Pulau Sulawesi terletak pada zona peralihan antara Dangkalan Sunda dan dangkalan Sahul
dan dikelilingi oleh laut yang dalam. Dibagian utara dibatasi oleh Basin Sulawesi (5000-5500
m). Di bagian Timur dan Tenggara di batasi oleh laut Banda utara dan Laut Banda Selatan
dengan kedalaman mencapai 4500-5000 m. Sedangkan untuk bagian Barat dibatasi oleh
Palung Makasar (2000-2500 m).
Sebagian besar daerahnya terdiri dari pegunungan dan tataran rendah yang terdapat secara
sporadik, terutama terdapat disepanjang pantai. Dataran rendah yang relatif lebar dan padat
penduduknya adalah dibagian lengan Selatan. Berdasarkan orogenesenya dapat dibagi ke
dalam tiga daeran (Van Bemmelen, 1949) sebagai berikut :
1. Orogenese di bagian Sulawesi Utara
Meliputi lengan Utara Sulawesi yang memanjang dari kepulauan Talaud sampai ke
Teluk Palu-Parigi. Daerah ini merupakan kelanjutan ke arah Selatan dari Samar Arc.
Termasuk pada daerah ini adalah Kepulauan Togian, yang secara geomorfologis dikatakan
sebagai igir Togian (Tigian Ridge). Daerah orogenese ini sebagain termasuk pada inner arc,
kecuali kepulauan Talaud sebagai Outer Arc.
Jalur Timur terdiri atas lengan timur dan sebagian yang nantinya bersambung dengan lengan
Tenggara. Sebagai batasnya adalah garis dari Malili-Teluk Tomori. Daerah ini oleh
singkapan-singkapan batuan beku ultra basis. Jalur Tengah atau Zone Poso, batas Barat jalur
ini adalah Medianline. Zona ini merupakan Graben yang memisahkan antara Zona Barat dan
Timur. Dibagian Utara Zone ini terdapat Ledok Tomini dan di Selatannya terdapat Ledok
Bone. Daerah ini ditandai oleh mayoritas batuan Epi sampai Mesometamorfik crystalline
schist yang kaya akan muscovite.
Jalur Barat atau Zona Palu, ditandai oleh terdapat banyaknya batuan grano-diorite,
crystalline schist yang kaya akan biotite dan umumnya banyak ditemui juga endapan pantai.
Zona ini dibagian Utara dibatasi oleh Teluk Palu-Parigi, di Selatan dibatasi garis dari Teluk
Mandar-Palopo. Dari Teluk Mandar-Palopo ke arah selatan sudah termasuk lengan Selatan-
Sulawesi. Daerah jalur Barat ini merupakan perangkaian antara lengan Utara Zone Palu dan
lengan selatan merupakan satuan sebagain Inner Arc.
3. Lengan Tenggara
Batas antara lengan tenggara dengan bagian tengah sulawesi adalah berupa tanah
gentingantara teluk Usu dengan teluk Tomori yang lebarnya 100 km. Sedangkan lengan
tenggara Sulawesi dapat dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu :
Bagian utara, berupa massip-massPeridotit dari pegunungan Verbeek yang di tengahnya
terdapat dua graben yaitu danau Matana dan Danau Tomini yang letaknya berada ntara teluk
Palopo (Ujung utara teluk Bone) dengan Teluk Tolo.
Bagian Tengah, berupa Pegunungan Mekongga di sebelah barat dan sediment peridorit di
sebelah timur yang di batasi oleh Pegunuingan Tangeasinua, sedangkan antara kedua
pegunungan tersebut terdapat basin yang dialiri sungai Konewha, sedangkan kea rah tenggara
jalur ini tenggelam dan membentuk teluk-teluk dan pulau-pulau kecil serta berkelanjutan
sampai kepulauan Manui.
Bagian Selatan, merupakan suatu depresi yang membujur dari arah barat ke timur yang
membentang antara Kendari dan Kolaka yang diisi dataran Aluvial yang berawa sedangkan di
bagian selatannya berupa pegunungan dan bukit-bukit yang teratur dengan membujug barat
ke timur.
4. Lengan Selatan
Bagian sulawesi selatan merupakan daerah yang dibatasi oleh garis enggara-baratlauit
dari muara sungai Karama sampai Palopo. Batas lengan utara dari garis timur laut-barat daya
dari palopo sampai teluk Mandar. Namun secara geologis bagian barat lengan sulawesi
tengah termasuk Pegunungan Quarles yang lebih dekat hubungnnya dengan bagian selatan
dengan lempeng selatan. Fisiografi lengan selatan berupa pegunungan seperti pegunungan
yang ada di antara Majene yang membujur utara-selatan, antara pegunungan Quarles dengan
pegunungan Latimojong dipisahkan oleh lembah Sadang dan diantara lembah Sadang dan
teluk Bone terdapat Pegunungan Latimojong yang membujur dari utara ke selatan dengan
ketinggian sekitar 3000 mdpl. Pada bagian utara dan selatan lengan ini dipisahkan oleh
depresi dengan arah baratlau-tenggara yang terdapat danau-danau seperti Tempe, Sidenreng,
dan danau Buaya. Pada bagian selatannya lengan ini mempunyai ketinggian yang lebih
rendah jika dibandingkan dengan bagian utara. Di daerah ini ada dua jalur pegunungan yaitu
di bagian barat dengan ketinggian diatas 1000 mdpl dan bagian timur dengan ketinggian 800
mdpl yang dipisahkan oleh lembah Sungai Walaneia. Kedua jalur pegunungan tersebut di
sebelah selatan pegunungan Bontorilni, bersatu sebagai hulu sungai Walaneia yang mengalir
ke utara tertutup oleh vulkan besar Lampobatang. Sedangkan di luar pantai Makasar terdapat
dangkalan Spermonde dengan rangkaian karang, dan di luar pantai Watampone terdapat
dangkalan dengan rangkaian karang, laut dangkal dan sebelah baratnya menurun sampai
palung Bone.
Sulawesi Tengah
Keempat lengan dari pulau Sulawesi bertemu di bagian tengah. Bagian ini di batasi
oelh garis yang melalui Donggala-parigi-Lemore Teluk Tomini dari lengan utara dan timur,
garis dari Mojene-palopor Dongi sampai teluk Temori membatasi dengan lengan selatan dan
tenggara. Bagian tengah Sulawesi terbagi dalam tiga zona yang memiliki perkembangan
Geologi yang berbeda dan mengarah utara-selatan. Ketiga zona tersebut adalah :
1. Zona Palu, merupakan busur dalam vulkanis, tetapi telah padam, zona ini bersatu ke utara
dengan Sulawesi utara dan selatan dengan Sulawesi selatan Batuan utama seperti grafik.
2. Zona Poso, emrupakan palung antara yang seperti Grnit dan endapan sediment pantai batuan
metamosif dengan endapan konglomerat, batu pasar dan letaknya tidak selaras diatas batuan
metamotif.
3. Zona Kolondale, merupakan busur luar dengan dicirikan oleh batuan ultra basa, batuan
segimen yang terdiri dari gamping dan batu api usia mesozaikum.
Peristiwa yang paling dramatik dalam sejarah geologi Indonesia terjadi dalam kurun
Miosen, ketika lempeng Australia bergerak ke Utara mengakibatkan melengkungnya bagian
timur, lengkung Banda ke Barat. Gerakan ke arah barat ini digabung dengan desakan ke darat
sepanjang sistem patahan Sorong dari bagian barat Irian dengan arah timur barat, mengubah
kedua masa daratan yang akan menghasilkan bentuk khas Sulawesi yang sekarang.
Diperkirakan tabrakan ini terjadi pada 19-13 Ma yang lalu. Kepulauan Banggai Sula
bertabrakan dengan Sulawesi timur dan seakan akan menjadi ujung tombak yang masuk ke
Sulawesi barat, yang menyebabkan semenanjung barat daya berputar berlawanan dengan arah
jarum jam sebesar kira kira 35 derajat, dan bersama itu membuka teluk Bone. Semenanjung
Utara memutar ujung utaranya menurut arah jarum jam hampir sebesar 90 derajat ,yang
menyebabkan terjadinya subduksi (penempatan secara paksa suatu bagian kerak bumi di
bawah bagian lain pada pertemuan dua lempeng tektonik), sepanjang Alur Sulawesi Utara
dan Teluk Gorontalo. Dan Obduksi (penempatan secara paksa suatu bagian kerak bumi diatas
bagian lain pada pertemuan dua lempeng tektonik), batuan ultra basis di Sulawesi timur dan
tenggara diatas reruntuhan pengikisan atau endapan batuan yang lebih muda yang bercampur
aduk.
Diperkirakan juga bahwa, Sulawesi barat bertabrakan dengan Kalimantan timur pada
akhir Pliosen (3 Ma yang lalu) yang sementara itu menutup selat Makasar dan baru membuka
kembali dalam periode Kwarter, meskipun tidak ada data pasti yang menunjang pendapat ini.
Endapan tebal dari sebelum Miosen di selat Makasar memberikan petunjuk bahhwa
Kalimantan dan Sulawesi pernah terpisahkan sekurang-kurangnya 25 Ma. dalam periode
permukaan laut rendah, mungkin sekali pada masa itu terdapat pulau-pulau khususnya di
daerah sebelah barat Majene dan sekitar gisik Doangdoang. Di daerah Doangdoang,
penurunan permukaan air laut sampai 100 m. akan menyebabkan munculnya daratan yang
bersinambungan antara Kalimamantan tenggara dan Sulawesi barat daya. Biarpun demikian,
suatu pengamatan yang menarik ialah bahwa garis kontur 1000 m di bawah laut di sebelah
timur Kalimantan persis sama dengan garis yang sama di Sulawesi barat, sehingga mungkin
selat Makasar dulu hanya jauh lebih sempit.
Sulawesi meliputi tiga propinsi geologi yang berbeda-beda, digabung menjadi satu
oleh gerakan kerak bumi. Propinsi-propinsi tersebut adalah Sulawesi barat dan timur yang
dipisahkan oleh patahan utara barat laut antara Palu dan Teluk Bone (patahan Palu Koro),
serta Propinsi Banggai Sula yang mencakup daerah Tokala di belakang Luwuk dan
Semenanjung Barat laut, Kepulauan Banggai, pulau Buton dan Kep. Sula (yang kenyataannya
merupakan bagian Propinsi Maluku).
Mandala barat (West & North Sulawesi Volcano-Plutonic Arc) sebagai jalur magmatik
(Cenozoic Volcanics and Plutonic Rocks) yang merupakan bagian ujung timur Paparan
Sunda.
1. Bagian Utara
Memanjang dari Buol sampai sekitar Manado. Batuan bagian utara bersifat riodasitik
sampai andesitik, terbentuk pada Miosen-Resen dengan batuan dasar basaltik yang terbentuk
pada Eosen-Oligosen.
a. Sulawesi Utara
Geologi daerah Sulut didominasi oleh batu gamping sebagai satuan pembentuk cekungan
sedimen Ratatotok.
Satuan batuan lainnya adalah kelompok breksi dan batupasir, terdiri dari breksi-konglomerat
kasar, berselingan dengan batupasir halus-kasar, batu lanau dan batu lempung yang
didapatkan di daerah Ratatotok-Basaan, serta breksi andesit piroksen.
Kelompok Tuf Tondano berumur Pliosen terdiri dari fragmen batuan volkanik kasar
andesitan mengandung pecahan batu apung, tuf, dan breksi ignimbrit, serta lava andesit-
trakit.
Batuan Kuarter terdiri dari kelompok Batuan Gunung api Muda terdiri atas lava andesit-
basal, bom, lapili dan abu.
Kelompok batuan termuda terdiri dari batu gamping terumbu koral, endapan danau dan
sungai serta endapan alluvium aluvium.
b. Gorontalo
Daerah Gorontalo merupakan bagian dari lajur volkano-plutonik Sulawesi Utara yang
dikuasai oleh batuan gunung api Eosen-Pliosen dan batuan terobosan.
Pembentukan batuan gunung api dan sedimen di daerah penelitian berlangsung relatif
menerus sejak Eosen-Miosen Awal sampai Kuarter, dengan lingkungan laut dalam sampai
darat, atau merupakan suatu runtunan regresif.
Pada batuan gunung api umumnya dijumpai selingan batuan sedimen, dan sebaliknya pada
satuan batuan sedimen dijumpai selingan batuan gunung api, sehingga kedua batuan tersebut
menunjukkan hubungan superposisi yang jelas.
Fasies gunung api Formasi Tinombo diduga merupakan batuan ofiolit, sedangkan batuan
gunung api yang lebih muda merupakan batuan busur kepulauan.
2. Bagian barat
Dari Buol sampai sekitar Makasar. Busur magmatik bagian barat mempunyai batuan
penyusun lebih bersifat kontinen yang terdiri atas batuan gunung api-sedimen berumur
Mesozoikum-Mesozoikum Kuarter dan batuan malihan berumur Kapur. Batuan tersebut
diterobos granitoid bersusunan terutama granodioritik sampai granitik yang berupa batolit,
stok, dan retas.
a. Enrekang Sulawesi Selatan
Berdasarkan pengamatan geologi pada data penginderaan jauh dan lapangan, maka batuan di
daerah Enrekang dapat dibagi menjadi 8 satuan, yaitu:
Satuan batu pasir malih (Kapur Akhir)
Satuan batuan serpih (Eosen-Oligosen Awal)
Satuan batun gamping (Eosen)
Satuan batu pasir gampingan (Oligosen-Miosen Tengah)
Satuan batu gamping berlapis (Oligosen-Miosen Tengah)
Satuan klastika gunung api (Miosen Akhir)
Satuan batu gamping terumbu (Pliosen Awal)
Satuan konglomerat (Pliosen)
Struktur geologi yang berkembang di daerah ini terdiri atas sesar naik, sesar mendatar,
sesar normal dan lipatan yang pembentukannya berhubungan dengan tektonik regional
Sulawesi dan sekitarnya.
Mandala tengah (Central Sulawesi Metamorphic Belt) berupa batuan malihan yang
ditumpangi batuan bancuh sebagai bagian dari blok Australia.
Mandala timur (East Sulawesi Ophiolite Belt) berupa ofiolit yang merupakan segmen dari
kerak samudera berimbrikasi dan batuan sedimen berumur Trias-Miosen. Sesar Lasolo yg
merupakan sesar geser membagi lembar daerah Kendari menjadi dua lajur, yaitu:
1. Lajur Tinondo, yang menempati bagian barat daya merupakan himpunan batuan yang
bercirikan asal paparan benua, sedangkan
2. Lajur Hialu, yang menempati bagian timur laut daerah ini, merupakan himpunan batuan
yang bercirikan asal kerak samudera. Batuan yang terdapat di Lajur Tinondo adalah Batuan
Malihan Paleozoikum, dan diduga berumur Karbon.
Tatanan geologi P. Banggai dan P. Labobo disusun oleh 7 satuan batuan, yang
dikelompokkan dari satuan tertua hingga muda sebagai berikut :
a. Kompleks batuan malihan adalah satuan batuan tertua yang terdiri dari sekis, gneis dan
kuarsit berwarna kelabu dan kehijauan, berumur Karbon.
b. Granit Banggai yang terdiri dari granit, granodorit, diorit kuarsa dan pegmatit. Bentang alam
satuan batuan granit ini memperlihatkan bentuk morfologi bergelombang dengan permukaan
relatif halus membulat.
c. Sedimen Formasi Bobong (Jbs). Satuan batuan konglomerat dan batu pasir yang diendapkan
tidak selaras diatas Granit, Formasi ini diduga berumur Jura Awal sampai Jura Tengah.
d. Batu gamping klastik, berwarna putih bersih hingga kotor kecoklatan, ukuran butir pasiran
(relatif seragam) sebagai kalkarenit hingga kalsirudit. Dari kumpulan fosil yang
dikandungnya, berumur dari Eosen sampai Miosen Tengah, tersebar luas dan hampir terdapat
di seluruh P. Banggai.
e. Batugamping Salodik (Tems) Adalah batugamping fragmen dengan ukuran FormasiTems).
f. Batugamping terumbu Formasi Peleng (QL): Endapan batuan berumur kuarter yang
penyebaran tidak merata, sebagian berupa batugamping konglomeratan, berwarna putih kotor
hingga kecoklatan, setempat berongga-rongga, tidak berlapisdan keras.
g. Aluvium: Satuan batuan termuda daerah ini adalah, terdiri atas lumpur, lempung, pasir dan
kerikil, berupa endapan permukaan sungai dan di sekitar pantai, diantaranya terdapat di
pantai Lambako-Pasir putih yang merupakan muara Sungai Selangat dan Paisu M.
I. Tektonik Regional
Tektonik Pulau Papua pada saat ini berada pada bagian tepi utara Lempeng Indo-Australia,
yang berkembang akibat adanya pertemuan antara Lempeng Australia yang bergerak ke utara
dengan Lempeng Pasifik yang bergerak ke barat.
Dua lempeng utama ini mempunyai sejarah evolusi yang diidentifikasi yang berkaitan erat
dengan perkembangan sari proses magmatik dan pembentukan busur gunung api yang
berasoisasi dengan mineralisasi emas phorpir dan emas epithermal. Menurut Smith (1990),
perkembangan Tektonik Pulau Papua dapat dipaparkan sebagai berikut:
Pada bagian belakang busur Lempeng kontinental Australia terjadi pemekaran yang
mengontrol proses sedimentasi dari Kelompok Batugamping Papua Nugini selama Oligosen
– Awal Miosen dan pergerakan lempeng ke arah utara berlangsung cepat dan menerus.
Pada bagian tepi utara Lempeng Samudera Solomon terjadi aktivitas penunjaman,
membentuk perkembangan Busur Melanesia pada bagian dasar kerak samudera selama
periode 44 – 24 Juta Tahun yang lalu (JTL).
Kejadian ini seiring kedudukannya dengan komplek intrusi yang terjadi pada Oligosen –
Awal Miosen seperti yang terjadi di Kepatusan Bacan, Komplek Porphir West Delta – Kali
Sute di Kepala Burung Papua.
Selanjutnya pada Pertengahan Miosen terjadi pembentukan ophiolit pada bagian tepi selatan
Lempeng Samudera Solomon dan pada bagian utara dan Timur Laut Lempeng Indo-
Australia. Kejadian ini membentuk Sabuk Ofiolit Papua dan pada bagian kepala Burung
Papua diekspresikan oleh adanya Formasi Tamrau.
Pada Akhir Miosen terjadi aktivitas penunjaman pada Lempeng Samudera Solomon ke arah
utara, membentuk Busur Melanesia dan ke arah selatan masuk ke lempeng Indo-Australia
membentuk busur Kontinen Calc Alkali Moon – Utawa dan busur Maramuni di Papua
Nugini.