Anda di halaman 1dari 43

BAB I

SISTEM PENYAKIT URINARIA

A. Pengertian Sistem Urinaria

Sistem perkemihan atau sistem urinaria, adalah suatu sistem dimana terjadinya
proses penyaringan darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang tidak dipergunakan

oleh tubuh dan menyerap zat-zat yang masih di pergunakan oleh tubuh. Zat-zat yang
tidak dipergunakan oleh tubuh larut dalam air dan dikeluarkan berupa urin (air kemih).

B. Susunan Sistem Perkemihan atau Sistem Urinaria

Sistem perkemihan terdiri dari: dua ginjal (ren) yang menghasilkan urin, dua
ureter yang membawa urin dari ginjal ke vesika urinaria (kandung kemih), satu vesika

urinaria (VU) sebagai tempat urin dikumpulkan, dan satu urethra sebagai urin
dikeluarkan dari vesika urinaria.

1
1. GINJAL

Kedudukan ginjal terletak dibagian belakang dari kavum abdominalis di belakang


peritonium pada kedua sisi vertebra lumbalis III, dan melekat langsung pada dinding

abdomen.
Bentuknya seperti biji buah kacang merah (kara/ercis), jumlahnaya ada 2 buah kiri

dan kanan, ginjal kiri lebih besar dari pada ginjal kanan.
Pada orang dewasa berat ginjal ± 200 gram. Dan pada umumnya ginjal laki – laki

lebih panjang dari pada ginjal wanita.


Satuan struktural dan fungsional ginjal yang terkecil di sebut nefron. Tiap – tiap

nefron terdiri atas komponen vaskuler dan tubuler. Komponen vaskuler terdiri atas
pembuluh – pembuluh darah yaitu glomerolus dan kapiler peritubuler yang mengitari

tubuli. Dalam komponen tubuler terdapat kapsul Bowman, serta tubulus – tubulus, yaitu
tubulus kontortus proksimal, tubulus kontortus distal, tubulus pengumpul dan lengkung

Henle yang terdapat pada medula.


Kapsula Bowman terdiri atas lapisan parietal (luar) berbentuk gepeng dan lapis

viseral (langsung membungkus kapiler golmerlus) yang bentuknya besar dengan banyak
juluran mirip jari disebut podosit (sel berkaki) atau pedikel yang memeluk kapiler secara

teratur sehingga celah – celah antara pedikel itu sangat teratur.


Kapsula bowman bersama glomerolus disebut korpuskel renal, bagian tubulus

yang keluar dari korpuskel renal disabut dengan tubulus kontortus proksimal karena
jalannya yang berbelok – belok, kemudian menjadi saluran yang lurus yang semula tebal

kemudian menjadi tipis disebut ansa Henle atau loop of Henle, karena membuat
lengkungan tajam berbalik kembali ke korpuskel renal asal, kemudian berlanjut sebagai

tubulus kontortus distal.

2
2. URETER

Terdiri dari 2 saluran pipa masing – masing bersambung dari ginjal ke kandung
kemih (vesika urinaria) panjangnya ± 25 – 30 cm dengan penampang ± 0,5 cm. Ureter

sebagian terletak dalam rongga abdomen dan sebagian terletak dalam rongga pelvis.
Lapisan dinding ureter terdiri dari :

a. Dinding luar jaringan ikat (jaringan fibrosa)


b. Lapisan tengah otot polos

c. Lapisan sebelah dalam lapisan mukosa


Lapisan dinding ureter menimbulkan gerakan – gerakan peristaltik tiap 5 menit

sekali yang akan mendorong air kemih masuk ke dalam kandung kemih (vesika urinaria).
Gerakan peristaltik mendorong urin melalui ureter yang dieskresikan oleh ginjal

dan disemprotkan dalam bentuk pancaran, melalui osteum uretralis masuk ke dalam
kandung kemih.

Ureter berjalan hampir vertikal ke bawah sepanjang fasia muskulus psoas dan
dilapisi oleh pedtodinium. Penyempitan ureter terjadi pada tempat ureter terjadi pada

tempat ureter meninggalkan pelvis renalis, pembuluh darah, saraf dan pembuluh
sekitarnya mempunyai saraf sensorik.

3. VESIKA URINARIA ( Kandung Kemih )

Kandung kemih dapat mengembang dan mengempis seperti balon karet, terletak
di belakang simfisis pubis di dalam ronga panggul. Bentuk kandung kemih seperti

kerucut yang dikelilingi oleh otot yang kuat, berhubungan ligamentum vesika umbikalis
medius.

Bagian vesika urinaria terdiri dari :


1. Fundus, yaitu bagian yang mengahadap kearah belakang dan bawah, bagian ini

terpisah dari rektum oleh spatium rectosivikale yang terisi oleh jaringan ikat duktus
deferent, vesika seminalis dan prostate.

3
2. Korpus, yaitu bagian antara verteks dan fundus.

3. Verteks, bagian yang maju kearah muka dan berhubungan dengan ligamentum
vesika umbilikalis.

Dinding kandung kemih terdiri dari beberapa lapisan yaitu, peritonium (lapisan
sebelah luar), tunika muskularis, tunika submukosa, dan lapisan mukosa (lapisan bagian

dalam).

4. URETRA
Uretra merupakan saluran sempit yang berpangkal pada kandung kemih yang

berfungsi menyalurkan air kemih keluar.


Pada laki- laki uretra bewrjalan berkelok – kelok melalui tengah – tengah prostat

kemudian menembus lapisan fibrosa yang menembus tulang pubis kebagia penis
panjangnya ± 20 cm.

Uretra pada laki – laki terdiri dari :


1. Uretra Prostaria

2. Uretra membranosa
3. Uretra kavernosa/spongiosa

Lapisan uretra laki – laki terdiri dari lapisan mukosa (lapisan paling dalam), dan
lapisan submukosa.

Uretra pada wanita terletak dibelakang simfisis pubisberjalan miring sedikit


kearah atas, panjangnya ± 3 – 4 cm. Lapisan uretra pada wanita terdiri dari Tunika

muskularis (sebelah luar), lapisan spongeosa merupakan pleksus dari vena – vena, dan
lapisan mukosa (lapisan sebelah dalam).Muara uretra pada wanita terletak di sebelah

atas vagina (antara klitoris dan vagina) dan uretra di sini hanya sebagai saluran ekskresi.

4
C. Proses Miksi (Rangsangan Berkemih).

Distensi kandung kemih, oleh air kemih akan merangsang stres reseptor yang
terdapat pada dinding kandung kemih dengan jumlah ± 250 cc sudah cukup untuk

merangsang berkemih (proses miksi). Akibatnya akan terjadi reflek kontraksi dinding
kandung kemih, dan pada saat yang sama terjadi relaksasi spinser internus, diikuti oleh

relaksasi spinter eksternus, dan akhirnya terjadi pengosongan kandung kemih.


Rangsangan yang menyebabkan kontraksi kandung kemih dan relaksasi spinter

interus dihantarkan melalui serabut – serabut para simpatis. Kontraksi sfinger eksternus
secara volunter bertujuan untuk mencegah atau menghentikan miksi. kontrol volunter

ini hanya dapat terjadi bila saraf – saraf yang menangani kandung kemih uretra medula
spinalis dan otak masih utuh.

Bila terjadi kerusakan pada saraf – saraf tersebut maka akan terjadi inkontinensia
urin (kencing keluar terus – menerus tanpa disadari) dan retensi urine (kencing

tertahan).
Persarafan dan peredaran darah vesika urinaria, diatur oleh torako lumbar dan

kranial dari sistem persarafan otonom. Torako lumbar berfungsi untuk relaksasi lapisan
otot dan kontraksi spinter interna.

Peritonium melapis kandung kemih sampai kira – kira perbatasan ureter masuk
kandung kemih. Peritoneum dapat digerakkan membentuk lapisan dan menjadi lurus

apabila kandung kemih terisi penuh. Pembuluh darah Arteri vesikalis superior
berpangkal dari umbilikalis bagian distal, vena membentuk anyaman dibawah kandung

kemih. Pembuluh limfe berjalan menuju duktus limfatilis sepanjang arteri umbilikalis.

D. Urine (Air Kemih)


1. Sifat – sifat air kemih

o Jumlah eksresi dalam 24 jam ± 1.500 cc tergantung dari masuknya (intake) cairan
serta faktor lainnya.

5
o Warna bening muda dan bila dibiarkan akan menjadi keruh.

o Warna kuning terantung dari kepekatan, diet obat – obatan dan sebagainya.
o Bau khas air kemih bila dibiarkan terlalu lama maka akan berbau amoniak.

o Baerat jenis 1.015 – 1.020.


o Reaksi asam bila terlalu lama akan menjadi alkalis, tergantung pada diet (sayur

menyebabkan reaksi alkalis dan protein memberi reaksi asam).

2. Komposisi air kemih


 Air kemih terdiri dari kira – kira 95 % air

 Zat – zat sisa nitrogen dari hasil metabolisme protein asam urea, amoniak dan
kreatinin

 Elektrolit, natrium, kalsium, NH3, bikarbonat, fosfat dan sulfat


 Pigmen (bilirubin, urobilin)

 Toksin
 Hormon

3. Mekanisme Pembentukan Urine


Dari sekitar 1200ml darah yang melalui glomerolus setiap menit terbentuk 120 –

125ml filtrat (cairan yang telah melewati celah filtrasi). Setiap harinya dapat terbentuk
150 – 180L filtart. Namun dari jumlah ini hanya sekitar 1% (1,5 L) yang akhirnya keluar

sebagai kemih, dan sebagian diserap kembali.

4. Tahap – tahap Pembentukan Urine


a. Proses filtrasi

Terjadi di glomerolus, proses ini terjadi karena permukaan aferent lebih besar
dari permukaan aferent maka terjadi penyerapan darah, sedangkan sebagian yang

tersaring adalah bagian cairan darah kecuali protein, cairan yang tersaring ditampung

6
oleh simpai bowman yang terdiri dari glukosa, air, sodium, klorida, sulfat, bikarbonat dll,

diteruskan ke seluruh ginja.


b. Proses reabsorpsi

Terjadi penyerapan kembali sebagian besar dari glukosa, sodium, klorida, fosfat
dan beberapa ion karbonat. Prosesnya terjadi secara pasif yang dikenal dengan

obligator reabsorpsi terjadi pada tubulus atas. Sedangkan pada tubulus ginjal bagian
bawah terjadi kembali penyerapan dan sodium dan ion karbonat, bila diperlukan akan

diserap kembali kedalam tubulus bagian bawah, penyerapannya terjadi secara aktif
dikienal dengan reabsorpsi fakultatif dan sisanya dialirkan pada pupila renalis.

c. Augmentasi (Pengumpulan)
Proses ini terjadi dari sebagian tubulus kontortus distal sampai tubulus

pengumpul. Pada tubulus pengumpul masih terjadi penyerapan ion Na+, Cl-, dan urea
sehingga terbentuklah urine sesungguhnya.

Dari tubulus pengumpul, urine yang dibawa ke pelvis renalis lalu di bawa ke
ureter. Dari ureter, urine dialirkan menuju vesika urinaria (kandung kemih) yang

merupakan tempat penyimpanan urine sementara. Ketika kandung kemih sudah penuh,
urine dikeluarkan dari tubuh melalui uretra.

d. Mikturisi
Peristiwa penggabungan urine yang mengalir melui ureter ke dalam kandung

kemih., keinginan untuk buang air kecil disebabkan penanbahan tekanan di dalam
kandung kemih dimana saebelumnmya telah ada 170 – 23 ml urine.

Miktruisi merupakan gerak reflek yang dapat dikendalikan dan dapat ditahan
oleh pusat – pusat persyarafan yang lebih tinggi dari manusia, gerakannya oleh

kontraksi otot abdominal yang menekan kandung kemih membantu mengosongkannya.

7
5. Ciri – ciri Urine Normal

Rata – rata dalam satu hari 1 – 2 liter, tapi berbeda – beda sesuai dengan jumlah
cairan yang masuk. Warnanya bening oranye pucat tanpa endapan, baunya tajam,

reaksinya sedikit asam terhadap lakmus dengan pH rata – rata 6.

E. Kelainan- kelainan pada sistem perkemihan

Masalah-masalah dalam Eliminasi


Masalah-masalahnya adalah : retensi, inkontinensia urine, enuresis, perubahan

pola urine (frekuensi, keinginan (urgensi), poliurine dan urine suppression).


Penyebab umum masalah ini adalah :

 Obstruksi

 Pertumbuhan jaringan abnormal


 Batu

 Infeksi
 Masalah-masalah lain.

1. Retensi Urin

a. Adanya penumpukan urine didalam kandung kemih dan ketidak sanggupan kandung

kemih untuk mengosongkan diri.


b. Menyebabkan distensi kandung kemih

c. Normal urine berada di kandung kemih 250 – 450 ml


d. Urine ini merangsang refleks untuk berkemih.

e. Dalam keadaan distensi, kandung kemih dapat menampung urine sebanyak 3000 –
4000 ml urine

8
Tanda-tanda klinis retensi :

 Ketidaknyamanan daerah pubis.


 Distensi kandung kemih

 Ketidak sanggupan unutk berkemih.


 Sering berkeih dalam kandung kemih yang sedikit (25 – 50 ml)

 Ketidak seimbangan jumlah urine yang dikelurakan dengan intakenya.


 Meningkatnya keresahan dan keinginan berkemih.

2. Inkontinensia urine

a. Ketidaksanggupan sementara atau permanen otot sfingter eksterna untuk


mengontrol keluarnya urine dari kandung kemih

b. Jika kandung kemih dikosongkan secara total selama inkontinensia sampai


inkontinensi komplit

c. Jika kandung kemih tidak secara total dikosongkan selama inkontinensia


sampai inkontinensi sebagian

Penyebab Inkontinensia :

o Proses penuaan
o Pembesaran kelenjar prostat

o Spasme kandung kemih


o Menurunnya kesadaran

o Menggunakan obat narkotik sedative

3. Perubahan pola berkemih


Frekuensi

a. Normal, meningkatnya frekuensi berkemih, karena meningkatnya cairan


b. Frekuensi tinggi tanpa suatu tekanan intake cairan dapat diakibatkan karena cystitis

9
c. Frekuensi tinggi pada orang stress dan orang hamil

d. Canture / nokturia – meningkatnya frekuensi berkemih pada malam hari, tetapi ini
tidak akibat meningkatnya intake cairan.

Urgency

a. Adalah perasaan seseorang untuk berkemih


b. Sering seseorang tergesa-gesa ke toilet takut mengalami inkontinensi jika tidak

berkemih
c. Pada umumnya anak kecil masih buruk kemampuan mengontrol sfingter eksternal.

Dysuria

a. Adanya rasa sakit atau kesulitan dalam berkemih


b. Dapat terjadi karena : striktura urethra, infeksi perkemihan, trauma pada kandung

kemih dan urethra.

Polyuria
a. Produksi urine abnormal dalam jumlah besar oleh ginjal, seperti 2.500 ml/hari, tanpa

adanya peningkatan intake cairan


b. Dapat terjadi karena : DM, defisiensi ADH, penyakit ginjal kronik

c. Tanda-tanda lain adalah : polydipsi, dehidrasi dan hilangnya berat badan.

Urinari suppresi
a. Adalah berhenti mendadak produksi urine

b. Secara normnal urine diproduksi oleh ginjal secara terus menerus pada kecepatan 60
– 120 ml/jam (720 – 1440 ml/hari) dewasa

c. Keadaan dimana ginjal tidak memproduksi urine kurang dari 100 ml/hari disanuria

10
d. Produksi urine abnormal dalam jumlah sedikit oleh ginjal disebut oliguria misalnya

100 – 500 ml/hari


e. Penyebab anuria dan oliguria : penyakit ginjal, kegagalan jantung, luka bakar dan

shock

Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Urine meliputi Volume, warna, Berat Jenis, Ph, Protein, Bikokarbonat,

warna tambahan, dan osmolalitas.


2. Pemeriksaan darah meliputi : HB, SDM, kalium, Natrium, pencitraan radionuklida, dan

Klorida, fosfat, dan magnesium meningkat.


3. Pemeriksaan ultrasound ginjal

4. Arteriogram ginjal
5. EKG

6. CT Scan
7. Endourologi

8. Urografi ekskretorius
9. Sistouretrogram berkemih

4. ISK

Pengertian
Infeksi saluran kemih adalah suatu istilah umum yang dipakai untuk mengatakan

adanya invasi mikroorganisme pada saluran kemih. (Agus Tessy, Ardaya, Suwanto, 2001).
Infeksi saluran kemih adalah berkembang biaknya mikroorganisme di dalam

saluran kemih yang dalam keadaan normal tidak mengandung bakteri, virus atau
mikroorganisme lain.

Infeksi saluran kemih pada bagian tertentu dari saluran perkemihan yang
disebabkan oleh bakteri terutama Escherichia coli ; resiko dan beratnya meningkat

11
dengan kondisi seperti refluks vesikouretral, obstruksi saluran perkemihan, statis

perkemihan, pemakaian instrumen uretral baru, septikemia. (Susan Martin Tucker, dkk,
1998).

Etiologi

1. Dapat berasal dari organisme pada faeces yang naik dari perineum uretra dan
kandung kemih, serta menempel pada permukaan mucosa.

2. Pengosongan kandung kemih yang tidak lengkap .


3. Gangguan status metabolis (diabetes).

4. Aliran balik urine dari uretra ke dalam kandung kemih.


5. Kontaminasi fekal.

6. Hubungan seksual, berperan masuknya organisme dari perineum ke dalam


kandung kemih.

7. Pemasangan alat ke dalam traktus urinarius


8. Statis urine

Macam-macam ISK :

1. Uretritis (uretra)
2. Sistisis (kandung kemih)
3. Pielonefritis (ginjal)

Gambaran Klinis :

 Uretritis biasanya memperlihatkan gejala :

1. Mukosa memerah dan oedema


2. Terdapat cairan eksudat yang purulent
3. Ada ulserasi pada urethra

12
4. Adanya rasa gatal yang menggelitik

5. Good morning sign


6. Adanya nanah awal miksi

7. Nyeri pada saat miksi


8. Kesulitan untuk memulai miksi

9. Nyeri pada abdomen bagian bawah.

 Sistitis biasanya memperlihatkan gejala :

1. Disuria (nyeri waktu berkemih)


2. Peningkatan frekuensi berkemih

3. Perasaan ingin berkemih


4. Adanya sel-sel darah putih dalam urin

5. Nyeri punggung bawah atau suprapubic


6. Demam yang disertai adanya darah dalam urine pada kasus yang parah.

 Pielonefritis akut biasanya memperihatkan gejala :

1. Demam
2. Menggigil

3. Nyeri pinggang
4. Disuria

Pielonefritis kronik mungkin memperlihatkan gambaran mirip dengan pielonefritis


akut, tetapi dapat juga menimbulkan hipertensi dan akhirnya dapat menyebabkan gagal

ginjal.

13
Manifestasi Klinis

1. Bakteriuria

2. Nyeri yang sering dan rasa panas ketika berkemih (sistisis)


3. Hematuria

4. Nyeri punggung
5. Demam

6. Menggigil, nyeri ketika berkemih


7. Terdesak kencing (urgency), disuria

Komplikasi :

 Pembentukan Abses ginjal atau perirenal.


 Gagal ginjal

Pemeriksaan diagnostic :

1) Urinalisis

 Leukosuria atau piuria terdapat > 5 /lpb sedimen air kemih.


 § Hematuria 5 – 10 eritrosit/lpb sedimen air kemih.

2) Bakteroilogis

 Mikroskopis ; satu bakteri lapangan pandang minyak emersi.


102 – 103 organisme koliform/mL urin plus piuria.

 Biakan bakteri
 Tes kimiawi; tes reduksi griess nitrate berupa perubahan warna pada uji carik.

14
Pengobatan penyakit ISK

1. Terapi antibiotik untuk membunuh bakteri gram positif maupun gram negatif.
Amoxicillin 20-40 mg/kg/hari dalam 3 dosis.

2. Co-trimoxazole atau trimethoprim 6-12 mg trimethoprim/kg/hari dalam 2 dosis.


3. Cephalosporin seperti cefixime atau cephalexin.

4. Co-amoxiclav digunakan pada ISK dengan bakteri yang resisten terhadap


cotrimoxazole.

5. Obat-obatan seperti asam nalidiksat atau nitrofurantoin tidak digunakan pada


anak-anak yang dikhawatirkan mengalami keterlibatan ginjal pada ISK.

6. Apabila pielonefritis kroniknya disebabkan oleh obstruksi atau refluks, maka


diperlukan penatalaksanaan spesifik untuk mengatasi masalah-masalah tersebut.

7. Dianjurkan untuk sering minum dan BAK sesuai kebutuhan untuk membilas
microorganisme yang mungkin naik ke uretra, untuk wanita harus membilas dari

depan ke belakang untuk menghindari kontaminasi lubang urethra oleh bakteri


faeces.

15
BAB II

SISTEM PENYAKIT REPRODUKSI

A. Gangguan Sistem Reproduksi Pria

Gangguan yang terjadi pada alat/organ reproduksi laki- laki akan


menyebabkan terjadinya gangguan pada sperma. Gangguan ini menyebabkan

seorang laki- laki menjadi kurang subur bahkan bisa tidak subur, gangguan sperma
tersebut biasanya terjadi pada ;

1. produksi spermanya
2. bentuk spermanya;
3. faal spermanya;
4. fungsi spermanya ;

5. transportasi spermanya.

Selain itu juga masih ada gangguan sperma yang tidak diketahui

penyebabnya, dan ini semua akan menyebabkan tidak baiknya kualitas dan kuantitas
sperma,. Masalah gangguan reproduksi pada pria ini disebabkan oleh hal-hal berikut

ini :

16
a. Prostatitis

Prostatitis adalah istilah umum yang digunakan untuk menggambarkan


peradangan (-itis) prostate. Hipertropi prostat adalah pertumbuhan yang progresif

dan kelenjar prostat sebagai akibat dan proses penuaan pembesaran prostat ini
dapat mengakibatkan obstruksi saluran kemih.

Benigna prostat hipertropi adalah tumor jinak dan kelenjar prostat bagian
paling dalam (medial prostat) membesar oleh karena pembesaran ke arah tepi-tepi

menimbulkan penyempitan uretra. Pembesaran tersebut dapat menyebabkan


dorongan sampai ke arah basis vesika urinaria.

Penyebab dari Prostatitis

Prostatitis adalah infeksi dari prostate yang seringkali disebabkan oleh

beberapa dari bakteri-bakteri yang menyebabkan infeksi-infeksi kantong kemih. Ini


termasuk E. coli, Klebsiella, dan Proteus.

Penyebab secara pasti pada hipertropi prostat benigna belum jelas tetapi
ada dugaan oleh faktor penuaan atau bertambahnya usia (> 50 tahun) akan terjadi

perubahan keseimbangan testosteron karena produksi testosteron menurun dan


terjadi konveksi testosteron menjadi esterogen pada jaringan adipose di perifer.

Tanda/Gejala-Gejala Dari Prostatitis

1. Kesulitan-kesulitan dengan ejakulasi.

2. Disfungsi ereksi.
3. Biasanya ada urgensi.

4. Frekuensi dari membuang air kecil.


5. Dysuria (kencing yang menyakitkan atau sulit).

6. Demam.

17
b. Epididimitis

Epididimitis adalah suatu kondisi medis yang dalam hal ini terdapat
peradangan pada epididimis (suatu struktur melengkung di bagian belakang testis

tempat penyimpanan sperma yang sudah dewasa ).

Penyebab dari Epididimitis

Penyebab paling umum epididimitis adalah infeksi. Pada pria yang aktif
secara seksual (sering berganti-ganti pasangan seksual), Chlamydia trachomatis

adalah mikroba penyebab yang paling sering, diikuti oleh E. coli dan Neisseria
gonorrhoeae.

Tanda dan gejala dari Epididimitis

1. Epididimitis biasanya menimbulkan rasa sakit yang menyerang secara bertahap

seperti nyeri pada testis atau epididimis.


2. Testis mungkin menjadi hangat dan / atau merah.

3. Darah di dalam air mani (hemospermia)


4. Demam

5. Ejakulasi yang menyakitkan


6. Nyeri pada testis
7. Nyeri saat buang air kecil (disuria)
8. Sebuah benjolan atau gumpalan di testis

c. Impotensi

Impotensi adalah suatu gangguan seksual yang ditandai dengan gejala


ketidakmampuan penderita dalam mempertahankan tingkat ereksi penis untuk

berlangsungnya hubungan sex suami istri. Pria impotensi tidak dapat

18
mempertahankan penis dari awal kegiatan hubungan seks suami istri sampai

selesai.

Tingkat impotensi sangat bervariasi mulai dari ringan sampai berat,

dikalangan medis lebih dikenal dengan Disfungsi Ereksi (DE), sedangkan impotensi
adalah tingkat gangguan yang sangat berat, artinya hampir tak mempunyai

kemampuan sama sekali untuk ereksi.

Penyebab Impotensi

Impotensi dilihat dari penyebabnya dapat dikategorikan dalam beberapa


kategori berikut :

1. Impotensi Organik.

Impotensi organik disebut juga impotensi esensial adalah suatu kondisi dimana

penis penderita tidak pernah memiliki kemampuan berereksi.

2. Impotensi Fungsional.

Impotensi fungsional disebabkan karena faktor-faktor patologis atau penyakit


seperti: komplikasi suatu penyakit (diabetes), pemakaian obat-obatan yang

salah, pemakaian alkohol yang berlebihan atau juga sebagai akibat kegiatan
merokok yang sangat kronis.

3. Impotensi Psikis.

Merupakan jenis impotensi yang paling sering ditemukan, penyebabnya adalah

hal yang bersifat kejiwaan seperti: gangguan emosional, stress, perasaan jengkel
pada pasangan, rendah diri, merasa disepelekan, bosan dengan rutinitas,

perasaan takut, was-was, dan lain-lain.

19
Tanda dan Gejala dari Impotensi

Impotensi merupakan penyakit yang sangat personal dan hanya bisa


dirasakan oleh penderita bersama pasangannya saat melakukan hubungan seksual.

Oleh karena itu, gejala-gejala akan terjadinya impotensi pun biasanya tidak
diketahui. Kecuali, yang bersangkutan memeriksakan diri ke dokter. Dari anamnesis

(wawancara terstruktur) dan pemeriksaan fisik yang dilakukan dokter akan dapat
diketahui adanya tanda dan gejala impotensi.

20
B. Gangguan Sistem Reproduksi Wanita

1. Kanker serviks

Kanker serviks adalah pertumbuhan sel bersifat abnormal yang terjadi


pada servik uterus, suatu daerah pada organ reproduksi wanita yang merupakan

pintu masuk ke arah rahim yang terletak antara rahim (uterus) dengan liang
senggama (vagina) (Riono, 1999).

Kanker serviks ataupun lebih dikenali sebagai kanker leher rahim adalah
tumor ganas yang tumbuh di dalam leher rahim /serviks yang merupakan bagian

terendah dari rahim yang menempel pada puncak vagina. Pada penderita kanker
serviks terdapat sekelompok jaringan yang tumbuh secara terus- menerus yang

tidak terbatas, tidak terkoordinasi dan tidak berguna bagi tubuh, sehingga jaringan
disekitarnya tidak dapat berfungsi dengan baik (Sarwono, 1996).

Penyebab Kanker serviks

Penyebab utamanya adalah virus yang disebut Human Papilloma (HPV)

yang dapat menyebabkan kanker.

21
Tanda/gejala dari Kanker Serviks.

a. Pendarahan setelah senggama/berhubungan


b. Pendarahan spontan yang terjadi antara periode menstruasi rutin.

c. Timbulnya keputihan yang bercampur dengan darah dan berbau.


d. Nyeri panggul dan gangguan atau bahkan tidak bisa buang air kecil.

e. Nyeri ketika berhubungan seksual.


2. Vaginitis

Vaginitis adalah infeksi pada vagina yang disebabkan oleh berbagai bakteri,
parasit atau jamur (Manuaba,2001). Vaginitis adalah infeksi yang terjadi pada

vagina terjadi secara langsung pada vagina atau melalui perineum (Wikniosastro
1999).

Penyebab dari Vaginitis

a. Jamur

Umumnya disebabkan oleh jamur Candida Albicans yang menyebabkan rasa


gatal di sekitar vulva / vagina. Warna cairan keputihan akibat jamur berwarna

putih kekuning-kuningan dengan bau yang khas.

b. Bakteri

Biasanya diakibatkan oleh bakteri Gardnerella dan keputihannya disebut


bacterial vaginosis dengan ciri-ciri cairannya encer dengan warna putih keabu-

abuan beraroma amis. Keputihan akibat bakteri biasanya muncul saat


kehamilan, gonta-ganti pasangan, penggunaan alat kb spiral atau iud dan lain

sebagainya.

c. Virus

Keputihan yang diakibatkan oleh virus biasanya bawaan dari penyakit hiv/aids,
Condyloma, herpes dan lain-lain yang bisa memicu munculnya kanker rahim.

22
Keputihan virus herpes menular dari hubungan seksual dengan gejala ada luka

melepuh di sekeliling liang vagina dengan cairan gatal dan rasanya panas.
Sedangkan Condyloma memiliki ciri gejala ada banyak kutil tubuh dengan cairan

yang bau yang sering menyerang ibu hamil

d. Parasit

Keputihan akibat parasit diakibatkan oleh parasit Trichomonas Vaginalis yang


menular dari kontak seks / hubungan seks dengan cairan yang berwarna kuning

hijau kental dengan bau tidak enak dan berbusa. Kadang bisa gatal dan
membuat iritasi. Parasit keputihan ini bisa menular lewat tukar-menukar

peralatan mandi, pinjam-meninjam pakaian dalam, menduduki kloset yang


terkontaminasi, dan lain sebagainya.

Tanda dan Gejala

1) Pruritus vulvae

2) Nyeri vagina yang hebat


3) Disuria eksterna dan interna

4) Rash pada vulva


5) Eritematosa
6) Sekret khas seperti keju lembut.
7) Secret banyak dan bau busuk

8) Edema vulva
9) Vagina berbau busuk dan amis

10) Perdarahan pervaginam

3. Bartolinitis

Bartolinitis adalah Infeksi pada kelenjar bartolin atau bartolinitis juga dapat
menimbulkan pembengkakan pada alat kelamin luar wanita. Biasanya,

23
pembengkakan disertai dengan rasa nyeri hebat bahkan sampai tak bisa berjalan.

Juga dapat disertai demam, seiring pembengkakan pada kelamin yang memerah.

Penyebab Bartolinitas

a. Virus : Kondiloma Akuminata dan Herpes Simpleks.


b. Jamur : Candida Albicans

c. Protozoa : Amoebiasis dan Trikomoniasis.


d. Bakteri : Neiseria Gonore.

Tanda/Gejala Bartolitis

1) Pada vulva : perubahan warna kulit,membengkak, timbunan nanah dalam


kelenjar, nyeri tekan.

2) Kelenjar bartolin membengkak,terasa nyeri sekali bila penderia berjalan atau


duduk,juga dapat disertai demam

3) Kebanyakkan wanita dengan penderita ini dengan keluhan keputihan dan gatal,
rasa sakit saat berhubungan dengan suami, rasa sakit saat buang air kecil, atau

ada benjolan di sekitar alat kelamin.


4) Terdapat abses pada daerah kelamin
5) Pada pemeriksaan fisik ditemukan cairan mukoid berbau dan bercampur
dengan darah.

4. Kista Ovarium

Kista ovarium adalah suatu tumor, baik yang kecil maupun yang besar,
kistik atau padat, jinak atau ganas. Dalam kehamilan, tumor ovarium yang dijumpai

yang paling sering ialah kista dermoid, kista coklat atau kista lutein. Tumor
ovarium yang cukup besar dapat menyebabkan kelainan letak janin dalam rahim
atau dapat menghalang-halangi masuknya kepala ke dalam panggul. Kista ovarium

24
secara fungsional adalah kista yang dapat bertahan dari pengaruh hormonal

dengan siklus menstruasi ( Lowdermilk, dkk. 2005).

Kista ovarium merupakan perbesaran sederhana ovarium normal, folikel

de graf atau korpus luteum atau kista ovarium dapat timbul akibat pertumbuhan
dari epithelium ovarium ( Smelzer and Bare. 2002 :).

Panyebab Kista Ovarium

a. Gaya hidup tidak sehat :

1) Konsumsi makanan yang tinggi lemak dan kurang serat


2) Zat tambahan pada makanan

3) Kurang olah raga


4) Terpapar denga polusi dan agen infeksius

5) Sering stress
b. Faktor genetik

Dalam tubuh kita terdapat gen gen yang berpotensi memicu kanker, yaitu yang
disebut protoonkogen, karena suatu sebab tertentu, misalnya karena makanan

yang bersifat karsinogen, polusi, atau terpapar zat kimia tertentu atau karena
radiasi, protoonkogen ini dapat berubah menjadi onkogen, yaitu gen pemicu
kanker.

Tanda dan gejala

a. menstruasi yang tidak teratur, disertai nyeri.


b. perasaan penuh dan dtertekan diperut bagian bawah.

c. nyeri saat bersenggama.


d. perdarahan.

 Pada stadium awal gejalanya dapat berupa:


1) Gangguan haid

25
2) Jika sudah menekan rectum atau VU mungkin terjadi konstipasi atau

sering berkemih.
3) Dapat terjadi peregangan atau penekanan daerah panggul yang

menyebabkan nyeri spontan dan sakit diperut.


4) Nyeri saat bersenggama.

 Pada stadium lanjut :


1) Asites

2) Penyebaran ke omentum (lemak perut) serta oran organ di dalam


rongga perut (usus dan hati)

3) Perut membuncit, kembung, mual, gangguan nafsu makan,


4) Gangguan buang air besar dan kecil.

5) Sesak nafas akibat penumpukan cairan di rongga dada.

26
BAB III
SISTEM PENYAKIT ENDOKRIN
A. Pengertian Sistem Endokrin Dan Eksokrin

Pada tubuh manusia terdapat dua jenis kelenjar, yaitu sistem kelenjar
endokrin dan sistem eksokrin. Sistem endokrin adalah sistem yang mengatur

kerja kelenjar tanpa saluran (buntu) yang menghasilkan atau mensekresikan


senyawa tersebut hormon yang tersirkulasi di tubuh aliran darah untuk

mempengaruhi organ- organ lain.

Kelenjar eksokrin adalah kelenjar yang memiliki saluran untuk hasil


sekresinya. Contoh kelenjar eksokrin adalah kelenjar ludah, kelenjar mamae dan

kelenjar keringat.

Kelenjar Endokrin berfungsi mensintesis substansi kimia yang langsung


disekresikan dalam sirkulasi darah yang akan mempengaruhi kinerja organ

target yang disebut hormon dan antara lain

a. Mengatur dan membedakan kerja sistem saraf dan sistem reproduksi pada
janin yang sedang berkembang

b. Mengasah dan menstimulus tahapan perkembangan tubh manusia


c. Mengkordinasi sistem reproduksi

d. Memelihara lingkungan internal ( didalam tubuh) seimbang dan optimal


e. Melakukan respons korektif dan adaptif ketika terjadi situasi darurat

B. Cara kerja Sistem Endokrin

Endokrin hampir selalu bekerja sama dengan sistem saraf, namun cara
kerjanya dalam mengendalikan aktivitas tubuh berbeda dari sistem saraf. Paling

27
tidak, ada dua perbedaan cara kerja antara kedua sistem tersebut. Kedua

perbedaan tersebut adalah sebagai beikut :

1. Dibandingkan dengan sistem saraf, sistem endokrin lebih banyak bekerja melalui

transmisi kimia.
2. Sistem endokrin memperlihatkan waktu respon lebih lambat daripada sistem

saraf. Pada sistem saraf, potensial aksi akan bekerja sempurna hanya dalam
waktu 1-5 milidektik, tetapi kerja endokrin melalui hormone baru akan

sempurna dalam waktu yang sangat berfariasi, berkisar antara beberapa menit
hingga beberapa jam. Hormon adrenalin bekerja hanya dalam waktu singkat,

namun hormon pertumbuhan bekerja dalam waktu yang sagat lama. Dibawah
kendali sistem endokrin (menggunakan hormone pertumbuhan), proses

pertumbuhan memerlukan waktu hingga puluhan tahun untuk mencapai


tingkat pertumbuhan yang sempurna.

C. Kelainan pada Sistem Endokrin

Kelainan yang timbul akibat gangguan system endokrin :

 Kehamilan :
a. Hipertiroidisme

Insiden tirotoksikosis atau hipertiroidisme dalam kehamilan berkisar 1 :


2000 kehamilan. Tirotoksikosis yang ringan sulit didiagnosis pada saat

kehamilan, untuk itu ada beberapa tanda yang dapat membantu :

1) Takikardia yang melebihi peningkatan yang berhubungan dengan


kehamilan normal.

2) Peningkatan denyut nadi pada waktu tidur.


3) Thyromegali
4) Exophtalmus

28
5) Kegagalan pertambahan berat badan pada wanita yang non obese

walaupun mendapat asupan nutrisi yang normal atau meningkatkan


nutrisinya.

Jika kelebihan tiroid, (hipertiroidisme) akan menyebabkan


pertumbuhan raksasa (gigantisme). Jika kelebihan terjadi pada saat

dewasa, akan menyebabkan pertumbuhan tidak seimbang pada tulang


jari tangan, kaki, rahang, ataupun tulang hidung yang disebut akromegali.

b. Hipotioridisme

Hipotiroidisme didiagnosis secara klinis bila kadar FT4 rendah dan

kadar thyrotropin meningkat. Dalam kehamilan jarang ditemukan karena


keadaan ini berhubungan dengan infertilitas. Penderita hipotiroidisme

yang hamil mempunyai insiden komplikasi eklampsia dan solusio


plasenta yang tinggi serta berhubungan dengan tingginya kasus berat

badan lahir rendah dan kematian janin dalam rahim. Ditemukan pula

angka fetal distres yang tinggi dalam persalinan dan kegagalan jantung.

29
Hipotiroidisme subklinis adalah pasien yang asimptomatik dimana

terjadi peningkatan kadar serum thyrotropin yang abnormal dan kadar


T4 yang normal. Pada wanita berumur 18 – 45 insidennya sekitar 5 %, dan

dalam kurun waktu 1 -4 tahun sekitar 10-20% akan berkembang menjadi


hipotiroidisme. Faktor risiko adalah kadar thyrotropin lebih dari 10 mU/L

dan adanya antibodi antimikrosomal. The American Thyroid Association


menganjurkan pemberian pengobatan sebelum keadaan ini berkembang

menjadi simptomatik.

Dampak hipotiroidisme subklinis terhadap kehamilan belum jelas

namun dianjurkan terapi sulih thyrotropin. Ada pendapat yang


mengatakan bahwa keadaan ini mempunyai risiko untuk mengalami

hipertensi yang diinduksi oleh kehamilan dan persalinan prematur.


Penelitian lain menemukan penurunan kecerdasan pada anak-anak yang

lahir dari ibu dengan hipotiroidisme subklinis yang tidak mendapat


pengobatan.

c. Penyakit Tiroid Noduler

Aspirasi jarum halus merupakan metode terbaik untuk melakukan


evaluasi nodul tiroid pada saat hamil. Dianjurkan melakukan biopsi pada
pertengahan kehamilan, untuk lesi padat yang berukuran > 2 cm dan

lesi kistik yang berukuran > 4 cm. Biopsi dilakukan hanya bila ada
limfadenopati di leher atau bila nodul membesar.

Wanita hamil dengan nodul tiroid yang teraba harus menjalani

pemeriksaan fungsi tiroid untuk mengetahui apakah nodul tersebut


hiperaktif dan perlu dilakukan pemeriksaan USG pada kelenjar tiroid.
Pada umumnya nodul kistik berhubungan dengan tirotoksikosis dan

30
tidak ganas. Nodul ini berhubungan dengan goiter multinoduler dan

adenoma toksik soliter.3

Berhubung karena sebagian besar karsinoma tiroid berdiferensiasi

baik maka bila terdiagnosis saat hamil operasi tiroidektomi dapat


ditunda sampai postpartum. Bila kehamilan kurang dari 24 - 26 minggu

yang merupakan waktu dimana operasi tidak menyebabkan persalinan


prematur maka tiroidektomi dapat dilakukan dengan aman.

 Bayi

a. Tetani konvulsi adalah gejala kejang yang disebabkan kadar kalsium

darah menurun dikarenakan kekurangan parathormon (provitamin D).

b. Rickets adalah penyakit yang ditandai kekeroposan tulang karena


kekurangan vitamin D pada usia pertumbuhan sehingga mudah patah dan

bentuknya menyimpang. Kekurangan vitamin D dapat disebabkan oleh


beberapa faktor seperti kurang ekspos sinar matahari sehingga gangguan

sintesis provitamin D dikulit, dihati, dan ginjal.

c. Kretinisme adalah kegagalan sekresi tiroid pada anak dan bayi saja
dikarenakan tidak terdapatnya enzim dalam sel-sel tiroid yang

diperlukan sehingga anak tampak pendek dan mengalami retardasi mental


dengan kulit tebal, rambut jarang, suara serak dan lidah menonjol keluar.

Terapi tiroksin dini dapat mencegah kondisi ini. Kekurangan tiroksin


menurunkan kecepatan metabolisme sehingga pertumbuhan lambat dan

kecerdasan menurun. Bila ini terjadi pada anak-anak mengakibatkan


kretinisme, yaitu kelainan fisik dan mental yang menyebabkan anak tumbuh
kerdil dan idiot. Kekurangan iodium yang masih ringan dapat diperbaiki

31
dengan menambahkan garam iodium di dalam makanan.

 Balita

a. Gangguan pertumbuhan

Hormon pertumbuhan manusia disekresikan oleh kelenjar hipofisis.


Hormon tersebut adalah hormon yang bertanggung jawab untuk

pertumbuhan keseluruhan di tubuh manusia. Terlalu banyak sekresi


hormon pertumbuhan ini menyebabkan gangguan endokrin yang

disebyt gigantisme yaitu ukuran tubuh lebih besar dan tidak sesuai
dengan usianya.

b. Pubertas prekoks

Biasanya anak perempuan mengalami pubertas rata-rata usia nya 10

tahun sedangkan untuk anak laki-laki rata-rata berusia 12 tahun. Tetapi


jika anak mengalami pubertas perkoks maka anak tersebut bisa dikatakan

pubertas sebelum waktunya.

32
c. Sindrom chusing

Sindrom chusing yaitu kelainan peningkatan kadar kotisol pada darah


yang dapat disebabkan oleh obat-obatan seperti kortikosteroid atau

tumor pada kelenjar hipofisis

 Menopause

a. Diabetes melitus tipe II

Pada diabetes melitus tipe II terdapat 2 masalah utama yaitu


resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin. Seharusnya jika normal

insulin akan terikat dengan reseptor khusus pada permukaan sel. Jika
tidak akibatnta terjadi suatu rangkaian reaksi dalam metabolisme glukosa

dalam sel. Resistensi insulin pada diabetes melitus tipe 2 disertai dengan
reaksi intra se. Dengan demikian insulin menjadi tidak efektif untuk

menstimulasi pengambilan glukosa.

b. Hipertiroid

Hipertiroid adalah suatu keadaan dimana kelenjar tiroid berkerja


secara berlebihan, sehingga menghasilkan sejumlah besar hormone
tiroid. Hipertiroid bisa ditemukan dalam bentuk penyakit seperti gondok
dan hipertiroid bisa di sebabkan oleh tumor hipofisa yang menghasilkan

terlalu banyak TSH penyebab lainnya adalah perlawanan hipofisa


terhadap hormone tiroid sehingga kelenjar hipofisa menghasilkan terlalu

banyak TSH.

33
c. Osteoporosis primer

Osteoporosis primer sering menyerang wanita paska menoupause


dan juga pada pria usia lanjut dengan penyebab yang belum diketahui.

Osteoporosis primer dibagi menjadii 2 yaitu :

 Osteoporosis postmenopausal yaitu yang terjadi karena kekurangan


estrogen (hormon utama pada wanita) yang membantu mengatu

pengangkutan kalsium pada tulang wanita yang usianya sekitar 51-


75 tahun,

 Osteoporosis senilis kemungkinan merupakan akibat dari


kekurangan kalsium yang berhubungan dengan usia dan

ketidakseimbangan diantara kecepatan hancurnya tulang dan


pembentukan tulang baru. Penyakit ini biasanya terjadi pada usia di

atas 70 tahun dan 2 kali lebih sering menyerang wanita.

34
BAB IV

SISTEM PENYAKIT PERSARAFAN

A. SISTEM PERSARAFAN

Sistem saraf adalah sistem koordinasi (pengaturan tubuh) berupa penghantaran

impul saraf ke susunan saraf pusat, pemrosesan impul saraf dan perintah untuk
memberi tanggapan rangsangan. Unit terkecil pelaksanaan kerja sistem saraf adalah sel

saraf atau neuron. Sistem saraf sangat berperan dalam iritabilitas tubuh. Iritabilitas

memungkinkan makhluk hidup dapat menyesuaikan diri dan menanggapi perubahan-

35
perubahan yang terjadi di lingkungannya. Jadi, iritabilitas adalah kemampuan

menanggapi rangsangan.
Sistem saraf termasuk sistem saraf pusat dan sistem saraf perifer (sistem saraf

tepi). Sistem saraf pusat terdiri dari otak dan sumsum tulang belakang dan sistem saraf
perifer terdiri atas sistem saraf somatik dan sistem saraf otonom. Sistem saraf

mempunyai tiga fungsi utama, yaitu menerima informasi dalam bentuk rangsangan atau
stimulus; memproses informasi yang diterima; serta memberi tanggapan (respon)

terhadap rangsangan.
1. Struktur Saraf

Sistem saraf pada manusia terdiri dari sel saraf yang biasa disebut dengan neuron
dan sel gilial. Neuron berfungsi sebagai alat untuk menghantarkan impuls

(rangsangan) dari panca indra menuju otak dan kemudian hasil tanggapan dari otak
akan dikirim menuju otot. Sedangkan sel gilial berfungsi sebagai pemberi nutrisi

pada neuron.
1.1. Sel Saraf (Neuron)

Unit terkecil penyusun sistem saraf adalah sel saraf atau bisa juga disebut
neuron. Sel saraf adalah sebuah sel yang berfungsi untuk menghantarkan impuls

(rangsangan). Setiap satu sel saraf (neuron) terdiri atas tiga bagian utama yang
berupa badan sel saraf, dendrit, dan akson. Berikut adalah gambar dan bagian-

bagian struktur sel saraf (neuron) beserta penjelasannya:


1. Dendrit adalah serabut sel saraf pendek dan bercabang-cabang. Dendrit

merupakan perluasan dari badan sel. Dendrit berfungsi untuk menerima dan
mengantarkan rangsangan ke badan sel.

2. Badan Sel adalah bagian yang paling besar dari sel saraf. Badan sel berfungsi
untuk menerima rangsangan dari dendrit dan meneruskannya ke akson.

Badan sel saraf mengandung inti sel dan sitoplasma.

36
3. Nukleus adalah inti sel saraf yang berfungsi sebagai pengatur kegiatan sel

saraf (neuron).
4. Neurit (Akson) adalah tonjolan sitoplasma yang panjang (lebih panjang

daripada dendrit), berfungsi untuk menjalarkan impuls saraf meninggalkan


badan sel saraf ke neuron atau jaringan lainnya. Jumlah akson biasanya hanya

satu pada setiap neuron.


5. Selubung Mielin adalah sebuah selaput yang banyak mengandung lemak

yang berfungsi untuk melindungi akson dari kerusakan. Selubung mielin


bersegmen-segmen. Lekukan di antara dua segmen disebut nodus ranvier.

6. Sel Schwann adalah jaringan yang membantu menyediakan makanan untuk


neurit (akson) dan membantu regenerasi neurit (akson).

7. Nodus ranvier berfungsi untuk mempercepat transmisi impuls saraf. Adanya


nodus ranvier tersebut memungkinkan saraf meloncat dari satu nodus ke

nodus yang lain, sehingga impuls lebih cepat sampai pada tujuan.
8. Sinapsis adalah pertemuan antara ujung neurit (akson) di sel saraf satu dan

ujung dendrit di sel saraf lainnya. Pada setiap sinapsis terdapat celah sinapsis.
Pada bagian ujung akson terdapat kantong yang disebut bulbus akson.

Kantong tersebut berisi zat kimia yang disebut neurotransmiter.


Neurotransmiter dapat berupa asetilkolin dan kolinesterase yang berfungsi

dalam penyampaian impuls saraf pada sinapsis.

Sel-sel saraf (neuron) bergabung membentuk jaringan saraf. Ujung dendrit dan
ujung akson lah yang menghubungkan sel saraf satu dan sel saraf lainnya.

Menurut fungsinya, ada tiga jenis sel saraf yaitu:


1. Sel saraf sensorik adalah sel saraf yang mempunyai fungsi menerima

rangsang yang datang kepada tubuh atau panca indra, dirubah menjadi

37
impuls (rangsangan) saraf, dan meneruskannya ke otak. Badan sel saraf ini

bergerombol membentuk ganglia, akson pendek, dan dendritnya panjang.


2. Sel saraf motorik adalah sel saraf yang mempunyai fungsi untuk membawa

impuls saraf dari pusat saraf (otak) dan sumsum tulang belakang menuju otot.
Sel saraf ini mempunyai dendrit yang pendek dan akson yang panjang.

3. Sel saraf penghubung adalah sel saraf yang banyak terdapat di dalam otak
dan sumsum tulang belakang. Neuron (sel saraf) tersebut berfungsi untuk

menghubungkan atau meneruskan impuls (rangsangan) dari sel saraf sensorik


ke sel saraf motorik.

1.2. Sel Glial

Sel Glial berfungsi diantaranya untuk memberi nutrisi pada sel saraf. Macam-
macam neuroglia diantaranya adalah astrosit, oligodendrosit, mikroglia, dan

makroglia.

B. Sistem Saraf Pusat


Pusat saraf berfungsi memegang kendali dan pengaturan terhadap kerja jaringan

saraf hingga ke sel saraf. Sistem saraf pusat terdiri atas otak besar, otak kecil, sumsum
lanjutan (medula oblongata), dan sumsum tulang belakang (medula spinalis). Otak

terletak di dalam tulang tengkorak, sedangkan sumsum tulang belakang terletak di


dalam ruas-ruas tulang belakang.

Tiga materi esensial yang ada pada bagian sumsum tulang belakang serta otak
antara lain, yaitu:

1. Substansi grissea atau bagian materi kelabu yang terbentuk dari badan sel.
2. Substansi alba atau bagian materi putih yang terbentuk dari serabut saraf.

3. Jaringan ikat atau sel-sel neuroglia yang ada di dalam system saraf pusat tepatnya di
antara sel-sel saraf yang ada.

38
Selain itu, pada sistem saraf pusat terdapat juga Jembatan varol yang tersusun atas

serabut saraf yang menghubungkan otak kecil bagian kiri dan kanan, juga
menghubungkan otak besar dengan sumsum tulang belakang. Jembatan varol

berfungsi menghantarkan rangsang dari kedua bagian serebelum.


1. Otak Besar

Otak besar wujudnya kenyal, lunak, ada banyak lipatan, serta berminyak. Otak besar
dikelilingi oleh cairan serebrospinal yang berfungsi memberi makan otak dan

melindungi otak dari guncangan. Di dalam otak besar terdapat banyak pembuluh darah
yang berfungsi memasok oksigen ke otak besar.

Bila otak besar pada laki-laki beratnya kira-kira 1,6 kg sedangkan bagi perempuan
berat otak besar yang di miliki kira-kira adalah 1,45 kg. Jadi otak laki-laki yang lebih

berat dikarenakan ukurannya yang juga lebih besar di bandingkan dengan otak wanita.
Namun kecerdasan yang dimiliki masing-masing orang baik laki-laki maupun

perempuan tidak tergantung dengan berat otak yang mereka miliki. Tapi yang
mengukur dan menentukn tingkat kecerdasan yang ada pada otak yaitu yang jumlah

hubungan antar saraf satu dengan lainnya itu dalam jumlah banyak.
2. Otak Kecil

Otak Kecil terletak di bagian belakang kepala dan dekat leher. Fungsi utama otak
kecil adalah sebagai pusat koordinasi gerakan otot yang terjadi secara sadar,

keseimbangan, dan posisi tubuh. Jika terjadi rangsangan yang membahayakan, gerakan
sadar yang normal tidak mungkin dilaksanakan. Otak kecil merupakan pusat

keseimbangan. Apabila terjadi gangguan (kerusakan) pada otak kecil maka semua
gerakan otot tidak dapat dikoordinasikan.

3. Sumsum Lanjutan
Sumsum lanjutan (sumsum sambung) atau medula oblongata terletak di

persambungan antara otak dengan tulang belakang. Fungsi sumsum lanjutan adalah
untuk mengatur suhu tubuh, kendali muntah, pengatur beberapa gerak refleks (seperti

39
batuk, bersin, dan berkedip), dan pusat pernapasan. Selain itu, sumsum lanjutan

berperan untuk mengantarkan impuls yang datang menuju otak. Sumsum sambung pun
mempengaruhi refleks fisiologi, seperti jantung, tekanan darah, volume, respirasi,

pencernaan, dan sekresi kelenjar pencernaan.


4. Sumsum Tulang Belakang

Sumsum tulang belakang atau medula spinalis berada di dalam tulang belakang.
Sumsum tulang belakang terbagi menjadi dua lapisan, yaitu lapisan luar yang berwarna

putih dan lapisan dalam yang berwarna kelabu. Sumsum tulang belakang dilindungi
oleh tulang belakang atau tulang punggung yang keras. Tulang punggung terdiri dari

33 ruas. Fungsi utamanya adalah sebagai pusat gerak refleks.


Di dalam sumsum tulang belakang, terdapat saraf sensorik, motorik, dan saraf

penghubung. Fungsi saraf-saraf tersebut adalah sebagai pengantar impuls dari otak dan
ke otak.

Sumsum tulang belakang memiliki fungsi penting dalam tubuh. Fungsi tersebut antara
lain menghubungkan impuls dari saraf sensorik ke otak dan sebaliknya,

menghubungkan impuls dari otak ke saraf motorik; memungkinkan menjadi jalur


terpendek pada gerak refleks.

Skema gerak biasa adalah: impuls (rangsangan) > saraf sensorik > otak > saraf motorik
> otot > gerakan

Skema gerak refleks adalah: impuls (rangsangan) > saraf sensorik > sumsum tulang
belakang > saraf motorik > otot > gerak reflex

40
5. Penyakit Pada Sistem Saraf

Penyakit dan kelainan sistem saraf adalah penyakit atau kelainan yang
mempengaruhi fungsi sistem saraf pada manusia. Penyakit dan kelainan dapat terjadi

dan menyerang pusat saraf, yaitu otak dan sumsum tulang belakang, atau sel-sel saraf
pada jaringan saraf. Karena otak adalah pusat kendali dari semua aktivitas sadar kita –

berpikir, berkemauan, mengingat, dan sebagainya – maka penyakit dan kelainan pada
otak dapat menyebabkan perubahan dan gangguan yang dirasakan seluruh tubuh.

Penyakit dan kelainan otak dapat menyebabkan kekacauan pikir dan emosi,
gangguan fungsi organ tubuh, kelainan psikologis, dan sebagainya. Berikut ini adalah

beberapa penyakit yang khususnya menyerang otak. Baik batang otak maupun kulit
otak dan otak kecil.

a. Encephalitis
Encephalitis (Yunani: encekphalos (otak) dan itis (peradangan)) adalah peradangan

otak. Peradangan otak ini dapat melibatkan pula struktur terkait lainnya.
encephalomyelitis adalah peradangan otak dan sumsum tulang belakang, dan

meningoencephalitis adalah peradangan otak dan “meninges” (membran yang menutupi


otak). Penyebab encephalitis paling sering adalah karena infeksi mikroorganisme atau

zat-zat kimia seperti timbal, arsen, merkuri (air raksa), dll.


b. Stroke

Kelayuan tiba-tiba otak akibat dari berkurangnya secara drastis aliran darah ke suatu
bagian otak atau akibat pendarahan dalam otak. Keadaan ini berdampak antara lain

kelumpuhan sementara atau menetap pada satu atau kedua sisi tubuh, kesulitan
berkata-kata atau makan, dan lenyapnya koordinasi otot. Merokok, kolestrol tinggi,

diabetes, penuaan, dan kelainan turunan adalah faktor utama penyebab stroke.
c. Alzheimer

Penyakit alzheimer ditandai oleh kerusakan sel saraf dan sambungan saraf di kulit
otak dan kehilangan massa otak yang cukup besar. Gejala khas pertama yang muncul

41
adalah pikun. Ketika makin buruk, kehilangan ingatan si penderita juga makin parah.

Keterampilan bahasa, olah pikir, dan gerak turun drastis. Emosi jiwa dan suasana hati
jadi labil. Penderita cenderung rentan dan lebih peka terhadap stres. Mudah

terombang-ambing antara marah, cemas, atau tertekan. Pada tahap lebih lanjut,
penderita kehilangan responsibilitas dan mobilitas serta kontrol terhadap fungsi tubuh.

d. Gegar Otak
Kehilangan sementara fungsi otak yang disebabkan oleh luka relatif ringan pada

otak dan tak selalu berkaitan dengan ketidaksadaran. Orang yang kena gegar otak
mungkin tak ingat apa yang terjadi sesaat sebelum atau setelah luka. Gejala gegar otak

antara lain cadel berbicara, kebingunan berat, koordinasi otot terganggu, sakit kepala,
pusing, dan mual.

e. Epilepsi
Epilepsi adalah kelainan kronik yang dicirikan oleh serangan mendadak dan

berulang-ulang yang disebabkan oleh impils berlebihan sel-sel saraf dalam otak.
Serangan dapat berupa sawan, hilang kesadaran beberapa saat, gerak atau sensasi aneh

bagian tubuh, tingkah laku aneh, dan gangguan emosional. Serangan epilepsi umumnya
berlangsung hanya 1-2 menit. Kemudian diikuti oleh kelemahan, kebingungan, atau

kekurangtanggapan.
f. Narkolepsi

Narkolepsi adalah gangguan tidur yang ditandai dengan serangan tidur tiba-tiba
dan tak terkendali di siang hari, dengan gangguan tidur di malam hari. Penderita bisa

mendadak tertidur di mana saja dan kapan saja bahkan saat berdiri atau berjalan. Tidur
berlangsung beberapa detik atau menit dan bahkan lebih dari sejam.

g. Afasia
Afasia adalah kerusakan dalam pengungkapan dan kepahaman bahasa yang

disebabkan oleh kerusakan lobus frontal dan temporal otak. Afasia bisa disebabkan oleh
luka kepala, tumor, stroke, atau infeksi.

42
h. Dementia

Kemunduran kapasitas intelektual – yang kronis dan biasanya kian memburuk – yang
berkaitan dengan kehilangan sel saraf secara meluas dan penyusutan jaringan otak.

Dementia paling biasa terjadi di kalangan lansia meskipun dementia ini dapat
menyerang segala usia. Kondisi dementia dimulai dengan hilangnya ingatan, yang mula-

mula tampak sebagai ketidakingatan atau kelupaan sederhana. Ketika memburuk,


lingkup kehilangan ingatan meluas hingga penderita tak lagi ingat akan keterampilan,

sosial, dan hidup yang paling dasar sekalipun.

43

Anda mungkin juga menyukai