Anda di halaman 1dari 100

Vol l, No.

2, 2011
ISSN: 2089-2578

D EMOKRAS I YAN C;
ADIL DAN SETARA
PEREMPUAN DAN POLITIK

,,':l;

DEPARTEMEN IIMU POLTTIK


FAKUTTAS IIMU SOSIAL DAN IIMU POTITIK
UNIVERSITAS INDONESIA
Jurnal Sroai Pottik diterbitkan oleh Departemen Ilmu Pottik Fakultas Ilmu Sosial Ilmu PoLitik,
Univetsiias Indonesia. Alamat: Departemen Ilmu Pol-itik FISIP UI, I(ampus UI Depok, Gd. B
Lt.2, Depok 1,6424. TeIp: 021-72721.35. Kesekretariatan: Lina Rintis Susanti (+628998859282).
PenanggungJawab: I(etua Departemen Ilmu Politrk FISIP UI. Pemimpin Redaksi: Lwansyah. Dewan
Redaksi: Sri Lestati Wahy'uningrum, Nugtoho Ptatomo, Yolanda Pandjaitan, Dirga Atdiansa, Rosa
Evaquarta, Aisah Putri, Samuel Gultom. Mitta Bestari: Ptof. Dt. Maswadi Rauf, Sri Eko Budi Wardani,
Dt. Chusnul Mar'iyah, Dt. VaLina Singka, Dr, Cosmas Batuban, Edward Aspinal Ph.D, Dr. Richard
DEMOKRASIYANG
Chauvel. Pelaksana Redaksi: L. Rintis Susanti ADIL DAN SETARA

ISSN:2089-2578

Daftar Isi
95
Dari Redaksi (editorial)

97
Bayang-Bayang Afirmasi Keterwakilan Perempuan di Parlemen Indonesia (Aisah Putri
Budiarti)

114
Kewarganegaraan dan Problema Perempuan di Indonesia diantara Persamaarl
Perbedaan dan Pemeliharaan (Nuri Soeseno)

129
Negara dan Buruh Migran Perempuan: Partisipasi Politik Buruh Migran Perempuan
Indonesia dan Kelompok Buruh Migran dalam Kebijakan Perlindungan Buruh Migran
Perempuan Indonesia di Masa Pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (Ana
Sabhana Azmv)

1.44
Perempuan diantara Reformasi Politik dan Reformasi Ekonomi: Peluang Peningkatan
Keterwakilan Politik Perempuan melalui Partisipasi Kerja (Sri Lestari
Wahyuningroem)

158
Representasi Politik Perempuan (Masih) Setengah Hati Analisis Keterpilihan
Perempuan Hasil Pemilu2009 dan Tantangan Advokasi Menuju Pemilu 2014 (Sri Budi
Eko Wardani)

173
Review Buku: Perempuan dan Negara dalam Era Indonesia Modern (Lina Rintis
Susanti)

178
Review Buku: Politik Perempuan Indonesia: Ketika Terang Haruslah Benderang
(Muhammad Ridha)
184
Kolom Penghormatan Prof.Dr. (H.C.) Miriam Budiardjo, M.A.: Membumikan Teori-Teori
Politik (Nugroho Pratomo)

189
Biografi Singkat Penulis

191.
Petunjuk Penulisan Artikel dalam Jurnal "Studi Politik"

Jurnal Studi Politik diterbitkan oleh Departeman Ilmu Politik, Fakultas Ihnu Sosial Ilmu
PolitikUniversitas Indonesia. Jurnal ini dikembangkan dengan tujuan untuk mengakomodir dan
mendiseminasikan tulisan-tulisan ilmiah serta berbagai studi tentang politik kontemporer
termasuk yang bersifat interdisipliner. Jumal ini berusaha mencari, menseleksi dan menerbitan
berbagai tulisan ilmiah populer ataupun ringkasan hasil penelitian yang membahas fenomena
ataupun pemikiran sosial melalui analisis studi politik. Redaksi mengundangpara ahli, sarjana"
praktisi, mahasiswa, dan pemerhati persoalan politik untuk menyumbangkan tutisannya dengan
harapan secara strategis menjadi jalan menginisiasi pembentukan komunitas intelektual kritis dari
kalangan kampus dan luar kampus yang dapat merespon dan menjadi trendsetter dari dinamika
pglitik baik secara akademis maupun praksis. Tulisan dalam Jurnal Studi Politik tidak terbatas pada
paradigma atau ideologi politik tertentu. Redaksi melakukan seleksi dan pengolahan -tiap naskah
yang masuk melalui mekanisme blind review dari para sarjana yang diminta oleh dervan redaksi
guna menyarankannaskah untuk diubaku dipersingkat dan diperbaiki. Redaksi juga mengundang
kiriman sumbangan foto yang dianggap memiliki makna sebagai essay politik dalam bentuk visual.
Dilarang mengutip, menerjemahkan dan memperbanyak, kecuali dengan izin tertulis dari Redaksi.
Editorial

Editorial I Jurnal Studi Politik Vol'1 No.2


"Perempuan dan Politik'

alam realitas politik dewasa ini, Proses politik seolah memiliki dinding besar
di
seluruh dunia, Persoalan yang menghalangi keterlibatan perempuan
eksistensi dan keterwakilan untuk masuk di dalamnya. Dinding besar itu
perempuan di dalam Proses diantaranya adalah nilai-nilai patriarki di
pembuatan kebijakan adalah hal yang dalam wujud budaya dan agama, hambatan
penting. Politik dinormakan secara luas untuk berlapis (multi-burden) perempuan di dalam
mampu melibatkan peran dan partisipasi ruang privat dan publik, dan lainnya.
perempuan pada proses di dalamnya'
Terlebih lagi di dalam sistem demokrasi yang Indonesia sebagai negara yang menyebut
berkembang di banyak negara saat ini, dirinya negara demokrasi, kini memiliki 18%
termasuk Indonesia, Demokrasi perempuan yang duduk sebagai anggota
mengutamakan terwujudkannya kekuasaan legislatif di DPR RI saat ini. Itu adalah porsi
di tangan rakyat, Persoalan struktural yang yang meningkat dramatis dibandingkan
kita temui ketika bicara kekuasaan rakyat periode terdahulu. Suatu kemajuan yang
adalah fakta bahwa tetap ada relasi kuasa dihasilkan dari suatu gerakan menuntut
yang tidak setara diantara unsur-unsur sosial diterapkannya politik afirmatif terhadap
yang ada. Salah satu ketidaksetaraan kuasa perempuan pada praktek demokrasi elektoral
yang serius dan fundamental dalam kita. Keterwakilan di lembaga politik adalah
kebanyakan masyarakat melibatkan posisi satu dimensi dari politik Perempuan yang
dan relasi kuasa terhadap kaum peremPuan. penting untuk terus diperhatikan dan
diperjuangan Perbaikannya. TaPi
Ideal dari kekuasaan yang demokratis adalah keterwakilan bukan soal satu-satunya yang
hadirnya negara Yar.g baik dengan menentukan pencapaian substantif dari
masyarakat sipilnya yang kuat. Peran perjuangan politik perempuan. Keterwakilan
masyarakat sipil sangat penting untuk bisa dan masih sering terjadi terpisah dari
mengawasi kekuasaan negara agar mampu kepentingan nyata dari para peremPuan yang
menjamin kesejahteraan yar.g adil bagi diwakili.
warganya. Peran masyarakat sipil dalam hal
ini tentunya melibatkan keikutsertaan laki- Rendahnya keterlibatan peremPuan di dalam
laki dan peremPuan secara seimbang' proses politik, khususnya dalam hal
Permasalahan yang muncul kemudian adalah pembuatan kebijakan publik, merupakan
masih buruknya keseimbangan peran politik potret konkret yang terjadi di tingkat
antara laki-laki dan perempuan tersebut'

95
Studi Pof itik No. 2, Vol L,2O1.L

masyarakat. Sementara itu, perempuan yang tentang demokrasi dan peran perempuan
melakukan fungsi perwakilan potitik dalam konteks nasional, lokal, bahkan
seringkali masih belum memadai dalam sektoral. Sebuah artikel juga dihadirkan
melawan ancaman diskriminasi dan untuk membahas diskursus
marjinalisasi perempuan. Hal ini terbukti dari keterwakilan perempuan dan politik
banyak bermunculannya kebijakan yang identitas. Resensi atas literatur teoritis terkait
diskriminatif jender di Indonesia. Bentuk politik perempuan juga akan dihadirkan
diskriminasi ini umumnya menjadikan dalam edisi ini. Sementara kolom tribute
perempuan sebagai korban. Kebijakan yang dipersembahkan untuk Miriam Budiarjo
dinilai mendiskriminasikan perempuan itu sebagai contoh perempuan cendekia yang
diantaranya adalah UU Anti Pornografi dan mendedikasikan dirinya untuk membangun
Pornoaksi, UU Kesehatan dan berbagai dasar dan mengembangkan studi ilmu politik
peraturan di tingkat kabupaten / kotaseperti dilndonesia.
Perda Syariah. Dampak kebijakan yang
diskriminatif tidak hanya muncul pada Edisi ini bukan kesempatan terakhir di jurnal
lingkup nasional, namun juga pada lingkup ini untuk mendiskusikan tema-tema
kebijakanlokal. perempuan dan politik, justru besar harapan
Edisi "Perempuan dan Politik" ini akan bahwa edisi ini akan memancing lebih banyak
menelaah konteks demokrasi dan relasinya studi politik terkait perempuan dan politik
dengan peran dan partisipasi perempuan. yang dapat diterbitkan, termasuk melalui
Beberapa artikel di edisi ini mendiskusikan jurnalini.
Aisah Putri Budiatri, Bayang-bayang Afirmasi

Bayang-Bayang Afirmasi Keterwakilan Perempuan


di Parlemen lndonesia

I
Oleh : Aisah Putri Budiatri

Abstrak
Keterwakilan perempuan dalam parlemen memiliki angkn yang rendah, padahal jumlah perempuan hnmpir
sepnruhdari jumlahpenduduk dilndonesia. Ketimpangnnini dipengaruhi olehrendahnyakomitmennegara
untuk menjalankan aksi afirmasi, khususnya dalam prlses pemilihan umum, Aksi Afirmasi merupakan
elemenpentinguntukmeningkntkankursiperempuan diparlemen, HaIini dibuktikan olehkisahsukses dari
negara-negara yeng telah berhasil memasuknn setidaknya 30% perempuan ke dalam parlemen. Pada
dasarnya, aksi afirmasi untuk mendorong keterwakilan perempuan telah dijnlankan Indonesin pada dua
pemilu terakhir (2004 dan 2009) , nnmun tidak efektif .

Kat a kun ci : p arl emen, p emih.t, p e r emp u an, kuo t a, aksi afirmasi.

Abstract
Representation of women in pnrlintnent has a lorn leztel, while the number of women is nearly half of the
population in Indonesia, This inequnlity is fficted by the lack of commitment to running the ffirmatiae
action, particularly related to the electornl process, Affirmation action is an important element for improaing
utotnen's seats inparliament. This is prouedby the success stories of countries thathaaemanaged to inaolae a
minimum of 30% women in pnrlinntettt. Bnsicnlly, ffirmatiae action to encourage women's rEresentation
inlndonesiahasbeenrunningin tlrc lnst titto elections (2004 and2009),butitisnot ffictiae.

Keywords: parliament, election, rLiotttetl , quotn, nffinmtiae action

Pengantar

"Budaya patriarki yang tertqnam ddlant stnktur dan budaya suatu masyarakat mampu
ntengakibarkan keritrtpan gan j ender dalam masyarakat tersebut. "
(Mac donatd. 1999) '

Aisah Putri Budiatri merupakan peneliti dalam Pusa: Pe:-.el:::=:. Po[tik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (P2P
LIPI). Email penulis adalah poe2t-00@yahoo.com

MandyMacDonald,dkk.,JenderdanPerubahanOrgar.rse:: ': r-:iarta:ISISTdanREMDEC, 1999),ha1.1.

97
Studi Politik [\lo. 2, Vol 1, 2011

Sesuai dengan pernyataan tersebut, hal inilah Hingga kini, tuntutan akan partisipasi dan
yang terjadi dalam masyarakat Indonesia. keterwakilan perempuan di parlemen telah
Ketimpangan jender masih dapat ditemukan banyak dilakukan oleh aktivis dan organisasi
dalamberbagai lingkup kehidupan, baik sosial perempuan. Beragam upaya untuk
maupun politik. Salah satu bentuk dari mewujudkan peningkatan keterwakilan
ketimpangan jender tersebut terjadi dalam perempuan pun dilakukan, terutama dengan
struktur lernbaga perwakilan di Indonesia. mengadopsi aksi afirmasi dalam sistem
Berdasarkaan catatan dari BPS pada tahun Pemilu.
2010, darijumlah penduduk Indonesia sebesar
'237.556.363 orang/ jumlah perempuan Apa pentingnya keterwakilan perempuan
sebanyak 118.048.783, hampir berimbang daiarn parlemen?
dengan populasi laki-laki yang berjumlah
119.507.580. Namun demikian, perimbangan Keterwakilan perempuan di DPR RI
jumlah tersebut tidak tercermin dalam merupakanpersoalan sejak lama, bahkan sejak
keterwakilannya sebagai wakil rakyat. parlemen Indonesia terbentuk pertama kali.
Sebaliknya perempuan memiliki proporsi Parlemen sejak masa Orde Lama, Orde Baru,
yang jauh lebih sedikit dibandingkan dengan dan masa pasca reformasi tidak menunjukan
proporsi laki-laki. adanya perubahan dalam jumlah anggota
legislatif perempuan. Jika dihitung secara rata-
Sejak tahun 1955 hingga kini, keterwakilan rala, maka keterwakilan perempuan di
perempuan di Dewan Perwakilan Rakyat Indonesia selama 11 periode adalah 9,9%.
Republik Indonesia (DPR RI) yang tertinggi Berikut merupakan data keterwakilan
baru mencapai 18% (periode 2009-2014). perempuan di Indonesia.
Tabel l
Perernpuan dalam DPR RI1955-2004
Periode Peremouan Laki-Laki
1 955-1 956 17 (6,3%) 272 (e3,7%)
Konstituante 1 956-'1 959 25 (5,1%) 488 (94,9%)
1971-1977 36 (7,8%) 460 (92,2%)
1977-1982 2e (6,3%) 460 (93,7%)
1982-1987 3s B,s%) 460 (e1,5%)
1987-1992 65 (13%) 500 (87%)
1992-1997 62 (12,5%) 500 (87,5%)
1997-1 999 54 (10,8%) 500 (89,2%)
1999-2004 46 (e%) 500 (91%)
2044-2009 61 (11,09%) 489 (88,9%)
2049-2014 101 (18,03%) 459 81,s7%)
.
Sumber: www.kpu.go.id
Rendahnya angka keterrvakilan
perempuan dalam lembaga penvakilan
www.bps.go.id. Diakses pada tanggal 7 Oktober
201L.
rakyat menandakau posrsi tawar
d i und uh cli www.kpu.eo.id pada 23 Mei 2010 puku I
perempuan yang lemah dalam setiap
12.00wIB.

98
Aisah Putri Budiatri, Bayang-bayang Afirmasi

proses pengambilan keputusan, Padahal, jika lembagaparlemen.


mengacu pada angka kependudukan
Indonesia, aspirasi perempuan tentunya tidak Demi melihat kondisi tersebut, Phillips
dapat dipandang dengan sebelah mata. memunculkan bentuk politik kehadiran
Terkait dengan konsep keterwakilan, Anrte sebagai sebuah
Phillips memiliki garis bentuk ideal
p,elempuon hodir di keterwakiran
i;;tr:".11"1:;: dqlam pqrlemen untuk i"jTt:.t'jtjtl
daram dua ,JliJl
keterwakilan politik, membOWl pefUbAhqn menempatkan
yakni politics of idea podo institusi yqng keterwakilan
(politik gagasan) dominqn dengan lqki-laki. secara acak sesuai
i::
politcsof presence(politik komposi si
kehadiran).TeoriAnne kelompok
Phillips menyatakan masyarakat yang
bahwa umumnya pada akhirnya mampu menyalurkan seluruh
keterwakilan politik saat ini merupakan kepentingan kelompok dengan baik.
wujud dari konsep politik gagasan, dimana Menurut Phillips, tidak mungkin kepentingan
wakil politik membawa berbagai gagasan kelompok marjinal dapat tersalurkan jika
atau pemikiran dari orang-orang yang tidak ada, anggotanya yang terlibat dalam
diwakilinya. Namun demikian, dengan parlemen.
diterapkannya sistem pemilihan melalui
partai politik, seringkali para pemilih hanya Dengan demikian, keterwakilan perempuan
memilih berdasar pada partai tanpa lebih dalam parlemen tidak dapat diabaikan.
dekat mengenal dan mengetahui latar Keterlibatan perempuan sebagai agen dalam
belakang calon wakilnya tersebut. Hal ini lembaga perwakilan rakyat untuk mewakili
menjadikan anggota parlemen bukan wakil kepentingan dan kebutuhan perempuan
dari'rakyat, melainkan hanya wakil partai, harus dapat diwujudkan dengan baik.
Selain itu, anggota parlemen seringkali juga Keterikatan hubungan dan karakteristik
tidak menyampaikan kembali seluruh perempuan berdasarkan jenis kelaminnya
pemikiran dan aspirasi yang diperolah dari menjadi hal yang penting dalam proses
para pemilihnya. Mereka lebih sering penyampaian aspirasi perempuan untuk
mengutamakan gagasan komunitas tertentu pembuatan kebijakan ne gar a di parlemen.
yang lekat dengan identitas dirinya, termasuk
jenis kelamin. Hal ini, menurut Phillips, Perempuan hadir di dalam parlemen untuk
berdampak pada dirugikannya kelompok- membawa perubahan pada institusi yang
kelompok minoritas seperti perempuan yang dominan dengan laki-laki. Azza Karam dan
memiliki angka keterwakilan yang rendah di
6
Phillips, Ibid., hal. 2.
7
" Phillips, Ibid.,haI. 5-7.
Arrn" Phillips, The Politics of Presence (New York:
Oxford University Press Inc ., 1998),haI. 1'-2.

99
studi Pof itik No. 2, vol L,Z0LL

Joni Lovenducki meyakinkan bahwa dirinya kompeten agar bisa diterima di


perempuan akan melakukan perubahan kalangan publik laki-laki di dalam partai
dalam empat bidarrg, meliputi politik. Perempuan melebur dengan dikusi
institusional/ pro s edural, representasi, partai dan parlemen yang dilakukan oleh
pengaruh terhadap output dan diskursus. laki-laki di sauna, bar, kasino, dan tempat
Berikut merupakan tabel yang laki-laki biasa berkumpul. Setelah
menggambarkan perubahan yang akan keberadaan perempuan diterima, maka
dibawa oleh anggota parlemen perempuan mereka melakukan perubahan dengan
dalam empat bidang tersebut. menarik perempuan lainnya ke dalam paftai,

Tabel2
Dampak'Perubahan yang diusung oleh Anggota Parlemen Perempuan u

InstusionaV Prosedural Membuat parlemen lebih "ramah perernpuan" melalui


peraturan-peraturan yang memajukan kepedulian jender
lebihbesar.

Representasi Menjamin keberlanjutan perempuan dan meningkatkan


akses ke parlemen, dengan mendorong kandidat-kandidat
perempuan, mengubah Undang-Undang Pemilu serta
memajukan legislasi kesetaraan j enis kelamin.

Dampak/Pengaruh terhadap "Feminisasi" legislasi dengan memastikan sudah


keluaran kebij akan (output) memperhitungkan pada isu dan pelanperempuan.

Diskursus Mengubah bahasa parlementer sehingga perspektif


perempuan menjadi suatu hal yangwajar dan mendorong
perubahan sikap publik terhadap perempuan.

Bentuk perubahan yang dijelaskan oleh


serta mengubah situasi politik Swedia yang
Karam dan Lovenduski itu bukan hal yang
tadinya maskulin menjadi sangat ramah
masih dalam tataran konsep " angarr-angar:-"
terhadap perempuan.
semata. Pada kenyatannya, sudah ada
beberapa negara yang mengalami perubahan
Adanya perubahan dalam Parlemen Swedia
seperti apa yang dijelaskan oleh teori itu.
setelah cukup banyak perempuan hadir di
Swedia menjadi salah satu contoh nyata,
dalamnya, diutarakan juga oleh Brigitta Dahl
dimana kehadiran perempuan dalam
sebagaiberikut:
parlemen telah membawa perubahan institusi
formal wakil rakyat menjadi lebih sensitif
jender. Sekjen Partai Sosial Demokrat Swedia 9 Ani Widyani Soelipto, Politik Perempuan Bukan
Gerhana (Jakarta: Penerbit Kompas, 2005), hal. 230-
menceritakan bahwa telah terjadi perubahan
231.
internal dalam parlemen di Swedia. Awalnya,
perempuan sering kali harus membuktikan

L0
Aisah Putri Budiatri, Bayang-bayang Afirmasi

"Aspek paling penting dari Pailemen kritis yang daPat


sebagai jumlah
Swedin adalah bukan kami mempunyai membantu perempuan untuk
45% wakil perempuan, tetnpi mayoritas memberikan qengaruh yang berarti
perempuan dnn laki-Iaki membawn dalampolitik."
p engalaman sosial mereka ke dalam urusan-
urusan di parlemen... Perempuan tidak Sebagai angka kritis yang perlu dicapai,30%
memiliki perilaku seperti laki-Iaki yang masih jauh dari angka keterwakilan
m emiliki k eku a s aan, I aki -I aki ti d ak m emiliki perempuan saat ini, Merujuk pada tabel 1,
&pa yang dimiliki perempuan seperti ke terwakilan perempuan terting gi hany a 18%

melahirkan anak-annknya. Ketikn pola ini pada periode jabatan parlemen saat ini. Oleh
menjadi norma maka kemudian kami karena itulah, kemampuan perempuan untuk
ntelihat perubahan nyata." Dahl, mempengaruhi pembuatan kebijakan di DPR
o(Birgitta
Ke tu a P arl emen Sw e di n) " Rlpunlemah.

Perubahan dalam parlemen secara efektif Afirmasi menjadi Titik Cerah Keterwakilan
akan terlihat apabila perempuan sudah Perempuan
memiliki posisi tawar yang kuat dalam setiap
proses pengambilan kebijakan. Posisi tawar Demokrasi telah menjadi ideologi yang besar
tersebut erat kaitannya dengan keterwakilan dalam politik dunia saat ini. Oleh karenanya,
perempuan secara kuantitas. Angka 30% pemikiran atas nama demokrasi seringkali
diyakini sebagai jumlah massa kritis (critical mewarnai debat-debat isu politik. Salah satu
mass) yang mampu memberikan dampak bentuk perdebatan yang hingga saat ini masih
dan pengaruh dalam suatu proses ramai diperdebatkan adalah konsep afirmasi.
pengambilan keputusan. Angka 30% sebagai Konsep persamaan manusia yang diusung
critical minority ini sesuai dengan laporan demokrasi kerap kali disalah-artikan dengan
perkembangan. PBB tahun 1'995 yar.g menilai bahwa setiap orang (warga negara)
menganalisa jender dalam pembangunan di harus diperlakukan secara sama, dalam hal ini
77 4 negar a yang menyatakan bahwa : oleh negara. Padahal, setiap orang memiliki
identitas dan pengalaman yarrg berbeda,
"Meskipun benar tidak ada hubungan termasuk berdasarkan perbedaan jenis
nyata yang terbentu.k antara tingkat kelaminnya. Sebagai contoh, untuk terjun ke
partisipasi perempuan dalam dalam dunia politik, perempuan harus
lernbaga-lembaga politik dan berjuang lebih keras dibandingkan laki-laki.
kontribusi mereka terhadap kemajuan Hal itu dikarenakan perempuan telah lekat
perempuan, 30% keanggotaan dalam dengan konstruksi perannya di ruang privat
lembaga-lembaga politik dianggap

11 .Tanpa penulis, Keterwakilan Perempuan di


Lembaga-Lembaga Nasional yang Anggotanl'a
Dipilih melalui Pemilu: Perbedaan-Perbedaan dalam
Praktek Internasional dan Faktor-Faktor vang
10 AzzaKaram,, Op.cit.,hal. 21
Mempengaruhi (IFES, tanpa tahun), hal.1

101
studi Politik No. 2, vol 1, 2011

perubahan dalam sistem


PEI
pembuatan kebijakan. Sifat
l"E
sementara kuota perlu dit
digaris-bawahi, karena adi
apabila kelompok yang ket
mendapatkan hak kuota ata
tersebut telah mampu Rv
mengatasi hambatan
Pel
diskriminasi untuk masuk
Ar
parlemen, maka kebijakan
(4:
kuota pun dihapuskan.
ha
ke
minimal,
Selain batas kuota
bentuk afirmasi lain yang
digunakan untuk
mendorong terpenuhinya
dan bukan publik, sementata aktivitas politik keterwakilan perempuan di parlemen adalah
dikenali sebagai kegiatan di ruang publik. reserved seat dan zipper system. Reserved seat
adalah penetapan jumlah kursi yang harus
Terhambatnya perempuan masuk ke dalam ditempati oleh perempuan secara minimal,
arena politik menjadi alasan mengaPa dalam hal ini 30% setiap daerah pemilihan
perempuan berhak atas aksi afirmasi.^- Aksi harus diwakili oleh perempuan. Contohnya,
afirmasi menjadi salah satu kunci untuk daerah A yang memiliki jatah 3 kursi di DPR,
membuka peluang perempuan masuk ke maka satu kursinya harus diisi oleh
dalam institusi politik formal, khususnya perempuan. Apabila daerah B memiliki jatah 5
parlemen. Dengan demikian, angka kursi maka dua kursinya harus diisi oleh
keterwakilan perempuan pun nantinya dapat perempuan. Jika jatah kursi yang harus
terdongkrak naik. Salah satu bentuk afirmasi diambil oleh perempuan tidak terisi, maka
yang paling umum digunakan untuk kursi tersebut harus dikosongkan dan tidak
meningkatkan keterwakilan peremPuan boleh terisi oleh laki-laki. Sedangkan zipper
adalah penetapan kuota minimal30%. Kuota svstern ditujukan untuk memastikan agar
minimal digunakan sebagai alat pendorong perernpuan dan laki-laki secara selang-seling
sementata agar keterwakilan suatu kelompok tertulis dalam daftar, sehingga ada
yang sebelumnya termarjinalkan dan representasi yang imbang antara kedua jenis
terdiskriminasi menjadi terpenuhi, dengan kelamin itu dalam daftar pencalonan.
begitu mampu memberikan pengaruh dan
Aksi afirmasi telah terbukti menjadi cara
ef ektif untuk meningkatkan angka
keterwakilan perempuan di parlemen. HaI itu
12 Istilah afirmasi berasal dari Bahasa Inggris yakni
ditandai dengan terpenuhinya representasi
affirmation yang berarti penegasan.
Aisah Putri Budiatri, Bayang-bayang Af irmasi

em Lima negara yang memiliki keterrvakilan


perempuan minimal 30% dalam lembaga
ifat perempuan dalam parlemen terbanyak di
legislatif di beberapa negara berkat
rlu dunia saat ini, seluruhnya telah menerapkan
diberlakukannya aksi tersebut. Hingga saat ini,
)na aksi afirmasi. Sementara itu, dari 26 negara
ada24 negara di dunia yang telah memenuhi
rng yang memenuhi minimal 30% keterwakiian
keterwakilan perempuan dalam parlemen di
ota perempuan di parlemen, hanya terdapat
atas angka 30%. Posisi pertama ditempati oleh
pu
Rwanda dengan 56,3% keterwakilan empat negara yang tidak memberlakukan aksi
an afirmasi. Keempat negara itu diantaranya
perempuan, lalu secara berturut-turut diikuti
,',|.
)uN
Andorra (53,5%) di posisi kedua dan Swedia Andora, New Zealand, Belarus dan Kuba.
(an
(45%) di posisi ketiga. Sementara Indonesia Berikut merupakan data atas sistem politik dan
hanya berada pada posisi dengan aksi afirmasi yang diadopsi oleh 26 negara
,ke-64
keterwakilan perempu an18% . yang memenuhi angka minimal 30%
ral, keterwakilan perempuan.
rng
uk Tabel3
l.ya Sistern Politik dan Aksi Afirmasi yang Diadopsi oleh 26 Negara dengan Keterwakilan
lah Perempuan Tertinggi di Dunia (di atas 30% keterwakilan perempuan)
,eat
Jumlah
Sistem Pemilu Aturan Afirmasi Negara yang mengaplikasikan
rus Negara
Sistem Aturan persamaan hak 1 Angola
.al, Proporsional politik perempuan dan
ran dengan daftar laki-laki
Reserved seal 2 Rwanda, Arqentina
ya, Jaminan partai untuk kuota 17 Rwanda, Swedia, lslandia.
PR, (30-50%) caleg perempuan Belanda, Finlandia, Nonvegia
Angola, Argentina, Belgia,
Ieh Denmark, Costa Rica, Spanyol,
The F.YR of Macedonia,
h5
Ekuador, Burundi, Guyana,
leh Afrika Selatab
Jaminan partai untuk kuota 1 Swedia
rus (30-50%) pengurus parpol
rka - perempuan
Sanksi melanggar kuota lslandia, Argentina. Belgia, Costa
lak Rica, Spanyol, The FYR of
Macedonia
Per
Terdapat partai perempuan 1 lslandia
gar Sistem Tidak ada aksi afirmasi 1 Anciora, Ner,v Zealano
i.g kombinasi
proporsional
da dan suara
terbanyak
nis
Jaminan paftai untuk kuota 1 Jerman
30% caleq perempuan
Sistem suara Tidak ada aksi afirmasi 2 Belarus, Kuba
terbanyak
ata Reserved seat 3 Nepal, Uganca, United Republic
of Tanzan a
ka Jaminan partai untuk kuota 1 Nepal
itu (30-50%) caleg perempuan
lt^^^
Sanksi melanqqar kuota 1

"asi
Surnber: cliolah dari data IDEA.

13 www.ipu.org yang dunduh padatanggalT


Oktober 2011.

103
Studi Politik No. 2, Vol 1, 2011

Berdasarkan sistem pemilu di atas, terdapatlT


dan kuota menjadi kolaborasi sistem yang
negara menggunakan sistem proporsional
dipercaya paling mampu menjamin
dengan daftar, 5 negara dengan sistem suara
masuknya perempuan dalam parlemen,
terbanyak dan hanya 3 negara dengan sistem
sesuai dengan suksesnya 17 negara yang
kombinasi. 1,7 negara dengan sistem
sudah memberlakukan sistem tersebut. Sistem
proporsional tersebut seluruhnya
proporsional dengan daftar dinilai memiliki
mengelaborasikan aksi afirmasi berkisar dari
sifat kompetisi yang lebih "rarrrah" bagr
angka minimal 30% hingga 50%. Berbeda
perempuan dalam persaingan politiknya
dengan \7 negara tersebut, negara dengan
dengan laki-laki dibandingkan sistem lainnya
sistem kombinasi dan sistem suara terbanyak
yang memiliki sifat kompetisi secara terbuka.
tidak sepenuhnya mengadopsi aksi afirmasi
Hal itu penting, mengingat perempuan masih
dalam sistern pemilu dan politiknya. Hanya
memiliki hambatan besar memasuki dunia
Jerman dengan sistem pemilu kombinasi yang
politik dibandingkan laki-laki, mulai dari
menggunakan jaminan kuota 30% caleg
" start" berpolitik yang berbeda, pandangan
perempuan. Sementara, terdapat Nepal,
perempuan sebagai warga negara kelas dua,
Uganda dan Tanzania yang menggunakan
hingga situasi perempuan yang memiliki
aksi afirmasi reserved seat dalam sistem
beban berlipat (beban privat, publik,
Pernilunya. Dengan demikian, kolaborasi
komunitas),
sistem proporsional dengan daftar dan
kuotalah yang rnendominasi negara-negara
Afirmasi Separuh |alan untuk Keterwakilan
berketerwakilan perempuan tertinggi di
Perempuan dalam Parlernen Indonesia
dunia.

Telah dijelaskan sebelumnya bahwa angka


Sesuai dengan gambaran data tersebut, maka
keterwakilan perempuan di Indonesia masih
aksi afirmasi terbukti efektif untuk
jauh dari harapan terpenuhinya g0%.
rnendorong angka anggota legislatif
Berdasarkan hasil dari Pemilu Legislatif di
perempuan di Parlemen. Namun demikian,
tahun 2009, angka keterwakilan perempuan
aksi afirmasi tidak bekerja sendiri untuk
yang rendah terjadi di setiap tingkat, baik
meningkatkan keterwakilan perempuan,
nasional, provinsi maupun kabupaten/ kota.
tetapi disertai oleh sistem pemilu yang

Tabel4
Keterwakilan Perempuan DPR RI, DPRD Provinsi, dan DPRD Kab/Kota periode 2A09-2014
Parlemen o/o keterw
tkilan peremp uan %o keterwakilan lakilaki
DPR RI r8% 82%
DPRD Provinsi 16% 84%
DPRD Kota/Kabupaten r2% 88%
Sumber: Diolah oleh PUSKAPOL FISIP UI'6

diberlakukan oleh negara tersebut. Hingga Rendahnya keterwakilan perempuan di


saat ini, sistem proporsional dengan daftar parlemen dari hasil Pemilu 2009 bukan Karena
aksi afirmasi tidak diadopsi dalam regulasi

10
Aisah Putri Budiatri, Bayang-bayang Afirmasi

:tmilu. Undang-Undang Pemilu No. 10 Tahun parlemen. Aksi afirmasi hanya bekerja sampai
Fang
-:tl8 sudah mengakomodasi aksi afirmasi ke tahap pencalonan dan tidak sampai pada
min --€rupa sistem zipper dan kuota minimal. tahap keterpilihannya di parlemen. Ketiadaan
nen/ ).amun demikian, aksi afirmasi itu tidaklahh sanksi pun menjadikan aksi afirmasi tersebut
lang .:-
enjamin secara utuh keterwakilan tidak sepenuhnya dijalankan oleh parpol. Dari
;tem :.rempuan. Justru sebaliknya, aksi afirmasi 24 partai yang terdaftar dalam pemilu 2004,
riliki :: asih separuh jalan diberlakukan. hanya 15 partai yang memenuhi syarat kuota
bagi
dengan menempatkan 30% atau lebih dari3)%
:nya
'.1erujuk pada sejarah keterwakilan caleg perempuan dalam kandidat DPR RI.
ll1ya rerempuary aksi afirmasi baru diterapkan oleh Itupun, sebagian besar kuota dipenuhi oleh
uka. -idonesia pada Pemilu tahun 20A4 dan 2009. partai-partai kecil yang kesempatan
asih
-belumnya, di masa Orde Lama dan Orde Baru terpilihnya di dalamDPR RI saatitu rendah.
rnia ',955-1997), aksi afirmasi belum dikenal dan
dari :iadopsi dalam sistem pemilu. Pasca reformasi, Persoalan tidak terpenuhinya kuota
gan : imana sistem demokrasi bergulir pencalonan 30% perempuary diperburuk lagi
Iua, renggantikan pemeritahan Orde Baru yang oleh penempatan calon legislatif (caleg)
itiki -enderung otoriter, aksi afirmasi mulai diusung perempuan pada nomor urut bawah. Tercatat
lik, -.leh gerakan aktivis dan organisasi perempuan. dalam Daftar Calon Tetap (DPT) Pemilu 2004,
-untutan agar aksi afirmasi diakomodasi dalam hanya 9,1,7% caleg perempuan yrng
--IJ Pemilu pun berbuah hasil dengan adanya ditempatkan pada nomor urut satu dan pada
lan -<etentuan tanpa sanksi agar partai politik nomor urut dua 16,8% darj 100% caleg
:arpol) peserta Pemilu mengajukan calon perempuan yang dicalonkan parpol. Padahal,
:nggota DPR dan DPRD dengan mayoritas anggota legislatif yang terpilih di
gka :'remperhatikan sekurang-kurangnya 30% DPR RI pada Pemilu2}} berasal dali calon di
rsih :erempuan. Hal tersebut sesuai dengan isi UU nomor urut satu dan dua. Berikut merupakan
\o/
J /O.
?emilu No. 12Tahun2003 pasal 65 ayat1,. tabel yang memperlihatkan anggota DPR RI
di
2004-2009 yang terpiiih berdasarkan nomor
1an l{etentuan kuota calon yang tidak mengikat urutnya.
aik .ersebut hanya bekerja separuh jalan saja untuk
l, rendorong tingkat keterwakilan perempuan di
Tabel5
Jumlah Anggota DPR RI 20A4-20A9 Berdasarkan Nomor Urut Pencalonan dalam Pemilu 2004

1 I 405 73.6%
2. 2 r04 r9%
3. 3 )z 53%
4. 4 6 t%
a
ol 5. 5 J 0,604
Ina
Sumber: Data diolah dari data Komisi Pemiihan Umum (KPU) mengenai Penetapan Perolehan
asi iumlah Kursi Partai Politik dan Calon Terpilih Anggota Dewan Perwakilan Rakyat dalam
Pemilihan Umum Tahun2004.

105
Studi Politik No. 2, Vol L,2OLL

Sesuai dengan UU Pemilu yang berlaku pada


akhirnya menempatkan caleg perempuan
Pemilu 2004 (UU Pemilu No.12 tahun 2003), hanya pada angka terbawah dalam kelipatan 3
maka caleg terpilih ditetapkan berdasarkan yakni untuk nomor urut 3, 6 dan 9. Namun
aturan nomor urut. Hal ini memiliki demikian, jika tujuan dilakukarmya zipper
konsekuensi bahwa caleg dengan nomor urut system ini berhasil, maka sekurang-kurangnya
kecil memiliki kesempatan yang lebih besar terdapat satu perempuan dari tiga anggota
untuk masuk menjadi anggota legislatif. Oleh legislatif yang terpilih
karena itu, penempatan caleg perempuan
pada "nomor urut sepatu" dalam daftar Pada dasarnya, meski aksi afirmasi ini tidak
pencalonan parpol menjadi kelemahan dari menjamin secara mutlak keterwakilan
Pemilu 2004 tersebut. Hal itu kemudian perempuan di parlemen, tetapi memiliki
dijadikan dasar bagi para aktivis dan pengaruh terhadap upaya pencalonan
organisasi perempuan, termasuk anggota perempuan. Parpol telah berupaya untuk
legislatif perempuan dalam parlemen, untuk meningkatkan keterwakilan perempuan
mendorong perubahan penerapan aksi dalam daftar pencalonan mereka hingga
afirmasi dalam sistem Pemilu periode mendekati atau bahkan memenuhi kuota
seianjutnya. minimal30% dengan minimal satu perempuan
di antara tiga calon, Diakui oleh banyak parpol,
Berkaca dari pengalaman Pemilu 2004, bahwa ketentuan kuota minimal 30%
kemudian diterapkan zipper system pada UU perempuan telah mendorong mereka untuk
Pemilu 2008 dengan mengharuskan parpol mencari caleg perempuan, dan hal ini secara
menyertakan sekurang-kurangnya satu caleg nyata terlihat dari adanya peningkatan
perempuan diantara tiga caleg yang keterwakilan perempuan dalam daftar caleg
dicalonkan pada nomor urut. Hal ini DPRRIberikutini.

Pemilu 2009
Lembaga Parlemen
f Caleg ! o/o
Caleg ?

DPR RI 2501 32,3Vo 3894 J4,7 oA

Sumber: KPU Pusat "


dilakukan untuk menghindari kegagalan Meski data total di atas telah memenuhi angka
perempuan masuk ke dalam parlemen karena 30% kuota, narnun hal tersebut belum berarti
selalu ditempatkan di nomor urut ban ah dan bahwa seluruh parpol peserta Pemilu
tidak menjadi calon parpol yang rnemenuhi ketentuan angka minimal tersebut.
diprioritaskan. Meskipun sudah diterapkan Pada Pemilu DPR RI di tahun 2009, dari
zipper system 1:3 dalam Pemilu 2008, tetapi sembilan partai politik (parpol) besar hanya
masih terdapat beberapa parpol yang enam palpol yang telah memenuhi kuota 30%

10
l\fr sa h Futri ts u d catrt, EaXra n g-baya ng; l\r-il Hn.n asE

tuan
:an 3
:nun
!.,per
.nYa
'>^t^
.
-uLa

,idak
ilan
-liki
lan
-iuk
, _1an E
' .. _'_a.;

. J CJA
Itr*
Jta ii€= ii'
. .-an
'-.o1,
-.11calonan perempuan yakni Partai tidak memenuhi kuota minimai 30% adalah
,)%
'crnokrat, PDIP, Golkar, PKB, Flanura, dan PAN, PPP dan Partai Gerindra. Berikut data
:uk
.{S. Sementara itu, tiga partai lainnya yang angka yang menjelaskan keadaarr tersebut"
_ lra
- -d | |

leq
'-o Tabel7
l'erbanc{iriiga"m j'tane$ana e{ana lllersentase ea{on f-eglslatif elam .Anggota [,egis]atif Fe:r*:iiirpta;rrir
-DF'IR
i,.rdra- nlemrilLr 200q di liRf iierg:ila[a Eerdasarl<am Senrbilan Fartai Eesar Perneala"ng ]llerin:[f u

.-i
r
No" l:]i Piirrroi
lV* irr,r-rr.i -{r..r, (*{ilpnr
ii JurYr. C:rle[], ?

rt.. 2l.a J -) . --) -.)


-,
a)

Piiill t,1 3:i.i90.c

i''i- l 192 30 .i)',r'r';

4 PiiJi Ii4 ;l I I ii('r,


"

1l;\ ]ri l'11 :.!l i- l' ',

PITP 135 ,-r).,'i)./0

- P. Gcrindra 1r2 . t fi.9,:;


tl
u

a. P. Fliiitulit l8(; .i 1,,,r,

i) 1\Il C'
-i l'rr) ),i 5 )i.l /','it

Ln'.ber: I(PU Pusat I{I

1.07
Studi Politik No. 2, Vol 1, 20L1

Disamping data n"lengenai pemenuhan 30% pada nomor tiga dan kelipatannya. Banyak
n-Linirnal caleg perempuan dalam daftar munculnya caleg perempuanpada nomor tiga
pencalonan, perlu juga diperhatikan dan enam pada data di atas memperlihatkan
efektifitas ketentuan sistem zipper. Berikut bahwa parpol seringkali meletakan
merupakan daftar pencalonan DPR RI perempuan pada opsi nomor urut terakhir
berdasarkan nomor urut bagi perempuan di untuk sistem zipper tersebut. Parpol
sembilan partai besar. umumnya mencalonkan satu caleg
perempuan di nomor tiga, sementara nomor

Tabei 8
|trmlah Penernpatan Calon Legislatif Ferernpuan Berdasarkan Nomor Urut pada Pernilu 2009
di DPI{ RI Terpilah Berdasarkan Sernbilan I'artai Besar Pemenang Pennilu

Palpol 4 2 3 4 c o 7 8 9 ZII
PD 15 21 4A '. 14 16 14,, 7
ke;
.t-
tla
PG 12 13 42 :11 12 13 q
lte
PDIP 2 26,38 18 '21 15.1 13
T-
be
PAN 10
A6
lo tc nr\
10 10 10 11 ter
PKS 2 '26 1 41 18 23 17 ,:,,
q

PKB '10 14 13 6 71 2

PPP 42
IJ 19 16 13 $:2
P Gerindra AA
IJ '16 3 3 10 5
P. Hanura ?'1
L \J a,
!rt- 12 ,. 10 I 10

Sumber': clata tliolah dali clata I(PU Pusat


urut satu dan dua tetap ditempati oleh laki-
ulnlrn, tertlapral f-,ertrL.ahan sikap
Secara laki. Hal ini berbeda dengan makna aturan
parpol dalarn nrerlertrl-.atkan caleg sistem zipper yang diatur Undang-undang,
PefemPUall t{ tl,rrrl .i ai r,tl tt()tttol rtrut p;1q-1,1 dimana setidaknya terdapat minimal satu
Pemilu 2009 dil,alidin,:l.il Peililtr 2001 perempuan diantara tiga calon. Artinya, caleg
Pencalonarr pacla Pemiir-r ltltlg, caleg peremprlan sangat dimungkinkan lebih dari
peretnpuan suclah rlilrerikan posisi-l-rosrsr diantara ttga calon yang ada, serta bisa
satr,r
pada nomoL uLut aias, Hal ini n-Leur.rnjukat-L juga drtempatkan pada nomor urut satu dan
bahwa legulasi sistem zipper men-rihki c1r-t a,

pengaruh baik bagi peselta pemilu. Narnun


demikian, tabel di atas jr-rga rnenurrjukan \leskil-rtu-r kuota pencalonan 30% dan sistem
bahwa parpol rnasih mernenuhi pencalonan zippel cr.rkup rnampu mempengaruhi
minimal satu caleg pe1'elnpuan di antara tiga l.errcalonarl perempuan, namun nyatanya aksi
S
caleg dengan kernungkinan yang paling afilmasi itu pr-rn hanya rnampu berfungsi 2
minimal, yakni meletakan caleg perempuan sepalul-r jalan. Aksi afirmasi itu terbukti belum
Aisah Putri Budiatri, Bayang-bayang Afirmasi

irga efektif rneningkatkan keterwakilan Meski aksi afirmasi telah diberlakukan pada
perempuan. Upaya tersebut digagalkan oleh dua periode pemilu terakhir, namun tidak
digantikannya sistem proporsional nomor efektif untuk meningkatkan keterwakilan
urut dengan sistem suara terbanyak. Di perempuan. Pembuat kebijakan pun dianggap
penghujung tahun 2008, Mahkamah tidak sungguh-sungguh untuk mengadopsi
Konstitusi melalui judicial review aksi afirmasi tersebut dalam sistern Pemilu.
memutuskan bahwa Pemilu 2009 akan Walau aksi afirmasi ini telah diakomodasi
menggunakan sistem suara terbanyak karena dalam regulasi Pemilu, namun pertentangan
sistem proporsional dinilai bertentangan terhadap aksi afirmasi ini masih terus bergulir.
dengan nila.i-nilai demokrasi. Dengan Hanya Partai Golkar yang konsisten
perubahan itu, aksi afirmasi dalam regulasi mendukung aksi afirmasi untuk kenaikan
Pemilu akan berakhir tanpa hasil. Sistem keterwakilan perempuan di parlemen sejak
zipper yang difungsikan untuk meningkatkan Pemilu 2004 hingga Pemilu 2009. Berikut
kemungkinan terpilihnya caleg perempuan merupakan detil gagasan kebijakan afirmasi
dari nomor jadi tidak dapat dijalankan ketika dan sikap parpol yang menyertainya pada
pemenang pemilu tidak lagi dipilih Pemilu2004dan2009.
berdasarkan nomor urut tetapi suara
terbanyak.
Tabel9
Sikap Partai Potitik terhadap Gagasan Kebijakan Afirmasr

1 . 'Rekrutmen SETUJU: FPG, FKB


,;politik TOLAK: FPP,
FR, FTNI, FPBB, FKKI
ABSEN; FPDIP, FPDU
2 Kepengurusan SETUJU: FPG SETUJU: FPG, FKB, FPAN
partai TOLAK: FPDIP, FPPE FKB TOLAK: FPDIP, FPD, FPKS,
FR, FTNI, FPBB, FKKI, FPDU FPBR, FPDS
ABSEN: FPPP. FBPD
e iReserved SETUJU: tidak ada
:Seat TOLAK: semua partai
4 Pencalonan SETUJU: FPG, FKB SETUJU: FPG, FKB, FPAN
TOLAK; FPDIP, FPPP, FR, TOLAK: FPDIP, FPD, FPKS,
FTNI, FPBB, FKKI, FPDU FPDS
ABSEN: FPP
5. 'Formula SETUJU: FPG, FPDIP, FBPD
,calon terpilih TOLAK FPPR FPD, FKB,
,BPP + no FPAN, FPKS,FPDS
' urut

Sumber: Didik Supriyanto, "Kebijakan dan Strategi Peningkatan Keterwakilan Perempuan Pemilu
201,4" yang disampaikan dalam seminar pa dalanggal29 Septembe r 201'0 .

109
Studi Politik No. 2, Vol 1, 2011

Rendahnya dukungan parpol terhadap upaya


salah satu parpol saja yang kuat dan berani Pr
Peningkatan angka kehadiran perempuan di
mengadopsi konsep tersebut, bisa sangat In
parlemen melalui aksi afirmasi menjadi faktor
menguntungkan. Oleh karena itulaku sikap
yang sangat penting. Tanpa dukungan parpol
partai besar di Indonesia terhadap aksi Pr
di dalam DPR RI, maka regulasi yang afirmasi perlu diperhatikan dan didorong kt
komprehensif mengenai aksi afirmasi tidak
lebih kuat agar sensitif terhadap adanya Ir
akan dapat terwujud. Parpol besar di kebutuhan afirmasi ini. dr
Indonesia dapat menjadi pelaku potensial
a!
untuk mendorong.penerapan aksi afirmasi. Potensi parpol besar sebagai pelopor kt
Hal itu dapat dilakukan terutama oleh dukungan aksi afirmasi ini diperkuat oleh te
beberapa partai besar yang dominan di DPI{ RI
angka keterwakilan perempuan yang saat ini S(
s ep erti Partai D emokrat (24,8 %), PDIP (21,,5 %),
memang banyak berasal dari parpol besar. p,
dan Partai Golkar (16,5%). Apabila ketiga Hampir secara merata angka tertinggi P
partai tersebut, responsif terhadap keterwakilan perempuan di DPR RI, DPRD r
rekomendasi aksi afirmasi, maka mereka
provinsi dan DPRD kabupaten/kota p
mampu mendorong terciptanya bentuk disumbang oleh tiga paftai, meliputi Partai bt
^!

afirmasi yang secara utuh menjamin Demokrat, PDIP dan Golkar. Hal ini
keterwakilan perempuan di parlemen. menandakan bahwa caleg perempuan di T
Kemudiaru parpol besar tersebut itu pun
ketiga partai tersebutlah yang paling mampu P
mampu mendorong parpol lainnya untuk juga
mendorong aksi afirmasi, mengingat jumlah n
mendukung upaya tersebut.
mereka yang paling tinggi diantara yang lain. p
Berikut merupakan data mengenai d
Di negara-negara yang sangat akomodatif
keterwakilan perempuan berdasarkan partai sl
terhadap kesetaraan dan keadilan, partai-
di DPR RI, DPRD provinsi dan DPRD d
partai politik besar lah yang memelopori
kabupaten /kota. p
penerapan aksi afirmasi. Hal ini kemudian
P
diikuti oleh pdrpol yang lain. Intinya, blla
a
Tabel l0 n
Keterwakilan Perempuan di DPR RI, DPRD Provinsi dan DPRD Kabupate4/Kota S

E
)
U

c
t,

Sumber: Diolah oleh PUSKAPOL FISIP UI, 201,0


Aisah Putri Budiatri, Bayang-bayang Afirmasi

Penutup: Tindak Lanjut Aksi Afirmasi di Indonesia, sehingga caleg nomor satu dan dua
Indonesia dinilai representasi terbaik. Selain itu, nomor
jadi mempengaruhi psikologis caleg dan
Perjuangan aksi afirmasi untuk menjamin pemilih. Caleg akan lebih mudah
keterwakilan perempuan di parlemen memperkenalkan diri dan memudahkan
Indonesia belum usai. Sebaliknya, dapat konstituennya untuk mengingat dan
dikatakan masih pada titik awal. Bentuk aksi memilihnya.
afirmasi di Indonesia harus dipikirkan
kembali, kiranya apa pilihan yang paling Kedua, memastikan ketentuan kuota minimal
tepat diterapkan untuk pelaksanaan Pemilu 30% dalam setiap regulasi terkait dengan
selanjutnya di tahun 20L4, Mengingat peta pelaksanaan Pemilu dan partai politik. Telah
politik pada Pemifu 2009 lalu mengalami dijelaskan sebelumnya, bahwa tidak dapat
perubahan di tengah jalan hingga dipungkiri ketentuan kuota minimal 30%
mengacaukan penerapan aksi afirmasi, maka untuk pencalonan perempuan dalam Pemilu
perlu diperkirakan metode afirmasi yang 2004 dan 2009 memiliki pengaruh yang
strategis menjamin keterwakilan peremPuan. signifikan. Parpol menjadi cukup giat untuk
memasukkan perempuan ke dalam daftar
Terdapat sejumlah rekomendasi untuk calory yang serta merta menandakan adanya
pelaksanaan kebijakan afirmasi guna lpaya membuka peluang perempuan untuk
meningkatkan angka keterwakilan berpolitik. Hal ini berdampak baik terhadap
perempuan. Pertama, mendorong usaha meningkatkan keterwakilan perempuan
diterapkannya sistem zipper secara selang- dalamparlemen.
seling laki-laki dan perempuan (1:2) dalam
daftar calon setiap parpol. Sistem zipper ini Ketentuan kuota sepatutnya tidak hanya
perlu diberlakukan dalam sistem Pemilu apa mengatur pencalonan dalam Pemilu saja,
pun, baik itu sistem proporsional, kombinasi namun juga mengatur sistem yang ada dalam
ataupun suara terbanyak. Hal ini penting, parpol. Keterlibatan minimal 30% perempuan
mengingat keterpilihan caleg dalam Pemilu dalam parpol harus diatur sejak dari pendiri,
sangat ditentukan oleh nomor urut. Tidak rekrutmen kader, pengurus, dan pengambil
hanya Pernilu 2004 dengan sistem kebijakan partai di setiap tingkatan partai dari
proporsional daftar saja yang pemenangnya tingkat pusat hingga tingkat terendah.
didominasi olehcalegbernomor urut satu dan Umumnya, caleg yang berasal dari pengurus
dua, tetapi hasil Pemilu 2009 dengan suara partai dan orang-orang berpengaruh terhadap
terbanyak juga memiliki hasil yang sama. partailahyang ditempatkan di nomor urut jadi.
Ketiga, menerapkan aksi afirmasi dengan
Tabel di atas menggambarkan bagaimana disertai sanksi atau bentuk penghargaan.
nomor urut menjadi faktor yang penting Sejauh ini, seluruh bentuk aksi afirmasi tidak
untuk keterpilihan seseorang dari Pemilu di disertai dengan sanksi yang tegas, sehingga
Indonesia. Adapun alasan mengapa banyak parpol seringkali melakukan pelanggaran atas
konstituen memilih caleg nomor jadi yakni ketentuan afirmasi. Sebagai contoh, partai
dikarenakan peran parpol yang penting di pelanggar kuota tidak mendapatkan sanksi
Studi Politik No. 2, Vol 1, 2011

hukum atas tindakannya, selain diumumkan sistem pemilu yar.g belum secara pasti
di media massa yang sedikit berpengaruh terskema untuk Pemilu mendatang memang
terhadap parpol. Selain itu, terkait dengan menjadi persoalan yang merintangi
ketentuan kuota dalam sistem partai, maka perjuangan meningkatkan jumlah caleg
UU No.2 Tahun 2008 sudah memiliki sistem perempuan ini. Namun begitu, mengacu pada
sanksi bagi parpol yang tidak menyertakan pengalaman Pemilu sebelumnya, maka besar
30 % minimal perempuan dalam pendirian dan kemungkinan keterwakilan perempuan akan
pembentukan parpol. Sanksi itu berupa meningkat jika ketiga bentuk afirmasi itu
penolakan pendaftaran parpol sebagai badan diterapkan. Perjuangan meningkatkan
hukum. Namun yang menjadi pertanyaan keterwakilan ini bukanlah perjalanan yang
adalah, bagaimana sanksi diberikan bagi singkat. Oleh karena itu, aksi afirmasi harus
parpol yang telah tercatat sebagai badan terus diperjuangkan.
hukum, apakah pencabutan hak dapat
diberlakukan atau tidak hal tersebut tidak
diatur. Sanksi inipun dinilai terbatas, karena DaftarPustaka
tidak dilekatkan pada aturan kuota minimal
lain seperti aturan 30% minimal pengurus Buku
PeremPuan. Donald, Mandy Mac, dkk. Jender dan
Perubahan Organisasi. Yogjakarta: ISIST
Untuk mengikat lebih kuat parpol dalam danREMDEC,T999.
upaya menjalankan aksi afirmasi maka sistem Phillipxford University Press Inc. ,1998.
sanksi ini perlu diwujudkan. Namun Karam, Azza, dll. ("d-). Perempuan di
demikiaru sudah dapat dipastikan bahwa Parlemen: Bukan Sekedar Jumlah, Bukan
aturan mengenai sanksi ini akan mendapatkan Sekedar Hiasan. Jakarta: Yayasan Jurnal
banyak pertentangan dari partai. Oleh karena Perempuan dan IDEA,1-998.
itu, solusi yang dapat dilakukan yakni Soetjipto, Ani Widyani, Politik Perempuan
menggantikan bentuk sanksi ini
dengan Bukan Gerhana. Jakarta: Penerbit
memberikan penghargaan kepada partai y ang Kompas, 2005.s, Anne. The Politics of
memenuhi ketentuan afirmasi. Bentuk Presence. NewYork:O
penghargaan yang diberikan dapat berupa
perolehan pembiayaan dana partai dari Naskah Tidak Terpublikasikan
pemerintah yang lebih besar, jaminan untuk Tanpa penulis, Keterwakilan Perempuan di
dapat menjadi peserta pemilu periode Lembaga-Lembaga Nasional yang
selanjutnya meski tidak memenuhi angka Anggotanya Dipilih melalui Pemilu:
parliamentary threshold dan electoral Perbedaan-Perbedaan dalam Praktek
threshold, dan lain-lain. Intemasional dan Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi. IFES, tanpa tahun.
Ketiga, aksi aJirmasi tersebut merupakan Wardani, Sri Budi Eko, dkk. Analisis
bentuk afirmasi yang strategis dengan situasi KuantitatiJ Keterpilihan Perempuan di
politik di Indonesia saat ini. Rendahnya DPR dan DPRD Hasil Pemilu 2009:
dukungan parpol terhadap aksi afirmasi dan

t1
Aisah Putri Budiatri, Bayang-bayang Afirmasi

Executive Summary. Naskah tidak Supriyanto, Didik, "Kebijakan dan Strategi


diterbitkan,2010. Peningkatan Keterwakilan Perempuan
ngi Budiatri, Aisah Putri, Ringkasan Laporan Pemilu 20'L4", naskah seminar pada
aleg Penelitian Perempuan dan Politik tanggal 29 September 201 0.

ltnada (Sistem Kuota dan Zipper System)


besar Studi: Keterwakilan Perempuan pada
t akan Pemilu Legislatif 2009 di DPR RI, DPRD Internet
ri itu Kota Banda Aceh, DPRD Kota Solo, www.bps.go.id
ltkan DPRD Kota Pontianak, DPRD Kota www.kpu.go.id
yang Mataram, dan DPRD Kota Minahasa www.ipu.org
harus Utara. Jakarta: Women Research www.suaramerdeka.com
Institute dan .International
Development Research Centre (IDRC),
201.0

dan
TSIST

:r di
ukan
rrnal

)uan
rrbit
:s of'

ndi:
I

ang
nilu:
ktek
'an8

lisis
ndi
009:

113
Studi Pof itik No. 2, Vol L,ZOI.L

Kewarganegaraan dan problema perempuan di lndonesia


Di antara Persamaan, perbedaan dan pemeliharaan

Abstraksi

Kewarganegaraan meniadi sebuah tema dan isu besar dalam politik setelah persaingan
di antara blok Barat
Qiberalisme/kapitalisme) danblokTimur (sosialisme/komunisme) berakhir ilengan runtuhnya rezim Komunis
di negara-negara Eropa Timur. Kewarganegaraan menjadi perhatian para teoritisi
politik Feminis yang
dtpelajari secarT kritis dan diaiukan sebagai alternatif terhadap konsepsi kewarganegaraan
arus utama.
Diskursus kewarganegaraan perempuan terakhir mengacu pada model kewarganegaraan
yang berwazaasan
'
iender Perubahan-perubahan ini berdampak dalam kebiiakan bagi warganegara di berbagai negara. Artikel
ini membahas kemungkinan konsepsi keruarganegaraan dalam perspektif
feminis yang dapat dipergunakan
untukmemqhamiproblema dan tantanganyang dihadapi olehperempuan
dilndonesiasaatini.

Kata kunci: ruang publik (public sphere), ruflng priaat (priaate sphere), eksklusi (exclusion),
inklusi
(inclusion), persamaan (equality), perbedaan(diference), pemeliharaan (care),liberal
(liberat), republik sipit
(ciail rEublican), j ender (gender).

Citizenship has become an important theme and issue in politics affer the
competition betzneen the Eastern
(liberalism/capitalism) and Western (socialism/communism)
blocks was oaer - marked with the
Communist regimes in Eastern European countries. Citizenship has attracted
fal of the
feminist political theorists.
They explored the theme ffitically and propose alternatioes to the classical
citizenship theories. In recent
discourse the oientation on womefl citizenship has changed, it moaes
towards a gender perspectiae. Thia
article argues the possibility of the heorieson citizenship to shed some lights to the problems and
feminist
challenges facedby women in Indonesia now davs.

BiografiPenulis
Pengajar di Departemen Ilmu Politik FISIP-U. Mengajar sejumlah mata kuliah
antara lain:
Pemikiran Politik Kontemporer, Politik Identitas dan Kewarganegaraan,
Nasionalisme dan
Kewarganegataan' Perempuan dan Pembangunan Politik. Aktif dalam berbagai
kegiatan
pendidikan politik bagi organisasi masyarakat sipil, anggota dewan pendiri dan koordinator
Nuri Soeseno, Kewarganegaan dan Problet r"r"tpr"n
;

pelatihan dan riset dalam organisasi pemantau pemilu bebas UNFREL (1998-1999) dan organisasi
untuk reformasi pemilihan umum CETRO (1999-2004), anggota kelompok pengajar Universitas
Indonesia yang mengangkat isu-isu sensitif bagi perempuan di kampus. Penulis buku
Kewargane garaan:Tafsir, Tradisi dan Isu-isu Kontemporer (2010).

Pengantar Konsep kewarganegataan di Indonesia sudah


di dalam konstitusi. UUD 1945
ditegaskan
Membicarakan kewarganegaraan yang mendefinisikan dengan jelas siapa
berwawasan perempuan seperti warganegara dan menuliskan apa saja hak-hak
membicarakan sebuah gagasan pada tingkatan warganegara. Pendefinisian kewarganegaraan
yang sangat abstrak. Meskipun persoalan sebagaimana tertuang dalam UUD 1945 selain
kewarganegaraan seringkali muncul di ruang merefleksikan konsep kewarganegaraan pada
publik, pembahasan mengenai gagasan masa itu juga merupakan hasil kompromi
kewarganegaraan modern belum umum di minimal para penyusun konstitusi pada
antara praktisi maupun akademisi sosial periode itu. Oleh karena itu masih sangat jauh
politik di Indonesia. Oleh karena itu dapat dari tafsir kontemporer kewarganegaraan
dimengerti jika pembicaraan mengenai masa kini. Hingga kini belum tampak vpaya
kewarganegaraan perempuan masih belum serius untuk meng'update' dan menghadirkan
tersentuh dalam diskursus politik publik. konsep ini sebagai sebuah kenyataan dalam
Sementara itu di banyak rLegara, khususnya kehidupan kemasyarakatan dan kenegaraan
negara-negara dimana demokrasi telah mapan masa kini. UUD 1945 diterima sebagai hasil
dan kesejahteraan warganegara telah kompromi berbagai kelompok dan
berkembang dengan baik, isu kepentingan yar.g berbeda pada saat
kewarganegaraan secara umum dan pembentukan negara. Oleh karena UUD L945
kewarganegaraan yang ramah terhadap terkait erat dengan pembentukan republik ini,
perempuan secara khusus telah menjadi upaya untuk mempertanyakan isinya
bagian dari diskursus publik. Bagi dikhawatirkan dapat menyinggung eksistensi
kebanyakan orang di Indonesia, republik. Ini artinya jika kita mempersoalkan
kewarganegaraan dimaknai sebagai status dan mempertanyakan konsepsi
semata sebagaimana tercantum di dalamUUD kewarganegaraan yang tercantum di dalam
1945.' konstitusi maka ditaf sirkan sebagai
mempersoalkan dan mempertanyakan
eksistensi negara Republik Indonesia. Dengan
adanya pandangan sedemikian,
1 Sebagaimana tercantum dalam UUD 7945'
kewarganegaraan tidak pernah dibicarakan
kewarganegaraan diartikan sebagai status dari
lebih lanjut kecuali sebagai sebuah status bagi
mereka yang dilahirkan oleh orangtua yang orang-orang yar.g secara hukum dipandang
penduduk asli Indonesia. Kewarganegaraan dengan
sebagai warga resmi dalam negara Indonesia,
demikian diartikan sebagai cara-cara/ syarat, atau dan hak-hak yar'g dimiliki sebagai
proses mendapatkan status warganegara.
warganegara.

115
Studi Politik No. 2, Vol 1, 2011

Artikel ini berusaha membahas problema dan sudah diterima sebagai sebuah kenyataan SE

tantangan yang dihadapi perempuan di 'v


yang tidak lagi asing. Namun, bagaimanakah
Indonesia dalam kerangka kewarganegaraar. ses un I guhny a teoritisi-teoriti s i :e
berperspektif feminis. Berbagai perubahan kewarganegaaan feminis membaca berbagai Tll

yang terjadi di dunia umumnya dan di fenomena aktivitas dan kehadiran perempuan :
X(
Indonesia khususnya berdampak pada semua tersebut dan dapatkah kita menggunakan Nt
penduduk, termasuk perempuan. Dalam dua tafsir mereka untuk memahami lr,
dekade terakhir telah terjadi banyak kewarganegaraan perempuan di Indonesia
perubahan atau perkembangan baik ekonomi, pada saatini?
sosial, politik dan kebudayaan dalam 't..-
Ni

masyarakat di negeri ini. Secara ekonomi Jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tr,


perempuan semakin terserap ke dalam tersebut akan dikelompokkan ke dalam tiga le
perekonomian modern dan global. Semakin tema. Pertama, tafsir ilmuwan politik feminis SC

jamak terlihat perempuan di kota dan wilayah mengenai kewarganegaraan arus utama dan SE

urban bekerja di pabrik-pabrik, pasar-pasar dampaknya terhadap perempuan. Kedua, SC

tradisional maupun modern, di dunia hiburan beberapa alternatif pendekatan 1..


Nt

dan jasa pelayanan serta pekerjaan di sektor kewarganegaraan berperspektif perempuan LU

inJormal lainnya. Selain itu, dengan gencarnya mengikuti logikapergeseran dari konsepsi ol
I

arus globalisasi maka semakin terbuka kewarganegaraan perempuan ke konsepsi I


kesempatan bagi perempuan untuk bekerja di kewargane garaar. jender.Ketiga, fenomena la;

luar negeri meskipun sebagian besar dari perempuan pekerja di Indonesia saat ini b{
mereka terserap ke dalam pekerjaan domestik. dalam perspektif teoritis kewarganegaraan ut
Peran sosial politik perempuan semakin Perempuan. t^
LE

tampak baik dalam kegiatan-kegiatan di rfl


r-
dalam organisasi masyarakat sipil maupun Kewarganegaraan dalam Perspektif Umum il

dalam organisasi kepartaian. Perempuan dan Kritik Feminis I lt

tidak lagi hanya melayani atau menjadi


"kernbang" dalam sebuah kegiatan. Dua hal penting menjadi perhatian khusus T:
Perempuan jrga terlibat dalam penulis dalam upaya memahami konsepsi dr
merencanakan, membangun jaringan, dan kewarganegaraan yang berlaku di suatu fi i

menjadi pelaksana kegiatan-kegiatan sosial negara. Pertama, kewarganegaraan lii


politik. Dalam bidang kebudayaan, kehadiran merupakan konsepsi yang bersifat K
perempuan tidak lagi dapat dipisahkan dari "kontestabel". Kedua, dalam konteks sosial kt
kegiatan-kegiatan yang ada di dalamnya, politik dan historis yang berbeda, maka dt

Perempuan telah banyak uang menjadi konsepsi kewargane garaan yang diterapkan ot
penulis buku, produser film, bintang film, berbeda pula. Kewarganegafaan umumnya id
koreografer dan "emprisario" pementasan- dipandang sebagai sebuah konsep yang netral dl
pementasan besar, mencipta dan dan merupakan bagian yang tidak terlepas m
menyelenggarakan kegiatan kebudayaan, dari keberadaan sebuah negara modern. T)l
-
tidak lagi hanya sebagai penonton. Kewarganegaraan secara umum diartikan
Keterlibatan aktif perempuan di ruang publik sebagai sebuah keanggotaan penuh dalam

11,
Nuri Soeseno, Kewarganegaan dan Problem Perempuan

sebuah komunitas politik (negara), hak-hak, warganegara yang ideal. Konsepsi republik
"benefits" dan kewajiban yang sama pada sipil mengutamakan pembentukan komunitas
semua anggota, serta keterlibatan dalam politik, menekankan ikatan di antara
proses sosial, ekonomi dan politik di dalam warganegara yang menjembatani perbedaan
komunitas. Taf sir terhadap konsepsi agama, kelas dan kebudayaan. Warganegara
kewarganegaraan menjadi berbeda dalam yang ideal dalam konsepsi republik sipil
tradisi ideologi politik yang berbeda' Jika adalah "the soldier" dar. "political animal"
dalam tradisi liberal hak-hak individual yang berpartisipasi aktif di wilayah publik.
warganegara lebih menonjol daripada Konsepsi ini sangat menekankan "k'ebaikan
kewajiban-kewajibannya, maka di dalam bersama" yang diekspresikan dalam
tradisi republik sipil kewajiban warganegara "kehendak bersama" dan menganggap buruk
lebih diutamakan. Sementara itu tradisi kepentingan individu. KonsePsi
sosialis memandang partisipasi atau peran kewarganegaraan komunitarian merupakan
serta yang sederajad di antara semua warga satu versi kewarganegaraan republikan yang
sebagai unsur yang sangat penting. Konsepsi dikembangkan mengikuti tradisi
kewarganegaraan modern memiliki beberapa komunitarianismg menekankan solidaritas
unsur penting, yaitu status formal yang diatur dalamkomunitas.-
oleh hukum, hak dan kewajiban yang melekat
dalam status tersebut, persamaan dan 2 Pernbagian atas tiga konsepsi kewarganegaran ini
paftisipasi dalam melaksanakan kehidupan dapat dibaca dalam Birte Siim, Gender and
bersama dalam sebuah politi (negara). Dengan Citizenship, Politics and Agency in Ftance, Britain
and Denmark (Cambridge: Cambridge University
demikiary dalam gagasan kewarganegaraan
Press, 2000). Ada penulis lain yang membagi
terkandung makna status, identitas, dan konsepsi ke dalam 4 tipe dengan menambahkan
praktek yang terdapat di dalam hubungan di konsep kewarganegaraan komunitarian, dan ada
antara sesama warganegara dan di antara yang hanya membaginya ke dalam dua:
negara dengan warganegaranya. kewarganegaraan liberal dan republic
sipil.Meningkatnya perhatian pSda gagasan
republik sipil merupakan reaksi terhadap pengaruh
Tiga konsepsi kewarganegaraan yang
yang dominan dari diskursus politik neoJiberal dan
dominan berkembang mengikuti pembelahan neo konservatisme sejak 1980an. Selain konsepsi
tiga ideologi politik yang dominan, yaitu republik sipil ada satu versi kewarganegaraan
liberalisme, sosialisme dan republikanisme. republikan lain yang dikembangkan mengikuti
Konsepsi liberal menekankan hak-hak dan tradisi komunitarianisme, sering disebut sebagai
kebebasan individu dari hambatan-hambatan konsepsi kewarganegaraan komunitarian. konsepsi

atau intervensi ne gara, dan warg ar.egat a y ar.g


inimenekankan solidaritas dalam komunitas.
Ketegangan diantara gagasan ideal tentang
otonom merupakan gagasan warganegara kebaikan bersama dan perkembangan pluralisme
ideal. Konsepsi sosialis (sosial liberal yang budaya, heterogenitas dan perbedaan
dianut oleh negara-negara demokrasi sosial) meningkatkan perhatian pada komunitarianisme.
menekankan hak-hak sosial sebagai ibid., hal 25-26. Bacajuga Ruth Lister, Citizenship,
Feminist Perspective, (London: MacMillan Press,
prakondisi bagi kesetaraan politik, dan
1997\
" warganegara pekerja" merupakan gagasan
Studi Politik No. 2, Vol 1, 2011

la:a ilmuwan sosial politik feminis dalam visi feminis liberal, pekerjaan ln
r..engkritisi gagasan kewarganegaraan arus pemeliharaan yang dilakukan oleh p,
utama yang universal tersebut. Menurut perempuan di ruang privat dipergunakan m
mereka, gagasan yang menyatakan bahwa sebagai basis kewarganegaraan sosial. be

ker,t'arganegaraan bersifat netral, berlaku Sementara di dalam diskursus republik sipil, P(


sama bagi perempuan maupun laki-laki warganegara yang baik adalah warganegara \-:
sebenarnya hanya menyelubungi terjadinya yang aktif dalam komunitas politik nasional n(
ketidakadilan yang dialami oleh perempuan (ruang publik). Visi feminis dalam tradisi ini le
dalam praktek kewargane garaan. Penekanan adalah partisipasi perempuan di dalam ke

pada hak dalam konsepsi liberal membuat perpolitikan sebagai warganegara republik ul
peran perernpuan sebagai ibu dan istri yang baik. Menurut para feminis, laki-laki bisa P,
dipakai menjadi basis kewarganegaraar. melaksanakan kewajiban kewarganegaraan di p€

sosial. Lalu bagaimana dengan perempuan ruang publik karena adanya aktivitas ke

yang bukan ibu atau bukan istri? Penekanan perempuan di ruang privat. Dalam diskursus
kehendak belsama dalam tradisi republik demokrat sosial, warganegara yang baik Kr
atau komunitarian menyebabkan nilai atau adalah yang berpartisipasi dalam masyarakat Pr
aturan yang berlaku di masyarakat dan sipil dan sebagai pekerja; warganegara, baik m
didomrnasi oleh orientasi laki-laki menjadi laki-laki maupun perempuan, dengan Si
nilai dan aturan yang diberlakukan bagi demikian didorong untuk berkarya di ruang in
perempuan. Sementara itu, tradisi sosial yang publik. 1,
Nt
,

dilaksanakan dalam negara demokrasi sosial r-


memberi tempat besar bagi partisipasi politik Birte Siim, seorang ilmuwan kewarganegaraan m
perempuan tapi perempuan tidak feminis, di dalam studi bandingnya mengenai
mempunyai kekuasaan karena kekuasaan kewarganegaraan perempuan di tiga negara
yang terdapat di wilayah ekonomi masih Eropa (Perancis, Inggris, dan Denmark)
didominasi oleh laki-laki. menemukan persamaan dan perbedaan di
ketiga negara dengan sistem perpolitikan yang
Kritik feminis lain terkait dengan dimensi berbeda tersebut. Dalam kajiannya Siim
privat dan publik. Dengan penekanan yang membandingkan perpolitikan dan
berbeda-beda, ketiga tradisi kewarganegaran "keagenan" perempuan di tiga negara Eropa
menjunjung gagasan pemisahan wilayah tersebut. Hasil kajiannya di ketiga negara
publik dan privat dan menempatkan tersebut memperlihatkan adanya perbedaan
perempuan serta keluarga di wilayah privat.
Pemisahan di antara wilayah publik dan
privat yang sedemikian ini berdampak pada .3 Siim,Op.cit

dikonstruksikannya kewarganegaraan 4 Konteks yang dimaksudkan disini adalah sejarah


nasional, institusi-institusi dan kebudayaa. Dalam
berdasarkan perbedaan jenis kelamin dan
ketiga hal tersebut melekat nilai-nilai dan norma-
dieksklusikannya perempuan dari wilayah
publik. Dalam diskursus liberal misalnya, norma yang membentuk sistem jender yang
dinamis.Keagenan dimaknai sebagai kemampuan
gagasan warganegara yang baik dikaitkan
dengan wilayah privat. Oleh karena itu, individual atau kolektif untuk mempengaruhi

11
Nuri Soeseno, Kewarganegaan dan Problem Perempuan

n makna kewarganeg raan perempuan karena kajian ini Siim melihat terjadinya
eh perbedaan kontekstual. Meskipun pengekslusian perempuan (dari ruang publik)
menjalankan politik kewargane gar aan y ar.g dan penginklusian mereka (di ruang privat)
.l berbeda-beda, Siim mengatakan, terdapat sebagai salah satu poin penting memahami
il, persamaan di antara ketiganya. Persamaan ketidakadilan terhadap perempuan. Konsepsi
a yang dimaksud adalah kuatnya (nilai dan republik sipil yang diadopsi di Perancis
norma) laki-laki yang melekat di lembaga- menekankan netralitas kewarganegaraan.
tnl lembaga, diskursus-diskursus dan kebijakan- Kebijakan kewarganegaraan yang netral
m kebijakan. Selain itu dia juga melihat adanya
fender) ini berdampak pada pengekslusian
lil. upaya-upay4 yar.g muncul dari "keagenan" perernpuan dari arena perpolitikan. Inggris
perempuan untuk mempengaruhi yang menerapkan kewarganegaraan liberal
perpolitikan serta melakukan perubahan sangat menekankan hak-hak warganegara.
kelembagaan. Penekanan peran perempuan sebagai ibu dan
istriserta pemberian hak-hak berdasarkan
ik Ketidakadilan dialami perempuan dalam peran-peran tersebut justru menimbulkan
^+ praktek kewarganegaraan dan upaya ketidakadilan jender. Denmark
ik mengatasinya harus dilakukan. Menurut merepresentasikan model demokrat sosial
n Siim, ketidakadilan ini dapat dilihat di dalam yang berhasil menginklusikan perempuan
interaksi di antara diskursus-diskursus dan kedalam politik berdasarkan peran mereka
kelembagaan-kelembagaan. Upaya sebagai wargane gara perempuan.
perbaikannya harus dilakukan dengan cara Konsekuensi yang muncul dari praktek
mengangkat keagenan perempuan.- Melalui kewarganegaraan sedemikian adalah adanya
jurang antara representasi politik dan
kekuasaan. Pembedaan kewarganegaraan di
k) perpolitikan dan kebijakan pada tingkatan atas adalah jawaban atas pertanyaan penting
di pembuatan keputusan. Keagenan juga merupakan mengenai siapa yang dieksklusikan dan siapa
g
o penghubung di antara politik dan sosial, dan yang diinklusikan dalam kewarganegaan
m diantara kewarganegaraan politik dan dilihat dalam hubungan diantara dirnensr
n kewarganegaraan sosial. Baca Birte Siim, "Politics privat dan publik. inklusi dan eksklusi jender
Matters, Gender and Citizenship in France, Britain ini harus diangkat ketika berbicara tentang
and Denmark", paper y arrg dipresentasikan dalam kewarganegataan.
Workshop on Labor Marginalisation/Exclusion
and Caring, Working Group Gender Issues, "Politic matters", demikian kata praktisi dan
Wissenschaft ssforum, 24-25 Nov ember 2000 ilmuwan fem.inis, mengandaikan peran dan
5 Keagenan perempuan merupakan sebuah konsep
yang melihat perempuan tidak semata-mata
sebagai korban yang tidak berdaya dari sebuah yang aktif berperansertadi dalam kerangka
sistem politik, sosial, maupun budaya.Perempuan perpolitikan ya bng berlaku, baik di masa lalu
ag
_'o maupun pada saat ini.Dalam konsep keagenan ini
perlu dilihat sebagai 'agen' yang memiliki
kemampuan untuk membuat pilihan dan terkandung kemampuan untuk melakukan
mengembangkan dirinya; sebagai warganelara transf ormasi.Baca Lister, op.cit., hal. 36-39

119
Studi Politik No. 2, Vol 1,2011

partisipasi laki-laki di ruang publik dapat Gagasan Kewarganegaraan Feminis dalam


terjadi karena adanya peran dan fungsi Perpolitikan Masa Kini
perempuan di ruang privat. Para ilmuwan
politik feminis akan dengan tegas Ilmuwan feminis berusaha menawarkan
bahwa karena pe pemeliharaan dalam sejumlah gagasan kewarganegaran yang
keluarga dan rumah tangga yang dilakukan dipandang bisa memberikan rasa nyaman dan
perempuanlah maka laki-laki bisa berperan keadilan bagi perempuan. Pertanyaan yang
serta secara bebas diajukan sebelum berbagai
dalam politik dan di usulan muncul adalah
rqang publik. Diskursus politik, seperti
" apakah kewarganegaraan
Diskursus politik, bersifat jender?" Ilmuwan
diskursus sosial budayo
seperti diskursus sosial feminis memberikan jawaban
umumnyo, sarot dengan "ya" atas pertanyaan tersebut.
budaya umumnya, nilai dan normo yqng
sarat dengan nilai dan Mereka kemudian meneliti,
menempotkon perempudn
norma yanS mempelajari dan
menempatkan
di .ruong domestik, mendekonstruksikan berbagai
semento ra laki-laki berkaryo
perempuan di ruang gagasan kewarganegaraan
domestik, sementata
di "luor" (boca: ruang
arus utama dan menawarkan
publik).
laki-laki berkarya di konsepsi kewarganegaran
"11)at" (baca: ruang berperspektif jender.
publik). Pemaknaan
politik sebagai aktivitas yang terkait dengan Para ilmuwan feminis, bdik liberal maupun
kekuasaan negara dan organ-organrrya telah republik sipil, kemudian berupaya
membuat kewarganegaraafl menjadi tidak menafsirkan kembali makna jender dalam
netral. Hak-hak politik dalam konsepsi kewarganegaraan. Upaya pemaknaan kembali
kewarganegaraart, misalnya, diartikan kewarganegaaan dengan menggunakan
sebagai hak untuk berpartisipasi dan perspektif jender (regendering) dilakukan
menduduki jabatan-jabatan dalam organisasi dengan cara memusatkan perhatian pada
atau institusi pelaksana kekuasaan, hak untuk partisipasi politik dan mengangkat fungsi care
bersuara atau mengeluarkan pendapat dan (pemeliharaan) sebagai kewajiban
sebagainya. Politik dalam konsepsi ini kewarganegaraan. Menurut Ruth Lister ada
diasosiasikan dengan wilayah (publik) tiga tipe pendekatan kewarganegaraan
dimana perempuan dieksklusikan. Dengan berperspektif feminis: (1) Netralitas Jender; (2)
kajian perbandingan di tiga negara ini, Siim Perbedaan Jender; (3) Pluralisme Jender. Jika
mengembangkan apa yarlg disebutnya teori debat diantara pendekatan pertama dan kedua
feminis kewarganegaraan kontekstual. mencerminkan diskursus tentang persamaiu:r
Dengan teori ini maka upaya untuk (equality) dan perbedaan (difference),
mempelajari kewarganegaraan perempuan di pendekatan ketiga mencerminkan gagasan
berbagai ne1ara dapat dilakukan tanpa terikat pluralitas sosial, budaya danpolitik.
pada satu model sistem politik tertentu.

1n
L1
Nuri Soeseno, Kewarganegaan dan Problem Perempuan

Debat-debat pro-kontra diantara Para satu dimensi (maternalis), mengkonstruksikan


pendukung gagasan pertama dan kedua segregasi norma kewargane Saraar.
mendorong munculnya pendekatan ketiga' berdasarkan perbedaan jenis kelamin dan
Pendekatan pertama Pada PokoknYa mengabaikan keanekaragaman perempuan.
mengatakan peremPuan sama dengan laki- Menurut konsepsi ini, p rtisipasi dan
1aki, dimana perempuan harus mendapatkan aktivitas kewarganegaraan Perempuan
kesempatan yang seperti laki-laki di diperhitungkan berdasarkan peran dan sifat
6sama
dalam masyarakat, Representasi perempuan keibuan. Oleh karena itu konseP
di parlemen dan dalam pemerintahan atau di ini dianggap eksklusif dan
kewarganegaraar.
dalam pasax kerja adalah persoalan menimbulkan ketidakadilan. Mary Dietz
persamaan dan keadilan. Penekanan pada mewakili ilmuwanI feminis yang mengkritisi
persamaan ini menuai kritik tajam yang pendekatan ini.' Kontradiksi diantara
mengatakan pendekatan ini tidak pendekatan persamaan dan pendekatan
mempromosikan kepentingan atau cara-cara perbedaan, dengan kata lain, merupakan
perempuan berpolitik. Pendekatan ini kontradiksi diantara kewarganegaraan
membuat perempuan menjadi sama seperti berdasarkan prinsip pekerja bayaran dan
laki-laki dan mengadopsi nilai-nilai atau cara prinsip "keibu an" (motherin g).
pandang laki-laki yang mengutamakan
kompetisi dan keadilan. Salah satu ilmuwan Ada sebuah variasi pendekatan perbedaan
yang mengkritisi pendekatan ini adalah Carol tetapi yang non-maternalistis. Pendekatan ini
Pateman. mempromosikan gagasan pemeliharaan (care)
dan etika pemeliharaan (ethic of care) yang
Pendekatan kedua menekankan pengalaman tidak terkait dengan peran sebagai ibu
dan kepentingan peremPuan yang berbeda. Menurut kelompok ini perhatian pada hal-hal
Perbedaan ini bersumber pada peran dan sifat yang bersif atprivat, yang terkait dengan niiai,
keibuan perempuan, "IbtJ" (motherhood) kemampuan, pehamanan dan Praktek-
merupakan wujud perbedaan. Pendekatan ini praktek pemeliharaan, dapat meningkatkan
dikritik sebagai usaha menciptakan manusia praktek kewarganegaraarr Publik'
Perpolitikan yang berbasis komunitas C.-rrL
bersifat inJormal biasanya merupakan arena
praktek kewarganegaraan denrikiar-r.
Perjuangan untuk persamaan hak-hak perempuan
dan laki-laki pada tahapan ini mengikuti pola
gerakan sosial baru yang memperjuangkan anti Ruth Lister menjelaskan mengenai kontradiksi cli
diskriminasi ras. Perjuangan persamaan hak bagi antara tuntutan persamaan dan perbedaan dalam
kelompok orang dengan warna kulit (ras) yang kewarganegaraan perempuan dalam tulisannva
berbeda menerapkan prinsip 'color blind', kaum berjudul " Diiemmas in Engendering Citizenship",
feminis pada tahapan ini mengambil model yang dalam buku Barbara Hobson, ed., Gender and
sama dengan menerapkan prinsip 'gender blind' Citizenship in Transition, (London: lr'lac\'1i1lal,
untuk persamaan hak antara perempuan dan laki- 2000), hal.33-60
laki.

121
studi Pof itik No. 2, Vol L,20LL

Sejumlah ilmuwan dan aktivis feminis kini memiliki banyak posisi lewat berbagai L
berupaya untuk memasukkan konsep care diskursus direduksi kedalam satu posisi saja^ p
sebagai bagian dari hak kewarganegaraan. bisa berupa kelas, ras ataupun jender.'" rr
Hak pemeliharaan adalah hak untuk Menurut Lister, Mouffe menaruh perhatian nr
menerima dan untuk bisa menjalankan pada kewarganegaraan sebagai praktek dan Ir
kegiatan pemeliharaan. Hak yang diperlukan sebagai identitas politik bersama dari orang- 1.
Nl

oleh orang-orang yang sakit, orang tua orang yang mungkin terlibat dalam berbagai b,
(jompo), orang cacat dan anak-anak. usaha yang mandiri dan dengan konsepsi u
Konsekuensi kebijakan yang muncul dari hak kebaikan yang berbeda-beda tetapi yang diikat IT
ini antara lain diberikannya bayaran pada kedalam satu identitas yang sama oleh nilai- b
orang-orang yang melakukan pekerjaan nilai demokratis pluralistis. Menurut Mouffe, d
pemeliharaan yang dibutuhkan oleh orang- jika identitas kelompok dibekukan maka -I

orang yoang tidak dapat memelihara dirinya perbedaan-perbedaan di dalam kelompok :t


sendiri. Kritik utama terhadap penggunaan akan ditekan dan solidaritas terhadap b'
konsep care sebagai dasar kewarganegaraan kelompok yang lebih besar akan dihambat. --
ini adalah pendekatan ini dapat menjadi X
penghambat bagi perjuangan perempuan Ir
untuk masuk dan berpartisipasi ke dalam
pasar kerja, Chantal Mouffe merupakan salah 10 Ibid
satu ilmuwan politik yarrg megkritisi 11. Pandangan Mouffe ini merupakan kritik
pendekatanini. terhadap posisi pluralis Irish Young yang
mengangkat konsepsi kelompok yang berbeda

Mouffe, sebagai seorang yang mewakili sebagai sebuah bentuk pengakuan dan
pendekatan pluralis, melihat bahwa penegasan kembali perbedaan
perempuan mengalami aneka bentuk kelompok.Menurut Young kelompok yang

subordinasi. Perjuangan perempuan adalah mengalami penindasan perlu membentuk


perjuangan melawan berbagai bentuk organisasi yang terpisah dari keiompok yang

subordinasi tersebut. Oleh karena itu ia lebih mempunyai privilese.Dalam sebuah publik yang

memilih sebuah pendekatan yang dapat demokratis perlu disediakan mekanisme yang

digunakan untuk memahami bagaimana memungkinkan diberikan pengakuan dan


perempuan terkonstruksi dalam posisi yang representasi terhadap suara-suara yang bebeda

rendah dan bagaimana sebuah subyek yang dari kelompok yang tertindas dan yang tidak
diuntungkan.Menurut Mouffe konsep kelompok
yang berbeda dari Young ini membekukan
identitas kelompok. Sejumlah ilmuwan yang
8 TrudieKnijn and Monique Kremer, ,Gender and
memiliki konsepsi pluralis yang cair seperti
the Caring Dimension of Welfare States: Toward
Mouffe antara lain N. Yuval-Davis (dengan
Inclusive Citizenship', Social Politic s, 4 3, 328-361,
gagasan 'transversal politics'), A. Yeatman (dgn
dalam Lister, "Citizen and Gender" (diakses dari
gagasan'politik perbedaan'), Ruth Lister (dengan
internet 24 Agustus 2011).
gagasan'perpolitikan solidaritas dalam
9 Ibid.
perbedaan'), dan J. Dean (dengan gagasan
'solidaritas reflektif ).Ibid.

1.ffi
Nuri Soeseno, Kewarganegaan dan Problem Perempuan

Lister menilai pendekatan ketiga, pendekatan dalam keluarga) memberikan waktu yang
pluralis, sebagai yang paling pas untuk lebih besar bagi peremPuan untuk bisa
memahami isu kewarganegaraan bagi melakukan hal-hal lain selain mengandung,
perempuan. Dengan pendekatan pluralis melahirkan dan mengurus anak'
jender ini maka, menurutnYa, Pembangunan sektor ekonomi jasa dan
keanekaragaman dan pembelahan sosial, baik produksi, baik formal maupun informal, dan
berdasarkan kelas, seks, ras, agarna, dan globalisasi ekonomi menarik perempuan
umur, dapat diakomodasikan. Pendekatan ini dengan keahlian rendah untuk bisa bekerja di

menurtunya sebagai "help diffuse the gender pabrik-pabrik atau di sektor domestik dan
binary at the center orf" the equality versus informal baik di dalam maupun di luar negeri'
difference dichotomy."-- Ini artinya identitas
atau posisi perempuan tidak terikat pada Di Indonesia, globalisasi dan demokratisasi
sebuah katagori saja, tetapi bisa ganda dan membawa pengaruh yang berlawanan bagi
bervariasi. perempuan di level Yang berbeda'
Demokratisasi membuka keran keterbukaan
Kewarganegaraan dan PeremPuan di dan globalisasi membuat dinding pembatas
Indonesia antara negara. Dampaknya bagi Perempuan
sangat terasa. Kebebasan berpolitik dan
Arus perubahan besar, baik nasional maupun partisipasi di dalam ruang publik menjadi
internasional, yang telah terjadi dalam lebih besar, partai politik dan organisasi
duapuluh tahun terakhir berdampak masyarakat sipil tumbuh menjamur, dan
terhadap peremPuan di Indonesia' meningkatnya mobilisasi war gane gara dalam
Diantaranya adalah: pembangunan dan berbagai ke giatan ekonomi, sosial dan p olitik'
modernisasi, globalisasi, krisis ekonomi Globalisasi yang membutuhkan peningkatan

dunia, jatuhnya pemerintahan otoriter Order kebutuhan tenaga kerja domestik dan murah
Baru dan demokratisasi, beberapa fenomena di luar negeri telah menarik perempuan
besar yang menjadi latar belakang berbagai keluar dari wilaYah domestiknYa,
perubahan yang dialami warganegara komunitasnya dan bahkan dari batas wilayah
Indonesia, laki-laki maupun perempuan' negara nasional. Dalam sepuluh tahun
Berbagai fenomena tersebut membawa terakhir, migrasi tenaga kerja perempuan ke
dampak yarrg positif tapi sekaligus luar negeri semakin mendominasi pasar
memberikan tantangan yang serius bagi tenaga kerja luar negeri Indonesia. Feminisasi

perempuan di Indonesia. Pembangunan dan buruh murah dalam migrasi buruh global
modernisasi membuka Peluang bagi juga menjadi wajah buruh migran dari
perempuan untuk mendapatkan pendidikan Indonesia, Peningkatan jumlah perempuan
sama seperti laki-laki, khususnya di tingkat migran yang bekerja di luar negeri begitu
pendidikan dasar dan menengah. Program pesatnya dalam duapuluh tahun ini kini
keluarga berencana (pembatasan jumlah anak kurang lebih 90 persen dari buruh Indonesia
yar.g bekerja di luar negeri adalah
perempuan.
12 Ibid.

\23
Studi Politik No. 2, Vol L, 20LL

Demokratisasi, yang bermula di akhir tahun budaya, hendak membatasi otonomi dan
1990an, mempunyai dampak yang berbeda akti,vitas keagenan perempuan. Memasuki
bagi perempuan baik di tingkat nasional dan tahun 2000an muncul berbagai Peraturan
daerah. Di tingkal nasional demokratisasi Daerah (Perda) yang menentukan hal-hal
telah memungkinkan dibukanya ruang boleh atau tidak boleh dilakukan oleh
perpolitikan yang lebih luas lagi untuk perempuan, misalnya larangan untuk keluar
perempuan, sedangkan di tingkat daerah malam, bekerja di cafe/salon f restauran,
demokratisasi mempunyai dampak negatif di menggunakan kosmetik atau pakaian yang
sejumlah wilayah. Di tingkat nasional dianggap tidak pantas.
perempuan bergiat dalam berbagai kelompok
masyhrakat sipil dan partai politik. Gerakan Bagaimana kondisi umum perempuan
perempuan berhasil memasukkan pasal yang pekerja di Indonesia? Gambaran umum
mewajibkan partai politik yang bertarung masih sulit diperoleh, Sudah ada sejumlah
dalam pemilu untuk mengalokasikan 30 gambaran kondisi perempuan pekerja di
persen dari d#tar calon anggota parlemen wilayah urbarL namun masih sangat minim
bagi perempuan dalam Undang-Undang laporan yang menggambarkan kondisi
Partai Politik. Sayangnya sampai saat ini pekerja perempuan di wilayah rural.
jumlah tersebut belum terpenuhi di dalam Laporan-laporan yang ada tidak memberikan
praktek. Selain dibatasi oleh berbagai nilai, gambaran yang menggembiarkan.
norma budaya dan agama, kondisi sosial Pelanggaran hak-hak asasi, sipil, ekonomi
ekonomi perempuan tidak mendukung (seperti pemerkosaan, harassment,
perempuan untuk bisa secara bebas pemotongan upatr, kondisi kerja yang buruk,
memasuki arena perpolitikan. Partisipasi bekerja ekstra tanpa bayaran, pemecatan
sebagian besar perempuan dalam sewaktu-waktu, dan lain-lain) dialami setiap
perpolitikan masih bersifat pasif dan aktivitas hari oleh para buruh perempuan yang
perempuan di arena politik masih didominasi berkerja di pabrik-pabrik, industri rumahary
oleh perempuan kelas menengah atas dan atau menjadi pelayan di
berpendidikan tinggi dari ibukota atau kota- toko f swalayan/supermarket, dan
kotabesar. sebagainya. Pengalaman serupa dialami para
pembantu rumah tangga (PRT) di mana
Otonomi Daerah mempunyai sisi negatif bagi mereka bekerja tanpa aturan dan tanpa
perempuan. Di sejumlah daerah muncul perlindungan. Nasib mereka tergantung pada
gerakan-gerakan yang hendak membatasi baik-buruknya keluarga dimana mereka
aktivitas perempuan di ruang publik dan bekerja. Nasib perempuan pekerja migran di
bahkan mengembalikan perempuan ke ruang Iuar negeri lebih buruk lagi, mereka bekerja
domestik. Demokratisasi tidak hanya nyaris tanpa perlindungan, baik dari
memunculkan berbagai kelompok atau negaranya sendiri maupun dari negara
organisasi yang menyambut gembira penerima (kecuali di negara tertentu).
bergiatnya perempuan di ruang publik, tetapi Pelanggaran hak asasi dan kekerasan
jugu kelompok atau organisasi yang terhadap perempuan juga masih umum
konservatif yang, dengan alasan agama atau dilakukary baik oleh aparat pemerintah,
Nuri Soeseno, Kewarganegaan dan Problem Perempuan

Ian
militer maupun kelompok-kelompok yang dan Eksploitasi Seksual Anak-anak (No.B7,
|]ki
berkonflik, di wilayah-wilayah yang 2002), Keppres Penghapusan Trafficking in
ran
bergolak. Ketidakadilan terhadap Women and Children (No.88, 2002), UU No.23
hal
perempuan masih sering terjadi. Hukum dan tentang Kekerasan dalam Rumah Tangga.
leh
perundang-undangan yang ada belum Dengan demikian perangkat untuk
Flar
melindungi atau memberikan rasa aman bagi menghapuskan dan menghindarkan
2n
perempuan yang beraktivitas di wilayah diskriminasi atau kekerasan terhadap
u1g
publik maupun domestik. Perempiran di perempuan perempuan sesungguhnya telah
Indonesia bukan cuma sulit mendapatkan ada, tetapi di dalam prakteknya berbagai
pekerjaan, mereka terkonsentrasi dalam instrumen hukum itu tampaknya tidak
ian pekerjaan-pekerjaan dengan bay aranrendah, berfungsi atau tidak dapat dilaksanakan."
i;lm
sangat minim tingkat perlindungannya dan
lah
sangat besar pelanggaran-pelanggarannya. Kewarganegaraan sebuah Solusi untuk
di
Problema Perempuan di Indonesia
[m
Bagaimana rpaya negara terkait dengan
li si Di dalam negara modern dan
perlindungan terhadap perempuan (dan demokratis,
ial.
anak-anak)? Laporan yang dibuat oleh kewarganegaraan merupakan bagian
an
UNFPA mengenai "Kesetataan Jender dan kehidupan politik yang tidak dapat diabaikan
In. Kekerasan-berbasiskan Jender" menyatakan lagi. Aktivitas dan partisipasi warganegara
lrll
pemerintah Indonesia telah meratifikasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara,
irt
sejumlah konvensi PBB yang disusun untuk baik secara vertikal dalam hubungannya
u-K,
melindungi dan mempromosikan hak-hak dengan negara, ataupun horizontal di antara
hn
perempuan dan anak. Di antara yang sudah sesama warganegara, sangat penting saat ini.
pn diratifikasi adalah: Convention on the Dalam demokrasi tidak dapat iagi sebagian
Fg Elimination of All Forms of Discrimination warganegara, karena alasan kelompok etnis,
Against Women (CEDAW) pada bulan ras, jenis kelamin, agam4 diabaikan atau
September 1984; tlne Convention on the Rights diisolasikan sehingga mereka tidak dapat
of Child (CRC) pada bulan September 1990; melakukan kegiatan yang bermanfaat atau
the Convention Against Torture and other produktif. Dan, tidak bisa satu kelompok pun
Cruel,Inhuman or Degrading Treatment and di masyarakat yang demokratis hidup dengan
Punishment (CAT) pada bulan Oktober 1998; aturan-aturan atau hukumnya sendiri. Negara
dan the International Convention on the modern dan demokratis berkewaiiban
Elimination of All Forms of Racial menjaga, melindungi, mempertahankan,
Discrimination (ICERD) pada bulan Juni menyelenggarakan atau menyediakan
L999. Menurut laporan tersebut selanjutnya, berbagai pelayanan untuk kelangsungan
pemerintah Indonesia juga telah meloloskan
dan membuat berbagai peraturan untuk
),
menghapuskan berbagai bentuk kekerasan 13 Laporan UNFPA, Gender Equality and Gender-
lt
berbasiskan-jender, antara lain: Undang-
based Violence, diakses dari internet 31 Agustus
undang Penghapusan Buruh Anak-anak 20L1, (tanpa tahun terbitan)
(2000), Keppres Fenghapusan Perdagangan

125
Studi Politik No. 2, Vol 1, 2011

kehidupan dan kesejahteraan rakyatnya. Belum diinkorporasikannya kepedulian


Negara-negara yar.g demokrasi dan feminis menimbulkan problema .\
kesejahteraan rakyatnya sudah mapan kewarganegaraan bagi perempuan. Heater
memperlihatkan bahwa peran serta menunjuk problema dan tantangan yang
warganegara di bidang ekonomi, sosial, dihadapi perempuan jika menggunakan
budaya dan politik sangat besar. Hak dan konsepsi kewarganegaraan yang berlaku saat
kewajiban yang disepakati bersama di antara ini: "... the male shaping of citizenship idea,
negara dan warganegara dan diantara sesama the difference between the male and female
warganegara dilaksanakan secara timbal balik approaches in social and political matters ...
dan seimbang, danhubungan di antara sesama the need of citizenship as an ideal and a status
warganegara berjalan dengan kesantunan. for women's full incorporation." Dengan kata
Peraturan hukum yang adil perlu dihormati lain, pendefinisian, pemaknaan dan praktek
untuk menjaga agar tatanan kehidupan yang kewargane1araan yang pekat dengan nilai,
baik dapat terlaksana. Kewarganegaraan norma, kepercayaarr, cara berpikir laki-laki
harus dilaksanakan di dalam sebuah menjadi awal problem yang dihadapi
komunitas p olitik yang baik, perempuan dalam mempraktekkan
kewarganegaraan. Sejumlah dimensi
Ada berbagai penjelasan mengapa kewarganegaraan dalam perspektif feminis
kewarganegaraan tidak terlaksana dengan dapat menjadi titik awal mencari solusi
baik. Derek Heater, penulis buku problema kewarganegaraan perempuan
kewarganegaraan, memberikan beberapa dalampraktek.
penyebab praktek kewarganegaraan yang
buruk, antara lain: hak-hak secara efektif tidak Tren menguatanya fenomena perempuan
diakui, hak-hak ada tapi tidak didefinisikan pekerja di Indonesia dalam duapuluh tahun
secara jelas, hak-hak didefinisikan dalam terakhir sangat menarik dilakukan usaha
bentuk yang terdistorsi, serta hak-hak menyusun konsepsi kewarganegataan yang
didefinisikan tapi suiit dilaksanakan dalam ramah jender. Di semua negara miskin, pasar
praktek. Selain Penlrs6^6-tenyebab tersebut, kerja terbesar yang umumnya dimasuki oleh
secara sederhana Heater menuliskan perempuan tergolong dalam sektor yang
problema kewarganegaraan muncul karena mendapat katagori 3D: dirty, dangerous,
kurangnya civic virtue (kebaikan sipil). difficult. Problema perempuan miskin, yang
Berbagai alasan ini rnembantu rnenjelaskan merupakan mayoritas di Indonesia, bukanlah
rasa tidak nyaman dan tidak aman perempuan problem bagaimana mengkombinasikan kerja
sebagai warganegara meskipun hak-hak dan dengan pemeliharaan seperti yang dihadapi
kewajiban mereka sebagai warganegara oleh perempuan kelas menengah-atas di
tercantum di dalam konstitusi atau peraturan masyarakat urban. Problema yang dihadapi
perundang-undangan lainnya. Heater perempuan-perempuan miskin,
menyatakan tegas bahwa keberadaan hak-hak berpendidikan rendah dan tanpa "skill", saat
warganegara dalam dokumen konstitusional ini adalah membuat pilihan di antara memberi
tidak menjadi ukuran keberadaan hak-hak makan anak-anak-dan-keluarga atau
dalampraktek. memelihara mereka. Kewargane garaan y ar.g

1.
Nuri Soeseno, Kewarganegaan dan Problem Perempuan

lan :-:erlukan oleh perempuan Indonesia adalah menciptakan kondisi-kondisi dimana


ma : €wdrganegaraan yang dapat perempuan dan laki-laki dapat
rter :-engkombinasikan dimensi persamaan mengkombinasikan pekerjaan bayaran dengan
mg ..engan pemeliharaan dan yang tanggung j awab pemeliharaan.
(an :'.emungkinkan perempuan dari beragam
..tar belakang sosial budaya bisa Kepustakaan:
"aat
Iea, :'enyelesaikan berbagai problema yang Dietz, Mary (1992) Context is All: Feminism
Lale :rhadapi dalam kehidupan dan dalam and Theories of Citizenship dalam
. -rbungan mereka dengan anggota atau ChantalMouffe
i ...

tus :lompok lain "di masyarakat. Sebuah konsepsi


... Dimensions of Radical Democracy, Pluralism,
ata :.€w€IIg€Iflegaraan yang Secara praksis Citizenship, Community
tek :'-embukakan kesempatan pada perempuan London. New York: Verso.
lai, :an laki-laki untuk dapat membuat pilihan- Heater, Derek (1999) What is Citizenship,
aki :-lihan, melaksanakannya dengan rasa aman Cambridge, Malden, Ma, : Polity
rPi --.an nyaman, serta memungkinkan mereka Press in ass. with Blackwell Publisher Lltd.

an ::kerjasama dengan baik di wilayah privat Lister, Ruth (1997) Citizenship: Feminist
rsi :'aupunpublik. Perspectives, London: Macmillan,
nis Press Ltd.

usi !.ebijakan kewarganegaraan yang ramah ---"Dilemmas in Engendering


an :=rhadap perempuan perlu diterapkan jika Citizenship", dalalll Barbara Hobson,
:erempuan dilibatkan dalam praktek ed., (2000) Gender
:.€\\r?rg?rt€garaan. Kebijakan ini tidak semata- and Citizenship in Transition, London:
tan :..ata berbasis pada konsepsi MacMillan.
.un ,..e\v?rgafle garaanuniversal arus utama, tetapi "Citizen and Gender" (sebuah
Lha
'. ang dapat mensintesiskan dimensi paper lepas yang diakses dari internet
ng :ersamaan dan perbedaan dalam kerangka 24Agustus 2011).
9ar :iuralisme jender. Di dalam konsepsi Mouffe, Chantal (1992), Democratrc
leh :.e\v?rgorr€garaan demikian maka dimensi Citizenship and the Political
n8 :emeliharaan" perlu dimasukkan menjadi Community dalam Chantal
US, :agian dalam praktek kewarganegaraan. Agar Mouffe ed. Dimensions of Radical Democrac\',
n8 ..onsepsi demikian dapat terwujud di dalam Pluralism, Citizenship, Communitv
ah ::aktek maka pemisahan di antara privat dan London, New York: Verso.
rja
-:ublik sebagai mekanisme pengeksklusian ed. (1992) Dimensions of
)Pi :erempuan dari ruang publik tidak lagi dapat Radical Democracy, Pluralisrn,
di --.iterima. Agar praktek kewarganegaraan Citizenship,
rpi .ang ramah terhadap perempuan dapat Community. London, Nett' York:
1'r , -:iciptakan, maka penulis setuju dengan Verso.
lat :andangan Lister yang menyatakan perlunya Siim, Birte (2000) Gender and Citizenslup:
eri -:isusun berbagai peraturan dan dilakukan Politics and Agency in France. Britain,
au :erbagai tindakan untuk mengubah and
ng :embagian kerja berdasarkan jender dan

127
Studi Politik No. 2, Vol 1, 2011

Denmark,Cambridge, New York: Cambridge Soeseno, Nuri (2010) Kewarganegaraan:


University Press. Tafsir, Tradisi dan Isu-isu
Birte Siim, "Politics Matters, Gender and Kontemporer, Depok:
Citizenship in France, Britain and Departemen Ilmu Politik FISIP-UL
Denmark", (2000) paper yang Young, Iris Marion (2002) Inclusion and
dipresentasikan dalam Workshop on Labor Democracy, Oxford, New York:
Marginalisation/Exclusion and Oxf ord University Press.
Caring,Working UNFPA, Gender Equality and Gender-based
Group Gender Issues, Wissenschaftssforum, Violence, diakses dari internet 3L
24-25November Agustus20LL.,

/
I
i
I
t
Ana Sabhana Azmy, Negara dan Buruh Migran Perempuan

Negara dan Buruh Migran Perempuan:


Partisipasi Politik Buruh Migran Perempuan Indonesia dan
Kelompok Bur"nh Migran dalam Kebijakan Perlindungan Buruh
Migran Perempuan Indonesia di Masa Pemerintahan Susilo
Bambang Yudhoyono

Ana Sabhana Azmy

Abstract
Since2004, thenumber of aiolence toward thelndonesianzzomenmigrnntworkershas significantly increased,
This showed the low quality of protection policy of Susilo Bambang Yudhoyono era nd the absence of a clear
perspectiae on uromen's protection. This article argues how the political participation of women migrant
workers and more general migrant workers associations as interest groups contribute to solaing the problems of
aiolence toward the Indonesian migrant workers during Susilo Bambang Yudhoyono era. This study is focused
on the importance of gorsernment' s role as the State entity in accepting the necessity of politicalparticipation of
women migrant worlcer as the informal actor in the policy making process. The political participation is an
important part from demouatisation aalue that performed in Indonesia. Indonesian migrant utorkers with
first-hand experiences from the pre departure, plncement and post placement as the taorkers migration step can
contribute positiaely to policy malcingprocedure.IIoweaer, this article argued that thepoliticalparticipation of
zDlmenmigranworkers andtheinterest groups ofmigrantzoorkers are stillmarginalisedinthe SusiloBambang
Yudhoyono era that gender policy debates weye non-existent in the protection policy. Hence, the political
participntion of women migrant workers and the interest group are in the classification of marginal and not
considered as insider stakeholders in the policy making process, The labeling of domesticity for women and not
public has caused the .failure of women to enter the protection policy making process which influenced the
escalatingnumber ofaiolence towardlndonesianwomenmigrnnt in annual reports.

KeyWords:Womenmigrantrnorkers, protectionpolicy, womenpoliticalparticipntionin apolicy.

Angka tindnk lcekerasan terhadap buruh migran perempuan (BMP) lndonesia terus meningkat sejak tahun
2004 hingga 20L0 di masa Pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Hal ini menunjukkan bahzoa
kebijakan perlindungan yang ada belum mempunyai perspektif perlindungan terhadap perempuan, Kualitas
perlindungan terhadap BMP padamasa SBY menarikuntuk dilihatkarenapadamasainilahbanyakkebijakan
perlindungan berupa Peraturan Pemerintah, lnstruksi Presiden dan Peraturan Menteri yang dikeluarkan

129
Studi Pof itik No. 2, Vol L,2OLl,

untukmengaturpenempatan danperlindungan terhadapburuhmigran, namun tetap tidak dapat melindungi


bunth migran, khususnya perempuan di berbagai negnra penempatan. Artiket ini membahas tentang
t
ir
bagaimana partisipasi politik BMP beserta kelompok buruh migran dapat menjadi penyelesaian atas tindak
d
kekerasan ynng banyak terjadi di masa pemerintahan SBY, Studi ini terfokus pada pentingnya pemerintah
sebagni entitqs dari Negara melihat bahwa partisipasi politik BMP sebagai aktor informal dalam tahap
K
penyusunnnkebijakan adalahpenting. Partisipasipolitikmerupakan bagianpenting darinilai demokratisasi
IT
yang dijalankan di lndonesia, BMP mempunyai pengalaman langsung selama bekerja, mulai dari masn pra
II
penempatan, penempatan danpurnapenempntan sebagai tahap migrnsi tenagakerja. Hasilyang ditemukan
p
sdalah bahwa partisipasi politik BMP dan kelompok buruh migran belum diperhatikan oleh pemerintahan
P(
SBY' Hal tersebut ditandai dengan partisipasi kelompok buruh migran yang terbatas dan kegagalan
m
memasukkan kebiiakan gender dalam kebijakan perlindungan buruh migran yang selama ini dihasilkan.
m
Partisipasi BMP dankelompokburuh migran masihberada pnda leael marjinal dan bukan insider. Pelabelan
A.
tempat perempuan hanya dalam rnnah domestik dan bukan publik turut menyebabkan tidak (t
diikutsertakfrnnya BMP dalam penyusunan kebijakan perlindungan buruh migran lndonesia, yang D.
fc
kemudianberujungpada angkakekerasanyang terus meningkat daritahunke tahun,
SE

te
Kata kunci: Buruh migran perempuan Indonesia, kebijakan perlindungan, pnrtisipasi politik perempuan r^
.tre
dalamkebijakan.
di
Angka penempatan buruh migran Indonesia RumahTangga(PRT),babysitterdanmerawat
P1.
In
disektorinformalyanglebihbesardarisektor manusia usia lanjut (manula). Kementerian l. ^
Ntr
formal menunjukkan sangat dibutuhkannya Tenaga Kerja dan Transmigrasi
pekerja di sektor ini oleh berbagai negara (Kemnakertrans RI) mencatat bahwa pada
penempatary terlebih di Asia Pasifik dan tahun 2009 saja, sektor informal terlihat
Timur Tengah' Sektor informal diartikan dominan dibandingkan sektor formal di
dengan sektor kerja yang berada di ranah beberapa negara penempatan seperti pada
domestik dan diklasifikasikan dalam kerja tabeldibawahini.
rumah tangga dan domestik, yaitu Pekerja
Tabel l
Data sektor Informal dan Formal di Berbagai Negara penempatan
Buruh Migran Indonesia Tahun 2009'

Negara Sektor Formal Sektor Informal


Asia 96.728 orang 159.729 orang
Timur Tengah 6.264 orang 367.347 orang
Eropa dan Amerika 49 orang 0 orang
Afrika 606 orang 25 orang
Total Keseluruhan 103.647 orans 527.10I orang

13
Ana Sabhana Azmy, Negara dan Buruh fVf igr.n Perempuan

Dari data di atas terlihat bahwa sektor hidup. Sedangkan faktor penarik berasal dari
informal yang diisi oleh BMP Indonesia lebih negara-negara tujuan, terutama negara yang
dominan dibanding sektor formal. relatif lebih maju secara ekonomi seperti
Malaysia di wilayah Asia dan Arab Saudi di
Kehadiran globalisasi dipandang wilayah Timur Tengah, adalah adanya
menghadirkan dua faktor migrasi tenaga kerja kebutuhan akan tenaga kerja di sektor yang
Indonesia bagi perempuary yaitu push and tidak lagi diminati, yaitu domestik. Pelabelan
pull factor (faktor pendorong dan faktor perempuan pada ranah domestik menjadikan
penarik). Faktor pendorong ditandai dengan penempatan BMP semakin meningkat.
mayoritas perempuan Indonesia yang sulit NamurL penempatan ini tidak diikuti dengan
mengakses pekerjaan di dalam negeri karena perlindung an y arrg berkualitas sejak masa pra
dampak dari pemberlakuan green revolution penempatan, penempatan dan purna
(revolusi hijau) . di zamarr Orde Baru. penempatan dalam kebijakan perlindungan
Penerapan industrialisasi dan teknologi pada pemerintahan SBY. Tindak kekerasan yang
sektor pertanian ini menyebabkan pelempuan selalu terjadi pada BMP seperti kasus Nirmala
tersingkir dari kerja sektor pertanian. Bonat (2004), Ceriyati (2007) dan Siti Hajar
Feminisasi kemiskinan pun terjadi dan bekerja (2009) di Malaysia serta Ruyati (2011) di Arab
di luar negeri sebagai PRT migran menjadi Saudi menghadirkan pertanyaan terhadap
pilihan terakhir bagi mayoritas masyarakat kualitas kebijakan perlindungan buruh migran
Indonesia yar.g berada di bawah garis Indonesia, khususnya BMP. Apakah selama ini
kemiskinan guna memenuhi kebutuhan Pemerintah telah menghadirkan kebijakan
Studi Politik No.2, Vol1,,20LL

:=:--;rdungan yang partisipatif dari BMP dan disentuhnya. Sedangkan bagi para
i=-ompokburuhmigran? penentanBnya, globalisasi merupakan
kekuatan tak tertahankan, namun tidak
Kebij akan Minus Perlindungan diinginkan. Globalisasi dianggap sebagai
kekuatan yang melemahkan demokrasi dan
Pelaksanaan migrasi tenaga kerja di memuja keserakahan. Setelah Pemerintah
Indonesia tidak bisa dilepaskan dari Soeharto tumbang di tahun 1998, Indonesia
kehadiran globalisasi di era tahun 1960-an di mengalami momentum reformasi dan babak
zarr.ar:. Soeharto. Globalisasi berarti baru dari sistem pemerintahan demokratis di
terbukanya segala akses kemudahan dalam Indonesia. Pada masa pemerintahan SBY jilid
bidang ekonomi antarnegara sehingga pertama, jumlah buruh migran Indonesia terus
negara maju dapat mensuplai tenaga kerja meningkat, yaitu 380.690 orang (2004)
dengan tingkat upah bersaing dari negara kemudian 474.310 orang (2005), ada 680.000
berkembang dan bahkan negara mana pun orang (2006). Jumlahnya menjadi 696.344
dengan menggunakan sistem outsourcing. orang (2007) dan cenderung menurun di tahun
Outsourcing (Alih Daya) dalam hukum 2008 dengan 568.803 orang dan 630.748 orang V
E
ketenagakerjaan di
Indonesia diartikan di tahun 2009. Peningkatan pengiriman buruh rl
sebagai pemborongan pekerjaan dan migran Indonesia yang meningkat di era ar'.

penyediaan jasa tenaga kerja (Pasal64 UUK). pemerintahan SBY, sangat jauh jika
Martin Wolf menyatakan bahwa globalisasi dibandingkan pada tahun-tahun sebelumnya -
-.
-.
bagi parapendukungnya ibarat kekuatan tak seperti yang dapat dilihat pada tabel di bawah 6

terbendung yang dapat menumbangkan ini. ;


pemerintah dan memperkaya apa saja yang

Tabel 2
Perbandingan |umlah Buruh Migran Indonesia 1969 -2002

Periode Perempuan Laki-laki Total


1969-t914 5.624

r974-1979 3,817 12.23s t6.052


t979-1984 55.000 4L4t0 96.4r0
1984-1989 198.735 93.s27 292.262

1989-1994 442.3t0 209.962 652.272

r994-t997+ 503.980 310.372 814.352

1999-2002 912.t98 383,496 L355.694

*data tahun 1998 tidak tersedia


Sumber: Bilateral and Regional Agreement on the Placement and Protection of Indonesian Migrant
Workers, hal.l-,2003.

13
Ana Sabhan, nrry, Negara dan Buruh fVligr* Perempuan

ra
an
k

*
di

v
I

.n
i-l
-
I
rr.

Total jumlah buruh migran pada tahun 2002 US$ dan 8.24 USSS di tahun 2008. Pada tahun
s.ebanyak 1.355.694 orartg, jauh lebih sedikit 2009, rernitansi dari buruh migran Indonesia
jika dibanding total buruh migran Indonesia ada 6.62 US$ dan 6.69 US$ di tahun 2010.
sejak tahun 2004 hingga 2009 di masa Peningkatan remitansi ini menunjukkan peran
pemerintahan SBY. yang berjumlah 3.430.895 penting buruh migran Indonesia dalam
orang. Angka tersebut menunjukkan bahwa perputaranekonomi.
pengiriman buruh migran Indonesia,
khususnya perempuan yang bekerja di sektor Pemerintahan SBY termasuk pemerintahan
PRT sangat besar kontribusinya dalam yang banyak mengeluarkan kebijakan
mengurangi angka pengangguran dan perlindungan bagi buruh migran Indonesia.
membantu perekonomian Negara dengan Setelah implementasi UU No. 39 Tahun 2004
devisa yahg dihasilkan. Pusat Penelitian tentang Penempatan dan Perlindungan TKI di
Pengembangan dan Informasi (Puslitfo) Luar Negeri (PPTKILN) yang dibuat pada masa
BNP2TKI mencatat bahwa remitansi atau pemerintahan Megawati, ada beberapa
pengiriman uang dari buruh migran kebijakan lainnya yarrg dibuat dalam
Indonesia di tahun 2006 dengan skala 1 miliar, pemerintahanSBY.
ada 5.56 US$, Kemudian di tahun2007 ada 6.00
Studi Politik No. 2, Vol 1, 2011

Tabel3 I
Kebijakan Perlindungan Pemerintahan SBY )
terhadap Buruh Migran Indonesia r
_r

L
rt-
No Nomey'Iahun dan Kebijakan yang dikeluarkan
rr
Perpres No.81 Tahun 2006 Tentang Pembentukan BNP2TKI yang struktur operasional kerjanya
I
l\
melibatkan berbagai unsur instansi pemerintah pusat terkait pelayanan buruh migran
Indonesia, antara lain Kemenlu, Kemenhub, Kemenakertrans, Kepolisian, Kemensos, F
d
Kemendiknas, Kemenkes, Imigrasi (Kemenhukam), Sesneg, dan lain-lain.
rr
Inpres No.6 Tahun 2006 Tentang Kebijakan Reformasi Sistem Penempatan dan Perlindungan
TKILN. Inpres ini dibentuk atas instruksi Presiden SBY pada jajaran kementerian sebagai b
output dari keluh kesah buruh migran Indonesia di Malaysia dan Qatar. NamurL pada tahap C

penyusunan kebijakan ini, para organisasi buruh migran dan buruh migran itu sendiri tidak l')
r
diundang. Sehingga minus perlindungan sosial atas kebutuhan buruh migran perempuan b
Indonesia. Point penting dari proses penempatan buruh migran melalui Inpres ini adalah n
r
penyederhanaan dan desentralisasi pelayanan penempatan TKI dan peningkatan kualitas dan P

kuantitas calon TKI. Sedangkan dalam hal perlindungan adalah penguatan fungsi perwakilan b
RI di negara penempatan dan tidak melihat pada penguatan diri buruh migran. n
t'
n
Keppres No.02 Tahun 2007 Tentang pembentukan BNP2TKI dengan Jumhur Hidayat sebagai B
pimpinannya. Pada faktanya, pembentukan BNP2TKI ini semakin membuat susah para calon b
buruh migran Indonesia karena ada dua pintu rekrutmer; yaitu Kemnakertrans RI dan Badan d
Nasional Penempatan dan Perlindungan TKI (BNP2TKI).

Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Indonesia (Permenakertrans) No.18 Tahun
2007 Tentang Pelaksanaan Penempatan dan Perlindungan TKILN. Melalui Permenakertrans
inilahkebijakanmigrasi tenaga kerja yanglebih detail dilaksanakan. Keberpihakanpada tahap
purna penempatan tidak dijabarkan dengan detail dalam Permenakertrans ini. Padahaf jika
orientasi negara bukan pada pengiriman buruh migran, maka tahap purna penempatan akan
di pandang sebagai tahap yangperlu di perhatikan.

Permenakertrans No.14 Tahun 2010 yang membahas tentang pemisahan tanggung jawab
antara Kemnakertrans RI sebagai regulator dan BNP2TKI sebagai penanggung jawab
operasional. PerMen ini baru keluar setelah 3 tahun lamanya (sejak berdirinya BNP2TKI di
tahun 2007) buruh migran Indonesia dipusingkan dengan mekanisme migrasi tenaga kerja.

Sumber diolah dari berbagai data penelitian, yaitu data kementerian pemerintah dan data
berbagai pihakLSM.

L3
Ana Sabhana Azmy, Negara dan Buruh Migran Perempuan

Dari sekian banyak kebijakan ketenagakerjaan tahun 2004 tentang PPTKILN yang ad4 tidak
yang telah dibuat, tidak ada kebijakan beranjak dari skema CEDAW (convention on
perlindungan migrasi tenaga kerja yang the elimination of all forms of discrimination
berperspektif perlindungan terhadap against women), yang ditandatangani juga
perempuan. Kesenjangan ini dapat dilihat dari oleh pemerintah Indonesia, Setelah ratifikasi
UU No. 39 tahun 2004 tentang
penjelasan tersebut, Indonesia lebih lanjut
PPTKILN yang dibuat oleh pemerintahan mengesahkannya dalam UU No.7 tahun 1984
Megawati dan kemudian diimplementasikan tentang Pengesahan CEDAW. Dengan
pada masa pemerintahan SBY. Pasal yang ada ratifikasi tersebut, pemerintah Indonesia
di dalam UU tersebut hanya menyebut kata sebetulnya secara formal telah mengakui hak-
perempuan satu kali dalam pasal 35 Bab V hak asasi perempuan dan menjunjung tinggi
tentang Tata Cara Penempatan. Pasal tersebut keadilan gender dan anti diskriminasi
berbunyi "tidak dalam keadaan hamil bagi terhadap perempuan. Sebagai
calon tenaga kerja perempuan". Peraturan konsekuensinya, berbagai peraturan yang
perlindungan bagi perempuan yang banyak keluar setelah ratifikasi tersebut dibuat,
bekerja di sektor informal seperti PRT rnigran termasuk UU No. 39 tentang PPTKILN,
pun tidak dijelaskan dalam UU tersebut. seharusnya memperhatikan kebutuhan dan
Padahal mayoritas buruh migran perempuan pengakuan hak perlindungan buruh migran
bekerja di sektor PRT migran dan tidak ada
PeremPuan.
peraturan lain yang melindungi hak paling
mendasar yang berhubungan dengan keadaan Tidak dilibatkannya kelompok buruh migran
BMP, misalnya yang merasa sakit ketika dan BMP dalam penyusunan kebijakan adalah
bekerja karena haid atau melahirkan ataupun tindak kekerasan yang meningkat di masa
dari perlakuan pelecehan seksual. UU No.39 pemerintahan SBY, seperti ditunjukkan tabel di
bawahini.

Tabel 4
Data Pelayanan TKI Bermasalah
TI(I Bermasalah
No. Negara Tlrjuan
2008 2009 2010
I Arab Saudi 22.O35 23.760 31.676
2 Taiwan 4.497 3.491 3.834
a
J Uni Emirat Arab 3.866 3.667 6.843
4 Singapura 2.937 2.524 3.39s
) Kuwait 2.864 2.600 2.466
6 Malaysia 2.476 1.851 r.953
7 Hongkong 2.245 r.625 r.789
Studi Politik No. 2, Vol 1,, ZOLI.

Tabel diatas adalah salah satu contoh


permasalahan terbanyak dari buruh migran
dari Selapajang Tangerang yang didominasi
oleh buruh migran yang bekerja di Arab
Saudi. Data Puslitfo BNP2TKI menuliskan
bahwa terdapat empat permasalahan paling
besar yang dialami para buruh migran
Indonesia, yaitu: pemberhentian tenaga kerja
(PHK) sepihak, sakit akibat kerja, gaji tidak
dibay ar, dan penganiayaan.

Dampak dari kebijakan minus perlindungan


tersebut adalah kejadian tindak kekerasan
terhadap sejumlah buruh migran perempuan
Indonesia seperti Nirmala Bonat (2004),
Ceriyati (2007), Siti Hajar (2009) dan
Winfaidah (2009) yang merupakan PRT Aktor informal dalam penyusunan atau
s

migran di Malaysia danmengalami kekerasan t


pembuatan kebijakan publik dimaknai
L
fisik berupa pemukularL kekerasan ekonomi sebagai aktor yang terlibat dan berperan
berupa gaji yang tidak dibayarkan serta
t
dalam proses kebijakan tanpa otoritas legal
c
kekerasan psikis berupa tekanan batin selama
secara langsung untuk berpartisipasi. Aktor
S
bekerja seperti cacian, makian dan sebagainya.
informal mempunyai peran yang sama
Tidak hanya di Malaysia, Arab Saudi pun I
pentingnya dengan aktor formal untuk
menjadi tempat sejumlah PRT migran t
melindungi dan memajukary karena sistem
Indonesia yang disiksa, bahkan diketahui b
pemerintahan tidak akan berjalan baik tanpa
meninggal seperti kejadian Sumiati dan k
aktor informal. Pada konteks kebijakan
Ruyati. n
perlindungan buruh migran perempuan
tt
Indonesia, aktor informal ditandai dengan
Anderson menuliskan bahwa dalam sebuah b
kelompok buruh migran seperti Lembaga
kebijakan publik, beberapa kelompok a
Swadaya Masyarakat (LSM), Asosiasi dan
dipastikan akan mempunyai akses lebih b
Serikat Buruh serta gerakan perempuan atau
daripada kelompok lainnya, dan kebijakan komunitas buruh migran perempuan. Di
publik dalam waktu kapan pun akan
I
Indonesia, beberapa LSM yang terlibat aktif
merefleksikan kepentingan orang yang T
dalam menyuarakan kepentingan
dominan. Jika demikian, kualitas kebijakan perlindungan bagi buruh migran termasuk
P
perlindungan buruh migran Indonesia, Ir
perempuan adalah Migrant CARE dan
terutama perempuan selama masa nl
Solidaritas Perempuan. Sedangkan dari
ti,
pemerintahan SBY (2004-2010) dapat dilihat serikat buruh adalah Serikat Buruh Migran
dari partisipasi aktor informal dalam ki
Indonesia (SBMD dan Asosiasi Tenaga Kerja
penyusunan kebijakan, termasuk BMP itu Ir
Indonesia (ATKD. Partisipasi politik dalam
sendiri.Partisipasi potitik BMP dan kelompok d,
negara demokrasi diselenggarakan kt
buruhmigran.
Ana Sabhana Azmy, Negara dan Buruh Migran perempuan

berdasarkan kesetaraan politik bagi tiap seluruh negara penempatan, terutama ketika
individu, termasuk juga aktor formal dan bekerja sebagai PRT migran. Dalam beberapa
informal dalam penyusunan kebijakan RDPU, pihak ATKI hanya dapat duduk di
perlindungan buruh migran Indonesia. Pihak balkon tanpa diberi kesempatan
Migrant CARE sebagai bagian dari kelompok menyampaikan pendapat tentang kebutuhan
buruh migran mengatakan bahwa partisipasi perlindungan buruh migran Indonesia selama
V politik yang dapat mereka jalankan adalah
r proses pra penempatan, penernpatan dan
a)
hadir dalam rapat dengar pendapat umurn purna penempatan. Menurut Retno dari
(RDPU). Mereka tidak dapat memantau ATKI, masalah percaloan seharusnya diatur
z apakah poin perlindungan bagi buruh migran dalam kebijakan perlindungan. Harus ada
t yang mereka ajukan akan dimasukkan oleh informasi yang jelas dari pemerintah Pusat
-.
(s
pemerintah dalam kebijakan perlindungan dan Daerah. Di negara Hongkong atau
T
buruh migran Indonesia, terutama Taiwan, informasi seputar calo
perempuan. Padahal, pada saat itulah tarikan disosialisasikan di televisi, namun tidak
antarkepentingan terjadi. Wahyu Susilo demikian dengan Indonesia. Sertifikasi kerja
sebagai analis kebijakan dari Migrant CARE pun harus diatur sedemikian rupa dalam
au
berpendapat bahwa hal yang harus diubah kebijakan pemerintah, jangan sampai PPTKIS
tai
dari kebijakan yang ada adalah desain dari mempunyai wewenang yang luas sehingga
-n
bentuk penempatan yang sentralistis menjadi dapat memalsukan sertifikasi kompetensi
-.1
laI
desentralistis. Ia menvatakan bahwa adalah kerja. Masalah sosialisasi dan informasi hak
IJI
suatu hal yang aneh jika Perusahaan mendapatkan asuransi pun harus jelas diatur
r.a
Penempatan TKI Swasta (PPTKIS) banyak dan sebaiknya Indonesia meratifikasi
r:k
bertempat di Jakarta, sedangkan calon TKI konvensi Migran 1990 untuk memperbaiki
lr11
banyak dari daerah. Konsep sertifikat reputasi Indonesia di mata dunia. Perjanjian
rt
kompetensi kerja pun harus diperbaiki karena penempatan dengan negara penerima harus
masih banyak yang dapat membeli sertifikat diatur dengan jelas. Sebagai contoh, mengapa
tersebut. Migrant CARE juga menyatakan Indonesia mengirimkan tenaga kerja ke Arab
bahwa dalam lembaga legislatif, ada juga Saudi, padahal tidak ada perjanjian antar
anggota legislatif yang juga merupakan keduanya? Ini menyalahi peraturan UU No.39
bagiandari (PPTKIS). Tahun 2004 mengenai PPTKILN tersebut.
i1

Ll
Selain Migrant CARE, terdapat Asosiasi Serikat Buruh Migran Indonesia (SBMD selaku
t-(
Tenaga Kerja Indonesia (ATKI), sebuah kelompok buruh migran yang berdiri sejak
tl
perkumpulan yang beranggotakan buruh tahun 2003 juga menyatakan tidak pernah
migran yang telah kembali dari bekerja di luar diikutsertakan dalam perumusan kebijakan.
l:'l
negeri. Mereka menyatakan bahwa mereka Mereka mengakui bahwa pemerintah tidak
:i tidak pernah dilibatkan dalam penyusunan pernah melibatkan mereka dalam
n kebijakan perlindungan buruh migran memutuskan masalah struktur biaya
Indonesia. Akibatnya, kebijakan yang penempatan, asuransi dan sebagainya.
n dihasilkan tidak pernah berdasarkan Padahal, hal tersebut adalah masalah yang
:1
kebutuhan BMP Indonesia yang bekerja di sangat penting bagi kesejahteraan BMP

137
Studi Politik No. 2, Vol 1, 2011

Indonesia. Chairul Hadi sebagai Sekretaris mereka adalah pihak yang paling mengetahui
Jenderal SBMI menyatakan bahwa yang kondisi kerja di negara penempatan. Tidak
dibutuhkan adalah kebijakan yang pernah ada pemanggilan dari ketua RT
programatik dan bukan sikap pemerintah (Rukun Tetangga) setempat untuk
yang responsif. Sebagai contoh, jika MoU mendengarkan pengalaman kerja dan
antara Indonesia-Malaysia sudah berjalan, perlakukan yang mereka dapatkan sebagai
In
F
maka apakah pemerintah Indonesia dapat PRTmigran. I
menjanjikan bahwa pemerintah Malaysia
akan menjalankan kesepakatan tersebut? Ini Partisipasi politik adalah salah satu nilai yang
yang perlu diawasi. Peraturan Menteri harus dijalankan dalam negara demokrasi
tentang asuransi dapat dibilang sangat kacau seperti Indonesia. Anne Philips menyatakan
karena banyak yang sulit untuk dicairkan. bahwa kontrol yang baik dan kesetaraan
Buruh migran harus mengurus kelengkapan politik adalah praktik terbaik dari demokrasi. 2
dokumen yang menyulitkan untuk bisa Dalam kasus ini, partisipasi politik buruh
mendapatkan asuransi tersebut. Konsorsium migran perempuan dan keiompok buruh
tunggal yang diatur dalam Permen tersebut migran dalam penyusunan kebijakan
menyisakan pertanyaan, bahwa apakah benar merupakan bagian dari kontrol aktor informal
akan lebih gampang dikontrol oleh dalam kebijakan publik, Namury Migrant
pemerintah? Pemerintah dalam kebijakan CARE juga melihat adanva permasalahan
perlindungannya juga perlu mengatur model dalampartisipasi politik komunitas BMP yang
rekrutmen yang lebih jelas dan terarah. Tiap timbul dari kesadaran sendiri masih sangat
daerah harus membuat perwakilan di daerah minim. Hal itu menyebabkan BMP di daerah
masing-masing dan harus mendapatkan izin belum mempunyai kekuatan maksimal untuk
dari Dinas Tenaga Kerja Daerah berdasarkan berpartisipasi sehingga tidak diberikan ruang
job order di sana. Petugas Lapangan (PL) yang oleh Pemda untuk berparhsipasi di ruang
seharusnya bertugas untuk merekrut dan publik. Untuk meyakinkan bahwa perempuan
memberikan sosialisasi tidak menjalankan mempunyai peran dalam partisipasi politik
tugasnya dengan aktil sehingga ia bisa kebijakan publik, Joni Lovenduski menuliskan
memilih Perusahaan hingga tiga atau empat, dua hal yang perlu dilihat dalam negara
tergantung bayaran yang akan didapat. Ini demokrasi, Pertama, Gerakan Perempuan.
yang harus diatur oleh pemerintah dalam Gerakan ini penting untuk rnenghadirkan
revisi UU nanti, bahwa perusahaan yang representasi politik. Dalam hal aktifitas buruh
melakukan rekrutmen jangan "dapat" migran perempuan, gerakan perempuan ini
membuat perwakilan di daerah, namun dapat dimaknai oleh kehadiran komunitas
"wajib" membuat perwakilan di daerah. buruh migran di daerah dan di pusat
Selain kelompok buruh migran, individu pemerintahan. Kedua, Aktivitas agensi
buruh migran perempuan yang telah pulang kebijakan perempuan. Keberpihakan negara
dari bekerja di luar negeri pun menyatakan dilihat oleh Joni ketika ne gara
tidak pernah dilibatkan dalam diskusi antara mengembangkan agensinya untuk dapat
kepala desa atau Pemerintah Daerah (Pemda) melindungi hak dan status perempuan dalam
tentang buruh migran asal setempat. Padahal, agensi kebijakan perempuan (women policy

13
Ana Sabhana Azmy, Negara dan Buruh Migran Perempuan

tahui
lidak
rRT
ntuk
dan
bagai

yarrg
krasi
I
fakan
uaan
-
krasi.

'uruh
uruh
akan
rrmal
--
grant
ahan
yarlg agency-WPA). Joni mengistilahkan para buruh migran yang sudah kembali ke
ngat keberadaan WPA di sebuah negara sebagai Indonesia. Belum ada keinginan pemerintah
rerah negara feminisme yang memberikan untuk memasukkan dan mendengar
mtuk advokasi tuntutan gerakan perempuan pengalaman mereka yang sudah kembali.
uang dalamNegara. Kendala yang saat ini dihadapi oleh gerakan
uang BMP selain kekuatan nampaknya adalah
Puan Kedua aspek yang dikemukakan Lovenduski kesatuan visi dan misi yang harus dilakukan
Dlitik di atas dapat digunakan dalam menganalisis lewat pemberdayaan perempuan di berbagai
skan partisipasi politik buruh migran di Indonesia. daerah kantong buruh migran Indonesia.
t$ata Hal pertama yang perlu dilihat dalam kondisi
)uan. perlindungan BMP nampaknya adalah Hingga tahun 2010, pemberdayaan gerakan
Lrkan kuantitas gerakan perempuan di Indonesia BMP yang berada di daerah-daerah masih
uruh yang belum berkembang. Hal ini ditandai banyak yang hanya dijangkau oleh berbagai
n ini dengan minimnya jumlah komunitas BMP kelompok buruh migran seperti Migrant
nitas yangterbentuk secara mandiri, baik di daerah CARE, ATKI dan SBML Langkah
rusat maupun di perkotaan. Bagian Advokasi pemberdayaan yar.g dilakukan masing-
;ensi Migrant CARE menyatakan bahwa ada masing kelompok ini adalah sebagai berikut:
tgara peran-peran komunitas buruh migran sendiri 1. SBMI (serikat buruh migran Indonesia)
iara yang belum terjamin. Selain itu belum melakukan pemberdayaan kritis adalqh
lapat tampak keinginan dari anggota legislatif aksi dan dialog dengan pemerintah.
alam untuk mengakomodasi dan memperhatikan Namun pemerintah tidak memiliki
olicy serikat buruh migran yang beranggotakan jawaban. SBMI melakukan pendidikan

139
Studi Politik No. 2, Vol 1, 2011

peran serta masyarakat sipil dan Perlindungan Anak (KPPPA) sebagai


sosialisasi pra penempatan hingga purna kementerian yang "hartya" berperan dan
penempatan di daerah-daerah seperti mempunyai wewenang untuk memberikan
NTT, NTB, Jawa dan sebagainya agar penguatan mental dan bukan operasionalisasi
buruh migran bisa bergerak sendiri. lapangan, sesuai tugas pokok dan fungsinya.
2. ATKI (Asosiasi Tenaga Kerja Indonesia) Karena kewenangan yang tidak besar itu pula,
melakukan penyelidikan mendalam maka kegiatan yang dilakukan oleh KPPPA
mengenai masalah buruh migran hingga terbatas hanya pada advokasi. Agensi
mendapatkan informasi. Hal tersebut kebijakan perempuan dalam sebuah Negara
kemudian diaplikasikan ke buruh dapat diartikan bahwa Negara mempunyai
migran sesuai kebutuhan mereka. Pihak perhatian pada perempuan dan dapat disebut
yang banyak disentuh adalah keluarga sebagai Negara feminisme seperti yang
buruh migran. Agar buruh migran dijelaskan oleh Lovenduski. Indonesia
perempuan berpartisipasi, maka ATKI mempunyai satu Komisi Nasional Anti
berangkat dari kebutuhan mereka dan Kekerasan terhadap Perempuan (Komnas
kemudian membangkitkan kesadaran Perempuan) sebagai Komisi Nasional yang
mereka. menangani kekerasan terhadap perempuan,
3. Migrant CARE melakukan sosialisasi ke namun ia masuk dalam kategori lembaga
daerah-daerah, diantaranya adalah independen bukan agensi kebijakan Negara.
Kebumen, Cilacap dan Jatim. Dalam Meski agensi kebijakannegara tidak dapat kita
sosialisasi tersebut, Migrant CARE temukan dalam pemerintahan SBY, eksistensi
memberikan pendidikan dan wawasan kelompok buruh migran Indonesia yang
bagi calon buruh migran. Selain itu, ditandai dengan adanya LSM, Serikat Buruh
mereka aktif masuk ke daaerah-daerah dan Asosiasi Buruh serta komunitas buruh
untuk menemui organisasi ),ang ada di migran yang masuk pada kategori aktor
daerah untuk kemudian dibimbing. informal, merupakan sebuah gerakan dan
kelompok yang baik dalam negara demokrasi.
Keterlibatan aktif buruh *igt* perempuan
dalam penyusunan kebijakan perlindungan Lovenduski menjelaskan empat indikator atas
buruh migran Indonesia bisa menunjukkan tipologi aktifitas agensi kebijakan perempuan.
keberhasilan demokratisasi di Indonesia, Menurutnya, jika agensi memasukkan tujuan
Kebutuhan perlindungan bagi BMP hanya akhir gerakan dan berhasil dalam
bisa tersalurkanketika mereka duduk sebagai memasukkan definisi kebijakan jender sebagai
" otang dalam" dalam proses pembuatan bingkai dominan dalam debat, maka itu
kebijakan. diklasifikasikan sebagai insiders. Kemudian,
jika agensi menyertakan pencapaian gerakan,
Sebagai negara yar.g mempunyai sistem namun tidak sukses dalam
demokrasi, Indonesia tidak mempunyai mengarusutamakan kebijakan jender dalam
agensi kebijakan perempuan yang tergabung debat kebijakan, maka itu diklasifikasikan
dalam agensi negara. Indonesia mempunyai sebagai marjinal. Selanjutnya, ketika agensi
Kementerian Pemberd ayaan Perempuan dan tidak mengadvokasikan pencapaian gerakan,

14
Ana Sabhana Azmy, Negara dan Buruh Migran Perempuan

gai namun meng-jender-kan debat di beberapa Political Will pemerintah yang belum
lan hal, itu diklasifikasikan sebagai non-feminis. memberikan ruang partisipasi politik aktif bagi
.an Terakhir, ketika agensi tidak mengadvokasi BMP dan kelompok buruh migran. Hal ini bisa
asi pencapaian gerakan dan juga tidak meng- dilihat dari tidak adanyaajakan Pemda kepada
.Ya. jender-kan debat kebijakan, itu BMP yang sudah kembali dari bekerja di luar
:la, diklasifikasikan sebagai simbolik. Partisipasi negeri untuk melakukan rapat dengar
A politik BMP dan kelompok buruh migran pendapat. Kelompok buruh migran juga hanya
nsl yang baru sebatas pada kehadiran dalam masuk sebagai kelompok marjinal berdasarkan
ara RDPU, menunjukkan bahwa keduanya baru tipologi agensi yang dikatakan oleh
rrai ditempatkan oleh pemerintahan SBY sebagai Lovenduski, karena tidak bisa
rut marjinal. Femerintah mengajak untuk mengagendakan kebijakan perlindungan
ing berpartisipasi dengan bentuk rapat dengar berbasis jender meski telah melakukan aksi.
sia pendapat antara keduanya, namun kelompok Selain itu, ada anggapan dari pejabat terkait
-nti buruh migran dan gerakan BMP tidak sukses bahwa mayoritas buruh migran PeremPuan
td5 untuk dapat meletakkan poin perlindungan Indonesia masih pasif dan tidak bisa
ing yang berbasis adil jender dalam kebijakan memberikan kontribusi positif dalam tahap
1fl, yang dibuat (meng-jender-kan debat penyusunankebijakan.
aga kebijakan).
Hambatan tersebut menunjukkan bahwa
-,.rta Ketidaksukesan kelompok buruh migran representasi politik yang ada tidak setara dan
=nSi dalam memperjuangkan kebijakan bias serta lebih condong berpihak pada warga
:nq perlindungan berbasis gender terjadi karena negara yang mempunyai hak-hak istimewa.
beberapa hambatan ya:ng ada dalam Warga yang mempunyai hak-hak istimewa,
berpartisipasi politik. Pertama, hambatan mayoritas adalah yang beradapada lingkaran
tor internal. Minimnya usaha untuk kekuasaary seperti pemerintah dan pengusaha.
an menumbuhkan kesadaran buruh migran Pernyataan Presiden SBY yang berharap agar
si. Indonesia khususnya perempuan bahwa masyarakat Indonesia tidak ada lagi yang
mereka mempunyai hak politik yang harus menjadi tenaga kerja di luar negeri, apalagi
diberikan oleh pemerintah dan mereka dengan menyandang profesi sebagai PRT tidak
dapatkan. Mayoritas keluarga buruh migran sejalan dengan kondisi Indonesia. Kondisi
Indonesia yang datang dari keluarga kurang lapangan kerja yang minim, tingkat
tm mampu pun cenderung untuk memikirkan pendidikan yang rendah bagi perempuan
gai bagaimana mencari uang dalam hari itu kalangan bawah dan pelabelan bahwa kerja
itu daripada ikut melakukan aksi dan meminta domestik adalah kerja perempuan/
hak politik mereka untuk dilindungi. menyebabkan bekerja di luar negeri sebagai
Pengetahuanyang sudah diberikan oleh calon PRT migran adalah pilihan terakhir untuk
im buruh migran Indonesia dari berbagai LSM meningkatkan taraf hidup kaum peremPuan
,tm hilang ketika sudah ada di penampungan kalangan bawah. Solusi pemberian HP
-<an karena doktrin yang kuat dari pihak PPTKIS (handphone) pada BMP yang bekerja di Arab
=nSi agar calon buruh migran patuh pada arahan Saudi juga menunjukkan bahwa Presiden SBY
\an/ PT.Kedua, hambatan dari faktol eksternal. belum memahami penyebab mendasar dari

1.41
Studi Politik No. 2, Vol7,,20t1.

Partisipasi politik yang minim dari BMP dan


tindak kekerasan terhadap BMP di sektor
kelompok buruh migran dalam penyusunan
informal. Sulitnya perempuan untuk masuk
kebijakan perlindungan, menyebabkan tindak
dan berpartisipasi dalam kebijakan, menurut
kekerasan yang tidak pernah dapat diatasi dan
Iris Young sangat erat kaitannya dengan
semakin meningkat dari tahun ke tahun.
keterikatan kapitalisme dan patriarki. Jalan
Ketidakhadiran BMP dalam penyusunan
keluar dari penyiksaan akibat konsep
kebijakan ,perlindungan, tidak lepas dari
kapitalis dan patriarkal adalah agar advokasi
pelabelan bahwa perempuan hanya dapat
BMP diamanahi sebagai gerakanmandiri dari
berada pada ranah domestik dan bukan
pemerintah dimana pihak LSM dapat
publik, seperti berpartisipasi dalam
membuai program sesuai kebutuhan mereka
penyusunan kebijakan. Selain itu, stereotipe
dan mempunyai kekuatan untuk
pejabat pemerintahan yar'g menyatakan
berpartisipasi aktif dan efektif dalam
bahwa BMP Indonesia tidak dapat
pembuatan keputusan. Hanya dalam gerakan
diikutsertakan dalam penyusunan kebijakan
perempuan yang mandirilah, perempuan
menyebabkan kebijakan yang ada tidak
dapat bersatu untuk melawan dominasi laki-
pernah beranjak dari kebutuhan BMP.
laki. Keterkaitan patriarki dan kapitalisme
Pemberdayaan BMP secara mandiri adalah
menjadikan BMP penting bagi perputaran
penting untuk menumbuhkan kesadaran hak
ekonomi tapi tidak dalam partisipasi politik
politik, termasuk hak berpartisipasi dalam
karena perempuan dianggap hanya cocok
penyusunankebijakan.
berada dalam ranah domestik.

Referensi
Kesimpulan

Anderson, James, Public Policy making : An


Kualitas kebijakan perlindungan
Introduction, Seventh Edition, Wadsworth:
pemerintahan SBY selama tahun 2004-2010
usA,2011.
yang belum dipat memberikan perlindungan
bagi BMP Indonesia, menunjukkan bahwa
Birkland, Thomas, An Introduction to the
kebijakan tersebut belum partisipatif.
Policy Process: Theories, Concepts and Models
Partisipasi politik kelompok BMP yang baru
of Public Policy Making, Third Editioru ME
sebatas kehadiran dalam tahap RDPU
Sharpe:NewYork,201L.
menunjukkan bahwa pemerintah SBY
ILO, Hak-hak Pekerja \4igran; buku pedomar;
memberikan porsi partisipasi politik yang
ILO:]akarta,2007.
terbatas dalam demokratisasi di Indonesia.
Dengan itu, partisipasi politik BMP dan
Lijphart, Arend, Thinking about Democracy;
kelompok buruh migran berada pada tahap
Power Sharing and Majority Rule in Theory
marjinal dan bukan insider dalam
and Practice, Routledge: New York, 2008.
penyusunan kebijakan perlindungan buruh
migran Indonesia. Hambatan partisipasi.
Lovenduski, Joni, State Feminism and the
politik ternyata datang dari dua faktor, yaitu
Political Representation of Women dalam Ed
internal dan eksternal.
by Joni Lovenduski, State Feminism and
Ana Sabhana Azmy, Negara dan Buruh Migran Perempuan

'dan Political Representation, Cambridge p


rnan University Press: UK, 2005.Philips, Anne, The .html"http : / / www.bnp2tki.go .rd / berita-
rdak Politics of Presence, Oxford University Press: mainmen u-231, / b er ita- f oto -mainmenu-
i dan New York, lgg5.Unsatisfactory, Reform is 31 / 405 4-sej arah-penemp atan-tki-hing ga-
hun. Impeeded by the Bureaucrac/, Notes on the bnp2tki-.html.Indonesian Overseas Worker
lnan Preliminary Monitoring of Presidential Data Final, Kemnakertrans RI, diakses pada
dari Decree No.06/2006, presented by Komnas tanggal5 Maret 2011 pukul08.30 WIB.
apat Perempuan with GPPBM, HRWG,
rkan KOPBUMI, LBHJakarta, SBMI danSolidaritas News. okezone.com. 'sby berharap tidak ada
lam Perempuan, Publication of
Komnas lagi wni jadi pembantu', diakses pada tanggal
rtipe Perempuan: Jakarta, 2006.Wo1f, Martin, 27 Jrni 2011. pukul 1 0. 00 WIB.
rkan GLOBALISASI Jalan Menuju Kesejahteraan,
ipat Yayasan Obor Indonesia: Jakatta, 2007. Wawancara dengan empat buruh migran
rkan Young, Iris Marion, Socialist Feminism and perempuan yang telah pulang bekerja dari
rdak the Limits of Dual systems Theory dalam Ed. Malaysia, tempat penampungan dan pelatihan
MP. Rosemary Hennessy dan Chrys Ingraham, di Condet, Jakarta Timur, 9 April 2011 pukul
alah Materialist Feminism, A reader in class, 17.00wrB.
hak difference and women's lives, Routledge:
Llam NewYork,1997. Wawancara dengan Jamal, SBMI, 25}uni2011
pukul19.00WIB.
Lainnya
Wawancara dengan Nur Harsono, Divisi
Data penempatan dan perlindungan tenaga Advokasi Migrant CARE, 23 Jluni 2011 pukul
An kerja Indonesia di luar negeri, Kemnakertrans 16.00wrB.
rrth: RI,2010.
Wawancara dengan Retno Dewi, ATKI,
Data Pusat Penelitian Pengembangan dan Jakarta, 23 luni 201 1 pukul 1 8. 00 WIB.
the Informasi (Puslitfo) BNF2TKI, 2011. Wawancara dengan Saipul Anas, bagian
dels advokasi Migrant CARE, 23 Jtni 2011 pukul
ME HYPER LINK"http: / / nasional.vivanews. com 16.00wIB.
/news/read/67973-
1an, siti-haj ar-senasib-den gan-nirmala-bonat " ht Wawancara dengan Taufiek Ztlbahaty,
tp: / /nasional.vivanews.com/news/ tead/ 67 Kepala Divisi Advokasi Buruh Migran
Indonesia, Solidaritas Perempuan, 1-6 Maret
siti-haj ar-s enasib-den gan-nirmala-bonat, 2011- pukul11.00WIB.
^cy;
rory diakses pada tanggal 21 Febru ari 2011, pukul
05.00wrB. Wawancara dengan Priyadi, Kepala Bidang
data dan Analisis Kebijakan Perlindungan
the HYPERLINK"hIIp / / www.bnp2tki.go.id / be
: Tenaga Kerja perempuan, Kementerian
Ed rita-rnainm emt-23L / berita-f oto-mainmenu- Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan
and 31 / 405 4- sej ar ah-p enemp at an-tki-hin g g a- Anak (KPPPA), 6 April2}llpukul13.00 WIB.

1.43
Studi Politik No. 2, Vol t ,ZOLI,

Perempuan di antara Reformasi Politik dan Reformasi Ekonomi:


Peluang Peningkatan Keterwakilan Politik Perempuan melalui
Partisipasi Kerja '

Oleh: Sri Lestari Wahyuningrum

Abstraksi

Banyak fenomena yang muncul dalam transisi demokrasi di mana perempuan ternyata tertinggal dalam
sektor ekonomi maupun politik. Indikator kesejahteraan di beberapfl negara memperlihatkan kondisi
perernpuan yang semakin terpurukkarenapilihan-pilihan Reformasi politik dan ekonomi yang tidakberpihak
padamereka. Dalamhalketenagakerjaan, ketidaksetaraan jender juga sangat terlihat. Untukkonteks transisi
dan reformasi yang terjadi di Indonesia, bagaimanakah sebetulnya znacana perempuan berelasi terhadap
reformasi ekonomi dan reformasi politik yang terjadi selama peiode transisiT Apakah refgrmasi politik dan
reformasi ekonomi yang mengarah pada kebebasan pasar sudah memberikan peluang emansipasi dan
peningkatan kesejahteraan perempuan? Paper ini mencoba mengeksplornsi beberapa analisis atas sejumlah
pertanyaan di atas. Penekanan utama dalam paper ini lebih diberikan dalam hal kerangka analisis, dengan
konteks nasional ataupun lokal yang bisa dicoba untuk diaplikasikan. Lebih lanjut paper ini mengusulkan
altnnatif pandang bagi upaya peningkatan keterwakilan politik perempunn melalui peningkatan partisipasi
kerja perernpuan terutama di sektor formal. Dun aariabel ini, keterwakilan politik dan partisipasi kerja
perempufln, merupakan dua indikator yang paling umum dirujuk untuk mengukur sejauh mana
kesSahteraanperernpuan dankesetaraan jender telahtercapai disuatunegara.

Kata kunci: Reformasi/ perubahan politik, Reformasi/ perubahan ekonomi, ketidaksetarann jender,
ke s
Q ahter aan kaum p er emp u an.

Abstract

Women are being left out economically and politically.in the demouatic transition, as generally shown by
multitude of phenomenon. Welfare indicators in seueral countries shorn that lt)omen are being impoaerished
because the chaices made int the so called economic and political reformation does.not really take them into
account. Gmder inequality is also become more eaident, especially in labour relation. In the context of
Indonesia' s transition and Reformasi, how discourses on lt)omen correlates with economical and political

1 Paper untuk dipresentasikan pada Konferensi Demokrasi dan Tirani Modal FISIP UI, 6 Agustus 2008
Sri Lestari Wahyuningru m, Perem puan Dia nta ra Reformasi

rcformation during transition period? ls there nny opportunity for emancipation and zuelfare improaement for
women within free-market oriented economical and political reformationT This paper is trying to explore
seaeral analyses on questions abooe. It puts emph.asize on applicable framework analysis, nationally and
Iocally. Furthermore, the paper proposes alternatioe aiews of the ffirts to improae utomen's political
mt: representation by increasing women's participation in the workplaces, especially in formal sector. These two
li uariables are also the indicators most commonly used to measuring how much u)offien's welfare and gender
equality haoebeen reachedin some countries.

Keywords: Politicalreform, economic reform, gender inequality, women' swelfare,

Pendahuluan dengan reformasi politik yang meningkatkan


partisipasi perempuan di posis pengambilan
Dalam kajian tentang transisi demokrasi yang keputusan. Hal itu menandakan bahwa
IaIam berkembang beberapa tahun terakhir, kapitalisme lebih baik bagi perempuan
mdisi reformasi ekonomi dan reformasi politik daripada demokrasi.
pihak merupakan dua hal yang dinilai berkontribusi
tnsisi terhadap transisi dari rezim otoritarian Banyak fenomena yang muncul dari konteks
ndap menuju demokrasi di sebuah negara. transisi demokrasi di mana perempuan
k dan Persoalan peningkatan kehidupan ternyata tertinggal baik dalam sektor ekonomi
r dan perempuan di negara-negara yang maupun politik. Misalnya saja negara-negara
tmlnh mengalami transisi ini kemudian seringkali bekas komunis di Eropa Tengah da4 Timur
tngan secara dikotomis ditempatkan dalam dua yang menjalankan transisi dan konsolidasi
ulkan rvilayah ini. Tidak heran jika kemudian timbul demokrasi dengan menyisakan sejumlah
sipasi pertanyaan: apakah kapitalisme atau pertanyaan tentang kesetaraan dan keadilan
kerja demokrasi yang lebih penting bagi bagi perempuan. Perempuan bukan saja
mana perempuan? dihadapkan pada kemunculan nasionalisme
sempit, tetapi mereka juga dihadapkan pada
Michael D. Stroup (2008) mencoba menguji persoalan globalisasi dan liberalisasi. Transisi
mder, pertanyaan tersebut dengan mengukur memunculkan bentuk demokrasi yang
beberapa indikator seperti kesehatan, maskulin, di mana sistem dan kebijakan yang
pendidikan, pekerjaan, dan kesejahteraan dilahirkan tetap meninggalkan perempuan di
perempuan beberapa negara di dunia. Stroup lini terbelakang dari demokrasi. Hal yang
menggunakan indikator kebebasan ekonomi terjadi adalah transisi dari rezim paternalistik
on by dari Fraser Institute's Economic Freedom kepada rejim baru yang bentuknya patriarkal.
'ished Index (EFI) di lebih dari 120 negara di dunia
t into sejak tahun 1975 serta indeks hak-hak politik
zxt of dari Freedom House (PRD. Ia menyimpulkan 2
Di negara-negara iri, akses perempuan terhadap
itical bahwa reformasi institusi yang mengarahkan kebijakan politik terbukti sangat terbatas. Beberapa
perekonomian ke arah kapitalisme memiliki kajian yang dilakukan di kawasan ini menunjukkan
menurun drastisnya angka keterwakilan perempuan
pengaruh terhadap peningkatan di parlemen paska pemilu demokratis mereka yang
kesejahteraan perempuan dibandingkan nertama setelah keruntuhan komunisme, vakni dari

1.45
Studi Politik No. 2, Yol L,20L1.

seperti yar.B dilakukan di masa


sosialisme/komunisme. Bidang-bidang
pekerjaan yang di masa lalu didominasi oleh
tenaga kerja perempuan diturunkan nilainya
dalam masyarakat. Hal ini memberi dampak
terjadinya feminisasi pada bidang pekerjaan
tertentu, serta menjadikan gaji perempuan
lebih rendah dibandingkan dengan gaji laki-
laki, sebagaimana ini juga yan1 menjadi
kecenderungan di China dan India.-

Dalam situasi demikian, tesis yang


'menyebutkan bahwa reformasi ekonomi
berbasis pasar membawa kesejahteraan bagi
perempuan perlu dipertanyakan ulang. Ini
juga berlaku untuk melihat seberapa relevan
tesis tersebut dengan situasi perempuan dan
transisi demokrasi di Indonesia. Untuk
konteks transisi dan reformasi yang terjadi di
Indonesia, bagaimanakah sebetulnya wacana
perempuan berelasi terhadap reformasi
ekonomi dan reformasi politik yang terjadi
Indikator kesejahteraan di beberapa negara selama periode transisi? Ketika gerakan
memperlihatkan kondisi perempuan yang perempuan berikut berbagai komponen yang
semakin terpuruk karena pilihan-pilihan mendukung pada akhirnya berhasil
reformasi politik dan ekonomi yang tidak memasukkan ketentuan minimal kuota dalam
berpihak pada perempuan. Dalam hal kebijakan formal, apakah ini memiliki arti bagi
ketenagakeqaa , ketidaksetaraan jender juga pencapaian kehidupan yang lebih baik bagi
sangat terlihat, Di Rusia saat ini terjadi perempuan? Ataukah sebetulnya reformasi
kecenderungan semakin menurunnya jumlah sektor ekonomi di Indonesia yang mengarah
tenaga kerja perempuan di sektor publik. pada kebebasan pasar sudah memberikan
Tingginya angka perceraian mengakibatkan peluang emansipasi dan peningkatan
perempuan harus menjadi orang tua tunggal kesej ahteraan perempuan?
dan membatasi aksesnya terhadap pekerjaan.
Hal itu terjadi karena negara tidak Makalah ini akan menjadi yang pertama
memberikan dukungan atau subsidi mencoba mengeksplorasi beberapa analisis
terhadap pengasuhan anak dan keluarga atas sejumlah pertanyaan di atas. Selama ini
belum ada kajian yang memberikan ruang
sekitar 30 %.meniadi tata-r ata 10 %-Keterwakilan cukup untuk menganalisis situasi perempuan
perempuan beberapa negara seperti Rumania,
Ukraina dan Macedonia bahkan kurang dari 5%
(Richard Matland, 2003).
Lihat paper India dan China
I
q

Sri Lestari Wahyuningrum, Perempuan Diantara Reformasi

rsa
rng
rleh
nya

Pak
aan
ilan
lki-
adi

rng
rmi
ragi
Ini
['an
lan
tuk
idi
ana
lasi
iadi dengan melihat hubungan antara reformasi peluang untuk upaya alternatif peningkatan
kan ekonomi dan demokrasi, terutama menyoroti kesejahteraan perempuan.
ang sejauh mana pemenuhan hak politik
ls il perempuan (termasuk keterwakilan politik Perempuan dalam Kajian Transisi
am perempuan) selama sepuluh tahun reformasi Dernokrasi
agi di Indonesia. Penekanan utama dalam
ragi makalah ini lebih diberikan dalam hal Kajian mengenai transisi dan demokratisasi yang
msi kerangka analisis, dengan konteks nasional menganalisis b er akhirny a r ej im o torit arian dal ant

rah ataupun lokal yang bisa dicobaaplikasikan. suatu negara berkembang pesat dalam ilmtL politik.
kan Lebih lanjut makalah ini mengusulkan Hal paling kontemporer yang berkembnng di era
tan alternatif pandang bagi upaya peningkatan 1970-an hingga awal'1980-an adnlah kajian yang
keterwakilan politik perempuan melalui memb ahas seputnr p er nlihan p olitik dari r ezim y n.ng
peningkatan partisipasi kerja perempuan/ otoriter kepada rezim yang demokrntis berikut
IIrra terutama di sektor formal. Dua variabel ini, berbagai proses dan bentuk konsolidasi kekuntan
Lisis keterwakilan politik dan partisipasi kerja politik y ang ffieny ertainy a, Kaj inn-kaj ian demikinn
ini perempuarL merupakan dua indikator yang sering disebut sebagai kajinn transitologi dan
an8 paling umum dirujuk untuk mengukur sejauh konsolidologi, Umumnya kajian-kajian ini lebih
Ian mana kesejahteraan perempuan dan menitikberatka'n pada anqlisis sistem politik seperti
kesetaraan jender telah tercapai di suatu apa ynng bisa dikonsolidasi dan apa yang bisa
negara. Lewat dua aspek ini pula terbuka dilakukan untuk mendorong terj adiny a lconsolidasi.

1.47
Studl Polltlk No, 2, Vol 1, 2011

.\iereka fokus terutdma pada potensi-potensi yang yang telah ada seringkali hanya fokus pada Je

nienghanrbat konsolidasi, serta peran-pernn pcran gcrakan pcrempuan dan mobilisasi p


strategis yang bisa dilakukan oleh partai politik perempuan, Sementara itu, sedikit sekali kajian b
dan masyarakat sipil. HaI yang juga terkait adalah yang berfokus pada hubungan antara sektor K

bagaimana hubunganoantara rrtrmasi ekonomi ekonomi dan politik dengan pemenuhan hak \/
dan reformasi politik.- Kelompok cendekiawan politik perempuan, Hal ini juga tampak dalam u
yang memusntkan kajian pada kerangka teori konteks dilndonesia. al
^l

mo dernisasi ber ar gumentasi b ahw a mo dernis asi r(


ekonomi y ang ditandakan dengan adany a beragam Kebanyakan kajian tentang demokratisasi dan D
kebijakan dan implementasi reformasi ekonomi konsolidasi demokrasi tidak menaruh te
1.
menjadi prasyarat bagi tumbuh sehatnya perhatian pada aspek jender. Selain karena N

demokrasi. Ini menandakan bahwa menurut ilmu politik yang mainstream sudah 1)
r
kelompok ini, reformasi ekonomi dan reformasi teritrstitusionalisasi secara mapan baik dalam t
+-
politik tidak dapat dilepaskan satu samalain.. hal pendekatan maupun praksis , jugu karena LC

kajian jender berkembang pesat secara 1T

A
Salah satu kritik utama yang ditujukan pada eksklusif di luar kajian-kajian politik. u

kajian mainstream ilmu politik ini adalah Sementara itu, kajian-kajian tentang peran 11
Y

hilangnya dimensi jender dalam analisis- perempuan dalam demokrasi lebih banyak Jr
t_
analisis tentang demokratisasi, konsolidasi terpusat pada peran institusi partai politik dan t(l

demokrasi dan reformasi politik, maupun kebijakan r,:.egara, gerakan perempuan di B

reformasi ekonomi. Pilihan transisi dititik tingkat masyarakat sipil, serta aktivitas yi
beratkan pada elit yang mayoritas adalah laki- mobilisasi perempuan. Di sisi lainnya, dalam pi
laki dan jarang dibahas bagaimana kajian-kajian ekonomi, isu tentang cl
lr
perempuanbisa terlibat atau dilibatkan dalam peningkatan kesejahteraan dan peran LC

proses-proses transisi maupun konsolidasi, perempuan juga diseinggung terpisah dari 1ir

baik dalam konteks ekonomi maupun politik. konteks perubahan politik dan transisi kt
Belakangan, literatur dan kajian-kajian mulai demokrasi yang ada. Keterpisahan ini, antara )l

mengangkat isu "perempuan dan transisi reformasi ekonomi dan reformasi politik, atau Pl
demokrasi" di dalamnya, untuk mengoreksi kapitalisme dan demokrasi, menyebabkan IT

kebutaan jender (gender blindness) yang absennya kajian yang mencoba melihat d
terjadi dalam analisis-analisis malestream keterkaitan keduanya dengan upaya Lr(

politik. Namun demikian, kajian-kajian dan peningkatan kehidupan perempuan dan nl


literatur "perempuan dan transisi demokrasi" mencoba membuat terobosan pendekatan kt
alternatif sebagai upaya mengubah ketidak L-.;

adilan jender yang umumnya terjadi dalam :.t


4 Kebanyakan kelompok transitolog memberi transisi demokrasi. :lt
analisis serupa seperti yang diiakukan dalam oleh
-c
Guillermo O'Donnel dan Philip Schmitter dalam
buku klasik mereka Transition from Authoritnrinn Salah satu ruang yang bisa dioptimalkan dalam :e
Rule: Tentatiae Conclusion abaout Uncertain
Demouacies,1986. Buku ini banyak menjadi rujukan melihat keterkaitan antara reformasi ekonomi
dalam kajian-kajian tentang demokratisasi di dan politik dalam meningkatkan kehidupan
negara-negara bertransisi di dunia.
perempuan serta membangun kesetaraan

1.48
Sri Lesta ri Wahyu ni ngru m, Perem puan Dia nta ra Reformasi

ada
jender adalah dengan melihat sejauh mana dan sikap politik yang berbeda dengan suami
tasi partisipasi perempuan dalam angkatan kerja atau anggota keluarganya dikarenakan
iian
berpengaruh terhadap peningkatan pengalamannya yar'g harus
rtor keterwakilan politik perempuan, Dua menyeimbangkan antara karir dan urusan
hak variabel ini merupakan indikator yang rumah tangganya. Implikasi politik yang
tam umumnya dilihat sebagai pencapaian sukses lebih luas dari itu adalah kemungkinan besar
atau terpuruknva reformasi ekonomi dan munculnya kepentingan partai politik untuk
reformasi politik. meningkatkan jumlah
lan Di banyak negara, kandidat perempuan
terutama Eropa, Kapitalisme telah menggantikan manakala jumlah
:uh
ena keterwakilan peran perempuan dari fungsi perempuan bekerja ini
lah politik perempuan produksi rumah tangga ataU cukup besar dan
tam terutama di keluarga menjadi fungsi membentuk massa
ena tataran legislatif tersendiri. Sementara itu,
reproduksi semata. Fungsi kerja
ata meningkat seiring Michael Ross (2006)
tik. dengan perempuan tersebut tidak berargumentasi bahwa
rfan peningkatan dihargai sebagaimana kerja perempuan pekerja
yak jumlah tenaga bentuk lainnya didunia kapital. umumnya lebih
Can kerja perempuan. terorganisir dalam
di Beberapa alasan menyuarakan
itas yang mendasari hal ini dijelaskan dalam kepentingan bersama mereka.
lam pendekatan demmand dan supply. Dari sisi
rng demmand, pemilih (voters) yang telah Meski demikian, pada kenyataanny.a
ran terbiasa dengan kehadiran perempuan dalam pendapat ini tidak bisa digeneralisasi untuk
lari lingkungan kerja akan lebih terbuka pada semua konteks bidang pekerjaan.
si'si kepemimpinan perempuan. Sedangkan dari Kensworthy (1999) misalnya, berpendapat
tata sisi supply, perempuan yar.g bekerja bahwa bidang pekerjaan yang relevan untuk
rtau profesional serta memiliki kemampuan menunjang karir politik adalah yang
kan manajerial yang baik lebih dianggap mampu tingkatannya manajerial ataupun pekerjaan
ihat dan tepat untuk dijadikan kandidat yang sifatnya profesional. Schlozman, Burns
aya pemimpin. Sederhananya, adanya perubahan dan Verba (1999) juga melihat bahwa tingkat
dan nilai sosial yang didapat dari lingkungan partisipasi kerja perempuan tidak berkorelasi
rtan kerja akan mengurangi hambatan perempuan langsung dengan partisipasi politik karena
dak baik secara ekonomi maupun politik. Ini kebanyakan perempuan tidak bekerja penuh
lam seiring dengan argumentasi yang waktu yang umumnya difasilitasi dengan
menyebutkan bahwa sikap masyarakat pelatihan dan pendidikan khusus yang
terhadap peran perempuan menjadi lebih relevan dengan karir politik (misalnya
Llam terbuka setelah perempuan berpartisipasi kepemimpinan, manajemen, dan
rolTIi dalam bidang-bidang pekerjaan. Tidak hanya sebagainya). Sementara itu Oakes (1993) serta
rpan itu, perempuan yang bekerja di luar rumah Matland (1998) berpendapat bahwa di
taan juga lebih cenderung memiliki kepentingan masyarakat ekonomi agrikultur, keterkaitan

L49
Studi Politik No. 2, Vol 1, 2011

antara tenaga kerja Perempuan yang menjamin kandidat atau wakil terpilih
urnumnya bekerja di ladang tidak terlalu perempuan menjalankan kebijakan pattai y ang
berhubungan dengan keterwakilan politik sudah ditentukan. Meski begitu, partai politik
perempuan. bisa saja menjanjikan kesetaraan jender dan
peningkatan keterwakilan politik perempuan,
Meski ada korelasi antara peningkatan tingkat namun sebagaimana juga perusahaan atau
partisipasi bekerja perempuan dengan jumlah korporasi, mereka harus bersaing dalam pasar
keterwakilan politik di beberapa negara/ politik untuk memenangkan suara dengan
ternyata tidak semua negara memiliki mengajukan kandidat yang dianggap lebih loyal
hubungan positif aniara keduanya' Misalnya dan berkomitmen terhadap partainya.

saja di Amerika Serikat, di mana jur.nlah


tenaga kerja perempuan yang tinggi ternyata Perempuan Indonesia dalam Reformasi
tidak membuat jumlah keterwakilan politik Fkonomi Berbasis Fasar
perempuan meningkat. Iversen dan
I{.osenbluth mengajukan variabel lain yang Apakah reformasi ekonomi berbasis pasar yant
ikut menentukan hubungan antara tenaga umumnya dijadikan pilihan dalam transis-
kerja perempuan dan keterwakilan politik demokrasi membebaskan atau meninda.
perempuan, yakni sistem pemilihan umum perempuan? Pertanyaan ini kerap kali muncu
yang diterapkan di negara yang bersangkutan dalam berbagai wacana atau studi feminisme
dan "pasat politik" yang diciptakan. Dalam Mereka yang menjawab kapitalisme sebaga,
sistem Pernilu yang menekankan hubungan pembebasan, umurnnya sangat optimis bahu.
kedekatan antara wakil dan konstituen, kapitalisme dan industrialisasi memberika:
mrsalnya dalam sistem single member district, kesempatan pada perempuan agar keluar da:
wakil terpilih harus menunjukkan komitmen wilayah domestiknya untuk bekerja da'
penuh, baik waktu maupun sumber daya, mendapat upah atas kerjanya. Hal ir'
dengan menunjukkan pengalaman serta menjadikan perempuan menjadi lebi.
modai politiknya. Perempuan akan kesulitan independen dan tidak lagi tergantung pac.
menjalankan komitmen penuh ini karena suami atau pasangannya. Disisi lain, kelompc,
peran jender yang menuntutnya untuk juga yang lebih pesimis selalu menaruh curig.
bertanggung jawab terhadap peran caregiver terhadap praktek-praktek kapitalism.
(pengasuhan). Dalam sistem demikian, Kapitalisme telah menggantikan Pera-
kandidat atau wakil terpilih tidak bisa perempuan dari fungsi produksi rumah tangs
mengandalkan partai politik untuk atau keluarga menjadi fungsi reproduk,
mendukung mobilisasi sumber daya serta semata. Fungsi kerja perempuan tersebut tid;
jaringan politik yang dibutuhkan. Sementara dihargai sebagaimana kerja bentuk lainnya :
itu, dalam sistem Pemilu proporsional, dunia kapital. Sistem ini kemudia
perempuan lebih bisa bersaing karena label memperkenalkan konsep breadwinner ya:..
atau eksistensi partai politik lebih dilekatkan pada laki-laki, karena mereka beke:
menentukan preferensi pemilih daripada dan menafkahi keluarga. Sementara ii-
individu kandidatnya. Partai yang kuat dan perempuan didefinisikan sebagai caregir-.'
memiliki basis massa besar akan lebih yakni yang bertanggung jawab penuh dal;-:
Sri Lestari Wahyuningrum, Perempuan Diantara Reformasi

:erpili atau Structural Adjustment Policy (SAP)


mengurusi dan melayani kebutuhan anggota
tai y diberlakukan. Latar belakang dibalik
keluarganya, dari mulai suami, anak, bahkan
i poli kebijakan ini adalah adanya persoalan
ler d
orang tua dan yang sakit. Perempuan,
kalaupun pada akhirnya dibutuhkan untuk ekonomi yang umumnya dihadapi negara
rmp
mengisi tenaga kerja, dibayar dengan sangat dunia ketiga seperti in-flasi dan defisit yang
ln disebabkan oleh ketidakseimbangan
murah di bawah upah kerja laki-laki. Beban
m struktural. Oleh karena dibutuhkan
ganda kemudian dilakoni perempuan, yakni
d
dengan menjalankan fungsinya sebagai "penyeimbatrgarr", maka distorsi perlu
rihlov dihilangkan dengan liberalisasi ekonomi,
caregiver di wilayah domestik serta p'erannya
di wilayah publik. membebaskan pasar ekonomi, mengurangi
]'ang lebih otonorn
Kelompok yang optimis boleh saja berpikir peran negara melalui privatisasi, serta
bahwa kemunculan perjuangan emansipasi meminimalkan subsidi dan deregulasi.
Penyesuaian yang terjadi sejak reformasi lebih
berhasil melumerkan patriarki karena
memungkinkan perempuan juga ikut bekerja dari sepuluh tahun yang lalu di sektor
sar y ekonomi ternyata menghasilkan kesenjangan
dan menjadi mandiri, tapi di saat yang lain
tra yang semakin lebar antata masyarakat
enin
patriarki melakukan penyesuaian dan
mengoraganisir ulang ('reorganizing' dalam menengah dan miskin, meningkatnya
mu kemiskinan, serta menurunnya standar hidup
istilahHolter,2003).
nlnls masyarakat di Indonesia.
Tentu saja, karya tulis paling awal tentang isu
s bah
ini dibangun dalam sebuah konteks sangat Kebijakan penyesuaian tersebut selama ini
nberi
spesi{ik di negara-negara industri yang saat tidak membawa dampak positif yang
tual signifikan bagi perempuan. Beberapa
ini sudah mapan. Konteksnya menjadi sangat
rja indikator kesejahteraan perempuan memang
berbeda dengan negara yang bertransisi
Hal i
menunjukkan arah yang positif, misalnya
ataupun negara dunia ketiga. Di negara-
ile persentase angka melek huruf perempuan
negara ini, kapitalisme hadir dalam konteks
ng
globalisasi. "Pembangunan" di negara ini yang meningkat 86,8% di tahun 2004 menjadi
eI
mengubah fungsi reproduksi melalui 98,76% di tahun 2007, dan menunjukkan
:I
ekonomi nonmoneter seperti mengganti kesenjangan yang semakin mengecil dengan
talis persentase angka melek huruf laki-laki, Hal
fungsi pertanian dengan perusahaan tani,
I positif lain dapat dilihat dari angka kematian
impor pangan murah, ataupun deforestasi.
,h
Tuntutan penyesuaian struktural yar.g Ibu melahirkan dari 334per 100.000 kelahiran
rrod di tahun 1997 menjadi 228 per 100.000
diajukan International Monetary Fund (IMF)
but ti kelahiran di tahun 2007. Namun secara umum/
dan World Bank (WB) memaksa negara untuk
ffrnya dari angka Gender Development Index (GDI),
mengurangi perlindungan sosial negara
mudi Indonesia masih termasuk peringkat bawah,
kesejahteraan sekaligus meningkatkan
rer y yakni di urutan 94 dari total 157 negara di
(a
kemiskinan dan ketidaksetaraan.
tahun2005.
tara
Di Indonesia, seperti juga di negara lain di
dunia ketiga, krisis ekonomi yang melanda Perkembangan negatif justru tampak pada
memaksa kebijakan penyesuaian struktural indikator partisipasi kerja perempuan yang
Studi Pof itik No. 2, Vol L,2OLL

menunjukkan perkembangan statis, bahkan kemiskinan mengakibatkan perempuan


menurun, sejak dimulainya reformasi. Biro dalam rumah tangga harus berpikir lebih
Pusat Statistik (BPS) tahun 2004 mencatat keras untuk mendapatkan strategi dan solusi
persentase angkatan kerja perempuan sebesar pertahanan hidup, termasuk melakukan
49,21,%dan sedikit membaik di tahun 2002 pekerjaan di sektor nonJormal. Perempuan
menjadi 49,52%. Sementara itu, World Bank kepala rumah tangga, dan janda, menjadi
mencatat bahwa hanya 41% perernpuan yang semakin miskiry banyak anak perempuan
bekerja, jauh dibawah persentase laki-laki juga terpaksa harus putus sekolah. Hal yang
yang sebes ar 73%. Perempuan, Ynenurut data terjadi kemudian adalah tingginya tingkat
ini, ba4yak yang bekerja di sektor informal perdagangan manusia dengan korban
dan jenis pekerjaan yang tidak dibayar umumnya perempuary meningkatnya tingkat
(unpaid dan low-paid jobs). Bahkan di sektor kekerasan serta pelanggaran hak asasi
formal sekalipun, perempuan digaji lebih
lierempuan dan anak. KOMNAS Perempuan
rendah 24% dibanding pekerja laki-laki. Satu- mencatat jumlah'kekerasan terhadap
satunya indikator partisipasi kerja yang perempuan yang tercatat tahun 2001 adalah
meningkat adalah perempuan yang bekerja 3,169 kasus, meningkat dramatis menjadi
sebagai pekerja migran di luar negeri yang 1.43,586 di tahun 2009. Ini belum termasuk
jumlahnya sebesar 80% dari total pekerja kekerasan yang terjadi karena aturan-aturan
migran Indonesia di luar negeri. diskriminatif baik di tingkatan nasional
maupun lokal (Perda) yang menjustifikasi
Fakta ini menunjukkan karakteristik "buta kekerasan terhadap perempuan. Perda
jender" dari kebijakan reformasi ekonomi di diskriminatif yang dicatat kelompok
sektor ketenagakerjaan. Ekonomi reproduktif perempuan sebanyak 25 Perda dari 1,6
atau perempuan sebagai tenaga kerja yang Kabupaten/ Kotamadya di Indonesia
tidak dibayar sama sekali tidak
dipertimbangkan dalam kebijakan tersebut. Dengan melihat pada sektor-sektor di atas,
Di samping itu, pengambil kebijakan yang dapat disimpulkan bahwa liberalisasi
tidak membedakan pembagian kerja seksual ekonomi lewat program-program reformasi
berasumsi adanya mobilitas pekerja, berbasis pasar bebas dalam konteks transisi di
misalnya pekerjaan industrial yang Indonesia terbukti meruntuhkan tesis bahwa
umumnya dikerjakan oleh laki-laki menjadi kapitalisme bisa memberdayakan perempuan
pekerjaan jasa yang umumnya dilakukan dan membawa kesejahteraan bagi
perempuan. Pemotongan jasa kesejahteraan perempuan.
memberikan dampak signifikan bagi
perempuan sebagai penyedia dan konsumen Perempuan dan Reformasi Politik di
jasa kesehatan dan sosial mengakibatkan Indonesia
hilangnya pekerjaan dan kesejahteraan
perempuan yang bekerja di bidang ini seperti Seperti penjelasan sebelumnya, situasi
guru/ perempuan/ yar.g merupakan perempuan dalam hal politik dan konsolidasi
mayoritas pekerja. Tidak hanya itu, dampak demokrasi di Indonesia tidak lebih baik.
tingginya tingkat pengangguran dan Konsolidasi demokrasi jelas sekali tidak
Sri lestari Wahyuningrum, Perempuan Diantara Reformasi

menyertakan perempuan di
dalamnya. FIal organisasi dan institusi partai politik juga
)uan
tebih
itu terlihat dari rendahnya keterlibatan terkait dengan soal keterwakilan perempuan,
perempuan dalam pengambilan keputusan. yakni dengan melihat pada struktur dan
rlusi
Patut dicatat bahwa jumlah keterwakilan model pengambilankeputusan. Partai politik
rkan
perempuan di parlemen nasional (DPR RD dengan pengambilan keputusan terpusat
)uan
meningkat dari 9% pada periode 1999-2004 pada Dewan Pimpinan Pusat (DPP) biasanya
rjadi
menjadi 18 % padaperiode2009-2014. Indikasi akan lebih mudah mengontrol calon-calon
)uan
positif juga terlihat dari meningkatnya akses kandidat yang akan dinominasikan dalam
rang
dan partisipasi perempuan pada kehidupan pemilu. Bagi Partai politik yang punya
gkat
publik sebaqlimana yang disebutkan dalam komitmen tinggi terhadap peningkatan
ban
riset Demos.- Meski demikian, secara umum keterwakilan perempuan, maka model seperti
gkat
keterlibatan dan keterwakilan perempuan di ini akan sangat efektif untuk melaksanakan
sasi
lembaga-lembaga pengambilan keputusan komitmennya,
)uan
masih jauh dari cukup. Di lembaga yudikatif
duP
misalnya, perempuan masih minoritas yang Hal lain yang jrga menjadi kendala bagi
alah
hanya sejumlah antara 9-25 persen menurut perempuan untuk mencalonkan diri adalah
Ljadi
catatan komnas Perempuan (Catahu 2010). keterbatasan perempuan terhadap akses
Lsuk
Termasuk juga jumlah perempuan di posisi finansial, Hal ini diakui banyak kandidat
lran
Exelon II pegawai Negeri yang hanya 6,71% perempuan, baik untuk legislatif maupun
rnal
Jan9,77 % untuk posisi Exelon I. eksekutif. Seorang kandidat perempuan
kasi
untuk Wakil Walikota di Aceh mengakui
rda
Ketika mengkaji konteks konsolidasi bahwa dia diuntungkan oleh kemampuan
cok
demokrasi dan keterlibatan perempuan finansial dari keluar ganya. Ini berarti, politik
1.6
dalam transisi, maka tidak dapat disangkal menjadi dunia yang terbatas hanya untuk
bahwa partai politik memiliki peran yang perempuan dengan akses ekonomi yang baik.
;ignifikan. Dalam Pemilu, partai politik Dalam konteks ini, Holter pernah
tas,
bukan hanya berperan sebagai aktor tetapi berargumentasi bahwa tingginya tingkat
iasi
.ekaligus merupakan penjaga gawang yang partisipasi dan keterwakilan perempuan
rasi
paling utama dalam memutuskan pengisian dalam politik di negara-negara Nordik
ridi
pos-pos representasi, Hal ini karena partai (Norwegia, Finlandia, Swedia, Denmark, dan
lwa
politik memiliki peran kontrol terhadap Islandia) tidak lepas dari terserapnya banyak
tan
calon-calon kandidat yang akan tenaga kerja perempuan sehingga
^gi linominasikan. Oleh karena itu, hubungan memungkinkan mereka menjadi independen
antara jumlah keterwakilan perempuan di secara ekonomi dan merasa berkepentingan
legislatif dan partai politik dalam konteks untuk terlibat dalam politik. Di Indonesia,
di
Pemilu menjadi sangat relevan. Sistem belum ada kajian yang coba menelusuri
kondisi tersebut sampai saat ini, tapi secara
umum bisa dikatakan bahwa kemampuan
as1
i Demos: Riset Putaran I mengenai Masalah-masalah keuangan seorang kandidat sangat
lasi
dan Pilihan-pilihan Demokratisasi di Indonesia, menentukan terpilihnya seseorang masuk ke
rik. 2003
dalam daftar kandidat. Tidak banyak
lak

153
Studi Politik No. 2, Vol t,2OLL

perempuan di Indonesiayang memiliki situasi


memikirkan serius soal perlunya peningkatan
demikian, dan mereka yar.g mendapat keterwakilan perempuan. Putusan
kesempatan demikian harus memikul tidak
Mahkamah Konstitusi yang menetapkan
saja beban ganda tetapi beban triple antara
perubahan formula calon terpilih dari 30%
peran mereka dalam rumah tangga dan BPP dan nomor urut menjadi suara terbanyak,
pengasuharu ekonomi, dan politik.
menjadikan caleg (calon legislatif) perempuan
sebagai korban persaingan bebas.- Partai
Partisipasi Kerja Perempuan sebagai Upaya politik jugu tidak sungguh-sungguh
Lain Meningkatkan Keterwakilan menjalankan ketentuan minimal 30% bakal
Perempuan
calon perempuan sebagaimana disebutkan
dalam UU No. 10/2008, serta aturan yang
Upaya meningkatkan jumlah keterwakilan menyatakan sekurang-kurangnya satu orang
.
perempuan dalam pengambilan keputusan
perempuan dari tiga bakal calon yang
sudah sejak pasca reformasi dilakukan, baik di
diajukan partai politik sebagaimana
tingkat lokal maupun nasional. Tekanan disebutkan di pasal 55 dalam UU tersebut. Hal
terbesar berasal dari masyarakat sipil, ini berimplikasi terhadapgeluang terpilihnya
termasuk aktivis, profesional maupun perempuandalamPemilu
akademisi. Tujuannya tidak lain untuk
memastikan demokratisasi inklusif terhadap
Selain faktor eksternal, seperti partai politik
kepentingan perempuan sebagai kelompok
dan sistem Pemilu, faktor internal juga
minoritas yang jumlahnya mayoritas. menjadi faktor penting yang dapat
Perubahan mulai tampak tidak hanya di
menentukan peningkatan keterwakilan
tingkat kebijakan tetapi juga di tingkatan perempuan. Faktor internal ini termasuk
program dan implementasi. Di tingkat motivasi masing-masing individu, dukungan
kebijakan, misalnya, lupay a pengarusutamaan
keluarga, serta kemampuan sumber daya
jender pernah dilakukan sebagai inisiatif dari
terutama finansial. Dari sisi pemilih
Kementrian Pemberdayaan Perempuan perempuan, persoalannya lebih kepada
dalam Inpres no 9 tahun 1,999 tentang faktor-faktor sosial dan struktural yar.g
Pengarusutamaan Jender, yang seyogianya
dilaksanakan di setiap institusi
pemerintahan.. Dampak positif lain dari kerja 6 Di tengah berjalannya tahapan pemilu,
keras dan advokasi isu ini oleh masyarakat pascapengesahan daftar calon, Mahkamah
Konstitusi melalui Putusan N o. 22-24 / PU -y I / 2008
sipil adalah diadopsinya mekanisme khusus tertanggal 23 Desember 2008, menyatakan calon
(affirmative action) untuk perempuan dalam terpilih ditetapkan berdasar suara terbanyak.
Putusan itu membatalkan Pasal 214 UU No.
amandemen UU Pemilu dan UU Partai Politik, 10/2008 yang mengatur, bahwa calon terpilih
termasuk mengatur kuota perempuan dan ditetapkan berdasarkan perolehan suara 30% BPP
sistem zipper (zipper system).
atau berdasarkan nomor urut.
Puskapol.....

Sayangnya, dalam beberapa waktu terakhir 7 Puskapol menyebutkan beberapa implikasi yang
terjadi akibat hal tersebut. Pertama, tidak semua
ini sepertinya ada beberapa hal yang partai memenuhi ketentuan minimal 30% pada
menunjukkan kemunduran (setback) dalam semua daftar calon di setiap daerah pemilihan.
Sri Lestari Wahyuningrum, Perempuan Diantara Reformasi

mempengaruhi preferensi mereka dalam Kedua, dari sisi demmand pemilih


atan perempuan yang terbiasa bekerja akan lebih
memilih calon pemimpin peremPuan. Faktor-
san faktor ini termasuk ketidakpercayaan terbuka terhadap calon perempuan dan
rkan membuka kemungkinan untuk menaruh
terhadap kemampuan perempuan/ norma-
30%
norma konservatif yang menempatkan kepercayaan terhadap calon Perempuan
yak, perempuan sebagai ibu rumah tangga, serta ' karena dianggap memiliki pengalaman dan
)uan kebutuhan yang sama sehingga lebih bisa
kurangnya figur contoh (role model)
artai
perempuan yang bisa menjadi panutan berpihak pada isu-isu kesejahteraan
guh masyarakat terutama bagi peremPuan perempuan. Secara umum, bisa dikatakan
,akal bahwa perempuan yang bekerja di luar rumah
kebanyakan. Di aspek khusus inilah, yakni
tkan calon perempuan dan pemilih perempuan, cenderung mengalami perubahan nilai dan
/an.g relevan untuk mengaitkan antara tingkat sangat mungkin memiliki preferensi politik
ran.g
partisipasi kerja PeremPuan dan uPaya yarrg berbeda dari suami atau anggota
raI1.9
meningkatka,n iepresentasi politik keluarganya yang lain. Implikasi yang lebih
rana
perempuan. Hal ini
didasarkan pada luas adalah tingkat partisipasi kerja
.Hal beberapa pertimbangan berikut. Pertama, perempuan yang tinggi sangat mungkin
lnya sebagaimana yang disebutkan oleh Holter menj adi sebuah' pasar p olitik' b aru b agi p artai
(2003), ada hubungan yang kuat antara politik. Terutama sekali apabila isu
perempuan y ar'g beker ja dengan perempuan dapat diorganisasi dengan baik
)litik kemandirian ekonomi serta kebutuhan dan menjadi tawaran politik untuk partai-
jugu partaipolitik.
mereka untuk terlibat dalam politik. Tidak
rpat hanya perempuan yang independen secara
lilan ekonomi memiliki kepercayaan diri dan Dari dua penjelasan itu, sangat dimungkinkan
asuk
kepentingan khusus untuk memenuhi untuk melihat bagaimana pengaruh
ngan partisipasi kerja perempuan terhadap angka
kebutuhannya melalui mekanisme politik,
dqyu keterwakilan politik perempuan. Tentu saja
perempuan juga memiliki ketersediaan modal
rilih sosial, pengalaman keorganisasian dan catatan pentingnya adalah bahwa sistem
rada-
manajemen, serta keuangan yang memadai Pemilu, sebagaimana yang dibuktikan
|/an.g sebagai modal politiknya. Rosenbluth dan Iversen, juga berpengaruh
penting dalam menjelaskan hubungan
kausalitas antara dua varibel tersebut. Untuk
ril u, Kedua, 69% nomor urut 1 ditempati calon lakilagi,
mah sedang mayoritas caleg perempuan ditempatkan
konteks Indonesia misalnya, semakin
2008 pada nomor urut 3. PKS mencalonkan perempuan perolehan kursi terkonsentrasi, maka semakin
:alon paling banyak (36.6%), disusul PDIP (35%), PKB
(33.6%) dan PD (32.9 %). D ari 9 p ar tai politik peraih
banyak calon perempuan terpilih. Dalam hal
ryak.
No. kursi DPR, tiga partai belum memenuhi ketentuan ini, ketentuan parliamentary treshold sangat
'pilih tersebut. Dari data tetsebut, umumnya partai menguntungkan perempuan. Puskapol UI
BPP politik menempatkan calon perempuan tidak
'ut. berdasarkan kapasitas individunya tapi lebih
karena pertimbangan kedekatan atau hubungan
saudara dengan pengambil keputusan di dalam 8 Sembilan partai politik lolos parliamentary threshold
ya]r.q partai. Juga partai memberi prioritas pada mereka 2,5% (PT 2,5%) mendominasi peremPuan terpilih
lmua yang memiliki popularitas tinggi atau sumber dalam Pemilu 2009. Sembilan partai itu
pada finansial yang kuat, menyumbangkan9}% perempuan di DPRD provinsi
ihan.

155
Studi Politik No. 2, Vol t,2OL1.

melihat adanya fenomena piramida terbalik kehidupan perempuan. Dua indikator penting
di mana semakin ke bawaku semakin banyak yang digunakan dalam makalah ini adalah
jumlah partai politik peraih kursi. Hal ini tingkat partisipasi angkatan kerja perempuan
disebabkan: pertama, tiadanya ketentuan yang cenderung statis bahkan menurun
parliamentary treshold 2,5% untuk p!-itrt jumlahnya selama reformasi ekonomi
DPRD provinsi dan kabupaten/kota; kedua, diberlakukan, serta jumlah keterwakilan
keterpilihan calon di tingkat lokal lebih politik perempuan yang sedikit meningkat
dipengaruhi figur calon daripada partai. namun terjadi setback dalam komitmen
Dengan semakin banyak jumlah partai negara menjamin kesetaraan jender dalam
memiliki kursi, maka semakin sedikit peluang politik. Dua kondisi ini pada saat yang sama
perempuan terpilih karena partai politik akan juga membuka ruang untuk menelaah lebih
cenderung memilih calon lakiJaki daripada jauh keterkaitan keduanya sebagai hubungan
'kausalitas, di
mana peningkatan jumlah
Petempuan. .,
perempuan yang bekerja akan dapat
Kesimpulan meningkatkan jumlah keterwakilan politik
perempuan dilihat dari kerangka supply dan
Dalam kont'eks transisi demokrasi di demmand. Dalam kerangka ini, perempuan
Indonesia, baik reformasi ekonomi maupun bekerja akan cenderung memiliki modal
reformasi politik, nampaknya tidak politik (motivasi, kemampuan manajerial,
memberikan perubahan positif yang sosial, dan ekonomi) yang cukup yar.g
signifikan bagi perbaikan kondisi dan memungkinkannya untuk maju sebagai calon
pemimpin. Dari sisi pemilih perempuan/
pengalaman kerja akan membuat mereka lebih
dan 80% di DPRD kabupaten/kota. Itu berarti, di
luar partai lolos PT 2,5%, paftai-partai yang meraih
terbuka terhadap kepemimpinan perempuarL
kursi di DPRD provinsi hanya menyumbangkan disamping adanya perubahan nilai yar.1
10% perempuan terpililn, dan partai-partai yang
meraih kursi di DPRD kabupaten/kota hanya
membuat kepercayaan dan kepentingan
berkontribusi 20% perempuan terpilih. Data lain untuk memiliki wakil perempuan juga
menunjukkan, tidak semua partai politik peserta menguat. Dalam konteks itu,
Pemilu 2009 berhasil meraih kursi di DPRD provinsi
dan DPRD kabupaten/kota. Dari 44 partai politik pengorganisasian yang baik akan membuka
peserta Pemilu 2009,38 partai yang berhasil meraih potensi bagi partai politik untuk merengkuh
kursi di seluruh DPRD provinsi. Dari 38 partai
tersebut, hanya 2L partai menyumbangkan mereka dengan memberikan janji politik yang
perempuan terpilih. Sementara itu DPRD akomodatif bagi keterwakilan perempuan.
kabupaten/kota jumlahnya lebih besar.Dari 44
partai politik pesertapemilu, sebanyak 43 partai
berhasil meraih kursi dan. Dari jumlah itu, 40 partai Kerangka hipotesis tentu saja masih sangat
di antaranya memiliki calon perempuan terpilih
awal yang bisa diajukan untuk Indonesia. Hal
9 ]umlah partai politik yang memiliki kursi di DPRD ini dikarenakan kebanyakan perempuan
provinsi dan kabupatenf kota, yang banya tersebut,
bekerja tidak di sektor formal, melainkan
berpengaruh terhadap mengecilnya peluang calon
perempuan terpilikr, sehingga jumlah peremPuan sektor informal dan bahkan di bidang-bidang
terpilih di DPRD provinsi lebih kecil 10% daripada yang tidak diberi upah (misalnya di rumah
angka nasional, dan jumlah perempuan terpilih
DPRD kabupaten/kota lebih kecil 20% daripada tangga,ladang, dan sebagainya), di samping
angkanasional. itu juga sebagai pekerja migran di luar negeri
Sri Lestari Wahyuningrum, Perempuan Diantara Reformasi

rting yang hampir tidak terhubung langsung sebagai bagian dari upaya memenangkan kursi
alah dengan kepentingan politik kecuali ketika diPemilu.
)uan mereka diharuskan ikut memilih dalam
trun Pemilu setiap lima tahun sekali. Akibatnya, Meski begitu, kondisi demikian justru dapat
omi tidak terlalu banyak perubahan nilai yang dijadikan sebuah tawaran pendekatan dan
ilan terjadi dan bahkan cenderung menjadi lebih strategi baru bagi kelompok pegiat isu
gkat konservatif dalam melihat peran jender perempuan maupun kelompok pegiat isu
men perempuan yang lekat dengan rumah tangga. buruh untuk menjajagi kemungkinan
rlam Salah satu faktornya adalah ketergantungan menautkan dua variabel ini untuk pencapaian
ama vang besar" dengan hiburan yang hadir di jangka panjang, yakni pemenuhan
ebih dalam rumah tangga, seperti acara hiburan kesejahteraan dan perbaikan kehidupan
lgan televisi seperti sinetron dan infotainment yang perempuan Indonesia. Lebih dari itu, ini juga
nlah memang banyak disukai perempuan. Tidak menjidi tawaran langkah bagi pemerintah agar
rpat heran jika kemudian popularitas seorang bisa lebih efektif dan kongkret dalam upaya
,litik calon wakil rakyat menjadi salah satu kunci pemenuhan hak perempuan, baik secara
dan utama yang dibutuhkan oleh partai politik ekonomi maupun politik.
)uan
odal
:rial,
rarl9
alon
uan/
ebih
uan/
ranS
rgan
i.ugq
tu,
>uka
;kuh
Iarlg

ngat
Hal
)uan
rkan
lang
mah
ping
:geri

157
Studi Politik No. 2, Vol 1, 2011

Representasi Politik Perempuan (Masih) Setengah Hati


Analisis Keterpilihan Perempuan Hasil Pemilu 2009 dan
Tantangan Advokasi Menuju Pemilu 2Ot4

Oleh : Sri Budi Eko Wardani


(Direktur PUSKAPOL FISIP Ul)

A. Pengantar Badan Anggaran DPR. Penjelasan blak-blakan


Sebuah laporan Majalah Tempo edisi Nurhayati dalam sebuah talkshow di televisi
September 2011 membuat terhenyak kalangan nasional berbuntut panjang. Alih-alih
pemerhati isu perempuan dan politik. Laporan mendapatkan dukungan dari sesama
itu mengisahkan penjelasan sekretaris jenderal koleganya di DPR, Nurhayati malah dituduh
komisi negara yang bertugas mengawasi mencemarkan citra DPR sebagai lembaga
kegiatan layanan publik tentang adanya terhormat. Berbagai ancaman recall dan
"permintaan khusus" seorang anggota DPR melanggar kode etik pun ditujukan padanya.
untuk menggarap dua proyek yang ada di Dukungan publiklah yang akhirnya
daftar anggaran komisi tersebut. Menurut menegarkan Nurhayati untuk tidak berhenti
reportase itu, Sekjen menolak permintaan membuka praktik percaloan anggarar. di
tersebut karena sebagai komisi yang lembaga terhormat tersebut.
mengawasi layanan publik, dia diperingatkan
institusinya untuk tidak "bermain mata" Satu kisah lagi masih seputar perempuan
dalam pembahasan anggaran di DPR. Akibat anggota DPR yang menghiasi pemberitaan
penolakan itu, ditengarai komisi negara media massa pada paruh pertama tahun 2011
tersebut tidak memperoleh anggaran ini. Angelina Sondakh, anggota DPR yang
tambahan pada perubahan Anggaran berlatar belakang artis (selebriti), menjadi
Pendapatan danBelanja Negara (APBN) tahun sorotan publik karena pengakuan seorang
2011. Menurut laporan tersebut, anggota DPR terdakwa kasus suap pembangunan wisma
yang meminta itu adalah anggota Perempuan. atlet di Palembang untuk Sea Games 20\1. Ada
rekaman pesan antara terdakwa dengan
Wa Ode Nurhayati, perempuan anggota DPR Angelina yang mengisyaratkan permintaan
20A9-201.4, tampak gusar namun tegar ketika dana untuk meloloskan anggaran proyek
pimpinan DPR dan Badan Kehormatan pembangunan tersebut. Kebetulan Angelina
"menyalahkannya" atas sikapnya yarg berada di komisi yang mengurusi masalah
membeberkan praktik mafia ang9aran di olahraga, bermitra dengan Kementerian
Sri Budi Eko Wardani, Representasi Politik Perempuan

didominasi laki-laki. Serius bisa dalam dua


makna: Partai mau tak mau harus melibatkan
perempuan karena perintah Undang-Undang
(UU), atau perempuan mulai dipandang
sebagai aset strategis bagi sumber dayapartai.
Apapun itu" pembicaraan tentang perempuan
dan politik saat ini bukan lagi sesuatu yang
asing di negeri ini.

Di Indonesia, partisipasi perempuan dalam


pentas politik formal dipengaruhi oleh
hadirnya kebijakan afirmatif yang dimuat
dalam Undang-undang tentang pemilihan
umum. Ayat L pasal 55 UU No. 12 tahun 2003
muda dan Olahraga, dan menjadi merupakan pinlu masuk bagi perempuan
toordinator komisi dalam Badan Anggaran unfuk dinominasikan dan memperebutkan
DPR. Setelah cukup lama menjadi topik posisi anggota legislatif. Sekalipun pasal 65
dianggap "pasal karet" dan memiliki
lrembicaraan di media, Komisi Pemberantasan
Xorupsi (KPK) akhirnya meminta keterangan fleksibilitas yang tinggi,' pasal 65 dapat
ilt hngsung dari Angelina Sondakh pada awal dikatakan tindakan afirmatif pertama dalam
ad September lalu. Kasus ini mendapat sorotan sejarah Indonesia. Pasal ini diakui sebagai
hirn terobosan untuk memulai perjuangan
Fng luas karena Angelina adalah sosok
*lebriti sekaligus memegang posisi strategis meningkatkan keterwakilan perempuan.
dalam Partai Demokrat, Selain sudah dua Contohnya, dapat memaksa partai politik
periode menjadi anggota DPR, Angelina membuat kriteria dalam proses pencalonan
brmasuk dari sedikit perempuan yang internal. Sebuah upaya yang relatif berhasil
nenjabat wakil sekretaris jenderal di
rusan pusat partai politik.
' Hal tersebut disebabkan rumusan pasal yang tidak
perempuan dalam dunia politik di memberikan sanksi jika partai politik tidak memenuhi

Indonesia mulai bergeliat pada awal reformasi pencalonan 30% perempuan. Pasal 65 ayat 1 UU

dan semakin penuh warna. Politisi No.12/2003 berbunyi: "Setiap Partai Politik peserta
wls perempuan di DPR pada periode ini memang pemilu dapat mengajukan calon Anggota DP& DPRD
t1. urengalami peningkatan, mencapai seratus tiga Provinsi dan DPRD Kabupaten/Kota untuk setiap
len orang (totat 560) atau 18% lebih. Memang daerah pemilihan dengan memperhatikan
jauh dari angka kritis 30% namun secara keterwakilan perempuan sekurang-kurangnya 30

iumlah mestinya layak diperhitungkan. persen". Kata 'dapat' dalam ayat tersebut
rgeli di partai politik, keikutsertaan menimbulkan pen#siran bahwa partai politik tidak
la perempuan dalam kepengurusan mulai memiliki kewajiban karena hanya'memperhatikan'
rteri dipandang serius oleh para elit partai yang ketervyakilan perempuan sekurang-kurangnya 30

Dersen.
Studi Pofitik No. 2, Vol L,ZOLL

mengingat separo partai politik peserta memuaskan bagi representasi perempuan di


Pemilu2}} padaakhirnyamencalonkanS}% legislatif, hanya 65 orang (11,%) caleg
perempuan sebagai anggota legislatif. Tabel perempuan yang terpilih untuk DPR. Partai-
berikutinimemuatinformasitersebut. partai bartyangmencalonkan lebih dari30%
Tabel L
Partai Politik yang Mencalonkan Perempuan >300/o
untuk tingkat DPR RI pada Pemila2004
No Partai Politik Yo Caleg 7o Perolehan Suara
Perempuan (DPR)
1 Pafia Kead lan Seiahtera (PKS) 40.3 7.34
2 Partai Keadilan dan Persatuan 38.8 r.26
Indonesia GKPI)
a
J Partai Sarekat Indonesia (PSD 38.6 0.6
4 Partai Perhimpunan Indonesia Baru 38.s 0.s9
(PPrB)
5 Partai Persafuan Nahdlatul Ummah 38.4 0.79
Indonesia PPNUI)
6 Partai Kebangkitan Banssa (PKB) 37.6 10.57
7 Partai Buruh Sosial Demokrat GBSD) 37.1 0.56
8 PartaiKarya Peduli Banssa GKPB) 35.9 2.II
9 Partai Merdeka 35.6 0.74
10 P arlai Penegak Demokrasi Indonesia 35.1 0.75
(PPDr)
11 Parta Amanat Nasional (PAN) 35 6.44
I2 Parta Persatuan Daerah GPD) 34.2 0.58
13 P afiai Persatuan Demokrasi 32.7 I.16
Kebanssaan (PPDK)
I4 Partai Bintans Reformasi (PBR) 31.5 2.44
Sumber: diolah dari data Komisi Pemilihan (Jmum, dikutip da1. dataPUSKAPOL FISIP UI

Tabel 1 menginformasikan bahwa kebijakan perempuan/ tidak berhasil meraih kursi di


afirmatif cukup direspon oleh partai-partai DPR dan DPRD. Hasil pemilu 2004
politik baru dengan menominasikan memberikan pelajaran bahwa keterwakilan
perempuan melebihi 30%. Dafi 24 partai perempuan dalam politik menemui sejumlah
peserta Pemilu 2004, sebanyak 1.4 partai kendala yang akan ditemui pada pemilu-
memenuhi ketentuan pasal 65. PKS pemiluberikutnya.
menempati urutan pertama dengan 40.3%,
sedang yang terendah dari kelompok ini ,Dinamika politik bergerak cepat dalam
adalah PBR dengan 31.5% perempuan yang sepuluh tahun reformasi. Peraturan
dicalonkan. Situasi berbeda ditunjukkan politik pun mengalami
perundangan bidang
partai politik lama, seperti Golkar perubahan, demikian halnya kebijakan
(mencalonkan 28.3%), PDIP (28%) dan PPP afirmatif untuk perempuan dalam politik.
(22%). Hasil Pemilu 2004 masih belum Tulisan ini akan mengulas keterpilihan
Sri Budi Eko Wardani, Representasi Politik perempuan

perempuan di legislatif hasil Pemilu 2009 dan


uan di belum berhasil memenuhi target representasi
tantangan yang dihadapi menjelang pemilu
caleg perempuan seperti diamanatkan dalam
2014. Situasi politik pasca pemilu 2009
. beberapa kesepakatan internasional.
Partai-
memiliki arti strategis bagi kelangsungan
ri30% Misalnya dalam Resolusi ECOSOC tahun
kebijakan afirmatif sekaligus pencapaian
1990, pasal 15 merekomendasikan tar get 30%
representasi perempuan. Dari aspek formal,
perempuan dalam posisi kepemimpinan
kembali terjadi perubahan UU Partai Politik
dicapai pad a1995 dan meningkat menja di 50 %
dan Pemilu menjelang pemilu 2014, di mana
representasi perempuan pada 2000. Lalu pada
partai-partai politik semakin terkonsolidasi
1 1995 Iahir kesepakatan Beijing Platform for
secara internal dan saling menerka kawan
Action yang isinya mendorong jender balance
dan lawan dalam koalisinya. Revisi UU
publik. Selanjutnya
(50:50) dalam posisi-posisi
Pemilu yang sedang dibahas DPR kali ini
Millenium Development Goal (MDG) yang
dipastikan sarat kepentingan pragmatis demi
disepakati pada 2000 merekomendasikan
tujuan efektivitas demokrasi prosedural,
target minimal30% perempuan dalam posisi
Dari aspek politik, situasi transaksional publik dicapai pada 2015.
politik antarelit kini kian transparan dan
tanpa malu-malu. Hal itu mempengaruhi
Target MDG masih jauh dari harapan, Hingga
posisi tawar para calon dalam seleksi internal
tahun 2011, hanya beberapa negara yang
paftai,termasuk bagi calon perempuan. Pada
representasi perempuan di parlemen nasional
akhirnya kedua hal tersebut dapat lebih dari 30%. Tertinggi adalah Rwanda
menjerumuskan gerakan perempuan di
(56%), disusul Afrika Selatan (46%), Belanda
posisi persimpangan jalan: pro target
(40.7 %), Costa Rica (38.6%),lalu disusul Nepal
efektivitas demokrasi prosedural yarrg
yang baru lepas dari konJlik politik (33%), dan
artinya jumlah perempuan di DPR (masih)
Timor Leste (30%), Sementara itu masih ada
menjadi tujuan dan menerima segala
enam negara yar.g tidak ada anggota
konsekuensinya, versus pro perbaikan
perempuan di parlemen nasional, .yaitu
II kualitas representasi perempuan yang artinya
Micronesia, Nauru, Solomon Islands, Palau,
berkonsentrasi pada 'medan' advokasi yang
Tuvalu, Qatar dan Arab Saudi, Tetapi
rrsi di panj ang dan sangat menguras engrgi.
sejumlah negara lainnya hanya memiliki satu
2004
atau dua perempuan di parlemen, misalnya
akilan A. Analisis Keterpilihan Perempuan di
hanya dua perempuan di parlemen Papua
umlah Legislatif Hasil Pemilu 2009
Nugini.
:milu-
Peningkatkan representasi perempuan di
Situasi tersebut menunjukkan persoalan
lembaga legislatif merupakan komitmen
representasi politik perempuan secara
lalam internasional. Indonesia bukan satu-satunya
internasional, masih sulit memenuhi target.
turan negara yang bergulat dengan masalah
Sekalipun regulasi kuota dengan berbagai
;alami representasi politik perempuan. Menurut
variannya sudah diterapkan di 80 negara, baik
jakan laporan United Nations Development
melalui konstitusi, UU, atau aturan internal
rolitik. Program (UNDP) masih banyak negara yang
partai, namun faktor regulasi tampaknya
ilihan

L61,
Studi Politik No. 2, Vol 1, 2011

I
bukanlah faktor tunggal yang berpengaruh sebelumnya. Kelompok perempuan yang
terhadap representasi perempuan di banyak berharap cemas menanti hasil Pemilu, pun
negara, termasuk Indonesia, Sebagai cukup berlega hati. Apalagi setelah
perbandingary kondisi representasi politik serangkaian advokasi sepanjang pembahasan
perempuan di kawasan Asia Pasifik rata-rata revisi UU Pemilu setahun sebelumnya yang
masih jauh dari target 30%. Hanya Selandia sangat menguras energi.
Baru, Nepal dan Timor Leste yang sudah
mencapai 307o. Disusul Afganistan (27.3%) UU No. 10 tahun 2008 tentang Pemilu
dan Australia (27.4%), Di Asia Tenggara, Legislatif memuat dua pasal afirmatif yaitu
Kamboja dan Filipina mencapai lebih 20% pencalonan dan penempatan calon
representasi perempuan di parlemen nasional, perempuan di daftar calon yang
sedang yang lain masih di bawahnya, seperti dikombinasikan dengan sistem proporsional
Indonesia (18%), Thailand (13.3%), dan semi terbuka-. Calon terpilih didesain sebagai
Malaysia (9.9%). Di Asia Selatary India yang kombinasi antara hasil seleksi internal partai
sudah cukup lama menerapkan regulasi dan pilihan konstituen. Maka ditetapkan calon
kuota, termasuk rendah representasinya yaitu terpilih adalah yang meraih suara 30% dari
10.6%; masih lebih tinggi Bangladesh yang Bilangan Pembagi Pemilih (BPP) (pasaI21'4
mencapai 18.6%. Gambaran tersebut UU No.10/2008), jika tidak ada yang
menunjukkan upaya-upaya advokasi untuk memenuhi BPP maka berlaku nomor urut.
meningkatkan representasi kepemimpinan Logikanya, afirmatif dalam penempatan
politik perempuan masih menemui jalan yang perempuan di nomor urut atas akan bertemu
terj al dan berliku, seperti dialami Indonesia. dengan penetapan calon terpilih yang semi-
nomor urut. Strategi ini ditempuh mengacu
Hasil riset Pusat Kajian Politik (PUSKAPOL) pada rumus yang sudah teruji di banyak
FISIP UI yarrg dirilis pada awal 201.1.' negara bahwa sistem Pemilu tertutup atau
menyiratkan bahwa peningkatan jumlah semi tertutup cenderung kondusif bagi
perempuan di DPR RI dan DPRD hasil pemilu peningkatan jumlah perempuan terpilih
2009 sesungguhnya bermakna "jalan di Sistem Pemilu tertutup dikombinasikan
tempat". Sebenarnya hasil pemilu cukup dengan afirmatif dalam daftar calon akan
melegakal banl'2ft pihak. 100 perempuan berdampak bagi naiknya jumlah perempuan
terpilih duduk di kursi DPR. Ada terpilih.
peningkatan jumlah dibanding periode

PUSKAPOL FISIP UI pada 2010 meiakukan riset


Lihat UU No.10 tahun 2008 tentang Pemilu Legisla:
tentang keterpilihan perempuan di lembaga legislatif.
yahg memuat dua pasal tentang afirmatif, yaitu Pasal i'
Tim peneliti terdiri dari Sri Budi Eko Wardani, Ani
yang berbunyi "Daftar calon memuat paling kurang 3t
Soetjipto, Yolanda Panjaitan, Didik Supril.anto dan
calon perempuan" . Dan pasal 55 ayat 2 berbunyi "Dah--
Wawan Ichwanuddin. Hasil riset ini dipublikasikan
setiap tiga ca1on, sekurang-kurangnya terdapat sa:.
dalam bentuk naskah rekomendasi kebijakan.
calon oeremouan".

L62
Sri Budi Eko Wardani, Representasi Politik Perempuan

ho dan kontra sempat terjadi di parlemen harus siap diganti melalui penggantian
dalam pembahasan UU Pemilu. Ada partai antarwaktu jika terpilih melalui mekanisme
politik yang berkeinginan menerapkan suara pasal2'J,4UU No,10/2008 tetapi tidak meraih
terbanyak karena dianggap lebih suara terbanyak. Situasi ini
menimbulkan
demokratis. Opini dikembangkan bahwa keresahan terutama di kalangan caleg
nomor urut adalah produk orde baru yang perempuan. Bahkan menuai perpecahan di
otoriter dan tidak mendidik rakyat dalam antara caleg perempuan antarpartai politik
melakukan pilihan politiknya. Semua alasan peserta Pemilu. Ada yang merasa aturan
u
vang masuk akal dan rasional. Situasi pro partai dengan tetap menerapkan suara
rtu
lon
dan kontra tersebut kembali terbanyak itu lebih
membuat telompok Tetapi keputusan
I I meloloskan adil, ada pula yang
perempuan seakan t t UU Pemilu merasa nomor urut
tersudut. Di satu sisi, No.10/2008 sesungguhnya lebih adil. Tapi
alasan bahwa suara tidak solid. UU Pemilu tersebut umumnya para caleg
rrtai memang disahkan dan berlaku, tetapi
alon
terbanyak lebih demokratis
partai yang pro suara terbanyak tetap peremPuan
adalah tak terbantahkan jalan dengan agendanya. Di internal menghadapi dilema:
dari
tetapi bukan berarti tidak partai, mereka memberlakukan suara apakah terus atau
| 214
ada masalah. Sementara, terbanyak, seperti yang dilakukan oleh mundur dari
Iang perjuangan. afirmatif PAN dan Partai Demokrat. Mereka
I
pencalonan ,
uruL mernbuat edaran kepada pengurus di
membutuhkan regulasi
atan daerah dan para calegnya bahwa partai
Emu
hulu-hilir sebagai memberlakukan suara terbanyak. Di tengah
prasyarat. Di sinilah titik kegamangan tersebut,
ieIIu-
kritis advokasi representasi muncullah gugatan
gacu
perempuan dibenturkan dengan isu judicial review pasal 21,4 ke Mahkamah
nyak
representasi berbasis akuntabilitas. Namun Konstitusi. Penggugat meminta agar MK
atau
fraksi besar seperti Golkar dan PDIP membatalkan pasal 21.4 karcna melanggar
bus
mendukung proporsional semi terbuka kedaulatan rakyat dan tidak demokratis.
)ilih.
ketika itu, maka loloslahUU Pemilu tersebut Tepat beberapa hari sebelum tahun 2008
ikan
pada Oktober 2008. berakhir, para hakim MK memutuskan untuk
akan
menerima judicial review, yakni
Puan
Tetapi keputusan meloloskan UU Pemilu membatalkan pasal 214 dan memberikan
No.10/2008 sesungguhnya tidak solid. UU pertimbangan hukum bahwa suara terbanyak
Pemilu tersebut memang disahkan dan lebih mencerminkan kedaulatan rakyat.
berlaku, tetapi partai yang pro suara
terbanyak tetap jalan dengan agendanya. Di
ess internal partai, mereka memberlakukan
Pasal suara terbanyak, seperti yang dilakukan oleh
Pengalaman beberapa caleg perempuan terkait
ang PAN dan Partai Demokrat. Mereka keputusan suara terbanyak dapat dilihat dalam
membuat edaran kepada pengurus di daerah
buku "Menyapu Dapur Kotor: Refleksi Perempuan
dan para calegnya bahwa partai dan Politik Era Reformasi" (2010) yang diterbitkan
memberlakukan suara terbanyak. Para caleg
PUSKAPOL FISIPUI.

1.63
Studi Pof itik No. 2, Volt,20Ll

.- .- terpilih. Seolah
sebagai penetapan calon
t f Hasil Pemilu memang mengamini keputusan MK, partai-partai
- - membawa kele gaan, politik pun segera balik badan: menyetujui
representasi perempuan di pemberlakuan suara terbanyak pada pemilu
DPR menembus jumlah tertinggi 2009. Ibarat nasi sudah menjadi bubur,
sepanjang sejarah parlemen di gerakan perempuan harus menelan pil pahit.
Indonesia: 100 kursi perempuan Tindakan afirmatif tidak bermakna, pilihan
di DPR (18%) yang berasal dari "pasa{' menentukan, tarung bebas antarcaleg
sembilan partai politik lolos di daerah pemilihan, dan rasa pesimis tentang
parliarnentary treshold 2,5% . kelanjutan advokasi representasi perempuan
kianmenguat.
Silang pendapat hukum pun terjadi. Ada
yang berpendapat keputusan MK tidak bisa Hasil Pemilu memang membawa kelegaan,
diberlakukan pada pemilu 2009 karena terjadi representasi perempuan di DPR menembus
kekosongan hukum sebelum DPR membuat jumlah tertinggi sepanjang sejarah parlemen
revisi atas pasal yang dicabut tersebut. di Indonesia: L00 kursi perempuan di DPR
Pendapat ini meminta KPU tidak perlu (18%) yang berasal dari sembilan partai politik
melaksanakan keputusan MK dan tetap lolos parliamentary treshold 2,5%.
berpatokan pada UU Pemilu sebab tugas KPU Lengkapnya lihat tabel berikut:
adalah melaksanakan UU. Mantan anggota
Tabel2
|umlah Perempuan di DPR Hasil Pemilu 2009 dan
|umlah Caleg Perempuan Partai Politik di DPR
No Partai Politik Jumlah Perempuan Jumlah Caleg
(% dari total kursi partai) Perempuan
1 Partai Demokrat 35 orang (24%\ 22'J, orans (32,94%)
2 Partai Golkar L8 orans (18%) 194 otans (30,27%)
PDI Periuangan 77 oranr ft8%) 222 orang (35,41.%)
4 PKS 3 orans (5%) 212 orang (36,61,%)
5 PAN 7 orans. fts%\ 177 orans,Q9,70%\
6 PPP 5 orans ft3%\ 127 olang(26,91,%)
7 PKB 7 orans, Q5%\ 134 orans, G3,67%\
8 Partai GERINDRA 4 orans ft9%) 116 orans,(29,29%\
9 Partai HANURA 4 orans (22%\ 186 orang (30,74%\
TOTAL 100 orans (18%) 3.910 (34,5%)

Sumber: Puskapol FISIP UI, diolah dari data KPU

KPU Ramlan Surbakti termasuk yar.g


berpandangan seperti ini. Tetapi pendapat
Secara umum ada peningkatan jumlah caleg
lain, yang lebih dominan, menilai KPU bisa perempuan untuk DPR pada pemilu 2009
langsung melaksanakan keputusan MK dibandingkan pemilu 2004. Total caleg pada
dengan mengacu pada suara terbanyak pemilu 2009 adalah 11.301 orang, dengan
Sri Budi Eko Wardani, Representasi Politik Perempuan

olah jumlah caleg perempuan sebanyak 3.9L0 nomor urut satu adalah 18,2%, naik dari
rrtai orang atau 34,5 persen. Pada pemilu 2004, pemilu 2004yang berjumlah 15%-. Partai
:ujui jumlah caleg perempuan adalah33,2%. Dari Demokrat yar.g meraih kursi terbanyak
nilu sisi pencalonan perempuan untuk DPR pada untuk perempuan, termasuk paling banyak
bur, pemilu 2009, ada delapan partai yang meneinpatkan caleg perempuan di nomor
ahit, mencalonkan lebih dari 40 persen caleg urut 1 (18,22%). Sedangkan PKS dan PDIP
ihan perempuan, yang tertinggi adalah Partai termasuk paling rendah menempatkan caleg
aleg Pekerja dan Pengusaha Indonesia (49,3%). perempuan di nomor urut satu, masing-
tang Sementara dari sembilan partai yang meraih masinghanya2,6%.
)uan kursi DP& ada tiga partai yang tidak berhasil
mencalonkan 30 persen caleg perempuan Kedua adalah penempatan caleg perempuan
yaitu PPP, PAN dan Gerindra. dalam daftar calon yang mencerminkan
,aar\ interpretasi partai politik terhadap pasal 55
rbus Hasil yang lebih menarik diperlihatkan oleh ayat2. Pasal tersebut mengatur minimal satu
men data nomor urut caleg perempuan. Ada calon perempuan di setiap tiga nama calon
DPR beberapa catatan terkait data nomor urut dalam daftar calon. Tampaknya pasal ini
,litik caleg perempuan tersebut. Pertama, caleg ditafsirkan oleh partai politik dengan cara
5%. perempuan yang ditempatkan partai politik menempatkan perempuan di nomor urut 3
di nomor urut satu lebih banyak dibanding dan kelipatannya. Setidaknya hal itu tampak
pemilu 2009. Datayang diolah Kevin Evans dari tabel berikut ini.
menunjukkan jumlah caleg perempuan di

Tabel3
Persentase Nomor Urut Caleg DPR RI pada Pemilu 2009

Nomor Urut Calee Persen Cales Laki-laki Persen Caleg Perempuan


Calee No 1 81..7 18.3
Cales No 2 65.3 34.7
Calee No 3 39.0 6L.0
Caleg No 4 73.6 26.4
Cales No 5 64.9 35.1
Ca]eg No 6 45.7 54.3
Calee No 7 72.9 27.1
Calee No 8 6'J..6 38.4
Calee No 9 54.2 45.8
Cales No 10 85.1 14.9
a4 a
Cales No 11 68.7 J-t.J
No 12 66.0 34.0
TOTAL 65.3 34.7

:aleg Sumber: Data diolah oleh Kevin Evans, dapat diakses melalui www.pemilu.asia
2009
pada
ngan In{ormasi tersebut dalam dilihat di www.pemilu.asia

1.65
studi Pof itik No. 2, vol L,20LL

Tabel tersebut menunjukkan caleg perempuan threshold (PT) 2,5% untuk kursi DPR
palingbanyak ditempatkan dinomor urut tiga memberikan kontribusi signifikan bagi
(61,%), sedang caleg laki-laki di nomor urut naiknya kursi perempuan di DPR. Aturan PT
sata (81.7%). Dapat dikatakan bahwa efek bertujuan mengurangi jumlah partai di DPR
afirmatif dalam penempatan cukup efektif, dengan cara mengeluarkan perolehan suara
dengan lebih banyak caleg perempuan di tiga partai politik yang tidak memenuhi 2,5% stara
urutan atas daftar calon. Namun apakah nasional. Dengan cara ini, maka penghitungan
afirmatif dalam penempatan caleg perempuan suara untuk kursi DPR hanya dilakukan untuk
memiliki dampak terhadap peluang 9 partai saja. Maka. ada selisih antara suara
keterpilihan ketika penetapan calon terpilih dengan kursi yang diperoleh, Misalnya Partai
berubah menjadi suara terbanyak? Demokrat yang secara nasional rnencapai2l%
suara, tetapi r'rrengrasai 26% kursi DPR.o
]awabannya bisa ya dan tidak, seperti Perolehan kursi partai yang besar berimbas
ditunjukkan hal yang ketiga ini. Ternyata pada keterpilihan caleg perempuan. Partai
mayoritas caleg perempuan yang terpilih Demokrat yang bisa memenangkan rata-rata
adalah yang di nomor urut satu. Data yang tiga kursi di sebagian daerah pemilihary pasti
diolah Puskapol memperlihatkan 44 persen terdapat satu kursi terpilih untuk caleg
caleg perempuan terpilih di DPR adalah perempuan. Maka kemenangan Demokrat
nomor urut satu. Demikian halnya caleg laki- yang "Iuar biasa" pada Pemilu 2009 - jika
Laki, 69% caleg laki-laki yang terpilih adalah dibandingkan suara partai politik lainnya -
nomor urut satu. InJormasi ini menarik jika berimbas pada naiknya secara "luar biasa"
dikaitkan dengan pendapat bahwa ketika juga kursi perempuan. Seperti diketahui,
suara terbanyak diberlakukan maka nomor anggota perempuan DPR yang terbanyak
urut menjadi hilang relevansinya. Persoalan berasal dari Partai Demokrat (35 orang).
teknis barangkali salah satu alasan suara
terbanyak belum bekerja secara efektif pada Di level nasional, kenaikan kursi perempuan
pemilu 2009. Hal teknis di sini mengacu pada di DPR dapat dikatakan sebagai kombinasi
mepetnya waktu antara keputusan MK antara faktor regulasi, dalam hal ini afirmatif
dengan pelaksanaan Pemilu sementara partai pencalonan-penempatan perempuan dan PT
sudah menyusun daftar calon tetap 2,5%, dan faktor kenaikan suara Partai
berdasarkan logika nomor urut. Selain itu Demokrat yang sangat luar biasa.' Ditambah
para caleg pun sudah ditetapkan daerah lagi Demokrat relatif banyak mencalonkan
pemilihannya sehingga tidak ada kesempatan perempuan di nomor urut satu (18% dari total
bagi caleg untuk beralih atau menarik diri dari caleg), dan semuanya terpilih. Artinya
pencalonan. Di sisi lain, proses Pemilu yang
masih carut marut belum menjamin setiap
suara pemilih dihitung secara jujur dan 6 Menurut data KPU, Partai Demokrat pada Pemilu
memperoleh 21. 703.137 suar a atau 20.42% ; dan
2009
transparan. memperoleh 150 kursi DPR atau setara26.4%.
7 Kenaikan suara Partai Demokrat mencapai600%,
pada Pemilu 2004, Demokrat hanya meraih 8.455.225
Untuk level nasional, tampaknya tak bisa suara (7,45%), lalu pada Pemilu 2009 naik menjadi
dipungkiri bahwa aturan parliamentary 21.703.737 suan (20.4%\.
Sri Budi Eko Wardani, Representasi Politik Perempuan

)Pi kenaikan tersebut sangat rentan untuk DPRD Gowa, Sulsel (42%) dan DPRD Kota
ta:: mengalami penurunan jika kondisi ini tidak Tomohon, Sulut (40%). Daerah-daerah di
1P- terjadi pada Pemilu berikutnya, yaitu: (1) Papua, Papua Baral, dan Aceh termasuk yang
ND: tidak ada partai politik yang meraih rendah jumlah anggota perernpuan di DPRD.
JL: kemenangan besar di banyak daerah
pemilihan, (2) tidak ada partai besar yang Perhatian masyarakat, termasuk organisasi
l!-:- mencalonkan perempuan di nomor urut satu perempuarL terhadap implementasi aturan
1i:. :ada lebih banyak daerah pemilihan, dan (3) afirmatif di tingkat lokal masih sangatrendah.
J3-: 'ika PT tidak naik atau tetap 2,5%, lnaL yang Misalnya perhatian terhadap kepatuhan
rrenjadi perdebatan di antara partai politik partai politik mencalonkan 30% perempuan
untuk DPRD. Patut diduga bahwa kepatuhan
=aat ini dalam pembahasan
revisi UU Pemilu.
PF. laktor regulasi tampaknya berpengaruh pada partai politik dalam pencalonan 30%
-;-
t- 1- -
-<enaikan representasi perempuan di nasional. perempuan untuk DPRD, apalagi di
:F:-
Kondisi berbeda ditunjukkan dari 'hasil kabupaten f kota,'sangat rendah. Dalam UU
:?.J -ieterpilihan perempuan di lokal, baik Pemilu memang tidak ada sanksi untuk pasal
:rovinsi maupun kabupaten/kota. Hasil ini, tetapi UU memerintahkan KPU untuk
mengumumkan pencalonan perempuan oleh
-ngolahan data Puskapol memperlihatkan
-\: - :ia kenaikan jumlah perempuan di DPRD partai politik secara terbuka melalui media
.; ::ovrnsi dan kabupaten/kota jika dihitung massa, yang bisa dianggap sebagai sanksi
=<ara keseluruharL yaitu 16% di DPRD publik bagr parlai. Persoalannya/ mungkin
:- ::u'rr-insi dan12% di DPRD kabupaten /kota. karena alasan biaya terbatas, KPU (pusat)
h-abar baiknya, anggota perempuan ada di 33 hanya mengumumkan rekapitulasi
:r IPRD Provinsi, tertinggi persentasenya di pencalonan perempuan oleh partai politik
IPRD Maluku (31%), dan terendah di DPRD untuk tingkat DPR, sementara tidak ada
\',:sa Tenggara Timur (5%). Bahkan di rekapitulasi untuk pencalonan di DPRD yang
--t'srapa daerah melonjak secara drastis bisa diakses secara nasional" Maka tidak ada
-at ::-:anding periode sebelumnya, termasuk inJormasi menyeluruh tentang kemampuan
\.1',uku. partai politik peserta Pemilu dalarn
mencalonkan perempuan di setiap daerah
-=entara itu di kabupaten fkota, dari 497 pemilihan (pusat dan daerah).
::^R.D kabupaten f kota, masih ada daerah
Merujuk pada data jumlah perempuan yang
.
-.i tidak ada anggota perempuan di DPRD-
-::! :'.: Data Puskapol mencatat ada empat terpilih, ada kondisi dimana semakin ke
:-:air vang tidak ada anggota perempuan, tingkat lokal maka semakin sedikit jumlah
:=. ada puluhan DPRD kabupaten / kotay ang perempuan terpilih. Pertanyaannya adalah
L-.;iria perempuan hanya satu atau dua mengapa faktor regulasi (sistem Pemilu dan
r:: i. Ada delapan DPRD yang representasi afirmatif) yang berdampak positif pada
mencapai 30%, tertinggi adalah keterpilihan di level nasional seperti tidak
-:i:rDuan
relevan di tingkat lokal. Beberapa analisis bisa
. -'--.::k melihat hasil lengkap riset Puskapol tentang diajukan. Fertama, UU Pemilu No.10/2008
r=:=-ilihan perempuan pada Pemilu 2009 dapat tidak mengatur PT untuk kursi DPRD
: -- .,<s melalui www.puskapol.ac.id

t67
T
il

Studi Pofitik No. 2, Vol1.,2OLL

sehingga jumlah partai di DPRD amat pertimbangan, maka pemilih lebih suka
beragam. Rata-rata di DPRD terdapat lebih memilih calon laki-laki. Artinya, caleg
dari sembilan partai, bahkan di perempuan yang bersaing di tingkat lokal
kabupaten /kota terdapat DPRD yang jumlah lebih menghadapi kendala berlapis-lapis,
partainya sangat banyak sehingga tiapopartai yaitu regulasi yang tidak setara, komitmen
umuffrnya hanya memiliki satu kursi. Jika partai yang rendah, dan dukungan pemilih
umumnya partai hanya mampu meraih satu yangrendahpula.
kursi, maka hampir dipastikan kursi tersebut
dimenangkan calon laki-laki. C. Sejumlah Tantangan Menuju Pemilu
2014
Kedua, faktor nomor urut yang relevan di
level nasional, ltgaditemui untuk keterpilihan Pemilu 20L4mernang masih tiga tahun lagi. Di
perempuan di lokal. Data Puskapol pun akhir 201,'1, ini, DPR dituntut harus
menunjukkan sebagian besar jumlah menyelesaikan revisi UU Pemilu agar
perempuan yang terpilih di seluruh DPRD persiapan Pemilu bisa dilakukan dua setengah
provinsi (41.%) dan kabupaten/kota (41%) tahun sebelum hari pemungutan suara. Masih
adalah nomor urut satu. Hal ini menegaskan ada beberapa isu krusial yang rawan
bahwa nomor urut atas berpeluang terpilih perdebatan seperti penentuan batas PT. RUU
sehingga afirmatif penempatan calon Pemilu yang disusun Badan Legislatif memuat
perempuan di urutan atas daftar calon sangat tiga usulan PT yang diusulkan 9 fraksi, yaitu
mendukung peningkatan keterwakilan tetap 2,5%, 3-4% dan 5%. PT juga akan
perempuan di legislatif. Namun jika dilihat diberlakukan di DPRD provinsi dan
keterpilihan perempuan di DPRD kabupaten /kota. Selain PT, isu krusial lainnya
kabupaten/kota yang sangat beragam, ada adalah sistem pemilu khususnya alokasi kursi.
daerah yang tinggi, rendah dan tidak ada, besaran dapil dan penetapan calon terpilih.
dapat diartikan partai politik umumnya tidak Isu afirmatif perempuan tampaknya bukan
mencalonkan perempuan di urutan atas. salah satu isu utama dalam pembahasan revisi
UUPemilukaliini.
Ketiga, sangat bervariasinya keterpilihan
perempuan di tingkat lokal dengan hasil yang Situasi politik pasca Pemilu 2009 merupakan
rendah khususnya di kabupaten /kota tantangan tersendiri bagi advokasi perjuangan
menimbulkan dugaan bahwa pemilih tidak peningkatan representasi perempuan dr
memilih calon berdasarkan jenis kelamin dan legislatif. Harus diakui ada sejumlah
kalaupun jenis kelamin dijadikan persoalan dalam representasi politik
perempuan yang menuai rasa pesimis. Hasi,
9 Misalnya di DPRD Kab. Humbang Hasudutan berupa peningkatan jumlah perempuan di
(Sumut), jumlah anggota 25 orang dan jumlah partai DPR dan di seluruh DPRD provinsi dax
politik peraih kursi ada 20 partai. PPRN dan
Demokrat sebagai partai peraih kursi terbanyak
kabupaten /kota tentu tak bisa diabaikan
hanya memiliki 3 kursi, disusul Golkar 2 kursi. namun capaian tersebut menggiring pada
Lainrrya berbagi sama yaitu satu kursi. Jumlah
pertanyaan kritis yang selalu muncul yaitu
anggota perempuanhanya satu orang (Hanura).

1.68
Sri Budi Eko Wardani, Representasi Politik Perempuan

suka jumlah dihadapkan dengan kualitas, Sangat partai yang sama dengan suami mereka. Jadi,
caleg tidak adil sebenarnya karena pertanyaan yang selain pengurus partai politik, calon
lokal sama mestinya layak dihadapkan pada laki- perempuan yang ditempatkan dalam nomor
-lapis, laki yang mayoritas dari sisi jumlah dan lebih urut kecil dan kemudian terpilih memiliki
10
,itmen lama berkiprah dalam dunia politik. hubungan keluarga di partai politik tersebut.
:milih
Isu jumlah versus kualitas makin menguat Demikian halnya tren di pencalonan untuk
ketika perempuan terpilih (legislatif dan kepala daerah dan wakil kepala daerah.
emilu eksekutif) belum bisa menjadi etalase publik, Beberapa calon perempuan yang berhasil
belum bisa meyakinkan rakyat-pemilih terpilih seba gai kepala daer ah f w akil memiliki
bahwa perempuan di politik bukan sekedar latar belakang klan politik atau kedekatan
rgi. Di hadir melainkan juga membawa perubahan ke langsung dengan pengrasafelit politik di
IAIUS arah lebih baik, dan karenanya layak diganjar daerah bersangkutan. Misalnya isteri atau
agar dengan tindakan afirmatif. Situasi semakin anak perempuan bupati yang sudah dua kali
:ngah sulit ketika dalam sepuluh tahun ini, berkuasa dicalonkan sebagai calon bupati
vlasih perempuan dan laki-laki menjadi "tidak ada untuk periode selanjutnya (kasus Bantul,
awan bedanya" dalam berpolitik yaitu sama-sama Kediri, Kutai Kertar,"gu.u;.tt Inilahfenomena
RUU berperilaku politisi (semata) yang mengejar " lairt" dalam representasi politik perempuan,
lmuat kedudukan dan kepentingan. Apalagi alih-alih mencapai kesetaraan dalam politik,
yaitu kekosongan perspektif jender di kalangan isu perempuan dan politik di tangan politisi
akan perempuan terpilih makin menegasikan partai terjebak dalam politik kosmetik dan
dan kenyataan bahwa hanya perempuan yang populis guna kepentingan kekuasaan.
innya lebih fasih bicara kepentingan perempuan Kuatnya tren klan politik ini menjadikan
kursi, dengan perspektif jender daripada politisi afirmatif semacam karpet merah bagi
'pilih. laki-laki. kalangan yang memiliki akses kekuasaan
,ukan dengan mencalonkan perempuan dari
revisi Nepotisme yang kuat di kalangan perempuan "kalangan mereka sendiri".
]-ang terpilih, baik di legislatif maupun
eksekutif, membuat perempuan dilihat Promosi afirmatif untuk peningkatan
rakan sebagai perpanjangan tangan kelompok representasi politik perempuarL walau sudah
.n8an penguasa untuk memperpanjang dominasi berjalan sepuluh tahun, masih menemui
ndi kekuasaannya. Data Puskapol menunjukkan
mlah tren hubungan keluarga antara perempuan
,litik terpilih di DPR dan DPRD dengan tokoh
Hasil politik baik di partai maupun jabatan publik. 10 Lihat hasil riset Puskapol FISIP UI tentang
keterpilihan perempuan di legislatif hasil Pemilu
Ln di Dari 30 anggota perempuan di DPRD 2009 yang d,apat diakses melalui
dan provinsi, 17% adalahketua partai di provinsi www.puskapol.ac.id, dan sudah dipublikasikan di
atau kabupaten/kota yang mengaku sama MajalahTempo edisi Desember 2010.
ikan, f. Lihat Sri Budi Eko Wardani, "Perempuan dan
pada partainya dengan suami mereka. Lalu 60% Pilkada Langsung: Meretas Jalan Kesetaraan dalam
Politik?", dalam Jurnal Ilmu Politik, edisi No.21,
yaitu Flerempuan terpilih adalah pengurus partai
Jakarta: AIPI dan Pustaka Pelaiat, 2070
rnlitik provinsi atau kabupaten/kota dari

169
Studi Politik No. 2, Vol 1, 2011

persoalan yar.g sama yaitu dianggap sosio-ekonomi mencakup indeks


menyulitkan partai politik dalam rekrutmen pembangunan manusia (IPM atau HDI), indeks
dan seleksi internal mereka, Hal klasik yang pemberdayaan jender (GDI), tingkat
dikeluhkan partai politik adalah kurangnya kesuburan, kemiskinan, proporsi laki-
perempuan yang bersedia direkrut sebagai perempuan dalam kegiatan ekonomi, proporsi
calon legislatif atau pengurus partai padahal pendapatan laki-perempuan pekerja, dan
Undang-undang mensyaratkan keterlibatan sebagainya. Sedang variabel politik mengacu
perempuan sebagai pengurus dan caleg pada sistem pemerintahan dan capaian
minimal 30%. Sehingga partai politik perempuan dalam politik, sistem kepartaian,
dihadapkan pada pilihan sulit: tidak mekanisme pencalonan, partisipasi pemilih,
mencalonkan perempuan sejumlah 30% dan sebagainya. Ketiga variabel tersebut saling
berarti melanggar UU dair tidak menyertakan berkontribusi terhadap keterpilihan
perempuan sebagai pengurus partai perempuan di legislatif .

dianggap tidak mendukung keterwakilan


perempuan. Kondisi di pusat dan daerah Untuk kasus Indonesia, merujuk pada hasil
sama saja, di kabupaten/kota yang paling pemilu, variabel sosio-ekonomi patut diduga
mengkhawatirkan. Akhirnya partai memiliki kontribusi terhadap keterpilihan
melakukan "jaian pintas": memasukkan perempuan. Misalnya kondisi pembangunan
keluarga dekat yang perempuan untuk manusia (IPM) yang dilihat di provinsi dan
sekedar melengkapi formasi yang dianjurkan. kabupaten /kota. Ada kecenderungan, walau
harus dikaji mendalam, daerah yang peringkat
Bagaimana menjelaskan sejumlah persoalan IPM rendah maka jumlah perempuan yang
tersebut? Tulisan Manon Tremblay yang terpilih juga rendah/sedikit. Berdasarkan data
dirilis pada 2008 mencoba memetakan IP}l4 2007, kabupaten/Ikota yang tidak ada
variabel-variabel yang berpengaruh terhadap anggota perempuanterpilih di DPRD, memiliki
presentase perempuan di legislatif dan dapat peringkat IPM yang rata-rata rendah. Seperti
dirujuk untuk kasus Indonesia. -- kabupaten Pegunungan Bintang, Sumba Bar4t
Menurutnya ada tiga variabel yang Data, Lombok Barat, untuk menyebut beberapa
mempengaruhi persentase perempuan kabupaten yang rendah peringkat IPM dan
tersebut, yaitu variabel kultural, sosio- tidak ada anggota perempuan di DPRD.
ekonomi, dan politik. Variabel kultural Artinya kondisi ekonomi dan kemajuan
mencakup kondisi perempuan yang terkait pembangunan yang belum merata memberikan
tingkat buta hurui tingkat lulus pendidikan kontribusi terhadap akses perempuan pada
tinggi, dan nilai-nilai tentang peran jender kegiatan politik, khususnya sebagai kelompok
dan agama (tradisional atau egaliter). Variabel yangdipilih.

Variabel politik jelas pengaruhnya bersifat luas


karena menyangkut domain supra-struktur
L2 Manon Tremblay (ed), Women and Legislative
(negara) dan mikro-struktur (partai politik dan
Representation: Electoral System, Poiitical Parties,
and Sex Quotas, Palgrave Macmillan, h]m 14,2008 kelompok masyarakat). Selain pilihan sistem

t7
Sri Budi Eko Wardani, Representasi politik perempuan

eks hulu-hilir proses perumusan kebijakan, Ada hal


deks
yang patut membuat kita risau terkait kondisi
representasi politik perempuan. Rendahnya
gkat
taki- representasi perempuan di tingkat lokal
porsi
menunjukkan kendala riil bagi perempuan
dan
berpolitik terjadi di tingkat yang semestinya
lebih nyaman untuk perempuan berkiprah di
gacu
aian
ranah publik. Hal ini tidak terjadi karena
banyak hal, salah satunya dukungan partai di
aiant,
nilih,
tingkat lokal. Keterlibatan perempuan dalam
aktivitas dan kepengurusan partai di tingkat
aling
han lokal masih rendah. Tidak adanya kebijakan
afirmasi di internal partai menunjukkan elit
partai belum memiliki pemahaman yang solid
hasil
terhadapisuini.
luga
ihan Selain itu,kecenderungan representasi
[nan perempuan yang rendah di kabupaten /kota
dan
paralel dengan rendahnya peringkat indeks
ralau Pemilu, alokasi kursi, besaran daerah HDI dan GEM berarti semakin ke pelosok
rgkat pemilihan, penetapan calon terpilih dan akses perempuan ke aktivitas politik semakin
sebagainya, variabel politik yang penting sulit dan ujungnya peningkatan jumlah
Yang
data juga adalah mekanisme internal partai yang perempuan perempuan terpilih semakin berat
ada oligarkis, pro kepentingan elite, dan kuatnya untuk dicapai. Di wilayah tersebut kendala
niliki kepentingan materil dalam pencalonan dan kultural seperti pemahaman agarna,
perti penempatan calon. Situasi tersebut makin persaingan antarekris, pemahaman elit lokal
Sardt kuat di internal partai yang mempersulit yang rendah tentang keadilan jender, adanya
rrapa implementasi tindakan afirmatif di internal Perda dan aturan lokal yang diskriminatif,
dan partai. Antara lain, tindakan afirmatif masih kentalnya politik identitas, merupakan kendala

PRD. dipahami secara administratif oleh elite partai yang berlipat lebih berat dihadapi perempuan
juan dengan melibatkan perempuan di "lingkaran terjun ke arena politik. Di sisi lain, perjuangan
rikan kekuasaan" atau ya:ng memiliki jaringan afirmatif masih bergulat dengan isu kapasitas
pada hubungan keluarga di partai politik, perempuan politisi yang masih lemah baik
npok
dalam perspektif dan ketrampilan berpolitik,
\{emang jumlah kursi perempuan bukanlah basis sosial perempuan politisi yang masih
mengandalkan basis jaringan keluarga, dan
-tu-satunya faktor yang harus dikejar.
Tuntutan menghasilkan legislasi yang sensitif ketergantungan basis ekonomi pada keluarga.
.luas
rktur iender bukan saja membutuhkan jumlah
c dan
perempuan yang cukup tetapi jugu Sejumlah tantangan tersebut mengerucut pada

stem kompetensi mereka dalam meramu proses isu agenda strategis kelompok perempuan

171
Studi Politik No. 2, Vol 1, 2011

,{ffi|f,
rEH. q*s

ruEtr fff,r*t{grf, Hffit4s ndffifrlt

Foto: Adrian Mulya

yang beragam. Pilihan antara


mempriroritaskan isu praktis (terkait dengan
kepentingan langsung yang dialami
perempuan seperti kesehatan, kekerasan
dalam rumah tangga) atau isu strategis (terkait
relasi kuasa laki-perempuan dalam ranah
privat-publik) adalah tidak mudah. Masalah
yar.g dialami sebagian besar perempuan
masih berkutat pada akses untuk kehidupan
yang lebih baik, sementara akses tersebut amat
tergantung pada persaingan politik kebijakan
di ranah lembaga formal dimana perempuan
belum bisa mempengaruhi keseluruhan
prosesnya. Organisasi perempuan di tingkat jumlahnya relatif banyak dan tersebar ini
lokal, mengingat faktor sejarah kooptasi orde sesungguhnya merupakan pendukung
bart, umumnya masih fokus pada isu terpenting dalam jumlah dan kualitas
pemberdayaan melalui program-program representasi politik perempuan. Untuk
penguatan wilayah domestik perempuan. itulah, kita patut merasa risau.
Sementara organisasi perempuan yar.g

172
Review Buku, Perempuan dan negara

Review Buku
d Perempuan dan Negara dalam Era Indonesia Modern
E
',4

(Susan Blackburn, Jakarta: Kalyanamitra, 2009)


ISBN : 97 8-97 9-t7 251.-2-5, 433 ha lama n

5& Oleh : Lina Rintis Susanti

rE!

HffiE Topik mengenai perempuan dalam penulisan data dan fakta berhenti sampai
politik memang belum begitu populer dan Januari 2004, namun usaha Blackburn untuk
dikaji secara mendalam dalam diskursus mendokumentasikan perjalanan sejarah
akademik ilmu politik. Studi feminisme gerakan perempuan di Indonesia merupakan
sampai sekarang harus berjuang melawan sesuatu yang patut diapresiasi, mengingat
konsep-konsep bias jender yang sering literature tentang perempuan dan politik yang
digunakan dalam ilmu politik. Buku ini spesifik melihat kasus Indonesia belum banyak
merepresentasikan salah satu pemikiran tersedia. Isu-isu yang ditulis dalam buku ini
mengenai relasi gerakan sosial dan Negara tidak hanya diungkapkan sebagai bahan
dari kacamata feminisme dengan mengambil analisis politik yang ilmiah, melainkan juga
kasus Indonesia kontemporer, Melihat judul sebagai bentuk keprihatinan yang mendalam
buku Blackburry "Perempuan dan Negara terhadap kondisi kaum perempuan Indonesia.
dalam Era Indonesia Modern", tentu pembaca
berharap akan menemukan banyak ulasan Buku ini diawali dengan ulasan mengenai
mengenai seberapa besar gerakan perempuan sejarah ideologi jender Negara Indonesia sejak
mampu mempengaruhi Negara untuk periode kolonial hingga pasca-transisi
menanggapi tuntutan-tuntutan politiknya, demokrasi 1998, serta besarnya pengaruh
demikian juga sebaliknya. sejarah tersebut terhadap perubahan watak
gerakan perempuan Indonesia kontemporer.
lr ini Buku ini merupakan tulisan sejarah relasi Pada dua bab selanjutnya, penulis mengulas
kung gerakan perempuan Indonesia dan Negara. bagaimana gerakan perempuan berhadapan
alitas Blackburn mengulasnya dengan cara dengan Negara dalam isu pendidikan bagi
lntuk meneropong setiap isu dalam bab terpisah, perempuan, pernikahan dini, dan program KB
seperti persoalan pendidikan bagi (Keluarga Berencana). Hadirnya Negara
perempuan, eksploitasi ekonomi dan dalam menanggapi isu-isu tersebut, menurut
kekerasan terhadap perernpuan. Kendati Blackburn, lebih karena Negara memiliki

173
studi Pofitik No. 2, vol L, 2oLL

kepentingan strukturalnya sendiri, seperti Penting untuk dicatat bahwa minimnya


melakukan perekrutan dan mobilisasi jumlah kaum perempuan yar.g menjadi
organisasi perempuan untuk menjalankan warganegara aktif, terutama pada periode
program-program pembangunan, khususnya pasca/ jugu diakibatkan dari pemikiran
padamasaOrba. kewarganegaraan yar-g datang dari
pengalaman kewarganegaraan laki-laki.
Pada bab selanjutnysa, penulis Pendekatan ini kurang relevan diterapkan
menggambarkan bagaimana terbatasnya pada kehidupan sehari-hari perempuary dan
perilaku kewarganegaraan kaum perempuan menghambat hak-hak kewargane garaar. y arrg
di bawah pemerintahan Indonesia dari adil (h. 190). Sayangnya, poin ini tidak
berbagai periode, kendati tercatat memiliki dieksplorasi Blackburn lebih jauh, terutama
status sosial yang ting$i dibandingkan dengan tentang aspek apa sajakah dalam kehidupan
kondisi sosial ,kaum perempuan di Negara- perempuan yang dapat menjadi hambatan
negara Asia Tenggara lainnya. Salah satu tersebut. Padahal penjelasan tersebut penting
f aktor penyebabnya adalah dominasi bagi para pembaca mengenai bentuk
pemikiran kewarganegaraan patriarkis. partisipasi politik alternati{ yang dapat
Setelah tuntutan hak memilih universal bagi dij alankan wargane gara perempuan.
kaum perempuan Indonesia dikabulkan pada
tahun 1955, perdebatan kembali muncul pasca Dalam pembahasan bab selanjutnya,
Reformasi 1998 mengenai apakah perempuan penulis mengulas perlawanan perempuan,
diperbolehkan menjadi presiden (pimpinan secara organisasional maupun individual
politik), Selain itu, tuntutan dijalankannya (tokoh elit), terhadap persoalan poligami
kuota 30% bagi perempuan untuk dapat dengan menggunakan pendekatan historis
masuk dalam kandidat calon legislati{ hadir sekalipun data tentang statistik poligami tidak
mengisi perdebatan selanjutnya. Dari tersedia. Naik-turunnya respon Negara atas
perkembangan tersebut, Blackburn tuntutan mereka dalam isu poligami juga
menyimpulkan bahwa tidak bisa dihindari dengan cukup baik dibahas, lengkap dengan
Indonesia semakin bergerak menuju model kepentingan Negara di balik dukungan
Negara yang liberal, yang semakin terbatasnya terhadap tuntutan organisasi
mempersempit ruang partisipasi-demokratis perempuan. Inkonsistensi sikap Negara dalam
warganegaranya menjadi sekedar demokrasi menanggapi isu poligami terlihat ketika UU
prosedural. Dalam model Negara yang Perkawinan disahkan tahun 197 4. P engesahan
demikian, seruan-seruan kaum perempuan UU tersebut lebih berdasar pada kepentingan
menengah perkotaan di Jawa tampil lebih Negara untuk membentuk keluarga kecil yang
menonjol mewakili warganegara perempuan diharapkan akan berdampak pada tumbuhnya
Indonesia di parlemen nasional, sementara kesejahteraan masyarakat secara social
perempuan miskin pedesaan dan juga ekonomi, dan bukan karena
perempuan di daerah terpencil semakin mempertimbangkan buruknya perempuan
tersingkir (h.192). dalam pernikahan poligami. Pengesahan UU
Perkawinan tersebut sejalan dengan agenda
Review Buku, Penernpuan dan negana

: -rlbangunan Negara Orde Baru yang Dalam isu ekonomi, tesis Blackburn
-::amaan dengan "perombakan" organisasi menyatakan bahwa gerakan perempuan
:-ir11pu?fl dan menempatkan mereka di begitu lamban menanggapi isu eksploitasi
, .-ah control Negara Orde Baru, di rnana ekonomi perempuan karena gerakan ini
---Sram resmi KB (Keluarga Berencana) didominasi oleh kaum perempuan urban
--:rcurkan. UU Perkawinan disahkan untuk terdidik dan berpunya dari sejumlah kota yang
.-:r'ani organisasi perempuan yang sudah "berkembang", sementara perempuan buruh
:.:ila s?[1? dengan rencana pembangunan miskin dibungkam. Dalam catatan sejarah
. :'.erintah (h,231 Irrdonesia, organisasi perempuan yar.g
berhasil menjawab masalah kerja perempuan
Penulis selanjutnya mengulas masalah adalah Gerwani yang kemudian berhasil
. - --<an makna kekeibuan (motherhood) yang dihancurkan dan terus diberangus oleh Orde
': dalam sejarah Indonesia sejak masa Baru,.Keberhasilan Gerwani tidak terlepas dari
--:ri.al, sampai masa transisi demokrasi 1998. watak gerakannya yang melibatkan partisipasi
'.:n sejarah Indonesia, rnakna kekeibuan basis massa yang luas dalam menyerukan
.:''adi arena kontestasi konstruksi citra tuntutan-tuntutan eksploitasi ekonomi
:-ng perempuan sebagai Lbr, baik dalam terhadap perempuan. Tidak secara jelas
.--Lanva yang lebih konservatif maupun dinyatakan oleh penulis bahwa persoalan
-
: tebih aktif-progresif . Di bawah kelambanan gerakan perempuan menanggapi
-'=:nimpinan Sukarno, makna kekeibuan persoalan ini disebabkan oleh watak gerakan
.:n mendorong kaum perempuan untuk perempuan yang elitis, yar.g hanya terfokus
:,rk beljuang dalam arena politik. pada kepentingan kelompok perempuan
- kekeibuan menjadi perhatian
--..--Knva, isu muda terdidik atau kelas menengah-atas
..:':. Orde Baru yang begitu membutuhkan sebagai pendukung utamanya.
, --:.u modern yang bertanggung jawab
-- '-:'esarkan anak-anak yang berakhlak baik. Penulis jrgu membahas
',.:-,a kekeibuan ditundukkan dalam kecenderungan kaum perempuan menjadi
- ,'l3i aturan dan pembatasan terhadap korban kekerasan daripada peiaku sebagai
-:]rpL1an, seperti Program KB, dan suatu fakta yang terhubung dengan posisi
-,-<r,rng oleh ide konservatif keluarga mereka dalam struktur sosial dan politik.
=r'rgah yar.g mendomestikasi kaum Perempuan lebih rentan dibandingkan laki-
: r..plr?I1 di balik ide-ide "perlindungan" laki dan kurang mampu menyuarakan
.:.:a terhadap kaum perempuan. Negara pandangan rnereka. Isu kekerasan seksual
.,. Orde Baru ikut menentukan rnasalah bukanlah persoalan yang diakui di Indonesia
at dalam program KByang hingga akhir l990-an. Problem kekerasan
- - e nrentasinya dif okuskan pada seksual di Indonesia mendapat penentangan
-'atasan peran dan tubuh perempuan baik dari dalam Negara sendiri (elemen
:,..:r slogan "Dua Anak Cukup". Di sisi lain, militer) dan juga dari kalangan perempuan itu
.:'. ibu masih terus harus berjuang sendiri (lingkaran keagamaan). Negara
.:apai hak-haknya namun tak kunjung Indonesia baru mengakui problem ini setelah
r:or1 Negara, misalnya dalam hal isu datang berbagai tekanan dari lembaga-
- ,-,'.ian ibu dananak.

175
Studi Politik No. 2, Vol 1, 2011

lembaga internasional yang penanganannya tidak memberikan identifikasi eksplisi:


sendiri masih belum diimplementasikan mengenai watak, ciri dan platform gerakan
secara konsisten. perempuan Indonesia kontemporer. Padaha-
pada bab-bab sebelumnya, sudah digambarkar.
Beberapa kesimpulan yang ditarik dan dicontohkan bagaimana gerakar.
Blackburn antara lain: pertama, tentang perempuan mengabaikan isu eksploitas-
adanya pertemuan kepentingan antara ekonomi terhadap kaum perempuan. Alih-ali1.
Negara dan gerakan perempuan dalam berada dalam garda terdepar^.
sejumlah masalah, kendati pun gerakan memperjuangkannya, mereka justru laru:
perempuan tidak puas dengan cara Negara dalam kontestasi rekrutmen jabatan politik
merumuskan dan menerapkan kebijakan seperti dalam Pemilu nasional, pemilukada
jendernya. Pada poin ini penulis tidak terang- dan pilkades. Platform yang dibangur
terangan menunjukkan bahwa Negara juga berpuncak pada perubahan kebijakan Negara
memiliki kepentingannya sendiri ketika sehingga mereka berhenti pada upaya-upa_\.
menanggapi secara terbatas tuntutan melakukan advokasi kebijakan, kendati pur'
organisasi perempuan. Tanggapan Negara hal ini tidak salah. Namun jik..
tidak dapat dipastikan konsistensinya, dipertimbangkan secara politik, belum tenf-
terkadang terlihat menanggapi agenda aktivitas tersebut meningkatkan daya tawa:
perempuan dan pada kesempatan lain politik gerakan perempuan di hadapa:-
nampak enggan dan tidak konsisten dalam kekuasaan Negara. Ciri gerakan perempual
menanggapi tuntutan gerakan perempuan. yang demikian termasuk dalam kategor
gerakan perempuan liberal, dimana pad:.
Kedua, gerakan perempuan Indonesia konteks sosial-politik Indonesia, geraka:
kontemporer perlu memperjuangkan mereka tidak mampu mendorong lebih jaui
kepentingan perempuan dengan cara tidak pada proses demokratisasi yang lebii.
tergantung pada dan melibatkan Negara serta substansial. Hal itu terutama dikarenakar-
melakukan lebih banyak aktivitas di penyusunan agenda perjuangan gerakar-.
masyarakat bar.n'ah (h. 400). Akan tetapi, perempuan masih didominasi oleh kaun-
penulis tidak dengan lugas menunjukkan perempuan urban-terdidik alat kalangar^
bahwa gerakan perempuan Indonesia di awal menengah-atas yarrg membatasi cakupar
abad ke-21 memiliki kecenderungan untuk pengaruh gerakan politiknya.
berkolaborasi dengan aparat penyelenggara
Negara, bahkan dengan organisasi Terlepas dari itu semua, minimnl':.
perempuan istri pejabat Orba. Hal ini justru literatur yang membahas mengenai dinamike.
mengurangi otonomr gerakan perempuan kaum perempuan dalam politik membua:
dalam merumuskan agenda perempuan buku Susan Blacburn ini menjadi dokumentas-
sebagai agenda publik yang berbasis non- yang sangat penting. Selain menggunakar.
elitis. pendekatan tematik di dalam masing-masin:
babnya, penulis juga mendeskripsikar
Beberapa poin yang perlu dikritisi dari uraiannya secara runtut dari satu periode ke
materi buku ini adalah: pertama, Blackburn

L76
Review Buku, Perempuan dan negara

periode berikutnya. Ini memberikan kelebihan masih banyaknya masalah sosial kaum
splisit
lainbagi para pembaca buku Blackburn, yakni perempuan Indonesia yang belum
erakan
rdahal
menghindarkan mereka dari potret relasi diterjemahkan sebagai pengakuan kesetaraan

rarkan
perempuan dan Negara Indonesia yang oleh Negara. Perempuan belum dipermudah

rakan ahistoris. Penulis juga mampu mencermati untuk memasuki arena politik guna
dua persoalan yang penting untuk dicatat. menyerukan kebutuhan dan keprihatinan
loitasi
Pertama, peranan kelompok Islam dalam mereka terhadap Negara.
ih-alih
rPan membatasi otonomi Negara dalam hal
menanggapi tuntutan gerakan perempuan di
larut
Indonesia. Hal ini terlihat dalam beberapa isu
colitik
rkada,
yar.g dibahas, misalnya poligami. Kedua,
mgun
Iegara
|-1Paya
i pun
jika
tentu
tawar
lapan
lpuan
tegori
pada
rakan
r jauh
lebih
nakan
rakdn
kau-ur
ngan
:uPan

mnya
mika
nbuat
entasi
rakan
asing
;ikan
de ke
Studi Pof itik No. 2, Vol L,ZOLL

Politik Perempuan Indonesia:


Ketika Terang Haruslah Benderang
Judul Buku : Politik Harapan: Perjalanan Politik Perempuan Indonesia Pasca
Reformasi
Penulis :Ani Soetjipto
Editor : Fitri Bintang Timur
Tahun Terbit :2Ott
Penerbit : Mbrjin Kiri
Tebal Buku : xxi + 134

Dum spero spiro (while I breothe, I hope)..,. (Cicero)

etika gelap pekat terlalu Indonesia pasca reformasi. Tetapi lebih dari
dominary maka terang adalah itu, kesahihannya justru terletak pada adanya
satu-satunya pilihan yar.g suatu lupay a yang lebih reflektif-teoritis untuk
mungkin. Nuansa inilah yang menempatkan keresahan ini dalam bingkai
setidaknya dapat ditangkap pemahaman yang ilmiah. Dapat dikatakan
dari buku karya Ani Soetjipto yang berjudul bahwa keilmiahan penulis justru bukan
Politik Harapan: Perjalanan Politik terletak dari penjelasan yang netral dan bebas
Perempuan Indonesia Pasca Reformasi. Buku nilai, akan tetapi dengan menempatkan
ini pada dasarnya adalah sebuah ikhtiar akan pengalaman sebagai basis material untuk
suatu harapan yang disebut dengan Politik menyusun pengetahuan. Dengan kata lain,
Perempuan Indonesia. Ketika kondisi keilmiahan yang berupaya untuk
perempuan Indonesia mayoritas tidak banyak mendialektikakan pengetahuan-pengalaman
mengalarni perubahan nasib, maka ikhtiar untuk kemudian menjadi senjata untuk
dari Ani Soetjipto sangat sahih dan valid. perubahan sosial yang lebih besar.
Kesahihan atas ikhtiar penulis tentu saja
bukan hanya sekedar pada adanya keresahan Buku yang terdiridarilS4halaman ini terbagi
serta beban moral penulis yang telah lama dalam tiga (3) bagian. Bagian pertama buku ini
berkecimpung dalam proses pergerakan membahas perkembangan gerakan
perempuan Indonesia, yang mana membuat perempuan di arena politik formal di
bukunya akan terlihat hanya sebagai ajang Indonesia. Isinya merupakan kombinasi hasil
" clrr}l.at" atau sekedar narasi mengenai studi dengan esai yang menganalisis,
kesulitan-kesulitan gerakan perempuan memaparkan capaian, kendala dan tantangan
Review Eu$<r.r, FoEEtEF< Pereetrpuam lndomesFa

:riradapi oleh gerakari perempuan di pasca reformasi, menurut hemat saya, pemrlis
'- clitik. Pembahasan difokuskan pada seakan hendak memberikan kepada kita
. - 7998-2009. Bagian kedua berisi catatan pemahaman bahwa politik perernpuan
,.:sr yar.g berfokus pada upaya Indonesia pasca reformasi tidak lagi clapat
-
=sak perubahan sistemik lewat dilihat dalam pemahaman yang konvensional.
--l=men Undang-Undang Politik yang Artinya, capaian politik tertentu tidak seri.a
:rlmg sepanjang 2007-2009. Bagian ini merta akan berimplikasi pada tercapai'nya
-- rlengan kisah tragis keputusan tujuan politik yang hendak diperjuangkan.
'rirah Konstitusi yang mengakhiri ,Tustru yang berlaku adalah sebaliknya, capaian
i--qan panjang bagi upaya serius yang politik dari perjuangan politik yang dibangun
. :.:.jn untuk menutup kesenjangan jender justru menjadi negasi atas tujuan politik itu
. -: politik lndonesia. Terakhir, bagian sendiri. Ada kesulitan-kesulitan yang
-' r-ierupakan kesimpulan dan refleksi mendasar dalam politik perempuan Indonesia
. iuangan panjang perempuan di arena pasca reformasi.
, inclonesia sejak reformasi. Sebuah
,,..'. ientang politik harapan. Hal ini setidaknya dapat dilihat pada
bagaimana penulis mengargumentasikan
.- r Peremptrara Indonesia Fasca proses politik perempuan Indonesia pasca
: :'.asi sebagai Faradoks reformasi. Fenomena penting yang dicatat oleh
penulis adalah semakin terbukanya
' r-relrraparannya mengenai situasi kesempatan bagi kelompok perempuan untuk
'- rnasuk ke dalarn ranah pembuat kebijakan"
-roler politik perempuan Indonesia

|19
Studi Politik No. 2, Vol 1, 2011

Jumlah calon legislatif (caleg) perempuan DPR mengidentifikasi bah','-a -=.a:a -<-=-::':--:
pada pemilu 2009 sampai pada angka 34,7% kenaikan keterpilihan perempua;-. j: -=::.-'
(atau 3.895 orang dari total 11,.218 caleg), tingkatan lembaga legslatit lebi ;i;::::..'-
sedang yang terpilih 18% (101perempuan dari oleh keberadaan partai ia:S -; :.
total 560 anggota DPR RI). Untuk caleg DPD, parliamentary threshold. Artinr-a',.,-:,::: -:
total jumlah caleg perempuan tercatat 11,,2% ada banyak partai di tingkat Pror.in-.i :::
(1,.113 perempuan) dan caleg yang terpilih Kabupaten f Kota, jumiah partai \-an g 3:-:-'. .: ..

mencapai 27,7% (36 perempuan dari 132 itu tidak berkontribusi p o sitif p ad a l,.an :. -t^'. ..
perempuan). jumlah perempuan yang dapat n..e:=-r..
sumbangkan untuk mendudukl o.urs-
Hasil pemilu 2009 menunjukan jumlah parlemen. Ke dua, p enulis berp en d ap a i i. ai.,..' :
angggota DPR perempuan naik dari 1'1,,6% bertolakbelakang dengan asumsi umum \-a:-.i
menjadi 18% (kini berjumlah 101 orang dari dipercaya publik bahn'a kenaikan jun'11:.:
total 560 anggota DPR RI). Anggota DPD representasi perempuan di parlemen adala:
perempuan meningkat dar|21% menladi 27% hasil dari pemilu suara terbanyak, kenr-ataa;-.
(kini berjumlah 36 orang dari total \32 anggota menunjukan sebaliknya. Secara umun
DPD RI). Keterwakilan perempuan di DPRD keterpilihan laki-laki dan perempuan il
Provinsi juga meningkat dari rata-rata 10% parlemen lebih banyak disebabkan karena
menjadi 21.% (374 perempuan dari total 1.178 nomor urut atas, Ketiga, Ani melihat bahn-a
anggota DPRD Provinsi di 33 provinsi di keterpilihan perempuan di tingkat nasional,
Indonesia). Kenaikanyang sama juga terjadi di Provinsi, dan Kabupaten/Kota tidak memiliki
tingkat Kabupaten /Kota. Menurut penulis, pola yang paralel. Dari data yang disajikan
kondisi ini menunjukan bahwab arena politik dalam bukunya, penulis menyederhanakan
formal saat ini adalah arena terbuka yang bisa daerah dengan tingkat keterpilihan tinggi.
dimasuki oleh semua kalangan, termasuk sedang, rendah (kategori-kategori yang
perempuan Indonesia. Arena politik yang didasarkan pada basis data rata-rata
semula dianggap elitis sekarang bisa dimasuki keterpilihan perempuan di tiap tingkatan).
siapa saja dari lapisan masyarakat mana pun Kategori daerah yang tinggi, sedang, dan
untuk berpartisipasi di dalamnya. Advokasi rendah di tingkat nsional ternyata tidak
mengenai kebijakan afirmatif dengan segala berpola dan tidak paralel angkanya dengan
keterbatasannya terbukti telah cukup mampu tingkat keterpilihan di tingkat provinsi dan
membart'a perempuary yang semula berada di kabupaten / kota (hal. $-5a).
luar arena politik formal dan merupakan
kelompok termarjinalkan, menjadi lebih asertif Penulis menunjukan dalam analisis kualitatif
pada kekuasaan politik, tidak takut untuk ikut ini bahwa keterwakilan politik perempuan
serta bertarung dan berkontestasi di dalamnya tidak serta merta memiliki kapasitas untuk
(hal,2-3). secara substantif mendorong politik yang pro
terhadap perempuan. Salah satu preseden
Namun demikian, dalam pandangan penulis, penting mengenai ketidakmampuan
bukan berarti keterbukaan ruang politik ini keterwakilan perempuan untuk mendorong
dapat diterima begitu saja. Pertama, penulis politik ramah jender adalah dibatalkannya

180
Review Buku, Politik Perempuan Indonesia

oleh MK pasal214 UU No. 10 tahun 2008yang pada akhirnya akan terjebak menjadi sebatas
mengatur tata cara penentuan calon terpilih politik rutin yang pada dasarnya mendukung
menggunakan nomor urut namun di sisi lain status quo politik patriarkis.
menerima secara kosntitusional pasal 23 dan
pasal 55 yang mengatur tentang kebijakan Satu-satunya cara yang mungkin dalam
afirmatif untuk kelompok perempuan. mengatasi "ketidakmungkinan" paradoks
Walau dapat dipahami bahwa ruang politik perempuan Indonesia adalah dengan
keputusan untuk keberadaan pasal ini bukan mengafirmasi kembali "yang politik" dalam
berada dalam lingkup politik representasi, politik perempuan Indonesia. Ide saya di sini
akan tetapi harus pula diakui bahwa adaiah mengenai politisasi lebih radikal atas
keterwakilan politik perempuan dapat politik perempuan Indonesia itu sendiri.
menjadi katalis untuk melakukan mobilisasi Dalam pandangan Jacques Ranciere
politik dalam mendukun g agar pasal 21,4UU (Swyngendouw, 2009), "yang politik" adalah
No. 10 tahun 2008 dapat dipertahankan. inkonsistensi radikal dalam tubuh politik yang
Dengan dibatalkannya pasal 21,4, maka mengkontradiksikan posisinya dengan
harapan untuk penentuan calon yang "polisi" (Ie police)."Polisi" dalam tubuh politik
berdasar nomor urut tidak dapat lagi adalah suatu posisi dimana politik ditempatkan
diterima. Padahal, menurut penulis, sebagai suatu kapasitas untuk melakukan
penentuan calon yang berdasar nomor urut aktifitas politik sebatas pengaturan serta
di satu sisi bisa menjadi kebijakan yang tepat pengelolaan kesepakatan-kesepatakan yang
untuk dapat memenuhi tuntutan politik sudah terjadi secara sosial. Disini politik
(tindakan afirmatif)yang mana ada harapan muncul dalam wajahnya yang paling apolitis
untuk kelompok perempuan untuk dimana politik ditempatkan sebagai rutin
mendapat prioritas dalam penentuan nomor pengaturan relasi kuasa. Sedang "yang politik"
urut atas (hal. 105-106). dalam politik menempatkan keadilan serta
kesetaraan sebagai aksioma utama bagi
Urgensi "Yang Politik" dalam Politik seluruh tindakan politik. "Yang politik"
Perempuan Indonesia Sekarang meneriakkan pemberontakan dan
ketidakpuasan untuk meminta kembali bagian
Paradoks atas politik perempuan dalam kondisi sosial yang ada. Menuntut
Indonesia tentu saja harus diatasi. Hal ini bagian (dalam kondisi sosial yang ada) bagi
dikarenakan jika paradoks ini tetap mereka yang tidak memiliki bagian (marjinal),
dipertahankan maka politik perempuan atau istilah Ranciere sebagai, "the part for those
Indonesia akan terjebak dalam lingkaran who have no-part". Di sini premis sentral dari
setan yang mana akan berimplikasi pada politik adalah sebagai arena dimana keadilan
terjadinya involusi atas politik perempuan dan kesetaraan diuji dihadapan pengalaman
itu sendiri. Konsekuensi dari involusi in mereka yang selalu dikalahkan dan
sendiri tentu saja akan membuat politik dipinggirkan dalam proses politik itu sendiri,
perempuan tidak lagi dapat dikategorikan yang dalam hal ini tentu saja perempuan itu
sebagai politik harapan. Politik perempuan sendiri.

181
studi Politik No. 2, vol t,20LL

Jika "yang politik" adalah posisi epistemologi mempengaruhi situasi politik yang ada. Sela---
yang dapat diterima, maka menurut hemat itu, terdapat pula konsekuensi lain dari pos:.
saya, beberapa penjelasan dalam buku ini Zizekian ini dimana paradoks ini just--
menjadi penting untuk diperdebatkan. "Yang menjustifikasi posisi yang sebaliknya da-
politik" berarti mengarahkan cara pandang politik perempuan Indonesia yakni han,. --

bukan lagipadamereka yang selama ini berada sekedar menjadi perempuan Indonesia ya:-:
dalam posisi mapan secara politik, akan tetapi berpolitik. Kondisi ini tentu saja membu.
justru "yungpolitik" adalah cara pandang bagi tuntutan politik dari perempuan har*.
mereka yang selama ini disingkirkan secara tersubordinasi dalam logika polit-,
sistemik dalam politik. Dalam posisi ini maka patriarkhis berbasis stereotip seksual. Deng;..
dapat diakui bahwa salah satu problem terbesar kata lain, keberadaan perempuan jus[-
dari penjelasan buku ini adalah penulis tidak menjadi pengingat yang efektif bo:
banyak mengelaborasi mengenai posisi keberadaan kekuasaan politik patriarkh;.
subjektif perempuan. Memang pada halaman Untuk itu, pertanyaan mengenai "kesiapaar.
ke-3 buku ini, Ani sempat bertanya mengenai menjadi pengingat kembali pertanyaa.
"Siapakah perempuan-perempuan ini?" ketika mendasar yang diajukan feminisme "person.--
Ani mengkritisi fenomena banyak terjunnya is political". Kesiapaan membuat diri seorar.:
artis-artis perempuan ke dalam kancah politik. perempuan, apakah biologisnr:.
Akan tetapi sayangnya penulis tidak psikologisnya, sosiologisnya, dan kulturnr,
menjadikan pertanyaan mengenai "kesiapaan" bernilai politik sekaligus berhadapan seca:r
ini sebagai "kompas" untuk membangun diametral dengan posisi kekuasaan yar:
argumentasi selanjutnya. dominan yakni Negara dan pasar.

Masalah mengenai "kesiapaan" menjadi sangat Dengan demikiary analisis penulis mengena.-
krusial sekarang semenjak paradoks dari "minimnya pemahaman yang utuh c-
politik perempuan Indonesia pasca reformasi kalangan pengambil keputusan mengena-
dipengaruhi juga, sedikit banyak, dengan kebijakan afirmatif untuk perempuan" (ha-
keberadaan beberapa entitas perempuan dalam 56) hanya akan menjadi sekedar keluha;-
konstelasi politik yang sekarang. Politik ketika tidak pernah ada kritik sert:.
perempuan Indonesia pasca reformasi dapat pertanyaan mengenai posisi perempua:-.
dianalogikan dengan fenomena kebudayaan seperti apa yang bisa mendorong terjadinr-:.
kontemporer yang disebut Slavoj Zizek (2003) keutuhan pemahaman itu? Di sini, sa\-..
sebagai "kopi tanpa kafein" (decaffeinated melihat diperlukan pengidentifikasian serius
coffee). Suatu kondisi dimana penikrnatan kopi dan kritis akan relasi sosial yang ada dalan'.
dilakukan tanpa harus ada substansi dari kopi politik perempuan itu sendiri
itu sendiri. Dalam kasus politik perempuan Pengidentifikasian atas relasi sosial dalan.
Indonesia, maka yang terjadi adalah apa yang politik perempuan membantu kita untuk
dirasakan sekarang sebagai politik perempuan melihat siapa entitas perempuan yang
tanpa perempuan dimana perempuan muncul diinklusikan dan siapa yang dieksklusikan
pada tingkatan representasi politik tapi secara Harus diakui bahwa dalam termrn
substansial tidak memiliki kapasitas untuk "perempuan" sebagai sebuah kategori relasi
Review Buku, Politik Perempuan Indonesia

^l-i-
=ld sosial, termaktub didalamnya relasi yang Indonesia adalah lirik lagu yang benar-benar
osl >- kontradiktif, timpang, antagonistik, dan baru, yakni "Kulihat terang yang benderang".
lstru terciptanya kelas-kelas dalam perempuan itu Politik perempuan Indonesia pasca reformasi
dar: sendiri. Adanya ketimpangan relasi sosial ini haruslah terang yar.g benderang dengan
al t\ c membuat perjuangan untuk menentukan sebuah posisi politik yang jelas. Argumentasi
mengenai apa itu perempuan bukanlah Rocky Gerung dalam pengantar buku ini yang
U.,o, sesuatu yang dengan sendirinya netral. Harus berjudul "Politik Perempuan: Menerbitkan
.1I |.-1>
diakui bahwa dalam perempuan, ada posisi Terang" (hal. i-xi) tidak lagi dapat
itik sosial yang secara sistemik tereksklusi baik dipertahankan karena politik perempuan
lgan secara politik maupun dalam pendefinisian Indonesia haruslah terang sekaligus
stru mengenai politik perempuan itu sendiri. Dari benderang. Dalam hal inilah dapat dibicarakan
pembacaan atas situasi seperti ini maka politik kembali tentang politik perempuan
,^ i-
uu: perempuan Indonesia ke depan adalah sebagaimana yang hendak dikemukakan oleh
iilL perjuangan kekuasaan atas perempuan penulis sebagai politik harapan.
aat L
Indonesia yang selama ini dieksklusikan dari
rnal ruang politik untuk menguji aksioma tentang
ang keadilanpolitik. Referensi Tambahan
Yd'
nva Penutup Swyngendouw, Erik. 2009, " The Antinomies of
"aTa
the Postpolitical City: In Search of a
mg "Kulihat terang meski tak benderdrrg" , Democratic Politics of Environmental
begitu yang terdapat dalam lirik lagu Production". In International Journal of
"Kupinta Lag7" karya Cornel Simanjuntak. Urban and Regional Research, Volume
aa\ Lirik ini setidaknya dapat menjadi referensi 33.3, September.
di untuk memahami kesulitan-kesulitan politik
nai perempuan Indonesia pasca reformasi. Politik Zizek, Slavoj.2003. The Puppet and the Dwarf:
ral. perempuan Indonesia pasca reformasi dapat The Perverse Core of Christianitl'.
lan lihat sebagai terang yang tidak benderang. Athens: Massachusetts Institute of
rta Apu yang harus dimunculkan dalam Technology.
ran pengalaman kontemporer politik perempuan
rya
rya
ius
1m
ri.
aln
uk
-'o
LI.

in
- -.:
a)l

183
Studi Politik No.2, Volt,ZOLL

Tribute to Prof. Dr. (H.C.) Miriam Budiardjo, M.A.


"Membumikan Teori-teori Politik'

Dalam perkembangan ilmu politik di Indonesia, nama Prof. Dr.(H.C.)


Miriam Budiardjo, M.A. atau lebih akrab dikenal sebagai Ibu Mir, adalah
sebuah nama yangtidak asing lagi. Beliau bersama Prof. Deliar Noer dan
Dr. Alfianmemang dikenal sebagai peletak dasar Ilmu Politik di Indonesia.
Bahkan mungkin tidak terlalu berlebihan jika beliau disebut sebagai salah
satu legenda. Bagi mahasiwa ilmu politik tahun pertama mungkin pertama
kali mengenalnya melalui buku "Dasar-dasar Ilmu Politik" yang sekaligus
menjadi buku "babon" ilmu politik selama bertahun-tahun di Indonesia.

alam kehidupan pribadinya, Peran Bu Mir dalam perkembangan awal ilmu


beliau memang berasal dari politik di Indonesia sangat besar. Bersama
keluarga intelektual dan dengan Deliar Noer dan Alfian, beliau
politikus. Ayah beliau adalah membidani kelahiran Fakultas Ilmu
Prof. Dr. KRT. Saleh Pengetahuan Kemasyarakatan (FIPK) di
Mangudiningrat, seorang Universitas L:rdonesia (UI) yang kemudian
dokter ahli bedah. Kedua kakak beliau, yaitu berubah nama menjadi Fakultas Ilmu Sosial
Siti Wahyunah "Poppy" Syahrir, istri Sutan dan Ilmu Politik (FISIP) dengan jurusan ilmu
Syahrir, dan Dr. Soedjatmoko, sudah lebih politik sebagai salah satu jurusan yang mula-
dulu aktif berkecimpung dalam dunia politik mula dibentuk. Dalam perjalannya sebagai
dan diplomasi di masa Orde Lama. Sementara pengajar di jurusan ilmu politik, sarjana ilmu
adiknya ialah Dr, Nugroho Wisnumurti, politik pertama r ang dilahirkan beliau adalah
diplomat karir di masa Orde Baru. Suaminya seorang mahasisrr-a dari Thailand bernama
sendiri adalah Mr. Ali Boediardjo/ seorang Makata l'ang menulis skripsi mengenai
negarawan ahli hukum sekaligus pejabat "Politik KonJrontasi Indonesia terhadap
pemerintah ary y ang akhirya membuka kantor \Ialar-sia . Set'agai salah satu guru besar di
pengacara sendiri bernama Biro Konsultan Unir-er:rtas Indonesia, Profesor Miriam
Hukum Ali Budiardjo & Associates. Selain itu -mpat menjadi dekan dari Fakultas
Budia:dj,-.
beliau juga pernahmenjadi staf pada kedutaan Ilmu i-=:ai lan Ilmu Politik (FISIP), tepatnya
besar Republik Indonesia di New Delhi,India, selarr: tai'i'.:.n 7971-1979. Hal tersebut adalah
saat Dr. Sudarsono (ayah dari Prof. Juwono setua:.::*iasi \-ang sangat membanggakan
Sudarsono) sebagai duta besarnya. t'asi .='a:ah kepemimpinan ilmuwan

1
Tribute To Prof. Dr. (HC) Miriam Budiarjo, M.A

perempuan di Indonesia, terutama ilmuwan di Indonesia baru dimulai setelah Perang


dari bidang ilmu yang saat itu identik dengan Dunia II di Akademi Ilmu Politik di Yogyakarta
dunia laki-laki. Sebagai ilmuwan di bidang tahun 1949 yang diajarkan di Universitas
lmu politik, pengabdiannya tiada henti Gadjah Mada (UGM). Para pengajarnya ketika
hingga akhir hayatnya. Hal ini setidaknya itu adalah para sarjana hukum yang memiliki
dibuktikan bahwa sampai hari-hari terakhir kedudukan penting di masyarakat
hidupnya beliau masih melakukan revisi atas berdasarkan mata perkuliahan Ilmu Negara
buku "Dasar-dasar Ilmu Politik" dengan dan Ilmu Tata Negata yang pernah mereka
bantuan para dosen muda FISIP UI. dapatkan dari studi mereka di Belanda. Maka
tidak mengherankan apabila perkembangan
Di awal Orde Baru, peran Bu Mir sangatlah ilmu politik ketika itu juga lebih
penting. Beliau adalah salah satu ahli yang mengedepankan aspek yuridis formal dan
diundang untuk memberikan ceramah dalam institusional.
seminar Angkatan Darat II tahun 1966.
Independensi keilmuan Bu Mir dan Seiring dengan makin banyaknya para sarjana
perhatiannya pada masalah-masalah yang kembali dari luar negeri setelah
pelanggaran HAM membuatnya dipilih mendapat pendidikan bidang ilmu politik,
menjadi wakil ketua Komisi Nasional HAM maka perkembangan ilmu politik di Indonesia
tahun 1993. Memasuki era reformasi, salah jtgu mengalami perkembangan, hingga
IU satu peranan penting yang patut dikenang muncul apa yang disebut dengan mainstream
na adalah ketika bersama rektor UI tanggal 16 political science. Pada waktu yang bersamaan
1U Mei 1998 datang bertemu Soeharto di jalan minat terhadap studi Ilmu Politik meningkat
IU Cendana untuk memintanya mundur dari dengan adanya kebutuhan akan pegawai
di jabatan presiden. Permintaan agar Soeharto negeri dan diplomat diisi oleh UGM dengan
tfl mundur tersebut adalah hasil "simposium mengembangkan Ilmu Pemerintahan dan Ilmu
^l
tdl Kepedulian UI terhadap Tatanan Masa Hubungan Internasional.
1U Depan Indonesia", dimana dalam butir
a- pertama hasil simposium yang dibacakan Pada bagian akhir makalah purnabaktinya
;ai oleh Bu Mir berbunyi, "rnenyambut baik tersebut, Bu Mir menyampaikan beberapa
1U kesediaan bapak (Soeharto) untuk perhatiannya mengenai masa depan ilmu
.L
1l t mengundurkan diri dari jabatanpresiden.. ." politik di Indonesia, yang ternyata masih
ta Kecintaannya terhadap dunia pendidikan sangat relevan dengan kebutuhan pengajaran
dl dan ilmu pengetahuan khususnya pada Ilmu ilmu politik saat ini. Pertama, masalah
rp Politik setidaknya tercermin dari dua hal. perpustakaan. Kedua, buku teks dan
di Pertama, pada pidato memasuki masa kemampuan bahasa Inggris. Ketiga, masalah
m purnabakti pada April tahun 1989. Dalam mahasiswa dan keempat adalah masalah staJ
AS pidato yang berjudul "Perkembangan pengajar. Baginya keempat aspek ini penting
/a Pendidikan Tinggi Khususnya Di Bidang mendapat perhatian apabila pendidikan ti.ggi
ill Ilmu Politik" tersebut, Bu Mir menyampaikan di Indonesia ingin berkembang dan setara
tn bagaimana awal perjalanan pengajaran ilmu dengan lembaga serupa di negara-negara maju.
rn politik di Indonesia. Pengajaran ilmu politik

185
Studi Politik No. 2, Vol 1, 2011

Berbagai saran juga disampaikan oleh Bu Mir Budiardjo menerangkan secara jelas mulai
dalam pidatonya tersebut. Dua hal dari perkembangan ilmu politik di muka bumi
diantaranya adalah soal perluasan pemberian ini sampai ke berbagai kasus aktual yang
beasiswa bagi dosen. Baik itu beasiswa untuk terjadi pada saat itu.
melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih
tinggi dan beasiswa untuk mengikuti kursus Di awal pidatonya, beliau mengingatkan
bahasa Inggris. Saran penting lain yang kembali pembabakan ilmu politik dan
diajukannya adalah pentingnya membangun berbagai pendekatan yang ada, mulai dari
sebuah sistem perkuliahan yang terkait pendekatan institusional pada akhir abad ke -
dengan persoalan ekonomi. Ia menyebut 19, pendekatan Chicago School di
visinya tersebut dengan " san1ana sosial plus". pertengahan 1930-an, pendekatan perilaku
Bu Mir memiliki perh.atian khusus pada setelah Perang Dunia II, sampai ke
masalah perkembangan staf pengajar. Sampai pendekatan Rational Choice yang melihat
akhir hayatnya, beliau ikut bangga manusia sebagai homo economicus. Beberapa
menyambut baik berita anak-anak dan cucu- pemikiran lain pun berkembang hingga
cucu didiknya, terutama yang perempuary terjadi perumusan konsep keadilan sosial.
mendapat berbagai beasiswa studi di luar Pada akhirnya, pendekatan new
negeri dan berbesar hati menyemangati institutionalist berkembang pada tahun 1980-
mereka. a-n yang tumbuh bersama pemikiran untuk
mengembalikan peran sentral negara.
Namun saran terpenting dari Bu Mir dalam Pendekatan tersebut menginspirasi Miriam
pidato tersebut ialah soal membumikan ilmu- Budjardjo untuk menelaah institusi yang ada
ilmu sosial, yaitu dengan di Indonesia, mengingat bahwa institusi
mengoperasionalisasikan teori-teori yang merupakan jantung bagi suatu negara.
selama ini berkembang di Barat dengan
kondisi di lndonesia. Cara lainnya lagi ialah Menghadapi kritik dari dunia luar yang
dengan menggali konsep-konsep politik yang menyatakan Indonesia belum menerapkan
selama ini telah ada dalambudaya Indonesia. demokrasi dan hak asasi manusia dengan
Jika kedua strategi ini bisa berjalan sinergis, baik, perlu dipertimbangkan bahwa hal ini
bukan tidak mungkin akan mendorong merupakan capaian Indonesia sejak merdeka
berkembangnya teori-teori politik yang 50 tahun yang lalu. Sementara mereka yang
orisinal yang dikembangkan para ilmuwan mengkritik tersebut, telah memilikiwaktu 300
sosial dan politik Indonesia. tahun mengembangkan demokrasi, suatu
masa dimana Indonesia masih dalam
Bukti kecintaannya pada ilmu politik yang penjajahan. Namun demikian, memang
kedua ditunjukkan dalam pidato yar'g faktanya dirasakan bahwa eksekutif di
disampaikannya pada saat menerima gelar Indonesia telah menjadi terlalu kuat sehingga
Doktor Honoris Causa di bidang ilmu politik tuntutan liberalisasi politik kian meningkat.
pada Desemb er 1997 . Dalam pidato berbahasa Reformasi yang diharapkan oleh sebagian
Inggris yang disampaikannya mengenai publik terkait dengan demokrasi. Meskipun
Akuntabilitas dalam Ilmu Potitik, Miriam terdapat beberapa definisi dari demokrasi,
Tribute To Prof. Dr. (HC) Miriam Budiarjo, M.A

i namun aspek yang paling penting dari Bujeter. Hal ini pun menunjukkan kedaulatan
i berbagai definisi tersebut adalah rakyat. Aspek akuntabilitas terlihat jelas dari
r
)
akuntabilitas sebagai salah satu dari nilai- pertanggungjawaban Presiden kepada MPR,
nilai dasar dari demokrasi. Akuntabilitas keharusan Presiden mendengarkan pendapat
adalah tanggung jawab pihak yang diberikan DPR serta bagaimana DPR memiliki otoritas
mandat (pemerintah) untuk mernerintah dan untuk mengadakan rapat khusus dengan
mendistribusikan sumber daya kepada MPR untuk mempertanyakan tanggung jawab
mereka yang telah memberikan mandat Presiden. Selain itu, beliau juga memaparkan
tersebut, yaitu rakyat. Demokrasi selalu mengenai fungsi Hak Dengar Pendapat, Hak
menghadapi masalah dalam hal pemberian Angket, dan keberadaan pihak militer di
kekuasaan untuk memerintah dan mencegah dalamDPR.
penyalahgunaan kekuasaan tersebut. Oleh
karenanya, diperlukan pengawasan yang Demikan besar peranan Prof. Miriam
ketat yang salah satunya merupakan konsep Budiardjo, M.A. dalam dunia intelektual
dari tanggung jawab atau akuntabilitas. khususnya ilmu politik, hingga namanya kini
Tanpa akuntabilitas dalam kedaulatan diabadikan sebagai nama gedung
rakyat, demokrasi menjadi sebuah retorika perpustakaan di FISIP UL Terlepas dari
semata. perhargaan simbolis tersebut, hal penting
yang patut dikenang dan dilanjutkan adalah
Terkait dengan persoalan akuntabilitas bagaimana ilmu politik yang telah dirintisnya
tersebut, Prof. Miriam Budiardjo pun dapat berperan dalam demokrasi yang tengah
menyoroti perkembangan DPR dan MPR tumbuh dan berkembang di era reformasi ini.
pada masa Orde Lama dan Orde Baru. MPR Situasi dan kondisi politik Indonesia yang
memegang kekuasaan tertinggi atau berkembang saat ini menuntut lahirnya
pemegang kedaulatan rakyat yang memiliki ilmuwan-ilmuwan politik yang bisa
fungsi pengawasan terhadap institusi- membangun teori-teori politik yang khas
institusi negara yang lain, termasuk Presiden. Indonesia. Cita-cita dan harapan Bu Mir sejak
Sebagai kepala Negara, kekuasaan Presiden lama ini sekarang menjadi pekerjaan rumah
"tidak tak terbatas" namun tidak akuntabel bagi kita semua, para ilmuwan politik masa
terhadap DPR. Presiden berada pada posisi depan.
yang sama dengan DP& kecuali masalah Hak

RiwayatHidup
1.. PegawaiKomisiBahasaKementerianP&K (1944-1945)
2. KementerianLuarNegeri(1946-1947)
3. SekertariatPerundinganRenville (1947-1948)
4. Sekertaris KedutaanRl diNew Delhi (1948-1950)
5. Sekertaris II Kedutaan RI di Washington DC (1950-1953)
6. Mendapatkan gelar MA dalam Ilmu Politik dari Georgetown University (1955) :
7. KetualembagaPenelitianMasyarakatFHUl (1956-1959)

187
Studi Politik No. 2, Vol 1, 2011

8. MendirikanBagianHukumKemasyarakatnFHul (1962)
9. KetuaJurusanllmuPolitikFIPK (1963-1973)
10. Pudek Bidang Akademis (I) dan sekertaris fakultas (1968-1971)
11,. GuruBesarllmuPolitik (1973)
\2. DekanFIS (1974-1979)
\3. Koordinator Program Pascasarjana Ilm Sosial dan Ilmu Politik (1985 -1989)
1.4. Anggota&WakilKetualKomnasHAM (1993-1998)

Budiardio, M.A.
Beberapa karya Prof. Dr. (H.C.) Miriam
l. "PemilihanUmumdanOrdeBaru", MakalahSeminarAngkatanDaratll(1966)
2. MasalahKenegaraan(Obor,1975)
3. Dasar-dasarllmuPolitik(Gramedia,1977)
4. Partisipasi dan Partai Politik; Sebuah Bunga Rampai (sebagai Editor) ( Gramedia, 1981)
5. SimposiumKapitalisme, Nasionalisme, Demokrasi (Editor) (Gramedia,1984)
6. AnekaPemikirantentangKuasadanWibawa (SinarHarapan,l984)
7. PerkembanganllmuPolitikdilndonesia(Ghalia,1983)
8. Artikel: Pendekatan-pendekatan dalam Ilmu Politik (JIP No1, 1986)
9. Demokrasi di Indonesia (Gramedi a,1994)
10. Teori-TeoriPolitikDewasa Ini (Rajagrafindo Persada,1996)

Penghargaan:
1,. BintangJasa UtamaPengabdiankepada RI selama MasaPerjuanganKemerdekaan (1995)
2. BintangMahaputraUtama(1998)

188
Tentang Penulis

Tentang Penulis

Nuri Soeseno pada kajian-kajian terkait dengan Aceh, dan


Pengajardi Departemen Ilmu Politik FISIP-UI. pernah menjadi konsultan pada beberapa
Mengajar sejumlah mata kuliah antara lain: lembaga PBB untuk program di Aceh. Sejak tiga
Pemikiran Politik Kontemporer, Politik tahun terakhir ia juga terlibat dalam kajian-
Identitas dan Kewarganegaraan, Nasionalisme kajian dan kegiatan kemanusiaan untuk Papua,
dan Kewarganegaraal:.t Perempuan dan termasuk menjadi konsultan untuk lembaga
Pembangunan Politik. Aktif dalam berbagai International Center for
Transitional Justice
kegiatan pendidikan politik bagi organisasi (ICTI). Perempuan, gender, HAM, dan kajian
masyarakat sipil, anggota dewan pendiri dan keadilan transisi adalah tema-tema utama yang
koordinator pelatihan dan riset dalam organisasi menjadi fokus minat dan keahliannya.
pemantau pemilu bebas UNFREL (1998-1999)
dan organisasi untuk reformasi pemilihan Sri Budi Eko Wardani
umum CETRO (1999-2004), anggota kelompok
Menyelesaikan studi Sarjana dan Magister Ilmu
pengajar Universitas Indonesia yar.g Politik di Departemen Ilmu Politik FISIP UI.
mengangkat isu-isu sensitif bagi perempuan di
Sejak 1995 telah aktif sebagai pengajar di
kampus. Penulis buku Kewarganegaraan: Tafsir,
Departemen Ilmu Politik FISIP UI, dan mulai
Tradisi dan Isu-isu Kontemporer (2010).
2004 hingga sekarang menjabat sebagai Direktur
Eksekutif Pusat Kajian Politik (PUSKAPOL)
Sri Lestari Wahyuningroem FISIP UI. Aktif melakukan berbagai survei
Saat ini tengah menyelesaikan studi doktoral di
dengan tema pemilu dan demokratisasi. Pernah
Department of Social and Political Change,
bergabung di CETRO pada2003-2004, dan aktif
College of Asia Pacific, the Australian National
bergabung dengan kelompok-kelompok
University. Selama ini menjadi pengajar tidak
perempuan untuk mendorong keterwakilan
tetap di Departemen Ilmu Politik FISIP UI sejak
perempuan dalam bidang politik. Minat utama
tahun 200'l-, dan sejak lama aktif dalam gerakan
adalah politik lokal, partai politik dan studi
masyarakat sipil. Menyelesaikan studi perilaku pemilih. Dapat dihubungi di:
sarjananya di Departemen Ilmu PolitikFISIP UI, sbe wardani@)rahoo.com.
dan mendapatkan master ilmu politik dari
Department of Political Science, Central
Nugroho Pratomo
European University, Budapest, Hongaria di
Pengajar tidak tetap di Departemen Ilmu Politik
tahun 2004. Sejak melakukan riset untuk skripsi
Universitas Indonesia. Menyelesaikan
sarjananya tentang kekerasan terhadap
pendidikan sarjana dalam bidang Ilmu Politik
perempuan pada masa Daerah Operasi Militer
(DOM) Aceh, ia tetap memberikan perhatian

L89
Studi Politik No. 2, Vol 1, 2011

dari Universitas Indonesia, dan Magister dalam (2004-2008). Sempat bekerja di Institut Studi
bidang Kebijakan Publik dari Program Magister Arus Informasi (ISAI) bagian Media Watch
Perencanaan dan Kebijakan Publik Fakultas tentang perpolitikan Indonesia. Tahun 2009
Ekonomi Universitas Indonesia. Banyak akhir meneruskan studi di Program Magister
menulis artikel di sejumlah jurnal dan media Ilmu Politik, FISIP UI dengan konsentrasi
massa terutama di harian Media Indonesia. perempuan dan politik. Saat ini bergabung
Menjadi peneliti pada Perhimpunan Indonesia dengan Komnas Perempuan sebagai Relawan
Baru (PIB) tahun 2000-2001. dan Litbang Media dan Forum Islamic Center sej ak tahun 201 0. Aktif
Group (2004-2009). Saat ini juga aktif sebagai menulis di beberapa media, diantaranya adalah
peneliti pada Institut Riset Sosial dan Ekonomi furnal Pemuda dan Post'Script The Habibie
(Inrise). Fokus area risEt: Kebijakan Publik, Center. Penulis juga menulis di media lokal,
Studi Militer Indonesia, Industrialisasi dan yaitu Lampung Post. Bidang keahlian dan minat
Pembangunan, Ekonomi Industri, Ekonomi- riset adalah mengenai perempuan dan politik
Politik Indonesia dan Ekonomi-Politik Energi. serta politik perburuhan.

Aisah Puhi Budiatri


Saat inikandidat peneliti Pusat Penelitian MuhammadRidha
Politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Lulusan 51 Ilmu Politik UI. Saat ini bekerja
(P2P LIPI). Ia menggeluti isu gender, partai sebagai peneliti di Pusat Kajian Politik UI
politik, parlemen dan pemilihan umum (PUSKAPOL UI) dan Institut Kajian Krisis dan
(pemilu). Ia meraih gelar kesarjanaan dari Strategi Pembangunan Alternatif
Jurusan Ilmu Politik Universitas Indonesia di (INKRISPENA). Aktif sebagai Editor di Jurnal
tahun 2008. Studi perempuan dan politik telah ia Online IndoProgress (IP); saat ini banyak
tekuni sejak tahun 2005 dengan beberapa melakukan kajian mengenai ekonomi-politik,
penelitian yang dijalankannya antara lain: politik kesejahteraan, dan desentralisasi politik
kebijakan afirmasi untuk keterwakilan dilndonesia.
perempuan di parlemen, keterwakilan
perempuan dalam Pemilu 2009, perempuan Lina Rintis Susanti
kepala keluarga, kinerja anggota legislatif Lulusan 51 Ilmu Politik UI. Saat ini bekerja
perempuan di Dewan Perwakilan Rakyat sebagai asisten peneliti di Pusat Kajian Politik UI
Republik Indonesia (DPR RD terhadap produksi (PUSKAPOL UI). Minat riset dan sedang
Undang-Undang berperspektif gender. menggeluti isu-isu perempuan dan politik,
gerakan sosial, dan ekonomi-politik. Sejak
Ana Sabhana Azrny beberapa tahun yang lalu terlibat sebagai
Penulis adalah alumni 51 Fakultas Dakwah dan penggiat gerakan perempuan di fakarta. Dapat
Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dihubungi melalui alamat email:
pioneer_rienz@yahoo.com

190
Petunjuk Penulisan Bagi Calon Penulis

Petunjuk Penulisan bagi Calon Penulis


mengenai pemikiran dan hasil-hasil riset
]urnal studi politik menerima kiriman tulisan-tulisan
itu sejalan dengan visi
politik kontemporer dari berbagai kalangan akademik ilmu politik, selama
kami yang memiliki komitmen untuk memajukan kegunaan ilmu politik bagi terwujudnya
dapat dikirimkan ke
demokrasi yang berkeadilan dan berkesetaraan. Tulisan-tulisan tersebut
sebagai berikut:
alamat email: jurnalstudipolitik@gmail.com, dengan ketentuan syarat

SyaratUmum:
1,. Kontemporer, tertitama dalam hal topik, metodologi, dan dafa, ataupun studi klasik dalam
bahasan pendekatan non-konvensional'
2. Kritis dan memiliki penilaian dan kejelasan dalam memberikan alternatif-alternatif bagi
transformasi sosial, termasuk di wilayah akademis'
3. Punya sensitifitas jender, ramah lingkungan, dan menganut prinsip non-diskriminatif
terhadap kelomPok marjinal'
jurnal ini'
4. Artikel datambahasa Indonesia danbahasa Inggris dapat diakomodir dalam

Syarat Teknis:
kurang dari
1,. Tulisan per artikel dalam kisaran 3500 - 5000 kata. Jika jumlah kata melebihi atau
hingga
ketentuan, maka redaksi akan meminta penulis untuk kembali merevisi naskahnya
sesuai dengan ketentuanyang disebutkan'
2. FontmenggunakanTimesnewrornanl2 / CalLbril1'
3.Melampirkansoftcopy(file)danbiografisingkatpenulis.

t9l

Anda mungkin juga menyukai