Anda di halaman 1dari 27

BAB I

ETIKA DAN TANGGUNG JAWAB PROFESI

1. Tanggung Jawab

1.1 Pengertian Tanggung Jawab

Tanggung jawab adalah suatu keadaan wajib secara sadar yang


dilakukan oleh seorang manusia untuk menanggung perbuatan yang
dilakukan olehnya baik secara sengaja maupun tidak sengaja atau dapat
disimpulkan sebagai wujud kesadaran untuk mempertanggungjawabkan
perbuatannya sendiri. Tanggung jawab merupakan kodrat dari manusia
yang artinya tanggung jawab itu sendiri telah menjadi bagian dari hidup
seorang manusia. Tanggung jawab dapat dilihat dari 2 sisi diantaranya
adalah sisi yang berbuat dan dari sisi pihak yang memiliki kepentingan
lain. Tanggung jawab merupakan hal yang bersifat tidak tetap artinya
tanggung jawab itu dapat diturunkan atau dipindahkan kepada pihak lain.
Tanggung jawab adalah ciri manusia beradab (berbudaya). Manusia
merasa bertanggung jawab karena ia menyadari akibat baik atau buruk
perbuatannya itu, dan menyadari pula bahwa pihak lain memerlukan
pengabdian atau pengorbanannya. Untuk memperoleh atau
meningkatkan kesadaran bertanggung jawab perlu ditempuh usaha
melalui pendidikan, penyuluhan, keteladanan, dan takwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa.
Dunia mengakui 3 konsep penting dalam menumbuhkan sikap
bertanggung jawab yakni “Menyadari, menerima, dan melakukan”.
Konsep ini mengundang pro dan kontra dari berbagai pihak karena
bukanlah hal yang mudah untuk bisa mencapai ketiga hal ini. Sesuai
dengan perkembangan zaman, maka tanggung jawab menjadi suatu tren
dalam masyarakat dimana tolak ukur kesuksesan setiap orang ada pada
sikap hidup “menyadari, menerima dan melakukan”. Tanggung Jawab
kemudian berkembang dan menghasilkan suatu ide baru yakni
bertanggung jawab. Pada hakikatnya tanggung jawab itu sendiri dapat

1
dilaksanakan oleh semua orang namun tidak semua orang memilih untuk
menumbuhkan sikap hidup bertanggung jawab dalam kesehariannya.
Tanggung jawab kemudian berkemembang dan menjadi titik tolak
penilaian dalam menempuh sebuah pekerjaan, tanggung jawab memiliki
kaitan yang sangat erat dengan kepercayaan oleh karena itu, orang yang
memiliki tanggung jawab yang besar sering juga dipercayakan akan hal –
hal yang besar pula. Jika kita telaah lebih lanjut, tanggung jawab dibagi
menjadi 4 bagian yakni tanggung jawab kepada diri sendiri, keluarga,
masyarakat, dan tanggung jawab kepada bangsa dan negara. berikut ini
adalah penjabaran mengenai bagian – bagian tanggung jawab :

1.1.1 Tanggung Jawab Terhadap Tuhan


Tanggung jawab terhadap Tuhan merupakan suatu mandat yang
diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa kepada setiap mahluk
ciptaannya untuk menjalankan, menjaga, serta mengusahakan
segala sesuatu yang telah diciptakanNya. Tanggung jawab kepada
Tuhan bersifat abstrak dan termaksud kaedah agama karena tidak
dapat dilihat oleh manusia yang lain namun bisa dirasakan oleh
individu yang berbuat. Wujud dari tanggung jawab kepada Tuhan
adalah dengan cara beribadah, sembahyang, mengucap syukur
dan menjadi berkat bagi orang – orang di sekitar kita.

1.1.2 Tanggung Jawab Terhadap Diri Sendiri


Tanggung jawab kepada diri sendiri merupakan kebutuhan utama
dari setiap manusia untuk melindungi hak dan kewajibannya.
Manusia sebagai mahluk individual yang selalu berusaha untuk
mengembangkan dirinya sendiri serta berusaha untuk membangun
citra diri sebagai mahluk yang beradab di kalangan publik.
Tanggung jawab kepada diri sendiri menuntut setiap orang untuk
mampu memecahkan masalah yang dilakukan olehnya.

2
1.1.3 Tanggung Jawab Kepada Keluarga
Tanggung jawab kepada keluarga menjadi hal pokok kedua yang
perlu dipenuhi oleh setiap manusia. Sesuai dengan definisinya,
keluarga adalah sekumpulan orang (rumah tangga) yang memiliki
hubungan darah atau perkawinan atau menyediakan
terselenggaranya fungsi – fungsi instrumental mendasar dan
fungsi – fungsi ekspresif keluarga bagi setiap anggota yang berada
dalam satu jaringan. Bentuk tanggung jawab kepada keluarga
adalah dengan cara menjaga nama baik serta harkat dan martabat
dari keluarganya. Tanggung jawab akan keluarga dapat
diwujudkan apabila tanggung jawab kepada diri sendiri telah
dilaksanakan.

1.1.4 Tanggung Jawab Kepada Masyarakat


Bertanggung jawab kepada masyarkat merupakan realisasi dari
prinsip dimana manusia dikatakan sebagai mahluk sosial. Arti dari
mahluk sosial itu sendiri adalah suatu keadaan yang secara kodrati
tidak dapat dipungkiri bahwa manusia selalu ingin hidup
berkelompok dan membutuhkan antara yang satu dengan yang
lain. Dalam hidup berkelompok, berlaku istilah yang dikemukakan
oleh Thomas Hobes yakni “Bellum Omnium Comtra Omnes/Homo
Homini Lupus” yang artinya “manusia yang kuat menjadi
penguasa atas manusia yang lemah/manusia yang satu menjadi
serigala bagi manusia yang lain”. Bertanggung jawab dalam
masyarakat memiliki jenjang yang lebih besar dibandingkan
bertanggung jawab kepada keluarga karena faktor penentu
kesuksesan seseorang dipandang dengan cara “Bagaimana dia
membangun citra dirinya dalam bersosialisasi?”.

3
1.1.5 Tanggung Jawab Kepada Bangsa
Suatu keharusan bagi manusia Indonesia untuk memiliki sikap
bertanggung jawab kepada negarannya karena negara merupakan
jenjang tertinggi dan menjadi suatu kewajiban yang harus
dipenuhi. Manusia dikatakan bertanggung jawab kepada
negaranya apabila dia telah mampu merealisasikan nilai – nilai,
norma – norma, kaedah – kaedah serta mampu berfikir, berbuat
dan bertindak sesuai dengan batasan – batasan yang ditentukan
oleh negaranya. Bertanggung jawab kepada negara memerlukan
suatu sifat kerelaan yang mana dimaksud dari sikap kerelaan ini
adalah kerelaan untuk memberikan sebagian haknya kepada
pemerintah untuk dapat mengatur negaranya. Berbeda dengan
pendapat dari Copernicus dan Gallileo Galilei, yang berpendapat
kebebasan penuh berada di tangan individu, negara tidak boleh
ikut campur dalam urusan individu (Faham Individual – Liberalis).
Ada beberapa ahli yang mengemukakan tentang arti dari
tanggung jawab diantaranya adalah Frans Magnis Suseno (2014)
yang berpendapat bahwa “tanggung jawab adalah suatu
kewajiban yang perlu diembani seseorang dalam keadaan sadar
secara sengaja maupun tidak sengaja dimana hal tersebut
melibatkan manusia sebagai subyek yang melakukan suatu
perbuatan”.

1.2 FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TANGGUNG JAWAB


Seperti yang dikemukakan di awal pembahasan, tanggung jawab menjadi
faktor penting dalam kehidupan setiap manusia karena berkaitan erat
dengan kepercayaan. Semakin besar seorang manusia dipercaya,
semakin besar tanggung jawab yang akan diembani. Namun disamping
dari semua itu, ada beberapa hal yang membuat tanggung jawab tidak

4
dapat dijalankan dan tidak dapat berjalan dengan lancar yang perlu untuk
diperhatikan diantaranya :

1.2.1 Fisik
Fisik merupakan hal yang penting dalam menjalankan tanggung
jawab yang diembani oleh setiap orang karena fisik menjadi faktor
pendukung bagi setiap orang untuk menjalankan aktifitasnya. kita
cederung menilai seseorang berdasarkan faktor penampilan dan
perilaku orang lain (Livingstone, 2001) faktor tersebut dapat
memberi kesan yang mendalam.1 Fisik yang dimaksud dalam hal ini
adalah kemampuan untuk melakukan segala sesuatu sesuai dengan
prosedur serta tata cara yang ditentukan. Fisik merupakan penilaian
utama seseorang dalam bekerja karena kemampuan fisik
mencangkup kekuatan, kesanggupan, kesempurnaan fisik,
ketidakcacatan fisik serta dapat atau tidaknya seseorang
menjalankan fungsi panca indranya dengan benar untuk melakukan
suatu tugas dan kepercayaan yang diberikan. Pada kenyataannya
orang – orang cacatpun dapat melaksanakan suatu pekerjaan
dengan benar dan baik bahkan lebih bagus dari manusia normal
yang tidak bercacat pada umumnya. Namun jika ditelusuri, kita
akan menemukan fakta yang mana bahwa dominannya sebagaian
besar orang dapat dipercayakan tanggung jawab yang besar
apabila memiliki kesempurnaan fisik namun hal tersebut tidak
memberikan kepastian bahwa orang yang cacat tidak dapat
diberikan tanggung jawab yang besar karena hal tersebut
tergantung pada penilaian dari pihak – pihak yang ingin
memberikan tanggung jawab serta pribadi dari setiap orang. Dunia
saat ini terkenal dengan istilah “Mensana In Corpore Sano” yang
dikemukakan oleh seorang sastrawan dari Romawi dalam bukunya
Satere X di abad ke 2 masehi. Beliau mengemukakan pendapat

1
Psikologi Social Edisi Kedua Belas, Shelley E. Taylor., ET AL (2009), halaman 42

5
bahwa “Dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat” hal
tersebut kemudian menjadi trend topik sampai saat ini dan faktanya
masih banyak orang yang berpegang teguh pada istilah tersebut.

1.2.2 Psikologi
Faktor psikologi menjadi faktor utama seseorang dapat
menjalankan suatu tanggung jawab. Seseorang bisa dikatakan
memiliki fisik yang mendukung untuk melakukan suatu tanggung
jawab namun apabila tidak memiliki psikis yang bagus pula, maka
tanggung jawab tidak dapat dijalankan dengan benar. faktor
psikologi berhubungan dengan bagaimana kondisi jiwa seseorang
atau keadaan psikis dari seseorang. Semangat yang tinggi
merupakan perwujudan dari kondisi psikis yang bagus. Artikel
kesehatan “AlooDokter” memposting suatu fakta menarik mengenai
“Gangguan Psikosomatis, ketika pikiran menyebabkan penyakit
fisik” . Psikosomatis terdiri dari 2 kata yakni pikiran (phyche) dan
tubuh (soma), gangguan psikosomatis adalah penyakit yang
melibatkan tubuh dan jiwa, dimana pikiran memengaruhi tubuh
hingga penyakit muncul atau diperparah. Perkembangan zaman
memberikan suatu persepsi baru dimana psikis menjadi faktor
utama yang mempengaruhi optimalisasi berjalannya sebuah
pekerjaan atau tanggung jawab.

1.2.3 Geografis/lingkungan
Geografis Lingkungan dikatakan dapat menjadi faktor penentu
dalam menumbuhkan sikap bertanggung jawab karena lingkungan
turut ikut serta dalam proses pembentukan pola pikir dan pola
bertindak, dan karakteristik dari seorang individu karena setiap
orang dituntut untuk menyesuaikan diri dengan lingungannya. Jika
seseorang berada pada lingkungan geografis yang keras akan
persaingan, maka secara otomatis orang tersebut akan termotivasi
untuk memodernisasikan serta mengembangkan dirinya agar dapat

6
dipercayakan akan tanggung jawab yang besar. Hal serupa
seringkali terjadi di dunia pekerjaan dan dipengaruhi oleh motivasi
diri. Apabila seseorang memiliki motifasi diri yang kuat dan gigih
maka tanggung jawab yang besar pula dapat dipercayakan
kepadanya namun apabila sebaliknya, maka tanggung jawab
tersebut hanyalah akan menjadi sebuah mimpi.

1.2.4 Sosial dan Kebudayaan


Kebudayaan memiliki peran besar dalam pembentukan karakter
kepribadian manusia terutama unsur – unsur budaya yang secara
langsung mempengaruhi individu. Kebudayaan dapat menjadi
pedoman hidup bagi manusia dan sebagai alat untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya. Kepribadian merupakan indikator bagi
seseorang untuk dapat bertanggung jawab dan mempertanggung
jawabkan sesuatu. Contohnya karena pergaulan dengan masyarakat
yang sederhana, maka seseorang lebih cenderung untuk
bertanggung jawab dalam hal yang sederhana.

1.3 Sifat dan Batasan Tanggung jawab


Sifat dan batasan dari tanggung jawab merupakan cara awal yang patut
untuk ditempuh untuk mengetahui kepastian dari jangka waktu kedua hal
ini. sifat dari tanggung jawab adalah mutlak dan konkirt jika kita
menggunakan metode heuristik karena tanggung jawab itu sendri
memiliki sifat yang kompleks namun disederhanakan menggunakan
metode heuristik. Metode heuristik sendiri adalah tahap yang dilakukan
untuk menyederhanakan sesuatu yang bersifat kompleks ke sesuatu yang
bersifat konkrit. Selain itu, sifat bertanggung jawab adalah memaksa
dimana seseorang dituntut untuk bertanggung jawab tidak saja untuk
kerugian yang disebabkan oleh perbuatannya namun juga untuk kerugia
yang disebabkan kelalaian atau kurang hati – hatinya (1365 KUHPerdata),
dan dikonkritkan lagi dalam 1367 KUHPerdata tentang batasan – batasan
dari tanggung jawab. Tanggung jawab dalam pasal 1367 KUH Perdata

7
dikelompokan menjadi 2 (dua) jenis diantaranya adalah (1) tanggung
jawab berdasarkan kesalahan dan (2) tanggung jawab
berdasarkan resiko.
Faktor utama yang membuat batasan dalam mewujudkan sebuah
tanggung jawab adalah hak. Hak dapat dikatakan sebagai faktor utama
pembatas sebuah tanggung jawab karena hak memberikan suatu
kewenangan yang bersifat pasti tanpa dapat diganggu gugat sebagai
contoh dalam Konstitusi RI pasal 28 F yang memberikan hak kepada
setiap orang untuk berbagi informasi. Namun bagaimana jika hak yang
diberikan bertentangan dengan tanggung jawab yang diembani? Salah
satu alasan paling tegas untuk menjawab pertanyaan itu adalah dengan
menggunakan Doktrin Ultra Vires (Ultra Vires Rulles). Doktirn ini
memberikan suatu kepastian dimana setiap orang mampu untuk
mengajukan gugatan apabila ha yang diberikan bertentangan dengan
tugas yang akan dijalankan serta target yang harus dicapai. Sebagai
contoh adalah Undang – Undang nomor 9 Tahun 2004 perubahan dari
Undang – undang nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha
Negara. Apabila pada kenyataanya keputusan dari Tata Usaha Negara
bertentangan dengan perundang – undangan yang berlaku dan
bertentangan dengan asas yang berlaku maka dengan berpegang pada
doktrin ultra vires, kita mampu memberian gugatan terhadap tata usaha
negara tersebut.

8
1.4 Bagan Etika dan Tanggung Jawab profesi

9
1.5 Contoh Etika dan Tanggung Jawab Profesi

Pada dasarnya, orang yang bertanggung jawab adlah orang yang


beretika. Etika berasaldari bahasa Yunani “Ethikos” yang berarti timbul
dari kebiasaan. Hal ini merupakan suatu cabang ilmu pengetahuan yang
mempelajari tentang nilai dan kualitas yang menjadi studi mengenai
standar penilaian moral.2 Etika mencangkup analisis dan penerapan
konsep seperti baik dan buruk, benar dan salah dan mencangkup tentang
tanggung jawab itu sendiri. Etika dimulai dengan merefleksikan unsur –
unsur etis dalam pendapat – pendapat spontan kita.3

Fungsi etika itu sendiri adalah untu kenciptakan suatu kedamaian dan
ketentraman dalam kehidupan setiap masyaraakat. Untuk mencapai suatu
kehidupan yang teratur dan tertata, etika menjadi faktor utama dan
faktor penentu terwujudnya suatu kehidupan yang tentraam dan penuh
damai sejahtra. Jika dibuat dalam bentuk ilustrasi, maka hipotesis yang
akan timbul untuk manusia beretika dan bertanggung jawab adalah
control diri yang optimal. Seorang menjadi bertanggung jawab dan
memiliki etika yang bagus bukanlah merupakan hal yang didapatkan
secara sia – sia tetapi merupakan suatu pelajaran penting yang perlu
untuk diperhatikan.

Etika menjadi faktor penentu seseorang dalam menjalankan aktifitasnya


di masyarakat karena etika mampu untuk menumbuhkan suatu
kepercayaan dan memotifasi kita sendiri untuk terus maju.

2
Paul L. Lehman. 1963. Ethics In a Chrisitian Context. New York : Harper and Row Publisheres, 25
3
Eka Darmaputera. 1987. Etika Sederhana Untuk semua: Perenalan Pertama. Jakarta : BPK
Gunung Mulia (Hal. 49)

10
BAB II

PERBUATAN MANUSIA

2.1 PENGERTIAN PERBUATAN MANUSIA

Perbuatan mausia adalah perbuatan yang seutuhnya dilandasi


oleh akal yang menyatakan benar atau salah, rasa yang menyatakan baik
atau buruk, dan karsa yang menyatakan pilihan berdasarkan kehendak
bebas. Kehendak bebas adalah kesadaran dan kesadaran adalah suara
hati nurani. Hati nurani cenderung untuk menyatakan sesuatu yang
benar, baik dan bermanfaat. Perbuatan yang memenuhi ketiga unsur ini
adalah perbuatan moral yaitu perbuatan yang bersumber dari hati nurani
yang selalu baik, benar dan bermanfaat.4 Setiap perbuatan manusia
tentunya memiliki tujuan dimana tujuan tersebut tergantung pada motif
setiap orang dalam bertindak. Namun pada kenyataannya perbuatan
manusia cenderung bercampur dengan hawa nafsu yang mana
berimplikasi pada proses bersosialisasi dalam lingkungan maupun
komunitas karena perbuatan tersebut mengkontruksikan suatu
ketidaksesuaian serta kesenjangan.
Manusia merekontruksikan suatu gambaran mengenai prilaku
yang dominan baik dan mendapat dukungan dengan masyarakat sebagai
suatu perbuatan moral. Kontruksi moral yang tidak sempurna dalam
masyarakat menciptakan suatu istilah baru yang sering dikatakan dengan
istilah amoral. Dalam kaitannya dengan perbuatan, maka dapat
disimpulkan bahwa amoral adalah perbuatan yang tidak baik, tidak benar
dan tidak bermanfaat serta tidak dapat dikatakan sebagai perilaku

4
Prof. Abdulkadir Muhammad (2006), “Etika dan Tanggung Jawab Profesi”, halaman 39.
“perbuatan yang bersumber ada hati nurani yang selalu baik, benar dan bermafaat. Perbuatan
moral mempunyai Nilai Moral yaitu nilai manusia seutuhnya (manusia kodrat). Perbuatan moral
menuntun manusia pada kebahagiaan, ketertiban, kestabilan, dan kemajuan”.

11
manusiawi karena perbuatan tersebut dianggap tidak berasal dari hati
nurani manusia.5
Perbuatan manusia dibagi menjadi dua yakni perbuatan manusiawi dan
hewani (Zaharudin Zar). Beliau mengutip hal tersebut berdasarkan
pandangan Ibnu Bajjah dan Mahmud Shaghir yang mengelompokan dan
merekonstruksikan bahwa seorang manusia memiliki 2 jenis perbuatan
alamiah yakni perbuatan hewani dan perbuatan manusiawi. Perbuatan
hewani adalah perbuatan yang didasarkan oleh hawa nafsu manusia
semata, oleh dorongan – dorongan naluri untuk memenuhi
kebutuhannya. Sedangkan perbuatan jasmani merupakan perbuatan yang
didasarkan atas pertimbangan rasio dan kemauan bersih dari hati nurani.
Zaharudin mencontohkan perbuatan makan sebagai perbuatan hewani
apabila perbuatan tersebut dilakukan hanya untuk memenuhi keinginan
hawa nafsu, sedangkan dikatakan perbuatan manusiawi apabila
perbuatan tersebut dilakukan dengan tujuan untuk memelihara hidup
untuk mencapai keutamaan hidup.
Bagaimana cara menentukan atau menilai perbuatan manusia
moral/mannusiawi dan perbuatan amoral/ hewani? Dalam keadaan
seperti ini, manusia dituntut untuk menggunakan norma tertentu yakni
norma moral untuk menilai suatu perbuatan. Menilai yang dimaksud
dalam hal ini adalah kegiatan menerapkan norma moral terhadap
perbuatan, guna menetapkan perbuatan itu merupakan perbuatan moral
manusiawi atau amoral/hewani. Dan yang dimaksud dengan moral dalam
hal ini adalah ukuran manusia untuk mempertimbangkan perbuatan itu
adalah benar atau salah, baik atau buruk serta bermanfaat atau
merugikan diri sendiri dan orang lain. Moralitas perbuatan adalah segi
baik – buruknya perbuatan. Cara memberikan pertimbangan terhadap
dasar norma moral untuk menilai suatu perbuatan itu baik, benar, dan

5
Prof. Abdulkadir Muhammad (2006), “Etika dan Tanggung Jawab Profesi”, halaman 40.
“Perbuatan amoral yaitu perbuatan yang tidak baik , tidak benar dan tindak bermanfaat karena
tidak memenuhi ketiga unsur manusia seutuhnya (manusia kodrat), serta tidak menyuarakan hati
nurani. Seutuhnya manusia kodrat dikatakan juga manusiawi karena mencerminkan nilai – nilai
sebagai seorang manusia”.

12
bermanfaat atau sebaliknya adalah dengan melihat pada kebiasaan pada
umummnya. Hal tersebut merupakan pemikiran dari Frans Magnis Suseno
(1975), namun dapat juga dilihat dengan cara mengemukakan
kesepakatan masyarakat sebagai dasar pengakuan suatu perbuatan
(Thomas Hobes dan Rousseau, 1995).

Pada dasarnya perbuatan dan sikap merupakan dua hal yang tidak dapat
dipisahkan karena sifat mencerminkan perbuatan/perilaku. Contohnya
seseorang yang sering menonton film porno cenderung memiliki perilaku
yang kurang sopan. Seorang ahli yang membahas tentang sikap “Carl
Jung”, beliau mendefinisikan sikap sebagai kesiapan psikis untuk
bertindak dan beraksi dengan cara tertentu. Notoadmojo (1993)
mengemukakan bahwa sifat merpakan kesiapan atau kesediaan
seseorang untuk bertindak dan bersifat tertutup serta merupakan
kesiapan untuk beraksi terhadap suatu obyek. Sikap dan perbuatan
memiliki hubungan yang erat dimana perbuatan merupakan realisasi dari
sikap itu sendiri. Unsur – unsur yang mempengaruhi perbuatan manusia
menurut Wikipedia adalah

2.1.1 Genetika
Faktor genetika diperkenalkan oleh William Bateson pada suatu
surat pribadi kepada Adam Chadwick. Beliau mengkaitkan peran
genetika, DNA memiliki peran/kontribusi yang amat penting pada
prilaku/perbuatan seorang manusia. DNA adlah bahan genetik dasar
yang mempengaruhi sifat – sifat mahluk hidup. Perbuatan manusia
dalam hal ini, jika dikaitkan dengan faktor genetika maka kita dapat
menyimpulka bahwa yang menentukan perbuatan seseorang yaitu
faktor genetis.

2.1.2 Sikap

13
Sifat adalah pernyataan evaluatif tentang obyek, yang
mencerminkan perasaan terhadap sesuatu. Sifat terdiri dari 3
komponen utama yakni kesadaran, perasaan dan perilaku.

2.1.3 Norma Sosial


Norma social adalah kebiasaan umum yang menjadi patokan
perilaku dalam suatu kelompok masyarakat dan batas wilayah
tertentu. Norma akan berkembang seiring dengan kesepakatan –
kesepakatan social masyarakat yang sering juga disebut sebagai
peraturan social. Norma memiliki kaitan dengan perbuatan karena
norma yang berlaku dalam masyarakat dapat mengikat atau
membatasi seseorang untuk bertindak diluar dari kesepakatan yang
telah disetujui.

2.1.4 Kontrol Prilaku Pribadi


Kontrol pribadi adalah kepercayaan seseorang mengenai sulit
tidaknya melakukan suatu perilaku. Kontrol pribadi berkaitan erat
dengan perbuatan karena kontrol pribadi sendiri berbicara
mengenai bagaimana seseorang mengarahkan dirinya serta
membatasi dirinya untuk melakukan sesuatu yang baik dan buruk.

2.2 KEBUTUHAN MANUSIA


Manusia bekerja keras dan rela melakukan segala sesuatu adalah untuk
memenuhi kebutuhannya. Kebutuhan tersebut dapat berupa materil
maupun immateril, yang dimaksud dengan kebutuhan materil adalah
kebutuhan yang dapat dipanca indrakan yakni dapat dilihat, diraba, dan
disentuh. Kebutuhan materil adalah kebutuhan akan suatu benda,
berbeda halnya dengan kebutuhan immateril yang mana kebutuhan ini
adalah kebutuhan yang tidak dapat dipanca indrakan namun dapat
dirasakan. Kebutuhan immateril yang dimaksud adalah kebutuhan akan
nama baik, serta harkat, dan martabat. Pengertian kebutuhan adalah
segala sesuatu yang muncul secara naluriah dan sangat diperlukan oleh

14
manusia untuk mempertahankan kehidupannya. Beragamnya barang dan
jasa yang dibutuhkan manusia membuktikan bahwa kebutuhan manusia
beragam juga. Kebutuhan merupakan sesuatu yang harus dipenuhi dan
karenanya maka semua orang berusaha untuk bekerja keras tanpa
memandang bahaya dari pekerjaan mereka dan pandangan orang
tentang mereka (PSK), apabila kebutuhan tidak dipenuhi maka manusia
pada umunya akan merasa kekurangan dan selalu mencari cara untuk
memuaskannya.

15
Kebutuhan Berdasarkan Intensitas Kegunaannya
Primer : Kebutuhan utama yang harus untuk dipenuhi.
Tersier : Kebutuhan tersier adalah kebutuhan yang
bertuju pada kebutuhan mewah yang dapat
diwujudkan apabila kebutuhan primer dan
sekunder dipenuhi.
Sekunder : kebutuhan setelah kebutuhan primer berjalan
dengan baik. Kebutuhan sekunder adalah
kebutuhan penunjang kebutuhan primer.
Kebutuhan Berdasarkan Sifatnya
Jasmani : Kebutuhan jasmani adalah kebutuhan yang
diperlukan manusia untuk memelihara raga atau
fisik.
Rohani : Kebutuhan rohani adalah kebutuhan untuk
pemenuhan jiwa dan batin.

Kebutuhan Berdasarkan Waktu

Kebutuhan Sekarang : Kebutuhan yang pemenuhannya harus ada


sekarang dan tidak boleh ditunda – tunda.
Kebutuhan yang akan datang : Kebutuhan yang pemenuhannya harus ditunda
tetapi pemenuhannya dari sekarang.
Kebutuhan Tak Terduga : Kebutuhan yang datang secara tiba – tiba.

Kebutuhan Berdasarkan Subyek yang ditubuhkan

Kebutuhan Individual : Kebutuhan yang diperuntukkan bagi perorangan


Kebutuhan Kolektif : Kebutuhan yang diperuntukkan masyarakat dan
secara bersama – sama.

16
17
18
BAB III

PEKERJAAN DAN PROFESI

3.1 Pengertian Pekerjaan


Bekerja merupakan kodrat manusia, sebagai kewajiban dasar. Manusia
dikatakan memiliki martabat apabila dia mampu bekerja dengan keras.
Dengan bekerja, manusia dapat memperoleh hak dan mendapatkan
segala sesuatu yang dibutuhkannya. Bekerja merupakan kegiatan psikis
dan fisik yang terintegrasi. Pekerjaan dapat dibedakan menurut
6
kemampuan, kelangsungan, lingkup dan tujuan. Dengan demikian,
pekerjaan dapat diklasifikasikan menjadi 3 jenis, yaitu
a. Pekerjaan dalam arti umum, yaitu pekerjaan apa saja yang
mengutamakan kemampuan fisik, baik secara sementara atau
tetap dengan tujuan memperoleh pendapatan.
b. Pekerjaan dalam arti tertentu, yaitu pekerjaan yang
mengutamakan kemampuan fisik atau intelektual, baik dengan
sementara atau tetap dengan tujuan mengabdi
c. Pekerjaan dalam arti khusus yaitu pekerjaan dalam bidang
tertentu, mengutamakan kemampuan fisik dan intelektual, bersifat
tetap dengan tujuan memperoleh pendapatan.

Pekerjaan identik dengan melakukan suatu aktifitas dimana tujuan utama


aktifitas tersebut adalah untuk memperoleh penghasilan yang mana
penghasilan tersebut akan digunakan sebagai alat pemuas maupun
pemenuhan kebutuhan di bidang ekonomi, psikis maupun biologis.
Pekerjaan dalam arti luas adalah aktivitas utama yang dilakukan oleh
manusia. Dalam arti sempit, istilah pekerjaan digunakan untuk suatu

6
Prof. Abdulkadir Muhammad (2006), “Etika dan Tanggung Jawab Profesi”, halaman 57. “bekerja
merupakan kegiatan psikis atau fisik yang terintegrasi. Pekerjaan dapat dibedakan menjadi
beberapa bagian yakni (1) Menurut kemampuan, yaitu psikis dan intelektual; (2) kelangsungan,
yaitu sementara dan tetap (terus - menerus); (3) Lingkup, yaitu umum dan khusus (spesialisasi);
(4) tujuan, memperoleh pendapatan dan tanpa pendapatan.

19
tugas atau kerja yang menghasilkan uang bagi seseorang. Orang yang
melakukan pekerjaan dikenal dengan istilah pekerja. Berikut adalah
beberapa pendapat mengenai pekerja

a. Yayasan Obor Indonesia mengemukakan bahwa pekerja adalah


seorang yang mempunyai kompetensi profesional dalam pekerjaan
yang diperoleh melalui pendidikan formal atau pengalaman praktik di
berbagai sektor dengan motif upah.
b. Tara Kuther, Ph.D mengatakan bahwa pekerja adalah seorang
profesional, yang paling sering bekerja dengan orang dan membantu
mereka mengelola kehidupan sehari – hari, memahami dan
beradaptasi dengan lingkungan.

Dari pengertian tersebut, maka ada beberapa unsur yang bisa diambil
diantaranya adalah adanya pelaku (pekerja), aktifitas, kemampuan (fisik
dan psikis), intelegensi (pengetahuan), tujuan, upah. Jika ditelusuri lebih
dalam lagi, kita akan menemukan fakta tentang jangka waktu dari sebuah
pekerjaan sesuai dengan yang dipaparkan sebelumnya.

a. Pelaku : orang yang melakukan suatu perbuatan, atau


agent yang cenderung menjadi pemeran utama dalam sebuah
permasalahan (KBBI)
b. Aktifitas : Kegiatan melakukan sesuatu. Menurut Anton M.
Mulyono (2001 : 20) aktifitas adalah segala sesuatu yang dilakukan
atau kegiatan – kegiatan yang terjadi baik fisik maupun non fisik
c. Kemampuan : Menurut Mohammad Zain dalam Mizman Yusdi
(2010 : 10) mengatakan bahwa kemampuan merupakan
kesanggupan, kecakapan serta kekuatan untuk berusaha dengan diri
sendiri. Sedangkan menurut Robbin (2007 : 57), kemampuan adalah
kapasitas individu untuk melakukan berbagai aktifitas dalam suatu
pekerjaan yang lebih lanjut.
d. Pengetahuan : pemikiran yang didapatkan melalui proses praktek
menggunakan metode yang bersifat empiri mengenai suatu obyek
yang dikaji.

20
e. Tujuan : menurut tomy suprapto, tujuan merupakan
realisasi dari misi yang spesifik dan dapat dilakukan dalam jangka
waktu tertentu.
f. Upah : upah menurut Gitosudarmo adalah imbalan yang
diberikan oleh pemberi kerja, yang penerimaannya bersifat rutin,
konstan serta tetap.

3.2 Profesi
Profesi adalah kata serapan dari sebuah jata dalam bahasa Inggris
“Profess”, yang bermakna Janji untuk memenuhi kewajiban melakuakn
suatu tugas khusus secara tetap/permanen. Profesi sendiri memiliki arti
sebuah pekerjaan yang membutuhkan pelatihan dan penguasaan
terhadap suatu pengetahuan dan keahlian khusus. Istilah profesi telah
dimengerti oleh banyak orang bahwa suatu hal yang berkaitan dengan
bidang tertentu banyak orang yang bekerja tetapi belum tentu dikatakan
memiliki profesi yang sesuai. Tetapi dengan keahlian saja yang diperoleh
dari pendidikan kejuruan, juga belum cukup untuk menyatakan suatu
pekerjaan dapat disebut profesi. Tetapi perlu penguasaan teknik
intelektual yang merupakan hubungan antara teori dan penerapan dalam
praktek.atau jenis pekerjaan (occupation) yang sangat dipengaruhi oleh
pendidikan dan keahlian. Profesi berbeda dengan pekerjaan karena
memiliki mekanisme serta aturan yang harus dipenuhi sebagai suatu
ketentuan, sedangkan kebalikannya, pekerjaan tidak memiliki aturan yang
rumit seperti itu. Hal inilah yang harus diluruskan di masyarakat, karena
hampir semua orang menganggap bahwa pekerjaan dan profesi adalah
sama.

21
a. Ciri-Ciri Profesi
Secara umum ada beberapa ciri atau sifat yang selalu melekat
pada profesi, yaitu :

1. Adanya pengetahuan khusus, yang biasanya keahlian dan


keterampilan ini dimiliki berkat pendidikan, pelatihan dan
pengalaman yang bertahun-tahun.
2. Adanya kaidah dan standar moral yang sangat tinggi. Hal ini
biasanya setiap pelaku profesi mendasarkan kegiatannya pada
kode etik profesi.
3. Mengabdi pada kepentingan masyarakat, artinya setiap
pelaksana profesi harus meletakkan.
4. Izin khusus untuk kepentingan pribadi di bawah kepentingan
masyarakat.
5. Ada menjalankan suatu profesi. Setiap profesi akan selalu
berkaitan dengan kepentingan masyarakat, dimana nilai-nilai
kemanusiaan berupa keselamatan, keamanan, kelangsungan
hidup dan sebagainya, maka untuk menjalankan suatu profesi
harus terlebih dahulu ada izin khusus.
6. Kaum profesional biasanya menjadi anggota dari suatu profesi

b. Syarat-Syarat Profesi

1. Melibatkan kegiatan intelektual


2. Menggeluti suatu batang tubuh ilmu yang khusus
3. Memerlukan persiapan profesional yang alami dan bukan
sekedar latihan
4. Memerlukan latihan dalam jabatan yang berkesinambungan
5. Menjanjikan karir hidup dan keanggotaan yang permanen
6. Mementingkan layanan di atas keuntungan pribadi.
7. Mempunyai organisasi profesional yang kuat dan terjalin erat

22
8. Menentukan baku standarnya sendiri, dalam hal ini adalah
kode etik

Profesional adalah orang yang mempunyai profesi atau pekerjaan purna


waktu dan hidup dari pekerjaan itu dengan mengandalkan suatu keahlian
yang tinggi. Atau seorang profesional adalah seseorang yang hidup
dengan mempraktekkan suatu keahlian tertentu atau dengan terlibat
dalam suatu kegiatan tertentu yang menurut keahlian, sementara orang
lain melakukan hal yang sama sebagai sekedar hobi, untuk senang –
senang atau untuk mengisi waktu luang. Kaum profesional adalah orang-
orang yang memiliki tolak ukur perilaku yang berada di atas rata – rata.
Di satu pihak ada tuntutan dan tantangan yang sangat berat, tetapi di lain
pihak ada suatu kejelasan mengenai pola perilaku yang baik dalam
rangka kepentingan masyarakat. Seandainya semua bidang kehidupan
dan bidang kegiatan menerapkan suatu. Standar profesional yang tinggi,
bisa diharapkan akan tercipta suatu kualitas masyarakat yang semakin
baik. Karyawan Profesional adalah seorang karyawan yang digaji dan
melaksanakan tugas sesuai Juklak (Petunjuk Pelaksanaan) dan juknis
(Petunjuk Teknis) yang dibebankan kepada dia. Sangat wajar jika dia
mengerjakan tugas di luar Juklak dan Juknis dan meminta upah atas
pekerjaannya tersebut. Karena Profesional adalah terkait dengan
pendapatan, tidak hanya terkait dengan keahlian.

3.3 Hubungan Pekerjaan dan Profesi


profesi dapat dikatakan memiliki hubungan dengan pekerjaan karena
terletak pada bagian dalang lingkaran yang sama , namun tidak semua
pekerjaan dapat dikatakan sebagai profesi. Keduanya memiliki hubungan
yang erat pada bidang keahlian dan pendidikan serta pengalaman.
Jangka waktu merupakan kunci dan juga menjadi faktor yang
mempengaruhi profesi. Dikatakan demikian karena profesi membutuhkan
ketrampilan, kemampuan serta pengalaman yang semua itu ditetapkan
oleh jangka waktu. Sebagai contoh, staff administrasi adalah seorang
yang bisa saja berasal dari segala latar belakang pendidikan,

23
pengetahuan dan pengalaman sedangkan akuntan merupakan profesi
karena akuntan haruslah berpendidikan dan memiliki pengalaman kerja
beberapa tahun di kantor akuntan. Profesi memiliki cangkupan yang lebih
kongkrit jika dibandingkan dengan pekerjaan. Profesi membutuhkan
keahlian yang didasarkan pada pengalaman dan membutuhkan bukti
nyata tertulis maupun tidak tertulis (berupa pengakuan). Profesi
membutuhkan penguasaan teknik intelektual yang merupakan hubungan
antara teory penerapan dalam praktek.

24
25
26
BAB IV
PENUTUP

4.1 KESIMPULAN
Dewasa ini, kita sering menemui berbagai hal yang berkaitan dengan
kehidupan kita. Dalam bersosialiasi dibutuhkan suatu kode etik sebagai
manusia yang memiliki martabat dan harkat, faktor etika adalah faktor
terpenting dalam bersosialisasi dalam masyarakat. Etika sering dicitrakan
dalam perilaku setiap individu dan perilaku tersebut yang akan dipandang
dalam masyarakat sebagai indikator penilaian kepribadian. Membangun
sikap bertanggung jawab dalam pribadi setiap orang dan menjadikannya
sebagai seorang manusia dipandang sebagai mahluk yang beretika. Hal
tersebut membuktikan bahwa perbuatan manusia mencitrakan
kepribadiannya. Etika dan tanggung jawab merupakan dua indikator utama
dalam melakukan suatu pekerjaan atau profesi.

4.2 SARAN
Dalam bersosialisasi sangat dibutuhka etika, karena etika itu sendiri
merupakan faktor penentu masa depan kita. Orang sukses adalah orang
yang beretika, hal tersebut merupakan istilah yang sering dipakai untuk
menyadarkan manusia tentang arti pentingnya etika dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Sebagai negara yang pluralis,
sangat penting bagi kita untuk menjunjung tinggi kode etik sebagai
kontruksi dari sikap saling menghargai. Kita perlu menyadari arti penting
sikap saling menghargai dalam masyarakat dan memberikan peghargaan
atas perbedaan dalam hidup kita. .

4.3 DAFTAR PUSTAKA


Supriadi, 2006, Etika dan Tanggung Jawab Profesi di Indonesia, Palu; Sinar
Grafika.
Suriansyah Murhani, 2008, Etika Profesi Hukum, Yogjakkarta; LBM
Prof. Abintoro, 2015, Etika Profesi Hukum, Surabaya, LBJ
Prof. Abdulkadir, 2006, Etika Profesi Hukum, Bandung; PT. Citra Aditya
Bakti

27

Anda mungkin juga menyukai