Pegadaian Syariah
Pegadaian Syariah
Oleh:
MANAJEMEN B
2018
Abstrak
Masyarakat di negeri ini tidak begitu asing dengan kata pegadaian, terutama
pada masyarakat yang tidak bankable atau kesulitan dalam mengakses pinjaman
atau pembiayaan pada perbankan. Ketika seseorang membutuhkan dana dalam
kondisi yang mendesak dan cepat, sedangkan yang bersangkutan tidak memiliki
dana cash atau tabungan maka pendanaan pihak ketiga menjadi altervative
pemecahannya. Selain pegadaian konvensional saat ini berkembang juga pegadaian
syariah, yang dalam transaksinya menggunakan prinsip syariah islam. Peningkatan
jumlah nasabah, laba, maupun outlet bukan hanya terjadi pada pegadaian konvensional,
tetapi juga terjadi pada pegadaian syari’ah. Landasan dalam operasionalisasi gadai syariah
adalah Fatwa Dewan Syariah Nasional nomor: 25/DSN-MUI/III/2002 tanggal 26 Juni 2002
tentang rahn, fatwa nomor: 26/DSN-MUI/III/2002 tentang rahn emas dan : 68/DSN-
MUI/III/2008 tentang rahn tasjily. Sebagai masyarakat muslim penting bagi kita
mengetahui akan eksistensi pegadaian syariah. Dengan menggunakan analisis
SWOT (kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman), maka akan dapat dilihat oleh
strategi apa yang akan diambil untuk meminimalisir kelemahan yang ada dan
mengatasi Ancaman masuk untuk meningkatkan kekuatan dan mengambil peluang.
i
DAFTAR ISI
Abstrak .......................................................................................................................i
DAFTAR ISI ................................................................................................................. ii
BAB I
PENDAHULUAN ..........................................................................................................1
BAB II
KAJIAN TEORITIS ........................................................................................................3
2.1 Pengertian Pegadaian .......................................................................................3
2.2 Rukun, Syarat Gadai dan Berakhirnya Akad Gadai ..............................................4
2.3 Tujuan Pegadaian Syariah .................................................................................5
2.4 Persamaan dan Perbedaan Pegadaian Konvensional dengan Syariah..................6
BAB III
PRESPEKTIF DAN PERMASALAHAN .............................................................................8
3.1 Prespektif .........................................................................................................8
3.2 Permasalahan ...................................................................................................9
BAB IV
ANALISIS PEMBAHASAN ........................................................................................... 10
4.1 Prespektif ....................................................................................................... 10
4.2 Permasalahan ................................................................................................. 10
BAB V
KESIMPULAN ........................................................................................................... 12
5.1 Kesimpulan ..................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 14
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Konsep perekonomian yang berbentuk rahn telah diatur dalam al-Quran dan
sunah rosul. Dimana dalam kegiatan didalamnya menghindari dari segala praktek
riba’. Karena pada dasarnya segala sesuatu itu boleh selama tidak ada dalil yang
melarangnya. Hadirnya pegadaian sebagai sebuah lembaga keuangan formal di
Indonesia merupakan lembaga keuangan yang berfungsi menyalurkan pembiayaan
dalam bentuk uang pinjaman kepada masyarakat yang membutuhkan.
1
dengan cara yang mudah, cepat, aman dan hemat sehingga tidak memberatkan bagi
masyarakat yang melakukan pinjaman dan tidak menimbulkan masalah yang baru
bagi peminjam setelah melakukan pinjaman di pegadaian, sesuai dengan motto nya
“Mengatasi masalah tanpa masalah”. PT Pegadaian (Persero) yang sebelumnya
dikenal sebagai Perum Pegadaian sebagai lembaga perkreditan yang memiliki
tujuan khusus yaitu penyaluran uang pinjaman atas dasar hukum gadai yang
ditujukan untuk mencegah praktek ijon, pegadaian gelap, riba, serta pinjaman tidak
wajar lainnya.PT Pegadaian (Persero) merupakan salah satu alternatif bagi
masyarakat untuk mendapatkan kredit, baik dalam skala kecil maupun skala besar,
dengan pelayanan yang mudah, cepat dan aman. Kemudahan dan kesederhanaan
dalam prosedur memperoleh kredit merupakan modal dasar dalam mendekati
pangsa pasar. Perum pegadaian mengeluarkan produk berbasis syariah yang disebut
dengan Pegadaian Syariah. Pada dasarnya, produk-produk berbasis syariah
memiliki karakteristik seperti: tidak memungut bunga dalam berbagai bentuk
karena riba, menetapkan uang sebagai alat tukar bukan sebagai komoditas yang
diperdagangkan, dan melakukan bisnis untuk memperoleh imbalan atas jasa atau
bagi hasil.
2
BAB II
KAJIAN TEORITIS
Dalam istilah bahasa Arab, gadai diistilahkan dengan rahn dan dapat juga
dinamai alhabsu (Pasaribu, 1996. 139). Secara etimologis, arti rahn adalah tetap dan
lama, sedangkan al-habsu berarti penahanan terhadap suatu barang dengan hak
sehingga dapat dijadikan sebagai pembayaran dari barang tersebut (Syafe’i,
2000:159). Pengertian ini didasarkan pada praktek bahwa apabila seseorang ingin
berhutang kepada orang lain, ia menjadikan barang miliknya baik berupa barang
begerak ataupun barang tak bergerak berada dibawah penguasaan pemberi
pinjaman sampai penerima pinjaman melunasi hutangnya.
3
bahwa pegadaian adalah satusatunya badan usaha di Indonesia yang secara resmi
mempunyai izin untuk melaksanakan kegiatan lembaga keuangan berupa
pembayaran dalam bentuk penyaluran dana ke masyarakat atas dasar hukum gadai.
Rukun Gadai
b. Orang yang berakad (Akid) 1). Rahin (orang yang memiliki barang) 2). Murtahin
(orang yang mengambil gadai)
Syarat Gadai
4
1. Orang yang berakad cakap hokum.
2. Isi akad tidak mengandung akad bathil
3. Marhun Bih (Pinjaman). Pinjaman merupakan hak yang wajib dikembalikan
kepada murtahin dan bisa dilunasi dengan barang yang dirahnkan tersebut serta
pinjaman itu jelas dan tertentu
4. Marhun (barang yang dirahnkan). Marhun bisa dijual dan nilainya seimbang
dengan pinjaman, memiliki nilai, jelas ukurannya,milik sah penuh dari rahin,
tidak terkait dengan hak orang lain, dan bisa diserahkan baik materi maupun
manfaatnya.
5. Jumlah utang tidak melebihi dari nilai jaminan
6. Rahin dibebani jasa manajemen atas barang berupa biaya asuransi,biaya
penyimpanan,biaya keamanan, dan biaya pengelolaan serta administrasi.
Berakhirnya Akad Gadai
5
c. Pemanfaatan gadai bebas bunga pada gadai syariah memiliki efek jaring
pengaman sosial karena masyarakat yang butuh dana mendesak tidak lagi
dijerat pinjaman/ pembiayaan berbasis bunga
d. Membantu orang-orang yang membutuhkan pinjaman dengan syarat mudah.
6
tersebut. Dengan mengadakan analisis maka pemimpin mampu menemukan
formula (strategi) yang baik untuk mengarahkan seluruh potensi organisasi, guna
pencapaian tujuan organisasi. Pemimpin seperti inilah yang cerdas dalam
memimpin serta mengarahkan organisasi maju kedepan, dan bukan pada hanya
rutinitas organisasi. Selain itu, kegiatan analisis organisasi juga dapat digunakan
dalam pengambilan keputusan dan pemecahan suatu masalah. Dengan
menggunakan analisis yang menyeluruh dan tepat, maka pemimpin akan tepat
dalam mengambil keputusan serta lebih memberdayakan pelaku-pelaku organisasi.
7
BAB III
3.1 Prespektif
Munculnya praktek gadai syari’ah dikarenakan atas koreksi system gadai
yang telah berlaku lama sejak jaman Belanda. Landasan dalam operasionalisasi
gadai syariah adalah Fatwa Dewan Syariah Nasional nomor: 25/DSN-MUI/III/2002
tanggal 26 Juni 2002 tentang rahn, fatwa nomor: 26/DSN-MUI/III/2002 tentang
rahn emas dan : 68/DSN-MUI/III/2008 tentang rahn tasjily.
8
3. Hasil Penjualan marhun digunakan untuk melunasi utang, biaya
pemeliharaan dan penyimpanan yang belum dibayar serta biaya penjualan.
4. Kelebihan hasil penjualan menjadi milik rahin dan kekurangannya
menjadi kewajiban rahin
3.2 Permasalahan
Dalam menjalankan operasionalnya tentu banyak ditemui permasalahan
dalam pegadaian syariah antara lain:
1. Secara kebijakan, pegadaian syariah saat ini belum mampu terlepas dari
monopoli pemerintah sehingga menutup ruang bagi pihak swasta untuk membuka
usaha gadai syariah.
9
BAB IV
ANALISIS PEMBAHASAN
4.1 Prespektif
Dari landasan syariah yang telah dibahas pada bagian sebelumnya, adapun
mekanisme operasional Pegadaian Syariah dapat digambarkan sebagai berikut:
melalui akad rahn, nasabah menyerahkan barang bergerak dan kemudian Pegadaian
menyimpan dan merawatnya di tempat yang telah disediakan oleh Pegadaian.
Akibat yang timbul dari proses penyimpanan adalah timbulnya biaya-biaya yang
meliputi nilai investasi tempat penyimpanan, biaya perawatan dan keseluruhan
proses kegiatannya.
Atas dasar ini dibenarkan bagi Pegadaian mengenakan biaya sewa kepada
nasabah sesuai jumlah yang disepakati oleh kedua belah pihak. Pegadaian Syariah
akan memperoleh keutungan hanya dari bea sewa tempat yang dipungut bukan
tambahan berupa bunga atau sewa modal yang diperhitungkan dari uang pinjaman.
Sehingga di sini dapat dikatakan proses pinjam meminjam uang hanya sebagai
penarik minat konsumen untuk menyimpan barangnya di Pegadaian.
Transaksi gadai atau rahn terdapat dua akad, yakni, akad rahn dan akad
ijarah. Dikatakan akad rahn, jika akad utang dengan menggadaikan harta sebagai
jaminan utang tersebut. Kedua, diklasifikasikan akad ijarah, apabila penyewaan
tempat dan jasa penyimpanan harta gadai tersebut. Pegadaian yang menyewakan
tempat dan meberikan jasa penyimpanan, sedangkan nasabah yang menyewa
tempat dan jasa penyimpanan. Kedua akad akan ditandatangani sekaligus pada saat
nasabah (rahn) menyerahkan hartanya.
4.2 Permasalahan
Permasalahan yang terjadi di pegadaian syariah muncul karena adanya ke
belum matangan konsep yang ditawarkan dengan realita yang terjadi dilapangan.
Artinya setiap masalah yang ada harus segera diatasi agar kedepannya pegdaian
syariah lebih baik dalam operasionalnya. Pegadaian syariah perlu merekrut orang-
10
orang yang ahli di bidangnya untuk mengembangkan kinerja. Dan juga mungkin
dapat memberikan training kepada para karyawannya. Walaupun berbasis syariah
pegadaiaan juga perlu menerapkan teknologi yang semakin maju ini dalam
operasionalnya. Karena hal tersebut akan mempermudah dan dapat memunculkan
daya tarik tersendiri bagi para masyarakat yang memilih pegadaian syariah sebagai
solusi permasalahan keuangan yang mereka hadapi.
11
BAB V
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Prospek suatu perusahaan secara relatif dapat dilihat dari suatu analisis yang
disebut SWOT, yakni Kekuatan (Strenght), Kelemahan (Weakness), Peluang
(opportunity) dan Ancaman (Threath). Hal-hal tersebut dapat diuraikan sebagai
berikut:
12
b. Adanya peluang ekonomi bagi berkembangnya Pegadaian Syari’ah.
13
DAFTAR PUSTAKA
14