Anda di halaman 1dari 4

Merawat Luka Gigitan Binatang

23.06.2016

Memiliki binatang peliharaan tentunya membawa kesenangan tersendiri, namun kegemaran ini
bukanlah perkara yang tanpa risiko, apalagi saat sudah memiliki buah hati. Bukan tak mungkin
binatang peliharaan kesayangan anda menggigit anak saat bermain bersama. Selama ini orang
tua beranggapan luka gigitan binatang banyak disebabkan oleh binatang liar, akan tetapi
kenyataannya binatang peliharaan lah yang paling sering menyebabkan luka gigitan. Semakin
sering seekor binatang berada dalam lingkungan hidup seorang manusia semakin besar pula
risiko manusia tersebut untuk tergigit.

Pada umumnya terdapat empat binatang yang paling sering menyebabkan luka gigitan pada
manusia yaitu anjing, kucing, tikus dan ular. Sebagian besar kasus (60-90%) luka gigitan
disebabkan oleh anjing, diikuti kucing sebesar 5-15% dan sisanya oleh binatang yang lain.
Komplikasi terberat luka gigitan binatang ini adalah terinfeksi virus rabies pada luka akibat
gigitan anjing dan kucing, serta kematian pada gigitan ular.

Prinsip penanganan luka gigitan binatang

Terdapat 3 prinsip saat menangani luka gigitan binatang yaitu bersikap tenang (tidak panik),
mengenali keparahan luka, dan mencegah luka bertambah parah.Pada saat tergigit, maka baik
korban maupun penolong harus bersikap tenang dan mulai bertindak secara tepat apa yang harus
dilakukan. Ketenangan tentu saja penting dalam menentukan langkah-langkah selanjutnya. Rasa
panik hanya menyulitkan korban untuk bertindak. Sikap pertama adalah jauhi binatang yang
menggigit, kemudian cari pertolongan terdekat, bisa memanggil orang lain disekitarnya yang
bisa membantu dan mencari tempat yang aman. Semuanya ini bisa dilakukan dengan baik kalau
tidak panik. Mengenali keparahan luka juga tak kalah penting dalam menentukan seberapa cepat
pertolongan medis diperlukan, sebagai contoh bila luka robek yang dalam dan kotor, maka tentu
membutuhkan pertolongan segera bila dibandingkan dengan luka gigit yang berupa goresan atau
cakaran dangkal di kulit. Atau luka di wajah atau leher tentu lebih membutuhkan pertolongan
segera dibanding di tungkai. Dalam hal ini tipe luka, lokasi luka dan usia korban tentu jadi
pertimbangan, apakah korban harus segera di bawa ke dokter/rumah sakit atau ditangani lebih
dulu di tempat kejadian. Prinsip terakhir adalah mencegah sedapat mungkin luka bertambah
parah, sebagai contoh luka yang dalam dan menimbulkan perdarahan aktif maka pertolongan
pertama. Luka harus ditekan untuk menghentikan perdarahan, contoh lain luka yang ringan
cukup dibersihkan dengan air mengalir dan diberi cairan antiseptik untuk mencegah terjadinya
infeksi.

Langkah-langkah pertolongan pertama luka gigitan binatang

1. Luka ringan

Jika luka berukuran kecil, tidak dalam, dan tidak menimbulkan perdarahan maka luka dapat
dibersihakan dengan air bersih yang mengalir dan sabun, lalu berikan cairan antiseptik
seperti povidone iodine atau alkohol 70%, kemudian tutup luka gigitan dengan kasa bersih.

2. Luka dalam

Luka ini biasanya berupa tusukan gigi taring atau kuku binatang yang tajam dan umumnya
disertai dengan perdarahan. Oleh karena itu, selain dibersihkan luka juga harus ditekan
sedini mungkin untuk menghentikan perdarahan sambil mencari pertolongan medis.

3. Luka yang terinfeksi

Proses infeksi biasanya timbul setelah 6-8 jam dari awal luka. Oleh karena itu, menjaga
kebersihan luka dalam 6 jam pertama penting dalam pencegahan infeksi. Tanda-tanda
infeksi yang harus dikenali adalah luka gigitan berubah menjadi bengkak, nyeri, kemerahan,
dan bernanah. Apabila menemukan tanda-tanda tersebut segeralah mencari pertolongan
medis. Pada keadaan ini, penggunaan antibiotik mungkin akan direkomendasikan oleh
dokter.

Penanganan Luka Gigitan Khusus

Rabies

Rabies adalah suatu infeksi virus yang ditularkan melalui air liur penderita rabies. Penularan
virus ini dapat terjadi antara manusia-manusia, hewan-hewan, dan juga hewan-manusia. Saat ini,
transmisi virus rabies paling banyak ditemukan antara hewan khususnya anjing dan manusia.
Apabila ditemukan luka gigitan binatang tersangka rabies, maka bersihkan luka dengan air bersih
yang mengalir dan sabun lalu berikan cairan antiseptik. Setelah itu, carilah pertolongan medis.
Pemberian vaksin rabies dan juga serum anti rabies akan dipertimbangkan oleh dokter.

Binatang tersangka rabies:

- binatang liar

- meneteskan air liur dengan lidah terjulur

- mengeluarkan busa

- binatang yang tidak jelas riwayat imunisasinya

Ular

Banyak orang beranggapan bahwa pada luka gigitan ular, luka harus diikat kencang sehingga
bisa ular tidak beredar ke seluruh tubuh melalui pembuluh darah. Mitos lain yang berkembang
adalah bisa ular harus dihisap untuk membuang bisa ular. Cara penanganan tersebut
sesungguhnya tidak dibenarkan dalam literatur. Cara-cara tersebut dapat memperparah
komplikasi terhadap bisa yang sudah masuk ke tubuh manusia.

Apabila luka gigitan berasal dari ular, maka yang perlu dilakukan adalah memindahkan korban
ke area yang aman, melakukan upaya imobilisasi korban (korban jangan banyak bergerak),
posisikan bagian yang tergigit lebih rendah dari posisi jantung, bersihkan luka tapi jangan
dengan air, tutup luka dengan kain yang bersih, dan kalau bisa fiksasi daerah tergigit dengan
bidai untuk mengurangi pergerakan sebelum dibawa ke dokter.

Serangga

Luka gigitan ini biasanya tidak disadari oleh penderita karena ukurannya yang sangat kecil,
keluhan biasanya mulai timbul setelah ada reaksi seperti bengkak dan nyeri. Kemungkinan
infeksi pada luka ini lebih kecil karena jaringan kulit tidak robek selayaknya luka gigitan hewan
lain. Jika menemukan luka gigitan serangga diberikan balsem yang banyak digunakan di rumah
tangga. Bila tidak membaik, periksakan ke dokter.

KAPAN LUKA GIGITAN BINATANG PERLU DIBAWA KE DOKTER ?

1. Luka dengan perdarahan yang tidak berhenti walaupun sudah ditekan


2. Luka lebar dan dalam
3. Luka terinfeksi (membutuhkan antibiotik)
4. Jumlah luka multipel
5. Luka di daerah wajah dan leher
6. Luka kotor
Penulis : Dr. Siti Rayhani Fadhila, BMedSc(Hons.)

Narasumber : Dr. Ari Prayitno, Sp.A(K)

Artikel berdasarkan wawancara dengan Dr. Ari Prayitno, Sp.A(K), Divisi Infeksi dan Penyakit
Tropis Departemen Ilmu Kesehatan Anak, RSCM pada tanggal 13 Juni 2016.

Ikatan Dokter Anak Indonesia

Anda mungkin juga menyukai