Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
ABSTRAK
Kewenangan Pengadilan Tata Usaha Negara adalah memeriksa dan memutus dan
menyelesaikan suatu sengketa Tata Usaha Negara yang diajukan kepadanya, dengan
Pertimbangan hukum yang terdiri dari dua bagian yaitu: pertimbangan mengenai duduk
perkara atau peristiwa/fakta dan pertimbangan tentang hukumnya, yang terungkap di
persidangan. Pertimbangan hukum memuat alasan-alasan atau argumentasi hukum serta
penalaran hukum yang dilakukan oleh hakim. Dalam pertimbangan hukum memuat uraian
tentang korelasi antara fakta hukum yang terungkap di persidangan dengan peraturan
perundang-undangan yang dijadikan dasar dalam surat gugatan. Analisa yang dilakukan
terhadap putusan Pengadilan Tata Usaha Negara Nomor: 074/G/2015/PTUN.SMG, dalam
pertimbanganya telah diuraikan mengenai duduk perkaranya dan telah pula diuraikan
mengenai argumentasi hukumnya. Salah satu argumentasi hukum yang digunakan majelis
hakim adalah referensi hukum atau asas hukum Lex Superior Derogat Lege Inferior untuk
menilai kedudukan Keputusan Bupati Boyolali tentang Pemberhentian dengan tidak
hormat Kepala Desa. Majelis hakim telah mempertimbangkan asas hukum lex superior
derogat legi inferior dan telah menerapkannya dengan mengesampingkan keputusan bupati
tersebut, juga telah pula mempertimbangkan mengenai adanya susunan norma dari teori
Hans Kelsen yang sering disebut dengan stufenbau theory yang diimplementasikan dalam
Undang-undang Nomor 12 Tahun 2011tentang Pembentukan Peraturan Perundang-
undangan.
Kata Kunci: Pertimbangan Hukum, Putusan, Sengketa TUN.
4
Sjachran Basah, 1985,Eksistensi
2
Bambang Sutiyoso dan Sri Hastuti dan Tolak Ukur Badan Peradilan
Puspitasari, 2005, Aspek-Aspek Kekuasaan Administrasi di Indonesia, Alumni,
Kehakiman Di Indonesia, UII Press, Bandung, hal.154.
5
Yogyakarta, hal.16. Satjipto Rahardjo, 2009, Hukum dan
3
Abdullah, 2008, Pertimbangan Perubahan Sosial : Suatu Tinjauan Teoritis
Hukum Putusan Pengadilan, Program Pasca Serta Pengalaman-Pengalaman Di
Sarjana Universitas Sunan Giri, Sidoharjo, Indonesia, Genta Publishing, Yogyakarta,
hal.9. hal.114-115.
32
Serat Acitya – Jurnal Ilmiah UNTAG Semarang
ISSN : 2302-2752, Vol. 5 No. 2, 2016
hukum dan kepastian hukum yang Sistem Peradilan Tata Usaha Negara
tidak hanya untuk rakyat semata membatasi hakim untuk memilih
melainkan juga bagi administrasi antara menyatakan batalnya obyek
negara (badan atau pejabat tata usaha gugatan yakni keputusan Tata Usaha
negara) yaitu adanya keseimbangan Negara yang digugat, atau
kepentingan masyarakat dengan menyatakan keabsahan obyek
kepentingan individu, sehingga sengketa yang digugat tersebut.
dengan demikian keberadaan Menurut Pasal 53 ayat (2) huruf a
Peradilan Tata Usaha Negara dan b Undang-undang Nomor: 9
diadakan dalam rangka memberikan Tahun 2004, perubahan atas Undang-
perlindungan kepada rakyat pencari undang Nomor: 5 Tahun 1986
keadilan, yang merasa dirinya tentang Peradilan Tata Usaha
dirugikan akibat suatu keputusan Negara, mengadili harus
Tata Usaha Negara. mengutamakan ketentuan hukum.
Putusan merupakan suatu pernyataan Ketentuan pasal tersebut secara
hakim sebagai pejabat negara yang lengkap berbunyi:
diberi wewenangoleh undang- Alasan-alasan yang dapat digunakan
undang yang diucapkan di dalam gugatan sebagaimana
persidangan, dan bertujuan untuk dimaksud pada ayat (1) adalah :
menyelesaikan suatu perkara antara a. Keputusan Tata Usaha
para pihak yang merupakan akhir Negara yang digugat itu
suatu proses pemeriksaan perkara bertentangan dengan
yang dilakukan majelis hakim peraturan perundang-
dengan terlebih dahulu dilakukan undangan yang berlaku;
musyawarah berdasarkan ketentuan b. Keputusan Tata Usaha
perundang-undangan.6 Negara yang digugat itu
Pengadilan Tata Usaha Negara bertentangan dengan asas-
memiliki karakteristik khusus. Oleh asas umum pemerintahan
Yos Johan Utama, kekhususan yang baik;
putusan Pengadilan Tata Usaha
Negara dibandingkan dengan putusan Untuk mewujudkan yang demikian
pada peradilan yang lainnya, yaitu itu, menurut Djokosoetono hakim
dalam hal putusan Pengadilan Tata harus berfikir secara yuridis,
Usaha Negara tidak memberikan sistematis dan teratur atau
ruang yang luas dengan segala geordendenken, sehingga setiap
disparitas keadilannya.7 persoalan hukum dapat dipecahkan
secara baik dan benar.8 Sedangkan
menurut Bagir Manan demi
6 keadilan, hakim tidak dibenarkan
Sudikno Mertokusumo, 1998,
Hukum Acara Perdata, Liberty, Yogyakarta, hanya menerapkan hukum sebagai
hal.167.
7
Yos Johan Utama, 2010, Hukum UNDIP Semarang, Badan Penerbit
Membangun Peradilan Tata Usaha Negara Universitas Diponegoro, Semarang, hal.17.
Yang Berwibawa, Pidato Pengukuhan Guru 8
Abdullah, Op.Cit, hal.11.
Besar Dalam Ilmu Hukum Pada Fakultas
33
Serat Acitya – Jurnal Ilmiah UNTAG Semarang
ISSN : 2302-2752, Vol. 5 No. 2, 2016
54