Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

KEPERAWATAN GAWAT DARURAT


MANAJEMEN PASIEN TENGGELAM DI SUMUR

Disusun Oleh :
Nama : Harnum Fitriani
NIM : P1337420517036
Kelas : Antasena 1

Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang


Program Studi DIII Keperawatan Magelang
2019
A. Pengertian tenggelam

Dalam Bahasa Inggris digunakan 2 istilah yang berarti tenggelam yaitu

Drowning dan Near drowning. Yang dimaksud dengan drowning adalah

kematian akibat tertutupnya saluran pernafasan oleh air. Sementara near

drowning diartikan sebagai keadaan yang hamper mati karena tenggelam.

(Rab, Tabrani, 2008)

Tenggelam merupakan cedera karena perendaman yang dapat

mengakibatkan kematian dalam waktu kurang dari 24 jam.

Tenggelam adalah proses atau pengalaman gangguan respirasi akibat

tenggelam dalam air. (Szpilman,2012).

Gejala klinis dari tenggelam ditentukan oleh 4 faktor, yakni :

1. Apakah tenggelam terjadi di air tawar atau air laut, tenggelam yang

terjadi di air tawar adalah hemodilusi dan gangguan hemodinamik dari

darah , dan tenggelam di air laut menimbulkan kerusakan parenkim

paru.

2. Apakah terjadi suatu reflex laringospasme yang menyebabkan kematian

mendadak baik karena asfiksia maupun oleh cardiopulmonary arrest.

Tenggelam didefinisikan sebagai proses yang menyebabkan

gangguan pernafasan primer akibat submersi/imersi pada media cair.

Sumersi merupakan keadaan dimana seluruh tubuh, termasuk sistem

pernafasan, berada dalam air atau cairan. Sedangkan imersi adalah keadaan

dimana terdapat air/ cairan pada sistem konduksi pernafasan yang


menghambat udara masuk. Akibat dua keadaan ini, pernafasan korban

terhenti, dan banyak air yang tertelan. Setelah itu terjadi laringospasme.

Henti nafas atau laringosspasme yang berlanjut dapat menyebabkan

hipoksia dan hiperkapnia. Tanpa penyelamatan lebih lanjut, korban dapat

mengalami bradikardi dan akhirnya henti jantung sebagai akibat dari

hipoksia. (ILCOR (internasional Liaison Committee on Resuscitation)).

B. Gejala tenggelam

Gejala-gejala akibat dari tenggelam dibagi menjadi :

1. Gejala-gejala yang menuju kepada asfiksia dimana dapat terjadi

cardiopulmonary arrest.

2. Gejala-gejala yang benar-benar akibat aspirasi yakni gejala yang

hamper sama dengan gejala acute respiratory failure.

Gejala-gejala ini meliputi :

1. Gejala traktus respiratorius, yakni batuk-batuk yang hebat dengan

sputum kental dan berbuih serta berbusa, kadang berdarah.

2. Gejala dispnea dan takipnea yang sering disertai dengan stridor dan

wheezing sampai apnea yang sering ditentukan oleh lamanya proses

tenggelam yang terjadi.

3. Gejala-gejala kardiovaskular, yakni takikardi, aritmia sampai

cardiogenic shock.

4. Gejala serebral yakni konvulsi, hilangnya kesadaran sampai dengan

koma dan kadang-kadang ditemukan pula masalah dalam termoregulasi.

5. Gejala-gejala pada ginjal yakni acute tubular necrosis.


Tenggelam dapat terjadi akibat trauma karena alcohol dan intoksikasi.

Selain itu dapat pula terjadi akibat dari hipotermia, kejang, emboli udara,

bunuh diri, baik pada dewasa maupun bayi, semuanya dapat menyebabkan

near drowning.

Gejala utama adalah hipoksia, asidosis, dan edema paru. Edema paru terjadi

pada hamper 75% kasus. Selain itu dapat pula terjadi kegagalan ginjal,

hipotensi, dan asidosis laktat.

Asidosis merupakan kombinasi dari respiratorik dan metabolic. Dalam

keadaan darurat, ditemukannya PaCO2 dan Ph rendah yang menunjukkan

adanya asidosis laktat.

Selain itu tenggelam dapat menjadikan seseorang mengalami perubahan

pada :

1. Laringospasme sebagai akibta refleksi dari saluran pernafasan terhadap

cairan.

2. Perfusi dan difusi gas tidak dapat berlangsung sebagai akibat dari

aspirasi.

3. Sebagai akibat dari hemodinamik dan hemodilusi,

Klasifikasi tenggelam :

1. Berdasarkan Kondisi Paru-Paru Korban

a. Typical Drawning

Yaitu keadaan dimana cairan masuk ke dalam saluran pernapasan

korban saat korban tenggelam.


b. Atypical Drawning

1) Dry Drowning

Yaitu keadaan dimana hanya sedikit bahkan tidak ada cairan

yang masuk ke dalam saluran pernapasan.

2) Immersion Syndrom

Terjadi terutama pada anak-anak yang tiba-tiba terjun ke

dalam air dingin ( suhu < 20°C ) yang menyebabkan terpicunya

reflex vagal yang menyebabkan apneu, bradikardia, dan

vasokonstriksi dari pembuluh darah kapiler dan menyebabkan

terhentinya aliran darah koroner dan sirkulasi serebaral.

3) Submersion of the Unconscious

Sering terjadi pada korban yang menderita epilepsy atau

penyakit jantung khususnya coronary atheroma, hipertensi atau

peminum yang mengalami trauma kepala saat masuk ke air.

4) Delayed Dead

Yaitu keadaan dimana seorang korban masih hidup setelah

lebih dari 24 jam setelah diselamatkan dari suatu episode tenggelam.

2. Klasifikasi Berdasarkan Kondisi Kejadian

a. Tenggelam

Yaitu suatu keadaan dimana penderita akan meneguk air dalam

jumlah yang banyak sehingga air masuk ke dalam saluran pernapasan

dan saluran nafas atas tepatnya bagian apiglotis akan mengalami


spasme yang mengakibatkan saluran nafas menjadi tertutup serta hanya

dapat dilalui oleh udara yang sangat sedikit.

b. Hampir Tenggelam

Yaitu suatu keadaan dimana penderita masih bernafas dan

membatukkan air keluar

C. Penyebab seseorang mengalami kematian di dalam sumur

1. Liang sumur yang sempit

Liang sumur umumnya berupa lubang vertikal ke dalam dengan

ukuran 80 cm atau 1 meter, bahkan di perkotaan ada juga sumur yang

dibuat dengan diamter lubang hanya 60 cm saja. Kedalaman sumur

juga bervariasi juga tergantung dari kedalaman air tanah yang ada di

wilayah itu. Terkadang hanya dengan kedalaman 6-7 meter saja

sudah ada air yang keluar, tetapi banyak juga sumur dengan

kedalaman sampai 12-15 meter untuk dapat memperoleh air. Kalau

sudah terjadi sesuatu kejadian pada orang di dalam lubang sumur itu

maka tentu saja diperlukan cara khusus untuk menolong korban dan

membawa ke permukaan tanah.

2. Terjatuh ke dalam lubang sumur

Karena suatu sebab dan juga karena korban tenggelam. Walaupun

relatif jumlah air dalam sumur sedikit tetapi kejadian korban

tenggelam sering juga terjadi. Pada kejadian seperti ini hampir selalu
terjadi adalah upaya pertolongan yang selalu terkendala dan

memerlukan waktu lebih lama. Kondisi lubang sumur yang sempit

menyulitkan lebih dari satu orang untuk masuk secara bersamaan,

selain dengan menggunakan alat bantu seperti tali atau tangga.

3. Mengalami sesak nafas

Kondisi ini terjadi karena memang udara segar dalam lubang sumur

yang sempit. Tetapi dalam banyak kasus, penyebab kematian lebih

banyak karena keracunan gas yang ada di dalam lubang sumur,

sehingga korban sama sekali tidak dapat memperoleh udara segar

untuk keperluan bernafas ini.

4. Keracunan gas

Dapat terjadi karena dua faktor

Faktor pertama adalah karena udara dalam sumur sangat minim

secara alami, mungkin karena di dalamnya terdapat sumber alam

atau gas hasil dekomposisi bahan organik dari tanah di sekitar

sumur. Biasanya hal ini terjadi untuk daerah yang kaya akan sumber

gas alam atau juga karena tanah di situ sebelumnya merupakan

daerah bekas timbunan sampah. Faktor pertama ini merupakan

gejala alam yang mestinya harus dikenali oleh pelaku yang akan

masuk ke dalam sumur. Faktor yang lain adalah adanya gas yang

dihasilkan oleh mesin pompa penyedot yang sengaja dimasukkan ke

dalam sumur saat proses pengurasan atau penyuntikan sumur.


Buangan gas tidak diarahkan ke luar tetapi berada di dalam lubang

sumur. Faktor kedua ini terjadi karena kesalahan si pelaku sendiri

yang mengabaikan aspek K3.

D. Manajemen pada pasien yang tenggelam di sumur

1. Semprotkan udara ke dalam sumur sehingga mengusir gas dari dalam

lubang. Jika kesulitan untuk mencari udara dari pompa, semprotkan air

dalam jumlah mencukupi ke dalam lubang sumur dalam bentuk spray.

Langkah ini cukup membantu menambahkan udara segar ke dalam

lubang sumur selain mengusir gas-gas beracun keluar dari dalam

lubang.

2. Lakukan pengecekan dengan menggunakan api untuk mengetahui

aman tidaknya sumur.

3. Jika ada mesin pompa diesel yang sebelumnya digunakan di dalam

sumur, hendaknya diambil terlebih dahulu dan biarkan sumur untuk

beberapa waktu atau terus semprotkan air ke dalam lubang sumur.

4. Orang yang menolong dan akan turun ke bawah jangan sendirian. Saat

dia turun harus diikat ke tubuhnya dan ada orang yang menjaga. Jika

merasa lemas segera minta untuk diangkat ke atas kembali dan

menunggu beberapa saat lagi untuk boleh turun ke bawah lagi.

5. Panggil petugas penyelamatan dari dinas kebakaran atau rumah sakit

Manajemen gawat darurat pasien tenggelam dalam sumur

1. Bantuan Hidup Dasar


Penanganan A (airways) B (breathing) C (circulation)

merupakan hal utama yang harus dilakukan, dengan fokus utama

pada perbaikan jalan napas dan oksigenasi buatan, namun

imobilisasi servikal perlu dipertimbangkan pada korban dengan luka

yang berat. Cedera servikal biasanya jarang terjadi pada korban

tenggelam, pada korban yang mengalami penurunan kesadaran.

Bantuan hidup dasar pada korban tenggelam dapat dilakukan pada

saat korban masih berada di dalam air. Prinsip utama dari setiap

penyelamatan adalah mengamankan diri penyelamat, lalu korban,

karena itu, sebisa mungkin penyelamat tidak perlu terjun ke dalam

sumur untuk menyelamatkan korban. Namun, jika tidak bisa,

penyelamat harus terjun dengan alat bantu dan pengaman , untuk

membawa korban ke daratan sambil melakukan penyelamatan.

2. Penilaian pernapasan

dilakukan pada tahap ini, yang terdiri dari tiga langkah,

Look, yaitu melihat adanya pergerakan dada

Listen, yaitu mendengarkan suara napas

Feel, yaitu merasakan ada tidaknya hembusan napas

Penanganan pertama pada korban yang tidak sadar dan tidak

bernapas dengan normal dapat di di lakukan langkah-langkah seperti

a. Head tild-chin lift,

b. Jaw thrust

c. Heimlich maneuver
d. Suction

e. Pasang OPA atau NPA

setelah pembersihan jalan napas yaitu kompresi dada lalu

pemberian napas buatan dengan rasio 30:2. Terdapat tiga cara pemberian

napas buatan, yaitu mouth to mouth, mouth to nose, mouth to mask, dan

mouth to neck stoma.

Penanganan utama untuk korban tenggelam adalah pemberian napas

bantuan untuk mengurangi hipoksemia. Pemberian napas buatan inisial

yaitu sebanyak 5 kali. Melakukan pernapasan buatan dari mulut ke hidung

lebih disarankan karena sulit untuk menutup hidung korban pada pemberian

napas mulut ke mulut. Pemberian napas buatan dilanjutkan hingga 10 – 15

kali selama sekitar 1 menit. Jika korban tidak sadar dan tenggelam selama

<5 menit, pernapasan buatan dilanjutkan .

Kompresi dada diindikasikan pada korban yang tidak sadar dan tidak

bernapas dengan normal, karena kebanyakan korban tenggelam mengalami

henti jantung akibat dari hipoksia. Pemberian kompresi ini dilakukan di atas

tempat yang datar dan rata dengan rasio 30:2. Namun, pemberian kompresi

intrinsik untuk mengeluarkan cairan tidak disarankan, karena tidak terbukti

dapat mengeluarkan cairan dan dapat berisiko muntah dan aspirasi.

Selama proses pemberian napas, regurgitasi dapat terjadi, baik

regurgitasi air dari paru maupun isi lambung. Hal ini normal terjadi, namun

jangan sampai menghalangi tindakan ventilasi buatan. Korban dapat

dimiringkan dan cairan regurgitasinya dikeluarkan.


3. Bantuan hidup lanjut

Tersedianya sarana bantuan hidup dasar dan lanjutan ditempat

kejadian merupakan hal yang sangat penting karena beratnya cedera pada

sistem saraf pusat tidak dapat dikaji dengan cermat pada saat pertolongan

diberikan.

Pastikan keadekuatan jalan napas, pernapasan dan Sirkulasi. Cedera

lain juga harus dipertimbangkan dan perlu tidaknya hospitalisasi ditentukan

berdasarkan keparahan kejadian dan evaluasi klinis. Pasien dengan gejala

respiratori, penurunan saturasi oksigen dan perubahan tingkat kesadaran

perlu untuk dihospitalisasi. perhatian harus difokuskan pada oksigenasi,

ventilasi, dan fungsi jantung. Melindungi sistem saraf pusat dan mengurangi

edema serebri merupakan hal yang sangat penting dan berhubungan

langsung dengan hasil akhir.

Bantuan hidup lanjut pada korban tenggelam yaitu pemberian

oksigen dengan tekanan lebih tinggi, yang dapat dilakukan dengan BVM

(Bag Valve Mask) atau tabung oksigen.1 Oksigen yang diberikan memiliki

saturasi 100%. Jika setelah pemberian oksigen ini, keadaan korban belum

membaik, dapat dilakukan intubasi trakeal.


DAFTAR PUSTAKA

http://www.medicinesia.com/harian/penanganan-kegawatdaruratan-tenggelam/
Rab,Tabrani. 2008. Agenda Gawat Darurat (Critical Care) Jilid 2. Bandung : PT
Alumni

Anda mungkin juga menyukai