Anda di halaman 1dari 1

Sentralisasi obat

Dari hasil observasi semua perawat di ruang anak dilakukakan secara


desentralisasi obat. Alur sentralisasi obat yaitu: setiap pasien baru tidak
diberikan inform consent tentang sentralisasi obat dari perawat ke pasien, yang
berisikan bahwa pasien dan keluarga pasien telah menyatakan setuju telah dilakukan
sentralisasi obat, apabila pasien setuju. Setelah dari perawat resep diberikan pada
farmasi, kemudian dari farmasi obat diantar ke perawat, lalu perawat melakukan
sentralisasi obat (baik oral atau injeksi sesuai loker obat masing-masing pasien),
kemudian obat diberikan pada pasien sesuai jadwalnya. Untuk pasien yang pulang, APS
maupun meninggal diberikan HE tentang obat yang masih harus diteruskan atau di
stop, apabila masih ada obat sisa injeksi yang perlu di return, maka obat langsung
di return ke farmasi.
Di ruang asoka juga terdapat format pencatatan jenis obat dan jadwal
pemberiannya ke pasien. Dalam pelaksanaan pemberian obat. Perawat hanya memberi
tanda check () pada obat yang sudah diberikan pada pasien, dalam sentrilisasi obat
diruang asoka ada masalah yaitu tidak ada form serah terima.
# EMBED Excel.Chart.8 \s ###

Berdasarkan hasil kuisioner didapatkan 100% semua perawat sudah melaksanakan


sentralisasi obat, 100% di ruangan sudah terdapat sentralisasi obat, 93% perawat
sudah melaksanakan sentralisasi obat dan 5% tidak melakukan sentralisasi obat, 100%
perawat diberi wewenang atas sentralisasi obat, 100% diruang asoka sudah ada format
sesuai macam-macam obat, 36% di ruang asoka tidak menggunakan model pernah diberi
weenang dalam sentralisasi obat., 100% pelaksanaan sentralisasi obat, perawat
menjawab kadang-kadang meminta persetujuan sentralisasi obat dari pasien dan
keluarga, 100% perawat selalu mengonfirmasi kan obat yang telah digunakan dan
sisanya kepada pasien atau keluarganya, 100% terjalin kerja sama yang baik (serah
terima obat) antara farmasi dan perawat.

Anda mungkin juga menyukai