Kelas N
Tresna Adinda Regbiyantari (041611333077)
Analisis Kasus
Kasus tersebut tergolong dalam pelanggaran kode etik prinsip Tanggungjawab
Profesi, integritas, objektivitas, perilaku profesional. Hal ini menunjukan bahwa
auditor tersebut tidak bekerja secara prinsip kode etik seorang auditor, sehingga
terjadinya penyimpangan yang melanggar hukum.
Penegakan disiplin atas pelanggaran kode etik profesi adalah suatu tindakan positif
agar ketentuan tersebut dipatuhi secara konsisten. Itulah sebabnya Peraturan Menteri
Negara Pendayagunaan Aparatur Negara nomor PER/04/M.PAN/03/2008 tanggal 31
Maret 2008 menerapkan kebijakan atas pelanggaran kode etik APIP (Aparat
Pengawasan Intern Pemerintah) ini, anara lain:
1. Tindakan yang tidak sesuai dengan kode etik tidak dapat diberi toleransi,
meskipun dengan alasan tindakan tersebut dilakukan demi kepentingan
organisasi atau diperintahkan oleh pejabat yang lebih tinggi.
2. Auditor tidak diperbolehkan untuk melakukan atau memaksa karyawan lain
melakukan tindakan melawan hukum atau tidak etis.
3. Pimpinan APIP harus melaporkan pelanggaran kode etik oleh auditor kepada
pimpinan organisasi.
4. Pemeriksaan, investigasi, dan pelaporan pelanggaran kode etik ditangani oleh
Badan Kehormatan Profesiyang terdiri dari pimpinan APIP dengan anggota
yang berjumlah ganjil dan disesuaikan dengan kebutuhan. Anggota Badan
Kehormatan profesi diangkat dan diberhentikan oleh APIP.
Penyelesaian Kasus
Auditor APIP yang terbukti melanggar kode etik akan dikenakan sanksi oleh
pimpinan APIP atas rekomendasi dari Badan Kehormatan Profesi. Bentuk – bentuk
sanksi yang direkomendasikan oleh badab kehormatan profesi, yakni:
a. Teguran tertulis
b. Usulan pemberhentian dari tim audit
c. Tidak diberi penugasan audit selama jangka waktu tertentu
Pengenaan sanksi terhadap pelanggaran kode etik oleh pimpinan APIP dilakukan
sesuai dengan peraturan perundang – undangan yang berlaku.
Kesimpulan:
Dari kasus studi diatas tentang pelanggaran Etika dalam berbisnis itu
merupakan suatu pelanggaran etika profesi perbankan pada PT KAI pada tahun
tersebut yang terjadi karena kesalahan manipulasi dan terdapat penyimpangan pada
laporan keuangan PT KAI tersebut. pada kasus ini juga terjadi penipuan yang
menyesatkan banyak pihak seperti investor tersebut. seharusnya PT KAI harus
bertindak profesional dan jujur sesuai pada asas-asas etika profesi akuntansi.
Analisis Kasus
Dalam kasus ini telah terjadi pelanggaran etika profesi akuntansi oleh auditor Badan
Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP). seharusnya auditor menjunjung
tinggi nilai-nilai kejujuran dan objektifitas dalam melaksanakan tugasnya sebagai
seorang profesional. tidak diperkenankan auditor menerima sejumlah uang untuk
menutup-nutupi suatu kecurangan apalagi ikut merancang agar kecurangan tersebut
tidak terbaca oleh mata hukum. terlebih, dalam kasus ini yang dirugikan adalah rakyat
karena uang negara adalah uang rakyat, dan auditor BPKP adalah pegawai negeri
yang secara tidak langsung mengemban amanah dari rakyat. dengan kata lain, auditor
BPKP dalam kasus ini juga telah mengabaikan prinsip kepentingan publik.
Selanjutnya adalah Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (KEMENDIKBUD)
selaku kementrian yang bertugas dalam bidang pendidikan dan kebudayaan juga
berani melakukan kecurangan menjadi perhatian kami untuk menjadi alasan
pemilihan kasus etika profesi akuntansi ini. Dalam kasus ini kedua instansi
pemerintah yang dipercaya oleh rakyat saja sudah berani melakukan kecurangan.
Hal lainnya adalah sang akuntan publik telah melanggar etika yang telah ditetapkan
oleh Ikatan Akuntan Indonesia-Kompartemen Akuntan Publik (IAI-KAP).
Analisis Kasus
Ada delapan prinsip etika profesi akutansi, yaitu tanggung jawab profesi, kepentingan
publik, integritas, obyektivitas, kompetensi dan kehati-hatian profesional,
kerahasiaan, perilaku profesional dan standar teknis. Apabila dugaan keterlibatan
akuntan publik terhadap kasus korupsi dalam mendapatkan pinjaman modal senilai
Rp 52 miliar dari bank BRI cabang Jambi tahun 2009 oleh perusahaan raden motor
sehingga menyebabkan kredit macet untuk pengembangan usaha di bidang otomotif
tersebut.
Dengan ini dapat disimpulkan bahwa terdapat beberapa pelanggaran etika profesi
akutansi yang dilanggar oleh akuntan publik, yaitu:
a. Tanggung Jawab Profesi: Akuntan publik tersebut tidak melakukan tanggung
jawab secara profesional dikarenakan akuntan publik tersebut tidak
menjalankan tugas profesinya dengan baik dalam hal pembuatan laporan
keungan perusahaan Raden Motor untuk mendapatkan pinjaman modal senilai
Rp 52 miliar dari BRI Cabang Jambi pada tahun 2009, sehingga menyebabkan
kepercayaan masyarakat (raden motor) terhadap akuntan publik hilang.
b. Kepentingan Publik: Akuntan Publik tersebut tidak menghormati kepercayaan
publik (raden motor) dikarenakan melakukan kesalahan dalam laporan
keuangan Perusahaan Raden Motor untuk mengajukan pinjaman ke Bank BRI
dengan tidak membuat laporan mengenai empat kegiatan.
c. Objektivitas: Akuntan Publik tidak menjalankan prinsip Objektivitas dengan
cara melakukan tindak ketidakjujuran secara intelektual dengan melakukan
kecurangan dalam pembuatan laporan keuangan perusahaan Raden Motor.
d. Perilaku Profesional: Akuntan Publik berperilaku tidak baik dengan
melakukan pembuatan laporan keuangan palsu sehingga menyebabkan
reputasi profesinya buruk dan dapat mendiskreditkan profesinya.
e. Integritas: Akuntan Publik tidak dapat mempertahankan integritasnya
sehingga terjadi benturan kepentingan (conflict of interest). Kepentingan yang
dimaksud adalah kepentingan publik dan kepentingan pribadi dari akuntan
publik itu.
f. Standar Teknis: Akuntan Publik tidak menjalankan etika/tugasnya sesuai pada
etika profesi yang telah ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia-
Komparatemen Akutan Publik (IAI-KAP) diantaranya etika tersebut antara
lain :
- Independensi, integritas, dan obyektivitas
- Standar umum dan prinsip akuntansi
- Tanggung jawab kepada klien
- Tanggung jawab kepada rekan seprofesi
- Tanggung jawab dan praktik lain
Kesimpulan dan Saran
Pelanggaran dalam etika profesi mudah saja terjadi, hal ini dikarenakan
profesionalitas, transparansi dan akuntabilitas tidak terlaksana dengan baik. Perlu
adanya seminar dan pelatihan yang rutin terhadap suatu profesi. Ini dikarenakan
peluang-peluang untuk timbulnya suatu pelanggaran semakin besar di era waktu
sekarang ini. Selain itu juga keimanan yang mendasari dalam profesi perlu dijunjung
tinggi, Sekali lagi perlu kita ketahui kecurangan terjadi karena lemahnya mental dan
moral dalam individu-individu yang terlibat. Kita dan siapapun memang tidak akan
mengetahui tetapi Tuhan Mahatau.
f. Praktik Perpajakan
KASUS DHANA WIDYATMIKA
Sosok Dhana Widyatmika, seorang mantan PNS Ditjen Pajak, yang menjadi
tersangka kasus korupsi yang telah ditetapkan oleh kejaksaan agung yang
pemberitaannya kini mengemuka di media massa. Dhana Widyatmika disebut-sebut
sebagai The Next Gayus, karena memiliki rekening dibeberapa bank yang jumlahnya
miliaran. Identitas Dhana Widyatmika sendiri terungkap dari informasi Kabag Humas
dan TU Ditjen Imigrasi Maryoto Sumadi. Ketika wartawan detikFinance
mengkonfirmasikan mengenai identitas yang sebelumnya disingkat dengan DW,
maka Maryoto Sumadi membenarkan nama Dhana Widyatmika masuk dalam daftar
cekal di imigrasi.
Berdasarkan laporan yang dilansir oleh DetikFinance, menyebutkan bahwa
Dhana Widyatmika merupakan lulusan Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN).
Setelah melanjutkan program sarjana, dia meneruskan studi pasca sarjana di Program
Studi Ilmu Administrasi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Indonesia (FISIP
UI). Setelah lulus STAN, Dhana mulai bekerja di Ditjen Pajak pada tahun 1996.
Karirnya berkembang terus. Pada 2011, berdasarkan Surat Keputusan (SK) Direktur
Jenderal Pajak (Dirjen Pajak) Dhana Widyatmika menjabat sebagai Account
Representative pada Kantor Pelayanan Pajak Penanaman Modal Asing Enam.
Dhana Widyatmika merupakan PNS golongan III/c dengan pangkat penata. Ia
kini berusia 37 tahun. Direktur Jenderal Pajak (Dirjen Pajak) Fuad Rahmany
mengungkapkan ‘The Next Gayus’ ini tidak lagi menjadi pegawai pajak. Karena, atas
keinginannya sendiri Dhana Widyatmika ini meminta pindah ke instansi lain. Mantan
pegawai Direktorat Jenderal Pajak Dhana Widyatmika dituntut hukuman 12 tahun
penjara untuk tiga perbuatan pidana oleh jaksa penuntut umum (JPU) Kejaksaan
Agung. Selain hukuman penjara, majelis hakim Pengadilan Tindak Pidana Korupsi
diminta menjatuhi hukuman membayar denda Rp 1 miliar dan subsider kurungan
enam bulan. Dhana dianggap terbukti melakukan tiga perbuatan pidana.
Analisis Kasus
Hendro Tirtawijaya sebagai konsultan pajak telah menerima uang suap dari wajib
pajak sehingga menguntungkan wajib pajak terhadap pembayaran pajak yang
seharusnya dibayar sebesar Rp 82,591 miliar ditambah denda Rp 46,080 miliar.
Sehingga, perilaku Hendro selaku konsultan pajak jelas melanggar beberapa kode etik
IKPI sebagai berikut:
Kewajiban Konsultan Pajak
1. Tidak patuh pada hukum dan peraturan perpajakan, serta tidak menjunjung
tinggi integritas, martabat dan kehormatan profesi Konsultan Pajak karena
telah menerima uang suap yang tidak seharusnya diterima.
2. Tidak menjunjung tinggi integritas, martabat dan kehormatan dengan
memelihara kepercayaan masyarakat karena tidak bersikap jujur dan tidak
mengikuti prinsip obyektivitas dan kehati-hatian.
3. Tidak bersikap profesional karena tidak menggunakan pertimbangan moral
dalam pemberian jasa yang dilakukan, yaitu telah melakukan pengurangan
pajak demi uang suap yang diterima.
4. Tidak melakukan tugas profesi dengan penuh tanggung jawab dan independen
karena tugas yang dijalankan tidak sesuai aturan profesi yang berlaku.
Larangan Konsultan Pajak
Telah menerima ajakan dari pihak lain (Herly Isdiharsono dan Johnny Basuki) untuk
melakukan tindakan yang melanggar peraturan perundang-undangan perpajakan.
Menerima permintaan Wajib Pajak (Pt. Mutiara Virgo) untuk melakukan rekayasa
atau perbuatan yang bertentangan dengan peraturan perpajakan.
Kesimpulan
Seharusnya kasus sebelumnya seperti kasus Gayus, sudah menjadi pelajaran bagi
Indonesia bahwa lemahnya perhatian yang dilakukan pihak yang berwenang terhadap
kasus pajak sebelumnya. Kasus pajak ini bisa mencoret nama baik pegawai pajak lain
yang tidak melakukan penggelapan pajak seperti yang dilakukan Gayus Tambunan
dan Dhana Widyatmika. Tidak semua pegawai pajak melakukan hal yang sama
seperti yang dilakukan para penggelap pajak yang disebut kan di atas.
Kasus yang dilakukan Dhana ini, sangat merugikan Negara Indonesia. Kasus ini
masih baru, sehingga diharapkan kasus ini bisa menjadi pelajaran bagi bangsa kita
atau bagi pemeriksa agar dapat memperhatikan orang-orang yang mencurigakan
melakukan penggelapan. Diharapkan kasus penggelapan lain, diharapkan dapat
ditindaklanjuti dengan cepat tanpa menunggu lama.
Atas kasus Dhana, Kejagung menetapkan empat orang tersangka. Herly Isdiharsono,
rekan Dhana di PT Mitra Modern Mobilindo dan Johny Basuki, wajib pajak PT
Mutiara Virgo yang sempat buron. Kemudian Firman dan Salman Maghfiron, atasan
dan bawahan Dhana di KPP Pancoran I saat menangani PT Kornet Trans Utama.
Kasus skandal pajak juga menyebut nama Gayus Halomoan Partahanan Tambunan.
Gayus diperiksa Kejaksaan Agung Republik Indonesia saksi di Lembaga
Pemasyarakatan Cipinang atas kasus korupsi dan pencucian uang, Dhana Widyatmika
Merthana. Kejagung menilai ada konspirasi antara mantan pegawai Ditjen pajak
Gayus Tambunan dan Dhana Widyatmika Mertahana, dengan wajib pajak PT Kornet
Trans Utama (KTU). Negara dinyatakan kalah, usai PT KTU menang di pengadilan
banding. Sampai saat ini kasus Dhana masih berlanjut.
Penerapan Tata Kelola organisasi secara baik apakah dilihat dalam konteks
mekanisme internal organisasi ataupun mekanisme eksternal organisasi. Mekanisme internal
lebih fokus kepada bagaimana pimpinan suatu organisasi mengatur jalannya organisasi sesuai
dengan prinsip-prinsip diatas sedangkan mekanisme eksternal lebih menekankan kepada
bagaimana interaksi organisasi dengan pihak eksternal berjalan secara harmoni tanpa
mengabaikan pencapaian tujuan organisasi.
7. Menurut saya kaitan ajaran agama dengan kode etik akuntan adalah untuk menghindari
perilaku tidak etis ketika seorang akuntan menjalankan tugasnya dan untuk menghindari
pelanggaran etika dan sebagai landasan untuk semua nilai dan dijadikan sebagai dasar
pertimbangan dalam setiap legislasi di masyarakat dan negara.jadi hendaknya berlandasankan
pada moral serta dari hasil pemikiran manusia pada keyakinan agama. Kode etik dalam
menjalankan profesi profesionalnya dibutuhkan. Hal ini untuk menghindari sikap dan perilaku
tidak etis dari para akuntan dalam menjalankan pekerjaannya.
Seperti kasus pelanggaran etik yang terjadi di Indonesia yaitu pada tahun 2004 yaitu kasus
Mulyana W. Kusuma yang merupakan anggota KPU:
“Diduga menyuap anggota Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) yang saat itu akan melakukan
audit keuangan berkaitan dengan pengadaan logistik pemilu. Logistik untuk pemilu yang
dimaksud yaitu kotak suara, surat suara, amplop suara, tinta, dan teknologi informasi Setelah
dilakukan pemeriksaan, badan dan BPK meminta dilakukan penyempurnaan laporan. Setelah
dilakukan penyempurnaan laporan, BPK sepakat bahwa laporan tersebut lebih baik daripada
sebeumnya, kecuali untuk teknologi informasi. Untuk itu, maka disepakati bahwa laporan
akan diperiksa kembali satu bulan setelahnya. Setelah lewat satu bulan, ternyata laporan
tersebut belum selesai dan disepakati pemberian waktu tambahan. Berdasarkan kode etik
akuntan, Salman tidak seharusnya melakukan perbuatan diatas , meskipun pada dasarnya
tujuannya dapat dikatakan mulia. Perbuatan tersebut tidak dapat dibenarkan karena beberapa
alasan, antara lain bahwa auditor tidak seharusnya melakukan komunikasi atau pertemuan
dengan pihak yang sedang diperiksanya”
Berdasarkan pemaparan tersebut di atas maka diperlukan adanya pengaturan tentang Kode
Etik yang juga berlandaskan agama. Kode Etik Akuntan ini merupakan komponen yang
seharusnya tidak terpisahkan dari ajaran agama. Sistem nilai religius mensyaratkan bahwa
kode etik profesi ini ditempatkan sebagai landasan untuk semua nilai dan dijadikan sebagai
dasar pertimbangan dalam setiap legislasi di masyarakat dan negara. Selain itu, dasar syariat
hendaknya berlandasankan pada moral serta dari hasil pemikiran manusia pada keyakinan
agama.
Daftar Referensi
Kode Etik Akuntan (2016)
Jurnal: ETIKA PROFESI AKUNTAN DAN PERMASALAHAN AUDIT STUDI
KASUS SKANDAL TESCO DAN KAP PwC. A. Hajar Nur Fachmi, Dewi Shinta
Murti Utami
Jurnal: PEMAHAMAN KODE ETIK PROFESI AKUNTAN ISLAM DI
INDONESIA. Dyah Pravitasari
Brooks, Leonard J., Business & Professional Ethics for Accountants, South Western
College Publishing, 2007 atau edisi terbaru
Wordpress: makalah-kasus-penyelewengan-pajak-oleh-dhana-widyatmika
https://marieffauzi.wordpress.com/2014/12/07/kasus-pelanggaran-etika-akuntansi-
manajemen-oleh-kementerian-pendidikan-dan-kebudayaan/
http://news.detik.com/read/2013/07/25/190845/2314690/10/auditor-bpkp-akui-terima-
duit-dari-kemendikbud
https://www.cnnindonesia.com/nasional/20180228123438-12-279383/bnn-bongkar-
pencucian-uang-rp64-triliun-geng-freddy-budiman
http://m.kompasiana.com/post/read/585865/1/kasus-kredit-macet-bri-jambi-5-tahun-
2013-belum-temukan-tersangka.html
https://gilangadhit.blogspot.com/2016/12/etika-dan-tata-kelola.html
http://keluarmaenmaen.blogspot.com/2010/11/beberapa-contoh-kasus-pelanggaran-
etika.html
https://ginbres.wordpress.com/2013/11/28/transaksi-keuangan-mencurigakan-bagian-
pertama-profil/