Hasil intervensi pada kelompok A menunjukkan keberagaman, pada responden SR, intervensi
membawa pengaruh yang positif namun tidak terlalu signifikan atau bisa dikatakan hanya sedikit
pengaruh yang ada sesaat setelah responden menyelesaikan intervensinya, namun pada saat
dilakukan pengukuran BDI kembali dengan jarak satu minggu setelah pengukuran BDI Pasca
intervensi, tingkat depresi responden SR mengalami kenaikan sehingga kembali pada skor BDI
awal pra intervensi
Lalu pada responden FK yang juga merupakan kelompok A, tidak terdapat pengaruh positif pasca
intervensi dari menulis ekspresif, justtu pengaruh yang diberikan sebaliknya yaitu pengaruh
negative, tingkat depresi FK mengalami peningkatan pasca melakukan intervensi dan mengalami
penurunan kembali pada fase follow up.
Intervensi pada kelompok B menujukkan hasil yang cukup konsisten, dari 3 responden yang
melakukan intervensi menulis naratif dengan jarak seluruhnya mendapatkan pengaruh yang positif
yakni berupa penurunan tingkat depresi, BDI pasca intervensi pada responden AU menurun hingga
3 skor, responden JN 1 skor dan responden RDI 4 skor, penurunan tingkat depresi kembali terjadi
pada fase follow up dimana BDI responden AU menurun hingga 3 skor, responden JN 2 skor dan
responden RDI 1 skor, walau beberapa skor yang didapatkan responden hanya sedikit
perbedaannya, namun intervensi ini menunjukkan hasilnya yang konsisten dan mempunyai efek
yang cukup panjang.
Dari penjelasan diatas, peneliti mengambil kesimpulan bahwa menulis ekspresif tidak berpengaruh
terhadapan penurunan tingkat depresi, dan belum dapat dikatakan mampu dalam upaya penurunan
tingkat depresi, dari dua responden hanya 1 yang berhasil dalam penurunan tangkat depresi dengan
catatan perbedaan nilai yang sedikit dan pada pengukuran kembali skor depresi fase follow up
hasil yang diberikan tetap sama, responden lainnya FK tidak menunjukkan adanya penurunan
depresi dan justru mengalami peningkatan depresi sesaat setelah melakukan intervensi, dan
penuruan kembali pada fase follow up dimana intervensi sudah ditiadakan.
Pada kasus responden FK menulis ekspresif justru menambah beban pikiran dan perasaan menjadi
semakin rumit, karena teknik yang digunakan menulis ekspresif dengan mengharuskan penulisnya
mengekspresikan pikiran dan perasaan emosional terdalamnya melalui tulisan yang tiada control
atau batasan maupun tata cara. Peneliti juga berpendapat bahwa dengan ekspresif yang dikeluarkan
begitu saja justru akan menambah rumit masalah yang ada, karena semakin banyak emosi semakin
sulit kemampuan kognitif manusia untuk berpikir logis dan rasional, dan emosi yang di
ekspresikan justru menambah besar emosi itu sendiri yang sudah ada.
Penulis juga beranggapan bahwa menulis ekspresif seperti halnya seorang teman curhat, dimana
orang yang mempunyai masalah ingin menuangkan semua masalahnya beserta emosinya dengan
maksud agar emosi tersebut bisa lepas dari dirinya, namun alih-alih lepas justru emosi tersebut
datang lagi, karena orang yang mempunyai masalah tersebut tidak benar-benar mencari inti
permasalahannya untuk mencari jalan keluar yang sesuai.
Sedangkan pada menulis naratif dengan jarak peneliti menyimpulkan bahwa terdapat pengaruh
terhadap penurunan tingkat depresi, dimana ketiga responden tersebut seluruhnya mengalami
penurunan depresi pada saat setelah intervensi, selain itu pengaruh yang diberikan pun tidak hanya
sesaat, efek jangka panjang yang peneliti coba uji pada fase follow up menunjukkan bahwa
pengaruh intevensi dapat bertahan walau tanpa adanya intervensi.