Anda di halaman 1dari 14

LEMBAGA PENGELOLA DANA ZAKAT INFAQ DAN SHADAQOH

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

MANAJEMEN KEUANGAN ISLAM

NOER BUKHARI 10090316148

KAMAL NUR KHALIQ 10090316134

UPU ULUL FAHMI 10090316132

RIAN PURNOMO 10090316127

MANAJEMEN KELAS C HARI RABU JAM 06.30

PROGRAM STUDI MANAJAMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG

BANDUNG

2018

i
KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmannirrohim.

Assalamualaikum wr. wb.

Penulis pada akhirnya dapat menyelesaikan tugas makalah ini. Penulisan


makalah ini bertujuan untuk memenuhi sasalah satu tugas matakuliah manajemen
keuangan islam.

Penulis memberikan judul makalah ini LEMBAGA PENGELOLA DANA


ZAKAT INFAQ DAN SHADAQOH. Makalah ini di tulis berdasarkan data yang
di miliki penulis berdasarkan buku referensi yang dimiliki penulis.

Dalam penulisan makalah ini penulis mengakui kekurangan yang ada


mengingat masih terbatasnya kemampuan penulis dalam penguasaan materi ini.
Oleh karna itu dengan segala kerendahan hati penulis memohon agar memaklumi
segala kekurangan yang ada dalam makalah ini.

Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat dan


menambah wawasan penulis pada khususnya serta bagi pembaca pada umumnya.

Wasalamualaikum wr. wb.

Bandung, 29 Oktober 2018

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... ii

DAFTAR ISI..................................................................................................................... iii

BAB I .................................................................................................................................. 1

PENDAHULUAN ............................................................................................................. 1

A. LATAR BELAKANG ........................................................................................... 1

B. RUMUSAN MASALAH ...................................................................................... 1

C. TUJUAN ................................................................................................................ 1

BAB II ................................................................................................................................ 2

PEMBAHASAN ................................................................................................................ 2

A. PENGERTIAN ZIS.................................................................................................. 2

B. FUNGSI DAN TUGAS PENGELOLA DANA ZIS ............................................. 3

C. PENYALURAN ZAKAT, INFAQ, DAN SHADAQAH ....................................... 3

D. ASPEK EKONOMI DARI PENGELOLA DANA ZIS ........................................ 6

E. KENDALA DAN STRATEGI PENGEMBANGAN DANA ZIS ......................... 8

BAB III............................................................................................................................. 10

PENUTUP........................................................................................................................ 10

A. KESIMPULAN....................................................................................................... 10

B. SARAN .................................................................................................................... 10

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 11

iii
BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dalam kondisi nasional pendiri lembaga pengelola Dana ZIS sebenarnya
adalah untuk memenuhi kemaslahatan, dimana semua komponen bangsa dituntut
untuk berpartisipasi dalam pembangunan. Demikian pula dengan umat Islam
merupakan salah satu komponen bangsa yang wajib ikut serta dalam mengisi dan
melanjutkan usaha-usaha pengembangan itu. Bahkan umat Islam merupakan
komponen dominan dan potensial dalam mengisi pembangunan tersebut. Perintah
Islam menganjurkan tuntunan operasional mengenai bagamaina perintah itu
dilakukan.
Salah satu kendala yang banyak dihadapi umat islam dalam pembangunan
tersebut ialah keterbatasan biaya. Biaya yang paling dominan dalam pembangunan
bukanlah dana yang besar dari bantuan pihak lain, melainkan dana yang digali dari
potensi sendiri berupa pemberdayaan potensi ekonomi umat atau bangsa.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian dari pengelola Dana ZIS ?
2. Bagaimana fungsi dan tugas dari pengelola Dana ZIS ?
3. Bagaimana penyaluran Zakat,Infaq,dan Shadaqah ?
4. Bagaimana aspek ekonomi dari pengelola Dana ZIS ?
5. Apa saja kendala dan strategi pengembangan dana ZIS ?

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui dan memahami apa itu pengelola Dana ZIS.
2. Untuk mengetahui dan memahami fungsi dan tugas pengelola Dana ZIS.
3. Untuk mengetahui dan memahami bagaimana penyaluran Zakat,Infaq,dan
Shadaqah.
4. Untuk mengetahui aspek ekonomi dari pengelola Dana ZIS.

1
BAB II

PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN ZIS
Zakat, Infaq, Shodaqoh (ZIS) merupakan bagian dari kedermawaan dalam
konteks masyarakat muslim. Zakat merupakan kewajiban bagi setiap muslim yang
mampu serta menjadi unsur dari Rukun Islam , sedangkan Infaq dan shodaqoh
merupakan wujud kecintaan hamba terhadap nikmat dari Allah SWT yang telah
diberikan kepadanya sehingga seorang hamba rela menisihkan sebagaimana
hartanya untuk kepentingan agama baik dalam rangka membantu sesama maupun
perjuangan dakwah Islamiyah.
Di Indonesia, pengelolaan dana ZIS telah diatur dengan Undang-Undang
Nomor 38 Tahun 1999 tentang pengelolaan zakat. UU ini mengatur tentang
Organisasi pengelolaan zakat(OPZ) yang boleh beroperasi di Indonesia. OPZ yang
disebutkan dalam UU tersebut merupakan Badan Amil Zakat (BAZ)dan Lembaga
Amil Zakat (LAZ). BAZ merupakan lembaga pengumpul dan pendayagunaan dana
zakat yang dibentuk oleh pemerintah dari tingkat pusat sampai dengan tingkat
daerah sedangkan LAZ merupakan OPZ yang dibentuk atas swadaya masyarakat.
Perkembangan BAZ dan LAZ di Indonesia perlu diikuti dengan proses
akuntabilitas publik yang baik dan transparan dengan mengedepankan motivasi
melaksanakan amanah umat. Pemerintah telah mengatur tentang proses pelaporan
BAZ dan LAZ dengan Keputusan Menteri Agama RI Nomor 373 tentang
pelaksanaan UU Nomor 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat Pasal 31 ang
isinya:

“Badan Amil Zakat (BAZ) dan Lembaga Amil Zakat (LAZ) memberikan pelaporan
tahunan pelaksanaan tugasnya kepada pemerintah sesuai dengan tingkatanya
selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan setelah akhir tahun.”

Bahkan dalam salah satu syarat pendiri LAZ yang tertuang pada Pasal 22 SK
Menteri Agama RI tersebut disebutkan bahwa untuk mendapatkan ijin dari

2
pemerintah, maka pelaporan keuangan LAZ untuk 2 tahun terakhir harus sudah
diaudit oleh Akuntan Publik. Selanjutnya, pelaporan keuangan LAZ tingkat pusat
maupun propinsi harus bersedia diaudit oleh Akuntan Publik dan disurvey sewaktu-
waktu oleh Tim dari Depatemen Agama.

B. FUNGSI DAN TUGAS PENGELOLA DANA ZIS


· Pelaksanaan pendataan Muzakki dan Mustahiq.
· Pelaksanaan pengumpulan Zakat.
· Pendataan dan pengelola harta Wakaf.
· Pelaksanaan penyaluran dan pendistribusian zakat.
· Pelaksanaan pembinaan, pendayagunaan dan pemberdayaan zakat, harta wakaf,
dan harta agama produktif.
· Pelaksanaan sosialisasi dan pengembangan zakat, harta wakaf, dan harta agama
produktif.
· Pelaksanaan penelitian, inventarisasi, klasifikasi, terhadap pengelolaan zakat,
harta wakaf dan harta agama.
· Pelaksanaan pengendalian dan pengawasan urusan perwalian sesuai dengan
ketentuan syariat islam.
· Pelaksanaan penerimaan zakat, harta wakaf dan harta agama.
· Pelaksanaan pengelolaan terhadap harta yang tidak diketahui pemilik atau ahli
warisnya berdasarkan putusan Mahkamah Syari’ah.
C. PENYALURAN ZAKAT, INFAQ, DAN SHADAQAH
Salah satu tugas utama dari Badan Amil Zakat Nasional atau Lembaga Amil
Zakat dalam mendistribusikan zakat, adalah menyusun skala prioritas dalam
penyaluran zakat berdasar data yang akurat. Sinergi dan kerjasama yang saling
memperkuat antar lembaga zakat semakin dibutuhkan saat ini, karena terbatasnya
dana zakat, infak, dan sedekah yang terkumpul, sementara jumlah penerima zakat
(mustahik) semakin banyak. Zakat tersebut harus disalurkan kepada para mustahik
sebagaimana tercantum dalam surat at-Taubah:60, yang uraiannya antara lain
sebagai berikut :

3
1. Fakir dan miskin. Fakir merupakan orang yang tidak memiliki harta dan tidak
memiliki
pekerjaanatau usaha tetap , guna mencukupi kebutuhan hidup, sedang orang yang
menanggung tidak ada. Miskin merupakan orang yang tidak dapat mencukupi
kebutuhan
hidupnya meskipun memiliki pekerjaan atau usaha tetap tetapihasil usaha itu belum
dapat
untuk memenuhi kebutuhanya, dan orang yang menaggung juga tidak ada. Meskipun
kedua kelompok ini memiliki perbedaan yang cukup signifikan, akan tetapi dalam
teknis
operasional sering dipersamakan, yaitu mereka tidak memiliki penghasilan sama
sekali,
atau memiliki penghasilan akan tetapi tidak mencukupi kebutuhan pokok dirinya dan
keluarga yang menjadi tanggungannya. Zakat yang disalurkan pada kelompok ini
dapat bersifat konsumtif, yaitu untuk memenuhi keperluan konsumsi sehari-harinya
dan dapat pula bersifat produktif, yaitu untuk modal kerja atau modal usaha.
Penyaluran zakat yang bersifat konsumtif dinyatakan antara lain dalam surah al-
Baqarah ayat 273, sedangkan penyaluran zakat secara produktif pernah terjadi di
zaman Rasulullah Saw yang dikemukakan dalam sebuah hadist riwayat Imam
Muslim dari Salim Abdillah bin Umar dari ayahnya, bahwa Rasulullah Saw telah
memberikan kepadanya zakat lalu menyuruhnya untuk dikembangkan atau
disedekahkan lagi.

2. Amil. Amil merupakan orang atau panitia atau organisasi ang mengurusi zakat baik
mengumpulkan, membagi atau mengelolanya. Kelompok ini berhak mendapatkan
bagian dari zakat, maksimal satu per delapan atau 12, 5 persen, dengan catatan
bahwa petugas zakat ini memang melakukan tugas-tugas keamilan dengan sebaik-
baiknya dan waktunya sebagian besar atau seluruhnya untuk tugas tersebut. Jika
hanya di akhir bulan Ramadhan saja (dan biasanya hanya untuk pengumpulan zakat
fitrah saja), sebagianya para petugas ini tidak mendapatkan bagian zakat satu per
delapan, melainkan hanyalah sekedarnya saja untuk keperluan administrasi ataupun

4
konsumsi yang mereka butuhkan, misalnya lima persen saja. Bagian untuk amil
mencakup untuk biaya transportasi maupun biaya-biaya lain yang dibutuhkan untuk
melaksanakan tugasnya.
3. Muallaf. Muallaf merupakan orang yang masih lemah imamnya karenabaru
memeluk Agama Islam. Mereka diberi zakat agar bertambah kesungguhannya
dalam ber-islam dan bertambah keyakinan mereka, bahwa segala pengorbanan
mereka dengan sebab masuk Islam tidaklah sia-sia. Bahwa Islam dan umatnya
sangat memperhatikan mereka. Bagian muallaf dapat diberikan juga kepada
lembaga-lembaga dakwah yang mengkhususkan garapannya untuk menyebarkan
Islam di daerahdaerah terpencil dan di suku-suku terasing yang belum mengenal
Islam dan sebagainya.
4.Riqab. Riqab merupakan (hamba sahaya) yang mempunyai perjanjian akan
dimerdekakan oleh majikannya (memerdekakan Budak). Bahwa zakat itu antara
lain dapat dialokasikan untuk membebaskan budak dan menghilangkan segala
bentuk perbudakan.
5. Ghorim. Ghorim merupakan orang yang berhutang atau orang-orang orang yang
berhutang dan tidak mampu melunasinya. Para ulama membagi kelompok ini pada
dua bagian, yaitu kelompok orang yang mempunyai hutang kebaikan dan
kemaslahatan diri dan keluarganya. Misalnya untuk membiayai dirinya dan
keluarganya yang sakit, atau untuk membiayai pendidikan. Yusuf al-Qaradhawi
mengemukakan bahwa salah satu kelompok yang termasuk gharimin adalah
kelompok orang yang mendapatkan berbagai bencana dan musibah, baik pada
dirinya maupun pada hartanya, sehingga dihadapkan pada kebutuhan yang
mendesak untuk menjamin bagi dirinya dan keluarganya.
6. Sabilillah. Sabilillah merupakan orang yang berjuang di jalan Allah. Usaha – usaha
yang dilakukan bertujuan untuk meninggikan syiar Agama Islam seperti membela
Agama, mendirikan tempat ibadah, pendidikan dan lembaga – lembaga keagamaan
lainnya. Pada zaman Rasulullah Saw golongan yang termasuk kategori ini adalah
para sukarelawan perang yang tidak mempunyai gaji tetap. Tapi berdasarkan lafaz
dari sabilillah ‘di jalan Allah SWT’, sebagian ulama membolehkan zakat disalurkan

5
untuk membangun masjid, lembaga pendidikan, perpustakaan, pelatihan para da’i,
menerbitkan buku, majalah, brosur, membangun mass media, dan lain sebagainya.
7. Ibnu Sabil. Ibnu Sabil merupakan orang yang kehabisan bekal dalam berpergian
atau perjalanan dengan maksud baik. Untuk saat sekarang, disamping para musafir
yang mengadakan perjalanan yang dianjurkan agama, mungkin juga dapat
dipergunakan untuk pemberian beasiswa atau beasantri (pondok pesantren) bagi
para penuntut ilmu yang terputus pendidikannya karena ketiadaan dana. Juga dapat
dipergunakan untuk membiayai pendidikan anak-anak jalanan yang kini semakin
banyak jumlahnya, atau merehabilitasi anak-anak miskin yang terkena narkoba atau
perbuatan-perbuatan buruk lainnya.
D. ASPEK EKONOMI DARI PENGELOLA DANA ZIS
a . Zakat sebagai insentif transformasi

Islam mengajarkan bahwa tarif zakat maal telah ditentukan oleh Allah
melalui contoh yang diberikan oleh Rasulullah s.a.w. Besarnya tarif zakat yang
ditentukan untuk setiap jenis harta tidaklah sama. Jika hal ini dikaji maka akan
ditemukan beberapa hikmah ekonomi yang terkandung. Secara umum, zakat
dikenakan atas tiga ukuran, yaitu (1) volume produksi (2) pendapatan atau
keuntungan (3) unit kekayaan. Misalnya zakat atas barang temuan, pertanian dan
peternakan dihitung atas volume produksi setiap periode, sedangkan zakat atas
perdagangan dihitungkan atas pendapatan bersih dan zakat atas emas, perak
dihitung atas unit sipanan kekayanan.

Dengan membayar zakat maka tingkat output yang menghasilkan laba


maksimum akan semakin kecil, sehingga secara mikro output yang dihasilkan akan
menurun dari Q* menuju Qz. Disinsentif inilah yang akan mendorong mereka
untuk memilih tingkat laba bersih yang paling tinggi. Jika tingkat laba antar usaha
relatif sama maka masyarakat akan memilih berpindah dari sektor dengan tarifzakat
tinggi menuju sektor dengan tarif zakat rendah. Secara umum tarif zakat ini
membawa misi transformasi ekonomi agar perekonomian bergerak dari sektor
primer yaitu pertambangan dan pertanian dasar menuju industri dan perdagangan.
Penerapan zakat akan membawa perekonomian dari masyarakat tradisional menuju

6
masyarakat modern, yaitu dari masyarakat pemburu (sektor primer) menuju
masyarakat pengolah (sektor industri manufaktur).

b. Zakat akan menyuburkan perekonomian

Allah telah berjanji bahwa Dia akan menyuburkan harta yang disedekahi
(dikeluarkan zakat atau sedekahnya) dan menyusutkan harta yang diribakan.
Pelaksanaan zakat akan memiliki dampak sosial akan menyuburkan
(menumbuhkan) perekonomian melalui peningkatan produktifitas sektor mustahiq.
Zakat akan mendorong sektor ini berubah dari ketidakberdayaan menjadi mampu
untuk melakukan interaksi di pasar. Zakat yang diberikan dalam bentuk barang
konsumsi atau uang cash akan meningkatkan daya beli mustahiq terutama terhadap
kebutuhan-kebutuhan pokok mereka. Namun ketika kebutuhan pokok mereka
terpenuhi, zakat bisa mendorong produktivitas mereka sehingga akan
meningkatkan kesejahteraan secara makro. Hal ini sudah dijelaskan melalui gambar
diatas, bahwa zakat bisa menambah permintaan ataupun penawaran di sektor
mustahiq yang pada gilirannya juga akan meningkatkan perekonomian secara
umum.

Di sisi lain, zakat memberikan insentif yang berbeda dengan pajak. Pajak
pada hakikatnya merupakan hutang pemerintah kepada warganya, yang harus
dibayar dalam bentuk fasilitas umum atau redistribusi kesejahteraan. Hal ini yang
mendorong pajak akan melahirkan tuntutan bagi pembayarnya dan berpengaruhnya
para pembayar pajak dalam proses pengambilan kebijakan pemerintah. Sedangkan
zakat dibayarkan dengan motivasi keikhlasan dan didistribusikan oleh amil untuk
individu-individu yang tidak mampu. Oleh karena itu zakat memberikan kebebasan
kepada amil ataupun mustahiq untuk menggunakannya sehingga diharapkan akan
memberikan kreativitas dalam peningatan perekonomian.

c. Zakat membangun mortalitas ekonomi

Allah menjelaskan bahwa perintah zakat ditujukan untuk dua hal, yaitu
untuk membersihkan (harta) dan mengsucikan (QS 9:103). Ayat-ayat Qur’an yang
menjelaskan tentang zakat lebih menekankan pada kewajiban membayarnya
daripada proses distribusi ataupun dampaknya. Pesan-pesan moral yang

7
disampaikan bahwa pembayaran zakat dimaksudkan untuk membesihkan harta
manusia (Muslim) serta mengsucikan jiwa-jiwa mereka dari sifat iri, dengki, kikir
dan tabdzir (boros). Kehidupan harmoni antar masyarakat inilah yang diharapkan
lahir dari pelaksanaan zakat, terutama zakat yang dibayarkan secara ikhlas dan tidak
mengharap imbalan apapun pihak yang menerima zakat.

Ibaratkan kehidupan alam ini berisikan muatan positif dan muatan negatif,
maka resiko terjadinya pertemuan antar dua muatan ini tidak bisa dihindari dan bisa
memungkinkan terjadinya ledakan. Sebagai misal petir yang sering terjadi di musim
penghujan merupakan akibat berdekatannya muatan positif dan negatif
raksasa.Meski demikian, ledakan ini bisa dihindari dengan cara memasangkan
kabel penghubung antar kedua muatan tersebut yaitu penangkal petir. Demikian
pula mekanisme zakat bekerja dengan cara yang hampir sama, yaitu sebagai
katalisator antar dua titik kutub yaitu kutub berlebihan (positif-muzakki) dan kutub
kekurangan (negatif-mustahiq) sehingga keharminisan-lah yang diharapkan akan
terjadi.

Pelaksanaan zakat akan mendidik bagi pembayar maupun penerima zakat


untuk memiliki kesucian hati. Pembayar zakat akan disucikan dari perasaan
sombong dan kikir. Di sisi lain, penerima zakat akan disucikan dari perasaan iri dan
dengki terhadap perbedaan kekayaan dengan orang lain.

E. KENDALA DAN STRATEGI PENGEMBANGAN DANA ZIS


Saat ini peran lembaga pengelola zakat sangat dibutuhkan untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat, meskipun masih banyak kendala-kendala. Diantaranya :

a. Masih banyak masyarakat yang memahami bahwa zakat bukan merupakan suatu
kewajiban
dan pelaksanaanya dapat dipaksakan.
b. Zakat kadang kala masih disamakan dengan pajak sehingga dijadikan legitimasi
masyarakat untuk tidak mengeluarkan zakatnya.
c. Di Indonesia sudah banyak lembaga zakat, namun terasa lembaga ini kurang
efektif untuk
mengakomodasi sumber-sumber zakat.

8
d. Keberadaan UU zakat belum sepenuhnya diimplementasikan. Hal ini disebabkan
struktur
birokrasi pemerintahan yang kurabf akomodatif terhadap keberadaan system islam
dalam
membangun system ekonomi Negara.

Adapun untuk menutupi kekurangan tersebut, maka kita perlu strategi yang
tepat supaya zakat dapat terkumpul dan tersalurkan dengan mudah dan tepat,
diantaranya :
a. Zakat perlu disosialisasikan bukan hanya diwilayah keagamaan saja, tetapi zakat
perlu disampaikan ditempat-tempat umum.

b. Adanya peningkatan tentang pemahaman tentang zakat yang sebenarnya.sebab


kurangnya pemahaman masyarakat tentang zakat, maka tidak hanya melalui
pendekatan agama saja, tapi juga dengan pendekatan ekonomi, sosial, budaya dan
politik.

c. Perlunya peningkatan koordinasi antar lembaga-lembaga zakat, sebab


kepercayaan masyarakat terhadap lembaga zakat dapat diawali dari keadaan seperti
ini.

d. Keberadaan UU tentang zakat memberikan banyak peluang untuk mendirikan


atau membuka lembaga zakat sebanyak-banyaknya. Setidaknya UU ini menjadi
legitimasi bagi umat Islam dalam mengembangkan lembaga zakat.

9
BAB III

PENUTUP
A. KESIMPULAN
Zakat, Infaq, Shodaqoh (ZIS) merupakan bagian dari kedermawaan dalam
konteks masyarakat muslim. Zakat merupakan salah satu rukun Islam, dan menjadi
salah satu unsur pokok bagi tegaknya syariah Islam. Infaq adalah mengeluarkan
harta yang mencakup zakat dan bukan zakatShadaqah adalah pemberian harta
kepada orang-orang fakir, orang yang membutuhkan, ataupun pihak-pihak lain
yang berhak menerima shadaqah, tanpa disertai imbalan.
B. SARAN
Terima kasih kepada semua materi dari situs maupun buku yang telah
membantu kami dalam meyelesaikan tugas lembaga keuangan syariah yang bejudul
lembaga pengelola dana zis sehingga dapat selesai mengerjakan tugas tersebut
sesuai ketentuan. Dan kami meminta maaf atas segala kesalahan dan kekuangan
dalam pembuatan makalah ini. Atas kritik dan sarannya kami ucapkan terima kasih,
supaya kami dapat lebih baik dalam penulisan makalah selanjutnya.

10
DAFTAR PUSTAKA

Muhammad,Rifki. 2010. Akuntansi Keuangan Syariah. Yogyakarta: P3E1 Press.


Drs. H.M. Djamal Doa. 2001. Membangun Ekonomi Umat Melalui Pengelolaan
ZakatHarta. Jakarta: Nuansa Madani.

11

Anda mungkin juga menyukai