Anda di halaman 1dari 12

KEBIDANAN

BLOG INI MEMUAT TENTANG MATERI-MATERI KEBIDANAN, SKRIPSI


KEBIDANAN
Minggu, 25 November 2012

MAKALAH IUFD

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Intra Uterin Fetal Death (IUFD) adalah kematian janin dalam kehamilan sebelum terjadi proses
persalinan pada usia kehamilan 28 minggu ke atas atau BB janin lebih dari 1000 gram. ( Kamus istilah
kebidanan).

Janin bisa juga mati di dalam kandungan (IUD) karena beberapa factor antara lain
gangguan gizi dan anemia dalam kehamilan,hal tersebut menjadi berbahaya karena
suplai makanan yang di konsumsi ibu tidak mencukupi kebutuhan janin. Sehingga
pertumbuhan janin terhambat dan dapat mengakibatkan kematian. Begitu pula dengan
anemia, karena anemia adalah kejadian kekurangan FE maka jika ibu kekurangan Fe
dampak pada janin adalah irefersibel. Kerja organ – organ maupu aliran darah janin
tidak seimbang dengan pertumbuh janin ( IUGR).
Ketiadaan janin pada berbagai tahap merupakan kematian janin. Berdasarkan revisi tahun
2003 dari Prosedur Pengkodean Penyebab dari Kematian Janin Berdasarkan ICD-
10, Pusat Statistik Kesehatan Nasional mendefinisikan kematian janin sebagai
kematian yang terutama berkaitan dengan ekspulsi komplet atau ekstraksi hasil
konsepsi dari Ibu, pada durasi yang tidak dapat diperkirakan di dalam masa kehamilan, dan
merupakan terminasi kehamilan
yang tidak diinduksi. Kematian janin diindikasikan oleh adanya fakta setelah terjadi
ekspulsi atau ekstraksi, janin tidak bernafas atau menunjukkan tanda-tanda lain
dari kehidupan seperti detak jantung, pulsasi umbilical cord, atau gerakan yang
berarti dari otot-otot volunter. Detak jantung tidak termasuk kontraksi transien
dari jantung, respirasi tidak termasuk pernafasan yang sangat cepat atau gasping.

Kematian janin yang terjadi tanpa alasan yang jelas pada kehamilan, normal tidak rumit.

Ini terjadi pada sekitar 1 persen dari kehamilan dan biasanya (tergantung pada sumber daya
tersebut) dianggap sebagai kematian janin ketika terjadi setelah minggu ke-20 kehamilan dan / atau
berat sama dengan atau lebih dari 500 gram.
American College of Obstetrics and Gynecologists juga merekomendasikan kematian termasuk
terjadi pada 22 minggu kehamilan atau lebih (kelompok lain menggunakan 20 minggu kehamilan).
Meskipun definisi kematian janin paling sering digunakan dalam literatur medis, hal ini bukan berarti
definisi saja. Bahkan di Amerika Serikat, perbedaan dalam definisi yang digunakan adalah substansial.
Pusat Nasional Statistik Kesehatan AS, sebuah divisi dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan
Penyakit, update secara berkala Model Statistik Vital Negara Undang-Undang dan peraturan untuk
membantu negara dalam mengembangkan undang-undang vital statistik. Mereka merekomendasikan
pelaporan kematian janin yang terjadi pada janin dengan berat 350 gram atau lebih atau dari 20
minggu kehamilan atau lebih besar (lihat Pusat Nasional Statistik Kesehatan). Kebijakan ini, tetapi,
hanya panduan dan praktek pelaporan bervariasi antara negara.

B. Tujuan

Tujuan dari penulisan makalah ini :


1. Menambah wawasan pengetahuan tentang Intra Uterin Fetal Death (IUFD)

 Definisi IUFD

 Etiologi IUFD

 Klasifikasi IUFD

 Patofisiologi IUFD

 Patologi IUFD

 Penegakkan diagnosis IUFD

 Penatalaksanaan

2. Memenuhi tugas Mata Kuliah Asuhan Kebidanan II (Patologi) tentang Intra Uterin Fetal
Death pada program DIV Kebidanan Politeknik Kesehatan Makassar.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Intra Uterin Fetal Death (IUFD)

Intra Uterin Fetal Death (IUFD) adalah kematian janin dalam kehamilan sebelum terjadi proses
persalinan pada usia kehamilan 28 minggu ke atas atau BB janin lebih dari 1000 gram. ( Kamus
istilah kebidanan)
Kematian janin dalam kandungan adalah keadaan tidak adanya tanda-tanda kehidupan
janin dalam kandungan. KJDK / IUFD sering dijumpai baik pada kehamilan dibawah 20 minggu /
sesudah 20 minggu. (Sinopsis Obstetri, hal: 224)

IUFD adalah kematian janin dalam intrauteri dengan BB janin 500 gram atau lebih / janin
pada umur kehamilan sekurang-kurangnya 20 minggu. (Teddy, 1994)

Kematian janin dalam kandungan / IUFD adalah kehamilan yang terjadi saat usia
kehamilan lebih dari 20 minggu dimana janin sudah mencapai ukuran 500 gram atau lebih. (dr.
Nasdaldy, Sp.OG)

Kehamilan janin dalam rahim (IUFD) adalah kematian janin setelah 20 minggu
kehamilan tetapi sebelum permulaan persalinan. (Hacker ; 2001).

B. Etiologi

Secara umum:

1. Perdarahan; plasenta previa dan solusio placenta

2. Pre eklampsi dan eklampsi

3. Penyakit-penyakit kelainan darah

4. Penyakit-penyakit infeksi dan penyakit menular

5. Penyakit-penyakit saluran kencing; bakteriuria, peelonefritis,

6. glomerulonefritis dan payah ginjal

7. Penyakit endokrin; diabetes melitus, hipertiroid

8. Malnutrisi dan sebagainya.

1. Fetal, penyebab 25-40%

• Anomali/malformasi kongenital mayor : Neural tube defek, hidrops, hidrosefalus, kelainan


jantung congenital

• Kelainan kromosom termasuk penyakit bawaan. Kematian janin akibat kelainan genetik
biasanya baru terdeteksi saat kematian sudah terjadi, melalui otopsi bayi. Jarang dilakukan
pemeriksaan kromosom saat janin masih dalam kandungan. Selain biayanya mahal, juga
sangat berisiko. Karena harus mengambil air ketuban dari plasenta janin sehingga berisiko
besar janin terinfeksi, bahkan lahir prematur.
• Kelainan kongenital (bawaan) bayi

Yang bisa mengakibatkan kematian janin adalah hidrops fetalis, yakni akumulasi cairan dalam
tubuh janin. Jika akumulasi cairan terjadi dalam rongga dada bisa menyebabkan hambatan
nafas bayi. Kerja jantung menjadi sangat berat akibat dari banyaknya cairan dalam jantung
sehingga tubuh bayi mengalami pembengkakan atau terjadi kelainan pada paru-parunya.

• Janin yang hiperaktif

Gerakan janin yang berlebihan apalagi hanya pada satu arah saja- bisa mengakibatkan tali
pusat yang menghubungkan ibu dengan janin terpelintir. Akibatnya, pembuluh darah yang
mengalirkan suplai oksigen maupun nutrisi melalui plasenta ke janin akan tersumbat. Tak
hanya itu, tidak menutup kemungkinan tali pusat tersebut bisa membentuk tali simpul yang
mengakibatkan janin menjadi sulit bergerak. Hingga saat ini kondisi tali pusat terpelintir atau
tersimpul tidak bisa terdeteksi. Sehingga, perlu diwaspadai bilamana ada gejala yang tidak
biasa saat hamil.

• Infeksi janin oleh bakteri dan virus.

2. Placental, penyebab 25-35%

• Abruption

• Kerusakan tali pusat

• Infark plasenta

• Infeksi plasenta dan selaput ketuban

• Intrapartum asphyxia

• Plasenta Previa

• Twin to twin transfusion S

• Chrioamnionitis

• Perdarahan janin ke ibu

• Solusio plasenta

3. Maternal, penyebab 5-10%

• Antiphospholipid antibody
• DM

• Hipertensi

• Trauma

• Abnormal labor

• Sepsis

• Acidosis/ Hypoxia

• Ruptur uterus

• Postterm pregnancy

• Obat-obat

• Thrombophilia

• Cyanotic heart disease

• Epilepsy

• Anemia berat

• Kehamilan lewat waktu (postterm)

Kehamilan lebih dari 42 minggu. Jika kehamilan telah lewat waktu, plasenta akan mengalami
penuaan sehingga fungsinya akan berkurang. Janin akan kekurangan asupan nutrisi dan
oksigen. Cairan ketuban bisa berubah menjadi sangat kental dan hijau, akibatnya cairan dapat
terhisap masuk ke dalam paru-paru janin. Hal ini bisa dievaluasi melalui USG dengan color
doppler sehingga bisa dilihat arus arteri umbilikalis jantung ke janin. Jika demikian, maka
kehamilan harus segera dihentikan dengan cara diinduksi. Itulah perlunya taksiran kehamilan
pada awal kehamilan dan akhir kehamilan melalui USG.

4. Sekitar 10 % kematian janin tetap tidak dapat dijelaskan.Kesulitan dalam memperkirakan kausa
kematian janin tampaknya paling besar pada janin preterm.

C. Klasifikasi

Kematian janin dapat dibagi menjadi 4 golongan, yaitu:


1. Golongan I: kematian sebelum massa kehamilan mencapai 20 minggu penuh
2. Golongan II: kematian sesudah ibu hamil 20-28 minggu
3. Golongan III: kematian sesudah masa kehamilan >28 minggu (late fetal death)
4. Golongan IV: kematian yang tidak dapat digolongkan pada ketiga golongan di atas
D. Patofisiologi
Janin bisa juga mati di dalam kandungan (IUD) karena beberapa factor antara lain gangguan
gizi dan anemia dalam kehamilan,hal tersebut menjadi berbahaya karena suplai makanan yang di
konsumsi ibu tidak mencukupi kebutuhan janin. Sehingga pertumbuhan janin terhambat dan dapat
mengakibatkan kematian. Begitu pula dengan anemia, karena anemia adalah kejadian kekurangan
FE maka jika ibu kekurangan Fe dampak pada janin adalah irefersibel. Kerja organ – organ maupu
aliran darah janin tidak seimbang dengan pertumbuh janin ( IUGR)

E. Patologi

Janin yang meninggal intra uterin biasanya lahir dalam kondisi maserasi. Kulitnya mengelupas
dan terdapat bintik-bintik merah kecoklatan oleh karena absorbsi pigmen darah. Seluruh tubuhnya
lemah atau lunak dan tidak bertekstur. Tulang kranialnya sudah longgar dan dapat digerakkan
dengan sangat mudah satu dengn yang lainnya. Cairan amnion dan cairan yang ada dalam rongga
mengandung pigmen darah. Maserasi dapat terjadi cepat dan meningkat dalam waktu 24 jam dari
kematian janin. Dengan kata lain, patologi yang terjadi pada IUFD dapat terjadi perubahan-
perubahan sebagai berikut:

a) Rigor mortis (tegang mati)

Berlangsung 2 ½ jam setelah mati, kemudian janin menjadi lemas sekali.

b) Stadium maserasi I

Timbul lepuh-lepuh pada kulit. Lepuh-lepuh ini mula-mula berisi cairan jernih kemudian menjadi
merah. Berlangsung sampai 48 jam setelah janin mati.

c) Stadium maserasi II

Lepuh-lepuh pecah dan mewarnai air ketuban menjadi merah coklat. Terjadi setelah 48 jam janin
mati.

d) Stadium maserasi III

Terjadi kira-kira 3 minggu setelah janin mati. Badan janin sangat lemas dan hubungan antar tulang
sangat longgar. Terdapat edema di bawah kulit.

F. Penegakkan diagnosis

a. Anamnesis

 Ibu tidak merasakan gerakan jnin dalam beberapa hari atau gerakan janin sangat

Berkurang

 Ibu merasakan perutnya bertambah besar, bahkan bertambah kecil atau kehamilan

tidak seperti biasanya.

 Ibu belakangan ini merasa perutnya sering menjadi keras dan merasakan sakit seperti mau
melahirkan.
 Penurunan berat badan

 Perubahan pada payudara atau nafsu makan

c. Pemeriksaan Fisik

 Inspeksi

- Tidak kelhiatan gerakan-gerakan janin, yang biasanya dapat terlihat terutama pada ibu yang
kurus

- Penurunan atau terhentinya peningkatan bobot berat badan ibu

- Terhentinya perubahan payudara

 Palpasi

- Tinggi fundus uteri lebih rendah dari seharusnya tua kehamilan ; tdak teraba gerakan-

gerakan janin

- Dengan palpasi yang teliti dapat dirasakan adanya krepitasi pada tulang kepala janin.

 Auskultasi

Baik memakai stetoskop monoral maupun doptone tidak akan terdengan denyut jantung
janin

d. Pemeriksaan Lab

- reaksi biologis negative setelah 10 hari janin mati

- hipofibrinogenemia setelah 4-5 minggu janin mati

e. Pemeriksaan Tambahan

- Ultrasound: - gerak anak tidak ada

- denyut jantung anak tidak ada

- tampak bekuan darah pada ruang jantung janin

- X-Ray :

1. Spalding¡’s sign (+) : tulang-tulang tengkorak janin saling tumpah tindih, pencairan

otak dapat menyebabkan overlapping tulang tengkorak.

2. Nanjouk¡’s sign (+) : tulang punggung janin sangat melengkung

3. Robert¡’s sign (+) : tampak gelembung-gelembung gas pada pembuluh darah besar.

Tanda ini ditemui setelah janin mati paling kurang 12 jam

3. Adanya akumulasi gas dalam jantung dan pembuluh darah besar janin.
G. Penatalaksanaan
 Bila disangka telah terjadi kematian janin dalam rahim tidak usah terburu-buru bertindak,
sebaiknya diobservasi dulu dalam 2-3 minggu untuk mencari kepastian diagnosis.

 Biasanya selama masih menunggu ini 70-90 % akan terjadi persalinan yang spontan

 Jika pemeriksaan Radiologik tersedia, konfirmasi kematian janin setelah 5 hari. Tanda-
tandanya berupaoverlapping tulang tengkorak,hiperfleksi columna vertebralis, gelembung
udara didalam jantung dan edema scalp.

 USG merupakan sarana penunjang diagnostik yang baik untuk memastikan kematian janin
dimana gambarannya menunjukkan janin tanpa tanda kehidupan, tidak ada denyut jantung
janin, ukuran kepala janin dan cairan ketuban berkurang

 Dukungan mental emosional perlu diberikan kepada pasien. Sebaiknya pasien selalu
didampingi oleh orang terdekatnya. Yakinkan bahwa kemungkinan besar dapat lahir
pervaginam.

 Pilihan cara persalinan dapat secara aktif dengan induksi maupun ekspektatif, perlu
dibicarakan dengan pasien dan keluarganya sebelum keputusan diambil.

 Bila pilihan penanganan adalah ekspektatif maka tunggu persalinan spontan hingga 2 minggu
dan yakinkan bahwa 90 % persalinan spontan akan terjadi tanpa komplikasi

 Jika trombosit dalam 2 minggu menurun tanpa persalinan spontan, lakukan penanganan aktif.

 Jika penanganan aktif akan dilakukan, nilai servik yaitu


- Jika servik matang,lakukan induksi persalinan dengan oksitosin atau prostaglandin.
- Jika serviks belum matang, lakukan pematangan serviks dengan prostaglandin atau kateter
foley, dengan catatan jangan lakukan amniotomi karena berisiko infeksi
- Persalinan dengan seksio sesarea merupakan alternatif terakhi

 Jika persalinan spontan tidak terjadi dalam 2 minggu, trombosit menurun dan serviks belum
matang, matangkan serviks dengan misoprostol:
- Tempatkan mesoprostol 25 mcg dipuncak vagina, dapat diulang sesudah 6 jam
- Jika tidak ada respon sesudah 2x25 mcg misoprostol, naikkan dosis menjadi 50mcg setiap 6
jam. Jangan berikan lebih dari 50 mcg setiap kali dan jangan melebihi 4 dosis.

 Jika ada tanda infeksi, berikan antibiotika untuk metritis.

 Jika tes pembekuan sederhana lebih dari 7 menit atau bekuan mudah pecah, waspada
koagulopati

 Berikan kesempatan kepada ibu dan keluarganya untuk melihat dan melakukan kegiatan ritual
bagi janin yang meninggal tersebut.

 Pemeriksaan patologi plasenta adalah untuk mengungkapkan adanya patologi plasenta dan
infeksi
 Bila setelah 3 minggu kematian janin dalam kandungan atau 1 minggu setelah diagnosis.
Partus belum mulai maka wanita harus dirawat agar dapat dilakukan induksi persalinan

 Induksi partus dapat dimulai dengan pemberian esterogen untuk mengurangi efek
progesteron atau langsung dengan pemberian oksitosin drip dengan atau tanpa amniotomi.

H. Protokol bayi lahir mati


Protokol untuk pemeriksaan bayi lahir mati
 Gambaran umum
 Malformasi
 Noda kulit
 Derajat maserasi
 Warna - pucat, pletorik
 Tali pusat
 Prolaps
 Lilitan leher
 Hematom atau striktur
 Jumlah pembuluh
 Panjang
 Cairan amnion
 Warna: mekonium, darah
 Konsistensi
 Volume
 Plasenta
 Berat
 Bekuan lekat
 Kelainan struktur: lobus sirkumvalata atau aksesorius, insersi velamentosa
 Edema: kelainan hidropik
 Selaput ketuban
 Ternoda
 Menebal

I. Komplikasi
a. Kematian janin akan menyebabkan desidua plasenta menjadi
rusak menghasilkan tromboplastin¡  masuk kedalam peredaran darah ibu pembekuan
intravaskuler  yang dimulai dari endotel pembuluh darah oleh trombosit  terjadi pembekuan
darah yang meluas  Disseminated intravascular coagulation hipofibrinogenemia (kadar
fibrinogen < 100 mg%), biasa pada 4-5 minggu sesudah IUFD.
b. Kadar normal fibrinogen pada wanita hamil adalah 300-700mg%. Akibat kekurangan
fibrinogen maka dapat terjadi hemoragik post partum. Partus biasanya berlangsung 2-3 minggu
setelah janin mati.
c. Dampak psikologis dapat timbul pada ibu setelah lebih dari 2 minggu kematian janin yang
dikandungnya.
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

IUFD adalah kematian yang terjadi saat usia kehamilan lebih dari 20 minggu dimana janin
sudah mencapai ukuran 500 gram atau lebih. Umumnya kematian janin terjadi menjelang
persalinan saat usia kehamilan sudah memasuki 8 bulan.

Adapun beberapa penyebab IUFD adalah:

 Ketidak cocokan golangan darah, rhesus ibu dan bayinya

 Gerakan bayi yang berlebihan

 Berbagai penyakit pada ibu hamil

 Kelainan kromosom

 Trauma saat hamil

 Infeksi pada ibu hamil

 Kelainan bawaan bayi.

Saran

Saran untuk tenaga kesehatan, pasien dan keluarga pasien :

 Sabar adalahkuncipenanganan proses persalinan IUFD.. janganterburu-


burumemintaoperasikarenaakanmenimbulkanefekkurangmenguntungkanbagiibunyakelak
. Padahalsibayisudahtidakada.

 Berikandukunganmoril padapasien yang mengalami IUFD tersebut,


tapisebaiknyajanganterlalubanyak yang
membesuksaatpasienbelumbersalin.Karenadikhawatirkansemakinbanyak yang
berkunjung, semakinbanyaksimpati, semakinbanyaktangisan,
semakinbanyakkekhawatiranakanmembuatsipasiensemakin down,
akanmembuatsipasiendankeluarganyabertambahpaniksehinggaakhirnyamintasegeraoper
asisaja.

 Percayakanpenangananpadadokterdanperawat,
janganlantaskekhawatirantersebutmembuatpersepsi yang tidak-tidakdanterburu-buru,
jikamemangbelumterlalujelastanyakansajapadadokter,bidan ataupunperawatnya.
DAFTAR PUSTAKA

Saifuddin, Abdul Bari. 2009. IlmuKebidanan. Jakarta: PT BinaPustakaSarwonoPrawirohardjo


McCall, Seller Pauline. 1993. Midwifery. South Afrika: Juta&Co, Ltd.
L., Winifred, dkk. 2001. Ambulatori Obstetrics third edition. San Fransisco: UCSF Nursing
Press.

http://www.scribd.com/doc/24315746/Lupus-Eritematosus-Sistemik
Harlinda linda di 18.12
Berbagi

Tidak ada komentar:


Posting Komentar
Link ke posting ini

Buat sebuah Link



Beranda

Lihat versi web


Mengenai Saya

Harlinda linda
segala yang terbaik
Lihat profil lengkapku
Diberdayakan oleh Blogger.

Anda mungkin juga menyukai