Anda di halaman 1dari 2

JUDUL (Bisa Berubah) : Kearifan Lokal Dalam Arsitektur Rumah Tongkonan Suku Toraja

LATAR BELAKANG
---Secara umum arsitektur tradisional terbentuk dari pemikiran kelompok masyarakat dalam
bentuk kearifan lokal dan tradisi yang diturunkan oleh nenek moyang masing-masing komunitas
dari setiap suku bangsa, yang dipengaruhi oleh akal dan pikiran (local genius) dan alam lingkungan
sekitar di mana komutitas tradisional itu berada. Setiap komunitas akan berusaha untuk
mempertahankan alam sekitar mereka sebagai sumber kehidupan, serta berusaha memelihara alam
lingkungan berdasarkan kearifan lokal yang mereka miliki, sehingga produk arsitektur tradisional
yang mereka bangun umumnya menyatu dengan alam. Selain dari pada itu, juga terkadang
dipengaruhi oleh memori masa lampau yaitu nilai-nilai budaya sebelumnya yang dibawa dari
daerah asal yang kemudian diekspessikan dalam arsitektur pemukimannya atau ornamen pada
rumah-rumah tradisional mereka. Hal yang sama juga berlaku bagi arsitertur toraja.
---Disini akan dicoba untuk diteliti, sejauh mana nilai dan kearifan lokal suku toraja berpengaruh
terhadap arsitektur yang ada disana.
---Tongkonan berasal dari kata Tongkon yang berarti 'tempat duduk', Dahulu Tongkonan adalah
pusat pemerintahan, kekuasaan adat dan perkembangan kehidupan sosial budaya masyarakat Tana
Toraja. Tongkonan tidak bisa dimiliki oleh perseorangan, melainkan dimiliki secara turun-temurun
oleh keluarga atau marga suku Tana Toraja. Dengan sifatnya yang demikian, Tongkonan dapat
diartikan beberapa fungsi, antara lain pusat budaya, pusat pembinaan keluarga, pembinaan pera-
turan keluarga dan kegotongroyongan, pusat dinami-sator, motivator dan stabilisator sosial,
sehingga fungsi Tongkonan tidaklah sekedar sebagi tempat untuk duduk bersama, lebih luas lagi
meliputi segala aspek kehidupan (Lullulangi dkk. 2017).
---Pada jaman dahulu, berdasarkan cerita para leluhur Tongkonan dibangun dengan dasar penghor-
matan masyarakat Toraja terhadap Puang Matua. Adapun kepercayaan ini dinamakan kepercayaan
Aluk Todolo. Dengan demikian, dalam membuat Tongkonan perlu dipikirkan seni spiritual
menurut pandangan hidup masyarakat Toraja pada kepercayaan Aluk Todolo.
Sebagaimana ajaran Aluk Tadolo yang membagi alam raya menjaditiga bagian (dunia atas, dunia
tengah, dan dunia bawah), susunan bentuk rumah Tongkonan secara vertical ini juga terpengaruh
dari kepercayaan ini.
a. Atap dan bagian muka, terutama bagian ber-bentuk segitiga dari dinding muka dinamakan
sondong para atau lido puang (wajah dari dewa-dewa), melambangkan Dunia Atas
b. Dunia Tengah, dunia dari manusia; bagian muka sebelah utara paling berhubungan dengan
„bagian dari matahari terbit‟ (untuk upacara di bagian timur)
c. Dunia bawah: Sama seperti Pong Tulak Padang memegang dunia di atas, jadi rumah disangga
dengan jiwa yang tinggal dalam Bumi (menurut beberapa orang Toraja, Tulak Padang sendiri yang
menyangga rumah) (stephany, 2009).
---Banua tongkonan selalu dibangun menghadap utara, yang dihubungkan dengan arah sang
pencipta, yaitu Puang Matua. Arah selatan dihubungkan dengan nenek moyang dan dunia
kemudian atau puya. Arah timur dihubungkan dengan kedewaan (deata). Sementara itu, arah barat
dikenal sebagai nenek moyang yang didewakan. Dan penataan ruang di tongkonan ini sendiri
sangat dipengaruhi oleh arah-arah dari kepercayaan Aluk Todolo pula.
---Dinding tongkonan yang terbuat dari kayu dipenuhi dengan hiasan ukiran. Banyak sekali motif
ukiran yang dibuat oleh suku Toraja. Setiap ukiran memiliki nama khusus. Motif ukiran ada
bermacam-macam, seperti hewan, tumbuhan, bentuk geometri, benda di langit, cerita rakyat, dan
lain-lain. Ukiran-ukiran tersebut mengandung makna dan nilai-nilai kehidupan yang berhubungan
erat dengan falsafah hidup orang Toraja. Contoh: 1. Pa’tedong Yang berbentuk seperti bagian
muka seekor kerbau. Ukiran ini melambangkan kesejahteraan bagi masyarakat Toraja. 2. Pa’ Barre
Allo Pa’ barre allo berasal dari kata barre (terbit/bulat) dan allo (matahari). Bentuknya seperti
bulatan matahari. Ukiran ini melambangkan kepercayaan bahwa sumber kehidupandan segala
sesuatu yang ada di dunia berasal dari Puang Matua (Tuhan Yang Mahaesa) dan pemilik
tongkonan berkedudukan paling tinggi dan mulia (rahayu, 2017).
REFERENSI:
Mithen Lullulangi, Onesimus Sampebua,Elisaberth Rambulangi. 2017. Arsiteltur Tradisonal
Ramah Lingkungan. Gowa: Gunadarma Ilmu.
Rahayu, Weni. 2017. Tongkonan Mahakarya Arsitektur Tradisional Suku Toraja. Jakarta: Badan
Pengembangan dan Pembinaan Bahasa.
Stephany, Shandra. 2009. "Transformasi Tatanan Ruang dan Bentuk Pada Interior Tongkonan Di
Tana Toraja Sulawesi Selatan." DIMENSI INTERIOR 28-39.

Anda mungkin juga menyukai