Bank Syariah
Bank Syariah
Makalah Ini Ditujukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Manajemen Keuangan
Islam
Disusun oleh :
PRODI MANAJEMEN
2018
0
KATA PENGANTAR
Kami memohon maaf atas segala kekurangan dan kelemahan yang terdapat
dalam makalah ini. Akhir kata, kritik yang membangun untuk perbaikan makalah
ini, semoga dapat bermanfaat bagi semua pembaca.
Tim Penyusun
1
DAFTAR ISI
ABSTRAK ..............................................................................................................3
LAMPIRAN ..........................................................................................................21
2
ABSTRAK
3
BAB 1
Latar Belakang
Bank bagi hasil yang sering disebut dengan Bank Syariah (Bank Islam)
merupakan lembaga perbankan yang menggunakan sistem dan operasi
berdasarkan prinsip-prinsip hukum atau syariah islam, seperti yang diatur oleh Al-
Qur’an dan Hadits. Perbankan syariah ini terbentuk dari larangan islam untuk
memungut dan meminjam berdasarkan bunga yang termasuk dalam riba dan
investasi untuk usaha yang dikategorikan haram. Tujuan pembentukan bank
syariah ini adalah untuk mencapai masyarakat yang adil dan makmur sebagaiman
yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945.
4
1.2 Rumusan Masalah
5
BAB 2
KAJIAN TEORITIS
6
Saat ini dalam dunia modern, akibat dari adanya pendapat para ulama
tentang keharaman bunga bank, maka negara islam atau yang mayoritas
penduduknya beragama islam berusaha mendirikan lembaga perbankan tanpa
bunga. Sehingga pada tahun 1940-an, terwujudlah sebuah bank tanpa bunga
pertama di malaysia
Pengertian bank dalam islam atau bank syariah ialah “Bank yang beroprasi
dengan tidak bergantung pada bunga.” Dalam Definisi lain, perbankan syariah
ialah lembaga perbankan yang selaras dengan sistem nilai dan etos islam. Dengan
kata lain, bank syariah ialah “lembaga keuangan/perbankan yang operasional dan
produknya dikembangkan berlandaskan syariat islam (al-quran dan hadis nabi
saw) dan menggunakan kaidah-kaidah fiqih. Bahkan juga diartikan sebagai
lembaga yang usaha pokoknya memberikan pembiayaan dan pelayanan yang lain,
atau peredaran uang yang pelaksanaanya disesuaikan dengan asas islam.
7
2.3 Konsep Perbankan Islami
Dalam islam uang itu sendiri tidak menghasilkan bunga atau laba dan
tidak dipandang sebagai komoditi. Yang telah diketahui bahwa riba(bunga)
dilarang, kedudukan bank islam dalam hubungan dengan para kliennya adalah
sebagai mitra investor dan pedagang, sedangkan dalam hal bank dibarat.
Hubungannya adalah sebagai kreditur atau debitur
Bank syariah dalam mekanisme operasionalnya sangat jauh berbeda dengan bank
konvensional, karena bank syariah mempunyai ciri atau karakter tersendiri, antara
lain:
Bukti berdimensi keadilan dalam bank syariah ialah adanya sistem bagi hasil.
Cara seperti ini akan berimplikasi bahwa jika kerugian terjadi, maka dia tidak
hanya ditanggung oleh satu pihak karena risiko kerugian dan keuntungan
ditanggung bersama, dengan demikian, secara tidak langsung perekonomian umat
8
akan terwujud secara merata dalam bentuk penyebaran modal dan kesempatan
berusaha, sesuai dengan ajaran islam
Artinya: agar supaya harta itu jangan hanya beredar diantara orang-orang kayak
diantara kamu (Q.S Al-Hashr 59:7)
2. Bersifat mandiri
9
waktu sesuai dengan kesepakatan dalam kontra. Untuk sisa utang setelah
habis masa kontrak akan diselesaikan pada kontrak yang baru
5. Adany unit pendapatan berupa pendapatan tidak halal sebagai hasil dari
transaksi dengan bank konvensional yyang menerapkan sistem bunga.
Unit ini biasanya digunakan untuk membantu masyarakat miskin yang
mengalami musibah dan untuk kepentingan kaum muslimin yang bersifat
sosial
10
a. Sebagai penerima amanah untuk melakukan investasi atas dana-dana yang
dipercayakan oleh pemegang rekening investasi deposan atas dasar prinsip
bagi hasil sesuai dengan kebijakan investasi bank,
b. Sebagai pengelola investasi atas dana yang dimiliki oleh pemilik
dana/sahibul mal sesuai dengan arahan investasi yang dikehendaki oleh
pemilik dana(dalam hal ini bank bertindak sebagai manajer investasi),
c. Sebagai penyedia jasa lalu lintas pembayaran dan jasa-jasa lainnya
sepanjang tidak bertentangan dengan prinsip syariah,
d. . Sebagai pengelola fungsi sosial, seperti pengelolaan dana zakat dan
penerimaan serta penyaluran dana kbajikan(fungsi Optional).
1. Prinsip wadiah
Prinsip wadiah adalah titipan dimana pihak pertama menitipkan dana atau benda
kepada pihak kedua selaku penerima titipan dengan konsekuensi titipan tersebut
sewaktu-waktu dapat diambil kembali, dimana penitip dapat dikenakan biaya
penitipan.
Berdasarkan kewenangan yang diberikan maka wadiah dibedakan menjadi
wadiah yad dharmanah yang berarti penerima titipan berhak mempergunakan
dana.barang titipan untuk didayagunakan tanpa ada kewajiban penerima titipan
untuk memberikan imbalan kepada penitip dengan tetap pada kesekatan diapat
diambil setiap saat diperlukan, sedang di sisi lain wadiah yad amanah tidak
memberikan kewenangan kepada penerima titipan untuk mendayagunakan
barang/dana yang dititipkan
Aplikasi dalam perbankan yaitu giro dan tabungan.
2. Prinsip mudharabah
Prinsip mudharabah yaitu perjanjian antara dua pihak dimana pihak pertama
sebagai pemillik dana/sahibul mal dan pihak kedua sebagai pengelola
dana/mudharib untuk mengelola suatu kegiatan ekonomi dengan menyepakati
11
nisbah bagi hasil atas keuntungan yang akan diperoleh, sedangkan kerugian yang
yang timbul adalah risiko pemilik dana sepanjang tidak terdapat bukti bahwa
mudharib melakukan kecurangan atau tindakan yang tidak amanah
12
keuntungan yang dibagi sesuai nisbah yang sepakati awal akad.
prinsip pembagian hasil usaha bisa berpedoman pada revenue sharing
atau profit sharing.
(ii) Musyarakah yaitu perjanjian antara pihak—pihak untuk menyertakan
modal dalam suatu kegiatan ekonomi dengan pembagian keuntungan
atau kerugian sesuai nisbah yang disepakati.
musyarakah dapat bersifat tetap atau bersifat temporer dengan
penurunan secara periodik atau sekaligus di akhir masa proyek. Prinsip
pembagian hasil usaha bisa berpedoman pada revenue sharing atau
profit sharing.
13
BAB III
14
3) Kelemahan sumber daya manusia
15
3. Menurunnya nilai kesehatan Bank.
16
BAGIAN IV
ANALISIS PEMBAHASAN
17
pembiayaan yang bermasalah itu tidak dapat dihindari. Upaya pertama yang
dilakukan pihak Bank BNI Syariah Cabang Semarang dalam menyelesaikan
pembiayaan mudharabah bermasalah adalah melakukan menganalisa faktor-
faktor apa yang menyebabkan pembiayaan mudharabah bermasalah
tersebut, kemudian pihak Bank BNI Syariah Cabang Semarang melakukan
survey dan mengklasifikasikan terhadap pembiayaan bermasalah sesuai
dengan kolektabilitas pembiayaan yang telah ditetapkan oleh BI. Dari situ
Bank dapat mengetahui bagaimana cara mengangani pembiayaan
mudharabah bermasalah tersebut.
Adapun langkah-langkah selanjutnya yang dilakukan oleh Bank BNI
Syariah Cabang Semarang dalam menyelesaiakan pembiayaan mudharabah
bermasalah adalah sebagai
berikut:
18
Pendekatan ini dilakukan oleh pihak Bank BNI Syariah
Cabang Semarang terhadap nasabah yang tidak memenuhi
kewajibannya yakni nasabah yang tidak membayar angsuran terhadap
Bank. Pendekatan persuasif ini dilakukan pihak Bank BNI Syariah
Cabang Semarang dengan cara pendampingan, pengawasan dan
pendekatan yang lebih intens, pengarahan, penyuluhan,
bermusyawarah secara baikbaik untuk mencari solusi permasalahan.
Dalam pendekatan persuasif ini dilakukan oleh bagian pembiayaan
untuk mengubah atau mempengaruhi kepercayaan, sikap, dan
perilaku nasabah yang mengalami pembiayaan mudharabah
bermasalah sehingga bertindak sesuai dengan apa yang diharapkan,
agar dalam pembiayaan yang jatuh tempo dapat terselesaikan.
Apabila langkah-langkah di atas belum dapat menyelesaikan
masalah, maka Bank BNI Syariah Cabang Semarang menerapkan cara 3R
untuk menyelesaiakan pembiayaan mudharabah bermasalah, yaitu :
1. Rescheduling
19
ketika pihak BMT mengalami penundaan dalam mengangsur
kewajibannya pada tahun keempat, kemudian pihak Bank BNI
Syariah Cabang Semarang akan memberi kelonggaran waktu dari
yang telah ditentukan. Akan tetapi hal ini dilakukan kepada
nasabah yang benar-benar mempunyai etika baik sesuai analisa
pihak Bank BNI Syariah Cabang Semarang.
b. Memperpanjang jangka waktu angsuran, misalnya semula
ditetapkan setiap bulan kemudian menjadi 3 bulan. Yakni pihak
kreditur, yang tidak lain adalah Bank BNI Syariah Cabang
Semarang memberikan kelonggaran waktu pada si debitur yakni
memperpanjang jangka waktu pengangsuran, dengan tujuan agar
si debitur yang bermasalah tidak merasa keberatan dalam
mengangsur kewajibannya terhadap Bank BNI Syariah Cabang
Semarang.
c. Menurunkan jumlah untuk setiap angsuran yang mengakibatkan
perpanjangan jangka pembiayaan, yaitu pihak Bank BNI Syariah
Cabang Semarang memberikan kelonggaran pada nasabah.
Misalnya nasabah setiap bulannya harus mengangsur Rp.
10.000.000,00 /bulan menjadi Rp. 5.000.000,00 /bulan.
2. Reconditioning
20
mengalami pembiayaan bermasalah, yakni memberi
kesempatan kepada si debitur hanya membayar kewajibannya
yang pokok saja, sementara nisbah bagi hasil atau keuntungan
diberi kelonggaran waktu sampai ia sanggup membayarnya,
tentunya sesuai kewenangan dan kesepakatan dari pihak Bank
BNI Syariah Cabang Semarang.
b. Manajemen proyek atau bisnis yang dibiayai Bank BNI Syariah
Cabang Semarang berdasarkan analisa yang dilakukan sesuai
nasehat dari konsultan yang ditunjuk oleh Bank. Hal ini
dilakukan pihak Bank BNI Syariah Cabang Semarang guna
mengawasi jalannya usaha atau bisnis yang dijalankan oleh
nasabah yang mengalami pembiayaan bermasalah dengan
didampingi konsultan yang telah diberi kuasa oleh pihak Bank
dalam rangka menyelesaikan pembiayaan mudharabah
bermasalah.
3. Restructuring
21
a. Perpanjangan waktu pembiayaan
22
manajemen BMT mengajukan untuk melakukan pembiayaan
mudharabah ke Bank BNI Syariah Cabang Semarang. Perwakilan dari
pihak BMT ini mengajukan pembiayaan secara tertulis dengan
menyertakan dokumendokumen yang diperlukan sebagai syarat
pengajuan pembiayaan yang diserahkan kepada bagian pembiayaan.
Sebagaimana prosedur pangajuan pembiayaan yang ada di Bank BNI
Syariah Cabang Semarang, maka calon nasabah yang tidak lain adalah
pihak BMT harus mengisi formulir atau blanko pembiayaan yang telah
disediakan oleh pihak Bank. Kemudian Bank BNI Syariah Cabang
Semarang melakukan penelitian atau menganalisis terhadap dana yang
tersedia (plafon pembiayaan) dan pribadi calon nasabah, yang tidak lain
adalah pihak BMT. Bank dalam menilai BMT mengenai kelayakan
untuk memperoleh pinjaman melalui 5C, yakni character (karakter),
capability (kemampuan), capital (modal), condition (kondisi) dan
collateral (jaminan).
Setelah pihak Bank BNI Syariah Cabang Semarang selesai
melakukan analisis yakni 1-2 minggu dan semua persyaratan dari pihak
BMT dinilai melalui analisis 5C lulus, baik dari karakter yang beritikad
baik, dirasa mampu dalam mengangsur kewajibannya, Bank nengetahui
modal tersebut digunakan sesuai syariah yakni membuka BMT, dari segi
sektor usaha baik lokasi usaha maupun calon anggotanya yang akan
dibidik juga baik, legalitas hukum akta pendirian dan tidak ketinggalan
pula dari segi jaminan juga layak untuk diagunkan, maka pihak Bank
BNI Syariah Cabang Semarang menilai bahwa BMT tersebut layak
untuk diberikan pembiayaan. Setelah itu Bank BNI Syariah Cabang
Semarang melakukan penandatanganan perjanjian pembiayaan
mudharabah dan mengikat jaminan dengan pihak BMT. Dari situlah
Bank BNI Syariah Cabang Semarang merealisasikan modalnya kepada
pihak BMT dan dengan sendirinya calon nasabah menjadi nasabah.
Pihak BMT diberi jangka waktu angsuran selama 5 tahun, pada tahun
pertama, kedua dan ketiga pihak BMT lancar dalam mengangsur
23
kewajibannya. Tetapi sepandai apapun pihak analis pembiayaan
menganalisis calon nasabah yang mengajukan permohonan pembiayaan,
kemungkinan terjadinya pembiayaan bermasalah itu tidak dapat
dihindari. Alhasil, pada waktu memasuki tahun keempat pihak BMT
mengalami kemacetan dalam mengangsur. Setelah ditelusuri, diamati
dan dianalisis oleh Bank BNI Syariah Cabang Semarang ternyata faktor
yang menyebabkan kemacetan tersebut adalah lemahnya sistem
manajemen di BMT, kurangnya sumber daya manusia yang berkualitas,
terjadinya penggandaan jabatan sehingga menyebabkan tidak
maksimalnya tenaga kerja dalam melaksanakan tugasnya
dan lain-lain.
24
Akan tetapi melalui pendekatan-pendekatan di atas ternyata belum
juga dapat menyelesaikan masalah. Kemudian dengan kebijakan pihak
Bank BNI Syariah Cabang Semarang, diterapkanlah langkah
rescheduling yakni dengan cara merubah jadwal angsuran. Yang
semula telah ditetapkan angsurannya setiap bulan kemudian menjadi 3
bulan sekali dan juga menurunkan jumlah angsuran. Dan akhirnya
dalam jangka waktu 10 bulan pihak BMT dapat kembali lancar dalam
mengangsur kewajibannya. Dengan cara seperti itulah pihak Bank BNI
Syariah menyelesaikan masalah, tentunya melalui ketentuan-ketentuan
yang berlaku sesuai syariah sehingga tidak ada pihak yang merasa
dirugikan.
25
BAB V
5.1 Kesimpulan
Bank umum syariah adalah bank yang melaksanakan kegiatanya dengan
aturan perjanjian berdasarkan hukum islam antara bank dan pihak lain untuk proses
penyimpanan dan penyaluran kegiatan. Bank syariah memiliki 7 karakteristik yang
saling terkait, yaitu: universal, adil, transparan, seimbang, maslahat, variatif, dan
fasilitas. Sementara itu bank syariah juga memiliki 4 fungsi, yaitu: sebagai
manajemen investasi, investasi, jasa keuangan dan jasa sosial.
Kegiatan yang ada didalam bank syariah meliputi, pengumpulan dana baik
itu dalam bentuk deposito, tabungan ataupun giro, penyaluran dana, penyediaan
uang, pengembalian utang, dll. Beberapa orang menganggap bahwa bank syariah
lebih unggul dibandingkan bank konvensional, baik itu dilihat sistemnya, cara
penginvestasinya, pengambilan keuntungannya, dll. Namun, bank syariah juga
memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan yang paling menonjol adalah tidak
adanya money loundring yang banyak terjadi bank konvensional, dan
kekurangannya masih belum banyak diketahui oleh masyarakat.
26
DAFTAR PUSTAKA
Osmad, Muthaher 2012. Akuntansi Perbankan Syraiah. Yogyakarta :
Graha Ilmu
Syukri, Iska 2014. Sistem Perbankan Syariah Di Indonesia.
Yogyakarta ; Fajar Media Press
Muhammad. 2005. Konstruksi Mudharabah Dalam Bisnis Syari’ah.
Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta
Zuhri, Muh, Dr. 1996. Riba dalam al- Qur’an dan Masalah Perbankan.
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
27