Pencling Pencindustridandomestik
Pencling Pencindustridandomestik
PENCEMARAN LINGKUNGAN
Kelompok 5
IKM B 2015
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2017
1
DAFTAR ISI
BAB 2 ISI
2.1 Pencemaran Limbah Domestik ................................................................. 5
2.1.1 Definisi Pencemaran Limbah Domestik ...........................................5
2.1.2 Klasifikasi Penc. Limbah Domestik Berdasarkan Wujud ................5
2.2 Pencemaran Limbah Industri .................................................................... 7
2.2.1 Definisi Pencemaran Limbah Industri ............................................. 8
2.2.2 Klasifikasi Penc. Limbah Industri Berdasarkan Wujud .................. 8
2.3 Faktor Penyebab Pencemaran Limbah Domestik dan Industri ................. 11
2.4 Masalah yang Timbul Akibat Pencemaran Limbah Domestik dan Industri
................................................................................................................... 12
2.5 Upaya Pencegahan Limbah Domestik dan Industri .................................. 14
2.6 Program Perencanaan Untuk Menanggulangi Pencemaran Limbah Domestik
dan Industri ............................................................................................... 18
BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan ............................................................................................... 21
3.2 Saran ......................................................................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 24
BAB I
2
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Tujuan dari pembuatan karya tulis ini adalah sebagai:
1. Untuk mengetahui definisi dari pencemaran limbah domestik dan limbah
industri.
2. Untuk mengetahui klasifikasi dari pencemaran limbah domestik dan limbah
industri.
3. Untuk mengetahui faktor apa saja yang menyebabkan pencemaran dari
limbah domestik dan industri.
4. Untuk mengetahui masalah apa saja yang timbul akibat dari pencemaran
limbah domestik dan limbah industri.
3
5. Untuk mengetahui upaya pencegahan yang dapat dilakukan akibat dari
pencemaran limbah domestik dan limbah industri.
6. Untuk merencanakan program-program yang bisa dilakukan agar
pencemaran limbah domestik dan limbah industri dapat diatasi.
4
BAB 2
ISI
5
2. Limbah Padat
Berasal dari barang-barang atau bahan-bahan hasil pembuangan
rumah tangga yang tidak digunakan lagi dan berbentuk padat. Limbah
yang dihasilkan dari kegiatan domestik ini kemudian dibedakan
menjadi 3 jenis yang berbeda, yaitu:
6
3. Berdasarkan mudah atau tidaknya dalam hal pembusukan
a. Mudah membusuk, misalnya sisa makanan dan dedaunan
b. Tidak mudah membusuk, misalnya plastik, kaleng, kaca dan
logam
3. Limbah Gas
Pencemaran limbah gas yang bersumber dari kegiatan domestik
diantaranya adalah adanya pencemar udara yang bersumber dari
manusia itu sendiri dan hewan, peralatan dan kendaraan yang
digunakannya, serta dari lingkungan sekitar. Limbah gas yang
bersumber dari manusia contohnya karbon dioksida (CO2) dari hasil
respirasi, kemudian dari peralatan dan kendaraan yang digunakan
misalnya adanya gas chlorofluorocarbon (CFC) dan bahan gas
pendingin ruangan (AC) serta karbon monoksida (CO), sulfur
dioksida (SO2), dan nitrogen oksida(NOx), dan asap yang dihasilkan
oleh hasil pembakaran bahan bakar kendaraan bermotor. Selain itu,
aktivitas lain yang dapat membuat pencemaran limbah domestik
berupa gas contohnya membakar sampah baik sampah organik
maupun anorganik dan penggunaan bahan bakar padat, termasuk
bahan bakar biomassa (kayu, kotoran, residu pertanian) untuk
keperluan rumah tangga seperti memasak menggunakan kompor
tradisional ataupun menggunakan perapian.
7
padat, maupun gas. Dan pencemaran ini juga bisa menyerang air, udara
maupun tanah.
2.2.2 Klasifikasi Pencemaran Limbah Industri Berdasarkan Wujudnya
1. Limbah Cair
Untuk air limbah yang berasal dari industri sangat bervariasi
limbah yang dihasilkan bergantung pada jenis industrinya. Secara
garis besar, air limbah industri terbagi menjadi beberapa kelompok
menurut karakteristik air limbahnya, yaitu:
a. Air limbah industri yang mengandung konsentrasi zat organik
yang relatif tinggi.
Contoh: industri makanan, industri kimia, industri minyak nabati
atau hewan, industri obat-obatan, industri lem atau perekat
gelatin, industri tekstil, industri pulp dan kertas.
b. Air limbah industri yang mengandung konsentrasi zat organik
yang relatif rendah.
Contoh: industri pengemasan makanan, industri pemintalan,
industri serat, industri kimia (industri minyak, industri batu bara
industri laundry dan lain-lain).
c. Air limbah industri yang mengandung zat organik berbahaya
beracun.
Contoh: industri penyamakan kulit, industri barang dengan
bahan baku kulit, industri besi baja, industri kimia insektisida,
herbisida, dan lain-lain.
d. Air Limbah Industri yang mengandung zat anorganik umum.
Contoh: industri kimia, seperti industri pupuk anorganik,
industri kimia anorganik, pencucian pada industri logam,
industri keramik, dan lain-lain.
8
2. Limbah Padat
Limbah padat industri dikelompokkan menjadi limbah padat yang
mudah terbakar, limbah padat yang tidak mudah terbakar, limbah
padat yang mudah membusuk, debu, lumpur, dan limbah yang dapat
di daur ulang. (Kristanto, 2013)
Dibawah ini merupakan kategori untuk limbah padat pada
industri menurut (Marbun, 2008):
a. Limbah padat non B3 (bahan berbahaya dan beracun) beberapa
contoh diantaranya lumpur, boiler ash, spare part alat berat,
sarung tangan, serbuk kayu hasil dari industri kayu dan
sebagainya.
b. Limbah padat B3 (bahan berbahaya dan beracun) beberapa
contoh diantaranya bahan radioaktif, bahan kimia, toner
catridge, minyak, dan sebagainya.
9
terkontaminasi oleh tinta atau bahan pelarut/pembersih lainnya.
Adapun limbah industri baja yang dikelompokkan sebagai berikut:
3. Limbah Gas
Sama halnya seperti limbah cair dan padat, limbah gas yang
dihasilkan oleh industri bergantung pada jenis industri yang
menghasilkan gas pencemar tersebut. Jenis industri yang menjadi
sumber pencemaran udara yaitu industri besi dan baja, industri semen,
industri kendaraan bermotor, industri pupuk, industri aluminium,
industri pembangkit tenaga listrik, industri kertas, industri kilang
minyak, industri pertambangan. Contoh industri tekstil menghasilkan
limbah gas yang dapat berasal dari beberapa sumber emisi, salah
satunya berasal dari ketel uap (boiler) berbahan bakar batubara yang
mengeluarkan emisi udara dan dialirkan keluar melalui cerobong.
Emisi udara yang dihasilkan dapat mengandung bahan pencemar
seperti partikulat (debu), ataupun berupa gas seperti NO2, CO, CO2
dan SO2. Emisi udara yang dikeluarkan dari cerobong dalam bentuk
partikulat maupun gas merupakan emisi yang dapat mencemari
lingkungan. Oleh karena itu, polutan dari hasil pembakaran tersebut
harus diolah terlebih dahulu agar dapat memenuhi Baku Mutu Emisi
(BME) berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 07
tahun 2007 Lampiran IV tentang Baku Mutu Emisi Sumber Tidak
Bergerak Bagi Ketel Uap sebelum dibuang ke lingkungan.
Limbah gas dan isu lingkungan terkait lainnya yang juga perlu
diperhatikan oleh industri yakni emisi Gas Rumah Kaca (GRK). Salah
satu GRK berkontribusi paling besar dalam pencemaran udara adalah
gas CO2. Sekitar 67% peningkatan gas CO2 berasal dari pembakaran
10
bahan bakar fosil dan 33% dari kegiatan penggunaan lahan, alih guna
lahan dan hutan. GRK sangat berpengaruh terhadap terjadinya efek
rumah kaca yang menyebabkan perubahan iklim. Dalam konvensi
PBB mengenai terjadinya perubahan iklim, disebutkan bahwa terdapat
enam jenis gas yang digolongkan sebagai GRK yaitu karbon dioksida
(CO2), gas metan (CH4), nitrogen oksida (N2O), sulfur heksafluorida
(SF6), perfluorokarbon (PFCS) dan hidrofluorokarbon (HFCS). Selain
itu ada beberapa gas juga termasuk dalam GRK yaitu karbon
monoksida (CO), nitrogen oksida (NOX), klorofluorokarbon (CFC),
dan gas-gas organik non metal volatile. Gas-gas rumah kaca yang
dinyatakan paling berkontribusi terhadap gejala pemanasan global
adalah CO2, CH4, N2O, NOX, CO, PFC dan SF6.
11
lingkungan, maka limbah tidak akan membahayakan lingkungan.
Meningkatnya volume limbah yang masuk ke dalam lingkungan akan
meningkatkan beban siklus yang alami, terutama peningkatan pencemaran
yang berlangsung secara cepat.
2. Kandungan Bahan Pencemar
Limbah dikategorikan berbahaya bagi lingkungan jika mengandung
bahan pencemar yang berbahaya, jika limbah tidak mengandung bahan
pencemar berbahaya, berarti limbah tersebut tidak membahayakan
lingkungan. Bahan pencemar berupa bahan organik relatif tidak
menimbulkan bahaya dibandingkan dengan bahan pencemar berupa logam
berat.
3. Frekuensi Pembuangan Limbah
Pembuangan limbah ke dalam suatu lingkungan dengan frekuensi yang
sering akan membahayakan lingkungan tersebut. Jika pembuangan limbah
ke dalam suatu lingkungan dilakukan dengan frekuensi yang tidak sering
maka limbah tidak akan membahayakan lingkungan tersebut.
2.4 Masalah yang Timbul Akibat Pencemaran Limbah Domestik dan Limbah
Industri
Industri merupakan salah satu penunjang perekonomian di suatu daerah.
Dengan adanya industri di suatu wilayah dapat meningkatkan perekonomian
masyarakat di wilayah tersebut. Meskipun memiliki dampak positif terhadap
perekonomian daerah, namun industri juga dapat memberikan kontribusi negatif
terhadap lingkungan. Hal ini juga terjadi pada limbah yang dihasilkan oleh
rumah tangga. Limbah domestik atau yang biasa disebut limbah rumah tangga
merupakan hasil sampingan yang dihasilkan melalui kegiatan sehari-hari seperti
buangan manusia (tinja, air seni), pencucian pakaian, dan lainnya. Limbah yang
dikeluarkan oleh industri dan domestik, apabila tidak dikelola dengan baik,
maka cepat maupun lambat dapat menimbulkan suatu masalah terhadap
lingkungan.
Berikut dampak yang dapat ditimbulkan dari pencemaran industri dan
pencemaran domestik:
12
1. Merusak Keindahan/Estetika
Pencemaran yang terjadi di dalam perairan maupun tanah dapat
menyebabkan pemandangan yang tidak sedap dipandang dan berbau busuk.
2. Merusak dan Membunuh Kehidupan di Dalam Air
Senyawa pencemar dapat mempengaruhi organisme yang ada dalam
lingkungan tersebut. Hal ini disebabkan oleh adanya interaksi 2 prinsip
ekologi, yaitu prinsip kompetisi dan toleransi. Setiap organisme memiliki
batas toleransi terhadap suatu faktor di lingkungannya. Perbedaan batas
toleransi antar populasi dapat mempengaruhi kemampuan kompetisinya.
Contoh: suatu lingkungan mendapat pasokan limbah domestik yang kaya
akan zat organik, sehingga bakteri akan tumbuh subur dan menghabiskan
oksigen terlarut dalam lingkungan tersebut. Hal ini dapat menyebabkan
persediaan oksigen tidak seimbang dan lingkungan berubah menjadi
anaerobik. Kondisi ini menyebabkan organisme yang tidak toleran terhadap
lingkungan anaerobik menurun populasinya dan organisme yang toleran
akan meningkat populasinya.
3. Terdapat Cemaran Coliform fecal dan Eschericia coli Pada Air Galian
Tanah
Bakteri coliform berasal dari adanya limbah baik yang berasal dari
limbah domestik maupun limbah industri. Cemaran mikroba ini terjadi
karena faktor jarak letak galian air tanah dengan jamban. Jarak galian yang
berdekatan dengan jamban akan meningkatkan populasi mikroba dalam
lingkungan air tanah.
4. Air sungai atau air sumur yang tercemar limbah industri akan berubah
warna dari yang semula berwarna jernih menjadi keruh, berbuih dan berbau
busuk, sehingga tidak layak untuk dipergunakan oleh masyarakat dalam
kegiatan sehari-hari.
5. Kerugian Ekonomi
Masyarakat yang tidak dapat menggunakan air sungai maupun air sumur
dalam kegiatan sehari-hari mereka, harus mengeluarkan uang dan usaha
ekstra untuk mendapatkan air bersih.
6. Kontaminasi Logam Berat pada Biota Laut
13
Logam berat seperti Arsen (As), Merkuri (Hg) dapat masuk ke jaringan
plankton dalam konsetrasi tinggi dan masuk dalam rantai makanan di laut.
Arsen dan Merkuri yang beracun tersebut akan masuk dalam biota laut dan
akhirnya masuk ke tubuh manusia dan menyebabkan masalah kesehatan.
14
berbelanja, mengurangi kemasan yang tidak perlu, menggunakan kemasan
yang dapat didaur ulang.
Reduce dapat dilakukan dengan meminimalkan barang-barang
dipergunakan. Hal ini dikarenakan semakin banyak barang yang digunakan
manusia, semakin banyak pula sampah dan limbah yang dihasilkan.
(Marliani, 2014)
Reuse (menggunakan kembali) merupakan kegiatan penggunaan kembali
sampah yang masih dapat digunakan dengan fungsi yang sama ataupun
dengan fungsi yang berbeda, misalnya ban bekas yang dapat digunakan
sebagai kursi dan pot bunga, serta mengubah kaleng bekas menjadi tempat
sampah.
Reuse dapat dilakukan dengan memilih barang-barang yang suatu saat
bisa digunakan kembali. Selain itu, dapat juga dengan menghindari
pemakaian barang disposable atau barang sekali pakai kemudian dibuang.
Hal ini akan dapat memperpanjang waktu pemakaian barang tersebut
sebelum menjadi sampah dan limbah. (Marliani, 2014)
Recycle (mendaur ulang) yaitu kegiatan mengolah sampah menjadi
produk baru. Contohnya adalah sampah kertas yang diolah menjadi kertas
daur ulang / kertas seni / campuran pabrik kertas, sampah plastik kresek
diolah menjadi kantong kresek, dan sampah organik diolah menjadi
kompos.
Recycle dapat dilakukan dengan membuat barang-barang yang sudah
tidak berguna menjadi lebih bernilai, dengan mendaur ulang. Namun, tidak
semua barang bisa didaur ulang, tetapi saat ini terdapat banyak industri non-
formal dan industri rumah tangga yang memanfaatkan sampah menjadi
barang yang lebih bernilai. Teknologi daur ulang, khususnya bagi sampah
plastik, sampah kaca, dan sampah logam, merupakan suatu jawaban atas
upaya memaksimalkan material setelah menjadi sampah, untuk
dikembalikan lagi dalam siklus daur ulang material tersebut. (Marliani,
2014)
3. Sanitasi Taman (Sanita) sebagai Upaya Pengelolaan Limbah Rumah Tangga
15
Sanita (sanitasi taman) adalah suatu sistem berdasarkan pendekatan
ekosistem dengan mengolah air limbah, urine, dan tinja manusia menjadi
sesuatu yang bermanfaat untuk didaur ulang, atau dapat juga dikatakan
sebagai suatu upaya untuk mengembalikan urine dan tinja ke tanah sebagai
upaya perbaikan kualitas tanah. Prinsip utama sanita adalah sebagai usaha
untuk menyelamatkan lingkungan serta melindungi kesehatan manusia
dengan cara mengurangi penggunaan air dalam sistem sanitasi dan daur
ulang sebagai alternatif penggunaan pupuk buatan dalam pertanian. Sanita
sebagai inovasi teknologi sanitasi yang berwawasan lingkungan dalam
mengatasi pencemaran air akibat limbah rumah tangga diperlukan adanya
partisipasi masyarakat sejak perencanaan, pelaksanaan, sampai
pengelolaannya. (Medawaty, 2008)
Sanita dapat dilakukan dengan daur ulang (recycling) urine dan tinja,
dehidrasi, komposting, dan soil composting.
a. Daur Ulang (Recycling) Urine dan Tinja
Proses ini merupakan proses daur ulang nutrien yang ada dalam
urine dan tinja. Urine yang mengandung nitrogen dan fosfor, serta tinja
yang memiliki kandungan organik yang tinggi dapat menghasilkan
humus dan berfungsi untuk melembabkan tanah. Apabila dilakukan
secara berkelanjutan dalam mengurangi kekeringan pada tanah secara
alami, maka ketergantungan terhadap penggunaan pupuk buatan akan
berkurang. (Medawaty, 2008)
Banyak organisme penyebab penyakit yang terkandung dalam
urine. Penampungan urine yang tidak tercampur dengan air selama satu
bulan akan menjadikan urine aman digunakan sebagai pupuk pertanian.
Urine juga dapat menjadikan lingkungan tahan terhadap mikroorganisme
dan meningkatkan kematian pathogen, serta mencegah berkembangnya
jentik nyamuk. (Medawaty, 2008)
Apabila urine ditampung dari perumahan untuk selanjutnya
dikirim untuk dijadikan sebagai pupuk di daerah pertanian, disarankan
agar pada saat penampungan memiliki temperatur antara 4-20oC dengan
16
penyimpanan bervariasi antara 1-6 bulan. Hal tersebut akan
menghasilkan tipe pupuk yang berbeda. (Medawaty, 2008)
b. Dehidrasi
Dalam sistem dehidrasi, urine langsung dipisahkan dari tinja untuk
menjaga proses chamber tetap kering dan volume penampungan yang
relatif kecil. Hasil pemisahan urine ini dapat dimanfaatkan sebagai
pupuk. Tinja yang ditampung dalam chamber diproses selama 6-12 bulan
dengan ditambahkan abu, kapur atau urea setiap selesai buang air besar,
sehingga kelembabannya rendah dan pH meningkat mencapai 9 atau
lebih. Sistem ini diusahakan tetap kering, pH terus meningkat, dan
memberikan jeda agar bakteri pathogen mati. (Medawaty, 2008)
c. Komposting
Proses komposting toilet untuk tinja, atau tinja dan urine, yaitu selama
penyimpanan didalam chamber dicampur dengan bahan organik yang
berasal dari sampah rumah atau kebun dan atau bahan lainnya seperti
jerami dan serutan kayu. (Medawaty, 2008)
d. Soil Composting
Pada sistem soil composting, tinja yang bercampur dengan urine
disimpan pada chamber, proses yang bercampur dengan tanah. Setiap
rumah tangga diharapkan dapat secara langsung memisahkan dan
memprektekkan di lapangan pada periode 12 bulan composting di
shallowpit (proses chamber) sebelum diterapkan di kebun. Setelah
pengomposan bakteri pathogen yang mati akibat radiasi UV,
pengeringan, serta akibat persaingan dengan mikroorganisme tanah
lainnya, dalam waktu satu bulan hasil panen belum dapat dikonsumsi
karena relatif belum aman.
4. Pengelolaan Limbah Cair Industri
Kontaminan dalam limbah cair dapat dihilangkan dalam bentuk fisik,
kimiawi, dan biologis. Masing-masing metode tersebut diklasifikasikan
sebagai satuan operasi fisik, satuan operasi kimia, dan satuan operasi
biologis. (Siagian, 2014)
17
Satuan operasi fisik menggunakan metode penerapan daya fisik dan
dilaksanakan pada tahap awal dari satu unit pengolahan limbah. Contohnya
adalah alat penyaring (screening) untuk menghilangkan pasir dan padatan
yang dapat mengendap, tanki flokurasi (flocculation tank) untuk membentuk
flok dari partikel-partikel kecil agar lebih mudah dihilangkan secara
gravitasi, tangki pengendapan (sedimentation tank) untuk menghilangkan
partikel yang mengendap, dan alat penyaring (filtration apparatus) untuk
menghilangkan padatan tersuspansi halus. (Siagian, 2014)
Satuan proses kimia dilakukan dengan menurunkan kandungan atau
konversi kontaminan dalam limbah cair dengan penambahan bahan kimia
ataupun reaksi kimia. Contohnya adalah presipitasi kimia yang dilakukan
untuk menghilangkan senyawa fosfor dan menyempurnakan penghilangan
padatan tersuspansi pada pengolahan tahap awal. Selain itu, ada juga proses
absorbsi yang digunakan untuk menghilangkan senyawa organik, serta
desinfeksi yang dilakukan untuk menghilangkan organisme tertentu yang
dapat menimbulkan penyakit. (Siagian, 2014)
Satuan proses biologis menghilangkan kontaminan dalam limbah cair
dengan memanfaatkan aktivitas biologis mikroorganisme. Metode
pengolahan biologis ini terutama dipakai untuk menghilangkan senyawa
organik yang dapat terurai (terbiodegradasi), baik dalam bentuk koloni
maupun yang terlarut dalam limbah. Contohnya adalah proses pengolahan
dengan lumpur aktif (activated sludge), dan kolam stabilisasi limbah (waste
stabilization pond). (Siagian, 2014)
18
berasal dari aktivitas manusia secara perorangan seperti berupa hasil kegiatan
pencucian pakaian, pencucian sayuran/bahan masakan, pencucian air
makan/minum, limbah kamar mandi, tinja manusia dan air seni, sampah padat
dari dapur, dari dalam rumah serta halaman. Sedangkan limbah industri
merupakan kegiatan yang dapat dibagi menjadi:
a. Limbah air panas hasil proses pendinginan mesin, air panas hasil proses
industri yang dibuang ke saluran limbah pabrik.
b. Proses pencucian bahan mentah, bahan jadi, pembilasan, pencucian
peralatan dan mesin-mesin, yang air pencuci/pembilas dan kotoran-nya
dibuang ke saluran limbah.
c. Proses pemumian material dengan menggunakan bahan kimia, misalnya
pemisahan hasil tambang emas menggunakan logam merkuri dan asam
sulfat.
d. Limbah produk jadi berupa ampas, sampah, zat warna dan asap.
19
juga. Maka dari itu pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh limbah
domestik dan industri dapat berkurang.
20
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Bagi Masyarakat
1. Melakukan pengelolaan limbah sederhana, misalnya mulai dari
memisahkan limbah padat organik dan anorganik.
2. Masyarakat memiliki komitmen untuk mengupayakan terciptanya
lingkungan yang bersih dan sehat serta terbebas dari bahan-bahan
pencemar guna mendukung kebijakan pemerintah dalam mengatasi
permasalahan pencemaran.
21
3. Melakukan pendaur ulangan sampah hasil kegiatan domestik dengan
menerapkan prinsip 3R, yaitu merecycle limbah padat yang masih dapat
dimanfaatkan kembali dan bernilai ekonomis tinggi, membuat pupuk
kompos organik dari limbah padat organik, dan lain-lain.
4. Menggunakan bahan-bahan yang ramah lingkungan contohnya yaitu
meminimalisir penggunaan detergen dan menggantinya dengan bahan
yang lebih aman, menggunakan tas kain untuk menggantikan tas plastik.
5. Menutup tempat pembuangan sementara limbah kamar mandi (septic
tank) agar tidak menimbulkan pencemaran.
Bagi Industri
Bagi Pemerintah
22
2. Pemerintah yang telah membuat peraturan dan kebijakan dengan lebih
mengutamakan aspek lingkungan tetap harus konsisten dalam
implementasi kebijakan tersebut.
3. Melakukan evaluasi dan penilaian terhadap kegiatan industri, apakah
sudah memenuhi persyaratan pemeliharaan lingkungan hidup atau belum
serta memberikan sanksi secara tegas terhadap pelaku industri yang
kegiatannya mencemari lingkungan.
4. Mengadakan kerjasama lintas program dan lintas sektor dalam rangka
mempertahankan kelestarian dan mencegah terjadinya kerusakan
lingkungan.
23
DAFTAR PUSTAKA
Marbun, R.D., 2008. Sistem Pengolahan Limbah Cair, Padat Dan Gas Di Bagian
Eksplorasi Produksi (EP)-I Pertamina Pangkalan Susu. Skripsi.Universitas
Sumatera Utara. Medan
Republik Indonesia. 2014. Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2014 tentang
Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun. Lembaran Negara Republik
Indoneisa Tahun 2014. Sekretariat Negara. Jakarta.
Siagian, Lestina. 2014. Dampak dan Pengendalian Limbah Cair Industri. Medan :
Jurnal Teknik Nommensen Volume I No. 2 : 98-105.
24