yang
penuh toleransi antar umat beragama, tetapi yang lebih penting adalah bagaimana
mereka bisa saling bekerja sama.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat kita tarik kesimpulannya


bahwa pengertian dari kerukunan antar umat beragama adalah kondisi dimana
antar umat beragama dapat saling menerima, saling menghormati keyakinan
masing-masing, saling tolong-menolong, dan bekerja sama dalam mencapai
tujuan bersama.

2.2 Kerukunan Antar Umat Beragama Dalam Pandangan Islam

Islam menjunjung tinggi toleransi untuk memiliki sifat terbuka dan mau
mengakui adanya berbagai macam perbedaan. Hal ini merupakan fitrah dan
sunnatullah yang menjadi ketetapan Allah SWT. Ada istilah tasamuh yang dekat
dengan kerukunan umat beragama. Perilaku tasamuh yaitu tidak saling melanggar

2
batasan, terutama yang berkaitan dengan batasan keimanan atau aqidah. Toleransi
Islam antar umat beragama hanya menyentuh kehidupan sosial.

Ajaran Islam yang mengungkapkan hidup damai, rukun, dan toleran,


antara lain sebagai berikut:

a) Manusia adalah makhluk sosial yang diciptakan berbeda-beda

Perbedaan antar manusia adalah ketetapan Allah SWT atau sunnatullah.


Al-Qur’an menjelaskan kenyataan adanya perbedaan dan keragaman dalam
masyarakat. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam surat Al-Hujarat ayat
13.

Berdasarkan surat Al-Hujurat ayat 13 tersebut, ketetapan Allah SWT ini


harus diterima. Ayat di atas membuktikan bahwa toleransi menjadi satu ajaran
penting yang dibawa dalam setiap risalah keagamaan. Sudah semestinya
perbedaan merupakan kenyataan sosial, sesuatu yang tidak dapat dipungkiri.

b) Perbedaan keyakinan tidak bisa dipungkiri

Toleransi kehidupan keagamaan yang ditawarkan Islam begitu sederhana


dan rasional. Islam mewajibkan para pemeluknya membangun batas yang tegas
dalam hal akidah dan kepercayaan, sambil menjaga prinsip penghargaan atas
keberadaan pemeluk agama lain dan menjaga hak-hak mereka sebagai pribadi dan
anggota masyarakat.

c) Tidak ada paksaan dalam beragama

Sejak dini, Al-Qur’an dan Sunnah menegaskan bahwa keberagaman harus


didasarkan pada kepatuhan yang tulus kepada Allah. Sumber dari beragama
adalah jiwa dan nurani manusia.

Kita tidak boleh memaksa seorang pun untuk masuk Islam. Karena, agama
Islam telah jelas semua ajaran dan bukti kebenarannya. Siapa yang mendapat
hidayah, akan dilapangkan dadanya dan terang hatinya, sehingga ia pasti masuk
Islam dengan bukti yang kuat. Meskipun agama Islam mengajarkan toleransi,

3
namun setiap Muslim harus tetap bersikap tegas untuk mempercayai sepenuhnya
bahwa Islam adalah satu-satunya agama yang benar dan sempurna.

d) Mengikuti keteladanan Rasulullah

Rasulullah diutus untuk menyempurnakan akhlak manusia. Kita


diharuskan mengikuti keteladanannya. Ia tidak hanya mengatur etika pergaulan
antar sesama manusia, tetapi juga dengan alam lingkungan dan penciptanya.
Semua perilaku ini sudah dicontohkan Rasulullah. Ada banyak sunnah Nabi bagi
umatnya untuk terus menjaga sikap dan perilaku mereka agar tidak melanggar
batas-batas kemanusiaan, meskipun berbeda keyakinan.

2.3 Kendala-Kendala Dalam Kerukunan

1. Rendahnya Sikap Toleransi


Menurut Dr. Ali Masrur, M.Ag, salah satu masalah dalam komunikasi antar
agama sekarang ini, khususnya di Indonesia, adalah munculnya sikap toleransi
malas-malasan (lazy tolerance) sebagaimana diungkapkan P. Knitter. Sikap ini
muncul sebagai akibat dari pola perjumpaan tak langsung (indirect encounter)
antar agama, khususnya menyangkut persoalan teologi yang sensitif. Sehingga
kalangan umat beragama merasa enggan mendiskusikan masalah-masalah
keimanan. Tentu saja, dialog yang lebih mendalam tidak terjadi, karena baik pihak
yang berbeda keyakinan/agama sama-sama menjaga jarak satu sama lain.

Masing-masing agama mengakui kebenaran agama lain, tetapi kemudian


membiarkan satu sama lain bertindak dengan cara yang memuaskan masing-
masing pihak. Yang terjadi hanyalah perjumpaan tak langsung, bukan perjumpaan
sesungguhnya. Sehingga dapat menimbulkan sikap kecurigaan diantara beberapa
pihak yang berbeda agama, maka akan timbullah yang dinamakan konflik.

2. Kepentingan Politik
Faktor Politik, Faktor ini terkadang menjadi faktor penting sebagai kendala
dalam mncapai tujuan sebuah kerukunan antar umat beragama khususnya di
Indonesia, jika bukan yang paling penting di antara faktor-faktor lainnya. Bisa

4
saja sebuah kerukunan antar agama telah dibangun dengan bersusah payah selama
bertahun-tahun atau mungkin berpuluh-puluh tahun, dan dengan demikian kita
pun hampir memetik buahnya.

Namun tiba-tiba saja muncul kekacauan politik yang ikut memengaruhi


hubungan antaragama dan bahkan memorak-porandakannya seolah petir
menyambar yang dengan mudahnya merontokkan “bangunan dialog” yang sedang
kita selesaikan. Seperti yang sedang terjadi di negeri kita saat ini, kita tidak hanya
menangis melihat political upheavels di negeri ini, tetapi lebih dari itu yang
mengalir bukan lagi air mata, tetapi darah; darah saudara-saudara kita, yang
mudah-mudahan diterima di sisi-Nya. Tanpa politik kita tidak bisa hidup secara
tertib teratur dan bahkan tidak mampu membangun sebuah negara, tetapi dengan
alasan politik juga kita seringkali menunggangi agama dan memanfaatkannya.

3. Sikap Fanatisme
Di kalangan Islam, pemahaman agama secara eksklusif juga ada dan
berkembang. Bahkan akhir-akhir ini, di Indonesia telah tumbuh dan berkembang
pemahaman keagamaan yang dapat dikategorikan sebagai Islam radikal dan
fundamentalis, yakni pemahaman keagamaan yang menekankan praktik
keagamaan tanpa melihat bagaimana sebuah ajaran agama seharusnya
diadaptasikan dengan situasi dan kondisi masyarakat. Mereka masih
berpandangan bahwa Islam adalah satu-satunya agama yang benar dan dapat
menjamin keselamatan menusia. Jika orang ingin selamat, ia harus memeluk
Islam. Segala perbuatan orang-orang non-Muslim, menurut perspektif aliran ini,
tidak dapat diterima di sisi Allah.

Pandangan-pandangan semacam ini tidak mudah dikikis karena masing-


masing sekte atau aliran dalam agama tertentu, Islam misalnya, juga memiliki
agen-agen dan para pemimpinnya sendiri-sendiri. Islam tidak bergerak dari satu
komando dan satu pemimpin. Ada banyak aliran dan ada banyak pemimpin agama
dalam Islam yang antara satu sama lain memiliki pandangan yang berbeda-beda
tentang agamanya dan terkadang bertentangan. Tentu saja, dalam agama Kristen

5
juga ada kelompok eksklusif seperti ini. Kelompok Evangelis, misalnya,
berpendapat bahwa tujuan utama gereja adalah mengajak mereka yang percaya
untuk meningkatkan keimanan dan mereka yang berada “di luar” untuk masuk
dan bergabung. Bagi kelompok ini, hanya mereka yang bergabung dengan gereja
yang akan dianugerahi salvation atau keselamatan abadi. Dengan saling
mengandalkan pandangan-pandangan setiap sekte dalam agama teersebut, maka
timbullah sikap fanatisme yang berlebihan.

Dari uraian diatas, sangat jelas sekali bahwa ketiga faktor tersebut adalah
akar dari permasalahan yang menyebabkan konflik sekejap maupun
berkepanjangan.

2.4 Solusi
1.Dialog Antar Pemeluk Agama
Sejarah perjumpaan agama-agama yang menggunakan kerangka politik
secara tipikal hampir keseluruhannya dipenuhi pergumulan, konflik dan
pertarungan. Karena itulah dalam perkembangan ilmu sejarah dalam beberapa
dasawarsa terakhir, sejarah yang berpusat pada politik yang kemudian disebut
sebagai “sejarah konvensional” dikembangkan dengan mencakup bidang-bidang
kehidupan sosial-budaya lainnya, sehingga memunculkan apa yang disebut
sebagai “sejarah baru” (new history). Sejarah model mutakhir ini lazim disebut
sebagai “sejarah sosial” (social history) sebagai bandingan dari “sejarah politik”
(political history). Penerapan sejarah sosial dalam perjumpaan Kristen dan Islam
di Indonesia akan sangat relevan, karena ia akan dapat mengungkapkan sisi-sisi
lain hubungan para penganut kedua agama ini di luar bidang politik, yang sangat
boleh jadi berlangsung dalam saling pengertian dan kedamaian, yang pada
gilirannya mewujudkan kehidupan bersama secara damai (peaceful co-existence)
di antara para pemeluk agama yang berbeda.

Hampir bisa dipastikan, perjumpaan Kristen dan Islam (dan juga agama-
agama lain) akan terus meningkat di masa-masa datang. Sejalan dengan
peningkatan globalisasi, revolusi teknologi komunikasi dan transportasi, kita akan

6
menyaksikan gelombang perjumpaan agama-agama dalam skala intensitas yang
tidak pernah terjadi sebelumnya. Dengan begitu, hampir tidak ada lagi suatu
komunitas umat beragama yang bisa hidup eksklusif, terpisah dari lingkungan
komunitas umat-umat beragama lainnya. Satu contoh kasus dapat diambil: seperti
dengan meyakinkan dibuktikan Eck (2002), Amerika Serikat, yang mungkin oleh
sebagian orang dipandang sebagai sebuah “negara Kristen,” telah berubah
menjadi negara yang secara keagamaan paling beragam. Saya kira, Indonesia,
dalam batas tertentu, juga mengalami kecenderungan yang sama. Dalam
pandangan saya, sebagian besar perjumpaan di antara agama-agama itu,
khususnya agama yang mengalami konflik, bersifat damai. Dalam waktu-waktu
tertentu ketika terjadi perubahan-perubahan politik dan sosial yang cepat, yang
memunculkan krisis pertikaian dan konflik sangat boleh jadi meningkat
intensitasnya. Tetapi hal ini seyogyanya tidak mengaburkan perspektif kita,
bahwa kedamaian lebih sering menjadi feature utama. Kedamaian dalam
perjumpaan itu, hemat saya, banyak bersumber dari pertukaran (exchanges) dalam
lapangan sosio-kultural atau bidang-bidang yang secara longgar dapat disebut
sebagai “non-agama.”

Bahkan terjadi juga pertukaran yang semakin intensif menyangkut gagasan-


gagasan keagamaan melalui dialog-dialog antaragama dan kemanusiaan baik pada
tingkat domestik di Indonesia maupun pada tingkat internasional; ini jelas
memperkuat perjumpaan secara damai tersebut. Melalui berbagai pertukaran
semacam ini terjadi penguatan saling pengertian dan, pada gilirannya, kehidupan
berdampingan secara damai.

2. Bersikap Optimis
Walaupun berbagai hambatan menghadang jalan kita untuk menuju sikap
terbuka, saling pengertian dan saling menghargai antaragama, saya kira kita tidak
perlu bersikap pesimis. Sebaliknya, kita perlu dan seharusnya mengembangkan
optimisme dalam menghadapi dan menyongsong masa depan dialog.Paling tidak
ada tiga hal yang dapat membuat kita bersikap optimis.

7
Pertama, pada beberapa dekade terakhir ini studi agama-agama, termasuk
juga dialog antaragama, semakin merebak dan berkembang di berbagai
universitas, baik di dalam maupun di luar negeri. Selain di berbagai perguruan
tinggi agama, IAIN dan Seminari misalnya, di universitas umum seperti
Universitas Gajah Mada, juga telah didirikan Pusat Studi Agama-agama dan
Lintas Budaya. Meskipun baru seumur jagung, hal itu bisa menjadi pertanda dan
sekaligus harapan bagi pengembangan paham keagamaan yang lebih toleran dan
pada akhirnya lebih manusiawi. Juga bermunculan lembaga-lembaga kajian
agama, seperti Interfidei dan FKBA di Yogyakarta, yang memberikan sumbangan
dalam menumbuhkembangkan paham pluralisme agama dan kerukunan
antarpenganutnya.

Kedua, para pemimpin masing-masing agama semakin sadar akan perlunya


perspektif baru dalam melihat hubungan antar-agama. Mereka seringkali
mengadakan pertemuan, baik secara reguler maupun insidentil untuk menjalin
hubungan yang lebih erat dan memecahkan berbagai problem keagamaan yang
tengah dihadapi bangsa kita dewasa ini. Kesadaran semacam ini seharusnya tidak
hanya dimiliki oleh para pemimpin agama, tetapi juga oleh para penganut agama
sampai ke akar rumput sehingga tidak terjadi jurang pemisah antara pemimpin
agama dan umat atau jemaatnya. Kita lebih mementingkan bangunan-bangunan
fisik peribadatan dan menambah kuantitas pengikut, tetapi kurang menekankan
kedalaman (intensity) keberagamaan serta kualitas mereka dalam memahami dan
mengamalkan ajaran agama.

Ketiga, masyarakat kita sebenarnya semakin dewasa dalam menanggapi isu-


isu atau provokasi-provokasi. Mereka tidak lagi mudah disulut dan diadu-domba
serta dimanfaatkan, baik oleh pribadi maupun kelompok demi target dan tujuan
politik tertentu. Meskipun berkali-kali masjid dan gereja diledakkan, tetapi
semakin teruji bahwa masyarakat kita sudah bisa membedakan mana wilayah
agama dan mana wilayah politik. Ini merupakan ujian bagi agama autentik
(authentic religion) dan penganutnya. Adalah tugas kita bersama, yakni
pemerintah, para pemimpin agama, dan masyarakat untuk mengingatkan para

8
aktor politik di negeri kita untuk tidak memakai agama sebagai instrumen politik
dan tidak lagi menebar teror untuk mengadu domba antarpenganut agama.

Jika tiga hal ini bisa dikembangkan dan kemudian diwariskan kepada
generasi selanjutnya, maka setidaknya kita para pemeluk agama masih
mempunyai harapan untuk dapat berkomunikasi dengan baik dan pada gilirannya
bisa hidup berdampingan lebih sebagai kawan dan mitra daripada sebagai lawan.

2.5. Agama Islam Merupakan Rahmat Bagi Seluruh Alam


1. Makna agama Islam
Kata islam berarti damai, selamat, sejahtera,penyerahan diri, taat dan patuh.
Pengertian tersebut menunjukkan bahwa agama islam adalah agama yang
mengandung ajaran yang menciptakan kedamaian, keselamatan dan kesejahteraan
kehidupan ummat manusia pada sebagai penerima amanah allah yang dapat
menjalagkan amanah tersebut secara benar dan kaffah.

Agama islam adalah agama yang allah turunkan sejak manusia pertama,
nabi pertama yaitu nabi adam as. Agama islam itu kemudian allah turunkan secara
berkisenambungan pada para nabi dan rasul rasulnya. Aknir proses penurunan
agama islam itu baru menjadi pada masa kerasulan nabi Muhammad pada awal
abad ke-v11 masehi. Islam sbagai nama agama yang allah turunkan belum
dinyatakan secara eksplisit pada masa kerasulan sebelum nabi Muhammad saw.
Tetapi makna yang substansi ajaranya secara implicit memiliki persamaan yang
dapat dipahami yang dapat dipahami dari penyataan sikap para rasul.
Sebagaimana firman allah dalam surah al- baqarah ayat 132 yang artinya:
"hai anak anakku (kata Ibrahim )sesungguhnya allah telah memilih agama ini
bagimu maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama islam." (Q S
al-baqarah 132)

2. makna ukhuwah insyaniah


Fungsi sebagai rahmat llah telah dijelaskan dalam al-quran surah al anbiya ‘ ayat
107 yang artinya:

9
‘’dan tidaklah kami mengutus kamu, melainkan untuk menjadi rahmat bagi
semesta alam’’(QS al- anbiya ‘ayat 107)"

Bentuk-bentuk kerahmatan Allah pada ajaran islam sbb:


1. Islam memberikan kebebasan pada manusia untuk menggunakan potensi yang
diberikan Allah
2. Islam menghargai dan menghormati manusiasebagai hamba allah, baik mereka
muslim maupun non muslim
3. Islam mengatur pemamfaatan alam secara baik dan professional
4. Islam menghormati kondisi spesifk indifidu manusia dan memberikan pelakuan
yang spesifik pula.

2.6. Ukhuwah Islamiyah Dan Ukhuwah Insaniyah

1. makna ukhuwah islamiyah


kata ukhuwah berarti persaudaraan, maksudnya perasaan simpati daan
empati antara dua orang atau lebih. Persaudaraan sesame muslim berarti saling
menghargai dan saling menghormati relativitas masing masing sebagai sifat dasar
kemanusiaan, seperti perbedaan pemikiran, sehingga tidak menjadi penghalang
untuk saling membantu atau menolong karena diantara mereka terkait oleh satu
keyakinan dan dan jalan hidup, yaitu islam.sebagaimana disebutkan dalam al
quran surat alhujarat ayat 10: yang artinya:
‘’sesungguhnya orang orang mukmin adalah bersaudara, karna itu damaikanlah
antara kedua”

2. makna ukhuwah insaniyah


konsep sesama persaudaran manusia (ukhuwah insaniyah) di landasi ajaran
bahwa semua ummat manusia adalah makhluk Allah. Sebagaimana Allah
menjelaskan dalam al-quran surah al-maidah ayat 48.
Dalam praktek keterangan yang sering timbul antar ummat beragama dengan
pemerintahan disebabkan oleh :
1. Sifat dari masing masing agama yang mengandung tugas dakwa atau misi

10
2. Kekurangan pengetahuan pemeluk agama akan agamanya atau sendiri atau
agama pihak lain
3. Para pemwluk agamma tidak mampu menahan diri, sehingga kurang
menghormati bahkan memandang renda agama lain.
4. Kaburnya batas antara sikap memegang teguh keyakinan agama dan toleransi
dalam dalam kehidupan masayarakat
5. Kecurigaan masing masing akan kejujuran pihak lain, baik intern ummat,
beragama maupun antara ummat beragama dengan pemerintah
6. Kurangnya saling pengertian dalam menghadapi masalah perbedaan pendapat

Dalam pembinaan ummat beragama, para pemimpin dan tokoh dalam mempunyai
peranan yang besar, yaitu:
1. Menerjemahkan nilai nilai dan norma norma agama dalam masyarakat
2. Menerjemahkan gagasan pembangunan kedalam bahasa yang di mengerti
masyarakat
3. Memberikan pendapat, saran dan kritik yang sehat terhadap ide ide dan cara
cara yang di lakukan untuk tugasnyanya pembangunan
4. Mendorong pembangunan dan membimbing masyarakat dan ummat beragama
untuk serta dalam usaha

2.7. Kebersamaan Ummat Beragama Dalam Kehidupan Sosial


1. pandangan agama islam terhadap ummat non Islam
Dari segi kaidah, setiap orang yang tidak mau menerima islam sebagai
agamanya di sebut kafir atau non islam . Kata kafir berarti orang yang menolak,
yang tidak mau menerima atau menolak menaati aturan allah yang diwujudkan
kepada manusia melalui ajaran islam.

Ketika rasulullah mulai menyampaikan ajaran islam kepada masyarakat


arab, sebagian dari mereka ada yang mau menerima ajaran tersebut dan
sebagianya lagi menolak orang yang menolak ajakan rasulullah saw tersebut di
sebut juga kafir. Mereka terdiri dari orang orang musrik yang menyembah berhala

11
di sebut orang watsani, dan orang orang ahli kitab baik orang yahudi maupun
orang nasrani.

2. Tanggung jawab sosial ummat Islam


Ummat islam adalah umat yang terbaik yang diciptakan allah dalam
kehidupan ini. Bentuk tanggung jawab sosial ummat islam meliputi berbagai
aspek kehidupan , di antaranya adalah:
1. Menjalin silaturahmi dengan tetangga dalam sebuah hadis rasulullah
menjadikan sebuah kebaikan seseorang kepada tetangganya menjadi salah satu
indicator keimanan
2. Memberikan infak sebagian dari harta yang dimiliki, baik yang wajib
dalm bentuk zakat maupun yang sunnah dalam bentuk sedekah.
3. Menjenguk bila ada anggota masyarakat yang sakit dan ta’ziyah bila ada
anggota masyarakat yang meninggal dengan mengantar jenazahnya sampai di
kuburnya.
4. Memberi bantuan kepada masyarakat bila ada yang memerlukan bantuan
5. Penyusunan system sosial yang efektif dan efesien untuk membangun
masyarakat, baik mental spiritual maupun fisik materialnya

3. amar ma’ruf dan nahi munkar


Amar ma’ruf dan nahi munkar adalah memerintahkan orang lain untuk
berbuat baik dan mencegah perbuatan jahat. Disamping system dan saran
pendukung, amar ma’ruf dan nahi munkar memerlukan juga kebijakan dalam
bertindak. Karna itu rasulullah memberikan tiga tingkatan yaitu:
a. Menggunakan tangan atau kekuasaan apabila ia mampu
b. Menggunakan lisan
c. Dalam hati apabila langkah pertama dan kedua tidak mmemungkinkan.

Bentuk amar ma’ruf dan nahi munkar yang bersistem diantaranya adalah:
1. Mendirikan mesjid
2. Menyelenggarakan pengajian
3. Mendirikan lembaga wakaf

12
4. Mendirikan lembaga pendidikan islam
5. Mendirikan lembaga keuangan atau perbangkan syariah
6. Mendirikan media massa islam, Koran, radio, tv dan lain lain
7. Mendirikan panti rehabilitasi anak anak nakal
8. Mendirikan pesantren
9. Menyelenggarakan kajian-kajian islam
10. Membuat jaringan informasi social

13
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Ajaran Islam mengungkapkan hidup damai, rukun, dan toleran. Kerukunan


umat beragama adalah kondisi saat antar umat beragama dapat saling menerima,
saling menghormati keyakinan masing-masing, saling tolong menolong, dan
bekerja sama dalam mencapai tujuan bersama. Dalam konteks keIndonesiaan,
kerukunan beragama berarti kebersamaan antar umat beragama dengan
pemerintah dalam rangka suksesnya pembangunan nasional dan menjaga NKRI.

3.2 Saran

Adapun solusi untuk menghadapinya, adalah dengan melakukan Dialog


Antar Pemeluk Agama dan menanamkan Sikap Optimis terhadap tujuan untuk
mencapai kerukunan antar umat beragama.

14
DAFTAR PUSTAKA

Rusydi Ibnu dan Siti Zolehah. 2018. Makna Kerukunan Antar Umat Beragama
dalam Konteks Keislaman dan Keindonesiaan. Indramayu: Universitas Wiralodra.

http://www.tugasku4u.com/2013/02/makalah-kerukunan-antar-umat-
beragama.html

Dr. Ali Masrur, M.Ag.,2004,Problem dan Prospek Dialog Antaragama. Artikel.


cfm
Koran bali post cetak 29/12/2003.

Ansari, Zafar Ishaq & John L. Esposito, eds., 2001, Muslims and the West:
Encounter and Dialogue, Islamabad & Washington DC., Islamic Research
Institute, International Islamic University & Center for Muslim-Christian
Understanding, Georgetown University

Koran bali post cetak 29/12/2003/. Hlm 3

Dr. Ali Masrur, M.Ag.Problem dan Prospek Dialog Antaragama. Artikel.

Ansari, Zafar Ishaq & John L. Esposito, eds., 2001, Muslims and the West:
Encounter and Dialogue, Islamabad & Washington DC., Islamic Research
Institute, International Islamic University & Center for Muslim-Christian
Understanding, Georgetown University. Hlm 57-58

Dr. Ali Masrur, M.Ag. Op. Cit.

Ash-Shiddiqieqy, Hasbi TM, Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Hukum


Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1997.

Anda mungkin juga menyukai