Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Disusun Oleh :
Kelompok 11
A. Tujuan Praktikum :
- Memahami cara kerja instrument HPLC
- Melakukan preparasi dengan tepat dan akurat, serta dapat mengikuti manual
pengoperasian instrument HPLC
- Menentukan / menghitung kadar Parasetamol dan Kafein dengan menggunakan
High Peformance Liquid Chromatography ( HPLC )
B. Tinjauan Pustaka:
HPLC (High Performance Liquid Chromatography) adalah metoda
kromatografi cair bertekanan tinggi. HPLC sangat berguna untuk analisis kimia secara
kualitatif dan kuantitatif senyawa organic atau anorganik yang berkadar sangat kecil,
dalam skala ng/L. juga metoda ini hanya memerlukan jumlah cuplikan yang sangat
kecil(ml). oleh karena itu HPLC, misalnya dapat digunakan dalam analisis cuplikan
Kimia Lingkungan, Farmasi, atau kedokteran. (Tim Dosen Kimia Instrumen.2001:1)
Analisis kuantitatif dengan teknik HPLC didasarkan pada pengukuran
luas/area puncak analit dalam kromatogram, dibandingkan dengan luas/ area standar.
Pada prakteknya teknik perbandingan kurang menghasilkan data yang akurat bila hanya
melibatkan satu konsentrasi standar. Oleh karena itu, lebih akurat dilakukan dengan
menggunakan teknik kurva kalibrasi.
Kromatografi menyangkut metode pemisahan yang didasarkan atas distribusi
differensial komponen sampel diantara dua fasa. Menurut pengertian ini kromatografi
selalu melibatkan dua fasa ,yaitu fasa diam (stationary phase) dan fase gerak (mobile
phase). Fasa diam berupa padatan atau cairan yang terikat pada permukaan padatan
(kertas atau suatu adsorben) sedangkan fasa gerak berupa cairan disebut eluen. Fase gerak
ini mengakibatkan terjadinya migrasi differensial komponen-komponen dalam sampel.
(budiasih,dkk.199:68)
Prinsip kerja HPLC adalah berdasarkan distribusi differensial komponen di
antara dua fasa yang disebabkan oleh perbedaan kepolaran. Prinsip kerja alat instrument
HPLC adalah sebagai berikut : dengan bantuan pompa, fasa gerak cair dialirkan melalui
kolom ke detektor. Cuplikan dimasukan ke dalam aliran fasa gerak dengan cara
penyuntikan. Di dalam kolom terjadi pemisahan komponen – komponen campuran.
Karena perbedaan kekuatan interaksi antara solute – solute terhadap fasa diam. Solute –
solute yang kurang kuat interaksinya dengan fasa diam akan keluar dari kolom lebih dulu.
Sebaliknya, solute –solute yang kuat interaksinya dengan fasa diam maka solute –solute
tersebut akan keluar dari kolom lebih lama. Setiap komponen campuran yang keluar
kolom dideteksi oleh detector kemudian direkam dalam bentuk kromatogram.
Kromatogram HPLC serupa dengan kromatogram GC, jumlah peak menyatakan jumlah
komponen, sedangkan luas peak menyatakan konsentrasi komponen dalam campuran.
Komputer dapat digunakan untuk mengontrol kerja sistem HPLC.
Gambar skema instrument HPLC:
Sumber:https://www.google.com/search?q=skema+instrument+hplc&ie=utf-8&oe=utf-8
Terdapat dua perbedaan dalam HPLC berdasarkan polaritas dari pelarut dan
interaksi terhadap fasa diamnya.
1. Fasa normal HPLC, dimana dengan fasa diamnya bersifat lebih polar daripada
pelarutnya.
2. Fasa balik HPLC, dimana dengan fasa diamnya bersifat non-polar dibandingkan
dengan pelarutnya.
Jenis retensi solute merupakan dasar dalam HPLC karena pemisahan senyawa
bergantung pada jenis dan kekuatan interaksi solute dengan fasa diam. Mekanisme
retensi dapat dikelompokan menjadi 5 katagori :
1. Kromatografi Adsorbsi
Kromatografi adsorbsi sangat cocok untuk pemisahan senyawa-senyawa yang
agak polar. Partikel- partikel silica atau alumina biasanya digunakan sebagai
adsorben. Gugus – gugus polar silanol pada permukaan silica dan gugus – gugus polar
aluminol pada permukaan alumina bertindak sebagai tempat-tempat adsorbs untuk
molekul polar. Jenis kromatografi ini menggunakan fasa gerak non polar dan jenis
kromatografi ini disebut kromatografi fasa normal.
2. Kromatografi Partisi
Dalam kromatografi ini, biasanya fasa gerak lebih polar daripada fasa diam
sehingga kromatografi jenis ini disebut juga kromatografi fasa terbalik. Fasa diam
(polar atau nonpolar) dilapisi pada suatu pendukung inert dan dipak kedalam sebuah
kolom. Kemudian rasa gerak dilewatkan melalui kolom. Bentuk kromatografi partisi
ini disebut kromatografi cair cair (LLC).
3. Kromatografi Fasa terikat
Kromatografi fasa terikat dilakukan dalam dua cara, yaitu fasa normal dan fasa
balik. Fasa diam dari fasa terikat terdiri dari suatu pengepak silica yang disalinasi
(misalnya C8 dan C18), fasa diam yang dipakai adalah C5 atau C15 BPC packing.
Fasa gerak terdiri dari suatu larutan buffer (ditambah suatu kosolven organik seperti
methanol atau asetonitril untuk pemisahan fase terikat) dan suatu penambahan ion
tanding, yang muatannya berlawanan dengan molekul sampel. Fasa terikat
mempunyai beberapa keuntungan merupakan fasa yang stabil.
4. Kromatografi Penukar Ion
Kromatografi penukar ion merupakan teknik pemisahan campuran – campuran
ion atau molekul – molekul yang dapt diionkan. Ion – ion bersaing dengan ion fasa
gerak untuk memperebutkan tempat berikatan dengan fasa diam.
5. Kromatografi eksklusi ukuran
Teknik ini unik karena dalam pemisahan didasarkan pada ukuran molekul dari
zat padat. Pemisahan terjadi karena solute – solute berdifusi masuk dan keluar pori-
pori material paking kolom. Molekul- molekul yang lebih besar, tidak dapat masuk
kedalam jaringan dan lewat melalui kolom tanpa ditahan.
2. Pompa
Pompa dalam HPLC berfungsi untuk mengalirkan fasa gerak cair melalui
kolom yang berisi serbuk halus. Pompa yang dapat digunakan dalam HPLC harus
memenuhi persyaratan :
a. Menghasilkan tekanan sampai 600 psi
b. Kecepatan alir berkisar 0,1 – 10 mL / menit
c. Bahan tahan korosi
Fase gerak dalam KCKT adalah suatu cairan yang bergerak melalui kolom.
Ada dua tipe pompa yang digunakan, yaitu kinerja konstan (constant pressure) dan
pemindahan konstan (constant displacement). Pemindahan konstan dapat dibagi
menjadi dua, yaitu: pompa reciprocating dan pompa syringe. Pompa reciprocating
menghasilkan suatu aliran yang berdenyut teratur (pulsating),oleh karena itu
membutuhkan peredam pulsa atau peredam elektronik untuk, menghasilkan garis
dasar (base line) detektor yang stabil, bila detektor sensitif terhadapan aliran.
Keuntungan utamanya ialah ukuran reservoir tidak terbatas. Pompa syringe
memberikan aliran yang tidak berdenyut, tetapi reservoirnya terbatas.
3. Injektor
Sampel yang akan dimasukkan ke bagian ujung kolom, harus dengan
disturbansi
yang minimum dari material kolom. Ada dua model umum :
a. Stopped Flow
b. Solvent Flowing
Ada tiga tipe dasar injektor yang dapat digunakan :
a. Stop-Flow : Aliran dihentikan, injeksi dilakukan pada kinerja atmosfir, sistem
tertutup, dan aliran dilanjutkan lagi. Teknik ini bisa digunakan
karena difusi di dalam cairan kecil dan resolusi tidak dipengaruhi
b. Septum : Septum yang digunakan pada KCKT sama dengan yang digunakan
pada kromatografi Gas. Injektor ini dapat digunakan pada kinerja
sampai 60 - 70 atmosfir. Tetapi septum ini tidak tahan dengan
semua pelarut-pelarut Kromatografi Cair.Partikel kecil dari septum
yang terkoyak (akibat jarum injektor) dapat menyebabkan
penyumbatan.
c. Loop Valve : Tipe injektor ini umumnya digunakan untuk menginjeksi volume
lebih besar dari 10 µ dan dilakukan dengan cara automatis
(dengan menggunakan adaptor yang sesuai, volume yang lebih
kecil dapat diinjeksikan secara manual). Pada posisi LOAD,
sampel diisi kedalam loop pada kinerja atmosfir, bila VALVE
difungsikan, maka sampel akan masuk ke dalam kolom.
Gambar : injektor
Gambar : Proses injeksi
4. Kolom
Kolom HPLC biasanya terbuat dari stainless steel walaupun ada juga yang
terbuat dari gelas berdinding tebal. Kolom utama berisi fasa diam, tempat terjadinya
pemisahan campuran menjadi komponen-komponennya. Bergantung keperluannya
kolom utama dapat digunakan untuk analisis atau preparatif. Untuk keperluan
preparatif, setiap komponen yang keluar dari kolom ditampung pada tabung yang
berbeda dan keluaran HPLC dihubungkan dengan fraction colector. Berhasil atau
gagalnya suatu analisis tergantung pada pemilihan kolom dan kondisi percobaan yang
sesuai. Kolom dapat dibagi menjadi dua kelompok :
a. Kolom analitik : Diameter dalam 2 -6 mm. Panjang kolom tergantung pada
jenis material pengisi kolom. Untuk kemasan pellicular,
panjang yang digunakan adalah 50 -100 cm. Untuk kemasan
poros mikropartikulat, 10 -30 cm. Dewasa ini ada yang 5 cm.
Kolom utama berisi fasa diam dan jenisnya bervariasi
bergantung keperluan, misalnya dikenal kolom C-18, c-8,
cyanopropyl. Kolom jenis C-18 dan C-8 paling banyak
dipakai dalam HPLC,
b. Kolom preparatif : Umumnya memiliki diameter 6 mm atau lebih besar dan
panjang
kolom 25 -100 cm.
Gambar : Kolom C-18
5. Detektor
Suatu detektor dibutuhkan untuk mendeteksi adanya komponen sampel di
dalam kolom (analisis kualitatif) dan menghitung kadamya (analisis
kuantitatif).Detektor yang baik memiliki sensitifitas yang tinggi, gangguan (noise)
yang rendah, kisar respons linier yang luas, dan memberi respons untuk semua tipe
senyawa. Suatu kepekaan yang rendah terhadap aliran dan fluktuasi temperatur
sangat diinginkan, tetapi tidak selalu dapat diperoleh. Detektor KCKT yang umum
digunakan adalah detektor UV 254 nm. Variabel
panjang gelombang dapat digunakan untuk mendeteksi banyak senyawa dengan
range yang lebih luas. Detektor indeks refraksi juga digunakan secara luas, terutama
pada kromatografi eksklusi, tetapi umumnya kurang sensitif jika dibandingkan
dengan detektor UV. Detektor-detektor lainnya antara lain:
- Detektor Fluorometer
- Detektor lonisasi nyala
- Detektor Spektrofotometer Massa
- Detektor Refraksi lndeks
- Detektor Elektrokimia
- Detektor Reaksi Kimia
Gambar : Detektor UV
Sumber : https://www.google.com/search?q=gambar+detektor+uv&ie=utf-8&oe=utf-8
a. Detektor UV
Detektor UV terutama digunakan untuk pendeteksian senyawa- senyawa organic.
Detektor UV dilengkapi dengan pengatur panjang gelombang sehingga panjang
gelombang UV yang digunakan dapat dipilih disesuaikan dengan jenis cuplikan yang
diukur. Walaupun demikian, biasanya panjang gelombang yang digunakan 254 nm
karena kebanyakan senyawa organik menyerap sinar UV pada sekitar panjang
gelombang.
6. Rekorder
Berfungsi menampilkan hasil dari pemisahan kromatografi. Kromatogram
berupa waktu retensi (sumbu x) dan intensitas penyerapan (sumbu y). Hal ini dapat
digunakan untuk analisis kualitatif suatu komponen. Area puncak setara dengan
konsentrasi sehingga dapat digunakan untuk analisis kuantitatif.
Hasil kromatogram akan kurang baik dikarenakan adanya pelebaran puncak.
Pelebaran yang terjadi dapat disebabkan oleh tiga faktor, yaitu :
a. Difusi Eddy
Difusi Eddy terjadi karena perbedaan waktu kedatangan komponen ke
detektor yang menyebabkan puncak kromatogram melebar. Hal ini disebabkan
karena terdapat perbedaan ukuran partikel penyusun kolom yang tidak merata.
b. Transfer massa
Transfer massa terjadi karena perbedaan waktu kedatangan komponen
ke detektor yang menyebabkan puncak kromatogram melebar.
c. Difusi longitudinal
Difusi longitudinal terjadi karena perbedaan waktu kedatangan
komponen ke detektor yang menyebabkan puncak kromatogram melebar.
Pelarut dalam HPLC diantaranya n-heksana, sikloheksana, tetraklorometana,
metilbenzena, isopropanol, etanol, methanol, asam etanoat, dan air. Sementara fasa
diam dalam HPLC diantaranya oktilsilika, propilsilika, aminopropil, asam sulfonat,
dan amina kuartener. (al-anshory,2007:2-6)
alcohol ditimbang 25 mg
→ Parasetamol berupa serbuk
Disaring menggunakan membrane
putih
whatman filter PTFE 0,2 µm
→ Kafein yang ditimbang
Disonikasi selama 30 menit
12,7 mg
Hasil
→ Kafein berupa serbuk putih
→ pelarut yang digunakan
2) Pembuatan larutan Induk parasetamol
sebanyak 50 mL dan
Parasetamol p.a
disonikasi selama 1 menit
Ditimbang 25 mg
sebelum tanda batas.
Kafein p.a
→ setelah tanda batas
Ditimbang 12,5 mg
disonikasi kembali selama 5
Parasetamol 25 mg dan kafein 12,5 mg
menit
Dimasukkan ke dalam labu 50 mL
→ Didapatkan Konsentrasi
Ditambahkan pelarut sebanyak 20 mL larutan induk
Disonikasi selama 15 menit Parasetamol : 500 ppm
Diencerkan dengan pelarut hingga Kafein : 254 ppm
tanda batas → Larutan Induk : tidak
Disaring dengan membran berwarna
Disonikasi
Dihitung konsentrasi larutan induk
untuk parasetamol dan kafein
Hasil
3) Pembuatan deret larutan standar parasetamol
Larutan induk parasetamol dan kafein
Dipipet masing-masing sebanyak
1,2,3,4,5 dan 6 mL ke dalam labu
ukur 10 mL
Ditambahkan pelarut hingga tanda
batas
Disaring masing-masing dengan
membrane whatman PTFE 0,2 µm
Dipindahlan ke botol vial → Larutan tidak dipindahkan
C. PERHITUNGAN DATA
1) Menentukan Konsentrasi Larutan Induk
a. Parasetamol
Massa parasetamol standar = 25 mg
Volume larutan = 50 mL = 0,05 L
𝑚𝑔 25 𝑚𝑔
𝑝𝑝𝑚 = = = 500 𝑝𝑝𝑚
𝐿 0,05 𝐿
b. Kafein
Massa Kafein standar = 12,5 mg
Volume larutan = 50 mL = 0,05 L
𝑚𝑔 12,5 𝑚𝑔
𝑝𝑝𝑚 = = = 250 𝑝𝑝𝑚
𝐿 0,05 𝐿
E. ANALISIS DATA
1) Data Penimbangan Sampel Obat ( Panadol Extra )
m1 = 0,6899 mg m6 = 0,6918 mg
m2 = 0,6989 mg m7 = 0,6985 mg
m3 = 0,7041 mg m8 = 0,7006 mg
m4 = 0,6935 mg m9 = 0,6947 mg
m5 = 0,6948 mg m10 = 0,6984 mg
Massa rerata sampel obat ( panadol extra ) = 0,6952 mg
2) Data Penimbangan Sampel Obat ( Bodrex )
m1 = 0,8331 mg m6 = 0,8315 mg
m2 = 0,8530 mg m7 = 0,8418 mg
m3 = 0,8497 mg m8 = 0,8568 mg
m4 = 0,8326 mg m9 = 0,8312 mg
m5 = 0,8350 mg m10 = 0,8472 mg
Massa rerata sampel obat ( Bodrex ) = 0,8402 mg
8000000
6000000
4000000
2000000
0
0 100 200 300 400
Konsentrasi (ppm) y = 40416x + 221617
R² = 0.999
4) Kadar Parasetamol dalam sampel :
Massa Sampel Panadol = 6,00 mg
Luas Area Parasetamol = 12755224
𝑝𝑝𝑚 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝐿𝑢𝑎𝑠 𝐴𝑟𝑒𝑎 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
=
𝑝𝑝𝑚 𝑠𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟 𝑝𝑎𝑟𝑎𝑠𝑒𝑡𝑎𝑚𝑜𝑙 𝐿𝑢𝑎𝑠 𝐴𝑟𝑒𝑎 𝑆𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟 𝑃𝑎𝑟𝑎𝑠𝑒𝑡𝑎𝑚𝑜𝑙
𝑝𝑝𝑚 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 12755224
=
350 𝑝𝑝𝑚 14466379
Kolom yang digunakan dalam percobaan ini adalah kolom yang berisi fasa
diam C-18 denagna panjang 15 cm yang bersifat nonpolar dan merupakan hasil
reaksi antara silika dengan alkilklorosilana dimana gugus alkilnya (R) adalah n-
oktadesil. Fasa diam tersebut terikat pada fasa pendukung yaitu silika. Dalam hal ini,
fasa diam lebih nonpolar dari fasa geraknya sehingga mode yang digunakan adalah
mode fasa terbalik. HPLC fasa terbalik ini baik untuk memisahkan campuran
komponen-komponen yang bersifat polar seperti parasetamol dan kafein.. fasa diam
yang digunakan dalam HPLC harus tahan terhadap tekanan tinggi, karena apabila
digunakan struktur dengan pori yang besar akan mudah rusak. Hal ini disebabkan
menurunnya permeabilitas akibat tekanan tinggi. Sementara proses elusi yang
digunakan adalah isocratic. Mode isokratik dilakukan pada temperature tetap dan
komposisi fasa geraknya sama selama pengukuran berlangsung yaitu pada suhu 27 C
dan laju alir nya 1 mL/menit.
Dalam pengelusian, parasetamol terelusi lebih awal dengan waktu retensi
lebihh pendek yaitu 2,26 menit dibbandingkan kafein yaitu 2,89 menit.. Kepolaran
dapat dilihatdari struktur senyawanya dimana parasetamol hanya memilki satu ikatan
CH3 sementara kafein 3 ikatan CH3. Oleh karenanya, senyawa-senyawa kafein akan
menghabiskan dalam kolom lebih lama dan mempunyai waktu retensi yang besar.
Sementara, molekul parasetamol dalam campuran akan menghabiskan waktunya
untuk bergerak bersama dengan pelarut sehingga akan keluar terlebih dahulu dan
mempunyai waktu retensi yang kecil. Detektor yang digunakan pada peralatan HPLC
ini adalah spektrofotometer UV, yaitu karena ada gugus kromofor pada sampel.
Analisis; kualitatif dilakukan dengan membandingkan waktu retensi sampel
parasetamol dan kafeinn dengan larutan standar. Waktu retensi larutan standar untuk
parasetamol adalah 2,24 menit sedangkan waktu retensi sampel adalah 2,26 menit.
Sementara waktu retensi larutan standar untuk kafein adalah 2,86 dan 2,86 menit.
Sedangkan waktu retensi pada sampel adalah 2,89 menit. Analisis kuantitatif dari
pengukuran diperoleh dari luas area peak dalam kromatogram yang memiliki waktu
retensi sama. Pengukuran larutan standar dengan meningkatnya konsentrasi diperoleh
luas area yang meningkat pula.
Pelebaran puncak kromatogram dapat terjadi karena Adanya difusi Eddy zat
padat di dalam kolom tidak seragam dan kepadatannya tidak merata sehingga
komponen sampel berjalan tidak mulus, panjang jalan yag dilalui sampel tidak
merata. Selain itu, juga bias terjadi transfer massa karena pengaturan laju alir yang
tidak tepat sehingga ada komponen yang tertinggal didalam kolom.
Pada percobaan ini, untuk menentukan kadar parsetamol dan kafein dalam
sampel obat diperlukan deret larutan standar parasetamol dan kafein dengan berbagai
konsentrasi untuk membuat kurva kalibrasi. Setelah didapat luas area untuk masing-
masing konsentrasi, dibuat kuva kalibrasi dengan memplotkan konsentrasi terhadap
luas area dan didapat garis lurus. Dari pengolahan data percobaan, diperoleh kadar
parasetamol yaitu sebesar 364,98 mg per tablet panadol dan kadar kafein 50,1355 mg
per tablet panadol.
Analis Kesalahan dalam praktikum kali ini adalah. Adanya perubahan tekanan
dan suhu saat proses pemisahan HPLC. Adanya perubahan tekanan dan suhu akan
menyebabkan pemisahan tidak berjalan sempurna. Kekurang telitian yang dilakukan
saat pembuatan deret larutan standar. Selain itu, saat penginjeksian sampel dilakukan
secara perlahan. Hal ini tidak boleh dilakukan karena akan ada tekanan balik dari
injektor dan juga saat menginjeksikan harus benar benar dipastikan tidak ada
gelembung yang diakibatkan dari mobilitas partikel yang menyebabkan pemisahan
yang kurang baik.
E. Kesimpulan
Dari praktikum kali ini untuk menganalisis kadar parasetamol dan kafein dalam
sampel obat sakit kepala (panadol) menggunakan instrumen HPLC didapat kadar
parasetamol dalam sampel obat sebesar 364,98 mg/tablet sementara kadar kafein
sebesar 50,1355 mg/tablet.
F. Daftar Pustaka
Sudjadi dan Rahman, A. 1994. Analisis Obat dan Makanan. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar
Tim Dosen Kimia Analitik. 2013. Petunjuk Praktikum Kimia Instrumen. Bandung: LKI
Universitas Pendidikan Indonesia
G. Lampiran
i) Dokumentasi
Kertas saring yang telah terpasang dalam corong kecil Proses Filtrasi Sampel