Anda di halaman 1dari 28

Bank Syariah

Makalah Ini Ditujukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Manajemen Keuangan
Islam

Disusun oleh :

Faisal Rahman – 10090316068 (Kelas B)

Resy Aprilia N – 10090316074 (Kelas B)

M.Rizqon Zamzamy – 10090316115 (Kelas B)

Rahman Raffi N – 10090316120 (Kelas B)

UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

PRODI MANAJEMEN

2018

0
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah


SWT karena telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami untuk bisa
menyelesaikan salah satu tugas mata kuliah Manajemen Keuangan Islam ini.

Terima kasih kami ucapkan kepada dosen mata kuliah Manajemen


Keuangan Islam, Dr. Dikdik Tandika, SE., M.SC. yang telah membimbing kami
sehingga bisa menyelesaikan tugas ini, serta rekan-rekan kami yang telah
memberikan masukan serta dukungannya.

Kami memohon maaf atas segala kekurangan dan kelemahan yang terdapat
dalam makalah ini. Akhir kata, kritik yang membangun untuk perbaikan makalah
ini, semoga dapat bermanfaat bagi semua pembaca.

Tim Penyusun

Bandung, 27 November 2018

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................1

DAFTAR ISI ...........................................................................................................2

ABSTRAK ..............................................................................................................3

BAGIAN I PENDAHULUAN ...............................................................................4

1.1 Latar Belakang ...............................................................................................4

1.2 Rumusan Masalah ..........................................................................................5

1.3 Tujuan Penulisan ............................................................................................5

BAGIAN II KAJIAN TEORITIS .........................................................................6

2.1 Sejarah Bank Syariah .....................................................................................6

2.2 Pengertian Bank Syariah ................................................................................7

2.3 Konsep Perbankan Islami ...............................................................................8

2.4 Ciri-Ciri bank syariah .....................................................................................9

2.5 Prinsip Operasional Bank Islam ...................................................................10

2.5.2 Prinsip penyaluran dana bank syariah..................................................... 11


BAGIAN III STUDI KASUS DAN PERMASALAHAN..................................14

BAGIAN IV ANALISIS PEMBAHASAN .........................................................17

BAGIAN V KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................19

5.1 Kesimpulan & Saran ....................................................................................26

DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................27

LAMPIRAN ..........................................................................................................21

2
ABSTRAK

Bank Syariah merupakan salah satu lembaga keuangan yang berperan


menyalurkan dana dari pihak surplus dan defisit. Berbeda dengan Bank
Konvensional yang menggunakan bunga, dalam menghimpun dan menyalurkan
dana, Bank Syariah menggunakan pembiayaan sebagai akat. Pembiayaan
digunakan oleh bank syariah sebagai akat mengingat dalam bank syariah tidak
menggunakan bunga dalam transaksinya.

Perbankan syariah merupakan bank yang menjalankan usahanya


berdasarkan prinsip syariah yang terdiri atas Bank Umum Syariah (BUS) dan Unit
Usaha Syariah (UUS). Adanya bank syariah diharapkan bisa menjembatani
masyarakat dalam membantu dan menjalankan transakasi dibidang perbankan
yang sesuai dengan prinsip-prinsip syariah.

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh meningkatnya pertumbuhan bank


syariah. hal tersebut ditunjukan dengan data publikasi Otoritas Jasa Keuangan
tentang Statistik Perbankan Syariah. Karena pembiayaan merupakan kegiatan
utama bank syariah, maka perlu dilakukan penelitian yang menguji faktor-faktor
yang mempengaruhi pembiayaan bank syariah.

3
BAB 1
Latar Belakang

1.1 Latar Belakang Masalah

Bank bagi hasil yang sering disebut dengan Bank Syariah (Bank Islam)
merupakan lembaga perbankan yang menggunakan sistem dan operasi
berdasarkan prinsip-prinsip hukum atau syariah islam, seperti yang diatur oleh Al-
Qur’an dan Hadits. Perbankan syariah ini terbentuk dari larangan islam untuk
memungut dan meminjam berdasarkan bunga yang termasuk dalam riba dan
investasi untuk usaha yang dikategorikan haram. Tujuan pembentukan bank
syariah ini adalah untuk mencapai masyarakat yang adil dan makmur sebagaiman
yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945.

Di Indonesia pelopor terbentuknya bank syariah adalah Bank Muamalat


Indonesia yang berdiri pada tahun 1991 diprakarsai oleh MUI (Majelis Ulama
Indonesia) dan pemerintah yang didukung oleh Ikatan Cendikiawan Muslim
Indonesia (ICMI). Saat keberadaan dari bank syariah sudah diatur didalam UU
No. 10 tahun 1998 tentang perubahan UU No. 7 tahun 1992 tentang perbankan.

Bank syariah memiliki tujuan untuk mewadahi penduduk di Negara


Indonesia yang hampir penduduknya beragama islam. Namun, banyak masyarakat
islam yang belum paham tentang bank syariah ini sehingga hanya 10%
menggunakan bank ini, sementara sisanya masih percaya dengan bank umum
konvensional. Hal itu disebabkan karena kurangnya pemahaman masyarakat
mengenai sistem operasi perbankan syariah dan sistem bank syariah yang
dianggap sama dengan bank umum konvensional.

Pemahaman masyarakat yang keliru, mengakibatkan kurangnya


kepercayaan masyarakat terhadap bank syariah. Hal tersebut menjadi salah satu
landasan untuk menyadarkan masyarakat tentang pentingnya bank syariah di
negara yang mayoritasnya beragama islam. Upaya-upaya sosialisasi dirasa perlu,
sehingga masyarakat tidak terjebak dalam transaksi yang tidak islami.

4
1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang diatas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana sejarah munculnya Bank Syariah?


2. Apa yang dimaksud dengan Bank Syariah?
3. Apa yang dimaksud dengan konsep perbankan syariah ?
4. Apa saja ciri-ciri bank syariah ?
5. Apa saja prinsip operasional bank syariah ?

1.3 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penuisan ini adalah untuk :

1. Untuk mengetahui sejarah Bank Syariah.

2. Untuk mengetahui pengertian tentang Bank Syariah.

3. Untuk mengetahui konsep perbankan syariah.

4. Untuk mengetahui ciri-ciri Bank Syariah.

5. Untuk mengetahui prinsip operasional bank syariah.

5
BAB 2
KAJIAN TEORITIS

2.1 Sejarah Lembaga perbankan syariah

Karena perbankan merupakan sebuah lembaga yang melaksanakan tiga


fungsi utama yaitu menerima simpanan uang, menyalurkan uang dan memberikan
pelayanan pengiriman uang, pada dasarnya fungsi tersebut sudah dilaksanakan
ketika zaman rasulullah walaupun belum dikellola dengan baik. Oleh sebab itu,
bisa dikatakan bahwa secara subtansial fungsi bank ketika zaman rasulullah sudah
ada.

Dalam sejarah perekonomian kaum muslimin pembiayaan yang dilakukan


dengan akad yang sesuai dengan syariah telah menjadi bagian dari tradisi umat
islam sejak zaman rasulullah saw. Pelaksanaan seperti menerima penitipan harta,
meminjamkan uang untuk keperluan konsumtif dan bisnis serta melakukan
pengiriman uang, telah lazim dilakuka sejak zaman rasulullah.

Rasulullah yang dikenal dengan julukan al-amin dipercaya masyarakat


mekkah menerima simpanan harta, sehingga pada waktu terakhir sebelum
rasulullah berjijrah ke madinah, dia meminta ali r.a untuk mengembalikan semua
penitipan itu kepada pemmiliknya.

Dari penjelasan diatas, terbukti bahwa ada individu-individu yang telah


melaksanakan fungsi perbankan di zaman rasulullah, meskipun belum
melaksanakan fungsi perbankan secara menyeluruh sebagaimana yang ada saat
ini. Terdapat sahabat yang melaksanakan fungsi menerima penitipan harta,
melaksanakan fungsi meminjam uang, melaksanakan fungsi pengiriman uang dan
ada pula memberikan modal kerja

Berdasarkan semua fungsi yang telah dilaksanakan oleh setiap individu


diatas, maka apapun yang dimaksudkan dengan konsep bank pada zaman modern
ini, secara subtansial sebenarnya sudah ada dalam islam.

6
Saat ini dalam dunia modern, akibat dari adanya pendapat para ulama
tentang keharaman bunga bank, maka negara islam atau yang mayoritas
penduduknya beragama islam berusaha mendirikan lembaga perbankan tanpa
bunga. Sehingga pada tahun 1940-an, terwujudlah sebuah bank tanpa bunga
pertama di malaysia

2.2 Pengertian bank syariah

Pengertian bank dalam islam atau bank syariah ialah “Bank yang beroprasi
dengan tidak bergantung pada bunga.” Dalam Definisi lain, perbankan syariah
ialah lembaga perbankan yang selaras dengan sistem nilai dan etos islam. Dengan
kata lain, bank syariah ialah “lembaga keuangan/perbankan yang operasional dan
produknya dikembangkan berlandaskan syariat islam (al-quran dan hadis nabi
saw) dan menggunakan kaidah-kaidah fiqih. Bahkan juga diartikan sebagai
lembaga yang usaha pokoknya memberikan pembiayaan dan pelayanan yang lain,
atau peredaran uang yang pelaksanaanya disesuaikan dengan asas islam.

Secara umum tujuan utama bank syariah ialah mendorong dan


mempercepat kemajuan ekonomi suatu masyarakat atau bangsa, dengan
melakukan aktivitas perbankan, keuangan, komersial dan investasi sesuai dengan
asas islam. Upaya ini harus didasari dengan:
A. Larangan atas bunga pada setiap transaksi
B. Asas kerekanan (partnership) pada semua aktivitas bisnis yang berdasarkan
kesetaraan, keadilan dan kejujuran
C. Hanya mencari keuntungan yang sah dan halal semata-mata
D. Pembinaan manajemen keuangan kepada masyarakat
E. Mengembangkan persaingan yang sehat
F Menghidupkan Lembaga zakat
G. Pembentukan jaringankerja sama(networking) dengan lembaga keuangan islam
lainnya

7
2.3 Konsep Perbankan Islami

Dalam islam uang itu sendiri tidak menghasilkan bunga atau laba dan
tidak dipandang sebagai komoditi. Yang telah diketahui bahwa riba(bunga)
dilarang, kedudukan bank islam dalam hubungan dengan para kliennya adalah
sebagai mitra investor dan pedagang, sedangkan dalam hal bank dibarat.
Hubungannya adalah sebagai kreditur atau debitur

Dalam menjalankan pekerjaan yang sesungguhnya. Bank islam


menggunakan bergbagai teknik dan metode investasi seperti kontrak mudarabah,
yaitu seorang pemilik modal memberikan modal dan mudarab(tenaga kerja)
memberikan kecakapan teknik dan keterampilan, sedangkan laba dibagi antara
keduanya, menurut presentase yang disetujui. Bank islam juga terlibat dalam
kontrak murabaha (Berdasarkan perhitungan biaya ditambah sesuatu atau cost
plus) yaitu bank membeli suatu komoditi tertentu menurut rincian kliennya dalam
mengirimkannya berdasarkan pembagian rasio laba yang disetujui. Bank islam
juga berurusan degan pasar devisa dan melaksanakan jasa perbankan lainnya
seperti surat kredit dan surat jaminan. Mungkin bank juga memberikan jasa bukan
perbankan seperti trust business, real estate, dan jasa konsultan.

2.4 Ciri-Ciri bank syariah

Bank syariah dalam mekanisme operasionalnya sangat jauh berbeda dengan bank
konvensional, karena bank syariah mempunyai ciri atau karakter tersendiri, antara
lain:

1. Bukti berdimensi keadilan dan pemerataan

Bukti berdimensi keadilan dalam bank syariah ialah adanya sistem bagi hasil.
Cara seperti ini akan berimplikasi bahwa jika kerugian terjadi, maka dia tidak
hanya ditanggung oleh satu pihak karena risiko kerugian dan keuntungan
ditanggung bersama, dengan demikian, secara tidak langsung perekonomian umat

8
akan terwujud secara merata dalam bentuk penyebaran modal dan kesempatan
berusaha, sesuai dengan ajaran islam

‫َم ا أ َ ف َ ا ءَ َّللاه ُ ع َ ل َ ٰى َر س ُ و ل ِ هِ ِم ْن أ َ هْ ِل ال ْ ق ُ َر ٰى ف َ ل ِ ل ه هِ َو ل ِ ل هر س ُ و ِل َو ل ِ ِذ ي ال ْ ق ُ ْر ب َ ٰى َو ال ْ ي َ ت َا َم ٰى‬


‫اْل َغْ ن ِ ي َ ا ِء ِم ن ْ ك ُ ْم ۚ َو َم ا آ ت َا ك ُ م ُ ال هر س ُ و ُل‬ ْ ‫ي ََل ي َ ك ُ و َن د ُو ل َ ة ً ب َ ي ْ َن‬ ْ َ ‫َو ال ْ َم س َ ا ِك ي ِن َو ا ب ْ ِن ال س ه ب ِ ي ِل ك‬
ِ ‫خ ذ ُ و ه ُ َو َم ا ن َ هَ ا ك ُ ْم ع َ ن ْ ه ُ ف َ ا ن ْ ت َهُ وا ۚ َو ا ت هق ُ وا َّللاه َ ۖ إ ِ هن َّللاه َ شَ دِ ي د ُ ال ْ ِع ق َ ا ب‬
ُ َ‫ف‬

Artinya: agar supaya harta itu jangan hanya beredar diantara orang-orang kayak
diantara kamu (Q.S Al-Hashr 59:7)

2. Bersifat mandiri

Karena prinsip operasional bank syariah tidak menggunakan bunga, maka


secara otomatis akan terlepas dari gejolak moneter, baik dalam negara maupun
dunia internasional. Bank syariah dengan sendirinya tidak bergantung kepada
gejolak moneter sehingga bisa bergerak tanpa dipengaruhi inflasi. Keadaan
seperti ini tentu sangat berbeda dengan bank konvensional yang dalam
operasinya menggunakan asas bunga, sehingga harus memperhatikan tingkat
inflasi dalam negara dan tingkat bunga riil di luar negara serta persaingan
dalam negara.

3. Persaingan secara sehat

Bentuk Persaingan yang berlaku di antara bank syariah ialah masing-masing


berlomba-lomba untuk lebih tinggi dari yang lain dalam memberikan
keuntungan bagi hasil kepada nasabah dan bukan saling mencari kelemahan
dan mematikan serta memburuk-butukkan yang lain.

4. Beban biaya yang disepakati bersama saat akad perjanjian diwujudkan


dalam bentuk jumlah nominal, yang nilainya tidak kaku dan bisa
dilakukan dengan kebebasan tawar-menawar dalam batas yang
dibenarkan. Beban biaya tersebut hanya dikenakan berdasarkan batas

9
waktu sesuai dengan kesepakatan dalam kontra. Untuk sisa utang setelah
habis masa kontrak akan diselesaikan pada kontrak yang baru

5. Adany unit pendapatan berupa pendapatan tidak halal sebagai hasil dari
transaksi dengan bank konvensional yyang menerapkan sistem bunga.
Unit ini biasanya digunakan untuk membantu masyarakat miskin yang
mengalami musibah dan untuk kepentingan kaum muslimin yang bersifat
sosial

2.5 Prinsip Operasional Bank Islam

Prinsip Syariah menurut UU No.21/2008 Adalah prinsip hukum islam


dalam kegiatan perbankan berdasarkan fatwa yang dikeluarkan oleh lembaga yang
memiliki kewenangan dalam penetapan fatwa dibidang syariah. Perbankan syariah
dalam melakukan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah, demokrasi
ekonomi, dan prinsip kehati-hatian. Tujuan perbankan syariah menurut pasar 3 UU
no. 21 th 2008 bertujuan menunjang pelaksanaan pembangunan nasionalisme
dalam rangka meningkatkan keadilan, kebersamaan dan pemerataan kesejahteraan
rakyat.

Sebagaimana diuraikan diatas, prinsip-prinsip dasar sistem ekonomi islam


akan menjadi dasar beroprasinya bank islam, yang paling menonjol adalah tidak
mengenal konsep bungan uang dan yang tidak kalah pentingnya adalah untuk tujuan
komersial, islam tidak mengenal peminjaman uang, tetapi
kemitraan/kerjasama(mudharabah dan musyarakahh) dengan prinsip bagi hasil,
sedang peminjaman uuang hanya dimungkinkan untuk tujuan sosial tanpa adanya
imbalan apapun.

Dalam menjalankan operasinya, fungsi bank islam akan teridiri dari:

10
a. Sebagai penerima amanah untuk melakukan investasi atas dana-dana yang
dipercayakan oleh pemegang rekening investasi deposan atas dasar prinsip
bagi hasil sesuai dengan kebijakan investasi bank,
b. Sebagai pengelola investasi atas dana yang dimiliki oleh pemilik
dana/sahibul mal sesuai dengan arahan investasi yang dikehendaki oleh
pemilik dana(dalam hal ini bank bertindak sebagai manajer investasi),
c. Sebagai penyedia jasa lalu lintas pembayaran dan jasa-jasa lainnya
sepanjang tidak bertentangan dengan prinsip syariah,
d. . Sebagai pengelola fungsi sosial, seperti pengelolaan dana zakat dan
penerimaan serta penyaluran dana kbajikan(fungsi Optional).

2.5.1 Prinsip-prinsip dalam penghimpunan dana bank syariah

1. Prinsip wadiah
Prinsip wadiah adalah titipan dimana pihak pertama menitipkan dana atau benda
kepada pihak kedua selaku penerima titipan dengan konsekuensi titipan tersebut
sewaktu-waktu dapat diambil kembali, dimana penitip dapat dikenakan biaya
penitipan.
Berdasarkan kewenangan yang diberikan maka wadiah dibedakan menjadi
wadiah yad dharmanah yang berarti penerima titipan berhak mempergunakan
dana.barang titipan untuk didayagunakan tanpa ada kewajiban penerima titipan
untuk memberikan imbalan kepada penitip dengan tetap pada kesekatan diapat
diambil setiap saat diperlukan, sedang di sisi lain wadiah yad amanah tidak
memberikan kewenangan kepada penerima titipan untuk mendayagunakan
barang/dana yang dititipkan
Aplikasi dalam perbankan yaitu giro dan tabungan.

2. Prinsip mudharabah
Prinsip mudharabah yaitu perjanjian antara dua pihak dimana pihak pertama
sebagai pemillik dana/sahibul mal dan pihak kedua sebagai pengelola
dana/mudharib untuk mengelola suatu kegiatan ekonomi dengan menyepakati

11
nisbah bagi hasil atas keuntungan yang akan diperoleh, sedangkan kerugian yang
yang timbul adalah risiko pemilik dana sepanjang tidak terdapat bukti bahwa
mudharib melakukan kecurangan atau tindakan yang tidak amanah

Berdasarkan kewenangan yang diberikan kepada mudharib, ada dua jenis


mudharabah yaitu:
(i) Mudharabah mutlaq (investasi tidak terkait)di mana mudharib diberikan
kewenangan sepenuhnya untuk menentukan pilihan investasi yang
dikehendaki, aplikasi dalam perbankan yaitu deposito, tabungan
(ii) Mudharabah muqayyah(investasi terikat) dimana arahan investasi
ditentukan oleh pemilik dana, sedangkan mudharib bertindak sebagai
pelaksana/pengelola.

2.5.2 Prinsip penyaluran dana bank syariah

1. Prnsip jual beli(al buyu) yaitu terdiri dari:


(i) Murabah yaitu akad jual beli antara dua belah pihak di mana pembeli
dan penjual menyepakati harga jual yang tediri dari harga beli
ditambah ongkos pembelian dan keuntungan bagi penjual. Murabah
dapat dilakukan secara tunai bisa juga secara bayar tangguh atau
bayar dengan angsuran.
(ii) Salam yaitu pembelian barang dengan pembayaran dimuka dan
barang diserahkan kemudian
(iii) Istishna yaitu pembelian barang melalui pesanan dan diperlukan
proses untuk pembuatannya sesuai dengan pesanan pembeli dan
pembayaran dilakukan dimuka sekaligus atau secara bertahap.

2. Prinsip bagi hasil


(i) Mudharabah yaitu pernjanjian antara pemilik modal dan pengelola
modal untuk memperoleh keuntungan. Bank sebagai shahibul maal dan
mudharib sebagai pengelola modal masing-masing mendapatkan

12
keuntungan yang dibagi sesuai nisbah yang sepakati awal akad.
prinsip pembagian hasil usaha bisa berpedoman pada revenue sharing
atau profit sharing.
(ii) Musyarakah yaitu perjanjian antara pihak—pihak untuk menyertakan
modal dalam suatu kegiatan ekonomi dengan pembagian keuntungan
atau kerugian sesuai nisbah yang disepakati.
musyarakah dapat bersifat tetap atau bersifat temporer dengan
penurunan secara periodik atau sekaligus di akhir masa proyek. Prinsip
pembagian hasil usaha bisa berpedoman pada revenue sharing atau
profit sharing.

13
BAB III

STUDI KASUS DAN PERMASALAHAN

Faktor-Faktor Penyebab Pembiayaan Mudharabah Bermasalah di Bank


BNI Syariah Cabang Semarang

Dalam realisasi suatu pembiayaan terdapat resiko yang melekat,


yakni pembiayaan bermasalah sehingga kondisi terburuk menjadi macet.
Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya pembiayaan bermasalah di Bank
BNI Syariah Cabang Semarang adalah:
1. Faktor Internal

Faktor internal terdiri dari 2 jenis yaitu :

a. Faktor Internal dari Bank

1) Kelemahan Bank dalam menganalisis pembiayaan

a) Analisa pembiayaan yang dilakukan pihak Bank BNI


Syariah Cabang Semarang tidak berdasarkan data
akurat atau kualitas data yang terdapat pada pihak
debitor, yang tidak lain adalah pihak BMT
b) Rendah informasi, pembiayaan yang tidak lengkap
atau kuantitas data yang terdapat pada pihak BMT
rendah
2) Kelemahan bidang Agunan

a) Jaminan tidak diawasi secara baik

b) Nilai agunan tidak sesuai dengan prediksi

c) Lemahnya penyitaan agunan

14
3) Kelemahan sumber daya manusia

a) Pendidikan dan pengalaman pegawai Bank BNI


Syariah Cabang

Semarang dalam perbankan syariah sangat terbatas

b) Terbatasnya tenaga ahli dibidang penyelesaian


pembiayaan yang bermasalah
b. Faktor Internal dari Nasabah

1. Kemampuan manajemen pihak BMT yang kurang

2. Kemampuan pemasaran BMT yang kurang memadai

3. Pengetahuan, pengalaman, informasi mengenai perbankan


syariah masih terbatas

4. Adanya penggandaan jabatan dalam BMT yang menyebabkan


tidak maksimalnya dalam bekerja
2. Faktor Eksternal

Pembiayaan yang bermasalah bisa terjadi dari pihak luar


Bank. Faktor eksternalnya yaitu : terjadinya krisis moneter,
kerusuhan massal atau tawuran, dan terjadinya bencana alam. Selain
itu juga, karena aspek pasar kurang mendukung, kemampuan daya
beli masyarakat kurang dan kenakalan peminjam.
Implikasi bagi Bank BNI Syariah Cabang Semarang terhadap pembiayaan

Mudharabah Bermasalah adalah sebagai berikut :

1. Hilangnya kesempatan untuk memperoleh income (pendapatan) dari


pembiayaan yang diberikannya, sehingga mengurangi perolehan laba
Bank.
2. Asset akan mengalami penurunan.

15
3. Menurunnya nilai kesehatan Bank.

16
BAGIAN IV

ANALISIS PEMBAHASAN

Penyelesaian Pembiayaan Mudharabah Bermasalah di Bank BNI


Syariah Cabang Semarang

Adanya pembiayaan mudharabah bermasalah merupakan salah satu


indikator penentu kinerja Bank. Oleh karena itu diperlukan penyelesaian
yang cepat, tepat, akurat dan memerlukan tindakan penyelamatan serta
penyelesaian dengan segera. Seperti tindakan yang dilakukan Bank BNI
Syariah Cabang Semarang dalam usaha menyelesaikan pembiayaan
mudharabah bermasalah tergantung pada kondisi yang bermasalah itu
sendiri. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan penulis kepada bapak
Rahmat Prabowo yang menjabat di bagian pembiayaan, beliau
mengutarakan bahwa selama tahun 2010-2011 di Bank BNI Syariah Cabang
Semarang terdapat beberapa pengajuan pembiayaan calon nasabah yang
mengajukan pembiayaan mudharabah. Akan tetapi tidak semua calon
nasabah yang mengajukan pembiayaan mudharabah dapat direalisasikan
modalnya oleh Bank, hal ini dikarenakan oleh beberapa sebab. Karena
pembiayaan mudharabah modal 100% dari kreditur dalam hal ini Bank BNI
Syariah Cabang Semarang, oleh karena itu pihak Bank sangat selektif dalam
proses menganalisa calon nasabah. Proses analisa yang dilakukan pihak
Bank BNI Syariah Cabang Semarang ini sangat penting karena untuk
mengetahui apakah calon nasabah layak atau tidaknya untuk menerima
modal dari Bank BNI Syariah Cabang
Semarang. Hal ini dilakukan guna menghindari adanya pembiayaan
bermasalah.

Tetapi sepandai apapun pihak analis pembiayaan menganalisis setiap


calon nasabah yang mengajukan permohonan pembiayaan mudharabah,
kemungkinan terjadinya

17
pembiayaan yang bermasalah itu tidak dapat dihindari. Upaya pertama yang
dilakukan pihak Bank BNI Syariah Cabang Semarang dalam menyelesaikan
pembiayaan mudharabah bermasalah adalah melakukan menganalisa faktor-
faktor apa yang menyebabkan pembiayaan mudharabah bermasalah
tersebut, kemudian pihak Bank BNI Syariah Cabang Semarang melakukan
survey dan mengklasifikasikan terhadap pembiayaan bermasalah sesuai
dengan kolektabilitas pembiayaan yang telah ditetapkan oleh BI. Dari situ
Bank dapat mengetahui bagaimana cara mengangani pembiayaan
mudharabah bermasalah tersebut.
Adapun langkah-langkah selanjutnya yang dilakukan oleh Bank BNI
Syariah Cabang Semarang dalam menyelesaiakan pembiayaan mudharabah
bermasalah adalah sebagai
berikut:

1) Memberikan peringatan kepada nasabah melalui surat peringatan


yakni SP 1, SP 2 dan SP 3

2) Apabila peringatan diabaikan, maka pihak Bank BNI Syariah


Cabang Semarang melakukan panggilan kepada nasabah yang
mengalami pembiayaan mudharabah bermasalah guna
membicarakan pembiayaan bermasalah tersebut
3) Apabila panggilan tersebut masih diabaikan, maka pihak Bank
BNI Syariah Cabang Semarang mengadakan kunjungan ke
kediaman nasabah, guna mengetahui penyebab dan mencari solusi
bagaimana cara menyelesaikan pembiayaan mudharabah
bermasalah tersebut, supaya menemukan titik temu agar tidak ada
pihak yang merasa dirugikan
Adapun upaya pendekatan yang dilakukan oleh Bank BNI Syariah
Cabang Semarang dalam menyelesaiakan pembiayaan mudharabah
bermasalah sesuai dengan syariah adalah sebagai berikut :
Pendekatan Persuasif

18
Pendekatan ini dilakukan oleh pihak Bank BNI Syariah
Cabang Semarang terhadap nasabah yang tidak memenuhi
kewajibannya yakni nasabah yang tidak membayar angsuran terhadap
Bank. Pendekatan persuasif ini dilakukan pihak Bank BNI Syariah
Cabang Semarang dengan cara pendampingan, pengawasan dan
pendekatan yang lebih intens, pengarahan, penyuluhan,
bermusyawarah secara baikbaik untuk mencari solusi permasalahan.
Dalam pendekatan persuasif ini dilakukan oleh bagian pembiayaan
untuk mengubah atau mempengaruhi kepercayaan, sikap, dan
perilaku nasabah yang mengalami pembiayaan mudharabah
bermasalah sehingga bertindak sesuai dengan apa yang diharapkan,
agar dalam pembiayaan yang jatuh tempo dapat terselesaikan.
Apabila langkah-langkah di atas belum dapat menyelesaikan
masalah, maka Bank BNI Syariah Cabang Semarang menerapkan cara 3R
untuk menyelesaiakan pembiayaan mudharabah bermasalah, yaitu :

1. Rescheduling

Rescheduling ini merupakan upaya yang pertama dari pihak


Bank BNI Syariah Cabang Semarang untuk menyelamatkan
pembiayaan mudharabah bermasalah yang diberikan kepada debitor.
Rescheduling merupakan penjadwalan kembali sebagaian atau
seluruh kewajiban debitor. Bank BNI Syariah Cabang Semarang
dalam melakukan rescheduling melihat arus yang bersumber dari
kemampuan debitor yang sedang mengalami kesulitan. Penjadwalan
tersebut bisa berbentuk:
a. Memperpanjang jangka waktu pembiayaan, dalam hal ini Bank
BNI Syariah Cabang Semarang memberi kelonggaran atau
memperpanjang jangka waktu pembiayaan pada nasabah yang
mengalami pembiayaan mudharabah bermasalah supaya si
debitur masih mempunyai waktu untuk memperbaiki usahanya
dan menyelesaikan pembiayaan bermasalah tersebut. Contohnya

19
ketika pihak BMT mengalami penundaan dalam mengangsur
kewajibannya pada tahun keempat, kemudian pihak Bank BNI
Syariah Cabang Semarang akan memberi kelonggaran waktu dari
yang telah ditentukan. Akan tetapi hal ini dilakukan kepada
nasabah yang benar-benar mempunyai etika baik sesuai analisa
pihak Bank BNI Syariah Cabang Semarang.
b. Memperpanjang jangka waktu angsuran, misalnya semula
ditetapkan setiap bulan kemudian menjadi 3 bulan. Yakni pihak
kreditur, yang tidak lain adalah Bank BNI Syariah Cabang
Semarang memberikan kelonggaran waktu pada si debitur yakni
memperpanjang jangka waktu pengangsuran, dengan tujuan agar
si debitur yang bermasalah tidak merasa keberatan dalam
mengangsur kewajibannya terhadap Bank BNI Syariah Cabang
Semarang.
c. Menurunkan jumlah untuk setiap angsuran yang mengakibatkan
perpanjangan jangka pembiayaan, yaitu pihak Bank BNI Syariah
Cabang Semarang memberikan kelonggaran pada nasabah.
Misalnya nasabah setiap bulannya harus mengangsur Rp.
10.000.000,00 /bulan menjadi Rp. 5.000.000,00 /bulan.
2. Reconditioning

Reconditioning merupakan usaha pihak Bank BNI Syariah


Cabang Semarang untuk menyelamatkan pembiayaan mudharabah
bermasalah dengan cara mengubah sebagian atau seluruh persyaratan
yang semula disepakati bersama pihak Bank BNI Syariah Cabang
Semarang dan nasabah kemudian dituangkan dalam perjanjian
pembiayaan. Dalam hal ini, perubahan yang dilakukan adalah:
a. Penundaan pembayaran pembiayaan, tetapi penagihan atau
pembebanannya kepada nasabah tidak dilaksanakan sampai
nasabah mempunyai kesanggupan. Pihak Bank BNI Syariah
Cabang Semarang memberi kesempatan pada nasabah yang

20
mengalami pembiayaan bermasalah, yakni memberi
kesempatan kepada si debitur hanya membayar kewajibannya
yang pokok saja, sementara nisbah bagi hasil atau keuntungan
diberi kelonggaran waktu sampai ia sanggup membayarnya,
tentunya sesuai kewenangan dan kesepakatan dari pihak Bank
BNI Syariah Cabang Semarang.
b. Manajemen proyek atau bisnis yang dibiayai Bank BNI Syariah
Cabang Semarang berdasarkan analisa yang dilakukan sesuai
nasehat dari konsultan yang ditunjuk oleh Bank. Hal ini
dilakukan pihak Bank BNI Syariah Cabang Semarang guna
mengawasi jalannya usaha atau bisnis yang dijalankan oleh
nasabah yang mengalami pembiayaan bermasalah dengan
didampingi konsultan yang telah diberi kuasa oleh pihak Bank
dalam rangka menyelesaikan pembiayaan mudharabah
bermasalah.
3. Restructuring

Restructuring dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan


kemampuan pihak nasabah dalam melakukan pembiayaan. Dalam
melakukan restructuring hal yang harus diperhatikan adalah prospek
usaha dan itikad baik. Restructuring merupakan langkah atau upaya
dilakukan pihak Bank BNI Syariah Cabang Semarang kepada
nasabah yang mengalami kesulitan pembiayaan dalam mengangsur.
Sedangkan restructuring disebut sebagai upaya preventif apabila
pihak nasabah masih tergolong lancar dalam hal pembiayaan, akan
tetapi diperkirakan akan mengalami kesulitan dalam angsuran
pembiayaan. Dalam hal ini Bank BNI Syariah Cabang Semarang
dalam melakukan Restructuring pembiayaan menggunakan langkah-
langkah sebagai berikut:

21
a. Perpanjangan waktu pembiayaan

Perpanjangan jangka waktu angsuran merupakan


bentuk restrukturisasi pembiayaan yang dilakukan Bank BNI
Syariah Cabang Semarang dengan memberi keringanan pada
debitor untuk mengembalikan kewajibannya. Dengan tujuan
memberikan kesempatan kepada debitor untuk melanjutkan
usahanya sehingga pendapatan yang harusnya digunakan
untuk mengangsur kewajibannya digunakan untuk
memperkuat usahanya. Perpanjangan waktu ini dilakukan
kepada nasabah yang benar-benar mempunyai itikad baik
sesuai analisa bagian pembiayaan.
b. Pengambilalihan jaminan sesuai dengan ketentuan yang berlaku

Pengambilalihan jaminan debitor oleh Bank BNI


Syariah Cabang Semarang yakni menjual sebagian atau
seluruh agunan baik melalui penjualan umum atau pelelangan
ataupun diluar pelelangan berdasarkan penyerahan secara
sukarela. Hal ini cara terakhir yang dilakukan oleh pihak Bank
apabila cara-cara di atas tidak di respon dengan baik.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh penulis
yakni melalui riset dan wawancara. Berikut ini contoh kasus
pembiayaan mudharabah bermasalah dan cara penyelesainnya di Bank
BNI Syariah Cabang Semarang, yaitu:
Sebagaimana yang disebutkan bapak Rahmat Prabowo selaku
bagian pembiayaan, menyebutkan bahwa salah satu contoh kasus
pembiayaan mudharabah bermasalah yang terjadi di Bank BNI Syariah
Cabang Semarang selama tahun 2010-2011 yakni 10% dari seluruh
nasabah pembiayaan mudharabah yang ada (15 nasabah yaitu sekitar 1-2
nasabah). Contoh kasus pembiayaan mudharabah bermasalah yang
terjadi di Bank BNI Syariah Cabang Semarang yaitu pembiayaan yang
terjadi pada salah satu BMT di Semarang. Pada saat perwakilan dari

22
manajemen BMT mengajukan untuk melakukan pembiayaan
mudharabah ke Bank BNI Syariah Cabang Semarang. Perwakilan dari
pihak BMT ini mengajukan pembiayaan secara tertulis dengan
menyertakan dokumendokumen yang diperlukan sebagai syarat
pengajuan pembiayaan yang diserahkan kepada bagian pembiayaan.
Sebagaimana prosedur pangajuan pembiayaan yang ada di Bank BNI
Syariah Cabang Semarang, maka calon nasabah yang tidak lain adalah
pihak BMT harus mengisi formulir atau blanko pembiayaan yang telah
disediakan oleh pihak Bank. Kemudian Bank BNI Syariah Cabang
Semarang melakukan penelitian atau menganalisis terhadap dana yang
tersedia (plafon pembiayaan) dan pribadi calon nasabah, yang tidak lain
adalah pihak BMT. Bank dalam menilai BMT mengenai kelayakan
untuk memperoleh pinjaman melalui 5C, yakni character (karakter),
capability (kemampuan), capital (modal), condition (kondisi) dan
collateral (jaminan).
Setelah pihak Bank BNI Syariah Cabang Semarang selesai
melakukan analisis yakni 1-2 minggu dan semua persyaratan dari pihak
BMT dinilai melalui analisis 5C lulus, baik dari karakter yang beritikad
baik, dirasa mampu dalam mengangsur kewajibannya, Bank nengetahui
modal tersebut digunakan sesuai syariah yakni membuka BMT, dari segi
sektor usaha baik lokasi usaha maupun calon anggotanya yang akan
dibidik juga baik, legalitas hukum akta pendirian dan tidak ketinggalan
pula dari segi jaminan juga layak untuk diagunkan, maka pihak Bank
BNI Syariah Cabang Semarang menilai bahwa BMT tersebut layak
untuk diberikan pembiayaan. Setelah itu Bank BNI Syariah Cabang
Semarang melakukan penandatanganan perjanjian pembiayaan
mudharabah dan mengikat jaminan dengan pihak BMT. Dari situlah
Bank BNI Syariah Cabang Semarang merealisasikan modalnya kepada
pihak BMT dan dengan sendirinya calon nasabah menjadi nasabah.
Pihak BMT diberi jangka waktu angsuran selama 5 tahun, pada tahun
pertama, kedua dan ketiga pihak BMT lancar dalam mengangsur

23
kewajibannya. Tetapi sepandai apapun pihak analis pembiayaan
menganalisis calon nasabah yang mengajukan permohonan pembiayaan,
kemungkinan terjadinya pembiayaan bermasalah itu tidak dapat
dihindari. Alhasil, pada waktu memasuki tahun keempat pihak BMT
mengalami kemacetan dalam mengangsur. Setelah ditelusuri, diamati
dan dianalisis oleh Bank BNI Syariah Cabang Semarang ternyata faktor
yang menyebabkan kemacetan tersebut adalah lemahnya sistem
manajemen di BMT, kurangnya sumber daya manusia yang berkualitas,
terjadinya penggandaan jabatan sehingga menyebabkan tidak
maksimalnya tenaga kerja dalam melaksanakan tugasnya
dan lain-lain.

Karena faktor-faktor di atas pihak BMT tidak dapat mengangsur


kewajiban pokok dan bagi hasilnya selama 5 bulan. Dengan kebijakan
yang ada di Bank BNI Syariah Cabang Semarang, maka penyelesaian
kasus BMT ini dilakukan dengan cara memberi peringatan kepada pihak
BMT melalui surat peringatan yakni SP 1, SP 2 dan SP 3. Setelah diberi
surat peringatan selama 3X ternyata diabaikan, maka pihak BNI Syariah
Cabang Semarang melakukan panggilan kepada pihak BMT guna
membicarakan bagaimana cara menyelesaikan pembiayaan mudharabah
bermasalah tersebut. Dan melalui panggilan ini juga masih belum dapat
menyelesaikan masalah, kemudian pihak Bank BNI Syariah Cabang
Semarang mengadakan kunjungan ke lokasi usaha yakni ke BMT itu
tersebut didirikan. Hal ini dilakukan guna membicarakan bagaimana
cara untuk menyelesaikan masalah tersebut. Adapun kunjungan ini
dilakukan, yakni melalui caracara seperti pendekatan kepada pihak
BMT, baik dengan cara pengawasan, pendampingan, pengarahan,
penyuluhan, memberi keyakinan kepada pihak BMT dan juga memberi
saran atau solusi guna menyelesaikan pembiayaan bermasalah tersebut,
tentunya didampingi konsultan yang yang telah diberi kuasa oleh pihak
Bank BNI Syariah Cabang Semarang.

24
Akan tetapi melalui pendekatan-pendekatan di atas ternyata belum
juga dapat menyelesaikan masalah. Kemudian dengan kebijakan pihak
Bank BNI Syariah Cabang Semarang, diterapkanlah langkah
rescheduling yakni dengan cara merubah jadwal angsuran. Yang
semula telah ditetapkan angsurannya setiap bulan kemudian menjadi 3
bulan sekali dan juga menurunkan jumlah angsuran. Dan akhirnya
dalam jangka waktu 10 bulan pihak BMT dapat kembali lancar dalam
mengangsur kewajibannya. Dengan cara seperti itulah pihak Bank BNI
Syariah menyelesaikan masalah, tentunya melalui ketentuan-ketentuan
yang berlaku sesuai syariah sehingga tidak ada pihak yang merasa
dirugikan.

25
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Bank umum syariah adalah bank yang melaksanakan kegiatanya dengan
aturan perjanjian berdasarkan hukum islam antara bank dan pihak lain untuk proses
penyimpanan dan penyaluran kegiatan. Bank syariah memiliki 7 karakteristik yang
saling terkait, yaitu: universal, adil, transparan, seimbang, maslahat, variatif, dan
fasilitas. Sementara itu bank syariah juga memiliki 4 fungsi, yaitu: sebagai
manajemen investasi, investasi, jasa keuangan dan jasa sosial.

Kegiatan yang ada didalam bank syariah meliputi, pengumpulan dana baik
itu dalam bentuk deposito, tabungan ataupun giro, penyaluran dana, penyediaan
uang, pengembalian utang, dll. Beberapa orang menganggap bahwa bank syariah
lebih unggul dibandingkan bank konvensional, baik itu dilihat sistemnya, cara
penginvestasinya, pengambilan keuntungannya, dll. Namun, bank syariah juga
memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan yang paling menonjol adalah tidak
adanya money loundring yang banyak terjadi bank konvensional, dan
kekurangannya masih belum banyak diketahui oleh masyarakat.

26
DAFTAR PUSTAKA
 Osmad, Muthaher 2012. Akuntansi Perbankan Syraiah. Yogyakarta :
Graha Ilmu
 Syukri, Iska 2014. Sistem Perbankan Syariah Di Indonesia.
Yogyakarta ; Fajar Media Press
 Muhammad. 2005. Konstruksi Mudharabah Dalam Bisnis Syari’ah.
Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta
 Zuhri, Muh, Dr. 1996. Riba dalam al- Qur’an dan Masalah Perbankan.
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

27

Anda mungkin juga menyukai