Anda di halaman 1dari 2

Doa Agar Diselamatkan Dari Penyakit Kikir

muslim.or.id/10012-doa-agar-diselamatkan-dari-penyakit-kikir.html

Muhammad Abduh Tuasikal, MSc. 8/21/2012

Ada sebuah do’a sederhana yang jaami’ (singkat dan syarat makna) yang sudah sepatutnya kita
menghafalkannya karena amat bermanfaat. Do’a ini berisi permintaan agar kita terhindar dari penyakit hati yaitu
‘syuh’ (pelit lagi tamak) yang merupakan penyakit yang amat berbahaya. Penyakit tersebut membuat kita tidak
pernah puas dengan pemberian dan nikmat Allah Ta’ala, dan dapat mengantarkan pada kerusakan lainnya. Do’a
ini kami ambil dari buku “Ad Du’aa’ min Al Kitab wa As Sunnah ” yang disusun oleh Syaikh Dr. Sa’id bin Wahf Al
Qahthani hafizhahullah.

Do’a tersebut adalah,


‫ﱡ‬
‫اﻟَﻠﻬَّﻢ ِﻗِﻨﻲ ُﺷ َّﺢ َﻧْﻔِﺴﻲ َواْﺟَﻌﻠِْﻨﻲ ِﻣَﻦ اﻟُْﻤْﻔِﻠِﺤﯿَﻦ‬

/Allahumma qinii syuhha nafsii, waj’alnii minal muflihiin/


“Ya Allah, hilangkanlah dariku sifat pelit (lagi tamak), dan jadikanlah aku orang-orang yang beruntung ”

Do’a ini diambil dari firman Allah Ta’ala dalam surat Ath Taghabun ayat 16,

‫َوَﻣْﻦ ُﯾﻮَق ُﺷ َّﺢ َﻧْﻔِﺴِﻪ َﻓﺄُوَﻟِﺌَﻚ ُﻫُﻢ اﻟُْﻤْﻔِﻠُﺤﻮَن‬

“Dan barangsiapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, maka mereka itulah orang-orang yang beruntung”

Kosakata

“‫ ” اﻟﺸﺢ‬berarti bakhl (pelit) lagi hirsh (tamak/ rakus). Sifat inilah yang sudah jadi tabiat manusia sebagaimana Allah
berfirman,
‫ﱠ‬
‫َوُأْﺣِﻀَﺮِت اﻷﻧُْﻔُﺲ اﻟُﺸّﺢ‬

“Walaupun manusia itu menurut tabiatnya kikir” (QS. An Nisa’: 128).

“‫ ”اﻟﻔﻼح‬artinya beruntung dan menggapai harapan. Yang dimaksudkan al falah (beruntung/menang) ada dua
macam yaitu al falah di dunia dan di akhirat. Di dunia yaitu dengan memperoleh kebahagiaan dengan hidup yang
menyenangkan. Sedangkan kebahagiaan di akhirat yang paling tinggi adalah mendapat surga Allah.

Kandungan Do’a

Do’a ini berisi hal meminta berlindung dari sifat-sifat jelek yang biasa menimpa manusia yaitu penyakit “ syuh”
yakni pelit dan tamak pada dunia. Orang yang memiliki sifat jelek ini akan terlalu bergantung pada harta
sehingga enggan untuk berinfak atau mengeluarkan hartanya di jalan yang wajib atau pun di jalan yang
disunnahkan. Bahkan sifat “syuh” ini dapat mengantarkan pada pertumpahan darah, menghalalkan yang haram,
berbuat zhalim, dan berbuat fujur (tindak maksiat). Sifat ini “syuh” ini benar-benar akan mengantarkan pada
kejelekan, bahkan kehancuran di dunia dan akhirat. Oleh karena Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
memperingatkan adanya penyakit “syuh” ini dan beliau menjelaskan bahwa penyakit itulah sebab kehancuran.
Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda,
‫ﱠ‬ ‫ﱠ‬
‫ َوَأَﻣَﺮُﻫْﻢ ِﺑﺎﻟُْﻔُﺠﻮِر َﻓَﻔَﺠُﺮوا‬،‫ َوَأَﻣَﺮُﻫْﻢ ِﺑﺎﻟُْﺒْﺨِﻞ َﻓَﺒِﺨُﻠﻮا‬،‫ َأَﻣَﺮُﻫْﻢ ِﺑﺎﻟَْﻘِﻄﯿَﻌِﺔ َﻓَﻘَﻄُﻌﻮا‬:‫ َﻓِﺈ َّن اﻟُﺸّﺢ َأْﻫَﻠَﻚ َﻣْﻦ َﻛﺎَن َﻗْﺒَﻠُﻜْﻢ‬،‫َوِإَﯾﱡﺎﻛْﻢ َواﻟُﺸّﺢ‬

“Waspadalah dengan sifat ‘syuh’ (tamak lagi pelit) karena sifat ‘syuh’ yang membinasakan orang-orang sebelum
kalian. Sifat itu memerintahkan mereka untuk bersifat bakhil (pelit), maka mereka pun bersifat bakhil. Sifat itu
memerintahkan mereka untuk memutuskan hubungan kekerabatan, maka mereka pun memutuskan hubungan
kekerabatan. Dan Sifat itu memerintahkan mereka berbuat dosa, maka mereka pun berbuat dosa” (HR. Ahmad

1/2
2/195. Dikatakan Shahih oleh Syaikh Al Arnauth)

Sufyan Ats Tsauri pernah mengatakan, “Aku pernah melakukan thawaf mengelilingi Ka’bah. Kemudian aku
melihat seseorang berdo’a ‘Allahumma qinii syuhha nafsii’, dia tidak menambah lebih dari itu. Kemudian aku
katakan padanya, ‘Jika saja diriku terselamatkan dari sifat ‘syuh’, tentu aku tidak akan mencuri harta orang, aku
tidak akan berzina dan aku tidak akan melakukan maksiat lainnya’. Laki-laki yang berdo’a tadi ternyata adalah
‘Abdurrahman bin ‘Auf, seorang sahabat yang mulia. (Dibawakan oleh Ibnu Katsir pada tafsir Surat Al Hasyr ayat
10).

Lalu bagian do’a yang terakhir,

‫َواْﺟَﻌﻠِْﻨﻲ ِﻣَﻦ اﻟُْﻤْﻔِﻠِﺤﯿَﻦ‬

/Waj’alnii minal muflihiin/


“Ya Allah, dan jadikanlah aku orang-orang yang beruntung“.

Maksud do’a ini adalahb jadikanlah orang-orang yang beruntung di dunia dan akhirat. Jika ia telah mendapakan
hal ini, itu berarti ia telah mendapatkan seluruh permintaan dan selamat dari segala derita.

[Tulisan ini disarikan dari kitab “Syarh Ad Du’a minal Kitab was Sunnah lisy Syaikh Sa’id bin Wahf Al Qahthani ”.
Pensyarh: Mahir bin ‘Abdul Humaid bin Muqaddam]

Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal


Artikel Muslim.Or.Id

Dukung pendidikan Islam yang berdasarkan Al Qur'an dan As Sunnah sesuai dengan pemahaman salafus shalih
dengan mendukung pembangunan SDIT YaaBunayya Yogyakarta http://bit.ly/YaaBunayya
Kisah Hasan Al Bashri Yang Menikah Dengan Jin , Tata Cara Mandi Yang Benar Menurut Agama Islam , Syarat Syarat
Jadi Da'i, Berdagang Dengan Jujur, Hukum Memakai Cadar Dan Berlaku Untuk Siapa , Kiat Mencari Pemimpin Islam,
Apakah Tobat Itu Harus Ada Saksi , Bolehkah Menaikan Harga Lebih Tinggi Dalam Jual Beli Kredit , Rumus Menghitung
Warisan, Dalil Dzikir Memutuskan Dan Menyambung Salam , Maha Kaya Dan Maha Pemberi, Contoh Hadits Singkat Yang
Ada Matan / Sanad Dan Rawi, Akidah Akhlak Tentang Narkoba , Bagaimana Takut Allah , Sifat Hati Yang Hancur, Islam
Melawan Yahudi, Dalil Naqli Tentang Pentingnya Ikhlas Dalam Perbuatan , Cara Membaca Quran Kitab Gundul , Hukum
Menggerakan Jari Telunjuk Ketika Sholat, Salaf Hukum Memakan Cacing

© 2015 Yayasan Pendidikan Islam Al Atsary, Yogyakarta

Kembali ke atas

2/2

Anda mungkin juga menyukai