Anda di halaman 1dari 114

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kehamilan
1. Konsep Dasar Kehamilan
a. Pengertian
Menurut Saifuddin (2013, hal.89), definisi dari masa
kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya
hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung
dari hari pertama haid terakhir.
Menurut Manuaba (2010, hal.107), kehamilan trimester III
adalah kehamilan dengan usia antara 29-42 minggu, yang mana usia
kehamilan dari 37-42 minggu disebut aterm.

b. Tanda-Tanda Kehamilan
1) Gejala kehamilan tidak pasti menurut Rukiyah, dkk (2009, hal.79-
82), yaitu:
a) Amenorrhea
Amenorrhea (tidak haid), gejala ini sangat penting
karena umumnya wanita hamil tidak dapat haid lagi.
b) Mual dan Muntah
Pengaruh esterogen dan progesteron terjadi
pengeluaran asam lambung yang berlebihan, menimbulkan
mual dan muntah terutama pada pagi hari yang disebut
morning sickness, akibat mual dan muntah nafsu makan
berkurang.

1
c) Mengidam
Mengidam (ingin makanan atau minuman tertentu).
Sering terjadi pada bulan-bulan pertama kehamilan dan akan
hilang sendirinya seiring bertambah tua usia kehamilan.
d) Pingsan
Pingsan sering terjadi saat berada ditempat-tempat
ramai. Dianjurkan tidak mendatangi tempat-tempat ramai pada
usia awal kehamilan hingga setelah usia kehamilan 16 minggu.
e) Mammae menjadi tegang dan membesar
Keadaan ini disebabkan pengaruh estrogen dan
progesteron yang merangsang duktuli dan alveoli di mammae.
Glandula mantgometri tampak lebih jelas.
f) Anoreksia
Anoreksia (hilangnya nafsu makan), terjadi pada bulan-
bulan pertama kehamilan dan akan normal kembali setelahnya.
g) Sering miksi
Sering miksi (sering kencing), terjadi karena kandung
kemih pada masa kehamilan tertekan oleh uterus yang semakin
membesar.
h) Konstipasi/opstipasi
Obstipasi terjadi karena tonus otot menurun yang
disebabkan pengaruh hormon steroid.
i) Hipertropi dari papilla gusi (epulis)
Tanda berupa pembengkakan pada gusi.
j) Perubahan pada perut
Uterus berada pada rongga panggul sampai minggu ke-
12 setelah itu uterus mulai bisa diraba diatas simpisis pubis
sehingga menyebabkan perubahan ukuran pada perut.

2
k) Leukorea (keputihan)
Tanda berupa peningkatan jumlah cairan vagina karena
pengaruh hormon sehingga bukan cairan abnormal namun
hanya berupa cairan jernih dan tidak menyebabkan rasa gatal.

c. Perubahan Fisiologis pada Kehamilan Trimester III


Menurut Manuaba, dkk (2010, hal 85) dengan terjadinya
kehamilan maka seluruh sistem genetalia wanita mengalami perubahan
yang mendasar sehingga dapat menunjang perkembangan dan
pertumbuhan janin dalam rahim. Plasenta dalam perkembangannya
mengeluarkan hormon somatomammotrofin, estrogen, dan
progesteron menyebabkan perubahan pada bagian-bagian tubuh
dibawah ini :
1) Rahim dan Uterus
a) Ukuran
Untuk akomodasi pertumbuhan janin, Rahim membesar
akibat hipertrofi dan hiperplasi otot polos rahim. Ukuran pada
kehamilan cukup bulan 30x25x20 cm dengan kapasitas lebih
dari 4000cc.
b) Berat
Berat uterus naik secara luar biasa, dari 30 gram menjadi
1000 gram pada akhir kehamilan.
c) Bentuk dan konsisitensi
Pada bulan-bulan pertama kehamilan, bentuk rahim seperti
buah alpukat, pada kehamilan 4 bulan berbentuk bulat, dan
akhir kehamilan seperti bujur telur. Rahim saat tidak hamil kira-
kira sebesar telur ayam, pada kehamilan 2 bulan sebesar telur
bebek, dan kehamilan 3 bulan sebesar telur angsa.

3
Pada minggu pertama, istmus rahim mengadakkan
hipertrofi dan bertambah panjang, sehingga bila diraba terasa
lebih lunak, yang biasa disebut tanda hegar. Pada kehamilan 5
bulan rahim teraba seperti berisi cairan ketuban, dinding rahim
terasa tipis, karena itu bagian-bagian janin dapat diraba melalui
dinding perut dan dinding rahim.
d) Posisi rahim dalam kehamilan
Menurut Rustam Mochtar posisi rahim dalam kehamilan
adalah :
(1) Pada permulaan kehamilan, dalam letak antefleksi dan
retrofleksi.
(2) Pada 4 bulan kehamilan, rahim tetap berada dalam rongga
pelvis.
(3) Setelah itu, mulai memasuki rongga perut yang dalam
pembesarannya bisa mencapai hati.
Sebagai gambarannya menurut Manuaba dapat dikemukakan
sebagai berikut :
(1) Pada kehamilan 16 minggu, kavum uteri seluruhnya diisi
oleh amnion, dimana desidua kapsularis dan desidua
paarietalis telah menjadi satu. Tingginya rahim setengah dari
jarak simfisis dan pusat.
(2) Pada hamil 20 minggu, fundus uteri terletak 2 jari dibawah
pusat sedangkan umur 24 minggu tepat di tepi atas pusat
(3) Pada hamil 28 minggu, tingginya fundus uteri sekitar 3 jari
diatas pusat atau sepertiga jarak antara pusat dan prosesus
xifoideus.
(4) Pada kehamilan 32 minggu, tingginya fundus uteri setengah
jarak prosesus xifoideus dan pusat.

4
(5) Pada kehamilan 36 minggu, tinggi fundus uteri sekitar satu
jari dibawah prosesus xifoideus, dalam hal kepala bayi
belum masuk pintu atas panggul.
(6) Pada kehamilan berumur 40 minggu, fundus uteri turun
setinngi tiga jari dibawah prosesus xifoideus,oleh karena
saat ini kepala janin sudah masuk pintu atas panggul.
2) Vagina
Vagina dan vulva mengalami peningkatan pembuluh darah
karena pengaruh estrogen sehingga tampak makin merah kebiru-
biruan ( tanda chadwicks ).
3) Ovarium ( indung telur)
Dengan terjadinya kehamilan, indung telur yang mengandung
korpus luteum gravidarum akan meneruskan fungsinya sampai
terbentunya plasenta yang sempurna saat usia kehamilan 16
minggu.
4) Payudara
Payudara mengalami pertumbuhan dan perkembangan sebagai
persiapan memberikan ASI pada saat laktasi. Perkembangan
payudara tidak dapat dilepaskan dari pengaruh hormon selama
kehamilan, yaitu estrogen, progesterone, dan somatomammotropin.
Fungsi hormon mempersiapkan payudara untuk pemberian ASI
dijabarkan sebagai berikut :
a) Estrogen, berfungsi :
(1) Menimbulkan hipertrofi sistem saluran payudara.
(2) Menimbulkan penimbunan lemak dan air serta garam
sehingga payudara tampak makin besar.
b) Progesterone, berfungsi :
(1) Mempersiapkan asinus sehingga dapat berfungsi.
(2) Menambah jmlah sel asinus.

5
c) Somatomammotropin, berfungsi :
(1) Mempengaruhi sel asinus untuk membuat kasein, laktal
bumin, laktoglobulin.
(2) Penimbunan lemak sekitar alveolus payudara.
(3) Merangsang pengeluaran kolostrum pada kehamilan.

d. Perubahan Psikologis pada Ibu Hamil Trimester III


Menurut Kusmiyati, dkk (2015, hal.76) trimester III sering
disebut periode penantian. Pada periode ini wanita mulai menyadari
kehadiran bayinya sebagai bagian dari dirinya, dia menjadi tidak sabar
untuk segera melihat bayinya. Ada persaan tidak menyenangkan ketika
bayinya tidak lahir tepat pada waktunya, fakta yang menempatkan
wanita tersebut gelisah, hanya bisa melihat dan menunggu tanda-tanda
dan gejalanya.

e. Ketidaknyamanan pada Trimester III


Menurut Yuni Kusmiyati (2009), ketidaknyamanan pada trimester
III antara lain:
1) Keputihan
a) Dasar anatomis dan fisiologis:
Hyperlampsia mukosa vagina, peningkatan produksi
lendir dan kelenjar endocervikal sebagai akibat dari
peningkatan kadar estrogen.
b) Cara meringankan atau mencegah
Meningkatkan kebersihan dengan mandi setiap hari
minimal 2x sehari. Memakai pakaian dalam yang terbuat dari
katun bukan nilon. Menghindari pencucian vagina dengan
sabun dari arah depan kebelakang.

6
2) Sering buang air kecil
a) Dasar anatomis dan fisiologis
Tekanan uterus pada kandung kemih.
b) Cara meringankan atau mencegah
Kosongkan saat terasa dorongan untuk kencing,
perbanyak minum pada siang hari, batasi minum bahan
deuretika alamiah, seperti kopi, teh, dan minuman bersoda,
menjaga kebersihan pada kelamin agar selalu kering untuk
menghindari bakteri.
3) Hemoroid
a) Dasar anatomis dan fisiologis
Tekanan yang meningkat dari uterus gravid terhadap
vena hemoroid
b) Cara meringankan atau mencegaah
Makan-makanan berserat, gunakan kompres es atau
kompres hangat, dengan perlahan masukkan kembali kedalam
rektum jika diperukan, hindari mengedan yang berlebihan saat
BAB.
4) Konstipasi
a) Dasar anatomis dan fisiologis
Peningkatan kadar progesterone yang menyebabkan
peristaltic usus jadi lambat.
b) Cara meningkatkan atau mencegah
Memakan makanan berserat, minum cairan panas atau
dingin (ketika perut kosong, istirahat cukup, senam,
membiasakan BAB secara teratur, BAB segera setelah ada
dorongan).
5) Sesak nafas
a) Dasar anatomis dan fisiologis

7
Uterus membesar dan menekan diafragma, peningkatan
kadar progesterone berpengaruh secara langsung pada pusat
pernapasan untuk meningkatkan CO2 dan menurunkan O2.
b) Cara meringankan atau mencegah
Mengatur posisi ibu bila duduk, posisi setengah duduk (
semi fowler ), latihan nafas melalui senam hamil.
6) Varises
a) Dasar anatomis dan fisiologis
Disebabkan penekanan pada v.femoralis sehingga
sirkulasi darah terganggu.
b) Cara meringankan dan mencegah
Jangan berdiri dengan posisi yang sama dalam waktu
yang lama, luangkan waktu untuk merubah posisi atau
bergerak meregangkan otot, meninggikan kaki, menghindari
kaki menyilang pada waktu tidur atau duduk.
7) Kontraksi Braxton Hicks
a) Dasar anatomis dan fisiologis
Disebabkan oleh kontraksi kecil atau his pendahuluan
yang kemudian berlanjut pada kontraksi persalinan. Kontraksi
terjadi bersamaan.
b) Cara meringankan atau mencegah
Menjelaskan pada ibu bahwa hal tersebut fisiologis
terutamapada trimester III, Rahim mengeras untuk beberapa
menit, kemudian normal kembali.
8) Sakit pinggang
a) Dasar anatomis dan fisiologis
Disebabkan karena janin yang terus berkembang
sehingga sebagian kalsium ibu digunakan untuk pembentukan

8
janin, seringnya ibu membungkuk sehingga terjadi kekejangan
otot yang menyebabkan sakit pinggang.
b) Cara meringankan dan mencegah
Hindari memakai sepatu atau sandal betumit tinggi,
hindari mengangkat beban yang terlalu berat dan bila
mengambil atau mengangkat benda jangan membungkuk tetapi
sebaiknya berjongkok, senam hamil.

f. Tanda Bahaya Kehamilan


Menurut Winkjosastro, tanda-tanda bahaya selama kehamilan
adalah sebagai berikut :
1) Perdarahan pada vagina
Pada kehamilan lanjut perdarahan tidak normal adalah merah
segar banyak dan kadang-kadang tidak selalu disertai nyeri.
2) Keluar air ketuban sebelum waktunya
Dinamakan ketuban pecah dini apabila terjadi sebelum
persalinan berlangsung yang di sebabkan karena berkurangnya
kekuatan membrane atau meningkatnya tekanan intrauterine. Juga
karena adanya infeksi yang berasal dari vagina dan serviks.
Penilaian dilakukan dengan cairan ketuban.
3) Demam tinggi
Dapat merupakan gejala infeksi dalam kehamilan dimana suhu
tubuh >38⁰c
4) Nyeri abdomen yang hebat
Menunjukkan masalah yang mengancam keselamatan jiwa
adalah nyeri yang hebat menetap dan tidak hilang setelah
beristirahat. Hal ini bias berupa kehamilan ektopik, persalinan
preterm, gastritis, penyakit kandung kemih, iritasi uterus, infeksi
saluran kemih dan infeksi lainnya.

9
5) Sakit kepala yang hebat
Menunjukkan masalah yang serius apabila sakit kepala yang
hebat, menetap dan tidak hilang dengan istirahat, kadang disertai
penglihatan kabur. Sakit kepala yang hebat dalam kehamilan
adalah gejala pre-eklampsia.
6) Gerakan janin berkurang
Ibu mulai merasa gerakan janin selama bulan ke-5 atau ke-6. Janin
harus bergerak paling sedikit 3 kali dalam 1 jam.
7) Anemia
Anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan keadaan
Hb (hemoglobin) dibawah 11gram pada trimester III.
Pemeriksaan dan pengawasan Hb dapat dilakukan dengan
menggunakan alat sahli. Hasil pemeriksaan Hb dengan sahli dapat
digolongkan sebagai berikut :
a) Hb 11gr% = Tidak anemia
b) Hb 9-10g% = Anemia ringan
c) Hb 7-8g% = Anemia sedang
d) Hb <7 g% = Anemia berat
Pemeriksaan darah dilakukan minimal 2x selama kehamilan,
yaitu pada trimester I dan trimester III. Dengan pertimbangan
bahwa sebagian besar ibu hamil mengalami anemia, maka
dilakukan pemberian preparat Fe sebanyak 90 tablet pada ibu-ibu
hamil di puskesmas. Anemi pada kehamilan merupakan proses
fisiologis karena meningkatnya vulome plasma dan eritrosit
memiliki perbedaan yang paling besar selama kehamilan. Dan
puncaknya pada trimester III. Juga karena kekurangan zat besi,
yang dimana zat besi merupakan mineral yang ditemukan dalam
sel-sel darah merah (haemoglobin) dan digunakan untuk
membawa oksigen dari paru-paru kedalam tubuh. Ketika asupan

10
zat besi kurang, maka Hb akan menurun dan terjadilah anemia. Hb
sangat berpengaruh terhadap kehamilan, persalinan, maupun nifas.

g. Konsep Dasar Asuhan Kehamilan


1) Pengertian
Antenatal Care (ANC) adalah singkatan dari antenatal care
yaitu pelayanan yang diberikan kepada ibu hamil untuk
memonitor, mendukung kesehatan dan mendeteksi ibu apakah ibu
hamil normal atau bermasalah (Saifuddin, 2010).
Asuhan Kehamilan atau antenatal care (ANC) adalah
pelayanan yang diberikan kepada ibu hamil secara berkala untuk
menjaga kesehatan ibu dan bayinya. Pelayanan antenatal ini
meliputi pemeriksaan kehamilan, upaya koreksi terhadap
penyimpangan dan intervensi dasar yang dilakukan (Pantikawati,
2012).
2) Tujuan
Menurut Hani (2011), tujuan asuhan kehamilan yaitu :
a) Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan
ibu dan tumbuh kembang bayi.
b) Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental,
dan social ibu juga bayi.\Mengenali secara dini adanya
ketidaknormalan atau komplikasi yang mungkin terjadi selama
hamil, termasuk riwayat penyakit secara umum, kebidanan dan
pembedahan.
c) Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan
selamat, ibu maupun bayinya dengan trauma seminimal
mungkin.
d) Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan
pemberian ASI eksklusif.

11
e) Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima
kelahiran bayi agar dapat tumbuh kembang secara normal.
3) Kebijakan Asuhan Kehamilan
Menurut Saifudin (2002) kunjungan antenatal care sebaiknya
dilakukan paling sedikit 4 kali selama kehamilan yaitu :
a) Satu kali pada triwulan pertama
b) Satu kali pada triwulan kedua
c) Dua kali pada triwulan ketiga
Menurut Manuaba (2010), jadwal kunjungan ulang dan antenatal
yang dianjurkan adalah sebagai berikut :
a) Kunjungan pertama
Pemeriksaan pertama dilakukan segera setelah diketahui
terlambat haid.
b) Kunjungan ulang
(7) Setiap 1 bulan sekali sampai usia kehamian 28 minggu
(8) Setiap 2 mingggu sekali dari usia kehamilan 29-36
minggu.
(9) Setiap 1 minggu sekali dari usia kehamilan >36 minggu
c) Kunjungan khusus
Pada kunjungan khusus ini dilakukan pemeriksaan jika
terdapat keluhan tertentu.

h. Standar Pemeriksaan Kehamilan


Menurut Kementerian Kesehatan RI (2009, hal.1), standar 10
pelayanan antenatal care :
1) Timbang berat badan dan tinggi badan
2) Ukur tekanan darah
3) Ukur lingkar lengan atas
4) Ukur tinggi fundus uteri

12
5) Hitung detak jantung janin
6) Suntik TT (Tetanus Toksoid)
7) Berikan tablet Fe
8) Test laboratorium
9) Tatalaksana
10) Temu wicara

i. Standar Pelayanan Kebidanan pada Ibu Hamil


Menurut Kusmiyati, dkk (2015, hal.4), terdapat 6 standar dalam
pelayanan antenatal, antara lain :
1) Standar 3: Identifikasi Ibu Hamil
Bidan melakukan kunjungan rumah dan berinteraksi dengan
masyarakat secara berkala untuk memberikan penyuluhan dan
memotivasi ibu, suami dan anggota keluarganya agar mendorong
ibu untuk memeriksakankehamilannya sejak dini secara teratur.
2) Standar 4: Pemeriksaan dan Pemantauan Antenatal
Bidan memberikan sedikitnya 4 x pelayanan antenatal.
Pemeriksaan meliputi anamnesis dan pemantauan ibu dan janin
dengan seksama untuk menilai apakah perkembangan berlangsung
normal. Bidan juga harus mengenal kehamilan risti/ kelainan,
khususnya anemia, kurang gizi, hipertensi, PMS/ infeksi HIV;
memberikan pelayanan imunisasi, nasehat, dan penyuluhan
kesehatan serta tugaas terkit lainnya yang diberikan oleh
puskesmas. Mereka harus mencatat data yang tepat pada setiap
kunjungan. Bila ditemukan kelainan. Mereka harus mampu
mengambil tindakan yang diperlukan dan merujuknya untuk
tindakan selanjutnya.
3) Standar 5: Palpasi Abdominal

13
Bidan melakukan pemeriksaan abdominal secara seksama dan
melkakan palpasi untuk memperkirakan usia kehamailan; serta bila
umur kehamilan bertambah, memeriksa posisi, bagian terendah
janin dan masukna kepala janin ke dalam rongga panggul, untuk
mencari kelainan sera melakukan rujukan tepat waktu.
4) Standar 6: Pengelolaan Anemia pada Kehamilan
Bidan melakukan tindakan pencegahan, penemuan,
penanganan dan/ atau rujukan semua kasus anemia pada kehamialn
sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
5) Standar 7: Pengelolaan Dini Hipertensi pada Kehamilan
Bidan menemukan secara dini setiap kenaikan tekanan darah
pada kehamilan dan mengenali tanda serta gejala preeklamsia
lainnya, serta mengambil tindakan yang tepat dan merujuknya.
6) Standar 8: Persiapan Persalinan
Bidan memberikan saran yang tepat kepada ibu hamil, suami
serta keluarganya pada trimester ketiga, untuk memastikan bahwa
persiapan persalinan yang bersih dan aman serta suasana yang
menyenangkanakan direncanakan dengan baik, di samping
persiapan transportasi dan biaya untuk merujuk, bila tiba-tiba
terjadi keadaan gawat darurat. Bidanhendaknya melakukan
kunjungan rumah untuk hal ini. (Departemen Kesehatan RI, 1999)

B. Persalinan
1. Konsep Dasar Persalinan
a. Pengertian
Menurut Manuaba (2010, hal.164) persalinan adalah proses pengeluaran
hasil konsepsi (janin dan plasenta) yang telah cukup bulan atau dapat
hidup diluar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain,
dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri).

14
b. Sebab-sebab yang Menimbulkan Persalinan
Menurut Manuaba (2010), apa yang menyebabkan terjadinya
persalinan belum diketahui benar, yang ada hanya teori-teori yang
kompleks. Teori-teori yang dikemukakan antara lain, yaitu:
1) Teori keregangan
Otot rahim mempunyai kemampuan meregang dalam batas
tertentu.Setelah melewati batas tersebut terjadi kontraksi sehingga
persalinan dapat dimulai. Contohnya pada hamil ganda sering
terjadi kontraksi setelah keregangan tertentu, sehingga
menimbulkan proses persalinan.
2) Teori penurunan progesterone
Proses penuaan plasenta terjadi saat usia kehamilan 28 minggu,
karena terjadi penimbunan jaringan ikat, pembuluh darah
mengalami penyempitan dari buntu. Produksi progesterone
mengalami penurunan, sehingga otot rahim lebih sensitive
terhadap oksitosin.Akhirnya otot rahim mulai berkontraksi setelah
tercapai tingkat penurunan progesterone tertentu.
3) Teori oksitosin internal
Oksitosin dikeluarkan oleh kelenjar hipofisis pars posterior.
Perubahan keseimbangan estrogen dan progesterone dapat
mengubah sensitivitas otot rahim, sehingga sering terjadi
kontraksi Braxton Hicks.Dengan menurunya konsentrasi
progesterone akibat tuanya kehamilan maka oksitosin dapat
meningkatkan aktivitas, sehingga persalinan dapat dimulai.
4) Teori prostaglandin
Konsentrasi prostaglandin meningkat sejak usia kehamilan 15
minggu, yang dikeluarkan oleh desidua. Pemberian prostaglandin
saat hamil dapat menimbulkan kontraksi otot rahim sehingga hasil

15
konsepsi dikeluarkan.Prostaglandin dianggap dapat merupakan
pemicu terjadinya persalinan.
5) Teori hipotalamus-hipofisis dan glandula suprarenalis
Teori ini menunjukkan pada kehamilan dengan anesefalus
sering terjadi kelambatan persalinan karena tidak terbentuk
hipotalamus.Teori ini dikemukakan oleh Linggin 1973.Pemberian
kortikosteroid dapat menyebabkan maturitas janin, induksi
(mulainya) persalinan.Dari percobaan tersebut disimpulkan ada
hubungan antara hipotalamus-hipofisis dengan mulainya
persalinan.Glandula suprarenal merupakan pemicu terjadinya
persalinan.

c. Faktor-faktor Penting dalam Persalinan


Menurut Prawirohadjo (2013), faktor-faktor yang mempengaruhi
persalinan adalah :
1) Faktor kekuatan yang mendorong janin keluar (power)
Kekuatan yang mendorong janin dalam persalinan adalah
his (kontraksi otot-otot rahim), otot-otot diafragma, dan aksi
ligamentum.
a) His dikatakan sempurna jika :
(1) Kontraksi bersifat semetris
(2) Dominan di fundus uteri
(3) Diikuti denga relaksasi
b) Yang penting diawasi pada his adalah :
(1) Frekuensi, yaitu jumlah his dalam 10 menit
(2) Amplitude, yaitu kekuatan his
(3) Aktivitas his, yaitu frekuensi his amplitude
(4) Durasi, yaitu lamanya setiap his diukur dengan detik
(5) Datangnya his, sering, teratur atau tidak

16
(6) Interval, yaitu masa relaksasi
c) Perubahan-perubahan akibat his
(1) Uterus terasa keras atau padat karena kontraksi
(2) Rasa nyeri karena iskemia dan kontraaksi rahim
(3) Ada kenaikan nadi dan tekanan darah
(4) Pada jenis pertukaran oksigen pada sirkulasi
uteroplasenter kurang, maka timbul hipoksia janin.
Denyut jantung janin menjadi lambat kurang jelas
didengar karena adanya iskemia fisiologis.

2) Faktor jalan lahir (Passage)


a) Bagian keras tulang panggul (rangka tulang)
(1) Distansia Spinarum
Jarak antara kedua spina iliaka anterior superior (24-
26 cm).
(2) Distansia Kristarum
Jarak terjauh antara kedua krista illiaka kanan dan kiri
(26-29 cm).
(3) Konjugata Externa (bouldeluque)
Jarak antara pinggir atas simfisis ke presesus spinosus
lumbal V (18-20 cm).
(4) Lingkar Panggul
Pintu atas simfisis – antara SIAS kiri dan trohantor
mayor – lumbal V – antara SIAS kanan dan trohantor
mayor – kembali ke pintu atas simfisis (80-90 cm).
b) Bagian lunak tulang panggul
(1) Pintu atas panggul
(10) Bidang hodge I

17
Bidang yang terletak setinggi pinggir atas simfisis
dan promontorium.
(11) Bidang hodge II
Bidang sejajar dengan hodge I terletak setinggi
bagian bawah simfisis.
(12) Bidang hodge III
Bidang yang sejajar dengan hogde I dan II terletak
setinggi spina iskiadika kanan dan kiri.
(13) Bidang hodge IV
Bidang yang sejajar dengan hodge I, II dan III,
terletak setinggi os koksigis.

3) Janin (Passanger)
Yang dimaksud dengan passanger yaitu meliputi janin,
plasenta dan air ketuban.Yang sering menghambat jalannya
kelahiran dari pihak passanger ini biasanya adalah janin.
Bagian yang paling keras dan besar dari janin adalah kepala
janin.
Tulang tengkorak yang berhubungan satu sama lain dan
berbatas disebut sutura pada tengkorak. Bagian-bagiannya
antara lain :
a) Sutura sagitalis
Menghubungkan os pariental kiri dan kanan
b) Sutura koronalis
Menghubungkan os periental dengan os frontalis
c) Sutura lamboidea
Menghubungkan os periental dengan os oksipitalis
d) Sutura frontalis
Menghubungkan kedua os frontalis.

18
Selain itu juga terdapat frontanella (ubun-ubun) yang
tedapat pada tengkorak, diantaranya :
a) Frontanella minor (UUK) berbentuk segitiga. Pertemuan
antara sutura sagitalis, bersilang antara sutura lamboidea.
b) Frontanella mayor (UUB) berbentuk segiempat panjang,
tedapat di tempat sutura sagitalis superior dan sutura
frontalis bersilang dengan sutura koronaria.

Selain tulang tengkorak dan ubun-ubun, juga terdapat


plasenta. Plasenta berbentuk bundar, diameter 15 – 20 cm,
tebal 2 – 3 cm, berat 500 – 600 gram. Letak plasenta yang
normal biasanya pada korpus uteri bagian depan atau belakang
ke arah fundus uteri. Jumlah air ketuban 1 – 1,5 L.

d. Tanda Permulaan Terjadinya Persalinan


Menurut Hidayat (2010), tanda-tanda persalinan yaitu :
1) Tanda-tanda persalinan sudah dekat
a) Lightening
Pada minggu ke-36 pada primigravida terjadi penurunan
fundus karena kepala bayi sudah masuk pintu atas panggul
yang disebabkan oleh :
(1) Kontraksi braxon hicks
(2) Ketegangan otot perut
(3) Ketegangan ligamentum rotundum
(4) Gaya berat janin kepala kearah bawah
b) Terjadinya his pemulaan

19
Makin tua usia kehamilan pengeluaran progesterone dan
estrogen semakin berkurang sehingga oksitosin dapat
menimbulkan kontraksi yang lebih sering disebut his palsu.
Sifat his palsu :
(1) Rasa nyeri ringan dibagian bawah
(2) Datangnya tidak teratur
(3) Tidak ada pembukaan serviks
(4) Durasinya pendek
(5) Tidak bertambah jika beraktivitas
2) Tanda Persalinan (inpartu)
Menurut Mochtar (2013, hal.70), tanda-tanda persalinan yaitu :
a) Rasa nyeri oleh karena his yang datang lebih kuat, sering,
dan teratur.
b) Keluar lendir bercampur darah yang lebih banyak karena
robekan-robekan kecil pada serviks.
c) Kadang-kadang ketubah pecah dengan sendirinya.
d) Pada pemeriksaan dalam serviks telah mendatar dan sudah
ada pembukaan.
3) Mekanisme Persalinan
Menurut Asrinah (2010), mekanisme persalinan, yaitu :
a) Engangement
Engangement adalah peristiwa ketika diameter
biparental melewati pintu atas panggul dengan sutura
sagitalis melintang/oblik di dalam jalan lahir dan sedikit
fleksi.Engangement pada primigravida terjadi pada bulan
terakhir kehamilan, sedangkan pada multigravida dapat
terjadi pada awal persalinan.
b) Penurunan Kepala

20
Dimulai sebelum onset persalinan/inpartu. Penurunan
kepala terjadi bersamaan dengan mekanisme lainnya.
Kekuatan yang mendukung menurut Cuningham dalam
buku Obstetri William 1995 dan Ilmu Kebidanan Varney
(2002), adalah :
(1) Tekanan cairan amnion
(2) Tekanan langsung fundus pada bokong
(3) Kontraksi otot-otot abdomen
(4) Ekstensi dan pelurusan badan janin atau tulang
belakang janin.
c) Fleksi
Fleksi disebabkan karena janin terus di dorong maju
tetapi kepala janin terhambat oleh serviks, dinding panggul
atau dasar panggul.Pada kepala janin, dengan adanya fleksi
maka diameter oksipitofrontalis 12 cm berubah menjadi
sub oksipitobregmatika 9 cm. Posisi dagu bergeser ke arah
dada janin.Pada pemeriksaan dalam ubun-ubun kecil jelas
teraba daripada ubun-ubun besar.

d) Rotasi dalam (putaran paksi dalam)


Rotasi dalam atau penurunan paksi dalam adalah
pemutaran bagian terendah janin dari posisi sebelumnya ke
arah depan sampai di bawah simfisis. Bila presentasi
belakang kepala dimana bagian terendah janin adalah
ubun-ubun kecil maka ubun-ubun kecil memutar ke depan
sampai berada di bawah simfisis. Gerakan ini adalah upaya
kepala janin untuk menyesuaikan dengan bentuk jalan lahir
yaitu bentuk bidang tengah dan pintu bawah panggul.
Rotasi dalam terjadi bersamaan dengan majunya
kepala. Rotasi ini terjadi setelah kepala melewati bidang
hodge III (setinggi spina isciadika) atau setelah di dasar

21
panggul pada pemeriksaan dalam ubun-ubun kecil
mengarah ke jam 12.

e) Ektensi
Gerakan ektensi merupakan gerakan dimana oksipus
berhimpit langsung pada margo inferior simfisis pubis.
Gerakan ektensi ini mengakibatkan bertambahnya
penegangan pada perineum dan introitus vagina
Ubun-ubun kecil semakin banyak terlihat dan semakin
hypomochlion atau pusat pergerakan maka berangsur-
angsur lahirlah ubun-ubun kecil, ubun-ubun besar, dahi,
mata, hidung, mulut, dan dagu.Pada saat kepala sudah lahir
seluruhnya, dagu bayi berada di atas anus ibu.

f) Rotasi luar (putaran paksi luar)


Rotasi luar merupakan gerakan memutar ubun-ubun
kecil ke arah punggung janin, bagian belakang kepala
berhadapan dengan tuber iskhiadikum kanan atau kiri,
sedangkan mata janin menghadap salah satu paha ibu.Bila
ubun-ubun kecil pada mulanya sebelah kanan maka ubun-
ubun kecil berputar ke kanan.

g) Ekspulsi
Setelah terjadinya rotasi luar, bahu depan berfungsi
sebagai hypomochlion untuk kelahiran bahu belakang.
Kemudian setelah kedua bahu lahir disusul lahirnya
trochanter depan dan belakang sampai lahir janin
seluruhnya. Gerakan kelahiran bahu depan, bahu belakang,
serta badan seluruhnya.

h) Kala Persalinan
1) Kala I (kala pembukaan)
Yang dimaksud dengan kala I adalah kala
pembukaan yang berlangsung dari pembukaan nol
sampai pembukaan lengkap.Kala I dimulai sejak
terjadinnya kontraksi uterus teratur dan meningkat

22
(frekuensi dan kekuatannya) hingga serviks membuka
lengkap.
Kala I dibagi menjadi dua fase yaitu :
(1) Fase laten
(14) Dimulai sejak awal kontraksi yang
menyebabkan penipisan dan pembukaan serviks
secara bertahap.
(15) Berlangsung hingga serviks membuka
kurang dari 4 cm.
(16) Pada umumnmya, fase laten berlangsung
hampir atau hingga 8 jam.
(17) Kontraksi mulai teratur tetapi lamanya
masih antara 20-30 detik.
(2) Fase Aktif
Fase aktif dibagi menjadi 3 fase yaitu :
(18) Fase akselerasi, dalam 2 jam pembukaan
3 cm menjadi 4 cm.
(19) Fase dilatasi maksimal, dalam 2 jam
pembukaan berlangsung sangat cepat, dari 4 cm
menjadi 9 cm.
(20) Fase deselerasi, pembukaan menjadi
lambat, dalam 2 jam pembukaan 9 cm menjadi
lengkap.

2) Kala II (Kala Pengeluaran)


Pada kala II, his terkoordinir, kuat, cepat dan
lebih lama, dengan interval 2-3 menit dengan durasi 50
– 100 detik. Kepala janin telah turun masuk ruang
panggul sehingga terjadi tekanan pada otot-otot dasar
panggul yang secara reflektorisi menimbulkan rasa
mengedan. Karena tekanan pada rektum, ibu merasa
seperti mau buang air besar, dengan tanda anus terbuka.

23
Pada waktu his, kepala janin mulai kelihatan,
vulva membuka, dan perineum meregang. Lama kala II
pada primigravida adalah dari 1,5 jam sampai dengan 2
jam, sedangakn pada multigravida adalah 0,5 jam
sampai dengan 1 jam.Kala II dimulai dari pembukaan
lengkap sampai dengan lahirnya bayi.
Gejala kala II adalah :
a) His semakin kuat, dengan interval 2 sampai 3
menit, dengan durasi 50 sampai 100 detik.
b) Menjelang akhir kala I ketuban pecah yang ditandai
dengan pengeluaran cairan secara mendadak.
c) Ketuban pecah pada pembukaan mendekati lengkap
diikuti keinginan mengejan, karena tertekannya
pleksus frankenhauser.
d) Kedua kekuatan, his dan mengejan lebih
mendorong kepala bayi sehingga terjadi kepala
membuka pintu, suboksiput bertindak sebagai
hipomoglion berturut-turut ahir ubun-ubun besar,
dahi, hidung dan muka serta kepala seluruhnya.
e) Kepala lahir seluruhnya diikuti oleh putar paksi luar
yaitu, penyesuaian kepala terhadap punggung.
f) Setelah putar paksi luar berlangsung,maka
persalinan bayi ditolong dengan jalan : kepala
dipegang pada os oksiput bawah dagu, ditarik
curam kebawah untuk melahirkan bahu depan dan
curam ke atas untuk melahirkan bahu belakang,
setelah kedua bahu lahir, ketika diikait untuk
melahirkan sisa badan bayi, bayi dilahirkan oleh
sisa air ketuban.
g) Lamanya kala II untuk primigravida 50 menit dan
multigravida 30 menit

3) Kala III (Kala lahirnya plasenta)


Pada kala III persalinan, miometrium
berkontraksi mengikuti penyusutan volume rongga
uterus setelah kelahiran bayi. Penyusutan ukuran ini
menyebabkan berkurangnya ukuran tempat perlekatan

24
plasenta. Karena perlekatan plasenta menjadi semakin
kecil, sedangkan ukuran plasenta tidak berubah, maka
plasenta akan terlipat, menebal dan akhirnya lepas dari
dinding uterus. Setelah lepas, plasenta akan turun ke
bagian bawah uterus atau ke dalam vagina.

Tanda-tanda lepasnya plasenta adalah :

a) Uterus menjadi bundar


b) Uterus terdorong keatas, karena plasenta dilepas ke segmen bawah
rahim.
c) Tali pusat bertambah panjang
d) Adanya semburan darah secara tiba-tiba

d. Kala IV (Kala Observasi)


Adalah kalapengawasan selama 2 jam setelah bayi lahir, untuk
mengamati keadaan ibu terutama terhadap bahaya perdarahan post
partum.Kala IV dimulai sejak ibu dinyatakan aman dan nyaman
sampai 2 jam.Kala IV dimaksudkan untuk melakukan observasi
karena perdarahan pascapersalinan sering terjadi pada 2 jam pertama.
Observasi yang dilakukan adalah :
a. Tingkatkan kesadaran penderita.
b. Pemeriksaan tanda- tanda vital : tekanan darah, nadi, suhu dan
pernafasan.
c. Kontraksi uterus, atinggi fundus uteri.
d. Terjadinya perdarahan : perdarahan normal bila tidak melabihi
400 sampai 500 cc.

(3) Konsep Dasar Asuhan Persalinan


a. Pengertian

25
(4) Asuhan Pada Persalinan
1. Konsep Dasar Persalinan
A. Pengertian Persalinan
Persalinmenurut an dan kelahiran normal adalah proes pengeluaran
janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan. (37-42 minggu), lahir
spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam
18 jam tanpa komplikasi. (Prawirohardjo, 2013).
Persalinan (labor) adalah rangkaian peristiwa mulai dari kencang-
kencang teratur sampai dikeluarkannya janin, plasenta, ketuban dan
cairan ketuban dari uterus ke dunia luar melalui jalan lahir, dengan
bantuan atau dengan kekuatan sendiri. (Sumarah, 2009).

B. Istilah yang berhubungan dengan persalinan


Menurut Sofian (2011) istilah yang berhubungan dengan
persalinan antara lain:
1. Menurut cara persalinan
a. Partus normal (biasa),
yaitu proses lahirnya
bayi dengan tenaga
ibu sendiri tanpa
bantuan alat, serta
tidak melukai ibu dan

26
bayi, yang umumnya
berlangsung 24 jam.
b. Partus abnormal (luar
biasa), yaitu
persalinan pervaginam
dengan bantuan alat
atau dengan operasi
caesarea.
2. Menurut umur kehamilan
a. Abortus (keguguran),
yaitu terhentinya
kehamilan sebelum
janin hidup berat janin
< 1000 gram dan usia
kehamilan < 28
minggu.
b. Partus prematurus,
yaitu persalinan pada
kehamilan 28-36
minggu, janin dapat
hidup, berat badan
antara 1000-2500
gram.
c. Partus aterm (cukup
bulan), yaitu
persalinan pada usia
kehamilan 37-40
minggu, janin matur,

27
berat badan > 2500
gram.
d. Partus postmaturus,
yaitu persalinan yang
terjadi 2 minggu atau
lebih setelah waktu
partus yang ditaksir.
e. Partus presipitatus,
yaitu partus yang
berlangsung sangat
cepat, dimana terjadi
kemajuan cepat dari
persalinan yang
berakhir kurang dari 3
jam dari kelahiran.
Kontraksi uterus yang
kuat disertai serviks
yang panjang
serta kaku dan vagina,
vulva atau perineum
yang tidak teregang
dapat
menimbulkan rupture
uteri atau laserasi yang
luas.

C. Sebab-sebab Mulainya Persalinan.


Menurut Rukiyah (2009). Sebab yang mendasari terjadinya partus
secara teoritis masih merupakan kumpulan teoritis yang kompleks

28
teori yang turut memberikan andil dalam proses terjadinya persalinan
antara lain: Teori hormonal, prostaglandin, struktur uterus, sirkulasi
uterus, pengaruh syaraf dan nutrisi hal inilah yang diduga memberikan
pengaruh sehingga partus dimulai.
1. Penurunan kadar progesterone
Progesterone menimbulkan reaksi otot-otot Rahim, sebaiknya
esterogen meningkatkan kontraksi otot-otot Rahim. Selama
kehamilan, terdapat keseimbangan antara kada progesterone
didalam darah tetapi pada akhir kehamilan kadar progesterone
menurun sehingga timbul his.
2. Teori Oxcytocin
Pada akhir kehamilan kadar oxcytocin bertambah. Oleh karena
itu timbul kontraksi otot-otot rahim.
3. Peregangan otot-otot
Dengan majunya kehamilan, maka makin tereganglah otot-otot
rahim sehingga timbullah kontraksi untuk mengeluarkan janin.
4. Pengaruh janin
Hipofise dan kadar suprarenal janin rupanya memegang
peranan penting oleh karena itu pada ancephalus kelahiran sering
lebih lama.
5. Teori Prostagladin
Kadar prostaglandin dalam kehamilan dari minggu ke-15
hingga aterm terutama saat persalinan yang menyebabkan
kontraksi miometrium.

D. Tanda-tanda persalinan
Menurut Hidayat, (2010). Tanda-tanda persalinan yaitu:
1. Tanda-tanda persalinan sudah dekat
c) Lightening

29
Pada minggu ke-36 pada primigravida terjadi penurunan
fundus karena kepala bayi sudah masuk pintu atas panggul
yang disebabkan oleh:
(5) Kontraksi braxon hicks
(6) Ketegangan otot perut
(7) Ketegangan ligamentum rotundum
(8) Gaya berat janin kepala kearah bawah
d) Terjadinya his pemulaan
Makin tua usia kehamilan pengeluaran progesterone dan
estrogen semakin berkurang sehingga oksitosin dapat
menimbulkan kontraksi yang lebih sering disebut his palsu.
Sifat his palsu:
(6) Rasa nyeri ringan dibagian bawah
(7) Datangnya tidak teratur
(8) Tidak ada pembukaan serviks
(9) Durasinya pendek
(10) Tidak bertambah jika beraktivitas

2. Tanda-tanda persalinan
a. Terjadinya his persalinan
His persalinan mempunyai sifat:
1) Pinggang terasa sakit, yang menjalar kedepan
2) Sifatnya teratur, intervalnya makin pendek dan
kekuatannya makin besar
3) Kontraksi uterus menyebabkan perubahan uterus
4) Makin beraktifitas (jalan), kekuatan makin bertambah
b. Bloody show (pengeluaran lendir disertai darah melalui
vagina)

30
Dengan his permulaan, terjadi perubahan pada serviks yang
menimbulkan pendataran dan pembukaan, lendir yang terdapat
dikanalis servikalis lepas, kapiler pembuluh darah pecah, yang
menjadikan perdarahan sedikit.
c. Pengeluaran cairan
Terjadi akibat pecahnya ketuban atau selaput ketuban
robek. Sebagian besar ketuban baru pecah menjelang
pembukaan lengkap tetapi kadang pecah pada pembukaan
kecil.

E. Faktor-faktor yang mempengaruhi persalinan


Menurut Rukiyah (2009), faktor-faktor yang mempengaruhi
persalinan yaitu:
1. Passage (jalan lahir)
Jalan lahir terdiri dari panggul ibu, yakni bagian tulang padat,
dasar panggul, vagina, introitus (lubang luar vagina). Meskipun
jaringan lunak, khususnya lapisan-lapisan otot dasar panggul ikut
menunjang keluarnya bayi, tetapi paggul ibu jauh lebih berperan
dalam proses persalinan. Janin harus berhasil menyesuaikan
dirinya terhadap jalan lahir yang relative kaku. Oleh karena itu,
ukuran dan bentuk panggul harus ditentukan sebelum persallinan
dimulai.
2. Passenger (janin dan plasenta)
Passenger atau janin bergerak sepanjang jalan lahir merupakan
akibat interaksi beberapa faktor, yakni ukuran kepala janin,
presentasi, letak, sikap dan posis janin. Karena plasenta juga harus
melewati jalan lahir, maka ia dianggap juga sebagai bagian dari
passenger yang menyertai janin. Namun plasenta jarang
menghambat proses persalinan pada kehamilan normal.

31
3. Power (kekuatan)
a. His/Kontraksi
His/Kontraksi uterus adalah kontraksi otot-otot uterus
dalam persalinan. Kontraksi merupakan suatu sifat pokok dan
tentu saja hal ini terjadi pada otot polos uterus semakin tegang
oleh karena isinya semakin bertambah. Peregangan ini
menyebabkan makin rentan terhadap perubahan hormonal yang
terjadi pada akhir kehamilan terutama perubahan hormonal.
Penurunan hormone progesterone yang bersifat menegangkan
otot-otot uterus akan mudah direspon oleh uterus yang
teregang sehingga mudah timbul kontraksi. Akibatnya
kontraksi Broxton hicks akan mengingat. Peningkatan
kontraksi Broxton hick pada akhir kehamilan disebut dengan
his pendahuluan/his palsu. Jika his pendahuluan semakin
sering dan semakin kuat maka akan menyebabkan perubahan
pada serviks, inilah yang disebut dengan his persalinan.
b. Kekuatan mengedan ibu
Setelah servik terbuka lengkap kekuatan yang sangat
penting pada ekspulsi janin adalah yang dihasilkan oleh
peningkatan tekanan intraabdomen yang diciptakan oleh
kontraksi otot-otot abdomen. Dalam bahasa obstetric biasanya
ini disebut mengejan. Sifat kekuatan yang dihasilkan mirip
seperti yang terjadi pada saat buang air besar, tetapi biasanya
intensitasnya jauh lebih besar.
Pada saat kepala sampai pada dasar panggul, timbul suatu
reflek yang mengakibatkan pasien menutup glotisnya,
mengkontraksikan otot-otot perutnya dan menekan
diafragmanya ke bawah.

32
Tenaga mengejan ini hanya dapat berhasil, kala I
pembukaan sudah lengkap dan paling efektif sewaktu kontraksi
rahim/uterus. Disamping itu, kekuatan-kekuatan tahanan
mungkin ditimbulkan oleh otot-otot dasar panggul dan aksi
ligament.

4. Psikis ibu bersalin


Psikis ibu bersalin sangat berpengaruh dari dukungan suami
dan anggota keluarga yang lain untuk mendampingi ibu selama
bersalin dan kelahiran anjurkan mereka berperan aktif dalam
mendukung dan mendampingi langkah-langkah yang mungkin
akan sangat membantu kenyamanan ibu, hargai keinginan ibu
untukdidampingi, dapat membantu kenyamanan ibu.
5. Penolong
Penolong persalinan adalah petugas kesehatan yang
mempunyai legalitas dalam menolong peralinan antara lain dokter,
bidan serta mempunyai kompetensi dalam menolong persalinan,
menangani kegawatdaruratan serta melakukan rujukan jika
diperlukan. Penolong persalinan selalu menerapkan upaya
pencegahan infeksi yang dianjurkan termasuk diantaranya cuci
tangan, memakai sarung tangan dan perlengkapan pelindung
pribadi serta pendokumentasian alat bekas pakai.

F. Tahap persalinan
Menurut Rukiyah (2009), tahap-tahap persalinan yaitu:
1) Kala I
Kala I adalah kala pembukaan yang berlangsung antara
pembukaan nol sampai lengkap. Pada pemulaan his, kala
pembukaan berlangsung tidak begitu kuat sehingga masih dapat

33
berjalan-jalan. Lamanya kala I untuk primigravida berlangsung
selama 12 jam sedangkan multigravida sekitar 8 jam. Berdasarkan
kurva Friedman, diperhitungkan pembukaan primigravida 1
cm/jam dan pembukaan multigravida 2 cm/jam. Dengan
perhitungan tersebut maka waktu pembukaan lengkap dapat
diperkirakan.
2) Kala II
Gejala utama kala II adalah:
a. His semakin kuat, dengan interval 2 sampai 3 menit, dengan
durasi 50-100 detik.
b. Menjelang akhir kala I, ketuban pecah dan ditandai dengan
pengeluaran cairan secara mendadak.
c. Ketuban pecah pada pembukaan mendekati lengkap diikuti
keinginan mengejan, karena tertekannya fleksus frankenhauser.
d. Kedua kekuatan, his dan mengejan lebih mendorong kepala
bayi sehingga terjadi pembukaan pintu, suboksiput bertindak
sebagai hipomoglion berturut-turut lahir ubun-ubun besar,
dahi, hidung dan muka dan kepala seluruhnya.
e. Kepala lahir seluruhnya dan diikuti oleh putar paksi luar yaitu
penyesuaian kepala terhadap punggung.
f. Setelah putar paksi luar berlangsung, maka persalinan bayi
ditolong dengan jalan: kepala dipegang pada os oksiput dan
dibawah dagu, ditarik curam kebawah untuk melahirkan bahu
depan dan curam keatas untuk melahirkan bahu belakang,
setelah kedua bahu lahir, ketika dikait untuk melahirkan sisa
badan bayi, bayi lahir diikuti sisa air ketuban.
g. Lamanya kala II untuk primigravida 50 menit dan multigravida
30 menit.
3) Kala III (pelepasan uri)

34
Setelah kala II, kontraksi uterus berhenti sekitar 5 sampai 10
menit. Dengan lahirnya bayi, mulai berlangsung pelepasan
plasenta pada lapisan nitabusch, karena sifat reaksi otot rahim.
Lepasnya plasenta sudah dapat diperkirakan dengan memerhatikan
tanda-tanda: uterus menjadi bundar, uterus terdorong keatas karena
plasenta dilepas kesegmen bawah rahim, tali pusat bertambah
panjang, terjadi perdarahan. Melahirkan plasenta dilakukan dengan
dorongan ringan secara crede pada fundus uteri.
4) Kala IV (observasi)
Kala IV dimaksudkan untuk melakukan obserasi karena
perdarahan postpartum paling sering terjadi pada 2 jam pertama.
Observasi yang dilakukan meliputi tingkat kesadaran penderita,
pemeriksaan tanda-tanda vital: tekanan darah, nadi dan
pernapasan, kontraksi uterus, terjadinya perdarahan. Perdarahan
dianggap masih normal bila jumlahnya tidak melebihi 400 cc
sampai 500 cc.

G. Tanda- tanda Bahaya Persalinan


Menurut Rukiyah (2009), ada beberapa tanda bahaya ibu bersalin
diantaranya:
i. Perdarahan
pada saat
persalinan
ii. Syok pada saat
persalinan
iii. Nyeri kepala
iv. Gangguan
penglihatan

35
v. Kejang atau
koma
vi. Tekanan darah
tinggi
vii. Persalinan
yang lama
viii. Gawat janin
dalam
persalinan
ix. Demam dalam
persalinan
x. Nyeri perut
hebat
xi. Sukar bernapas

H. Asuhan Sayang Ibu dalam Proses Persalinan


Menurut JNPK-KR (2012), bentuk-bentuk asuhan sayang ibu
dalam proses persalinan:
1. Panggil ibu sesuai namanya, hargai dan perlakukan ibu sesuai
martabatnya.
2. Jelaskan semua asuhan dan perawatan yang akan diberikan pada
ibu sebelum memulai asuhan.
3. Jelaskan proses persalinan pada ibu dan keluarganya.
4. Anjurkan ibu untuk bertanya dan membicarakan rasa takut dan
khawatir.

36
5. Dengarkan dan tanggapi pertanyaan ibu dan jangan menambah
kekhawatiran ibu.
6. Berikan dukungan, besarkan hatinya dan tenteramkan perasaan
ibu beserta anggota keluarga yang lain.
7. Anjurkan suami untuk menemani ibu dan atau anggota keluarga
yang lain selama persalinan dan kelahiran bayi.
8. Ajarkan suami dan anggota keluarga mengenai cara bagaimana
dapat memperhatikan dan mendukung ibu selama persalinan dan
kelahiran bayi.
9. Lakukan pencegahan infeksi yang baik dan benar secara
konsisten.
10. Hargai privasi ibu.
11. Anjurkan pasien mencoba beberapa posisi selama persalinan dan
kelahiran bayi.
12. Anjurkan pasien untuk minum dan makan makanan ringan jika
ibu menginginkannya.
13. Hargai praktek-praktek tradisional dan ijinkan keluarga
melaksanakannya sebatas tidak member pengaruh yang
merugikan.
14. Anjurkan ibu untuk memeluk bayinya segera setelah lahir.
15. Membantu pemberian ASI awal dalam satu jam pertama setelah
kelahiran bayi.
16. Siapkan rencana rujukan (jika diperlukan).
17. Mempersiapkan persalinan dan kelahiran bayi sebaik mungkin
beserta bahan dan perlengkapan termasuk obat-obatan yang
dibutuhkan. Siap untuk mengerjakan tindakan resusitasi bayi baru
lahir pada setiap kelahiran bayi.

I. Langkah-langkah Pertolongan Persalinan

37
Menurut JNPK-KR (2012) 60 langkah asuhan persalinan
normal, yaitu:
1. Mendengar dan melihat adanya tanda persalinan kala II.
a. Ibu merasa ada dorongan kuat dan meneran
b. Ibu merasakan tekanan pada rektum dan vagina
c. Perineum tampak menonjol
d. Vulva dan sfingter ani membuka
2. Memastikan kelengkapan persalinan, bahan, dan obat-obatan
esensial untuk menolong persalinan dan penatalaksanaan
komplikasi ibu dan bayi baru lahir.
3. Memakai celemek plastik.
4. Melepaskan dan menyimpan semua perhiasan yang dipakai, cuci
tangan dengan sabun dan air bersih mengalir kemudian keringkan
tangan dengan handuk pribadi bersih dan kering.
5. Memakai sarung tangan desinfektan tingkat tinggi (DTT) pada
yang akan digunakan untuk periksa dalam.
6. Memasukkan oksitosin ke dalam tabung suntik dan letakkan di
partus set/wadah DTT.
7. Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-hati
dari depan ke belakang dengan menggunakan kapas atau kasa yang
dibasahi air DTT.
8. Melakukan pemeriksaan dalam untuk memastikan pembukaan
lengkap.
9. Mendekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan
tangan yang masih memakai sarung tangan ke dalam larutan klorin
0,5% kemudian melepaskan dan merendam dalam keadaan terbalik
ke dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit. Mencuci kedua
tangan setelah sarung tangan dilepaskan.

38
10. Memastikan denyut jantung janin (DJJ) setelah kontraksi/saat
relaksasi.
11. Memberitahu ibu bahwa pembukaan sudah lengkap dan keadaan
janin baik dan bantu ibu menemukan posisi yang nyaman sesuai
dengan keinginannya.
12. Meminta keluarga membantu menyiapkan posisi meneran.
13. Melaksanakan bimbingan meneran saat ibu merasa ada dorongan
kuat untuk meneran.
14. Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok, atau mengambil
posisi yang nyaman, jika ibu belum merasa ada dorongan untuk
meneran dalam 60 menit.
15. Meletakkan handuk bersih di bawah perut ibu, jika kepala bayi
telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm.
16. Meletakkan kain 1/3 bagian sebagai alas bokong.
17. Membuka tutup partus set dan periksa kembali kelengkapan
peralatan dan bahan.
18. Memakai sarung tangan DTT/steril pada kedua tangan.
19. Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm membuka
vulva maka lindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi
dengan kain bersih dan kering. Tangan yang lain menahan kepala
bayi untuk menahan posisi defleksi untuk membantu lahirnya
kepala. Menganjurkan ibu untuk meneran perlahan atau bernapas
cepat dan dangkal.
20. Memeriksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat, segera lanjutkan
proses kelahiran bayi.
21. Setelah kepala bayi lahir, menunggu putaran paksi luar yang
berlangsung secara spontan.
22. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, penegangan secara
biparetal. Menganjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi.

39
Dengan lembut, gerakkan kepala ke arah bawah dan distal hingga
bahu depan muncul di bawah arkus pubis dan kemudian gerakkan
ke arah atas dan distal untuk melahirkan bahu belakang.
23. Setelah kedua bahu lahir, menggeser tangan bawah ke arah
perineum ibu untuk menyanggah kepala, lengan dan siku sebelah
bawah. Menggunakan tangan atas untuk menelusuri dan
memegang peranan dan siku sebelah atas.
24. Setelah tubuh dan lengan lahir, menelusuri tangan atas berlanjut ke
punggung, bokong, tungkai dan kaki. Memegang kedua mata kaki
telunjuk di antara kaki dan pegang masing-masing mata kaki.
25. Melakukan penilaian (sepintas).
26. Mengeringkan tubuh bayi, bungkus kepala bayi, kecuali bagian tali
pusat.
27. Memeriksa kembali uterus untuk memastikan hanya satu bayi yang
lahir.
28. Memberitahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitosin agar uterus
berkontraksi dengan baik.
29. Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, menyuntikkan oksitosin
10 unit di 1/3 distal lateral paha.
30. Setelah 2 menit sejak bayi lahir, memegang tali pusat dengan satu
tangan pada sekitar 5 cm dari pusat bayi, kemudian jari telunjuk
dan jari tengah tangan lain menjepit tali pusat dan geser 3 cm
proksimal dari pusat bayi. Klem tali pusat pada titik tersebut
kemudian tahan klem ini pada posisinya, gunakan jari telunjuk dan
tengah tangan lain untuk mendorong isi tali pusat ke arah ibu dan
klem tali pusat pada sekitar 2 cm distal dari klem pertama.
31. Memotong dan pengikatan tali pusat.
32. Meletakkan bayi tengkurap di dada ibu untuk kontak kulit dan bayi
melakukan inisiasi menyusu dini (IMD).

40
33. Memindahkan klem tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vulva.
34. Meletakkan satu tangan di atas kain pada perut bawah ibu untuk
mendeteksi kontraksi.
35. Setelah uterus berkontraksi, meregangkan tali pusat ke arah bawah
sambil tangan yang lain mendorong uterus ke arah belakang atas
secara hati-hati.
36. Melakukan penegangan dan dorongan dorso-kranial, hingga
plasenta terlepas, minta ibu meneran sambil penolong menarik tali
pusat dari arah sejajar lantai kemudian ke arah atas, mengikuti
poros jalan lahir.
37. Saat plasenta muncul di introitus vagina, melahirkan plasenta
dengan kedua tangan.
38. Segera setelah plasenta lahir dan selaput ketuban lahir, melakukan
massase uterus hingga uterus berkontraksi.
39. Memeriksa kedua sisi plasenta, pastikan plasenta lahir lengkap,
masukkan plasenta pada tempatnya.
40. Mengevaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum.
Melakukan penjahitan bila terjadi laserasi dan menimbulkan
perdarahan.
41. Memastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi
perdarahan pervaginam.
42. Mencelupkan tangan yang masih memakai sarung tangan ke dalam
larutan klorin 0,5%, bersihkan noda darah dan cairan tubuh,
lepaskan secara terbalik dan rendam sarung tangan dalam klorin
0,5% selama 10 menit.
43. Memastikan uterus berkontraksi dengan baik serta kandung kemih
kosong.
44. Massase uterus dan menilai kontraksi.
45. Mengevaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah.

41
46. Memeriksa nadi ibu dan pastikan keadaan umum ibu baik.
47. Memantau keadaan bayi dan pastikan bayi bernapas dengan baik
(40-60 kali/menit).
48. Menempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin
0,5% untuk dekontaminasi (10 menit), kemudian cuci dan bilas.
49. Membuang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah
yang sesuai.
50. Membersihkan ibu dari paparan darah dan cairan tubuh ibu dengan
air DTT, membersihkan daerah tempat bersalin, membantu ibu
memakai pakaian yang kering dan bersih.
51. Memastikan ibu merasa nyaman, membantu ibu membersihkan air
susu ibu (ASI). Menganjurkan keluarga untuk memberikan ibu
makanan dan minuman.
52. Mendekontaminasi tempat bersalin dengan larutan klorin 0,5%.
53. Mencelupkan dan melepaskan sarung tangan dalam keadaan
terbalik dan merendamnya dalam larutan klorin 0,5% selama 10
menit.
54. Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir.
55. Memakai sarung tangan bersih/DTT untuk melakukan
pemeriksaan fisik bayi.
56. Dalam 1 jam pemberian salep mata, vitamin K 1 mg IM di paha
kiri bawah lateral.
57. Setelah 1 jam pemberian vitamin K, memberikan suntikan
Hepatitis B di paha kanan bawah lateral.
58. Melepaskan sarung tangan dalam keadaan terbalik dan rendam
dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit.
59. Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir.
60. Melengkapi partograf, periksa tanda vital dan asuhan kala IV.

42
(5) Bayi Baru Lahir
1. Konsep Dasar Bayi Baru Lahir
a. Pengertian
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir selama satu jam
pertama kelahiran. (Sudarti, 2010)

b. Ciri-ciri Umum Bayi Baru Lahir Normal


1) Berat badan : 2500-4000 gram
2) Panjang badan : 45-50 cm
3) Lingkar kepala : 33-35 cm
4) Lingkar dada : 30-35 cm
5) Masa kehamilan : 27-42 minggu
6) Denyut jantung : 100 x/menit-160 x/menit
7) Kulit kemerahan licin
8) Kuku agak panjang
9) Genetalia :
 Perempuan: labia mayora sudah menutupi labia minora
 Laki-laki : testis telah ada di skrotum, panjang penis 3,6+0,7cm
10) Reflek hisap dan menelan, reflek moro, grafik reflek sudah baik
11) Eleminasi baik, urine dan mekonium keluar dalam 24 jam pertama
12) Suhu 36,5 ̊C-37,5 ̊C
(Sukamti, 2009)

c. Penanganan Bayi Baru Lahir


1) Membersihkan jalan napas
Bayi normal akan menangis spontan segera setelah lahir,
apabila bayi tidak langsung menangis, penolongan segera
membersihkan jalan napas, dengan cara sebagai berikut:

43
a) Letakkan bayi pada posisi telentang ditempat yang datar dan
hangat
b) Posisikan kepala bayi diatur lurus sedikit tengadah kebelakang
c) Membersihkan hidung, rongga mulut dan tenggorokan bayi
dengan jari tangan yang dibungkus kasa steril
d) Tepuk kedua telapak kaki bayi sebanyak 2-3 kali atau gosok
kulit bayi dengan kain lembut
2) Memotong dan merawat tali pusat
Tali pusat dipotong sebelum atau sesudah plasenta lahir, tidak
akan mempengaruhi kecuali pada bayi yang kurang bulan. Tali
pusat dipotong 5 cm dari diperut dengan gunting steril dan diklem.
Luka tali pusat dibalut dengan kasa steril. Sebelum memotong tali
pusat pastikan bahwa tali pusat telah diklem dengan baik.
3) Mempertahankan suhu tubuh bayi
Bayi baru lahir tidak bisa mengatur tetap suhu tubuh badannya.
Bayi baru lahir harus dibungkus hangat.

4) Memberi vitamin K
Untuk mencegah terjadinya perdarahan, semua bayi baru lahir
normal dan cukup bulan diberi injeksi vitamin K 1 mg secara
intramuscular.
5) Obat tetes/salep mata
Untuk mencegah terjadinya penyakit gonorhoe tau klamidia,
setiap bayi baru lahir diberikan salep mata/tetes mata yaitu, tetes
mata gentamicin 0,1% dan salep mata eritromisin dan tetrasiklin.
6) Identifikasi bayi
a. Peralatan identifikasi bayi baru lahir harus tersedia ditempat
penerimaan pasien, dikamar bersalin dan diruang rawat bayi

44
b. Pada gelang identifikasi harus tercantum: nama (bayi, nyonya),
tanggal lahir, nomor bayi, jenis kelamin dan nama ibu
c. Disetiap tempat tidur harus diberi tanda dengan mencantumkan
nama, tanggal lahir dan nomor RMK
7) Pemantauan bayi baru lahir
a. 2 jam pertama sesudah lahir meliputi:
1. Kemampuan menghisap kuat atau lemah
2. Bayi bergerak aktif atau lunglai
3. Bayi kemerahan atau kebiruan
b. Yang perlu dipantau bayi baru lahir meliputi:
1. Suhu badan dan lingkungan
2. Tanda-tanda vital
3. Berat badan
4. Perawatan tali pusat
(Prawirohardjo, 2013)

d. Reflek Untuk Menilai Keadaan Bayi


1. Reflek moro
Reflek ini terjadi karena adanya reaksi terhadap rangsangan
mendadak. Reflek simetris terjadi pada 2 bulan pertama setelah
lahir dan menghilang setelah 3-4 bulan. Tidak ada reflek moro
menandakan kerusakan atau ketidakmatangan otak. Pada kondisi
normal lengan ekstensi, jari-jari mengembang, kepala terlempar
kebelakang, tungkai sedikit ekstensi, lengan kembali ketengah
dengan tangan menggenggam, tulang belakang dan ekstremitas
bawah ekstensi.
2. Reflek dasar/rooting

45
Memberikan reaksi dengan belaian pipi atau sisi mulut, bayi
akan menoleh kearah sumber rangsangan yang membuka mulutnya
siap untuk menghisap.
3. Reflek menyedot dan menelan/Sucking
Penting untuk pemberian makanan yang aman dan bergizi yang
memadai.Pada kondisi normal bayi menghisap dengan kuat dalam
berespon terhadap stimulasi. Reflek ini menetap selama masa bayi
dan mungkin terjadi selama tidur tanpa rangsangan.
4. Reflek mengedip
Berguna untuk melindungi mata dari trauma. Pada kondisi
normal biasa dijumpai pada tahun pertama.
5. Reflek menggenggam/Palmar Grasp
Jari-jari bayi melengkung sekitar jari yang diletakkan ditelapak
tangan bayi dari sisi ulnar.
6. Reflek melangkah/Walking
Kaki akan bergerak keatas dan kebawah bila sedikit disentuh
ke permukaan keras.

7. Reflek tarik
Jika didudukan tegak, kepala bayi pada awalnya akan terkulai
kebelakang lalu bergerak kekanan sesaat sebelum akhirnya tunduk
kearah depan.
8. Reflek babinski
Jika telapak kaki bayi digoreskan sepanjang tepi luar dari
tumit. Maka jari kaki mengembang dan ibu jari dorsofleksi.
9. Reflek merangkak
Jika bayi tengkurang diatas permukaan yang rata, bayi
membuat gerakan merangkak dengan lengan dan kaki bila
diletakkan pada abdomen.

46
10. Reflek ekstruksi
Jika ujung lidah bayi disentuh maka akan ekstensi kearah luar.
(Sukamti, 2009)

e. Tabel Penilaian Bayi Baru Lahir


Tanda 0 1 2
Appearance Blue (seluruh Body pink, lims All pink
(warna kulit) tubuh biru atau blue (tubuh (seluruh tubuh
pucat) kemerahan, kemerahan)
ekstremitas
biru)
Pulse (denyut Absent (tidak <100 >100
jantung) ada)
Grimace None (tidak Grimace (sedikit Cry (reaksi
(reflek) bereaksi) gerakan) menangis baik)
Actifity Limp Some flexion of Active
(tonus otot) (lumpuh) limbs movement,
(ekstremitas limbs well
sedikit fleksi) fixed (gerakan
aktif,
ekstremitas
baik)
Respiratory None (tidak Slow, irregular Good strong
effort (usaha ada) (lambat, tidak cry (menangis
bernapas) teratur) kuat)
(Muslihatun, 2010)

f. Yang Perlu Diperhatikan Pada Bayi Baru Lahir

47
1. Kesatuan dan rekasi terhadap sekeliling
Perlu dikenali kurangnya reaksi terhadap rayuan, rangsangan
atau suara keras yang mengejutkan atau suara mainan.
2. Keaktifan
Bayi normal melakukan gerakan tangan dan kaki yang simetri
pada waktu bangun. Adanya tremor pada bibir, kaki dan tangan
pada waktu menangis adalah normal. Tetapi bila hal ini terjadi
pada waktu tidur, kumungkinan gejala suatu kelainan yang perlu
dilakukan pemeriksaan lebih lanjut.
3. Simetri
Apakah secara keseluruhan badan seimbang.
4. Kepala
Apakah asimetris atau tidaknya maulage, ada tidaknya caput
succedaneum, ada tidaknya cephal haematum, ada tidaknya
perdarahan, ukur lingkar kepala.
5. Muka
Bayi tampak ekspresi.
6. Mata
Pemeriksaan mata dilakukan pada kelopak mata untuk menilai
ada atau tidaknya kemerahan atau pembengkakan, nanah yang
keluar dari mata dan perdarahan subkonjungtiva.
7. Mulut
Salvias tidak terdapat pada bayi normal, bila terdapat secret
yang berlebihan kemungkinan ada kelainan bawaan seluran cerna.
8. Leher, dada dan abdomen
Melihat adanya cidera akibat bersalinan, ukur lingkar dada.
9. Punggung
Adakah benjolan atau tumr atau tulang punggung dengan
lekukan yang kurang sempurna.

48
10. Bahu,tangan, sendi dan tungkai
Perlu diperhatikan bentuk, gerakannya, praktur dan varises.
11. Kulit dan kuku
Dalam keadaan normal kulit berwarna kemerahan, kadang
didapatkan kulit yang mengelupas ringan, jika pengelupasan
berlebihan harus diperhatikan kemungkinan adanya kelainna.
12. Kelancaran menghisap dan pencernaan.
13. Tinja dan urine
Diharapakan keluar dalam 24 jam pertama. Waspada bila
terjadi perut yang tiba-tiba membesar, tanpa keluarnya tinja
disertai muntah dan mungkin dengan kulit kebiruan harap segera
konsultasi untuk pemeriksaan lebih lanjut.
14. Berat badan
Sebaiknya setiap hari dipantau, penurunan berat badan dari 5%
berat waktu lahir, menunjukkan kelainan.
(Uliyah, 2009)

g. Penlaian Bayi Untuk Tanda-tanda Kegawatdaruratan


1. Bayi baru lahir dinyatakan sakit apabila mempunyai salah satu
beberapa tanda berikut:
a) Sesak napas
b) Frekuensi napas diatas 40 x/menit
c) Malas minum
d) Suhu tubuh bayi dibawah 36,5 ̊C atau diatas 37,5 ̊C
e) Kurang aktif
f) Berat badan lahir rendah (1500-2500 gram)
2. Tanda-tanda bayi sakit berat
a) Sulit minum
b) Lidah biru

49
c) Perut kembung
d) Kejang
e) Pendarahan
f) Kuning
g) Berat badan lahir sangat rendah <1500 gram
(Uliyah, 2009)

(6) Asuhan Pada Nifas


1. Pengertian Masa Nifas
Masa nifas (peurperium) adalah masa atau waktu sejak bayi dilahirkan
dan plasenta lepas dari rahim, sampai 6 minggu, disertai dengan pulihnya
kembali organ-organ yang berkaitan dengan kandungan yang mengalami
perubahan seperti perlukaan dan sebagainya. (Suherni, 2009)
Masa nifas adalah masa setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-
alat kandungan kembali seperti sebelum hamil, yang terjadi selama 6
minggu atau 40 hari. (Saleha, 2013)

2. Tujuan Asuhan Masa Nifas


Menurut Saleha (2013). Tujuan diberikannya asuhan pada ibu selama
nifas antara lain untuk:
a) Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologis.
b) Mendeteksi masalah, mengobati dan merujuk bila terjadi komplikasi
pada ibu maupun bayinya.
c) Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri,
nutrisi, KB, cara dan manfaat menyusui, imunisasi serta perawatan
bayi sehari-hari.
d) Memberikan pelayanan KB.
3. Peran dan Tanggung Jawab Bidan pada Masa Nifas

50
Menurut Suherni (2009), bidan mempunyai peran dan tanggung jawab
antara lain:
a) Mengidentifikasi dan merespon terhadap kebutuhan dan komplikasi
yang terjadi pada saat-saat penting yaitu 6 jam, 6 hari, 2 minggu dan 6
minggu.
b) Memberi dukungan yang terus-menerus selama masa nifas yang baik
dan sesuai dengan kebutuhan ibu agar mengurangi ketegangan fisik
dan psikologis selama persalinan dan nifas.
c) Sebagai promotor hubungan yang erat antara ibu dan bayi secara fisik
dan psikologis.
d) Mengadakan kolaborasi antara orang tua dan keluarga.
e) Mengondisikan ibu untuk menyusui bayinya dengan cara
meningkatkan rasa nyaman.
f) Membuat kebijakan perencanaan kesehatan yang berkaitan dengan ibu
dan anak.
g) Mendeteksi komplikasi dan perlunya rujukan.
Asuhan masa nifas sangat penting karena periode ini merupakan maa
kritis baik ibu maupun bayinya.

4. Tahapan Masa Nifas


Menurut Suherni (2009). Tahapan-tahapan masa nifas (post
partum/peurperium) adalah:
a) Puerperium dini
Masa keputihan, yakni saat ibu diperbolehkan berdiri dan berjalan-
jalan.
b) Puerperium intermedial
Masa keputihan menyeluruh dari organ-organ genital, kira-kira 6-8
minggu.
c) Remote peurperium

51
Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sempurna terutama apabila
ibu selama hamil atau persalinan mempunyai komplikasi.
Sebagai catatan, waktu untuk sehat sempurna bisa cepat bila kondisi
sehat prima, atau bisa juga berminggu-minggu, bulanan, bahkan
tahunan, bila ada gangguan-gangguan kesehatan lainnya.

5. Adaptasi Psikologi Ibu Masa Nifas


Menurut Saleha (2013). Dalam menjalani adaptasi setelah melahirkan
ibu akan mengalami tahap-tahap sebagai berikut:
a) Taking in Period
Terjadi pada 1-2 hari setalah persalinan, ibu masih pasif dan sangat
bergantung pada orang lain,focus perhatian terhadap tubuhnya, ibu
lebih mengingat pengalaman melahirkan dan persalinan yang dialami,
serta kebutuhan tidur dan nafsu makan meningkat.
b) Taking Hold Period
Berlangsung 3-4 hari postpartum ibu lebih berkonsentrasi pada
kemampuan dalam menerima tanggung jawab sepenuhnya terhadap
perawatan bayi. Pada masa ini ibu menjadi sangat sensitive, sehingga
membutuhkan bimbingan dan dorongan perawat untuk mengatasi
kritikan yang dialami ibu.
c) Letting go Period
Dialami setelah ibu dan bayi tiba dirumah. Ibu mulai secara penuh
menerima tanggung jawab sebagai “seorang ibu” dan menyadari atau
merasa kebutuhan bayi sangat bergantung pada dirinya.

6. Perubahan Fisiologi Masa Nifas


Menurut Suherni (2009). Perubahan fisiologis masa nifas, yaitu:
a. Perubahan Sistem Reproduksi

52
Perubahan alat-alat genetalia baik eksterna maupun interna
kembali seperti semula seperti sebelum hamil disebut involusi.
1) Perubahan uterus
Terjadi kontraksi uterus yang meningkat setelah bayi keluar.
Hal ini menyebabkan iskemia pada lokasi pelekatan plasenta
sehingga jaringan pelekatan antara plasenta dan dinding uterus,
mengalami nerkosis dan lepas. Ukuran uterus mengecil kembali
(setelah 2 hari pasca persalinan, setinggi sekitar umbilicus, setelah
2 minggu masuk panggul, setelah 4 minggu kembali pada ukuran
sebelum hamil)
Jika sampai 2 minggu post partum uterus belum masuk
panggul, curiga ada subinvolusi. Subinvolusi disebabkan oleh
infeksi atau perdarahan lanjut (late post partum, haemorrhage).

Tinggi fundus uteri dan berat uterus menurut masa involusi:


Involusi Tinggi Fundus Uteri Berat Uterus
Bayi lahir Setinggi pusat 1000 gr
Uru lahir Dua jari dibawah pusat 750 gr
Pertengahan pusat dan
1 minggu 500 gr
sympisis
Tidak teraba diatas
2 minggu 350 gr
sympisis
6 minggu Bertambah kecil 50 gr
8 minggu Sebesar normal 30 gr

Segera setelah persalinan bekas implantasi plasenta berupa


luka kasar dan menonjol kedalam kavum uteri. Diameter dari
penonjolan tersebut kira-kira 7,5 cm. Sesudah 2 minggu

53
diameternya berkurang menjadi 3,5 cm. Pada minggu ke-6
mengecil lagi sampai 2,4 cm dan akhirnya akan pulih kembali.
Cavum uteri keluar cairan secret disebut lochia. Jenis lochia:
a) Lochia rubra (cruenta)
Berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel
desidua, sel-sel epitel, lanugo, meconium. Selama 2 hari pasca
persalinan.
b) Lochia sanguinolenta
Warna merah kuning berisi darah segar dan lendir. Ini terjadi
pada hari ke 3-7 pasca persalinan.
c) Lochia serosa
Berwarna kuning dan tidak berdarah lagi. Pada hari ke 7-14
pasca persalinan.
d) Lochia alba
Cairan putih yang terjadi pada hari setelah 2 minggu.
e) Lochia purulenta
Ini karena terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah berbau
busuk.
f) Lochiotosis
Lochia tidak lancer keluarnya.
2) Perubahan pada vagina dan perineum
a) Vagina
Pada minggu ketiga, vagina mengecil dan timbul rugae
(lipatan-lipatan atau kerutan-kerutan) kembali.
b) Perlukaan vagina
Lebih sering terjadi sebagai akibat ekstraksi dengan cunam,
terlebih apabila kepala janin harus diputar. Robekan terdapat
pada dinding lateral dan baru terlihat pada pemeriksaan
speculum.

54
c) Perubahan pada perineum
Robekan perineum terjadi pada hamper semua persalinan
pertama dan tidak jarang juga pada persalinan berikutnya.
Robekan perineum umumnya terjadi digaris tengah dan bisa
menjadi luas apabila kepala janin lahir terlalu cepat, sudut
arkus pubis lebih kecil dari pada biasa, kepala janin melewati
pintu bawah panggul dengan ukuran yang lebih besar daripada
sirumferensial suboksipito bregmatika, bila ada laserasi maka
dilakukan penjahitan dan perawatan dengan baik.

b. Perubahan pada sistem pencernaan


Sering terjadi konstipasi pada ibu setelah melahirkan, hal ini
umumnya disebabkan karena makanan padat dan kurangnnya serat
selama persalinan. Rasa takut untuk BAB, jahitan dan takut lepas,
serta takut rasa nyeri. BAB harus dilakukan 3-4 hari setelah
persalinan, bila masih terjadi dapat diberikan obat laksan peroral atau
per rektal, bila belum berhasil dilakukan klisma, enema (suntikan
urus-urus).

c. Perubahan perkemihan
1) Saluran kencing kembali normal dalam waktu 2-8 minggu,
tergantung pada:
a) Keadaan atau status sebelum persalinan
b) Lamanya partus kala II
c) Besarnya tekanan kepala yang menekan pada saat persalinan
2) Ureter dan pelvis renalis yang mengalami dilatasi kembali ke
keadaan sebelum hamil mulai dari 2-8 minggu setelah persalinan.
3) Kira-kira 40% wanit postpartum mempunyai proteinuria fisiologis
(dalam 1-2 hari). Keadaan atau kondisi fisiologis dari proteinuria

55
dapat diasumsikan hanya apabila tidak ada gejala dan tanda-tanda
ISK.

d. Perubahan Tanda-tanda Vital Pada Masa Nifas


1) Suhu badan
Sekitar hari ke-4 setelah persalinan suhu ibu kemungkinan naik
sedikit, antara 37,2 ̊C-37,5 ̊C. kemungkinan disebabkan karena
aktivitas payudara.
Bila kenaikan mencapai 38 ̊C pada hari kedua sampai hari-hari
berikutnya, harus diwaspadai adanya infeksi atau sepsis nifas.
2) Denyut nadi
Denyut nadi ibu akan melambat sampai sekitar 60 x/menit
pada waktu setelah persalinan karena ibu dalam keadaan istirahat
penuh. Ini terjadi utamanya pada minggu pertama postpartum.
Pada ibu yang nervus nadinya bisa cepat, kira-kira 110
x/menit. Bisa juga terjadi gejala shock karena infeksi, khususnya
bila disertai peningkatan suhu tubuh.

3) Tekanan darah
Tekanan darah < 140/90 mmHg. Tekanan darah tersebut bisa
meningkat dari pra persalinan dan 1-3 hari postpartum.
Bila tekanan darah menjadi rendah menunjukan adanya
perdarahan postpartum. Sebaiknya bila tekanan darah tinggi
merupakan petujuk kemungkinan adanya preeclampsia yang bisa
timbul pada masa nifas tetapi hal ini jarang terjadi.
4) Respirasi
Umumnya respirasi lambat atau bahkan normal karena ibu
dalam keadaan pemulihan atau dalam kondisi istirahat.

56
Bila respirasi cepat postpartum (>30 x/menit) kemungkinan
adanya tanda-tanda shock.

7. Tanda-Tanda Bahaya Pada Masa Nifas


Menurut Rukiyah (2011), tanda-tanda bahaya pada masa nifas yaitu :
a. Perdarahan hebat atau peningkatan perdarahan secara tiba-tiba.
b. Pengeluaran cairan vaginal dengan bau busuk.
c. Rasa nyeri di perut bagian bawah atau punggung.
d. Sakit kepala yang terus menerus, nyeri epigastrik, atau masalah
penglihatan.
e. Pembengkakan pada wajah dan tangan.
f. Demam, muntah, rasa sakit sewaktu buang air seni atau merasa tidaak
enak badan.
g. Payudara yang memerah, panas dan sakit.
h. Kehilangan selera makan untuk waktu yang berkepanjangan.
i. Rasa sakit, warna merah, kelembutan atau pembengkakan pada kaki.
j. Merasa sangat sedih atau tidak mampu mengurus diri sendiri atau
bayi.
k. Merasa sangat letih atau bernapas terengah-engah.

8. Kebutuhan Dasar Ibu Masa Nifas


Menurut Saleha (2013). Kebutuhan dasar ibu pada masa nifas yaitu:
a. Nutrisi dan cairan, pada seorang ibu menyusui
Mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari; makan dengan diet
berimbang untuk mendapat protein, mineral dan vitamin yang cukup;
minum setidaknya 3 liter air setiap hari; pil zat besi (40 hari pasca
persalinan); kapsul vitamin A (200.000 unit).
b. Ambulasi

57
Ambulasi dini sangat penting dalam mencegah thrombosis vena.
Tujuannya untuk membantu menguatkan otot-otot perut dengan
demikian menghasilkan bentuk tubuh yang baik, mengencangkan otot
dasar panggul sehingga mencegah atau memperbaiki sirkulasi darah ke
seluruh tubuh.
c. Eliminasi:BAK/BAB
Diureses yang nyata akan terjadi pada satu atau dua hari pertama
setelah melahirkan dan kadang-kadang ibu mengalami kesulitan untuk
mengosongkan kandung kemihnya karena rasa sakit, memar atau
gangguan pada tonus otot.
d. Personal hygiene
1) Menganjurkan kebersihan seluruh tubuh, terutama perineum
2) Mengajarkan ibu bagaimana membersihkan daerah kelamin
dengan sabun dan air. Pastikan bahwa ibu mengerti untuk
membersihkan daerah disekitar vulva terlabih dahulu, dari depan
kebelakang kemudian membersihkan daerah sekitar anus. Nasihati
ibu untuk membersihkan vulva setiap kali selesai BAK/BAB
3) Sarankan ibu untuk mengganti pembalut atau kain pembalut
setidaknya dua kali sehari. Kain dapat digunakan ulang jika telah
dicuci dengan baik dan dikeringkan dibawah sinar matahari dan
disetrika
4) Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabu atau air sebelum
dan sesudah membersihkan daerah kelamin
5) Jika ibu mempunyai luka episiotomy atau laserasi, sarankan
kepada ibu untuk menghindari menyentuh daerah tersebut
e. Istirahat dan tidur
Kurang istirhat akan mempengaruhi ibu dalam beberapa hal:
mengurangi jumlah ASI yang diproduksi; memperambat proses

58
involusi uterus dan memperbanyak perdarahan; menyebabkan depresi
dan ketidakamampuan untuk merawat bayinya dan dirinya sendiri.
f. Aktivitas seksual
Secara fisik aman untuk melakukan hubungan suami istri begitu
darah merah berhenti dan ibu dapat memasukakn satu-satu dua jarinya
kedalam vagina tanpa rasa nyeri, maka ibu aman untuk memulai
melakukan hubungan suami istri kapan saja ibu siap.
Banyak budaya yang mempunyai tradisi menunda hubungan suami
istri sampai masa waktu tertentu, misalnya setelah 40 hari atau 6
minggu setelah persalinan. Keputusan ini bergantung pada pasangan
yang bersangkutan.
g. Keluarga berencana
Idealnya pasangan harus menunggu sekurang-kurangnya 2 tahun
sebelum ibu hamil kembali. Meskipun beberapa metode KB
mengandung resiko, menggunakan kontrasepsi tetap lebih aman,
terutama apabila ibu sudah haid lagi.
h. Latihan dan senam nifas
Beberapa latihan yang dapat dilaukan dengan mudah antara lain:
1) Tidur telentang dengan lengan disamping
2) Menarik otot perut selagi menarik napas
3) Tahan napas kedalam dan angkat dagu kedada tahan satu hitungan
sampai 5
4) Rileks dan ulangi 10 kali

9. Kebijakan Program Nasional Masa Nifas


Kunjungan masa nifas dilakukan paling sedikit 4 kali. Kunjungan ini
bertujuan untuk menilai status ibu dan bayi baru lahir juga untuk mecegah,
mendeteksi, serta menangani masalah-masalah yang terjadi.

59
Kunjungan Waktu Tujuan
1 6-8 jam  Mencegah terjadinya perdarahan pada
setelah masa nifas karena atonia uteri
persalinan  Mendeteksi dan perawatan penyebab lain
perdarahan serta melakukan rujukan bila
perdarahan berlanjut.
 Memberikan konseling pada ibu dan
keluarga tentang cara mencegah
perdarahan yang disebabkan atonia uteri.
 Pemberian ASI awal.
 Mengajarkan cara mempererat hubungan
antara ibu dan bayi baru lahir.
 Menjaga bayi tetap sehat melalui
pencegahan hipotermi.
 Setelah bidan melakukan pertolongan
persalinan, maka bidan harus menjaga ibu
dan bayi untuk 2 jam pertama setelah
kelahiran atau sampai keadaan ibu dan
bayi baru lahir dalam keadaan baik.
2 6 hari  Memastikan involusi uterus barjalan
setelah dengan normal, uterus berkontraksi
persalinan dengan baik, tinggi fundus uteri di bawah
umbilikus, tidak ada perdarahan
abnormal.
 Menilai adanya tanda-tanda demam,
infeksi dan perdarahan.
 Memastikan ibu mendapat istirahat yang
cukup.

60
 Memastikan ibu mendapat makanan yang
bergizi dan cukup cairan.
 Memastikan ibu menyusui dengan baik
dan benar serta tidak ada tanda-tanda
kesulitan menyusui.
 Memberikan konseling tentang perawatan
bayi baru lahir.

3 2 minggu Asuhan pada 2 minggu post partum sama


setelah dengan asuhan yang diberikan pada
persalinan kunjungan 6 hari post partum.
Memberikan konseling KB secara dini.
4 6 minggu  Menanyakan penyulit-penyulit yang
setelah dialami ibu selama masa nifas.
persalinan  Memastikan ibu sdh menggunakan salah
satu alat kontrasepsi yang efektif
(Saleha, 2013)

(7) Asuhan KB
1. Pengertian
Keluarga berencana menurut UU N0. 10 tahun 1992 (tentang
perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga sejahtera)
adalah upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui
pendewasaan usia perkawinan (PUP), pengaturan kelahiran, pembinaan
ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga kecil, bahagia
dan sejahtera. (Arum, 2009).

61
2. Tujuan Program KB
Tujuan utama program KB Nasional adalah untuk memenuhi perintah
masyarakat akan pelayanan KB dan kesejahteraan reproduksi yang
berkualitas, menurunkan tingkat/ angka kematian ibu bayi, dan anak serta
penanggulangan masalah kesehatan reproduksi dalam rangka membangun
keluarga kecil berkualitas. (Arum, 2009).

3. Konseling
Konseling kontrasepsi adalah komunikasi tatap muka dimana satu
pihak membantu pihak lain untuk mengambil keputusan dan
melaksanakan keputusan tersebut, berarti unsur yang terkandung jelas,
tepat dan benar, serta kemampuan untuk memahami pihak lain/calon
akseptor. (Meilani, 2010).

4. Tujuan Konseling
Tujuan konseling kontrasepsi adalah meningkatkan kualitas pelayanan
sehingga calon akseptor dapat menentukan sendiri pilihan kontrasepsi
yang akan digunakannya.(Meilani, 2010).

5. Langkah-langkah Konseling
Dalam Penggunaan
Kontrasepsi
Menurut Affandi (2011), langkah-langkah dalam konseling adalah
sebagai berikut :
 SA: Sapa dan salam
Sapa dan slam kepada klien secara terbuka dan sopan. Berikan
perhatian kepada mereka dan berbicara di tempat yang nyaman serta
terjamin privasinya. Yakinkan klien untuk membangun rasa percaya

62
diri. Tanyakan kepada klien apa saja yang perlu dibantu serta jelaskan
pelayanan apa yang diperolehnya.
 T:Tanya
Tanyakan pada klien informasi tentang dirinya. Bantu klien untuk
berbicara mengenai pengalaman keluarga berencana dan kesehatan
reproduksi, tujuan, kepentingan, harapan serta keadaan kesehatan dan
kehidupan keluarganya. Tanyakan kontrasepsi yang diinginkan klien.
 U: Uraikan
Uraikan kepada klien mengenai pilihannya dan beritahu apa
pilihannya dan beritahu apa pilihan reproduksi yang paling mungkin,
termasuk pilihan beberapa jenis kontrasepsi. Bantulah klien pada jenis
kontrasepsi yang paling dia ingini, serta jelaskan pula jenis-jenis
kontrasepsi yang ada. Jelaskan alternatif kontrasepsi lain yang
mungkin diingini oleh klien.
 TU: Bantu
Bantulah klien menentukan pilihannya. Bantulah klien klien berfikir
mengenai apa yang paling sesuai dengan keadaan dan keluhannya.
Doronglah klien untuk menunjukkan keinginannya dan mengajukan
pertanyaan. Tanggapilah secara terbuka.
 J: Jelaskan
Jelaskan secar lengkap bagaimana menggunakan kontrasepsi
pilihannya, jika diperlukan perlihatkan alat/obat kontrasepsinya
tersebut digunakan dan bagaimana cara penggunaannya.
 U: Kunjungan Ulang
Perlunya dilakukan kunjungan ulang. Bicarakan dan buatlah perjanjian
kapan klien akan kembali untuk melakukan pemeriksaan lanjutan atau
permintaan kontrasepsi juka dibutuhkan. Perlu juga selalu
mengingatkan klien untuk kembali apabila terjadi suatu masalah.

63
6. Macam-macam Metode
Kontrasepsi Pasca persalinan
Metode kontrasepsi pascapersalinan menurut Affandi, (2011), adalah
sebagai berikut :
a. MAL
1) WaktuPascapersalinan
a) Mulai segera pasca persalinan
b) Efektivitas tinggi sampai 6 bulan pascapersalinan dan belum
haid
2) Ciri-ciri Khusus
a) Manfaat kesehatan bagi ibu dan bayi
b) Memberikan waktu untuk memilih kontrasepsi lain
3) Catatan
a) Mulai segera pasca persalinan
b) Efektivitas tinggi sampai 6 bulan pascapersalinan dan belum
haid.
b. Kontrasepsi Kombinasi
1) WaktuPascapersalinan
a) Jika menyusui:
(1) Jangan dipakai sebelum 6 atau 8 minggu pasca bersalin
(2) Sebaiknya tidak dipakai dalam waktu 6 minggu-6 bulan
pasca salin.
b) Jika pakai MAL tunda sampai 6 bulan.
c) Jika tidak menyusui dapat dimulai 3 minggu pasca salin
2) Ciri-ciri Khusus
a) Selama 3 minggu pasca persalinan kontrasepsi kombinasi
meningkatkan resiko masalah pembekuan darah.

64
b) Jika klien tidak mendapat haid dan sudah berhubungan seksual,
mulailah kontrasepsi kombinasi setelah yakin tidak ada
kehamilan.
3) Catatan
a) Dapat diberikan pada klien dengan riwayat pre-eklampsi atau
hipertensi dalam kehamilan.
b) Sesudah 3 minggu pasca salin tidak meningkatkan resiko
pembekuan darah.
c. Kontrasepsi Progestine
1) WaktuPascapersalinan
a) Sebelum 6 minggu pascapersalinan, klien menyusui jangan
menggunakan kontrasepsi progestin
b) Jika menggunakan MAL, kontrasepsi progestin dapat ditunda
sampai 6 bulan
c) Jika tidak menyusui, dapat segera dimulai
d) Jika tidak menyusui, lebih dari 6 minggu pascapersalinan atau
setelah dapat haid, kontrasepsi progestin dapat dimulai setelah
yakin tidak ada kehamilan.
2) Ciri-ciri Khusus
a) Selama 6 minggu pertama pascapersalinan, progestin
mempengaruhi tumbuh kembang bayi
b) Tidak ada pengaruh terhadap ASI
3) Catatan
Perdarahan irregular dapat terjadi
Handayani (2010), menyatakan manfaat suntik depo progestin
adalah :
1) Sangat efektif (0,3 kehamilan per 100 wanita selama tahun
pertama penggunaan)

65
2) Cepat efektif (<24 jam) jika dimulai pada hari ke 7 dari siklus
haid
3) Metode jangka waktu menengah (intermediate-term)
perlindungan untuk 2 atau 3 per satu kali injeksi
4) Pemeriksaan panggul tidak diperlukan untuk memulai
pemakaian
5) Tidak mengganggu hubungan seks
6) Tidak mempengaruhi pemberian ASI
7) Efek sampingnya sedikit
8) Klien memerluan suplai (pasokan) bahan
9) Bisa diberikan oleh petugas non-medis yang sudah terlatih
10) Tidak mengandung estrogen

Keterbatasan :
a) Perubahan dalam pola haid, perdarahan/bercak tak beraturan awal
pada sebagian besar wanita
b) Penambahan berat badan (±2 kg) merupakan hal biasa
c) Meskipun kehamilan tidak mungkin, namun jika terjadi lebih
besar kemungkinannya berupa ektopik dibanding pada wanita
bukan pemakai
d) Pasokan ulang harus tersedia
e) Harus kembali lagi untuk ulangan injeksi setiap 3 bulan (DPMA)
atau 2 bulan (NET-EN)
f) Pemulihana kesuburan bisa tertunda selama 7-9 bulan (secara
rata-rata) setelah penghentian
d. AKDR
1) WaktuPascapersalinan
a) Dapat dipasang langsung pascapersalinan, sewaktu seksio
sesarea, atau 48 jam pascapersalinan

66
b) Jika tidak, insersi ditunda sampai 4-6 minggu pascapersalinan
c) Jika laktasi atau haid sudah dapat, insersi dilakukan sesudah
yakin tidak ada kehamilan
2) Ciri-ciri Khusus
a) Tidak ada pengaruh terhadap ASI
b) Efek samping lebih sedikit pada klien menyusui
3) Catatan
a) Insersi postplasenta memerlukan petugas terlatih khusus
b) Konseling perlu dilakukan antenatal.
c) Angka pencabutan AKDR tahun pertama lebih tinggi pada
klien menyusui
d) Ekspulsi spontan lebih tinggi (6-10%) pada pemasangan pasca
plasental
e) Sesudah 4-6 minggu pasca persalinan teknik sama dengan
pemasangan interval
e. Kondom/Spermisida
1) WaktuPascapersalinan
Dapat digunakan setiap saat pascapersalinan
2) Ciri-ciri Khusus
(1) Tidak ada pengaruh terhadap laktasi
(2) Sebagai cara sementara sambil memilih metode lain
3) Catatan
Sebaiknya pakai kondom yang diberi pelican
f. Diafragma
1) WaktuPascapersalinan
Sebaiknya tunggu sampai 6 minggu pasca persalian
2) Ciri-ciri Khusus
Tidak ada pengaruh terhadap laktasi
3) Catatan

67
a) Perlu pemeriksaan dalam oleh petugas
b) Penggunaan diafragma membantu mengatasi masalah
keringnya vagina.
g. KB alamiah
1) WaktuPascapersalinan
Tidak dianjurkan sampai siklus haid kembali teratur
2) Ciri-ciri Khusus
Tidak ada pengaruh terhadap laktasi
3) Catatan
a) Lendir serviks tidak keluar seperti haid regular lagi
b) Suhu basal tubuh kurang akurat jika sering terbangun waktu
malam untuk menyusui
h. Koitus interuptus / abstinensia
1) WaktuPa/scapersalinan
Dapat digunakan setiap waktu
2) Ciri-ciri Khusus
a) Tidak ada pengaruh terhadap laktasi atau tumbuh kembang
bayi.
b) Abstinensia 100% efektif.
3) Catatan
a) Beberapa pasangan tidak sanggup untuk Abstinensia.
b) Perlu konseling

i. Kontrasepsi mantap : tubektomi


1) WaktuPascapersalinan
a) Dapat dilakukan dalam 48 jam pasca persalinan
b) Jika tidak, tunggu sampai 6 minggu pascasalin
2) Ciri-ciri Khusus

68
a) Tidak ada pengaruh terhadap laktasi atau tumbuh kembang
bayi
b) Minilaparotomi pasca persalinan paling mudah dilakukan
dalam 48 jam pasca persalinan.
3) Catatan
a) Perlu anastesi local
b) Konseling sudah harus dilakukan sewaktu asuhan antenatal.
j. Vasektomi
1) WaktuPascapersalinan
Dapat dilakukan setiap saat
2) Ciri-ciri Khusus
Tidak segera efektif karena perlu paling sedikit 20 ejakulasi
(±3bulan)
3) Catatan
Merupakan salah satu cara KB untuk pria

7. Penggunaan Kontrasepsi
Rasional
Menurut Affandi (2011), penggunaan kontrasepsi rasional setiap
periode perencanaan keluarg, Kontrasepsi rasional yaitu:
a. Masa menunda kehamilan/kesuburan
 Ciri-ciri kontrasepsi yang diperlukan :
1) Reversibelitas yang tinggi, artinya kembalinya kesuburaan
dapat terjamin hampir 100%. Hal ini karena dalam periode ini,
akseptor belum mempunyai anak.
2) Efektivitas yang relative tinggi. Hal ini penting karena
kegagalan akan menyebabkan terjadinya kehamilan dengan
resiko tinggi dan kegagalan merupakan program.

69
 Kontrasepsi yang cocok. Sesuai dengan ciri-ciri yang diperlukan,
prioritas pertama kontrasepsi yang disarankan adalah pil, KB cara
sederhana, KB secara alamiah/pantang berkala, alat kontrasepsi
dalam rahim (AKDR) mini, kondom.
 Alasan:
1) Usia kurang dari 20 tahun adalah usiayang sebaiknya tidak
mempunyai anak dahulu karena berbagai alasan
2) Prioritas penggunaan kontrasepsi adalah pil oral karena peserta
masih muda
3) Penggunaan kondom kurang menguntungkan karena pasangan
muda masih sering bersenggama/frekuensi tinggi sehingga
menyebabkan tingkat kegagalan tinggi.
4) Penggunaan AKDR mini bagi yang belum mempunyai anak
pada masa ini dapat dianjurkan, terlebih bagi calon peserta
dengan kontraindikasi terhadap pil oral.
b. Masa mengantur kesuburan/menjarangakan kehamilan.
 Ciri-ciri kontrasepsi yang diperlukan:
a) Efektifitas cukup tinggi dan reversibilitas cukup tinggi karena
aksetor masih mengharap mempunyai anak
b) Dapat digapai 3 sampai 4 tahun, yaitu sesuai dengan jarak
kelahiran anak yang direncanakan
c) Tidak mengahambat produksi ASI. Hal ini penting karena ASI
adalah makananyang tebaik untuk bayi sampai usia 2 tahun.
Penggunaan ASI akan memengaruhi angka kesakitan dan
kematian bayi.
 Kontrasepsi yang cocok. Sesuai dengan ciri-ciri yang diperlukan,
prioritas pertama kontrasepsi yang disarankan pada periode ini

70
adalah AKDR, suntikan, pil, susuk KB, KB cara sederahana,
kontrasepsi/mantap metode operasi wanita (MOW).
 Alasan:
a) Usia antara 20-30 tahun merupakan usia yang terbaik untuk
mengandung dan melahirkan.
b) Segera setelah anak pertama lahir, dianjurkan untuk memakai
AKDR sebagai pilihan pertama.
c) Kegagalan yang menyebabkan kehamilan cukup tinggi, namun
tidak/kurang berbahaya karena yang bersangkutan berada pada
usia mengandung dan melahirkan yang baik.
d) Kegagalan kontrasepsi bukan kegagalan program
c. Masa mengakhiri kesuburan/tidak hamil lagi.
 Ciri-ciri kontrasepsi yang diperlukan:
a) Efektivitas sangat tinggi. Kegagalan menyebabkan terjadinya
kehamilan dengan resiko tinggi bagi ibu dan anak.
Disamping itu, akseptor memang tidak mengaharapkan
mempunyai anak lagi.
b) Reversibilitas rendah
c) Dapat dipakai untuk jangka panjang
d) Tidak menambah kelainan yang sudah ada. Pada usia tua,
kelaian seperti penyakit jantung, darah tinggi, keganasan, dan
gangguan metabolic mengikat. Oleh sebab itu, sebaiknya
tidak diberikan obat kontrasepsi yang menambah kelainan
tersebut.
 Kontrasepsi yang cocok. Prioritas pertama kontrasepsi yang
disarankan pada masa ini adalah kontrasepsi
matap/tubektomi/vasektomi (metode operasi wanita

71
(MOW)/metode oprasi pria (MOP)), susuk KB, AKDR, pil,
suntikan, KB cara sederhana.
 Alasan:
a) Ibu yang berusia lebih dari 30 tahun dianjurkan untuk tidak
hamil/tidak mempunyai anak lagi karena alasan medis dan
alasan laninya.
b) Pilihan utama adalah kontrasepsi mantap. AKDR dan susuk
KB adalah pilihan berikutnya apabila belum tersedia kontraspsi
mantap.
c) Dalam kondisi darurat, kontrasepsi mantap cocok dipakai dan
relative lebih baik dibandingkan susuk KB, AKDR, dan
suntikan dalam arti mengakhiri kesuburan.
d) Pil kurang dianjurkan karena usia ibu yang relative tua dan
mempunyai kemungkinan timbulnya efek samping dan
komplikasi.

BAB III
ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF

A. Asuhan Kehamilan
PENGKAJIAN

72
Hari/Tanggal : Selasa, 16 April 2019
Jam : 17:00 WITA

IDENTITAS
Istri Suami
Nama Ny. A Tn. U
Umur 31 tahun 30 tahun
Suku/Bangsa Banjar/Indonesia Banjar/Indonesia
Agama Islam Islam
Pendidikan SMU SMU
Pekerjaan IRT Swasta
Alamat Martapura Martapura

PROLOG
Hamil anak ke 2 dan tidak pernah mengalami keguguran. Anak pertama lahir
tahun 2015, cukup bulan, normal (spt-bk), jenis kelamin perempuan, BB dan PB
normal. Kontrasepsi sebelum hamil suntik 3 bulan dan tidak ada keluhan..
Sebelumnya pernah memeriksakan kehamilannya 2 kali di trimester I pada usia
kehamilan 6 minggu di puskesmas dan pada usia kehamilan 11 minggu di PMB
dan 5 kali di trimester II pada usia kehamilan 16 minggu dan 21 minggu di
puskesmas dan di PMB pada usia kehamilan 17 minggu, 22 minggu dan 28
minggu. HPHT: 28-07-2018, TP: 04-05-2019. Sudah mendapatkan TT1 tahun
2015 dan TT2 tahun 2015 saat kehamilan pertama, TT3 tahun 2019 saat
kehamilan ke dua pada usia kehamilan 16 minggu. TB: 150 cm, BB ibu sebelum
hamil 52 kg, LILA: 26,5 cm, HB: 11,2 gr% pada umur kehamilan 6 minggu,
protein urine negatif, glukosa urine negetif. Golongan Darah: A. Tidak ada
riwayat operasi. Ibu tidak memiliki riwayat degenerative dan alergi.

73
SUBJEKTIF
Tidak ada keluhan.

OBJEKTIF
KU baik, BB: 65 kg, TD: 120/80 mmHg, S: 36,5 0C, N: 82 x/menit, P: 24
x/menit. Konjungtiva anemis, bibir tampak pucat, gusi tidak berdarah dan sklera
tidak ikterik. Leher tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan vena jugularis.
Payudara simetris, putting susu menonjol, tidak ada benjolan pada payudara,
kolostum keluar, TFU: 3 jari dibawah prosesus xifodeus (29 cm), pu-ki, pres-
kep, bagian terendah janin belum masuk PAP (Konvergen), TBJ: 2635 gram,
DJJ: (+) terdengar jelas, kuat dan teratur dengan frekuensi 144 x/menit.
Ekstrimitas tidak odem dan ujung kuku tampak pucat, tidak ada varises. Ketuk
ginjal dan reflex patella kiri kanan normal. Pemeriksaan laboratorium HB: 8,8
gr%.

ANALISA
G2P1A0 34 minggu dengan anemia sedang, janin tunggal hidup.

PENATALAKSANAAN
1. Memberitahukan hasil pemeriksaan bahwa keadaan ibu mengalami anemia
sedang, namun keadaan janin baik, usia kehamilan 34 minggu atau 8 bulan
2 minggu dan menjelaskan tentang taksiran persalinan pada tanggal 04 Mei
2019 bisa maju 2 minggu atau mudur 2 minggu. Ibu mengerti.

2. Menjelaskan kepada ibu tentang Anemia :


a. Anemia ialah kondisi dimana kadar Hemoglobin dibawah 11 gr% pada
Trimester 3. Ibu mengalami Anemia sedang karena kadar Hemoglobin
ibu 8,8 gr%.

74
b. Penyebab anemia yaitu pola makan dapat terganggu akibat rasa mual,
rendahnya cadangan zat besi dan asupan zat besi yang di konsumsi
kurang banyak karena pada saat kehamilan kebutuhan zat besi
meningkat.
c. Bahaya anemia dalam kehamilan yaitu mual muntah, hambatan tumbuh
kembang janin dalam rahim dan keguguran. Pada persalinan yaitu dapat
terjadi persalinan prematuritas, mudah terjadi infeksi, ketuban pecah dini
(KPD), ibu mudah kelelahan dan nafas pendek pada saat persalinan.
Pada nifas yaitu perdarahan setelah bersalin, atonia uteri, syok dan
infeksi puerperium.
d. Cara mengatasinya anemia yaitu dengan mengkonsumsi makanan yang
mengandung Fe seperti hati, daging sapi, buah-buahan (jeruk, buah
naga, kurm) dan sayuran yang berwana hijau (sawi, bayam, brokoli).
Ibu mengerti
3. Melakukan perawatan payudara dengan cara:
a. Gunakan bra dengan bentuk yang menyangga payudara.
b. Bersihkan puting susu dengan minyak kelapa lalu bilas dengan air
hangat. Ibu mengerti.
4. Memberikan KIE tentang:
a. Makan-makanan bergizi seimbang seperti ikan, daging, hati, telur, tahu,
tempe, kacang-kacangan, sayuran hijau, buah-buahan serta susu. Ibu
mengerti.
b. Istirahat yang cukup dan mengurangi aktifitas yang berat, agar ibu tidak
kelelahan. Pada saat istirahat dianjurkan untuk berbaring miring ke kiri.
Hindari duduk dan berdiri terlalu lama. Ibu mengerti.
c. Menjaga kebersihan diri dengan mandi dan gosok gigi, membersihkan
daerah genetalia dengan cara menyiram dari arah depan ke belakang dan
selalu mencuci tangan setelah BAB dan BAK. Ibu mengerti.

75
5. Memberitahukan kepada ibu tanda-tanda bahaya kehamilan yaitu,
perdarahan pervagina, sakit kepala hebat, penglihatan kabur, bengkak pada
muka, kaki dan tangan, keluar cairan pervagina, gerakan janin tidak ada atau
berkurang, nyeri perut yang hebat. Ibu mengerti.
Menganjurkan ibu jika mengalami salah satu tanda-tanda bahaya kehamilan
tersebut segera hubungi bidan terdekat. Ibu mengerti.
6. Memberitahu ibu tentang P4K (program perencanaan persalinan dan
pencegahan komplikasi) seperti mempersiapkan tempat persalinan : rumah
sakit atau BPM, penolong persalinan : bidan, dokter atau spesialis
kandungan, pendamping persalinann: suami, keluarga, transportasi: mobil,
motor, persiapan pendonor darah: suami, ayah, ibu ataupun keluarga. Ibu
mengerti.
7. Berkalaborasi dengan Bidan yaitu memberikan terapi :
SF: 2x1 tablet/hari (30 biji)
Cara meminumnya dengan air putih atau air jeruk agar penyerapan zat besi
dapat berjalan dengan baik dan jangan meminum teh, kopi dan susu saat
meminum tablet besi karena dapat menghambat penyerapan zat besi. Ibu
mengerti.
8. Menyepakati tanggal kunjungan ulang 2 minggu lagi yaitu pada tanggal 30
April 2019, atau jika ada keluhan. Ibu mengerti.

CATATAN PERKEMBANGAN KEHAMILAN


Hari/Tanggal Data Perkembangan

76
Selasa, Subjektif
30 April 2019 Ibu mengatakan tidak ada keluhan.
Pukul 17:10 WITA
Objektif
KU baik, BB: 65,4 kg, TD: 110/70 mmHg, S: 36,5
0
C, N: 80 x/menit, P: 24 x/menit. Konjungtiva
anemis. Sklera tidak ikterik. TFU: 30 cm, pu-ki,
pres-kep, bagian terendah janin belum masuk PAP
(Konvergen), TBJ: 2790 gram, DJJ: (+) terdengar
jelas, kuat dan teratur dengan frekuensi 146 x/menit.
Ekstrimitas tidak odem, tidak ada varises. Ketuk
ginjal dan reflex patella kiri kanan normal.

Analisa
G2P1A0 37 minggu, janin tunggal hidup.

Penatalaksanaan
1. Memberitahukan hasil pemeriksaan bahwa
keadaan ibu dan bayinya dalam keadaan baik,
usia kehamilan ibu 37 minggu, TBJ: 2790 gram.
Ibu mengerti.
2. Mengingatkan ibu untuk mengkonsumsi
makanan yang meningkatkan kadar Hemoglobin
seperti hati, daging sapi, buah-buahan, dan
sayuran yang berwana hijau. Serta kebutuhan
akan tablet Fe sangat penting dalam kehamilan.
Ibu mengerti.
3. Menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi

77
makanan bergizi seimbang seperti buah-buahan,
sayur-sayuran, daging, susu, dan lain-lain. Agar
kebutuhan gizi ibu dan janin terpenuhi. Ibu
mengerti.
4. Menganjurkan ibu istirahat yang cukup dan
menurangi aktivitas yang berat Ibu mengerti.
5. Menganjurkan kepada ibu untuk tetap menjaga
kebersihan. Ibu mengerti.
6. Mengenjurkan ibu tetap mengkonsumsi tablet
tambah darah dan vitamin yang telah diberikan.
Ibu mengerti.
7. Menyepakati tanggal kunjungan ulang 1 minggu
lagi yaitu pada tanggal 07 Mei 2019, atau jika
ada keluhan.
Senin, Subjektif
06 Mei 2019 Ibu mengeluh sakit pinggang.
Pukul 15:30 WITA
Objektif
KU baik, BB: 65,9 kg, TD: 110/80 mmHg, S: 36,5
0
C, N: 80 x/menit, P: 24 x/menit. Konjungtiva
anemis. Sklera tidak ikterik. TFU: 31 cm, pu-ki,
pres-kep, bagian terendah janin sudah masuk PAP
(Divergen), TBJ: 3100 gram, DJJ: (+) terdengar
jelas, kuat dan teratur dengan frekuensi 148 x/menit.
Ekstrimitas tidak odem, tidak ada varises. Ketuk
ginjal dan reflex patella kiri kanan normal.
Analisa
G2P1A0 38 minggu, janin tunggal hidup.

78
Penatalaksanaan
1. Memberitahukan hasil pemeriksaan bahwa
keadaan ibu dan bayinya dalam keadaan baik,
usia kehamilan ibu 38 minggu, TBJ: 3100 gram.
Ibu mengerti.
2. Memberitahukan ibu bahwa keluhan yang
dirasakan adalah hal yang wajar itu terjadi
karena pembesaran ukuran perut sehingga
bagian depan bertambah berat dan
menyebabkan sakit pinggang. Ibu memahami
penjelasan yang diberikan.
3. Mengingatkan ibu untuk mengkonsumsi
makanan yang meningkatkan kadar Hemoglobin
seperti hati, daging sapi, buah-buahan, dan
sayuran yang berwana hijau. Serta kebutuhan
akan tablet Fe sangat penting dalam kehamilan.
Ibu mengerti.
4. Menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi
makanan bergizi seimbang seperti buah-buahan,
sayur-sayuran, daging, susu, dan lain-lain. Agar
kebutuhan gizi ibu dan janin terpenuhi. Ibu
mengerti.
5. Menganjurkan ibu istirahat yang cukup dan
menurangi aktivitas yang berat Ibu mengerti.
6. Menganjurkan kepada ibu untuk tetap menjaga
kebersihan. Ibu mengerti.
7. Mengingatkan kembali kepada ibu tanda-tanda

79
persalinan. Ibu mengerti.
8. Menganjurkan ibu tetap mengkonsumsi tablet
tambah darah dan vitamin yang telah diberikan.
Ibu mengerti.
9. Menyepakati tanggal kunjungan ulang 1 minggu
lagi yaitu pada tanggal 13 Mei 2019, atau jika
ada keluhan.

80
B. Asuhan Kebidanan Persalinan
PENGKAJIAN
Hari/Tanggal : Rabu, 8 Mei 2019
Jam : 01.20 WITA

PROLOG
Ibu dengan G2P1A0 pukul 01.20 WITA datang ke PMB R, mules sejak pukul 20.00
WITA. Ini merupakan kehamilan kedua ibu dengan usia kehamilan 38 minggu.
HPHT: 28-07-2018, TP: 04-05-2019, suntik TT3, ibu pernah melakukan ANC
sebanyak 12 kali, reduksi urine (-) dan protein urine (-) pada kehamilan 16 minggu,
golongan darah A, ibu tidak memiliki penyakit degenerative dan alergi.

SUBJEKTIF
Ibu mengatakan perutnya mules-mules menjalar dari perut hingga ke pinggang
disertai keluar lendir bercampur darah dari kemaluan

OBJEKTIF
Keadaan umum baik, kesadaran : compos mentis, BB 67 : kg, LILA : 23,5 cm, TD :
120/80 mmHg, N : 86 x/menit, R : 24 x/menit, S : 36,7 oC, muka tidak oedem,
konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, puting susu menonjol dan bersih,
kolostrum sudah keluar, tidak terdapat luka operasi dibagian perut, Leopold I : TFU 2
jari dibawah prx ( 31 cm ), teraba lembek, bundar, dan tidak melenting ( bokong ),
Leopold II : disisi kiri perut ibu teraba panjang, rata dan keras seperti papan dan disisi
kanan perut ibu teraba bagian-bagian kecil janin ( punggung kiri ), Leopold III :
bagian terbawah janin teraba bulat, keras dan melenting ( presentasi kepala ), Leopold
IV : kepala janin masuk PAP 4/5 ( divergen ), taksiran berat janin 3.100 gram, DJJ
terdengar jelas dan teratur di bagian kuadran kanan bawah perut ibu dengan frekuensi
144 x/menit. His teratur 3 kali dalam 10 menit lamanya 45 detik. Genitalia tidak ada
oedem, hasil periksa dalam portio teraba, pembukaan 8, serviks mulai menipis,

81
selaput ketuban utuh, teraba UUK kiri didepan, tidak ada molase, kepala berada di
hodge III+, terdapat lendir darah di handscoon,ekstremitas atas dan bawah tidak ada
oedem dan varises, ketuk ginjal ( -/- ) , reflek patella ( +/+ ).

ANALISA
G2P1A0 38 minggu inpartu kala I fase aktif, janin tunggal hidup, intrauterine.

PENATALAKSANAAN
1. Memberitahu ibu tentang hasil pemeriksaan kepada ibu bahwa keadaan ibu dan
janin baik serta pembukaan sudah hampir lengkap yaitu 8 cm. Ibu mengerti akan
keadaannya.
2. Mengatasi rasa cemas ibu dengan :
a. Menghadirkan pendamping persalinan.
b. Memberikan dukungan fisik dan moril kepada ibu.
c. Menginformasikan hasil pemeriksaan kepada ibu.
d. Memberikan makan dan minum diantara kontraksi atau saat kontraksi sedang
mereda.
e. Memberikan pijatan pada pinggang ibu.
Kegiatan telah dilakukan, ibu didampingi oleh ibu dan mertuanya.
3. Menganjurkan ibu posisi yang nyaman dalam persalinan, antara lain :
a. Posisi berbaring miring, berfungsi memungkinkan ibu yang lelah untuk
beristirahat, aman dalam penggunaan obat anti nyeri dan dapat mengurangi
hemoroid.
b. Duduk atau setengah duduk, baik dalam menambah dimensi pintu atas
panggul, memperbaiki oksigenasi janin serta memungkinkan ibu yang lelah
untuk beristirahat.

82
c. Merangkak, baik untuk persalinan dengan punggung sakit, meminimalkan
peregangan perineum, mengurangi hemoroid dan memungkinkan akses yang
mudah untuk peremasan pinggul.
d. Berjongkok atau berdiri, berguna untuk membesarkan ukuran panggul,
mensejajarkan janin dengan pintu atas panggul, mengurangi nyeri punggung
dengan mengurangi tekanan bagian presentasi janin terhadap tulang sakrum
wanita.
Ibu mengerti dan memilih untuk berbaring kiri dan setengah duduk.
4. Mengajari ibu teknik mengurangi rasa nyeri :
a. Perubahan posisi dan pergerakan.
Menganjurkan ibu mengubah posisi senyaman ibu, seperti berjalan, berdiri,
duduk, jongkok, berbaring miring atau merangkak.
b. Sentuhan dan masase pada bagian punggung.
c. Pengeluaran suara.
Memberi keleluasaan untuk ibu mengeluarkan suara selama persalinan dan
kelahiran bayi jika ibu menginginkannya atau dapat mengurangi rasa tidak
nyaman yang dialaminya.
Ibu mengerti dan memilih posisi berbaring miring ke kiri serta melakukan apa
yang di ajarkan.
5. Menyiapkan peralatan dan perlengkapan persalinan :
a. Peralatan : Partus set ( bak instrument yang isinya setengah kocher,
gunting episiotomi, klem tali pusat, gunting tali pusat, pinset anatomi, nald
voeder, gunting benang dan kateter ), hecting set, air DTT, air klorin, alat
resusitasi dan tempat sampah.
b. Perlengkapan : Pakaian ibu, pakaian bayi, kain bersih, handuk bersih,
pembalut, pampers dewasa dan sarung.
c. Persiapan diri : Alat pelindung diri seperti celemek, sendal, kacamata, masker
dan penutup kepala serta mencuci tangan.
6. Mendokumentasikan kemajuan persalinan pada lembar partograf. Hasil terlampir.

83
CATATAN PERKEMBANGAN PERSALINAN
No. Hari / Tanggal Catatan Perkembangan
Jam
1. Rabu / 8 Mei 2019 Subjektif
Pukul 01.50 Ibu mengatakan sakitnya semakin panjang, sering dan
semakin kuat. Ibu merasa ada dorongan ingin meneran
seperti BAB yang tidak dapat ditahan lagi.

Objektif
Keadaan umum baik, kesadaran compos mentis, tekanan
darah 110/70 mmHg, nadi 86 x/menit, suhu tubuh 36,8
o
C, respirasi 20 x/menit. His 5 kali dalam 10 menit
dengan lama 45 detik, DJJ terdengar jelas dan teratur
150 kali/menit, perineum menonjol, vulva dan anus
membuka, terlihat tekanan pada anus, kandung kemih
kosong, tampak keluar lendir darah lebih banyak dari
sebelumnya, pemeriksaan dalam portio tidak teraba,
pembukaan lengkap 10 cm, selaput ketuban negatif,
ketuban pecah spontan jam 02.10 WITA, air ketuban
jernih, ubun-ubun kecil di depan, tidak ada molase,
kepala berada di hodge IV.

Analisa
G2P1A0 hamil 38 minggu, inpartu kala II.

Penatalaksanaan
1. Mendekatkan peralatan dan memeriksa kembali
kelengkapan alat-alat persalinan. Alat partus lengkap.

84
2. Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada ibu dan
keluarga bahwa ibu dan janin dalam keadaan baik,
dan ibu telah memasuki proses persalinan dengan
pembukaan lengkap, ketuban sudah pecah, bayi
segera lahir. Ibu mengerti.
3. Memfasilitasi pendamping persalinan agar dapat
memberikan dukungan kepada ibu. Ibu didampingi
keluarga selama proses persalinan.
4. Menyiapkan posisi ibu untuk proses persalinan
dengan posisi berbaring dan kaki ditekuk. Ibu sudah
berada dalam posisi setengah duduk.
5. Memasang semua APD, memasang perlak dan
underpad, meletakkan kain bersih dan handuk diatas
perut ibu. Kegiatan telah dilakukan.
6. Memimpin ibu mengedan dengan cara yang benar
yaitu dengan tidak menutup mulut, tidak menahan
nafas saat meneran, mata tetap terbuka, meletakkan
tangan ibu pada paha bagian bawah dan tarik paha
ibu jika terasa sakit, mengangkat kepala hingga dagu
ke dada dengan mata melihat ke perut, larang ibu
untuk mengangkat bokong saat meneran dan berhenti
meneran dan beristirahat diantara kontraksi. Ibu
melakukannya dengan baik.
7. Memberi dukungan dan semangat kepada ibu saat
mengedan dan memberitahu ibu untuk beristirahat
dan minum diantara kontraksi. Ibu memahami dan
melakukan dengan dengan baik.
8. Saat kepala sudah tampak 5-6 cm didepan vulva,

85
tangan kiri diletakkan diatas simfisis pubis sementara
jari-jari tangan menahan puncak kepala agar tidak
terjadi defleksi yang terlalu cepat. Kemudian lahir
berturut-turut ubun-ubun kecil, ubun-ubun besar,
dahi, mata, hidung, mulut dan dagu bayi. Kepala
telah lahir.
9. Memeriksa lilitan tali pusat pada leher bayi. Tidak
ada lilitan tali pusat.
10. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang
kepala bayi secara biparietal, anjurkan ibu untuk
meneran saat kontraksi. Dengan lembut gerakkan
kepala kearah bawah dan distal hingga bahu depan
muncul dibawah arkus pubis dan kemudian gerakkan
kearah atas dan distal untuk melahirkan bahu
belakang.
11. Setelah kedua bahu lahir, geser tangan bawah untuk
menopang kepala dan bahu. Geser tangan atas untuk
menelusuri dan memegang tangan dan siku sebelah
atas.
12. Setelah tubuh dan tangan lahir, penelusuran tangan
berlanjut ke punggung, bokong dan tungkai kaki.
Pegang kedua mata kaki ( masukkan telunjuk
diantara kedua kaki dan pegang kedua kaki dengan
melingkarkan ibu jari pada satu sisi dan jari-jari
lainnya pada sisi yang lain agar bertemu dengan jari
telunjuk ).
13. Bayi lahir spontan belakang kepala, segera
meletakkan bayi diatas perut ibu. Pada pukul 02.25

86
WITA, bayi segera menangis, kulit kemerahan dan
bergerak aktif, berjenis kelamin laki-laki.
14. Mengeringkan tubuh bayi mulai muka, kepala dan
bagian tubuh lainnya kecuali telapak tangan tanpa
membersihkan verniks. Tubuh sudah dikeringkan.
15. Setelah 1 menit pasca melahirkan, jepit tali pusat
dengan klem tali pusat 3 cm dari pangkal pusat,
kemudian mendorong isi tali pusat kearah ibu dan
jepit kembali tali pusat 2 cm dari klem pertama. Tali
pusat telah diklem.
16. Dengan satu tangan, pegang tali pusat yang telah
dijepit ( lindungi perut bayi ), dan lakukan
pemotongan tali pusat diantara 2 klem tersebut. Tali
pusat telah dipotong.
17. Melakukan IMD dengan meletakkan bayi diantara
payudara ibu. IMD berhasil dilakukan dalam waktu
30 menit.
18. Mengganti handuk dan menyelimuti ibu dan bayi
dengan kain bersih dan kering serta memasang topi
dikepala bayi untuk mencegah hilangnya panas. Ibu
dan bayi telah diselimuti dengan kain bersih.
2. Rabu / 8 Mei 2019 Subjektif
Pukul 02.35 WITA Ibu mengatakan masih mules pada bagian perut.

Objektif
Keadaan umum baik, kesadaran compos mentis, tekanan
darah 110/70 mmHg, nadi 82 kali/menit, suhu 37 oC,
TFU sepusat, tidak teraba janin kedua, belum ada tanda-

87
tanda pelepasan plasenta, fundus teraba keras, kontraksi
keras, kandung kemih kosong, perdarahan normal 150
cc.
Analisa
P2A0 Kala III.
Penatalaksanaan
1. Memberitahukan kepada ibu bahwa keadaan ibu baik
dan ibu berada pada fase pengeluaran plasenta dan
menjelaskan tentang asuhan yang akan diberikan. Ibu
mengerti dan menyetujui asuhan yang akan diberikan.
2. Menjelaskan kepada ibu bahwa mules yang dirasakan
adalah hal yang normal dan berarti uterus ibu
berkontraksi dengan baik. Ibu mengerti.
3. Melakukan manajemen aktif kala III :
a. Memberitahu ibu akan disuntik oksitosin pada
bagian pahanya agar kontraksi uterus semakin
baik, mempercepat lahirnya plasenta dan
mencegah terjadinya perdarahan. Ibu menyetujui.
b. Menyuntikkan oksitosin 10 IU secara IM 1/3 paha
atas bagian luar. Kegiatan sudah dilakukan.
c. Meletakkan satu tangan diatas perut ibu ( di
simpisis ) untuk mendeteksi plasenta lepas, terlihat
tali pusat memanjang, fundus teraba membundar
dan keluar semburan darah. Plasenta sudah lepas.
d. Melakukan penegangan tali pusat terkendali saat
ada kontraksi, tangan yang lain mendorong uterus
kearah dorso kranial dan ulangi kembali hingga
plasenta lahir. PTT telah dilakukan.

88
e. Saat plasenta muncul di introitus vagina, lahirkan
plasenta dengan menarik plasenta kearah bawah
kemudian ke atas sesuai jalan lahir sampai seluruh
plasenta lahir. Pegang dan putar satu arah plasenta
hingga selaput ketuban terpilin. Sudah dilakukan.
f. Lakukan masase pada perut ibu selama 15 detik,
pastikan kontraksi baik, TFU 2 jari dibawah pusat.
Masase sudah dilakukan.
g. Periksa kelengkapan seluruh plasenta, bagian
kotiledon maternal dan selaput ketuban. Plasenta
lahir lengkap dan selaputnya pukul 02.50 WITA.
Terdapat laserasi jalan lahir karena rupture.
3. Rabu / 8 Mei 2019 Subjektif
Pukul 03.00 WITA Ibu merasakan lega dan bahagia karena bayi dan
plasentanya sudah lahir.

Objektif
Keadaan umum baik, kesadaran compos mentis, tekanan
darah 100/70 mmHg, nadi 80 kali/menit, suhu tubuh
36,7 oC, TFU 2 jari dibawah pusat, fundus teraba keras,
kontraksi keras, kandung kemih kosong, perdarahan
normal, terdapat laserasi jalan lahir pada mukosa
vagina, komisura posterior, kulit perineum, dan otot
perineum ( derajat 2 ).

Analisa
P2A0 Kala IV.

89
Penatalaksanaan
1. Menginformasikan kepada ibu dan keluarga bahwa
keadaan ibu baik. Ibu dan keluarga merasa senang.
2. Memberitahukan kepada ibu bahwa luka laserasi
jalan lahir pada mukosa vagina, komisura posterior,
kulit perineum dan otot perineum perlu dijahit. Ibu
mengerti dan bersedia dijahit.
3. Melakukan penjahitan luka laserasi jalan lahir derajat
2 yaitu pada mukosa vagina dengan teknik jelujur
piston, komisura posterior dengan teknik jelujur, otot
perineum dengan jelujur dan kulit perineum teknik
subkutikuler. Penjahitan sudah dilakukan.
4. Mengajarkan ibu cara masase dengan melakukan
gerakan memutar dengan telapak tangan ibu didaerah
pusat kebawah jika uterus terasa lembek. Ibu
melakukan masase.
5. Membersihkan ibu dari darah menggunakan waslap
dan air DTT, membantu mengganti baju ibu dengan
yang bersih dan membantu mengatur posisi ibu
senyaman mungkin dengan telentang sambil
meluruskan kakinya. Ibu telah dibersihkan, ganti baju
dan dalam posisi telentang sambal meluruskan kaki.
6. Membersihkan tempat persalinan dengan air klorin
0,5 %. Tempat persalinan telah dibersihkan.
7. Menganjurkan ibu untuk makan, minum dan
beristirahat untuk memulihkan tenaga ibu. Ibu makan
kue dan minum teh hangat dibantu oleh keluarga,

90
8. Melakukan perawatan BBL, seperti :
a. Melakukan pengukuran antropometri pada bayi,
berat badan 3.200 gram, panjang badan 48 cm,
lingkar kepala 32 cm dan lingkar dada 33 cm.
b. Memberikan salap mata.
c. Memberikan vitamin K 1 mg, 1 jam setelah
persalinan di 1/3 paha kiri bagian luar atas secara
IM.
d. Memberikan vaksin Hb0 0,5 cc, 2 jam setelah
persalinan di 1/3 paha kanan bagian luar atas
secara IM.
Kegiatan telah dilakukan.
9. Menjelaskan kepada ibu terapi yang diberikan :
a. Amoxciline 500 mg 3 x 1 tablet/hari secara oral
setelah makan.
b. Asam mefenamat 500 mg 3 x 1 tablet/hari secara
oral setelah makan.
Ibu meminum obat sesuai yang dijelaskan.
10. Melakukan dekontaminasi peralatan yang telah
dipakai dengan menggunakan larutan klorin 0,5 %
selama 10 menit, kemudian mencuci dengan air dan
membilasnya dengan air bersih lalu keringkan.
Peralatan sudah dibersihkan dan dikeringkan.
11. Melakukan observasi tekanan darah, nadi, tinggi
fundus uteri, kontraksi uterus, kandung kemih dan
perdarahan setiap 15 menit pada satu jam pertama
dan setiap 30 menit pada satu jam berikutnya serta
suhu tubuh setiap 2 jam. Hasil terlampir dipartograf.

91
C. Asuhan Bayi Baru Lahir
PENGKAJIAN
Hari/Tanggal : Rabu, 8 Mei 2019
Jam : 03.00 WITA

IDENTITAS
a. Bayi
Bayi
Nama By Ny. A
Tanggal lahir Rabu, 8 Mei 2019
Jam lahir 02.25 WITA
Jenis kelamin Laki-laki

b. Orang tua
Istri Suami
Nama Ny. A Tn. U
Umur 31 tahun 30 tahun
Suku/Bangsa Banjar/Indonesia Banjar/Indonesia
Agama Islam Islam
Pendidikan SMU SMU
Pekerjaan IRT Swasta
Alamat Martapura Martapura

PROLOG
Ibu datang ke PMB R pada pukul 01.20 WITA. Ini merupakan anak ke dua, usia
kehamilan ibu 38 minggu dengan HPHT: 20-07-2018, TP: 04-05-2019. Dengan
pembukaan 8 cm. Pukul 02.25 WITA bayi lahir dengan lama Kala II (10 menit).

92
SUBJEKTIF
-

OBJEKTIF
KU baik, warna kulit kemerahan, menangis kuat, gerakan aktif (APGAR 8), jenis
kelamin laki-laki, kepala tidak ada caput succedaneum dan cephal hematoma, tali
pusat segar.

ANALISA
Bayi baru lahir.

PENATALAKSANAAN
1. Memberitahukan hasil pemeriksaan bahwa bayi dalam keadaan sehat dan
berjanis kelamin laki-laki. Ibu mengerti.
2. Membersihkan seluruh badan bayi kecuali telapak tangan dari sisa cairan
ketuban dan lendir darah dengan kain bersih. Tubuh bayi telah bersih.
3. Menjepit tali pusat dengan penjepit tali pusat yang steril dan memotong tali
pusat serta membungkus tali pusat dengan kasa steril kering. Tali pusat sudah
dibungkus rapi.
4. Menjaga kehangatan bayi agar tetap normal dengan cara mengganti selimut bayi
yang kotor dengan selimut baru yang kering dan bersih.
5. Melakukan IMD, membantu meletakkan bayi di antara kedua payudara ibu,
memasangkan topi dan menyelimuti bayi. IMD dilakukan.

93
CATATAN PERKEMBANGAN BAYI BARU LAHIR
Hari/Tanggal Data Perkembangan
Rabu / 8 Mei 2019 Subjektif
Pukul 03.25 WITA Ibu mengatakan bayi sudah dapat menghisap dalam 40
menit.

Objektif
KU baik, S: 36,50C, N: 138 x/menit, P: 48 x/menit,
menangis kuat, kulit kemerahan, gerakan aktif (APGAR
score 8, 9, 10), BAB (-), BAK (-), reflek rooting (+),
reflek moro (+), reflex grasping (+). Tidak ada kelainan
konginetal. BB: 3200 gram, PB: 48 cm, LK 32cm, LD:
33 cm.

Analisa
Bayi baru lahir 1 jam.

Penatalaksanaan
1. Memberitahukan hasil pemeriksaan bahwa bayi
dalam keadaan sehat. Ibu mengerti.
2. Meletakan bayi ditempat yang hangat dan datar
diatas tempat tidur bayi. Bayi sudah diletakkan
ditempat yang hangat dan kering.
3. Menjaga kehangatan bayi, dengan memakaikan
baju, sarung tangan, kaos kaki dan penutup kepala
tanpa membedong bayi. Bayi sudah menggunakan
pakaian dan belum dibedong.

94
4. Melakukan informed consent bahwa bayinya akan
diberikan Injeksi Vit K untuk mencegah
perdarahan pada otak bayi dan salep mata untuk
mencegah infeksi pada mata bayi. Keluarga
menyetujui.
5. Memberikan injeksi Vit.K 1 mg secara IM di 1/3
atas paha kiri luar bayi. Injeksi Vit.K sudah
diberikan.
6. Memberikan obat salep mata gentamicin 0,1 %
pada mata kanan dan kiri. Salep mata sudah
diberikan.
7. Menjaga kehangatan dengan membedong bayi.
Bayi telah dibedong.
8. Meletakkan bayi disamping ibu. Bayi disamping
ibu.
9. Memberikan KIE kepada ibu:
Menganjurkan kepada ibu untuk tetap memberikan
ASI ekslusif pada bayi, menyusui bayi secara on
demed (tidak terjadwal sekehendak bayi). Ibu
mengerti dengan anjuran yang diberikan.

95
Rabu / 8 Mei 2019 Subjektif
Pukul 09.30 WITA Bayi menyusu kuat.

Objektif
KU baik, S: 36,60C, N: 135 x/menit, P: 48 x/menit, tali
pusat tidak ada perdarahan, bayi sudah BAK dan BAB.

Analisa
Bayi baru lahir 6 jam.

Penatalaksanaan
1. Memberitahukan hasil pemeriksaan bahwa bayi
dalam keadaan sehat. Ibu mengerti.
2. Melakukan informed consent bahwa bayinya akan
diberikan imunisasi HB0 untuk meningkatkan
kekebalan tubuh bayi terhadap penyakit Hepatitis
B. Ibu dan keluarga menyetujui.
3. Memberikan injeksi HB0 dengan secara IM pada
1/3 paha kanan bayi bagian luar. Bayi sudah di
suntik HB0.
4. Menjaga personal hygiene bayi dengan mengganti
celana popok bayi yang kotor dengan yang bersih.
5. Menganjurkan kepada ibu untuk tetap memberikan
ASI ekslusif setiap 2 jam sekali atau secara on
demed (tidak terjadwal sekehendak bayi). Ibu
mengerti
6. Memberitahukan ibu untuk menyendawakan bayi
setiap habis menyusui yaitu dengan menggendong

96
bayi dan meletakkan menghadap ibu kemudian
tepuk-tepuk punggung bayi secara lembut sampai
bayi bersendawa. Ibu mengerti.
7. Memberitahu ibu agar bayinya selalu diberi
kehangatan dengan selalu menyelimuti atau
membedong bayi agar tidak hipotermi. Ibu
mengerti.

Jumat / 10 Mei 2019 Subjektif


Pukul 08:00 WITA Ibu mengatakan bayinya menghisap kuat.
Kunjungan KN I
Objektif
KU baik, S: 36,70C, N: 133 x/menit, P: 50 x/menit, tali
pusat tidak ada perdarahan

Analisa
Bayi umur 1 hari.

Penatalaksanaan
1. Memberitahukan ibu hasil pemeriksaan bayi dalam
keadaan sehat. Ibu mengerti.
2. Melakukan perawatan bayi sehari-hari:
a. Memandikan bayi.
b. Membersihkan mata, hidung, telinga, serta alat
kelamin bila kotor.
c. Melakukan perawatan tali pusat bayi agar tetap
bersih dan kering.

97
3. Menganjurkan ibu untuk menjaga apapun yang
digunakan bayi dalam keadaan bersih seperti baju,
popok, selimut dan alas yang digunakan bayi agar
bayi merasa nyaman dan hangat. Ibu memahami.
4. Memberitahu ibu tentang tanda-tanda bahaya pada
bayi:
a. Tidak mau menyusu
b. Demam tinggi > 37,50C
c. Tubuh terasa dingin
d. Kejang
e. Lemah
f. Sesak nafas
g. Merintih
h. Pusat kemerahan, keluar cairan nanah, berbau
busuk
i. Mata bernanah banyak
j. Diare
k. Kulit terlihat kuning
Memberitahu ibu untuk segera ke tempat
pelayanan kesehatan jika menemui tanda-tanda
bahaya tersebut. Ibu mengerti.
Sabtu / 11 Mei 2019 Subjektif
Pukul 09:00 WITA Ibu mengatakan bayinya menghisap kuat, sudah BAK
dan BAB.

Objektif
KU baik, S: 36,50C, N: 136 x/menit, P: 48 x/menit, tali
pusat tidak ada perdarahan tapi mulai mengering.

98
Analisa
Bayi umur 2 hari.

Penatalaksanaan
1. Memberitahukan ibu hasil pemeriksaan bayi
dalam keadaan sehat. Ibu mengerti.
2. Melakukan perawatan bayi sehari-hari:
a. Memandikan bayi.
b. Membersihkan mata, hidung, telinga, serta
alat kelamin bila kotor.
c. Melakukan perawatan tali pusat bayi agar
tetap bersih dan kering.
3. Mengingatkan ibu kembali untuk menjaga
personal hygiene bayi untuk segera mengganti
celana popok bayi apa bila bayi BAK dan BAB.
Ibu mengerti.
4. Mengingatkan ibu kembali untuk tetap
memberikan ASI ekslusif secara on demand. Ibu
mengerti.
5. Mengingatkan ibu tanda bahaya pada bayi. Bayi
tidak mengalami tanda bahaya.

Minggu / 12 Mei 2019 Subjektif


Pukul 07:05 WITA Ibu mengatakan bayinya menyusu kuat dan bergerak
Kunjungan KN II aktif.

Objektif
KU baik, BB: 3335 gram, LK: 33,5 cm, LD: 33cm,

99
S:36,70C N: 135 x/menit, P: 48 x/menit, tali pusat
tampak kering.

Analisa
Bayi umur 3 hari.

Penatalaksanaan
1. Memberitahukan ibu hasil pemeriksaan bayi
dalam keadaan sehat. Ibu mengerti.
2. Melakukan perawatan bayi sehari-hari:
a. Memandikan bayi.
b. Membersihkan mata, hidung, telinga, serta
alat kelamin bila kotor.
c. Melakukan perawatan tali pusat bayi agar
tetap bersih dan kering.
3. Mengingatkan ibu kembali untuk menjaga
personal hygiene bayi untuk segera mengganti
celana popok bayi apa bila bayi BAK dan BAB.
Ibu mengerti.
4. Mengingatkan ibu kembali untuk tetap
memberikan ASI ekslusif secara on demand. Ibu
mengerti.
Senin, 13 Mei 2019 Subjektif
Pukul 07:30 WITA Ibu mengatakan bayinya menyusu dengan baik.

Objektif
KU baik, S: 36,00C, N: 130 x/menit, P: 47 x/menit, tali
pusat telah lepas.

100
Analisa
Bayi umur 4 hari.

Penatalaksanaan
1. Memberitahukan ibu hasil pemeriksaan bayi
dalam keadaan sehat dan tali pusat sudah lepas.
Ibu mengerti.
2. Melakukan perawatan bayi sehari-hari:
a. Memandikan bayi.
b. Membersihkan mata, hidung, telinga, serta
alat kelamin bila kotor.
3. Memberitahu ibu agar memandikan bayi
menggunakan air hangat. Ibu mengerti.
4. Mengingatkan ibu kembali untuk menjaga
personal hygiene bayi untuk segera mengganti
celana popok bayi apa bila bayi BAK dan BAB.
Ibu mengerti.
5. Mengingatkan ibu kembali untuk tetap
memberikan ASI ekslusif secara on demand. Ibu
mengerti.
6. Memberitahukan pada ibu tentang imunisasi dasar
pada bayi dan jadwal pemberiannya yaitu:
a. BCG dan Polio I : 1 bulan
b. DPT/HB I dan Polio II : 2 bulan
c. DPT/ HB II dan Polio III : 3 bulan
d. DPT/ HB III dan Polio IV : 4 bulan
e. Campak : 9 bulan

101
7. Memberitahu ibu untuk membawa bayinya ke
pelayanan kesehatan untuk diimunisasi sesuai
jadwal pemberian imunisasi yaitu pada umur bayi
1 bulan agar mendapatkan imunisasi BCG dan
Polio I. Ibu mengerti.
8. Menganjurkan ibu untuk memantau tumbuh
kembang bayinya dengan membawa bayi ke
Posyandu atau Puskesmas. Ibu mengerti.
Rabu / 22 Mei 2019 Subjektif
Pukul 15:00 WITA Ibu mengatakan bayinya menyusu kuat.
Kujungan KN III
Objektif
KU baik, BB: 4350 gram, LK:34,5 cm, LD: 33,5 cm, S:
36,70C, N: 136 x/menit, P: 46 x/menit, kulit bayi tidak
ikterik.

Analisa
Bayi umur 14 hari.

Penatalaksanaan
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bayi dalam
keadaan sehat. Ibu mengerti.
2. Memberitahu ibu agar memandikan bayi
menggunakan air hangat. Ibu mengerti.
3. Mengingatkan ibu kembali untuk menjaga
personal hygiene bayi untuk segera mengganti
celana popok bayi apa bila bayi BAK dan BAB.
Ibu mengerti.

102
4. Mengingatkan ibu kembali untuk tetap
memberikan ASI ekslusif secara on demand dan
menyendawakan bayi. Ibu mengerti.
5. Mengingatkan ibu kembali tanda bahaya pada
bayi. Bayi tidak mengalami tanda bahaya.
6. Mengingatkan kembali ibu untuk memantau
tumbuh kembang bayinya dengan membawa bayi
ke Posyandu atau Puskesmas. Ibu mengerti.
7. Mengingatkan kembali ibu untuk membawa
bayinya ke pelayanan kesehatan untuk diimunisasi
pada umur bayi 1 bulan agar mendapatkan
imunisasi BCG dan Polio I. Ibu mengerti.

103
D. Asuhan Nifas
PENGKAJIAN
Hari/Tanggal : Rabu, 8 Mei 2019
Jam : 09.00 WITA

PROLOG
Ibu melahirkan anak kedua pada tanggal 8 Mei 2019 pukul 02.25 WITA bayi lahir
spontan belakang kepala, bayi lahir segera menangis, gerakan aktif, warna kulit
kemerahan, jenis kelamin laki-laki, BB: 3200 gram, PB: 48 cm, LK: 32 cm, LD: 33
cm, terdapat robekan jalan lahir derajat II dan sudah di lakukan penjahitan, kontraksi
uterus baik, perdarahan normal, ibu sudah bisa berjalan disekitar tempat tidur.

SUBJEKTIF
Ibu mengatakan perutnya masih terasa mules dan ASI sudah keluar.

OBJEKTIF
KU baik, TD: 110/70 mmHg, S: 36,60C, N: 78 x/menit, P: 22 x/menit, konjungtiva
tidak anemis, sclera tidak ikterik. TFU 2 jari dibawah pusat, teraba keras, kontraksi
uterus baik, perdarahan normal, lochea berwarna merah kehitaman (rubra), luka
perineum masih basah, sudah BAK.

ANALISA
P2A0 nifas 6 jam.

PENATALAKSANAAN
1. Memberitahukan ibu hasil pemeriksaan bahwa keadaan ibu baik. Ibu
mengerti.

104
2. Menjelaskan kepada ibu bahwa mules yang dirasakan merupakan kontraksi
rahim dan memang harus ada untuk mencegah terjadinya perdarahan. Ibu
mengerti dengan penjelasan yang diberikan.
3. Menganjurkan ibu untuk perbanyak makan-makanan bergizi seimbang dan
mengandung protein serta berserat tinggi untuk mempercepat penyembuhan
luka perineum. Ibu mengerti.
4. Menjelaskan kepada ibu tentang perawatan jahitan, yaitu ibu harus selalu
menjaga kebersihan perineum, setelah mandi, BAK dan BAB jika pembalut
basah, penuh atau kotor maka pembalut harus diganti. Luka jahitan jangan
sering disentuh. Jika ingin membersihkan perineum dan ingin menyentuhnya
pastikan tangan bersih dengan cara mencuci tangan sesudah dan sebelum
tindakan agar tidak terkontaminasi bakteri. Ibu memahami.
5. Menjelaskan pada ibu tanda-tanda bahaya nifas seperti: demam, lochea berbau
busuk, pusing dan lemas berlebihan, perdarahan banyak pada jalan lahir,
oedem pada ekstremitas. Apabila ibu mengalami tanda-tanda bahaya tersebut
ibu segera menghubungi petugas kesehatan untuk memeriksakan diri. Ibu
mengerti.
6. Melakukan kolaborasi dengan bidan dalam memberikan obat:
a. Tifestan 500 mg, 3x1 (12 biji)
b. Zemoxcil 500 mg, 3x1 (12 biji)
c. Vitonal-F 300 mg, 2x1 (12 biji)
d. Vitonal-ASI 300 mg, 2x1 (12 biji)
7. Mengingatkan ibu untuk meminum obat dengan teratur dan tidak dengan air
teh maupun susu. Ibu mengerti.
8. Ibu dan bayi pulang pukul 15:50 WITA dalam keadaan sehat.

105
CATATAN PERKEMBANGAN MASA NIFAS
Hari/Tanggal Data Perkembangan
Selasa / 14 Mei 2019 Subjektif
Pukul 08:10 WITA Ibu mengatakan tidak ada keluhan dan ASI lancar.

Objektif
KU baik, TD: 110/80 mmHg, S: 36,60C, N: 78 x/menit,
P: 22 x/menit, konjungtiva tidak anemis, sclera tidak
ikterik, TFU pertengahan pusat-symfisis, involusi
uterus baik, muka dan ekstrimitas tidak oedem, lochea
berwarna merah kekuningan bercampur sedikit lendir
(sanguinolenta), luka perineum sudah kering.

Analisa
P2A0 nifas 6 hari.

Penatalaksanaan
1. Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada ibu
bahwa keadaan ibu baik dan penngembalian
bentuk ukuran rahim berjalan normal. Ibu
mmengerti dengan penjelasan yang diberikan.
2. Menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup,
tidur siang hari minimal 1 jam dan tidur malam
hari minimal 8 jam, apabila bayi tidur ibu juga
tidur. Ibu mengerti.
3. Mengingatkan kembali ibu untuk makan-makanan
bergizi seimbang dan mengandung protein. Ibu
mengerti.

106
4. Mengingatkankembali ibu tanda-tanda bahaya
nifas. Apabila ibu mengalami tanda-tanda bahaya
tersebut ibu segera menghubungi petugas
kesehatan untuk memeriksakan diri. Ibu mengerti.
5. Menyepakati kunjugan ulang pada tanggal 10 Juni
2017 untuk pemantauan nifas 2 minggu. Ibu
menyetujui.
Rabu / 22 Mei 2019 Subjektif
Pukul 15:00 WITA Ibu mengatakan ASI lancar.

Objektif
KU baik, TD: 110/80 mmHg, S: 36,50C, N: 78 x/menit,
P: 24 x/menit, konjungtiva tidak anemis, sclera tidak
ikterik, TFU tidak teraba, muka dan ekstrimitas tidak
oedem, lochea berwarna kekuningan dan tidak berdarah
(serosa).

Analisa
P2A0 nifas 2 minggu.

Penatalaksanaan
1. Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada ibu
bahwa keadaan ibu baik. Ibu mengerti.
2. Mengingatkan kembali ibu untuk tetap menjaga
kebersihan alat kelaminnya. Ibu mengerti.
3. Menjelaskan secara sederhana kepada ibu tentang
alat-alat kontrasepsi yang dapat digunakan selama
ibu menyusui dan sesuai dengan kondisi seperti,

107
MAL, KB suntik depo progestin, IUD, steril dan
pil progestin. Ibu memahaminya.
4. Memberitahukan kepada ibu untuk merencanakan
KB yang akan ia gunakan dan mendiskusikannya
terlebih dahulu bersama suami. Ibu berencana
menggunakan KB suntik depo progestin.
5. Menyepakati kunjugan ulang pada tanggal 07 Juli
2017 untuk pemantauan nifas 6 minggu. Ibu
menyetujui.
Rabu / 19 Juni 2019 Subjektif
Pukul 15:00 WITA Ibu mengatakan pengeluaran cairan serta darah sudah
tidak ada lagi, ASI keluar lancar dan ibu ingin
menggunakan KB suntik depo progestin.

Objektif
KU baik, TD: 110/80 mmHg, S: 36,60C, N: 80 x/menit,
P: 22 x/menit, konjungtiva tidak anemis, sclera tidak
ikterik, TFU tidak teraba, lochea tidak ada.

Analisa
P2A0 nifas 6 minggu.

Penatalaksanaan
1. Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada ibu
bahwa keadaan ibu baik. Ibu mmengerti.
2. Menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup,
tidur siang hari minimal 1 jam dan tidur malam
hari minimal 8 jam, apabila bayi tidur ibu juga

108
tidur. Ibu mengerti.
3. Menganjurkan ibu untuk memenuhi kebutuhan
nutrisi ibu. Ibu mengerti.
4. Mengingatkan kembali ibu mengenai alat
kontrasepsi apa yang akan ibu gunakan. Ibu
memilih alat kontrasepsi 3 bulan atas persetujuan
suami.

109
E. Asuhan Kesehatan Reprodukis (KB)
PENGKAJIAN
Hari / Tanggal : Senin / 17 Juni 2019
Jam : 17.30 WITA

PROLOG
Ibu datang ke BPM pada tanggal 17 Juni 2019 jam 17.30 WITA untuk mendapat
pelayanan KB suntik 3 bulan. Ibu memiliki 2 orang anak, anak pertama berumur 4
tahun dan anak kedua berumur 1 bulan 7 hari. Ini merupakan kunjungan pertama ibu,
sebelum hamil ibu juga menggunakan KB suntik 3 bulan dan tidak ada keluhan. Ibu
saat ini tidak hamil dan tidak mengalami perdarahan pervaginam, ibu tidak memiliki
riwayat penyakit seperti hipertensi, sakit kuning (liver), kelainan jantung, diabetes
mellitus, tumor dan kanker payudara.

SUBJEKTIF
Ibu mengatakan ingin mendapatkan kontrasepsi suntik Depo Progestin dan sedang
haid hari ke dua.

OBJEKTIF
KU baik, BB: 61,3 kg, TD: 110/80, S: 36,5˚C, N: 72x/menit, P: 22x/menit,
konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, tidak teraba benjolan abnormal pada
payudara, tidak teraba benjolan abnormal pada perut, tidak ada perdarahan
pervaginam yang tidak diketahui sebabnya, tidak ada oedema dan varises pada
ekstremitas atas dan bawah.

ANALISA
P2A0 umur 31 tahun pasca nifas 2 hari, calon akseptor suntik Depo Progestin.

110
PENATALAKSANAAN
1. Memberitahukan ibu hasil pemeriksaan bahwa keadaan ibu baik dan bisa
menggunakan kontrasepsi suntik 3 bulan. Ibu mengerti.
2. Menjelaskan kepada ibu efek samping yang sering terjadi dalam penggunaan
kontrasepsi suntik 3 bulan. Hormon yang terdapat pada kontrasepsi ini membuat
siklus menstruasi tidak lancar. Hal ini bukan merupakan gejala penyakit atau
tanda-tanda bahaya. Jika ibu ingin haidnya lancar dan teratur ibu bisa mengganti
salah satu metode kontrasepsi yang lain yang tidak mengandung hormon (seperti
IUD, Kondom dan kontrasepsi mantap (tubektomi). Ibu mengerti dan tetap ingin
menggunakan KB suntik 3 bulan.
3. Melakukan informed consent pada ibu tentang tindakan yang akan dilakukan. Ibu
menyetujui.
4. Mempersiapkan peralatan spuit 3cc, needle, kapas alcohol, bengkok dan obat
Depo progestin.
5. Melaksanakan tindakan penyuntikan KB Depo Progestin :
a. Melaksanakan persiapan petugas dan ruangan.
b. Menyiapkan pasien, meminta ibu untuk miring di atas tempat tidur.
c. Memasukkan obat injeksi KB dalam spuit 3 cc
d. Mengganti jarum
e. Mendesinfeksi kulit yang akan disuntik dengan kapas alkohol 70 % di bagian
musculus ventro gluteal.
f. Melakukan penusukkan di bagian musculus ventro gluteal (1/3 bagian dari
SIAS dan os coccygeus) dengan sudut 900 lalu lakukan aspirasi terlebih
dahulu dan masukkan obat kedalam tubuh ibu. Ibu sebagai akseptor suntik
Depo Progestin.
g. Membereskan pasien dan peralatan yang telah digunakan. Sudah selesai
dilakukan.

111
6. Menganjurkan kepada ibu untuk melakukan kunjungan ulang kembali 3 bulan
kemudian (12 minggu) pada tanggal 01 Oktober 2017 ataupun jika ibu ada
keluhan segera datang ke fasilitas pelayanan kesehatan terdekat atau ke petugas
kesehatan setempat. Ibu mengerti.
7. Mendokumentasikan hasil tindakan yang telah dilakukan.

112
DAFTAR PUSTAKA

Affandi, Biran. 2011. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta : PT


Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Ambarwati, Eny dan Sriati Rismintari. 2011. Asuhan Kebidanan Komunitas.
Yogyakarta : Nuha Medika
Arum, Dyah Noviatwati Setya dan Sujiatini. 2009. Panduan Lengkap Pelayanan KB
Terkini. Yogyakarta: Mitra Cendekia
Dewi, Vivian Nanny Lia dan Tri Sunarsih. 2011. Asuhan Kehamilan Untuk
Kebidanan.Jakarta:Salemba Medika
Handayani, Sri. 2010. Buku Ajar Pelayanan Keluarga Berencana. Yogyakarta : ISBN
Hani, Ummi, dkk. 2011. Asuhan Kebidanan pada Kehamilan Fisiologis. Jakarta:
Salemba Medika
Hidayat, Asri dan Sujiantini. 2010.Asuhan Kebidanan Persalinan. Yogyakarta: Nuha
Medika
JNPK-KR. 2012. Buku Acuan Asuhan Persalinan Normal. Jakarta : HSP
Manuaba, Ida Bagus Gde, dkk. 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan KB.
Jakarta: EGC
Meilani, Niken, dkk. 2010. Pelayanan Keluarga Berencana. Yogyajarta : Fitramaya
Muslihatun, Wafi Nur. 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Balita. Yogyakarta:
Fitramaya
Prawirohardjo, Sarwono. 2013. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo
Prawirohardjo, Sarwono. 2013. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal
dan Neonatal. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Rukiyah, Ai Yeyeh, dkk.2013.Asuhan Kebidanan 1 (Kehamilan).Jakarta:Trans Info
Media
Rukiyah, Ai Yeyeh. 2009. Asuhan Kebidanan II (Persalinan). Jakarta: Trans Info
Media

113
Rukiyah, Ai Yeyeh. 2011. Asuhan Kebidanan III (Nifas). Jakarta : Trans Info Media
Saleha, Sitti. 2013. Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika
Sofian, Amru. 2011. Rustam Mochtar Sinopsis Obstetri. Pekanbaru: Buku
Kedokteran EGC
Sudarti. 2010. Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi dan Anak Balita. Yogyakarta:
Nuha Medka
Suherni, dkk. 2009. Perawatan Masa Nifas. Yogyakarta: Penerbit Fitramaya
Sukamti, Sri.2009. Bahan Ajar Pemeriksaan Fisik Pada Bayi dan Anak.Jakarta-
Timur: Trans Info Media
Sumarah, dkk. 2009. Perawatan IBU BERSALIN (Asuhan Kebidanan Pada Ibu
Bersalin). Yogyakarta: Fitramaya
Syaiffudin, Abdul Bahri. 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan
Maternal Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Uliyah, Musrifatul. 2009. Keterampilan Dasar Praktik Klinik Kebidanan. Jakarta:
Salemba Medika

114

Anda mungkin juga menyukai