Anda di halaman 1dari 25

PENELITIAN MANFAAT SALIVA SEBAGAI

ALTERNATIF PENYEMBUHAN LUKA

2018/2019
LEMBAR PENGESAHAN

Judul : “Penelitian Manfaat Saliva sebagai Alternatif Penyembuhan Luka”

Penulis :
Disetujui oleh :

, Agustus 2018

Guru Pembimbing,

Mengetahui,

KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya, sehingga penulisan karya tulis
ilmiah dengan judul “Penelitian Manfaat Saliva sebagai Alternatif Penyembuhan
Luka” dapat terselesaikan.
Dalam Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini, tanpa disadari sepenuhnya masih
berada dalam taraf belajar. Untuk itu, tidak menutup kemungkinan untuk terdapat
kesalahan maupun kekurangan. Sehubungan dengan hal tersebut, penulis
mengharapkan saran dan kritikan dari semua pihak demi kesempurnaan penulisan
karya tulis ilmiah berikutnya.

Selanjutnya, perlu penulis sampaikan bahwa dalam penyusunan karya tulis


ilmiah ini penulis banyak mendapat bantuan dari beberapa pihak. Untuk itu
penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Orang tua penulis yang turut serta memberi dukungan do’a


dalam kelancaran penyusunan karya tulis ini
2. Teman-teman yang telah membantu dalam penyusunan karya
tulis ini
3. Dan semua pihak yang telah membantu dan memberi
dukungan, serta doa demi kelancara penyusunan karya tulis ini.

Harapan penulis, semoga penyusunan karya tulis ilmiah ini dapat memberi
manfaat bagi kita semua, dan bagi para generasi muda agar dapat berkreasi lagi
dalam memanfaatkan Sumber Daya Alam yang ada, serta dapat menjaga maupun
melindunginya dengan baik.

Probolinggo, 5 September 2018

Penulis
ABSTRAK

Kata Kunci : Saliva, Luka.

Dalam kehidupan sehari-hari manusia banyak melakukan aktivitas yang memungkinkan


manusia untuk terluka. Luka tersebut membutuhkan obat atau suplemen untuk mempercepat
penyembuhannya. Upaya penyembuhan tersebut sudah dilakukan oleh manusia dengan mencari
obat yang aman, murah, dan ampuh dalam mempercepat penyembuhan luka. Dalam upaya
penyembuhan luka, banyak orang yang masih belum menyadari bahwa ada organ tubuh manusia
yang menghasilkan zat yang dapat bermanfaat untuk membantu penyembuhan luka diri sendiri.
Organ tersebut yaitu mulut. Mulut mensekresi saliva atau yang sering kita sebut air liur. Saliva
tersebut dapat bermanfaat dalam proses penyembuhan luka. Saliva telah terbukti manfaatnya
dalam menyembuhkan luka. Kandungannya yang alami membuat saliva mudah atau aman untuk
digunakan langsung pada kulit. Adapun cara mengaplikasikan saliva pada luka, yaitu pertama,
bersihkan luka supaya higienis untuk mengurangi kemungkinan terjadinya infeksi. Kedua, oleskan
saliva pada luka yang sudah bersih. Ketiga, lakukan kegiatan 1 dan 2 setiap hari agar saliva
bekerja dengan baik untuk menyembuhkan luka. Selain pada manusia, hewan mamalia juga dapat
menyembuhkan luka pada tubuhnya dengan memanfaatkan salivanya sendiri. Mereka
mengaplikasikannya dengan cara menjilati tubuhnya yang terkena luka. Penulis telah melakukan
pengamatan saliva dijadikan sebagai obat penyembuhan luka yang dibandingkan dengan bahan
lainnya.

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................ i

LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................. ii

KATA PENGANTAR ..................................................................................... iii

ABSTRAK ....................................................................................................... v

DAFTAR ISI .................................................................................................... vi

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... viii

DAFTAR TABEL ............................................................................................ ix


BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang................................................................................. 1


1.2 Rumusan Masalah ............................................................................. 2
1.3 Tujuan Penelitian .............................................................................. 2
1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................ 2

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1 Saliva
2.1.1 Pengertian dan Fungsi Saliva .................................................... 4
2.1.2 Anatomi Kelenjar Saliva ........................................................... 5
2.1.3 Faktor yang Mempengaruhi Laju Aliran Saliva ....................... 5
2.2 Luka
2.2.1 Pengertian Luka ........................................................................ 6
2.2.2 Klasifikasi Luka ........................................................................ 6

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian


3.1.1 Jenis Penelitian......................................................................... 8
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian
3.2.1 Waktu Penelitian...................................................................... 8
3.2.2 Tempat Penelitian..................................................................... 8
3.3 Populasi dan Sampel
3.3.1 Pengertian Populasi.................................................................. 9
3.3.2 Pengertian Sampel.................................................................... 9
3.4 Instrumen Penelitian
3.4.1 Alat Penelitian.......................................................................... 9
3.4.2 Bahan Penelitian....................................................................... 9
3.5 Prosedur Penelitian
3.5.1 Persiapan.................................................................................. 10
3.5.2 Pelaksanaan.............................................................................. 10
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Alasan Saliva dipilih sebagai Objek Penelitian.............................. 11


4.2 Alasan Saliva dapat Menyembuhkan Luka..................................... 11
4.3 Cara Memanfaatkan Saliva sebagai Alternatif Penyembuhan
Luka................................................................................................. 13

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan...................................................................................... 14
5.2 Saran................................................................................................ 14

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................... 15

BIODATA....................................................................................................... 16

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Anatomi Kelenjar Saliva......................................................... ..... 5


DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Tabel Rancangan untuk Menuliskan Hasil Pengamatan Penyembuhan


Luka pada Kelinci............................................................................ 12

Tabel 4.1 Tabel Hasil Pengamatan Penyembuhan Luka pada Kelinci............. 14


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam kehidupan sehari-hari manusia banyak melakukan aktivitas yang
memungkinkan manusia untuk terluka. Luka tersebut membutuhkan obat atau
suplemen untuk mempercepat penyembuhannya. Upaya penyembuhan tersebut
sudah dilakukan oleh manusia dengan mencari obat yang aman, murah, dan
ampuh dalam mempercepat penyembuhan luka.
Dalam upaya penyembuhan luka, banyak orang yang masih belum
menyadari bahwa ada organ tubuh manusia yang menghasilkan zat yang dapat
bermanfaat untuk membantu penyembuhan luka diri sendiri. Organ tersebut yaitu
mulut. Mulut mensekresi saliva atau yang sering kita sebut air liur. Saliva
tersebut dapat bermanfaat dalam proses penyembuhan luka.
Saliva adalah suatu cairan oral yang kompleks dan tidak berwarna yang
terdiri atas campuran sekresi dari kelenjar ludah besar dan kecil yang ada pada
mukosa oral. Saliva dapat disebut juga kelenjar ludah atau kelenjar air liur. Semua
kelenjar ludah mempunyai fungsi untuk membantu mencerna makanan dengan
mengeluarkan suatu sekret yang disebut “salivia” (ludah atau air liur).
Pembentukan kelenjar ludah dimulai pada awal kehidupan fetus (4 – 12 minggu)
sebagai invaginasi epitel mulut yang akan berdiferensiasi ke dalam duktus dan
jaringan asinar.
Didalam air liur atau air ludah terkandung zat yang dapat membantu
proses penyembuhan luka pada manusia yang disebut dengan Histatin.
Histatin adalah protein yang dihasilkan oleh air liur yang dipercaya dapat
membunuh bakteri-bakteri jahat pada luka. Fakta ini juga menjawab mengapa
luka pada mulut, seperti luka setelah pencabutan gigi dapat sembuh lebih cepat
dibandingkan dengan luka pada kulit atau tulang.
Air liur juga berfungsi untuk membantu proses pencernaan makanan di
dalam mulut seperti membersihkan makanan dan sel-sel mati di dalam mulut,
mengikat makanan menjadi bola sehingga dapat ditelan, membersihkan makanan
yang tersisa dan bakteri dari gigi, mencegah lapisan rongga mulut menjadi kering,
menghancurkan atau mencegah pertumbuhan jamur di dalam mulut, menetralisir
asam dari makanan yang dimakan, dan membantu menumbuhkan enamel gigi
yang rusak karena kalsium dan kadar phospor. Dan masih banyak lagi manfaat
ludah bagi kesehatan manusia.
Manfaat dari saliva dijadikan sebagai obat alternatif penyembuhan luka
yaitu agar masyarakat mengetahui kandungan yang terdapat dalam saliva sehingga
dapat dijadikan alternatif penyembuhan luka yang praktis, murah, dan sesuatu
yang baru bagi mereka. Luka yang dimaksud seperti jerawat, luka pada penderita
diabetes, dan luka lainnya yang sulit untuk sembuh. Sehingga hal itu mendorong
penulis untuk menyusun karya ilmiah remaja dengan judul “Penelitian Manfaat
Saliva sebagai Alternatif Pemyembuhan Luka”.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Mengapa saliva dipilih sebagai objek penelitian?
1.2.2 Mengapa saliva dapat menyembuhkan luka?
1.2.3 Bagaimana cara memanfaatkan saliva sebagai alternatif penyembuhan
luka?
1.3 Tujuan Penelitian

Yang ingin penulis ketahui dari penilitian ini adalah

1.3.1 Untuk mengetahui alasan saliva dipilih sebagai objek penelitian.


1.3.2 Untuk mengetahui alasan saliva dapat menyembuhkan luka.
1.3.3 Untuk mengetahui cara memanfaatkan saliva sebagai alternatif
penyembuhan luka.

1.4 Manfaat Penelitian

Dengan memanfaatkan zat yang terkandung dalam saliva sebagai alternatif


penyembuhan luka, maka akan memperoleh beberapa manfaat antara lain :

1.4.1 Bagi Peneliti


Penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan dalam
memanfaatkan zat yang terkandung dalam saliva.
1.4.2 Bagi Pembaca
Penelitian ini dapat memberikan informasi tentang manfaat saliva
sebagai alternatif penyembuhan luka.
1.4.3 Bagi Masyarakat
Manfaat dari penelitian ini adalah masyarakat dapat memanfaatkan
zat yang terkandung dalam saliva sebagai alternatif penyembuhan luka
yang praktis dan murah.
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Saliva

2.1.1 Pengertian dan Fungsi Saliva

Saliva adalah suatu cairan tidak bewarna yang memiliki konsistensi


seperti lendir dan merupakan hasil sekresi kelenjar yang membasahi gigi serta
mukosa rongga mulut. Saliva dihasilkan oleh tiga pasang kelenjar saliva mayor
serta sejumlah kelenjar saliva minor yang tersebar di seluruh rongga mulut,
kecuali pada gingiva dan palatum.

Berikut adalah fungsi-fungsi saliva :


1. Menjaga kelembaban dan membasahi rongga mulut.
2. Melumasi dan melunakkan makanan sehingga memudahkan proses
menelan dan mengecap rasa makanan.
3. Membersihkan rongga mulut dari sisa-sisa makanan, sisa sel dan bakteri,
sehingga dapat mengurangi akumulasi plak gigi dan mencegah infeksi.
4. Menghambat proses dekalsifikasi dengan adanya pengaruh buffer yang
dapat menekan naik turunnya derajat keasaman (pH).

Dalam 24 jam, kelenjar-kelenjar saliva dapat mensekresi kira-kira 1


sampai 1,5 liter. Saliva disekresi karena adanya rangsangan, baik secara langsung
oleh ujung-8 ujung saraf yang ada di mukosa mulut maupun secara tidak langsung
oleh rangsangan mekanis, termis, kimiawi, psikis atau olfaktori.7,9,14 Rangsang
mekanik merupakan rangsang utama untuk meningkatkan sekresi saliva. Sel-sel
plasma dalam kelenjar saliva menghasilkan antibodi, terutama dari kelas
Immunoglobulin A (IgA) yang ditransportasikan ke dalam saliva. Selain antibodi,
saliva juga mengandung beberapa jenis enzim antimikrobial seperti lisozim,
laktoferin dan peroksidase serta beberapa komponen seperti growth factor, yang
berguna untuk menjaga kesehatan dari jaringan luka mulut dan dapat membantu
proses pencernaan, khususnya karbohidrat.

2.1.2 Anatomi Kelenjar Saliva

Saliva dihasilkan oleh kelenjar saliva yang terdiri atas sepasang kelenjar
saliva mayor serta beberapa kelenjar saliva minor. Kelenjar saliva mayor terdiri
dari kelenjar parotis, submandibularis, dan sublingualis. Kelenjar parotis
merupakan kelenjar saliva terbesar, terletak bilateral di depan telinga antara
ramus mandibularis dan processus mastoideus dengan bagian yang meluas ke
muka di bawah lengkung zigomatik. Kelenjar submandbularis merupakan
kelenjar saliva terbesar kedua yang terletak pada dasar mulut di bawah korpus
mandibula. Salurannya bermuara melalui lubang yang terdapat di samping
frenulum lingualis. Kelenjar sublingualis adalah kelenjar saliva mayor terkecil
dan terletak paling dalam, pada dasar mulut antara mandibula dan otot
genioglossus. Masing-masing kelenjar sublingualis sebelah kanan dan kiri bersatu
untuk membentuk massa kelenjar di sekitar frenulum lingualis.159 Kelenjar saliva
minor terdiri dari kelenjar lingualis, bukalis, labialis, palatinal, dan
glossopalatinal. Kelenjar-kelenjar ini berada di bawah mukosa dari bibir, lidah,
pipi, serta palatum.

Gambar 2.1. Anatomi Kelenjar Saliva

2.1.3 Faktor yang Mempengaruhi Laju Aliran Saliva

Laju aliran saliva mengalami perubahan karena beberapa faktor berikut :

1. Derajat hidrasi
Derajat hidrasi atau cairan tubuh merupakan faktor yang paling penting
karena apabila cairan tubuh berkurang 8% maka kecepatan aliran saliva
berkurang hingga mencapai nol. Sebaliknya hiperhidrasi akan
meningkatkan kecepatan aliran saliva. Pada keadaan dehidrasi, saliva
menurun hingga mencapai nol.
2. Posisi tubuh
Posisi tubuh dalam keadaan berdiri merupakan posisi dengan kecepatan
aliran saliva tertinggi bila dibandingkan dengan posisi duduk dan
berbaring. Pada posisi berdiri, laju aliran saliva mencapai 100%, pada
posisi duduk 69% dan pada posisi berbaring 25%.
3. Paparan cahaya
Paparan cahaya mempengaruhi laju aliran saliva. Dalam keadaan gelap,
laju aliran saliva mengalami penurunan sebanyak 30-40%.
4. Irama siang dan malam
Laju aliran saliva memperlihatkan irama yang dapat mencapai puncaknya
pada siang hari dan menurun saat malam hari.15
5. Obat
Penggunaan atropin dan obat kolinergik seperti antidepresan trisiklik,
antipsikotik, benzodiazepin, atropin, β-blocker dan antihistamin dapat
menurunkan laju aliran saliva
6. Usia
Laju aliran saliva pada usia lebih tua mengalami penurunan, sedangkan
pada anak dan dewasa laju aliran saliva meningkat.
7. Efek psikis
Efek psikis seperti berbicara tentang makanan dan melihat makanan dapat
meningkatkan laju aliran saliva. Sebaliknya, berfikir makanan yang tidak
disukai dapat menurunkan sekresi saliva.
8. Jenis Kelamin
Laju aliran saliva pada pria lebih tinggi daripada wanita meskipun
keduanya mengalami penurunan setelah radioterapi. Perbedaan ini
disebabkan oleh karena ukuran kelenjar saliva pria lebih besar daripada
kelenjar saliva wanita.

2.2 Luka

2.2.1 Pengertian Luka

Luka adalah rusaknya struktur dan fungsi anatomis normal akibat proses
patologis yang berasal dari nternal maupun eksternal dan mengenai organ tertentu
(Pery, 205). Luka adalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan atau
tubuh.Keadan ini dapat disebabkan oleh trauma benda tajam atau tumpul,
perubahan suhu, zat kimia, ledakan, sengatan listrik, gigitan hewan dl (De Jong,
204).

2.2.2 Klasifikasi Luka

Luka dapat diklasifikasikan antara lain:

Berdasarkan tingkat kontaminasi


1. Clean Wounds (Luka bersih), yaitu luka bedah tak terinfeksi yang mana
tidak terjadi proses peradangan (inflamasi) dan infeksi pada2 sistem
pernafasan, pencernan, genital dan urinary tidak terjadi. kemungkinan
terjadinya infeksi luka sekitar 1% - 5%.
2. Clean-contamined Wounds (Luka bersih terkontaminasi), merupakan luka
pembedahan dimana saluran respirasi, pencernan, genital atau perkemihan
dalam kondisi terkontrol, kontaminasi tidak selalu terjadi, kemungkinan
timbulnya infeksi luka adalah 3% - 1%.
3. Contamined Wounds (Luka terkontaminasi), termasuk luka terbuka, fresh,
luka akibat kecelakan dan operasi dengan kerusakan besar dengan teknik
aseptik atau atau kontaminasi dari saluran cerna, pada kategori ini juga
termasuk insisi akut, inflamasi nonpurulen. Kemungkinan infeksi luka
10% - 17%.
4. Dirty or Infected Wounds (Luka kotor atau infeksi), yaitu luka yang
terinfeksi oleh mikrorganisme (De Jong, 2004). Kontaminasi luka pasca
bedah jarang terjadi, kebanyakan kontaminasi pasca operasi terjadi selama
pembedahan sehinga dapat di katakan bahwa umumnya infeksi berasal
dari operasinya. Dalam hal itu, terdapat factor penyebab dari penderita
maupun dari pihak teknik penanganan. Faktor penyebab infeksi dari pihak
penderita ditentukan oleh jenis operasi yang dijalani (De Jong, 2004).

Secara umum, resiko terjadinya infeksi luka operasi dipengaruhi oleh


keterampilan dokter bedah, penyakit yang diderita pasien (contohnya diabetes,
obesitas) atau usia tua, serta waktu pemberian antibiotic profilaksis yang kurang
tepat (Burke, 2003; Braunwarld , 2008).
BAB III

METODE PENELITIAN
3.1 Rancangan Penelitian

3.1.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian


observasi dan eksperimen, dimana penulis mengobservasi atau mengamati dan
melakukan percobaan secara langsung, khususnya dalam pemanfaatan saliva
sebagai alternatif pemyembuhan luka.

Dalam penelitian ini, menggunakan metode kualitatif. Tujuannya adalah


untuk melihat kualitas hasil penyembuhan luka oleh saliva terhadap objek yang
diteliti. Objek tersebut adalah luka pada kelinci. Teknik yang peneliti lakukan
untuk mendapatkan hasil penilitian yaitu dengan cara melakukan pengobatan pada
luka kelinci menggunakan berbagai jenis bahan penyembuh luka. Bahan-bahan
tersebut yaitu air garam, bubuk Yunnan baiyao (bubuk penyembuh luka), dan
saliva. Dari ketiga sampel tersebut peneliti mendapatkan hasil penelitian yang
menunjukkan bahan altenatif penyembuh luka dengan kualitas terbaik.

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian

3.2.1 Waktu Penelitian

Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilaksanakan pada hari Jumat, 24


Agustus 2018 pukul 09.00 WIB. Sedangkan untuk eksperimen penelitian
dilaksanakan pada tanggal 25 Agustus sampai 8 September 2018.

3.2.2 Tempat Penelitian

Penulis melakukan penelitian di Jalan Mastrip Perumnas Blok C No 11.

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Pengertian Populasi

Populasi adalah sekelompok orang, benda, atau hal yang menjadi sumber
pengambilan sampel; suatu kumpulan yang memenuhi syarat tertentu dengan
masalah penelitian. Populasi yang diambil penulis adalah kelinci yang dipelihara
oleh tetangga si peneliti, yang bertempat di Jalan Mastrip Perumnas Blok D No
12.

3.3.2 Pengertian Sampel

Sampel adalah sesuatu yang digunakan untuk menunjukkan sifat suatu


kelompok yang lebih besar. Dalam penelitian ini, sampel penelitian adalah 3 ekor
kelinci yang berusia, berjenis, dan memiliki kondisi kesehatan yang sama.
3.4 Instrumen Penelitian

3.4.1 Alat Penelitian

Alat-alat yang diperlukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Kandang kelinci (3)

b. Wadah pakan kelinci (3)

c. Sarung tangan (2 pasang)

d. Wadah obat (3)

3.4.2 Bahan Penelitian

Bahan-bahan yang diperlukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Kelinci yang berusia, berjenis, dan memiliki kondisi kesehatan yang sama (3)

b. Pakan kelinci (3)

c. Saliva kelinci

d. Bubuk Yunnan baiyao (bubuk penyembuh luka)

e. Air garam

3.5 Prosedur Penelitian

3.5.1 Persiapan

Persiapan yang dilakukan untuk pelaksanaan penelitian ini adalah sebagai


berikut :

a. Mempersiapkan semua alat yang diperlukan dalam penelitian ini

b. Mempersiapkan semua bahan yang diperlukan dalam penelitian ini

3.5.2 Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan adalah segala sesuatu yang dilakukan untuk
memperoleh data-data. Adapun pelaksanaan yang dilakukan adalah sebagai
berikut :

a. Bagi kelinci menjadi tiga kelompok sesuai obat yang akan dioleskan pada
lukanya.

b. Kelompok 1 dioleskan air garam, kelompok 2 dioleskan bubuk Yunnan baiyao,


dan kelompok 3 dioleskan saliva kelinci itu sendiri.

c. Setelah kelinci-kelinci tersebut diolesi jenis obatnya masing-masing, letakkan


kembali kelinci pada kandangnya masing-masing.

d. Tunggu hasil dari reaksi penyembuhan luka selama 20 hari.

e. Selama menunggu hasil penyembuhan luka, kelinci harus selalu diberi makan
secara teratur untuk membantu proses penyembuhan pada luka kelinci.

f. Amati luka kelinci setiap hari untuk mengetahui waktu yang dibutuhkan
masing-masing obat dalam meyembuhkan luka.

g. Catat data hasil pengamatan tersebut.

Tabel 3.1 berikut adalah tabel rancangan untuk menuliskan hasil pengamatan
penyembuhan luka pada kelinci.

Hari Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3


ke- (Air garam) (Yunnan baiyao) (Saliva)
1. Luka awal Luka awal Luka awal
2. - - -
3. - - -
4. - - -
5. - - Mulai terlihat adanya
perubahan pada luka
6. - - -
7. - Mulai terlihat adanya -
perubahan pada luka
8. - - Luka mulai tertutup
9. - - -
10. Mulai terlihat adanya - -
perubahan pada luka
11. - Luka mulai tertutup Luka semakin tertutup
12. - - -
13. - - -
14. Luka mulai tertutup Luka semakin tertutup -
15. - - Luka tertutup dengan
kulit baru yang bersih
dan tidak ada sel yang
bengkak
16. - - -
17. - Luka tertutup dengan -
kulit baru tetapi kurang
bersih hasilnya
18. - - -
19 - - -
20. Luka tertutup dengan kulit - -
baru tetapi terdapat sel
yang bengkak
Tabel 3.1 Tabel Rancangan untuk menuliskan hasil pengamatan penyembuhan luka pada kelinci.

BAB IV

HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Alasan Saliva Dipilih sebagai Objek Penelitian


Aktivitas sehari-hari manusia sangat beragam. Beberapa diantaranya dapat
menjadi penyebab kulit manusia terluka. Kulit adalah organ tubuh terluar yang
mudah terkena luka, sehingga kulit menghasilkan antibodi untuk menyembuhkan
luka. Namun terkadang antibodi tersebut tidak mampu menyembuhkan luka
dengan cepat, sehingga dibutuhkan bantuan dari luar juga. Bantuan tersebut
adalah berupa obat. Obat yang sering digunakan oleh manusia biasanya
mengandung zat kimia sintetis. Padahal ada obat alami yang juga dapat digunakan
untuk penyembuhan luka yaitu saliva.
Saliva dipilih sebagai objek penelitian karena manfaatnya untuk
membantu proses penyembuhan luka sangat baik. Namun, banyak orang yang
belum mengetahui manfaat dari saliva tersebut. Selain sebagai obat alami, saliva
juga mudah didapatkan dan tidak membutuhkan biaya untuk mendapatkannya.
Sehingga saliva sangat cocok untuk dijadikan objek penelitian untuk alternatif
penyembuhan luka.

4.2 Alasan Saliva Dapat Menyembuhkan Luka

Saliva mengandung zat yang dapat membantu proses penyembuhan luka pada
manusia yang disebut dengan Histatin. Histatin adalah protein yang dihasilkan
oleh air liur yang dipercaya dapat membunuh bakteri-bakteri jahat pada luka.
Saliva juga mengandung faktor jaringan sel yang diturunkan protein, yang
berperan penting pada inisiasi trombin. Trombin sendiri memiliki peran penting
dalam proses pembekuan darah. Trombin juga mengandung beberapa enzim,
seperti lisozim, cystatin, peroksidase, dan defensin. Enzim-enzim tersebut bersifat
antibakterial.

Berdasarkan penelitian, saliva manusia memiliki zat-zat penyembuh luka


yang berasal dari mukosa oral. Mukosa oral adalah membran lendir yang melapisi
permukaan dalam mulut. Membran ini bisa menyembuhkan luka lebih cepat
daripada kulit. Selain itu, menjilat luka atau cedera kecil juga bisa membersihkan
jaringan yang rusak, mati, dan terinfeksi di luka tersebut. Oleh sebab itu, area luka
yang dijilat juga akan terdekontaminasi secara efektif.

Saliva juga mengandung growth factors seperti Epidermal Growth Factor


(EGF) yang diyakini berfungsi sebagai faktor penyembuhan luka dalam rongga
mulut sehingga luka lebih cepat sembuh dibandingkan dengan luka di kulit. Saliva
yang mengandung EGF, dapat berperan memacu poliferasi sel, diferensiasi sel,
dan migrasi sel, sehingga akan mempercepat penyembuhan luka dengan
rekonstruksi luka yang paling baik. Maka dari itu saliva dapat menyembuhkan
luka.
4.3 Cara Memanfaatkan Saliva sebagai Alternatif Penyembuhan Luka
Saliva telah terbukti manfaatnya dalam menyembuhkan luka. Kandungannya
yang alami membuat saliva mudah atau aman untuk digunakan langsung pada
kulit. Adapun cara mengaplikasikan saliva pada luka yaitu :
1. Bersihkan luka supaya higienis untuk mengurangi kemungkinan
terjadinya infeksi.
2. Oleskan saliva pada luka yang sudah bersih.
3. Lakukan kegiatan 1 dan 2 setiap hari agar saliva bekerja dengan baik
untuk menyembuhkan luka.

Selain pada manusia, hewan mamalia juga dapat menyembuhkan luka pada
tubuhnya dengan memanfaatkan salivanya sendiri. Mereka mengaplikasikannya
dengan cara menjilati tubuhnya yang terkena luka. Penulis telah melakukan
pengamatan saliva dijadikan sebagai obat penyembuhan luka yang dibandingkan
dengan bahan lainnya. Tabel 4.1 berikut adalah tabel hasil pengamatan
penyembuhan luka pada kelinci.

Hari Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3


ke- (Air garam) (Yunnan baiyao) (Saliva)
1. Luka awal Luka awal Luka awal
2. - - -
3. - - -
4. - - -
5. - - Mulai terlihat adanya
perubahan pada luka
6. - - -
7. - Mulai terlihat adanya -
perubahan pada luka
8. - - Luka mulai tertutup
9. - - -
10. Mulai terlihat adanya - -
perubahan pada luka
11. - Luka mulai tertutup Luka semakin tertutup
12. - - -
13. - - -
14. Luka mulai tertutup Luka semakin tertutup -
15. - - Luka tertutup dengan
kulit baru yang bersih
dan tidak ada sel yang
bengkak
16. - - -
17. - Luka tertutup dengan -
kulit baru tetapi kurang
bersih hasilnya
18. - - -
19 - - -
20. Luka tertutup dengan kulit - -
baru tetapi terdapat sel
yang bengkak
Tabel 4.1 Tabel hasil pengamatan penyembuhan luka pada kelinci.

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dapat dijelaskan bahwa saliva memiliki banyak manfaat bagi tubuh.


Karena mengandung zat yang dapat membantu proses penyembuhan luka, yaitu
zat histatin dan EGF. Zat histatin dapat membunuh bakteri-bakteri jahat pada
luka, dan protein di dalamnya dapat berperan penting pada inisiasi trombin.
Trombin sendiri memiliki peran penting dalam proses pembekuan darah.
Sedangkan EGF dapat mempercepat regenerasi sel, sehingga luka cepat tertutup.
Namun, masih banyak masyarakat yang belum mengetahui kandungan yang ada
pada saliva ini. Sehingga mereka tidak memanfaatkannya.

5.2 Saran

5.2.1 Bagi pembaca

Semoga pembaca dapat terinspirasi dengan inovasi yang telah dipaparkan


oleh penulis agar bisa memanfaatkan saliva sebagai alternatif penyembuhan luka.

5.2.2 Bagi masyarakat

Semoga masyarakat dapat memanfaatkan saliva menjadi sesuatu yang lebih


bermanfaat dari sebelumnya. Seperti halnya saliva yang dijadikan sebagai
alternatif penyembuhan luka yang aman, murah, dan ampuh.

DAFTAR PUSTAKA

https://humairaarabiy.wordpress.com/
http://eprints.undip.ac.id/
http://digilib.unila.ac.id/
https://hellosehat.com/pusat-kesehatan/perawatan-luka/ludah-menyembuhkan-
luka-mitos-atau-fakta/
https://www.guesehat.com/sering-mengobati-luka-menggunakan-air-liur-ketahui-
hal-ini-dulu
Wahyudi, I.A. dkk. 2013. Efektivitas Penggunaan Saliva Dibandingkan Povidin-
Iodin 10% Terhadap PenyembuhanLuka Pada Kutaneus Tikus Sprague Dawley.
1
Bagian Biomedika, Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Gajah Mada.
2
Pendidikan Dokter Gigi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Gajah Mada.
Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai