Bab I Ahmad Zawi Fatonah

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan menurut pandangan Islam merupakan bagian dari tugas

kekhalifahan manusia yang harus dilaksanakan secara bertanggung jawab,

kemudian pertanggungjawaban itu baru bisa dituntut kalau ada aturan dan

pedoman pelaksanaan. Oleh karenanya, Islam tentunya memberikan garis

garis besar tentang pelaksanaan pendidikan tersebut. Ahmad Barizi dalam

Abdul Malik Fadjar (2005:148), menyatakan Islam memberikan konsep-

konsep yang mendasar tentang pendidikan, dan menjadi tanggung jawab

manusia untuk menjabarkan dengan mengaplikasikan konsep-konsep dasar

tersebut dalam praktek pendidikan.

Dengan pendidikan, manusia biasa mempertahankan kekhalifahannnya

sebagaimana pendidikan adalah hal pokok yang membedakan antara manusia

dengan makhluk lainnya. Dan pendidikan yang diberikan atau dipelajari harus

dengan nilai-nilai kemanusiaan sebagai mediasi nilai-nilai kemanusiaan itu

sendiri. Hal ini dalam agama sangatlah diperhatikan, akan tetapi dalam

pengaplikasiannya yang dilakukan umatnya kadang melenceng dari esensi

ajaran agama itu sendiri. Hal inilah yang harus menjadi perhatian dasar

pendidikan Islam.

Pendidikan sering dikatakan sebagai seni pembentukan masa depan.

Ini tidak hanya terkait dengan manusia seperti apa yang diharapkan di masa

1
2

depan, tetapi juga dengan proses seperti apa yang akan diberlakukan sejak

awal keberadaannya, baik dalam konteks peserta didik maupun proses. Oleh

karena itu, pendidikan Islam perlu memperhatikan realitas sekarang untuk

menyusun format langkah-langkah yang akan dilakukan. Dengan demikian,

ajaran Islam sarat dengan nilai-nilai, bahkan konsep pendidikan. Akan tetapi,

semua itu masih bersifat subyektif dan transendental. Agar menjadi sebuah

konsep yang obyektif dan membumi perlu didekati dengan keilmuan, atau

sebaliknya perlu menggunakan paradigma Islam yang sarat dengan nilai-nilai

pendidikan (Abdurrahman Masud, 2001:19).

Pemikiran semacam ini kiranya saat ini memiliki momentum yang

tepat, karena dunia pendidikan sering menghadapi krisis konseptual. Di

samping karena begitu cepatnya terjadi perubahan sosial yang sulit, maka

menjadi tanggungjawab bagi setiap pakar pendidikan untuk membangun teori

pendidikan Islam sebagai paradigma. Saat ini ada kecenderungan pendidikan

Islam kian mendapat tantangan seiring berkembangnya zaman. Di satu sisi

lain muncul persaingan global dunia pendidikan Islam. Sedangkan di satu sisi

menjanjikan masa depan pembentukan kualitas anak didik, namun pada sisi

lain juga memunculkan kekhawatiran kian merosotnya kualitas pendidikan

yang merusak nilai-nilai pendidikan Islam itu sendiri.

Pendidikan Islam dewasa ini menghadapi banyak tantangan yang

berusaha mengancam keberadaannya. Tantangan tersebut merupakan bagian

dari sekian banyak tantangan global yang memerangi kebudayaan Islam.

Tantangan yang paling parah yang dihadapi pendidikan Islam adalah krisis
3

moral spiritual masyarakat, sehingga muncul anggapan bahwa pendidikan

Islam masih belum mampu merealisasikan tujuan pendidikan secara holistik.

Hery Noer Aly, dkk (2003:227-234), menjelaskan tantangan yang dihadapi

pendidikan Islam, antara lain: kebudayaan Islam berhadapan dengan

kebudayaan barat abad ke-20; bersifat intern, tampak pada kejumudan

produktivitas pemikiran keIslaman dan upaya menghalangi produktivitas

tersebut; kebudayaan yang dimiliki sebagian pemuda muslim yang sedang

belajar di negeri asing hanya kebudayaan asing; sistem kebudayaan Islam di

sebagian negara muslim masih terpaku pada metode tradisional dan kurang

merespon perkembangan zaman secara memadai agar generasi muda tidak

berpaling kepada kemewahan kehidupan modern dan kebudayaan barat;

kurikulum universal di sebagian dunia Islam masih mengabaikan kebudayaan

Islam; dan berkenaan dengan pendidikan wanita muslimah.

Paradigma pembangunan pendidikan yang sangat sentralistik telah

melupakan keragaman yang sekaligus kekayaan dan potensi yang dimiliki

bangsa ini. Perkelahian, kerusuhan, permusuhan, munculnya kelompok yang

memiliki perasaan bahwa budayanyalah yang lebih dari budaya lain adalah

buah dari pengabaian keragaman tersebut dalam dunia pendidikan kita. Ada

banyak tokoh-tokoh pendidikan Islam, baik klasik dan kontemporer yang

peneliti lihat dan klasifikasi dari melihat masa ketika para tokoh trersebut

hidup yang telah menulis hasil pemikirannya tentang pendidikan, diantaranya

yang klasik adalah Ibnu Khaldun, Imam al Ghazali, dan Ibnu Maskawih, dan

masih banyak lagi. Sedangkan para tokoh yang kontemporer adalah


4

Muhammad Abduh, Ki Hajar Dewantara, Hasan Langgulung, dan Naquib al-

Attas, dan masih banyak lagi. Kehadiran mereka dapat memfungsikan semua

potensi dirinya dan tanggungjawabnya sebagai khalifah fil Ardh yang

membebaskan belenggu kehidupan yang dapat mengancam keterasingan umat

Islam.

Sistem pendidikan sering dipahami sebagai suatu pola menyeluruh dari

proses pendidikan dalam lembaga-lembaga formal, agen-agen, serta organisasi

dengan mentransfer pengetahuan, warisan kebudayaan serta sejarah

kemanusiaan yang mempengaruhi pertumbuhan sosial, spiritual, dan

intelektual. Artinya, sistem pendidikan tidak bisa dipisahkan dari sistem-

sistem di luarnya, seperti sistem politik, sistem tata laksana, sistem keuangan,

dan sistem kehakiman. Salah satu intelektual muslim merekonstruksi

paradigma yang dapat dijadikan dasar bagi sistem pendidikan nasional adalah

KH. Noer Alie. Berawal dari rekontruksi itulah dirasa perlu diteliti menurut

penulis sebagai salah satu usaha atau refleksi untuk menemukan konsep

pendidikan Islam. Apakah pemikiran KH. Noer Alie mengenai Pendidikan

Islam benar-benar relevan dengan keadaan masa kini.

Dalam ranah pendidikan saat ini, masih terdengar asumsi masyarakat

tentang dikotomi dalam pendidikan, M. Zainudin (2006:91), berpandangan

hingga saat ini masih banyak kalangan yang masih beranggapan bahwa

“agama” dan “ilmu” adalah dua entitas yang tidak dapat dipertemukan, karena

adanya anggapan kedua entitas di atas memiliki ranah dan wilayah tersendiri,

terpisah antara satu dan lainnya, baik dari segi objek formal-matrial, metode
5

penelitian, kriteria kebenaran, peran yang dimainkan oleh ilmuwan maupun

status teori masing-masing sampai masuk ke institusi penyelenggaraan.

Pemikiran pendidikan yang dikemukakan KH. Noer Alie adalah

membawa pembaharuan dalam bidang pembentukan lembaga pendidikan

Islam dengan menggunakan sistem modern. Dikatakan modern lantaran

menggunakan penjenjangan mulai tingkat dasar hingga perguruan tinggi.

Didalamnya diajarkan kurikulum berstandar nasional dan Timur Tengah.

Model pendidikan modern ini digunakan pada Yayasan Pendidikan At-Taqwa

yang didirikan oleh KH. Noer Alie sejak tahun 1950 di mana sekolah lain

yang tergolong pondok pesantren masih memakai sarungan sementara di

Yayasan Pendidikan At-Taqwa sudah terbiasa celana dan dasi serta

menggunakan materi belajar logika dan penggunaan bahasa Inggris di kelas.

Sekolah ini didirikan oleh KH. Noer Ali sekembalinya beliau menuntut

ilmu di Makkah Almukarromah sekitar tahun 1940, namun vakum akibat

konsentrasi dalam revolusi fisik. Hingga saat ini lulusan dari Yayasan

Pendidikan At-Taqwa banyak yang meneruskan ke jenjang perguruan tinggi

negeri dan swasta, dalam dan luar negeri. Untuk di luar negeri, banyak yang

melanjutkan ke Timur Tengah seperti Mesir, Pakistan, Syiria, Madinah,

Kuwait, Sudan dan lainnya. Dapat dikatakan bila lulusan At-Taqwa banyak

yang ke Timur Tengah karena ijazahnya dapat diakui oleh perguruan tinggi

tersebut.
6

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk

mengangkatnya ke dalam penelitian yang berjudul: “Pemikiran KH. Noer Alie

tentang Konsep Pendidikan Islam”.

B. Pembatasan Masalah

Agar penelitian ini lebih jelas dan tidak melebar dari segi

pembahasannya, maka peneliti perlu menjelaskan batasan pembahasannya.

Dalam penelitian ini penulis akan membahas mengenai konsep pendidikan

Islam dalam perspektif KH. Noer Alie. Ada empat pandangan KH. Noer Alie

mengenai dasar pendidikan Islam, yaitu pandangannya tentang manusia,

kehidupan, masyarakat dan pendidikan serta ilmu pengetahuan.

Dalam pandangannya tentang manusia, KH. Noer Alie menekankan

akan peran penting manusia dalam kehidupan dan kaitannya dengan bidang

pendidikan beserta tujuan-tujuannya. Tanpa mengetahui tugas, fungsi dan

tujuan hidup, maka manusia tidak dapat mendirikan pesantren atau sekolah

termasuk kesulitan mengatur filosofi, visi dan misinya. Dengan visi dan misi

ini kita dituntun untuk mencapai tujuan lembaga pendidikan. Untuk

mendukung pandangan filsafatnya tentang manusia KH. Noer Alie mengutip

beberapa ayat Al-Qur’an, misalnya:

      

Artinya: “dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya
mereka mengabdi kepada-Ku.” (Q.S. Al-Dzariyat: 56)

         


       
7

          


 

Artinya: “ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat:


“Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka
bumi.” mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan
(khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya
dan menumpahkan darah, Padahal Kami Senantiasa bertasbih
dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan
berfirman: “Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu
ketahui.” (Q.S. Al-Baqarah: 30).

K.H. Noer Alie mengatakan, hidup adalah saat-saat yang harus dikeloa

dan digunakan dengan baik karena tujuan hidup adalah untuk menyembah

Allah dan manusia adalah sebagai khalifah-Nya di bumi ini. Bahkan KH. Noer

Alie menganggap kehidupan duniawi ini sangat penting untuk persiapan

kehidupan di akhirat (ãkhirah). Karena ãkhirah adalah tempat kenikmatan dan

imbalan atas apa yang telah kita lakukan dalam kehidupan dunia kita.

Masyarakat adalah sebuah keniscayaan yang tidak diragukan lagi

keberadaannya dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu ciri masyarakat adalah

kemajemukan dan keberagaman yang terdiri dari banyak individu. Untuk

mencapai keinginan bersama dalam semua tujuan dan kebutuhan, masyarakat

harus memiliki pengetahuan dan pemahaman yang benar tentang kehidupan

ini. Melalui pendidikanlah kedua elemen (tujuan dan kebutuhan) ini dapat

tercapai. Oleh karena itu, KH. Noer Alie memberi perhatian besar pada

pendidikan untuk pertumbuhan dan perkembangan masyarakat, khususnya

bagi umat muslim. Abid Marzuqi mengutip kata bijak yang selalu

didengungkan oleh para pendidik adalah: “Berpikir rnasalah pendidikan

adalah berpikir tentang isu-isu utama dalam kehidupan manusia, dan jika
8

Anda ingin menjawab semua masalah dunia dengan satu jawaban kata adalah

pendidikan.”

Menyadari masalah serius yang dihadap oleh masyarakatnya di bawah

sistem kolonial, KH. Noer Alie berusaha mengatasi masalah itu melalui

pendidikan. Persoalannya pada waktu itu hanya orang-orang khusus yang

memiliki akses ke pendidikan, misalnya hanya mereka yang memiliki

hubungan dekat dengan tuan kolonial. Karena itu sekembalinya dari Makkah

al-Mukaramah pada tahun 1940, ia segera mulai mengajar dirumahnya dan

kemudian mendirikan pesantren bagi masyarakat setempat untuk mendidik

mereka. Pembentukan pesantren adalah untuk mewujudkan impian masa

kecilnya yaitu untuk membangun kampung syurga di mana masyarakatnya

adalah muslim dan menerapkan hukum Shari’ah.

KH. Noer Alie mengatakan bahwa pengetahuan adalah cahaya Allah

yang ditanamkan di dalam hati para hambaNya sebagaimana yang Dia

kehendaki demi keuntungan manusia. Pengetahuan ini juga dapat diperoleh

melalui pembelajaran atau ilham yang dengannya menerangi dan

membimbing manusia. Pengetahuan merupakan prinsip utamadalam

kehidupan khususnya bagi mereka yang menginginkan kesenangan abadi.

Dalam pandangan KH. Noer Alie tujuan memperoleh pengetahuan adalah

untuk mencapai kebahagiaan dan kemenangan abadi. Dalam hal pembagian

ilmu pengetahuan, KH. Noer Alie secara implisit mengatakan bahwa

pengetahuan telah dibagi menjadi dua kategori yaitu fard al-ayn dan fard al-

kifayah. Meskipun ia tidak mengatakannya secara eksplisit tetapi jelas dari


9

pernyataan dan sudut pandang dalam bukunya mengungkapkan

kecondongannya pada ‘ilm tawhid lebih besar daripada ilmu lainnya.

C. Perumusan Masalah

Sesuai dengan pembatasan masalah dalam penelitian ini, maka dapat

dirumuskan permasalahan yang ada dalam penelitian ini sebagai berikut”

1. Apa konsep pemikiran KH. Noer Alie yang dapat menjadi landasan dalam

membangun konsep pendidikan Islam?

2. Apa aspek-aspek pendidikan Islam menurut pandangan dan pemikiran

KH. Noer Alie?

3. Bagaimana sifat dan corak konsep pendidikan Islam KH. Noer Alie

tersebut?

4. Apakah konsep pendidikan Islam KH. Noer Alie masih relevan dengan

konsep pendidikan modern saat ini?

5. Apakah situasi sosial, politik, ilmu pengetahuan dan kehidupan beragama

pada masa KH. Noer Alie turut mempengaruhi konsep pendidikannya?

D. Tujuan Penelitian

Sehubungan dengan perumusan masalah sebagaimana tersebut di atas,

maka tujuan penelitian ini dimaksudkan untuk memberikan sumbangan yang

positif terhadap perumusan konsep-konsep pendidikan Islam yang telah ada

saat ini. Karena secara tidak disadari bahwa selama ini dunia pendidikan Islam

masih banyak yang mengadopsi kepada konsep-konsep pendidikan yang

berasal dari Barat, yang semestinya harus difilter terlebih dahulu. Diyakini
10

bahwa pendidikan Islam memiliki konsep yang selama ini belum terkuak dari

sejumlah karya-karya ulama intelektual muslim terkemuka, diantaranya adalah

dalam karya-karya KH. Noer Alie.

Penelitian ini diharapkan juga agar mampu menggali nilai-nilai

filosofis yang pernah dilontarkan oleh KH. Noer Alie untuk membangun

konsep pendidikan Islam, dalam upaya dunia pendidikan Islam selalu mencari

sumber-sumber rujukan untuk dijadikan dasar bagi usaha perbaikan konsep

pendidikan Islam yang dari waktu ke waktu menuntut adanya perbaikan,

penyempurnaan dan peningkatan sesuai dengan tuntutan zaman yang selalu

mengalami perubahan dan perkembangan. Secara formal, penelitian ini

digunakan untuk memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Magister

Pendidikan Islam pada program Pascasarjana Universitas Islam Jakarta.

E. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini juga diharapkan agar dapat berguna untuk:

1. Menyumbangkan informasi tentang pendidikan Islam yang pernah

dihasilkan oleh KH. Noer Alie.

2. Dapat dijadikan sebagai salah satu bahan pemikiran dalam rangka

menemukan konsep pendidikan Islam yang sesuai dengan kondisi dan

perubahan zaman.

3. Sebagai sumbangan terhadap dinamika ilmu pengetahuan, khususnya agar

dapat bermanfaat dalam upaya untuk memberi motivasi bagi kemajuan

dalam bidang pendidikan Islam.


11

4. Sebagai bahan informasi dan pijakan bagi para peneliti selanjutnya yang

ingin meneliti pemikiran KH. Noer Alie pada aspek yang lain.

F. Langkah-Langkah Penelitian

Berdasarkan pada tujuan penulisan tersebut di atas, maka langkah-

langkah yang ditempuh dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Menginventarisasi karya tulis KH. Noer Alie yang memuat pemikirannya

tentang pendidikan Islam.

2. Menginventarisasi karya tulis yang berkenaan dengan pemikiran

pendidikan Islam KH. Noer Alie yang ditulis oleh orang lain.

3. Menela’ah isi karya-karya tulis tersebut, kemudian membandingkan antara

satu dengan yang lainnya dan mendeskripsikannya secara apa adanya.

4. Menganalisis dan membahas hasil deskripsi tersebut kemudian menarik

kesimpulan.

Langkah-langkah tersebut di atas ditempuh dengan tujuan untuk:

1. Menemukan pemikiran-pemikiran KH. Noer Alie yang essensial untuk

digunakan sebagai dasar bagi penyusunan konsep pendidikannya.

2. Menunjukkan dengan jelas tentang aspek kurikulum, metode pengajaran,

guru yang baik, pelaksanaan hukuman dalam pendidikan Islam, dan tujuan

pendidikan Islam yang dihasilkan dari pemikiran KH. Noer Alie.

3. Menentukan sifat dan corak konsep pendidikan Islam KH. Noer Alie

berdasarkan pada pemahaman atas riwayat hidupnya, situasi sosial, politik,

ilmu pengetahuan dan kehidupan beragama pada masanya.


12

G. Pendekatan Analisis

Deskripsi atas beberapa hal yang dituju dalam penelitian sebagaimana

tersebut di atas, kemudian dianalisis dan dibahas dengan menggunakan

pendekatan filosofis, historis dan sosiologis. Hal ini dilakukan mengingat

studi ini berkenaan dengan pemikiran dan konsep pendidikan Islam dan

seorang tokoh yang hidup dalam kurun waktu dan keadaan sosial tertentu.

Melalui analisis filosofis akan dihasilkan inti gagasan, sedangkan

melalui analisis historis dan sosiologis akan dihasilkan faktor-faktor yang

menyebabkan mengapa gagasan tersebut muncul, serta kemungkinan

menghubungkannya dengan situasi lain di masa seseorang. Langkah-langkah

dalam analisis filosofis dilakukan dengan cara mencari hubungan antara satu

gagasan dengan gagasan lainnya, menentukan titik persamaan dan

perbedaannya, menganalisis dan menarik kesimpulan. Sedangkan dalam

analisis historis langkah-langkahnya adalah menentukan masalah yang

dibahas, mencari informasi tentang waktu, tempat, pelaku dan latar belakang

munculnya masalah tersebut. Sementara dalam analisis sosiologis langkah-

langkahnya adalah menentukan masalah sosial yang mempengaruhi suatu

gagasan, dan mencari hubungan antara satu masalah sosial dengan masalah

sosial lainnya.

Berkenaan dengan hal tersebut di atas, ada dua sumber utama yang

menjadi obyek penelitian ini. Pertama adalah karya tulis atau buku-buku yang

ditulis oleh KH. Noer Alie sendiri, khususnya buku-bukunya yang

membicarakan tentang manusia, kehidupan, masyarakat dan pendidikan, ilmu


13

pengetahuan, serta riwayat hidup dan situasi sosial, politik, perkembangan

ilmu pengetahuan, peradaban dari kehidupan beragama. Kedua adalah buku-

buku tentang KH. Noer Alie yang ditulis oleh para tokoh (ulama) dalam

rangka lebih memperjelas pemikiran KH. Noer Alie. Dengan demikian ada

dua sumber yang digunakan yaitu data primer dan data sekunder.

H. Studi Pustaka

Studi pustaka pada penelitian ini merupakan kajian penelitian

terdahulu yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Adapun beberapa

penelitian sebelumnya tersebut dapat dijabarkan berikut ini.

1. Desertasi yang ditulis oleh Hujair A.H. Sanaky dengan judul “Pemikiran

Pembaruan Pendidikan Islam Menuju Pembentukan Masyarakat Madani di

Indonesia,” yang merupakan karya ilmiah yang diajukan kepada

Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta. Hasil penelitian

yang dilakukan menunjukkan bahwa pada masa Orde Baru dan Era

Reformasi perkembangan pemikiran pembaruan pendidikan Islam di

Indonesia masih terkait dengan persoalan modernisasi, dikotomik,

integrasi, dan kualitas. Pemikiran pembaruan pendidikan Islam

menurutnya berada pada dua titik antara determinisme historis di satu sisi

dan realisme praktis di sisi lain. Posisi problematik determinisme historis

dapat dilihat dari masih kuatnya nuansa nostalgia pada kejayaan Islam di

masa lalu dalam beragam aspek pendidikan Islam di Indonesia. Sedangkan

problematika realisme praktis antara lain tergambar dari masih belum


14

maksimalnya pendidikan Islam dalam menghadapi dan menjawab

perkembangan kekinian sebagai tantangan yang ada didepannya.

2. Desertasi “Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren: Suatu Kajian tentang

Unsur dan Nilai Sistem Pendidikan Pesantren.” Oleh Mastuhu (1994),

mahasiswa UIN Sunan Kalijaga. Penelitian yang mengambil 6 pesantren

sebagai situsnya mengemukakan bahwa jenis pendidikan di pesantren ada

yang bersifat formal dan non formal. Untuk yang bersifat non formal,

hanya mempelajari keagamaan saja dengan hanya berpedoman pada kitab-

kitab klasik, sedang pendidikan formalnya mengikuti kurikulum yang

telah disusun oleh Depag. Fokus penelitian ini adalah mengkaji tentang

unsusr dan nilai system pendidikan pesantren dengan mengambil sample 6

pesantren.

3. Tesis yang ditulis oleh Hujair A.H. Sanaky dengan judul “Pembaruan

Pendidikan Islam Menuju Masyarakat Madani Indonesia (Tinjauan Sosio-

Kultural Historis).” Merupakan karya yang diajukan kepada Universitas

Islam Indonesia tahun 2003 yang menggagas format baru pendidikan

Islam setelah masa reformasi. Konsep yang ditawarkan dalam penelitian

ini adalah konsep masyarakat madani ditinjau dari kajian sosial-kultural

historisnya. Fokus penelitian ini adalah pencarian format pendidikan Islam

pasca reformasi.

4. Tesis yang ditulis oleh Zainal Alim dengan judul “Pembaruan Pendidikan

Islam di Pesantren (Studi terhadap Pergeseran Orientasi Kelembagaan

dalam Presfektif Kiai di Bangkalan)”, yang diajukan kepada UIN Sunan


15

Ampel Surabaya. Dalam penelitiannya ia berkesimpulan bahwa telah

terjadi pembaruan pendidikan Islam di pesantren dengan banyaknya

lembaga pendidikan formal yang berdiri seperti MTs, MA, bahkan

perguruan tinggi yang telah masuk di pesantren-pesantren di Bangkalan.

Pembaruan ini tidak lepas dari efek pola pikir sang Kiai karena

perkembangan zaman.

5. “Dinamika Pengembangan Kurikulum Pendidikan di Pesantren Rifaiyah

(1974-2014)” adalah tesis yang ditulis oleh Amir Mahmud di UIN Sunan

Kalijaga. Fokus penelitiannya adalah pengkajian terhadap perkembangan

dan pengembangan kurikulum pendidikan di pesantren Rifaiyah. Dalam

kesimpulannya peneliti menyimpulkan bahwa telah terjadi banyak

dinamika dalam pesantren ini mulai kurun waktu 1974-2014, salah satu

faktor yang menyebabkan perkembangan kurikulum di pesantren ini

adalah adanya kemajuan zaman yang harus selalu di imbangi dengan

menghadirkan kurikulum yang sesuai dengan keadaan pada waktu

tersebut.

Anda mungkin juga menyukai