Anda di halaman 1dari 22

2.1.

1 Enzym dan Koenzym

 Pengertian Enzim
Enzim adalah biokatalisator yang mengatur kecepatan berlangsungnya
semua proses fisiologi.(reaksi kimia dalam tubuh). Enzim (Enzym) banyak sekali
jenisnya yang mana masing-masing enzim hanya dapat mengkatalis satu jenis
reaksi saja, sehingga seringkali enzim tersebut diberi nama sesuai dengan reaksi
yang dikatalisnya dan biasanya diakhiri dengan kata -ase. Seperti amilase (enzim
yang merombak pati menjadi glukosa), Laktase ( enzim yang menguraikan laktosa
dalam susu), dll. Ada juga enzim yang mempunyai nama biasa seperti, pepsin,
erepsin.

 Pengertian Koenzim
Koenzim adalah suatu kofaktor organik yang berfungsi untuk
mengaktifkan enzim dengan cara mentranspor gugus kimia atau elektron dari satu
enzim ke enzim lainnya . Contoh koenzim mencakup NADH, NADPH dan
adenosina trifosfat. Gugus kimiawi yang dibawa mencakup ion hidrida (H–) yang
dibawa oleh NAD atau NADP+, gugus asetil yang dibawa oleh koenzim A, formil,
metenil, ataupun gugus metil yang dibawa oleh asam folat, dan gugus metil yang
dibawa oleh S-adenosilmetionina. Beberapa koenzim seperti riboflavin, tiamina,
asam folat, vitamin B adalah jenis koenzim yang berupa vitamin. Koenzim Identik
Dengan Vitamin. Sebagai ko – faktor ada unsur yang dapat di peroleh / disusun
dari dalam tubuh , tetapi tidak sedikit yang tidak dapat disusun tubuh hewan /
manusia sehingga perlu memasukkan dari luar berupa vitamin.

Klasifikasi Macam-Macam Jenis Enzim

Pengklasifikasian enzim telah ditentukan berdasarkan aturan Internasional


Enzyme Comission (IEC) yang disetujui secara global oleh International Union
Of Biochemistry (IUB). Dalam IEC, tiap enzim memiliki nama sistematik yang
sering kali panjang dan bersifat menguraikan. Tambahan juga banyak enzim yang
memiliki nama trivial yang diterima untuk penggunaan sehari-hari.

Kelas Enzim

Sebelumnya sudah dijelaskan bahwa dijit ke-1 menunjukkan kelas enzim. Berikut
tabel darikelas enzim. Untuk dijit ke-1 diberi nomor 1-6
a. Oksidoreduktase
Oksireduktase merupakan enzim yang berfungsi dalam reaksi-reaksi oksidasi
atau dehidrogenesa dan oksidasa. Bentuk dari jenis ini ada yang teroksidadiada
juga dalam bentuk tereduksi. Berikut subkelas oksireduktase:

 Oksidase, merupakan enzim yang memindahkan dua elektron dari asalnya


ke oksigen, biasanya menyebabkan pembentukan peroksida hydrogen.
 Oksigenase, merupakan enzim yang mengkatalis penggabungan kedua
atom oksigen kedalam suatu substrat tunggal.
 Hidroksilase, merupakan enzim yang menggabungkan sebuah atom
molekul oksigen kedalam substrat oksigen yang kedua timbul seperti air.
 Peroksidase, merupakan enzim yang mempergunakan peroksida hidrogen
selain dari oksigen sebagai oksidan, peroksida NADH mengkatalisa reaksi
 Katalase, merupakan jenis enzim yang unik, dimana didalam peroksida
hidrogen bekerja baik sebagai donor maupun akseptor. Kakatalase
berfungsi didalam sel untuk mendetoksifikasikan peroksida hidrogen.

b. Transferase
Transferase bekerja dalam reaksi-reaksi transfer gugus dari satu ke yang
lainnya. Enzim ini terlibat dalam memindahkan grup fungsional antara donor
dengan akseptor. Amino, acyl, fosfat, satu karbon dan grup glikosil adalah salah
satu dari dua bagian sama besar yang ditransfer.

 Aminotransferase (transaminase), kerjanya adalah dengan mentransfer


grup amino dari satu asam amino ke akseptor asam keto, dengan
menghasilkan pembentukan asam amino yang baru dan asam keto yang
baru
 Kinase, adalah enzim yang memfosforilasi merupakan mengkatalisa
pemindahan grup fosforil dari ATP atau trifosfat nukleotida lainnya ke
alkohol atau akseptor grup amino, misalnya glukokinase.
 Glukosiltransferase, merupakan enzim yang mengkatalisa transfer residu
dari gluykosil yang aktif ke sebuah glikogen primer. Ikatan fosfosester
didalam disfosfoglukosa uridin adalah labil, yang menyebabkan glukosa
berpindah ke glikogen primer yang sedang berkembang.

c. Hidrolase
Hidrolase merupakan enzim-enzim yang menguraikan suatu zat dengan
pertolongan atau media air. Hidrolase dibagi atas kelompok kecil berdasarkan
substratnya merupakan bekerja pada hidrolisa ester, eter, peptide, glikosida, dan
lain sebagainya. Biasanya penggolongan hidrolase dibagi atas ikatan dihidrolase.

d. Liase
Liase merupakan enzim yang bekerja menghilangkan gugus-gugus tertentu
dari substrat dengan mekanisme yang lain dari hidrolisa contohnya enzim untuk
menarik air dari gugus alcohol. Dekarboksilase menghilangkan unsur CO2 dari
asam keto alfa, beta atau asam amino. Dehidratase menghilangkan unsur H2O
dalam sebuah reaksi dehidrasi. Dehidratase sitrat mengubah sitrat menjadi cis-
akoninat. Dekarboksilasa asam purivat merupakan liase, karena dapat dilihat
sebagai katalis untuk kebalikannya dari reaksi apaabila asetal dehida ditambahkan
pada ikatan rangkap karbon-oksigen dalam CO2 walaupun dalam prkateknya
reaksi berlangsung tidak irreversible seperti yang tertulis.

e. Isomerase
Isomerase merupakan enzim yang berfungsi untuk merubah posisi optic atau
ruang, geometris atau posisi gugus dalam satu isomer. Isomerase yang
mengkatalisa pembalikan karbon asimetrik terjadi pada epimerase atau recemase.
Mutase melibatkan transfer intramolekul pada suatu kelompok seperti
fosforil.Transfer tidak perlu langsung, tapi dapat melibatkan suatu enzim
fosforilated sebagai perantara. Beberapa isomerase dapat mengkatallis gula.
Terdapat juga sis-trans isomerase , salahsatunya isomerase retinen yang secara
langsung terlibat dalam biokimia.
f. Ligase
Enzim ligase berfungsi untuk mengkatalis reaksi yang membentuk ikatan
kimia, memutuskan ikatan pirofosfat dari suatu nukleotida dan menggandakan
pembentukan berbagai ikatan kimia sampai pada gangguan ikatan pirofosfat
didalam trifosfat adenosin atau sebuah nukleotida yang sama. Karena proses
ligase biasanya menggunakan energy, maka daya pendorong untuk reaksi-reaksi
yang dikataliskan ligase pada umumnya adalah pengambilan eksergonik
(pelepasan energy) gugus fosforil atau pirofosforil dari ATP.

Setelah melihat kelas yang terbagi sesuai dengan sistem IEC diatas memiliki
kategori yang didasarkan pada sifat gugus fungsional yang terserang oleh enzim.
Sub kategori yang cukup banyak itu menggambarkan keanekaragaman dari jenis
reaksi kimia yang dikataliskan oleh enzim.

2. Enzim juga dapat dibedakan berdasarkan tempat kerjanya dan ditinjau dari sel
yang membentuknya merupakan :

 Eksoenzim merupakan enzim yang beraktifitas diluar sel


 Endoenzim merupakan enzim yang beraktifitas didalam sel

3. Berdasarkan biosintesisnya, enzim terbagi atas dua yaitu :

 Enzim konstitutif
Merupakan enzim yang selalu tersedia dalam mikroba dengan jumlah yang
relative konstan. Enzim ini juga dibentuk terus-menerus oleh sel dengan ada atau
tidaknya.

 Enzim induktif (enzim adaptif)


Merupakan enzim yang dibentuk karena adanya rangsangan dari substrat atau
senyawa tertentu yang lain dan jumlahnya tidak konstan.
4. Berdasarkan reaksi yang dikatalis, enzim terbagi atas tiga merupakan:

a. Karbohidrase
Merupakan enzim-enzim yang menguraikan golongan karbohidrat.
Klasifikasi satu ini masih memiliki pembagian lainnya seperti:
 Amilase, merupakan enzim yang menguraikan amilum (suatu
polisakarida) menjadi maltosa 9 suatu disakarida).
 Maltase, merupakan enzim yang menguraikan maltosa menjadi
glukosa.
 Sukrase, merupakan enzim yang mengubah sukrosa menjadi
glukosa dan fruktosa.
 Laktase, merupakan enzim yang mengubah laktase menjadi
glukosa dan galaktosa.
 Selulase, emzim yang menguraikan selulosa ( suatu polisakarida)
menjadi selobiosa ( suatu disakarida)
 Pektinase, merupakan enzim yang menguraikan pektin menjadi
asam-pektin.
b. Esterase
Enzim jenis ini fungsinya hanya khusus untuk memecah golongan ester.
Contohnya seperti:
 Lipase, merupakan enzim yang menguraikan lemak menjadi
gliserol dan asam lemak.
 Fosfatase, merupakan enzim yang menguraikan suatu ester hingga
terlepas asam fosfat.

c. Proteinase atau Protease


Enzim jenis ini hanya bertugas menguraikan golongan protein. Contohnya:
 Peptidase, merupakan enzim yang menguraikan peptida menjadi
asam amino.
 Gelatinase, merupakan enzim yang menguraikan gelatin.
 Renin, merupakan enzim yang menguraikan kasein dari susu.
5. Berdasarkan cara terbentuknya, enzim dibedakan menjadi dua yaitu:

a. Enzim konstitutif
Merupakan enzim yang jumlahnya dipengaruhi oleh kadar substratnya,
contohnya seperti enzim amylase.

b. Enzim adaptif
Merupakan enzim yang pembentukannya dirangsang oleh adanya substrat,
contohnya seperti enzim β-galaktosidase yang dihasilkan oleh bakteri e-
coli yang ditumbuhkkan di dalam medium yang mengandung laktosa.

 Mekanisme Kerja Enzim


Enzim bekerja dengan mengikat reaktan (substrat) yang menyebabkan berada
pada posisi (orientasi) yang diinginkan dan energy yang lebih rendah dari energy
aktivitasinya. Pengikatan substrat ini memiliki cara tersendiri atau mekanisme
kerjanya terhadap substrat.
 Mekanisme Aktivitas Enzim
Terdapat dua teori yang dapat menjelaskan secara keseluruhan cara kerja enzim,
yaitu :

1. Lock and Key analogy

Enzim memiliki struktur sisi spesifik yang cocok dengan substrat. Substrat
atau bagian substrat harus memiliki bentuk yang tepat dengan sisi katalitik enzim.
Substrat kemudian ditarik oleh sisi katalitik enzim yang cocok untuk substrat
tersebut sehingga terbentuk kompleks antara enzim substrat. Kondisi ini
menggambarkan analogi kunci dan lubang kunci yang dimasuki, keduanya harus
sesuai untuk bisa membuka pintu reaksi atau dengan kata lain untuk mengaktifkan
kinerjanya.

Lock Ang Key Enzim

2. Induced Fit Theory

Teori ini mempertimbangkan fleksibilitas protein, sehingga pengikatan


suatu substrat pada enzim menyebabkan sisi aktif mengubah konformasinya
sehingga cocok dgn substratnya. Teori ini dapatmenerangkan fase transisi
kompleks. Lokasi aktif beberapa enzim mempunyai konfigurasi yang tidak kaku.
Enzim berubah bentuk menyesuaikan diri dengan bentuk substrat setelah terjadi
pengikatan. Jika biasanya enzim mencari substrat yang cocok, maka teori ini
menjelaskan ketika enzimlah yang menyesuaikan diri dengan bentuk substrat
ketika telah terkait. Jadi tautan yang cocok pada keduanya dapat diinduksi ketika
terbentuk kompleks enzim substrat.

Induced Fit Theory Enzim


Adanya kofaktor enzim dapat mempermudah pengikatan substrat dengan enzim.
Berikut penggambaran fungsi kofaktor:

 Sifat Enzim

Enzim memiliki sifat khas terhadap suatu substrat tertentu, kekhasan inilah
yang menjadi ciri suatu enzim. Adapun sifat-sifat khas yang dimiliki suatu enzim
tersebut antara lain:

1. Sebagai katalisator

Sifat-sifat enzim yang pertama ialah ia berperan sebagai katalisator. Enzim


adalah katalis yang dapat mengubah laju reaksi tanpa ikut bereaksi. Tanpa
kehadiran enzim, suatu reaksi itu sangat sukar terjadi, sementara dengan
kehadiran enzim kecepatan reaksinya dapat meningkat 107 – 1013 kali.

Sebagai contoh : enzim katalase yang mengandung ion besi (Fe) mampu
menguraikan 5.000.000 molekul hidrogen peroksida (H2O2) permenit pada 00C.

H2O2 hanya dapat diuraikan oleh atom besi, tetapi satu atom besi akan
memerlukan waktu 300 tahun untuk menguraikan sejumlah molekul H2O2 yang
oleh satu molekul katalase yang mengandung satu atom besi diuraikan dalam satu
detik.

2. Enzim bekerja secara spesifik dan selektif

Enzim bekerja secara spesifik, artinya enzim tertentu hanya dapat


mengadakan pengubahan pada zat tertentu pula. Dengan kata lain, enzim hanya
dapat mempengaruhi satu reaksi dan tidak dapat mempengaruhi reaksi lain yang
bukan bidangnya.

Satu enzim khusus untuk satu substrat, misalnya enzim katalase hanya
mampu menghidrolisis H2O2 menjadi H2O dan O2.

3. Enzim bersifat bolak-balik

Sifat-sifat enzim selanjutnya adalah bekerja bolak-balik karena dapat ikut


bereaksi tanpa mempengaruhi hasil akhir dan akan terbentuk kembali pada hasil
reaksi sebagai enzim. Ketika ikut bereaksi, struktur kimia enzim berubah, tetapi
pada akhir reaksi struktur kimia enzim akan terbentuk kembali seperti semula.

Misalnya enzim lipase dapat mengubah lemak menjadi asam lemak dan
gliserol. Sebaliknya, lipase juga mampu menyatukan gliserol dan asam lemak
menjadi lemak. Enzim tidak hanya menguraikan molekul kompleks, tetapi juga
dapat membentuk molekul kompleks dari molekul-molekul sederhana
penyusunnya (reaksi bolak-balik).
4. Seperti protein

Enzim memiliki sebagian besar sifat protein yaitu dipengaruhi oleh suhu
dan pH. Pada suhu rendah protein enzim akan mengalami koagulasi dan pada
suhu tinggi akan mengalami denaturasi.

5. Enzim bersifat termolabil

Aktivitas enzim dipengaruhi oleh suhu. Jika suhu rendah, kerja enzim akan
lambat. Semakin tinggi suhu reaksi kimia yang dipengaruhi enzim semakin cepat,
tetapi jika suhu terlalu tinggi, enzim akan mengalami denaturasi.

6. Hanya diperlukan dalam jumlah sedikit

Oleh karena enzim berfungsi sebagai katalisator, tetapi tidak ikut bereaksi,
maka jumlah yang dipakai sebagai katalis tidak perlu banyak. Satu molekul enzim
dapat bekerja berkali-kali, selama molekul tersebut tidak rusak.

7. Merupakan koloid

Karena enzim tersusun atas komponen protein, maka sifat-sifat enzim


tergolong koloid. Enzim memiliki permukaan antar partikel yang sangat besar
sehingga bidang aktivitasnya juga besar.

8. Enzim mampu menurunkan energi aktivasi

Suatu reaksi kimia dapat terjadi jika molekul yang terlibat memiliki cukup
energi internal untuk membawanya ke puncak bukit energi menuju bentuk reaktif
yang disebut tahap transisi. Energi aktivasi suatu reaksi adalah jumlah energi
dalam kalori yang diperlukan untuk membawa semua molekul pada 1 mol
senyawa pada suhu tertentu menuju tingkat transisi pada puncak batas energi.

 Regulasi
Regulasi adalah aturan energi yang ada di dalam tubuh makhluk hidup
untuk dapat hidup seimbang, mempertahankan keadaan teratur, konservasi energi,
dan sebagai respon terhadap perubahan lingkungan. Dalam sel-sel tubuh, supaya
kerja enzim tidak tumpang tindih maka diperlukan pengaturan kerja enzim.
Pengaturan ini dilakukan dengan tujuan menjamin supaya enzim hanya bekerja
ketika dibutuhkan, sehingga reaksi enzimatis berjalan secara sangat terkoordinasi
satu sama lain. Pengaturan aktivitas enzim inilah yang disebut sebagairegulasi
enzim.
Pengendalian atau pengaturan reaksi enzimatis berlangsung pada berbagai
tingkat di dalam sel, semenjak dari gen sampai molekul enzim itu sendiri.
Adapun regulasi aktivitas enzim dilakukan oleh 3 pengendalian diantaranya yaitu
:
1. Pengendalian pada tingkat Gen
2. Pengendalian di tingkat molekul enzim oleh produk
3. Pengendalian enzim melalui perubahan struktur molekul

a) Pengendalian pada tingkat Gen


Sebagai protein, informasi genetik enzim terekam dalam gen. Sel hanya
akan mensintesis suatu enzim, jika sel mengandung gen yang menyandikan enzim
yang dimaksud. Contoh, manusia tidak bisa mensintesis vitamin C kerena tidak
mempunyai gen yang menyandikan enzim untuk mensintesis vitamin C. Terdapat
2 mekanisme pengaturan secara genetik yaitu inducible enzyme dan represi enzim.

1. Inducible Enzyme (Enzim Terbangkitkan)

Enzim Indusibel atau disebut juga dengan enzim adaptif adalah enzim
yang hanya diekspresikan pada kondisi tertentu dan diproduksi secara terus
menerus. jika sel memerlukan enzim dalam keadaan tertentu untuk metabolisme,
maka sel akan membuat enzim tersebut. Ini artinya, enzim tersebut dalam keadaan
normal tidak ada, baru dibuat setelah diperlukan oleh sel.
Mekanisme pengaturan sintesis enzim telah banyak dipelajari pada bakteri
dengan menggunakan model operon (dikemukakan oleh Francois Jacob dan
Jackues Monod, 1961). Operon terdiri atas serangkaian gen struktural yang
mengkode protein yang terlibat dalam suatu proses metabolisme tertentu. Situs
operator ialah sekuen DNA yang mengatur transkripsi gen struktural dan gen
regulator yang mengkode protein yang mengenali daerah operator. Pada banyak
bakteri, gen-gen struktural yang menentukan sintesis enzim dalam suatu lintasan
metabolik tertentu ditempatkan menurut urutan sesuai dengan rangkaian reaksi
pada lintasan tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa urutan reaksi pada lintasan
metabolik dikendalikan oleh kromosom.
Contoh dari enzim ini adalah berfungsi sebagai pemecah bagian sel dan
juga termasuk bagian dari Model Operon (Lactose Operon) yang diilustrasikan
sebagai tombol “On” dan “Off” pada gen oleh Jacob dan Monod. Enzim yang
terlibat dalam Model Operon (Lactose Operon) antara lain β-galaktosidase,
permease galaktosidase, dan galaktosidase transasetilase (Palmer, 1991). Enzim β-
galaktosidase (tetramerik dengan empat sub-unit identik berukuran 116,4 kDa
adalah enzim utama yang digunakan untuk memotong ikatan β-galaktosida (ikatan
β-1,4) yang ada pada molekul laktosa (β-galaktosida) sehingga dihasilkan dua
monosakarida, yaitu glukosa dan galaktosa. Enzim permease galaktosidase
(berukuran 46,5 kDa) adalah enzim yang berperan dalam pengangkutan laktosa
dari luar ke dalam sel. Sementara enzim galaktosidase transasetilase (berukuran
30 kDa) masih belum diketahui secara pasti kegunaannya dalam metabolisme.
Mekanisme kerja Model Operon (Lactose Operon) dapat dijumpai pada
bakteriE.coli yang menggunakan tiga jenis enzim untuk melakukan metabolisme
laktosa. Gen-gen untuk tiga jenis enzim tersebut berada di dalam operon lac. Gen
pertama, lacZ mengkode enzim β-galaktosidase, yang menghidrolisis laktosa
menjadi galaktosa dan glukosa; gen kedua, lacY mengkode permease, protein
membran yang mengangkut laktosa ke dalam sel; gen ketiga, lacZ mengkode
transasetilase. Keseluruhan unit transkripsi ini di bawah satu operator dan satu
promoter. Suatu gen pengatur berupa lacI terletak di luar operon yang mengkode
represor. Molekul represor ini bersifat allosterik yang mampu mengikatkan diri
pada operator (Gambar 2). Saat represor menempel pada operator, maka seluruh
operon lac tidak bisa mengekspresikan untuk mensintesis enzim untuk
metabolisme laktosa. nah pada tahap inilah operon lac dalam keadaan off.
Gambar 1. Struktur lac operon.

Gambar 2. (A) Ada laktosa, represor tidak aktif, operon dalam keadaan on, (B)
Tidak ada laktosa, represor aktif, operon dalam keadaan off

2. Enzyme Repression (Pembungkaman Enzim)

Enzyme repression adalah penghentian sintesis enzim sebagai respon


terhadap keberadaan suatu molekul (repressor). Enzim yang disintesis dengan
mekanisme ini disebut repressible enzyme. Enzim yang bersifat repressible
umumnya terlibat dalam jalur biosintesis dan hanya disintesis ketika molekul hasil
sintesis jalur tersebut tidak tersedia. Enzim yang bersifat repressible merupakan
produk gen yang bersifat repressible. Gen tersebut memiliki kecepatan basal
transkripsi yang tinggi, sehingga akumulasi produk akhir (repressor) akan
menghentikan sintesis enzim.

Dalam keadaan tidak memerlukan enzim tersebut, gen untuk enzim


tersebut mengalami pembungkaman atau represi. Ini artinya, dalam keadaan
normal enzim tersebut ada tetapi jika tidak diperlukan maka gen akan
menghentikan pembentukan enzim tersebut.
Contohnya pada biosintesis triptofan dengan pengaturan trp operon. trp
operonterdiri dari 5 gen struktural yang mengkode enzim untuk biosintesis
triptofan. Bagian operator tumpang tindih dengan bagian promoter. Gen dalam
operon ditranskripsi ketika sel kekurangan triptofan. Gen trp repressor mengkode
Trp repressor yang secara alami bersifat inaktif, sehingga tidak dapat menempel
pada trp operator. Ketika triptofan tidak tersedia, Trp repressor tetap bersifat
inaktif, sehingga trp operon ditranskripsikan untuk menghasilkan enzim yang
digunakan untuk biosintesis triptofan.

Ketika triptofan tersedia, enzim untuk biosintesis triptofan tidak


diperlukan sehingga ekspresi gen tersebut harus dihentikan. Triptofan akan
menempel pada Trp repressor, sehingga menyebabkan Trp repressor berada dalam
konformasi aktifnya. Trp repressor yang aktif mampu berikatan dengan operator
sehingga menghentikan transkirpsi trp operon. Dalam hal ini, triptofan disebut co-
repressor dan mekanisme pengaturan ini disebut pengaturan negatif karena
terikatnya repressor mencegah

Gambar 3. Mekanisme represi pada pengaturan trp operon.


Selain Terdapat 2 mekanisme pengaturan secara genetik di atas, ada juga
yang disebut sebagai enzim konstitutif yang terus menerus disintesis semua sel
selama daur hidupnya. Enzim konstitutif adalah enzim yang terdapat dalam sel
tertentu dalam kuantitas yang hampir konstan tanpa memperdulikan komposisi,
baik dari jaringan maupun dari medium tempat sel itu berada (Murray et al., 2009;
Pudjaatmaka, 2002).

Enzim ini dapat dijumpai pada berbagai macam jaringan vertebrata,


yakniconstitutive nitric oxide synthase, cNOS. Enzim ini merupakan kelompok
enzim oksidoreduktase yang berfungi untuk menghasilkan molekul Nitrit Oksida
(NO). Nitrit oksida dihasilkan melalui oksidasi L-arginin. NO sangat berperan
dalam sinyal transduksi kimiawi baik dalam sel maupun antar sel. Adanya sinyal
kimiawi tersebut, maka dapat mengontrol tekanan darah, sekresi insulin,
angiogenesis, serta perkembangan sistem saraf. Pada mamalia, sinyal NO
dimediasi oleh kalsium/kalmodulin (Berg et al., 2006; Guzik, 2003; Lamas,
1992).

b. Pengendalian di Tingkat Molekul Enzim Oleh Produk

Dalam sistem biologis, kecepatan kerja enzim dapat dipengaruhi oleh


kehadiran suatu molekul lain yang dapat berperan sebagai pemicu (activator) atau
penghambat (inhibitor), keduanya biasanya disebut secara bersama-sama
sebagai efektor. Pola umum pengontrolan jalur metabolisme biasanya terjadi
ketika enzim pertama (enzim alosterik)pada jalur metabolisme tersebut dihambat
kerjanya oleh hasil akhir dari jalur metabolism tersebut. Penghambatan ini
biasanya dinamakan alosterik kontrol atau feedback inhibition.
Pada sistim ini hasil akhir (end product) akan menghambat
pembentukan enzim pertama yang mengawali jalur ini bilamana hasil akhir
melebihi yang kebutuha sel. Gambar 1 adalah bagan contoh pengaturan
metabolisme melalui penghambatan oleh produk akhir terhadap suatu enzim
alosterik atau feedback inhibition. Dalam Gambar 5 dapat dijelaskan, huruf
J,K,L dan seterusnya menunjukkan senyawa kimia antara (intermediet) pada
lintas ini dan E1-E5 menunjukan enzim yang bekerja pada setiap tahap. Enzim
pertama pada lintas ini (E1) adalah enzim alosterik. Enzim ini dihambat oleh
produk akhir urutan reaksi. Penghambatan alosterik ditunjukkan seperti pada
gambar sebelumnya oleh tanda titik-titik yang berasal dari metabolit penghambat
menuju reaksi yang dikatalis oleh enzim alosterik (E1). Tahap regulasi
yang dikatalisis oleh enzim E1 biasanya bersifat tidak dapat balik di dalam sel.

Gambar 5. Mekanisme feedback inhibition

Enzim alosterik ini disebut juga enzim pengatur. Enzim allosterik


merupakan enzim regulator yang memiliki dua sisi katalik. Salah satu sisi
ikatannya untuk substrat dan yang satunya sisi regulator atau sisi allosterik
(allo=lain, stereos=sisi) yang berfungsi untuk memodulasi aktivitas enzim. Sisi
allosterik memiliki ikatan nonkovalen pada dan interaksinya bersifat reversible.
Sisi allosterik ini akan mengikat senyawa pengatur yang disebut efektor atau
modulator. Enzim allosterik ini dapat dipacu atau dihambat oleh
modulatornya. Enzim dengan sisi alosterik sering muncul pada awal jalur
biosintesis biomolekul. Enzim diatur oleh produk akhir dari jalur biosintesis.
Produk akhir terikat pada sisi alosterik dan menginaktifkan enzim. Inhibitor dapat
memiliki struktur yang mirip dengan produk akhir.

Sebagai contoh mekanisme penghambatan balik pada pengubahan L-


teronin menjadi L-isoleusin yang menggunakan lima macam enzim. Enzim yang
pertama adalah dehidratase treonin (E1) akan dihambat oleh L-isoleusin yang
merupakan produk akhir

Gambar 6. Penghambatan balik pengubahan L-teronin menjadi L-isoleusin

Enzim alosterik sering berbentuk protein yang memiliki beberapa subunit


protein dan memiliki satu atau lebih sisi aktif pada masing-masing subunitnya.
Terikatnya substrat pada sisi aktif enzim akan menginduksi perubahan konformasi
protein pada enzim tersebut yang memungkinkan sisi aktif lainnya memiliki
afinitas untuk berikatan dengan molekul substrat. Enzim alosterik dikontrol oleh
molekul efektor (activator dan inhibitor) yang berikatan pada enzim pada
bagian tertentu dari enzim tersebut di luar sisi aktif enzim, danselanjutnya dapat
menyebabkan perubahan konformasi sisi aktif enzim yang dapat mempengaruhi
kecepatan enzim tersebut. Molekul activator alosterik dapat meningkatkan laju
kerja enzim, sedangkan molekul nhibitor alosterik dapat menurunkan kerja enzim.

Alosterik kontrol atau Feedback inhibition dapat dibedakan menjadi 4


bagian yaitu : Simple feedback, Concerted feedback, Multiple enzim
feedback, dan Commulative feedback

a. Simple feedback
Simple feedback : contohnya pada biosintesis asam amino isoleusin
(oleh E. coli). Sintesis Isoleusin dihambat oleh aktivitas enzim threonine
deaminase

Gambar 7. Simple feedback inhibition

b. Concerted feedback
Concerted feedback. Pada kasus ini enzim pengatur pada suatu cabang
pathway memiliki tempat ganda (multiple site) untuk efektor alosterik yang
berbeda yang akan menghambat aktivitas enzim tersebut. Penghambatan akan
terjadi sempurna apabila kedua efektor terdapat pada pathway tersebut.
c.

Gambar 8. Concerted feedback inhibition

c. Multiple enzim control


Multiple enzim control : Bentuk kontrol dari sistim ini sedikit berbeda dari
yang lain. Enzim yang ada pada cabang patway tidak hanya satu tetapi lebih dari
satu bentuk. Masing‐masing akan dihambat oleh produk akhir yang berbeda.
Contohnya pada sintesis lysine, methyonine dan isoleucine oleh E. coli.

d. Comulative feedback
Comulative feedback, Kontrol ini unik dan melibatkan tidak hanya satu
senyawa sebagai produk akhir dari suatu pathway. Enzim alosterik memiliki
berbagai tempat untuk mengikat senyawa dari produk akhir pathway. Masing‐
masing efektor mengambil bagian hanya partial inhibition. Apabila jumlah
efektor terakumulasi secara jenuh, maka akan tejadi penghambatan secara
sempurna. Contohnya terjadi pada enzim glutamine sintetase yang mengkonversi
glutamate menjadi glutamine.

 Pengendalian Enzim Melalui Perubahan Struktur Molekul (Modifikasi


Kovalen)
Pengaturan akitivitas enzim dengan modifikasi kovalen yaitu
menambahkan gugus fosfat pada suatu enzim atau biasa disebut fosforilasi.
Pada fosforilasi enzim, kita akan melihat enzim mengkatalisis enzim, tepatnya
dalam reaksi fosforilasi atau mengikatkan gugus fosfat pada suatu enzim.
Sebagian besar enzim di dalam tubuh kita kerjanya sangat terpengaruh dengan apa
yang disebut sebagai kesetimbangan substrat-produk. Enzim memang dapat
mempercepat reaksi perubahan substrat menjadi produk, namun tidak kuasa untuk
mengubah proporsi alamiah dari keberadaan substrat-produk. Inilah
kesetimbangan, suatu nilai tetap proporsi campuran substrat dengan produk.

Seringkali ketika suatu reaksi yang dikatalisis oleh enzim sudah akan
mencapai nilai kesetimbangan reaksinya, maka produk tersebut akan menghambat
kerja enzim persis seperti regulasi alosterik. Regulasi seperti ini memang perlu
ada, namun pada kondisi-kondisi tertentu hal ini perlu dihindari sehingga tercipta
mekanisme seperti ini. Terdapat satu enzim khusus yang tugasnya memfosforilasi
enzim regulator tersebut. Ketika enzim regulator tersebut terfosforilasi, maka
enzim tersebut tidak akan dapat dihambat secara alosterik lagi. Tentu saja keadaan
enzim yang terfosforilasi ini ada jangka waktunya dan juga terdapat enzim yang
bertugas untuk mencopot gugus fosfat dari enzim regulator apabila sudah tidak
diperlukan lagi.
Adanya fosforilasi enzim ini akan mengubah konformasi (bentuk) dan
permukaan sisi akitif enzim sehingga mampu berfungsi dalam proses katalisis.
Pengaturan ini bersifat reversible. artinya ketika enzim sudah tidak dibutuhkan,
fosfat pada enzim dapat dihilangkan sehingga menyebabkan enzim tersebut
inakitif. Contohnya, enzim glikogen fosforilase.

Contoh dari enzim pengatur kovalen dapat dijumpai tipe fosforilasi yang
akan mempengaruhi enzim dalam jumlah sedikit atau dalam jumlah yang banyak
seperti diilustrasikan dalam Gambar 4. Pada gambar tersebut terdapat 10 macam
jenis enzim yang terlibat dalam suatu sintesis glikogen dan katabolisme glikogen.
Enzim-enzim tersebut dipengaruhi oleh fosforilasi. Enzim yang terfosforilasi akan
memiliki kestabilan dalam konformasinya. Hal ini penting untuk keperluan reaksi-
reaksi yang melibatkan enzim-fosfat

https://www.imakalah-biokimia-pengertian-enzim-dan_21.html

https://www.ilmudasar.com/2016/11/Pengertian-Fungsi-Karakteristik-Struktur-dan-
Macam-Macam-Enzim-adalah.html

https://www.scribdwq.com/doc/140750366/REGULASI-ENZIM

Anda mungkin juga menyukai