Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
DERMATITIS SEBOROIK
Oleh:
Esty Feira Yuliana I4061172024
Pembimbing
dr. Teguh Aly’ansyah, Sp.KK
KEPANITERAAN KLINIK
STASE ILMU KULIT DAN KELAMIN
RSUD ABDUL AZIZ SINGKAWANG
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
2019
LEMBAR PERSETUJUAN
ii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL............................................................................................. i
LEMBAR PERSETUJUAN.................................................................................. ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL ................................................................................................. iv
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ v
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................... 2
2.1. Definisi ...................................................................................................... 2
2.2. Epidemiologi ............................................................................................. 2
2.3. Etiopatogenesis ......................................................................................... 2
2.4. Diagnosis ................................................................................................... 3
2.5. Tatalaksana................................................................................................ 6
2.6. Prognosis ................................................................................................... 7
BAB III PENYAJIAN KASUS ............................................................................ 8
3.1. Identitas Pasien.......................................................................................... 8
3.2. Anamnesis ................................................................................................. 8
3.3. Pemeriksaan Fisik ..................................................................................... 9
3.4. Pemeriksaan Penunjang ............................................................................ 10
3.5. Diagnosis ................................................................................................... 11
3.6. Diagnosis Banding .................................................................................... 11
3.7. Tatalaksana................................................................................................ 11
3.8. Prognosis ................................................................................................... 11
BAB IV PEMBAHASAN ..................................................................................... 12
BAB V KESIMPULAN ........................................................................................ 14
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 15
iii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1. Pengobatan Dermatitis Seboroik Nonskalp ................................... 7
iv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1. Peran Jamur Malassezia sp pada Dermatitis Seboroik .................. 3
Gambar 2.2. Manifestasi Klini Dermatitis Seboroik .......................................... 5
v
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
Dermatitis Seboroik (DS) merupakan penyakit eritroskuamosa kronis, biasa
ditemukan pada usia anak dan dewasa. Keadaan ini ditandai oleh kelainan kulit di
area tubuh dengan banyak folikel sebasea dan kelenjar sebasea aktif, yaitu daerah
wajah, kepala, telinga, badan bagian atas dan lipatan tubuh (inguinal, inframamae
dan aksila). Kadang-kadang dapat juga mengenai daerah interskapular, umbilikus,
perineum, dan anogenital.1
2.2. Epidemiologi
Dermatitis seboroik dapat terjadi pada semua kelompok usia, namun
biasanya terpisah menjadi dua golongan usia yaitu neonatus dan dewasa. Pada
bayi, penyakit memuncak pada 3 bulan pertama, sedangkan pada dewasa pada
usia 30 hingga 60 tahun. Dermatitis seboroik biasanya diderita lebih banyak oleh
lelaki dibandingkan dengan perempuan, dalam berbagai golongan usia dan ras. Di
berbagai negara Asia, pasien DS berusia antara 12 hingga 20 tahun. Dermatitis
seboroik juga dapat ditemukan pada pasien dengan kondisi imunosupresi
(misalnya pasien dengan HIV/AIDS, transplantasi organ) dan penyakit lain
misalnya Parkinson, serta gangguan nutrisi dan kelainan genetik.1,4
Adapun diketahui prevalensi DS di Poliklinik Kulit dan Kelamin RS. dr.
Cipto Mangunkusumo berkisar antara 1 sampai 5 % pada populasi umum. Di
Poliklinik Kulit dan Kelamin RS. dr Cipto Mangunkusumo Jakarta pada tahun
2014, ditemukan prevalensi DS sebesar 1%, umumnya menyerang dewasa muda,
laki-laki lebih banyak dari pada perempuan dengan usia 1 bulan hingga 88 tahun.3
2.3. Etiopatogenesis
Patogenesis DS masih belum diketahui dengan pasti, namun berhubungan
erat dengan jamur Malassezia, kelainan imunologis, aktivitas kelenjar sebasea dan
2
3
kerentanan pasien. Jumlah sebum yang diproduksi bukan faktor utama pada
kejadian DS. Permukaan kulit pasien DS kaya akan lipid trigliserida dan
kolesterol, namun rendah asam lemak dan skualen. Flora normal kulit, yaitu
Malassezia sp dan Propionibacterium acnes, memiliki enzim lipase yang aktif
yang dapat mentransformasi trigliserida menjadi asam lemak bebas. Asam lemak
bebas bersama dengan Reactive Oxygen Species (ROS) bersifat antibakteri yang
akan mengubah flora normal kulit. Perubahan flora normal, aktivasi lipase dan
ROS akan menyebabkan dermatitis seboroik.1,5
Di bawah ini adalah alur yang menunjukkan peran Malassezia sp pada
dermatitis seboroik. Koloni jamur mempunyai kemampuan untuk berproliferasi di
permukaan kulit hingga menimbulkan reaksi inflamasi dan secara klinis nampak
berupa skuama.5
5
Gambar 2.1. Peran jamur Malassezia sp pada dermatitis seboroik.
2.4. Diagnosis
2.4.1. Manifestasi Klinis
Pada bayi berusia kurang dari 3 bulan lesi akan swasirna, sedangkan
pada dewasa bersifat kronis dan dapat residif. Secara klinis dapat ditemukan
kondisi seboroik (seborrhoic state) berupa perubahan warna kulit menjadi
eritema atau hipopigmentasi atau keabuan dengan folikel yang terbuka, serta
4
2.5. Tatalaksana
Tatalaksana medikamentosa DS pada skalp dan nonskalp meliputi
pemakaian obat secara topikal dan sistemik, dapat pula disertai pemakaian bahan
lain yang dapat digunakan sebagai terapi ajuvan ataupun terapi pencegahan.
Prinsip utama tatalaksana ketombe dan dermatitis seboroik di skalp adalah untuk
mengontrol kondisi kulit kepala agar nyaman dengan biaya seminimal mungkin.7,8
Pengobatan DS dibagi berdasarkan berat ringannya penyakit, obat sistemik
digunakan pada kasus DS sedang dan berat. Telah dibuat panduan pengobatan DS
untuk populasi di Asia yang dapat dijadikan acuan pengobatan DS (tabel 2.1),
pengobatan menggunakan obat antijamur topikal, steroid topikal, kalsineurin
inhibitor topikal dan obat antijamur sistemik. Pilihan pengobatan utama dengan
bukti kesahihan terbaik (A) adalah golongan obat antijamur, diikuti dengan
kortikosteroid dan beberapa alternatif pilihan obat lainnya.7,8
Sediaan anti-inflamasi nonsteroid topikal berkhasiat antijamur telah
digunakan di beberapa negara Eropa dan Asia untuk pasien DS. Produk tersebut
tidak mengandung kortikosteroid maupun bahan imunomodulator. Penggunaan
produk bukan obat resep merupakan pilihan pengobatan yang berguna khususnya
untuk daerah wajah. Produk dapat menjadi pilihan pertama, khususnya bagi
pasien yang enggan menggunakan obat konvensional. Krim juga mengandung
emolien yang dapat menghilangkan gejala dermatitis seboroik, misalnya
memperbaiki kulit kering, mengurangi gatal, mengurangi kemerahan, dan rasa
nyeri, serta mempermudah penyembuhan.7,8
7
2.6. Prognosis
Prognosis umumnya baik. Biasanya penyakit ini berlangsung selama
bertahun-tahun untuk beberapa dekade dengan periode peningkatan pada musim
panas dan periode eksaserbasi di musim dingin. Lesi membayar luas dapat terjadi
sebagian akibat dari pengobatan topikal yang tidak benar atau paparan sinar
matahari. Varian ekstrim dari penyakit ini adalah eritoderma eksfoliatif.
Sedangkan DS pada bayi biasanya berkepanjangan dari minggu ke bulan.
Eksaserbasi dan jarang, dermatitis generalista eksfoliativa mungkin terjadi. Bayi
dengan dermatitis seboroik memiliki resiko lebih besar untuk terkena penyakit
yang sama pada saat dewasa.1
BAB III
PENYAJIAN KASUS
3.2. Anamnesis
3.2.1. Keluhan Utama
Pasien datang dengan kulit merah dan mengelupas disertai rasa gatal
dan rasa menyengat pada daerah wajah dan dada sejak 3 minggu SMRS.
3.2.2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke Poli Kulit dan Kelamin RSUD Abdul Aziz
Singkawang dengan keluhan kulit merah dan mengelupas disertai rasa gatal
dan rasa menyengat pada daerah wajah dan dada sejak 3 minggu yang lalu.
3 minggu yang lalu pasien mengalami merah pada kulit terutama pada
bagian wajah serta leher dan menjalar ke bagian dada. Kulit terlihat kering
dan mengelupas dengan diawali rasa menyengat dan rasa gatal. Pasien
pernah mengalami penyakit yang sama 1 tahun yang lalu, pasien berobat ke
Poli Kulit dan Kelamin RSUD Abdul Aziz Singkawang dan telah sembuh.
3.2.3. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien pernah mengalami keluhan yang sama 1 tahun lalu.
3.2.4. Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat mengalami keluhan yang sama di keluarga disangkal
8
9
3.5. Diagnosis
Dermatitis seboroik
3.7. Tatalaksana
3.7.1. Pemberian Obat Topikal
1. Krim ketokonazol 2% (2 x ue)
2. Krim hidrokortison 1% (2 x ue)
3.7.2. Pemberian Obat Sistemik
1. Metilprednisolon 2 x 4 mg
2. Cetirizin 1 x 10 mg
3.8. Prognosis
Ad functionam : Bonam
Ad sanationam : Dubia ad bonam
Ad vitam : Bonam
BAB IV
PEMBAHASAN
12
13
14
DAFTAR PUSTAKA
1. Collins CD, Hivnor C. Seborrheic dermatitis. In: Goldsmith LA, Katz SI,
Gilchrest BA, Paller AS, Leffel DJ, Wolff K, editor. Dermatology in general
medicine. 7th edition. New York: McGraw Hill Book; 2012.
2. Djuanda A. Dermatitis seboroik. Dalam: Hamzah M, Aisah S, editor. Buku
ilmu penyakit kulit dan kelamin Edisi ke-7. Jakarta: Balai penerbit FKUI;
2015.
3. Data kunjungan Poliklinik Kulit dan Kelamin Divisi Dermatologi Umum
RSCM. Jakarta: RSCM; 2014.
4. Cheong WK, Yeung CK, Torsekar RG, Suh DH, Ungpakorn R, Widaty S, et
al. Treatment of seborrhoeic dermatitis in Asia a consensus guide. Skin
Appendage Disord. 2015;1:187-96.
5. Schwartz J, DeAngelis YM, Dawson Jr TL. Dandruff and seborrheic
dermatitis: a head scratcher. In: Evans T, Wickett R, editor. Practical modern
hair science. Edisi ke-1. Illinois: Allured Pub; 2012.
6. Borda LJ, Wikramanayake TC. Seborrheic dermatitis and dandruff a
comprehensive review. J Clin Investigat Dermatol. 2015; 3(2):1-10.
7. Micali G, DallÓglio F, Tedeschi A. Treatment of seborrheic dermatitis of the
face with Sebclair. In: Micali G, Veraldi G, editor. Seborrheic dermatitis.
Gurgaon: Macmillan; 2015.
8. Del Rosso J. Adult seborrheic dermatitis a status report on practical topical
management. J ClinAesthet Dermatol. 2011; 4: 32–8.
15