Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR II

JEMBATAN WHEATSTONE
Disusun untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Praktikum Fisika Dasar II

yang dibimbing oleh Bapak Dr. Nasikhudin, S. Pd., M. Sc dan Bapak Robi
Kurniawan

Disusun oleh :

Nama : Annisa Puspitasari

NIM : 180322615095

Kelas/Offering : AM1/N

Kelompok :3

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN FISIKA
PROGRAM STUDI S1 FISIKA
FEBRUARI 2019
JEMBATAN WHEATSTONE

Annisa Puspitasari1), Arisma Nurul Fauziyah2), Dimitra Ega Lianny2) , Dr. Nasikhudin, S. Pd., M. Sc3)

1) Ketua Kelompok

2) Proofreader (Anggota Kelompok)

3) Dosen Pembimbing

Abstrak : Telah di lakukan praktikum yang berjudul Jembatan Wheatstone


memiliki tujuan agar mahasiswa dapat memahami fungsi hambatan listrik
dalam rangkaian listrik, mahasiswa dapat menyusun rangkaian listrik,
mahasiswa dapat menentukan besarnya hambatan listrik dengan
menggunakan metode Jembatan Wheatstone, mahasiswa mampu menguji
kebenaran rumus untuk hubungan seri dan hubungan paralel dari hambatan-
hambatan listrik. Dalam praktikum ini, ada beberapa variabel yang digunakan,
yaitu: Variabel bebas adalah R . Urutan percobaan ini meliputi rangkaian yang
diatur agar tidak ada arus yang mengalir sehingga dalam keadaan setimbang,
sehingga L1 dan L2 dapat ditentukan kemudian keduanya dibandingkan dan
dikalikan Rb. Hasilnya menunjukkan bahwa pengukuran hambatan denagan
menggunakan metode jembatan wheatstone ini arus yang mengalir pada
rangkaian dibuat setimbang, besar nilai hambatan bergantung pada L1 dan L2.
Nilai X1 sebesar (1,47±0,04)Ω ralat relatif sebesar 2,75 % (3 AP), Nilai X2
sebesar (4,20±0,44)Ω ralat relatif sebesar 1,51 % (3 AP), Nilai X1 dan X2
secara seri sebesar (4,82 ±0,07)Ω ralat relatif sebesar 1,51 % (3 AP), Nilai X1
dan X2 secara paralel sebesar (4,87 ±0,06)Ω ralat relatif sebesar 1,24 % (3 AP)

Kata Kunci = Jembatan Wheatstone, Hambatan, Galvanometer, Universal Lab


Interface
A. Pendahuluan
a. Motivasi

Dalam praktikun Jembatan Wheatstone ini, Mahasiswa diharapkan dapat memahami


fungsi hambatan ( Resistansi ) listrik dalam rangkaian listrik. Kemudian mahasiswa
juga dapat menyusun rangkaian listrik dengan benar, dapat menentukan besarnya
hambatan listrik dengan menggunakan metoda Jembatan Wheatstone,lalu mampu
menguji kebenaran rumus yang ada untuk hubungan Seri dan hubungan Pararel dari
hambatan- hambatan listrik.

b. Ringkasan Percobaan

Pada praktikum Jembatan Wheatstone ini diawali dengan menyiapkan alat dan
bahan yang akan digunakan, kemudian menyusun rangkaian dengan menyambungkan
kabel – kabel konektor ke alat lain seperti Galvanometer, sumber DC (baterai),
hambatan, dan hambatan x1 dan x2 yang belum diketahui besar nilainya, lalu kabel
konektor juga disambungkan ke papan Jembatan Wheatstone. Kontak geser C yang
berada ditengah-tengah perangakat Jembatan Wheatstone digeser-geser samapai
galvanometer menunjuk angka nol. Dengan ini akan diperoleh besar dari nilai L1, L2,
dan nilai hambatan Rb yang telah digunakan.

B. Latar Belakang Teori


Hambatan Litrik digunakan sebagai pengatur besarnya arus listrik pada suatu
rangkaian. Jika hambatan listrik dilalaui arus listrik akan terjadi perubahan energy
listrik menjadi kalor, dan hal ini merupakan perinsip kerja dari alat setrika dan juga
kompor.Salah satu roop yang cukup penting dalam fisika adalah rangkaian jembatan
wheatstone. Rangkain ini sering digunakan sebagai sensor yang dapat mendeteksi arus
yang teramat cukup kecil (Mikrajuddin,Fisika Dasar II)

Hambatan listrik dari suatu penghantar (konduktor) adalah perbandingan dari


beda potensial antar ujung – ujung konduktor dengan arus listrik yang melaluinya. Dan
dari sebab itu salah satu cara untuk mengukur besar hambatan listrik pada dari
konduktor ialah dengan cara mngukur beda potensial ujung – ujungnya dengan
menggunakan alat multimeter tepatnya voltmeter (v) dan juga mengukur arus listrik
yang melaluinya dengan menggunakan alat yang sama yaitu multimeter tepatnya
Amperemeter (A).

Jembatan wheatstone adalah rangkaian yang disusun sedemikian rupa terdiri


dari 4 buah resistor

dengan salah satu resistornya diatur sedemikian rupa sehingga Galvanometer


menunjukan angka nol, pada saat itu tidak ada arus listrik yang mengalir sehingga dapat
ditarik kesimpulan yaitu besar beda potensial pada asatu titik dengan titik lain sama
dengan nol. Karena besarnya I1 = I3 dan besarnya

I4 = I2 , maka persamaan itu dapat disimpulkan lagi sehingga berlaku permaan


R1R4 =R2R3. Jika besar hambatan Rb,R1,dan R2 diubah dan pada Glavanometer tidak
ada arus yang mengalir maka R1 dan R2 arus yang melaluinya sama. Dapat diperoleh
nilai x yang dinyatakan R1,R2 dan R3 sebagai berikut :
𝑅1
𝑥 = 𝑅2 𝑅𝑏 ……………………………………………..(1)

Untuk mempermudah pengukuran , R1 dan R2 dapat diganti dengan kawat


hambatan lurus yang sama dengan panjang L. Untuk L akan menambahan ketelitian
pengukuran pada rangkaian dapat ditambah komutatator yang digunakan untuk
membalikan arah arus rangkaian. Pada kawat penghambat dapat digeser untuk
mengubah besar hambatan Rac dan Rcb.

Dengan menggeser hambatan geser dapat dicapai keadaan hingaa potensialnya


sama, yang ditunjukuan pada Galvanometer , dan dapat dinyatakan ke persamaan
berikut :
𝐿2
𝑥 = 𝐿1 𝑅𝑏 ……………………………………………(2)
Dengan mengukur panjang L1 dan L2 = L-L1 maka jika Rb telah diketahui.
Besar hambatan X dapat dicari dengan persamaan 2.

C. Deskripsi Percobaan
a. Deskripsi Peralatan

Dalam percobaan jembatan wheatstone ini menggunakan beberapa alat dan


bahan yang mempunyai fungsi masing masing , pertama sumber tegangan DC(baterai)
digunakan sebagai sumber tenaga ,hambatan geser (Rheostad) yang terbuat dari kawat
yang hambat jenisnya besar. Galvanometer fungsinya untuk mendeteksi dan mengukur
suatu arus listrik yang kecil, komulator untuk menyearahkan arus tegangan AC mnejadi
DC secara mekanis pada penghubung alat tersebut. Hambatan ada dua yang pertama
hambatan X ini adalah hambatan yang akan dicari nilai besarnya, yang kedua hambatan
yang sudah diketahui besarnya. , mistar yang ada di set jembatan wheatstone untuk
melihat hasil L , kabel konektor untuk menyambungkan rangkaian ke sumber tegangan
DC (baterai) agar galvanometernya bekerja dengan baik.

b. Deskripsi Prosedur Percobaan

Kami menyiapkan peralatan yang dibutuhkan ,pertama Arisma menentukan


hambatan yang akan digunakan untuk mencari hambatan X, percobaan pertama kami
menggunakan hambatan 0,82 Ω untuk menentukan X1 lalu Ega menggeserkan rheostad
pada set perangkat jembatan wheatstone lalu Annisa mencatat hasil saat galvanometer
= 0 untuk melakukan langkah ini diulangi 3 kali berturut turut agar mendapat hasil yang
diinginkan. Percobaan kedua untuk menentukan besarnya nilai X2 Arisma
menggunakan hambatan 2,2 Ω lalu Ega menggeseser geserkan rheostad sambil melihat
jarum di alat galvanometer menunjukan angka nol kemudian Annisa mencatat hasil dan
percobaan ini diulangi 3 kali berturut turut seperti percobaan pertama agar angkanya
akurat, percobaan ketiga menentukan X1 dan X2 saat posisi seri dengan menggunakan
hambatan 2,2 Ω , lalu percobaan ke empat menentukan besar nilai hambatan X1 dan
X2 di saat posisi pararel dengan menggunakan hamabatan Rb 2,7 Ω sama seperti di
percobaan pertama untuk mencari nilai L nya dengan menggeser geserkan rheostad lalu
memeperhatikan galvanometer untuk menunjukan angka nol setelah itu catat dan
ulangi sampai 3 kali.

D. Analisis Data
a. Metode Analisis

Dalam Percobaan Jembatan Wheatstone ini sebagai variable terikatnya adalah


sumber tegangan arus DC (baterai). Sedangkan Hambatan Rb adalah variabel bebas
dan yang menjadi variabet terikatnya adalah panjang kawat ( L1 dan L2 ) .

Pada percobaan ini perhitungan analisisnya menggunakan ralat, ralat yang akan
digunakan yaitu ralat rambat

Pertama rumus untuk mengetahui hambatan X1 dan X2 :

𝐿2
𝑥= 𝑅𝑏
𝐿1
Kedua rumus untuk mengetahui hambatan X1 dan X2 secara seri :

𝑋𝑠 = 𝑋1 + 𝑋2

Ketiga rumus untuk mengatahui hambatan X1 dan X2 secara pararel:

𝑋1. 𝑋2
𝑋𝑝 =
𝑋1 + 𝑋2
Keempat rumus ketidakpastian mutlak :

2 2 2
∂X1 2 ∂X1 2 ∂X1 2
SX = √| ∆L | + | ∆L | + | ∆R |
∂L1 3 1 ∂L2 3 2 ∂R b 3 b
2 2 2
L L L
𝜕 L2 R b 2 𝜕 L2 R b 2 𝜕 L2 R b 2
1 1 1
= √| ∆𝐿1 | + | ∆𝐿2 | + | ∆𝑅𝑏 |
𝜕𝐿1 3 𝜕𝐿2 3 𝜕𝑅𝑏 3

2 2 2
𝐿2 𝑅𝑏 2 Rb 2 L2 2
= √| ∆𝐿 | + | ∆𝐿 | + | ∆𝑅 |
(𝐿1 )2 3 1 𝐿1 3 2 𝐿1 3 𝑏

Kelima rumus ketidakpastian relatif :

SX
RX = × 100%
X

Keenam menghitung besar nilai X1dan X2 secara seri menurut teori:

Xs (hitung) − Xs (data)
RXs = | | × 100%
Xs (hitung)

Ketujuh menghitung besar nilai X1 dan X2 secara paralel menurut teori:

Xp (hitung) − Xp (data)
RXp = | | × 100%
Xp (hitung)

b. Sajian Hasil

Percobaan Nilai Hambatan (Ω) SX (Ω) RX

Data 4,06 %
1,40 0,05
1
Data 4,06 %
X1 1,57 0,004
2
Data 4,16 %
1,46 0,06
3
X1 rata-rata 1,47 0,04 2,75 %

Data 1,51 %
4,20 0,063
1
Data 1,51 %
X2 4,20 0,064
2
Data 1,51 %
4,20 0,064
3

X2 rata-rata 4,20 0,446 1,51%

Data 1,51 %
4,69 0,071
1
X1 dan X2 Data 1,51 %
4,96 0,075
Seri 2
Data 1,51 %
4,82 0,073
3

X rata-rata 4,83 0,0734 1,51 %

Data 1,24 %
4,25 0,052
1
X1 dan X2 Data 1,23 %
4,97 0,061
Paralel 2
Data 1,23 %
5,40 0,067
3

X rata-rata 4,87 0,061 1,24 %

X1 dan X2 Seri 15 %
5,68 -
menurut teori
X1 dan X2 Paralel 345 %
1,09 -
menurut teori
c. Pembahasan Hasil

Hambatan listrik digunakan untuk mengatur arah arus listrik dalam suatu
rangkaian. Jika hambatan listrik dilalui oleh arus listrik maka akan menjadi
perubahan energi listrik menjadi kalor. Caranya mengukur besar hambatan
listrik adalah dengan cara mengukur beda potensial pada ujung-ujungnya
dengan voltmeter sedangkan untuk mengukur kuat arus yang melalui hambatan
tersebut adalah dengan amperemeter. Lalu dengan hambatan listrik yang tidak
dapat diukur dengan cara tersebut, maka metode jembatan wheatstone menjadi
cara alternatif untuk mengukur suatu besar hambatan yang belum diketahui
nilainya dengan membandingakan nilai hambatan tersebut dengan nilai
hambatan lain yang sudah diketahui besarnya.

Pada percobaan ini besar nilai hambatan X1 dan X2 belum diketahui, pada
rangkaian jembatan wheatstone terdapat hambatan R sebagai variabel bebas
dan juga sebagai hambatan pembanding yang besar nilainya sudah lebih dahulu
diketahui, sesuai prinsip jembatan wheatstone. Melalui persamaan

L2
X= Rb
L1

dapat diketahui nilai hammbatan X. Besar nilai L1 dan L2 merupakan


panjang kawat antara titik AB dan juga panjang kawat antara titik BC yang akan
diketahui setelah hambatan geser C digeser-geser kemudian galvanometer
menunjuk ke angka nol.

Percobaan jembatan wheatstone ini dilakukan pengambilan data sebanyak


tiga kali untuk setiap 1 percobaan. Pada percobaan X1 diambil tiga data, dan
juga seterusnya. Bertujuan untuk menghasilkan data yang diambil benar-benar
valid dan untuk meminimalisir kesalahan yang ada. Setelah melakukan analisis
data yang ada dengan menggunakan teori ralat rambat diperoleh hasil seperti
pada tabel sajian hasil sebelumya. Dapat dilihat apabila kesalahan relatif rata-
rata cukup kecil, kurang dari 4,5% untuk setiap data dalam setiap percobaan.
Hal ini menunjukkan bahwa saat pengambilan data pengamatan cukup baik.

Berbeda halnya dengan hasil analisis dirangkaian X1 dan X2 baik yang


disusun secara seri maupun secara paralel. Pada X1 dan X2 yang disusun secara
seri teori menunjukkan ralat relatif sebesar 15 % dan pada X1 dan X2 yang
disusun secara paralel teori ralat relatif sebesar 345 %. Ketakpastian hasil yang
diperoleh, dikarenakan ketidak telitian dalam membaca skala dan pada mistar
ketika galvanometer menunjukan angka nol, bisa juga sebabnya karena
galvanometer tidak tepat menunjuk angka nol. Hal ini menyebabkan data yang
diperoleh setelah dianalisis menunjukkan ralat relatif sesuai yang disajikan
pada sajian hasil, terlebih lagi pada X1 dan X2 yang disusun secara paralel.

d. Saran Perbaikan

Pertama cek terlebih dahulu sumber tegangan arus DC dengan alat


Voltmeter apakah 1,5 volt, kedua hati-hati saat pembacaan Skala jarum dialat
Galvanometer karena sangat sensitif terhadap Hambatan Gesernya.

E. Kesimpulan

Kesimpulan dari percobaan yang kami lakukan yaitu hambatan listrik dalam
rangkaian berfungsi sebagai pengatur arah arus listrik suatu rangkaian. Nilai hambatan
X dapat diketahui besar nilainya dengan menggunakan metode Jembatan Wheatstone.
Nilainya yaitu Nilai X1 sebesar (1,47±0,04)Ω dengan ralat relatif sebesar 2,75 % (3
AP), Nilai X2 sebesar (4,20±0,44)Ω dengan ralat relatif sebesar 1,51 % (3 AP), Nilai
X1 dan X2 secara seri sebesar (4,82 ±0,07)Ω dengan ralat relatif sebesar 1,51 % (3 AP),
Nilai X1 dan X2 secara paralel sebesar (4,87 ±0,06)Ω dengan ralat relatif sebesar 1,24
% (3 AP); Nilai X1 dan X2 secara seri menurut teori 5,60 Ω dengan ralat relatif 15% (2
AP); serta nilai X1 dan X2 secara paralel menurut teori sebesar 1,09 Ω dengan ralat
relatif 345 % (1 AP). Melalui Praktikum ini juga dapat disimpulkan bahwa Mahasiswa
masih belum terampil saat merangkai alat ,lalu mahasiswa masih kurang teliti saat
membaca skala di alat Glavanometer kemudian mahasiswa juga maih kurang teliti saat
menghitung ralat dan membaca L1 dan L2.
F. Daftar Rujukan
1. Tim Fisika Dasar. 2019. Modul Fisika Dasar 2 . Malang ; Jurusan Fisika
FMIPA Universitas Negeri Malang.
2. Abdullah, Mikrajuddin. 2017. Fisika Dasar II . Bandung ; Penerbit ITB
3. Halliday, David, Alih Bahasa: Pantur.2010. Fisika Dasar 2 Edisi 7 Jilid 2.
Jakarta;Penerbit Erlangga
G. Lampiran
TUGAS DAN PERTANYAAN

P-01 : Jika hambatan dalam dari amperemeter RA≠ 0, dan nilai R diketahui turunkan
rumus untuk memperoleh RA dinyatakan dengan Vac, iR, dan RA.
Vac = IR (R+ RA)
Vac = V
V= IR(R+ RA)
Vac= IR.R + IR. RA
IR. RA = Vac – I.RR
𝑉𝑎𝑐−𝐼.𝑅𝑅
RA =
𝐼𝑅

P-02 : Jika pada rangkaian gambar 1b, hambatan dalam dari voltmeter V diketahui
yaituVab, i, dan RV.
VAB = IR. R = IV. R
I = IR + IV
VAB
I=
R total
I I I
= +
Rtotal R V R
RR V
Rtotal =
R + RV
VAB VAB VAB(R+R )
V
I= = RRV =
Rtotal RRV
R+RV

VAB(R+RV )
I(RR V ) =
VAB R + VAB R V
VAB R V
R=
IR V − VAB

R2
P-03 : Buktikan rumus X = Rb
R1

I1 R1 = I2 R 2
I2 R 2
I1 =
R1
R2Rb
X=
R1

L2
P-04 : Buktikan rumus X = Rb
L1
ρL
R=
A
Kawat AB homogen dengan A (luas penampang) sama sehingga R1~L1 dan R2 ~ L2
sesuai prinsip jembatan wheatstone.

P-05 : Bandingkan nilai susunan seri yang diperoleh dari hasil percobaan dengan nilai
susunan seri dari hasil perhitungan menurut teori .
Nilai Xs percobaan tidak sama, seharusnya sebesar 4,7844 Ω sedangkan
nilai Xs hasil perhitungan menurut teori sebesar 5,6873 Ω sangat jelas perbedaan
nilainya sama mungkin terjadi karena kesalahan dalam percobaan yang memengaruhi
karena diperoleh persentase kesalahan sebesar 15%.
P-06 : Bandingkan nilai susunan paralel yang diperoleh dari hasil percobaan dengan
nilai susunan paralel dari hasil perhitungan menurut teori .
Nilai Xp percobaan tidak sama, seharusnya sebesar 4,8761 Ω sedangkan
nilai Xp hasil perhitungan menurut teori sebesar 1,0945 Ω sangat jelas perbedaan
nilainya sama mungkin terjadi karena kesalahan dalam percobaan yang memengaruhi
karena diperoleh persentase kesalahan sebesar 345 %.

Percobaan I
Hambatan X1 Data 1

L2 63,1
X1 = Rb = 0,82 = 1,4022 Ω
L1 36,9

2 2 2
𝐿2 𝑅𝑏 2 Rb 2 L2 2
𝑆𝑋1 = √| ∆𝐿 | + | ∆𝐿 | + | ∆𝑅 |
(𝐿1 )2 3 1 𝐿1 3 2 𝐿1 3 𝑏

2 2 2
63,1 × 0,82 2 0,82 2 63,1 2
= √| 0,05| + | 0,05| + | 0,05|
(36,9)2 3 36,9 3 36,9 3

= √|0,0012666867|2 + |0,0007407407|2 + |0,570009033|2

= √0,0000016045 + 0,0000005487 + 0,003249103

= √0,0032512562

= 0,0570197878 Ω

𝑆𝑋1
𝑅𝑋1 = × 100%
𝑋1

0,0570197878
= × 100%
1,4022

= 4,06 % (3 𝐴𝑃)
Jadi, nilai 𝑋1 = (1,402 ± 0,057) Ω dengan ralat relatif sebesar 4,06% (3
AP)

Hambatan X1 Data 2

L2 65,7
X1 = Rb = 0,82 = 1,570 Ω
L1 34,3

2 2 2
𝐿2 𝑅𝑏 2 Rb 2 L2 2
𝑆𝑋1 = √| ∆𝐿 | + | ∆𝐿 | + | ∆𝑅 |
(𝐿1 )2 3 1 𝐿1 3 2 𝐿1 3 𝑏

2 2 2
65,7 × 0,82 2 0,82 2 65,7 2
= √| 0,05| + | 0,05| + | 0,05|
(34,3)2 3 34,3 3 34,3 3

= √|0,015264048|2 + |0,0000796194|2 + |0,0063792601|2

= √0,0000023299 + 6,33924884𝐸 − 9 + 0,000040695

= √0,0000430312

= 0,0065598171 Ω

𝑆𝑋1
𝑅𝑋1 = × 100%
𝑋1

0,0065598171
= × 100%
1,570

= 0,417 % (4 𝐴𝑃)

Jadi, nilai 𝑋1 = (1,570 ± 0,006) Ω dengan ralat relatif sebesar 0,417% (4


AP)

Hambatan X1 Data 3
L2 64,7
X1 = Rb = 0,82 = 1,46628 Ω
L1 35,3

2 2 2
𝐿2 𝑅𝑏 2 Rb 2 L2 2
𝑆𝑋1 = √| ∆𝐿 | + | ∆𝐿 | + | ∆𝑅 |
(𝐿1 )2 3 1 𝐿1 3 2 𝐿1 3 𝑏

2 2 2
64,7 × 0,82 2 0,82 2 64,7 2
= √| 0,05| + | 0,05| + | 0,05|
(35,3)2 3 35,3 3 35,3 3

= √|0,0014192126|2 + |0,00077431547|2 + |0,061095373|2

= √0,0000020141 + 0,0000005996 + 0,0037326446

= √0,0037352583

= 0,0611167596Ω

𝑆𝑋1
𝑅𝑋1 = × 100%
𝑋1

0,0611167596
= × 100%
1,46628

= 1,46 % (3 𝐴𝑃)

Jadi, nilai 𝑋1 = (1,46 ± 0,06) Ω dengan ralat relatif sebesar 4,06% (3 AP)

Nilai X1 rata-rata

1,4022 + 1,570 + 1,46628


X1 = = 1,4794 Ω
3

Percobaan II
Hambatan X2 Data 1
L2 65,5
X2 = Rb = 2,2 = 4,176811 Ω
L1 34,5

2 2 2
𝐿2 𝑅𝑏 2 Rb 2 L2 2
𝑆𝑋2 = √| ∆𝐿 | + | ∆𝐿 | + | ∆𝑅 |
(𝐿1 )2 3 1 𝐿1 3 2 𝐿1 3 𝑏

2 2 2
65,5 × 2,2 2 2,2 2 65,5 2
= √| 0,05| + | 0,05| + | 0,05|
(34,5)2 3 34,5 3 34,5 3

= √|0,0040355668|2 + |0,0021256039|2 + |0,063285024|2

= √0,0000162857 + 0,0000045182 + 0,0040049943

= √0,00402257982

= 0,0634491781 Ω

𝑆𝑋2
𝑅𝑋2 = × 100%
𝑋2

0,0634491781
= × 100%
4,176811

= 1,51 % (3 𝐴𝑃)

Jadi, nilai 𝑋2 = (4,17 ± 0,06) Ω dengan ralat relatif sebesar 1,51% (3 AP)

Hambatan X2 Data 2

L2 65,7
X2 = Rb = 2,2 = 4,21399 Ω
L1 34,3
2 2 2
𝐿2 𝑅𝑏 2 Rb 2 L2 2

𝑆𝑋2 = | ∆𝐿 | + | ∆𝐿 | + | ∆𝑅 |
(𝐿1 )2 3 1 𝐿1 3 2 𝐿1 3 𝑏

2 2 2
65,7 × 2,2 2 2,2 2 65,7 2

= | 0,05| + | 0,05| + | 0,05|
(34,3)2 3 34,3 3 34,3 3

= √|0,0040523249|2 + |0,0021379981|2 + |0,0638483|2

= √0,0000167709 + 0,000004571 + 0,0040766177

= √0,0040979596

= 0,0640153075 Ω

𝑆𝑋2
𝑅𝑋2 = × 100%
𝑋2

0,0640153075
= × 100%
4,2139941691

= 1,51 % (3 𝐴𝑃)

Jadi, nilai 𝑋2 = (4,21 ± 0,06) Ω dengan ralat relatif sebesar 1,51% (3 AP)

Hambatan X2 Data 3

L2 65,8
X2 = Rb = 2,2 = 4,232748538 Ω
L1 34,2

2 2 2
𝐿2 𝑅𝑏 2 Rb 2 L2 2
𝑆𝑋2 = √| ∆𝐿 | + | ∆𝐿 | + | ∆𝑅 |
(𝐿1 )2 3 1 𝐿1 3 2 𝐿1 3 𝑏
2 2 2
65,8 × 2,2 2 2,2 2 65,8 2

= | 0,05| + | 0,05| + | 0,05|
(34,2)2 3 34,2 3 34,2 3

= √|0,00401254859|2 + |0,0021442495|2 + |0,06413325|2

= √0,0000170196 + 0,0000045978 + 0,0041129844

= √0,0041346018

= 0,0643008694 Ω

𝑆𝑋2
𝑅𝑋2 = × 100%
𝑋2

0,0643008694
= × 100%
4,232748538

= 1,51 % (3 𝐴𝑃)

Jadi, nilai 𝑋2 = (4,23 ± 0,06) Ω dengan ralat relatif sebesar 1,51% (3 AP)

Nilai X2 rata-rata

4,176811 + 4,21399 + 4,2327


X2 = = 4,207833 Ω
3

Percobaan III
Hambatan X1 dan X2 Seri Data 1

L2 68,1
Xs = Rb = 2,2 = 4,6965517 Ω
L1 31,9

2 2 2
𝐿2 𝑅𝑏 2 Rb 2 L2 2

𝑆𝑋𝑠 = | ∆𝐿 | + | ∆𝐿 | + | ∆𝑅 |
(𝐿1 )2 3 1 𝐿1 3 2 𝐿1 3 𝑏
2 2 2
68,1 × 2,2 2 2,2 2 68,1 2

= | 0,05| + | 0,05| + | 0,05|
(31,9)2 3 31,9 3 31,9 3

= √|0,0049075776|2 + |0,0022988506|2 + |0,07115987|2

= √0,0000240843 + 0,0000052847 + 0,005063727

= √0,0050930968

= 0,0713659359 Ω

𝑆𝑋𝑠
𝑅𝑋𝑠 = × 100%
𝑋𝑠

0,0713659359
= × 100%
4,6965517

= 1,51 % (3 𝐴𝑃)

Jadi, nilai 𝑋𝑠 = (4,69 ± 0,07) Ω dengan ralat relatif sebesar 1,51% (3 AP)

Hambatan X1 dan X2 Seri Data 2

L2 69,3
Xs = Rb = 2,2 = 4,9661237785 Ω
L1 30,7

2 2 2
𝐿2 𝑅𝑏 2 Rb 2 L2 2
𝑆𝑋𝑠 = √| ∆𝐿 | + | ∆𝐿 | + | ∆𝑅 |
(𝐿1 )2 3 1 𝐿1 3 2 𝐿1 3 𝑏

2 2 2
69,3 × 2,2 2 2,2 2 69,3 2
= √| 0,05| + | 0,05| + | 0,05|
(30,7)2 3 30,7 3 30,7 3

= √|0,0053920997|2 + |0,0023887079|2 + |0,0752442997|2


= √0,0000290747 + 0,000007059 + 0,0056617046

= √0,0056964852

= 0,0754750634 Ω

𝑆𝑋𝑠
𝑅𝑋𝑠 = × 100%
𝑋𝑠

0,0754750634
= × 100%
4,9661237785

= 1,51 % (3 𝐴𝑃)

Jadi, nilai 𝑋𝑠 = (4,96 ± 0,07) Ω dengan ralat relatif sebesar 1,51% (3 AP)

Hambatan X1 dan X2 Seri Data 3

L2 68,7
Xs = Rb = 2,2 = 4,828753 Ω
L1 31,3

2 2 2
𝐿2 𝑅𝑏 2 Rb 2 L2 2

𝑆𝑋𝑠 = | ∆𝐿 | + | ∆𝐿 | + | ∆𝑅 |
(𝐿1 )2 3 1 𝐿1 3 2 𝐿1 3 𝑏

2 2 2
68,7 × 2,2 2 2,2 2 68,7 2

= | 0,05| + | 0,05| + | 0,05|
(31,3)2 3 31,3 3 31,3 3

= √|0,005142443|2 + |0,002342918|2 + |0,0731629393|2

= √0,000026447 + 0,0000054893 + 0,0053528157

= √0,0053847497

= 0,0733808538 Ω
𝑆𝑋𝑠
𝑅𝑋𝑠 = × 100%
𝑋𝑠

0,0733808538
= × 100%
4,828753

= 1,51 % (3 𝐴𝑃)

Jadi, nilai 𝑋𝑠 = (4,82 ± 0,07) Ω dengan ralat relatif sebesar 1,51% (3 AP)

Nilai Xs rata-rata

4,696 + 4,96612 + 4,82878


Xs = = 4,8302733 Ω
3

Percobaan IV
Hambatan X1 dan X2 Paralel Data 1

L2 61,2
Xp = Rb = 2,7 = 4,25 Ω
L1 38,2

2 2 2
𝐿2 𝑅𝑏 2 Rb 2 L2 2
𝑆𝑋𝑝 = √| ∆𝐿 | + | ∆𝐿 | + | ∆𝑅 |
(𝐿1 )2 3 1 𝐿1 3 2 𝐿1 3 𝑏

2 2 2
61,2 × 2,7 2 2,7 2 61,2 2

= | 0,05| + | 0,05| + | 0,05|
(38,2)2 3 38,2 3 38,2 3

= √|0,003658731|2 + |0,0023195876|2 + |0,05257731|2

= √0,0000133863 + 0,0000053804 + 0,0027643745

= √0,0027831412

= 0,052755485 Ω
𝑆𝑋𝑝
𝑅𝑋𝑝 = × 100%
𝑋𝑝

0,052755485
= × 100%
4,970454

= 1,24 % (3 𝐴𝑃)

Jadi, nilai 𝑋𝑝 = (4,25 ± 0,05) Ω dengan ralat relatif sebesar 1,24% (3 AP)

Hambatan X1 dan X2 Paralel Data 2

L2 64,8
Xp = Rb = 2,7 = 4,97045 Ω
L1 35,2

2 2 2
𝐿2 𝑅𝑏 2 Rb 2 L2 2
𝑆𝑋𝑝 = √| ∆𝐿 | + | ∆𝐿 | + | ∆𝑅 |
(𝐿1 )2 3 1 𝐿1 3 2 𝐿1 3 𝑏

2 2 2
64,8 × 2,7 2 2,7 2 64,8 2

= | 0,05| + | 0,05| + | 0,05|
(35,2)2 3 35,2 3 35,2 3

= √|0,0047068698|2 + |0,0025568182|2 + |0,06136364|2

= √0,0000221546 + 0,0000065373 + 0,0037654959

= √0,0037941878

= 0,0615969788 Ω

𝑆𝑋𝑝
𝑅𝑋𝑝 = × 100%
𝑋𝑝

0,0615969788
= × 100%
4,97045
= 1,23 % (3 𝐴𝑃)

Jadi, nilai 𝑋𝑝 = (4,97 ± 0,06) Ω dengan ralat relatif sebesar 1,23% (3 AP)

Hambatan X1 dan X2 Paralel Data 3

L2 66,7
Xp = Rb = 2,7 = 5,4081081 Ω
L1 33,3

2 2 2
𝐿2 𝑅𝑏 2 Rb 2 L2 2
𝑆𝑋𝑝 = √| ∆𝐿 | + | ∆𝐿 | + | ∆𝑅 |
(𝐿1 )2 3 1 𝐿1 3 2 𝐿1 3 𝑏

2 2 2
66,7 × 2,7 2 2,7 2 66,7 2

= | 0,05| + | 0,05| + | 0,05|
(33,3)2 3 33,3 3 33,3 3

= √|0,0054135216|2 + |0,00270202|2 + |0,066766|2

= √0,0000293062 + 0,0000073046 + 0,0044570811

= √0,0044944119

= 0,0670403751 Ω

𝑆𝑋𝑝
𝑅𝑋𝑝 = × 100%
𝑋𝑝

0,0670403751
= × 100%
5,4081081

= 1,23 % (3 𝐴𝑃)

Jadi, nilai 𝑋𝑝 = (5,40 ± 0,06) Ω dengan ralat relatif sebesar 1,23% (3 AP)

Nilai Xp rata-rata
5,4081 + 4,9704 + 4,25
Xp = = 4,8761 Ω
3

Susunan seri menurut teori

𝑋𝑠 = 𝑋1 + 𝑋2

= 1,4794 + 4,207833

= 5,687327 Ω

Kesalahan Relatif

𝑋𝑠 (ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔) − 𝑋𝑠 (𝑑𝑎𝑡𝑎)
𝑅𝑋𝑠 = | | × 100%
𝑋𝑠 (ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔)

5,687327 − 4,7844
=| | × 100%
5,687327

= 15% (2 𝐴𝑃)

Susunan paralel menurut teori

1 1 1
= +
𝑋𝑝 𝑋1 𝑋2

1 𝑋2 + 𝑋1
=
𝑋𝑝 𝑋1 𝑋2

𝑋1 𝑋2
𝑋𝑝 =
𝑋2 + 𝑋1

1,4794 × 4,207833
=
4,207833 + 1,4794

= 1,0945 Ω

Kesalahan Relatif
𝑋𝑝 (ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔) − 𝑋𝑝 (𝑑𝑎𝑡𝑎)
𝑅𝑋𝑝 = | | × 100%
𝑋𝑝 (ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔)

1,0945 − 4,8761
=| | × 100%
1,0945

= 345% (1 𝐴𝑃)

Anda mungkin juga menyukai