Pengetahuan dan Sikap Ibu yang Memiliki Anak Stunting Bawah Lima
Oleh:
Dokter Pendamping:
PUSKESMAS PARIAMAN
SUMATER BARAT
2019
DAFTAR ISI
Daftar Isi…………………………………………………………………………...i
Bab I. Pendahuluan
Daftar Pustaka…………………………………………………………………....58
Lampiran………………………………………………………………………....59
BAB I
PENDAHULUAN
Stunting didefinisikan sebagai indikator status gizi TB/U sama dengan atau
kurang dari minus dua standar deviasi (-2 SD) dibawah rata-rata standar atau
keadaan dimana tubuh anak lebih pendek dibandingkan dengan anak – anak lain
seusianya (WHO, 2006). Ini adalah indikator kesehatan anak kekurangan gizi
kronis yang memberikan gambaran gizi pada masa lalu dan yang dipengaruhi
lingkungan dan keadaan sosial ekonomi. Asupan zat gizi adalah salah satu faktor
terjadi lantaran kekurangan gizi dalam waktu lama pada masa 1.000 hari pertama
penyimpanan, metabolisme, dan pengeluaran zat – zat yang tidak digunakan untuk
serta menghasilkan energi. Sedangkan status gizi diartikan sebagai keadaan gizi
seseorang yang diukur atau dinilai pada satu waktu. Penilaian atau pengukuran
terhadap status gizi dapat dilakukan secara langsung maupun tidak langsung.
1
Salah satu cara penilaian atau pengukuran status gizi adalah secara antoprometri
yaitu penilaian status gizi berdasarkan berat badan, tinggi badan, lingkar lengan
atas, dan tebal lemak di bawah kulit. Penilaian status gizi ini bertujuan untuk
indikator yang digunakan, meliputi berat badan per tinggi badan (BB/TB), berat
badan per umur (BB/U) dan tinggi badan per umur (TB/U) (Wiyogowati, 2012).
serius terhadap kualitas sumber daya manusia (SDM). Salah satu masalah gizi
yang menjadi perhatian utama saat ini adalah masih tingginya kasus anak balita
menurut hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 mencapai 37,2 %. Hasil
Riskedas tahun 2018 balita stunting sebanyak 30,8% yaitu balita sangat pendek
sebanyak 11,5% dan balita pendek 19,3% meningkat lebih tinggi daripada tahun
2007 yaitu balita pendek sebanyak 18%. Pemantauan Status Gizi Tahun 2016
stunting pada balita mencapai 27,5 % sedangkan batasan WHO < 20%. Hal ini
berarti pertumbuhan yang tidak maksimal dialami oleh sekitar8,9 juta anak
Indonesia, atau 1 dari 3 anak Indonesia mengalamistunting. Lebih dari 1/3 anak
mencapai 3—11% dari Pendapatan Domestik Bruto (PDB). Dengan nilai PDB
penyakit tidak menular seperti jantung, stroke, diabetes atapun gagal ginjal.
sehingga rentan terhadap serangan penyakit tidak menular seperti jantung, stroke
dimana rasio penduduk usia tidak bekerja terhadap penduduk usia kerja menurun.
Belum lagi ancaman pengurangan tingkat intelejensi sebesar 5—11 poin. Stunting
barat menurun dari tahun 2013 sebanyak 39,5% menjadi 29% pada tahun 2018.
Jumlah anak stunting di wilayah kerja Puskesmas Air Tawar dengan 3 desa tahun
2018 yaitu sebanyak 197 anak. 3 desa tahun 2019 yaitu sebanyak 157 anak
Jumlah stunting terbanyak didapatkan di desa Air Tawar Barat sebanyak 127
anak pada tahun 2018 dan 105 anak dari bulan januari sampai bulan juni tahun
2019 dan yang kedua terbanyak di desa ulak karang utara sebanyak 53 anak pada
tahun 2018 dan 37 dari bulan januari sampai bulan juni tahun 2019 (Data PPDGM
3
1.2 Rumusan Masalah
ibu yang memiliki anak bawah lima tahun (24-56 bulan) stunting di desa Pauh
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Stunting
2.1.1 Pendahuluan
pertumbuhan. Definisi lain menyebutkan bahwa pendek dan sangat pendek adalah
status gizi yang didasarkan pada indeks panjang badan menurut umur (PB/U) atau
tinggi badan menurut umur (TB/U) yang merupakan padanan istilah stunted
(pendek) dan severely stunted (sangat pendek). Kategori status gizi berdasarkan
indeks panjang badan menurut umur (PB/U) atau tinggi badan menurut umur
(TB/U) anak umur 0-60 bulan dibagi menjadi sangat pendek, pendek normal
tinggi. Sangat pendek jika Z-score < -3 SD, pendek jika Z-score -3 SD sampai
score > 2 SD. Seorang anak yang mengalami kekerdilan (stunted) sering terlihat
seperti anak dengan tinggi badan yang normal, namun sebenarnya mereka lebih
pendek dari ukuran tinggi badan normal untuk anak seusianya. Stunting sudah
dimulai sejak sebelum kelahiran disebabkan karena gizi ibu selama kehamilan
buruk, pola makan yang buruk, kualitas makanan juga buruk, dan intensitas
anak dikatakan stunted jika tinggi badan menurut umur kurang dari -2 z score
kegagalan pertumbuhan yang terjadi dalam jangka waktu yang lama, dan
5
dihubungkan dengan penurunan kapasitas fisik dan psikis, penurunan
pertumbuhan fisik, dan pencapaian di bidang pendidikan rendah. (The world bank,
2010;UNICEF)
6
Prevalensi balita pendek di Indonesia cenderung statis. Hasil Riset
diupayakan olehpemerintah.
tahun 2017.
7
Gambar 2.3 Prevalensi Balita Pendek di Indonesia Tahun 2015-2017
Indonesia tahun 2017 adalah 9,8% dan 19,8%. Kondisi ini meningkat
tertinggi balita sangat pendek dan pendek pada usia 0-59 bulan tahun
8
Gambar 2.4. Peta Prevalensi Balita Pendek di Indonesia Tahun 2017
pendek di Indonesia masih tinggi dan merupakan masalah kesehatan yang harus
di antara 117 negara, yang mempunyai tiga masalah gizi yaitu stunting, wasting
1. Pendidikan Ibu
9
dilahirkan dari ibu yang berpendidikan beresiko lebih kecil untuk mengalami
anak yang dilahirkan dari ibu yang tidak berpendidikan. Hasil yang sama juga
diperlihatkan dari hasil penelitian yang dilakukan di Mesir, dimana semakin tinggi
tingkat pendidikan ibu, resiko anak yang dilahirkan stunted semakin kecil.
Grossman dan Kaestner (1997) juga mengatakan bahwa ibu yang berpendidikan
dengan ibu yang tidek berpendidikan. (Frost et al, 2004; Zottarelli et al, 2007;
2. Sanitasi
Sanitasi dasar adalah sarana sanitasi rumah tangga yang meliputi sarana
buang air besar, sarana pengelolaan sampah dan limbah rumah tangga.
di seluruh dunia, termasuk didalamnya adalah diare, kolera, disentri, tifoid, dan
hepatitis A.Sanitasi yang baik sangat penting terutama dalam menurunkan risiko
kejadian penyakit dan kematian, terutama pada anak-anak. Sanitasi yang baik
dapat terpenuhi jika fasilitas sanitasi yang aman, memadai dan dekat dengan
tempat tinggal tersedia. (Water and Sanitation Program-East Asia and The Pasific)
3.Air Bersih
1
0
4.Berat Bayi Lahir Rendah(BBLR)
Berat bayi lahir rendah (BBLR) diartikan sebagai berat bayi ketika lahir
kurang dari 2500 gram dengan batas atas 2499 gram.Banyak faktor yang
mempengaruhi kejadian BBLR terutama yang berkaitan dengan ibu selama masa
kehamilan. Berat badan ibu kurang dari 50 kg, keluarga yang tidak harmonis
dukungan dari keluarga selama masa kehamilan, gizi ibu buruk terutama selama
masa kehamilan, kenaikan berat badan selama kehamilan kurang dari 7 kg, infeksi
kronik, tekanan darah tinggi selama kehamilan, kadar gula darah ibu tinggi selama
dari seluruh bayi yang dilahirkan merupakan bayi dengan berat lahir rendah. Berat
bayi lahir rendah erat kaitannya dengan mortalitas dan morbiditas janin dan bayi,
menginjak usia dewasa seperti diabetes tipe 2, hipertensi, dan jantung (UNICEF,
2004).
5. ASI Eksklusif
ASI eksklusif adalah kondisi dimana bayi hanya diberi ASI saja, tanpa
tambahan cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih, dan
tanpa tambahan makanan padat seperti pisang, pepaya, bubur susu, biskuit, bubur
nasi, dan tim. Pemberian ASI secara eksklusif ini dianjurkan untuk jangka waktu
1
1
setidaknya selama 4 bulan, namun rekomendasi terbaru UNICEF bersama World
Health Asssembly (WHA) dan banyak Negara lainnya adalah menetapkan jangka
waktu pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan. Pemberian makanan padat atau
tambahan yang terlalu dini dapat menggangu pemberian ASI eksklusif serta
Pemberian makanan pada bayi dan anak merupakan landasan yang penting
makanan yang buruk dan infeksi berulang. Meskipun bayi mendapatkan ASI dari
ibu secara optimal, namun jika setelah berusia 6 bulan tidak mendapatkan
makanan pendamping yang cukup baik dari segi kuantitas maupun kualitas, anak-
kematian anak dibawah lima tahun dapat dicegah dengan memastikan bahwa
UNICEF,2008)
1
2
Tanpa nutrisi yang baik akan mempercepat terjadinya stunting selama usia
6-18 bulan, ketika seorang anak berada pada masa pertumbuhan yang cepat dan
perkembangan otak hampir mencapai 90% dari ukuran otak ketika anak tersebut
pendapatan rendah biasanya memiliki rasa percaya diri yang kurang dan memiliki
akses terbatas untuk berpartisipasi pada pelayanan kesehatan dan gizi seperti
Posyandu, Bina Keluarga Balita dan Puskesmas, oleh karena itu mereka memiliki
resiko yang lebih tinggi untuk memiliki anak yang kurang gizi (Martianto et al.,
2008).
37,2%. Hsil yang tidak jauh berbeda dengan Pemantauan Status Gizi,
hasil akhir 29,7%. Hal ini memperlihatkan bahwa balita pendek kian
1
3
meningkat jumlahnya oleh karena itu perlu dilakukan upaya-upaya
dari pemerintah dan masyarakat untuk mewujudkan visi bebas rawan pangan dan
sasaran masyarakat, khususnya remaja, ibu hamil, ibu menyusui, anak di bawah
dan Pemerintah Daerah; media massa; dunia usaha; dan lembaga swadaya
masyarakat, dan mitra pembangunan internasional (Rosha BC, 2016; Perpres No.
sektorkesehatan.
1
4
Gambar 2.5 Pendekatan Multisektor dan Intervensi Terintegrasi
Bappenas, 2018)
pada kelompok sasaran tertentu seperti balita,ibu hamil, remaja putri, dan lainnya.
Dalam The Lancet seri Ibu dan Anak menunjukkan bahwa terdapat 13 intervensi
giziyang telah terbukti dapat mengurangi masalah stunting sebesar sepertiga dari
berbanding 1.7.
1
5
Salah satu intervensi spesifik yang dilakukan di Kota Bogor yaitu melalui
bersumber daya masyarakat (UKBM) yang dilaksanakan oleh, dari dan bersama
masyarakat guna memperoleh pelayanan kesehatan bagi ibu, bayi dan anak balita.
yang paripurna , yaitu sehat fisik, sehat mental, dan sehat sosial. Oleh karena itu,
slogan umum bahwa pencegahan adalah upaya terbaik dan lebih efektif-efisien
masalah gizi pada anak. Hal ini pula yang menjadi tujuan utama Millennium
1
6
Setiap harinya, anak membutuhkan gizi seimbang yang terdiri dari asupan
karbohidrat, lemak, protein, vitamin dan mineral. Asupan kandungan gizi tersebut
dapat diperoleh dari makanan yang dikonsumsi yang berguna untuk pertumbuhan
otak (intelegensia) dan pertumbuhan fisik. Untuk mengetahui status gizi dan
kesehatan anak secara menyeluruh dapat dilihat mulai dari penampilan umum
(berat badan dan tinggi badan), tanda-tanda fisik, motorik, fungsional, emosi dan
Indonesia memiliki kesepakatan tanda anak sehat bergizi baik yang terdiri dari 10
kriteria, yaitu:
dengan asupan gizi baik akan mempunyai tulang dan otot yang sehat
2. Postur tubuh tegap dan otot padat. Anak yang memiliki massa
otot yang padat dan tubuh tegap didapat adalah ciri anak yang tidak
3. Rambut berkilau dan kuat. Protein dari daging, ayam, ikan dan
kacang- kacangan dapat membuat rambut menjadi lebih sehat dan kuat.
1
7
4. Kulit dan kuku bersih dan tidak pucat. Kulit dan kuku bersih
5. Wajah ceria, mata bening dan bibir segar. Mata yang sehat dan
bening didapat dari konsumsi vitamin A dan C seperti tomat dan wortel.
Bibir segar didapat dari vitamin B, C dan E seperti yang terdapat dalam
6. Gigi bersih dan gusi merah muda. Gigi dan gusi sehat
7. Nafsu makan baik dan buang air besar teratur. Nafsu makan
baik dilihat dari intensitas anak makan, idealnya yaitu 3 kali sehari.
Buang air besar pun harusnya setiap hari agar sisa makanan dalam usus
besat tidak menjadi racun bagi tubuh yang dapat mengganggu nafsu
makan.
zat-zat gizi dalam jenis dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tubuh, dengan
dalam bentuk tumpeng gizi seimbang (TGS) yang sesuai dengan budaya
1
8
dengan jenis dan jumlah yang tepat sesuai dengan berbagai kebutuhan menurut
usia (bayi, balita, remaja, dewasa dan usia lanjut), dan sesuai keadaan kesehatan
1
9
TGS terdiri dari beberapa potongan tumpeng, yaitu:
nabati, dan
dikonsumsi seperlunya.
- Potongan TGS juga dilapisi dengan air putih yang idealnya dikonsumsi 2
- Luasnya potongan TGS ini menunjukkan porsi konsumsi setiap orang per
besar dari buah, buah 2-3 porsi, serta protein hewani dan nabati 2 - 3
porsi.
- Konsumsi ini dibagi untuk makan pagi, siang, dan malam. Kombinasi
- Dibagian bawah TGS terdapat prinsip gizi seimbang yang lain, yaitu: pola
badan.
Prinsip gizi seimbang harus diterapkan sejak anak usia dini hingga usia
lanjut. Ibu hamil, remaja perempuan serta bayi sampai usia 2 tahun merupakan
kelompok usia yang penting menerapkan prinsip gizi seimbang ini. Kelompok ini
adalah kelompok kritis tumbuh kembang manusia yang akan menentukan masa
2
0
depan kualitas hidup manusia. Khusus untuk ibu hamil, akan mengalami periode
menguntungkan dan memanfaatkan zat gizi untuk kesehatan ibu dan janin.
Periode ini berkisar dari sebelum kehamilan hingga anak berumur dua tahun.
Prinsip gizi seimbang dinilai efektif dilakukan dalam periode ini karena jika calon
ibu kekurangan gizi dan berlanjut hingga ibu hamil, maka janin akan kekurangan
gizi dan dapat menimbulkan beban ganda masalah gizi, yaitu: anak kurang
gizi,
2
1
lambat berkembang, mudah sakit, kurang cerdas, serta ketika dewasa
Air susu ibu (ASI) adalah satu-satunya makanan yang mengandung semua zat
gizi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan bayi 0-6 bulan. ASI eksklusif tanpa
kebutuhan gizi bayi meningkat dan harus ditambah bahan makanan lain sehingga
ASI tidak lagi bergizi seimbang. Sampai usia 2 tahun merupakan masa kritis dan
termasuk dalam periode window of opportunity. Pada periode kehidupan ini sel-
sel otak tumbuh sangat cepat sehingga saat usia 2 tahun pertumbuhan otak sudah
mencapai lebih 80% dan masa kritis bagi pembentukan kecerdasan. Oleh karena
itu jika pada usia ini kekurangan gizi maka perkembangan otak dan kecerdasan
terhambat dan tidak dapat diperbaiki. Pola makan bergizi seimbang sangat
dengan cara berjalan kesana kemari, lompat, lari dan sebagainya. Namun pada
usia ini anak juga mulai sering mengalami gangguan kesehatan dan rentan
terhadap penyakit infeksi seperti ISPA dan diare sehingga anak butuh zat gizi
tinggi dan gizi seimbang agar tumbuh kembangnya optimal. Sementara ketika
masuk usia 3 tahun, anak mulai bersifat ingin mandiri dan dalam memilih
makanan sudah bersikap sebagai konsumen aktif dimana anak sudah dapat
2
2
memilih dan menetukan makanan yan ingin dikonsumsinya. Pada rentang usia
3-5 tahun kerap terjadi anak menolak makanan yang tidak disukai dan hanya
beranekaragam makanan.
Saat ini banyak ditemukan anak yang terlalu gemuk sekaligus kurus, sekitar
14% balita di Indonesia kurus (6% nya sangat kurus) dan sekitar 12% gemuk.
Aktivitas bermain yang meningkat dan mungkin mulai masuk sekolah membuat
anak menunda waktu makan, bahkan orang tua yang tidak memperhatikan bisa
saja membuat anak minta makan menjelang tidur saat ia terlalu lelah beraktivitas
seharian dan baru lapar ketika malam. Pada usia ini anak juga mulai banyak
perlu ditanamkan kebiasaan makan beragam dan bergizi serta pola hidup bersih.
Usia 6 bulan. Pada usia ini sudah diberikan makanan tambahan pendamping
ASI (MP-ASI). Hal ini sudah boleh dilakukan karena bayi sudah mempunyai
diberikan dalam bentuk lumat dan rendah serat, misalnya pisang yang
dilumatkan, sari jeruk, labu, papaya dan biscuit yang dilumatkan dengan susu.
Pola pemberian dilakukan secara bertahap sebanyak 2 sendok makan per waktu
makan dan diberikan 2 kali sehari. aKenalkan setiap jenis makanan 2-3 hari baru
2
3
Usia 7 bulan. Pada usia 7 bulan mulai dikenalkan bubur tim saring dengan
campuran sayuran dan protein hewani-nabati. Sehingga pola menunya terdiri dari
Usia 8 bulan. Mulai usia 8 bulan sudah bisa diberi tim cincang untuk
pada usia ini dapat ditambah minyak. Minyak akan menambah kalori dan
Usia 9 bulan. Secara bertahap mulai dikenalkan makanan yang lebih kental
dan berikan makanan selingan 1 kali sehari. Makanan selingan berupa: bubur
keluarga, mulai dari tim lunak sampai akhirnya nasi pada usia 12 bulan.
- Buatlah makanan dari bahan segar yang bebas pestisida dan pengawet.
kaldu.
- Variasikan sehingga anak tidak bosan sehingga kelak anak terhindar dari
Pada usia ini anak sudah harus makan seperti pola makan keluarga, yaitu:
sarapan, makan siang, makan malam dan 2 kali selingan. Porsi makan pada usia
ini setengah dari porsi orang dewasa. Memasuki usia 1 tahun pertumbuhan mulai
lambat dan permasalahan mulai sulit makan muncul. Sementara itu aktivitas
bermain. Namun selanjutnya akan lebih baik kalau makan dilakukan bersama
makan.
Beberapa hal yang harus diperhaikan dalam pemberian makan anak usia 1-5
tahun:
pauk, sayuran dan buah. Usahakan protein yang diberikan juga berganti
misalnya anak tidak mau makanbayam maka bayam dapat dibuat dalam
telur dadar.
2
5
- Hindari memberikan makanan selingan mendekati jam makan utama.
- Ketika masuk usia 2 tahun jelaskan manfaat makanan yang harus dimakan
Kebutuhan Gizi dan Anjuran Pembagian Makan Sehari Usia 6-8 bulan: 650
kalori
(kalori)
pepaya
Pepaya 60 ½
2
6
Usia 9-11 bulan: 900 kalori
Nasi 1 ¼ ¼
Daging ½
Tempe ½
Sayur ½
Buah 1½ ½ ½
Susu ½ ½
Minyak ½
ASI sekehendak
Nasi 2 ½ ½ 1 ½
Daging 1 ¼ ½ ¼
Tempe 1 ¼ ½ ¼
2
7
Sayur 1 ¼ ½ ¼
Buah 2 1 1
Susu ½ ½
Minyak 1½ ½ ½ ½
ASI sekehendak
Daging 1¼ ¼ ¼ ½ ¼
Tempe 1½ ½ ½ ½
Sayur 1½ ¼ ¼ ½ ½
Buah 2 ½ 1 ½
Susu
Minyak 1 ½ ¼ ¼
ASI sekehendak
2
8
Usia 1-2 tahun: 1300 kal
Daging 1¼ ¼ ¼ ½ ¼
Tempe 1½ ½ ½ ½
Sayur 1½ ¼ ¼ ½ ½
Buah 2 ½ 1 ½
Susu
Minyak 1 ½ ¼ ¼
ASI sekehendak
Nasi 3 1 1 1
Sayur 2 ¾ ¾ ½
Buah 2½ ½ 2
10
Tempe 2 1 1
Daging 3 1 1 1
Minyak 2 ½ ¾ ¾
Gula 2 1 1
Susu 1 1
11
2.2.4 Mengatasi susah makan anak.
Susah makan merupakan problem yang dihadapi oleh hampir semua ibu- ibu.
Terkadang anak menolak makanan yang diberikan tanpa tahu apa penyebabnya.
Susah makan dapat pula terjadi karena pemberian makan kepada anak sudah salah
sejak awal. Misalnya anak terlalu lama diberi ASI dan pengenalan M-ASI terlambat,
tidak dikenalkan beragam bahan pangan, terlalu banyak diberi susu formula atau
banyak diberi makanan jajanan. Mengatasi susah makan dapat dilakukan dengan
berbagai cara, salah satunya adalah memberikan suasana makan yang nyaman dan
makanan.
meja makan. Biarkan anak makan sendiri dengan alat makan yang
Buat jadwal makan secara teratur sehingga lama kelamaan anak akan
LAPORAN KEGIATAN
3.1 Metode
Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah Quasi Experiment.
Peningkatan Tinggi Badan Balita Stunting di Wilayah Kerja Puskesmas Air Tawar
Padang.
Desain penelitian yang digunakan adalah dengan rancangan one group pre and
posttest design, yaitu suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama
terhadap Peningkatan Tinggi Badan Balita Stunting di Wilayah Kerja Puskesmas Air
Tawar Padang berdasarkan grafik TB/U pada grafik Z-Score. Pengolahan Data
dengan menyajikan data statistik dasar berupa rerata dan simpangan baku. Untuk
Peningkatan Tinggi Badan Balita Stunting dan dilakukan uji statistik repeated
measured anova.
1. Populasi Penelitian
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah semua balita stunting
𝑍𝛼 2 𝑋𝑃𝑋𝑄
𝑛=[ ]
𝑑2
Keterangan :
n = Jumlah Sampel
P = Proporsi
Q = 1-P
d = Tingkat ketepatan absolut yang dikehendaki (ditetapkan)
α = Tingkat kemaknaan (ditetapkan)
3. MetodePengumpulanSampel
yang diperoleh dari laporan puskesmas mengenai jumlah penduduk dan jumlah
Data yang telah terkumpul akan di tabulasi dan ditampilkan dalam bentuk
Pada penelitian ini, yang menjadi variable penelitian adalah balita stunting
1. Stunting
Definisi : Gabungan dari kategori status giz sangat pendek dan pendek.
Prosedur penelitian ini terdiri dari tiga tahap yaitu persiapan penelitian,
dengan berdiskusi dengan pihak Puskesmas Air Tawar Padang dan dimulai
pengambilan data sekunder dari data laporan tahunan dan register Balita Stunting di
Wilayah Kerja Puskesmas Air Tawar. Hasil yang diperoleh kemudian direkap dan
B. Demografi
Wilayah Puskesmas Air Tawar dengan jumlah penduduk sekitar
31.182 jiwa dengan jumlah laki laki sebanyak 15.597 jiwa dan perempuan
sebanyak 15.585 jiwa.Puskesmas Air Tawar terdiri dari 23 RW dan 95 RT
serta mempunyai 3 LMPK .
Adapun rincian data penduduk perkelurahan seperti pada Tabel 2.1
dibawah ini:
LUAS JUMLAH PENDUDUK JUMLAH
NO KEL
WILAYAH L P Total RUMAH
(km2) TANGGA
1 ATB 1,10 8114 7.437 15.551 1.980
2 ATT 0,60 4239 5.097 9.336 423
3 UKU 1,50 3244 3.051 6.295 756
JUMLAH 3,2 15.597 15.585 31.182 3.159
Tabel 2.1 Distribusi Penduduk perkelurahan tahun 2018
Dari tabel 2.1 didapat data sasaran program tahun 2018 sebagai
berikut di tabel 2.2
No Kel Bumil Bufas Bayi 6-11 bln Bayi 0-11 bln Balita 0 -5 thn
Jumlah 612 587 167 167 334 281 280 561 1364 1341 2705
ATB 6 8 2 2 1
ATT 3 5 0 0 1
UKU 0 2 1 1 1
jumlah 9 15 3 3 3
F. Ketenagaan
Data Ketenagaan Tahun 2018
Status
Jenis Kelamin
Jum Kepegawaian
N Pendidik
Jenis Tenaga
o an lah Laki- Perem Kontrak
Laki PNS
puan BLUD
1 Dokter Umum S1 2 0 2 1 1
2 Dokter Gigi S1 2 0 2 2 0
3 Ka TU S1 1 0 1 1 0
4 Perawat S1 1 0 1 1 0
D3 3 0 3 3 0
SPK 2 0 2 2 0
5 Bidan D3 8 0 8 8 0
6 Analis D4 1 0 1 1 0
D3 1 0 1 1 0
7 Apoteker S1 1 0 1 1 0
8 AA SMF/SAA 2 0 2 2( 1 0
tubel)
9 Sanitasi D4 1 0 1 1 0
10 Perawat Gigi D3 1 0 1 1 0
11 Gizi D4/D3 2 0 2 2 0
12 Administrasi S1 1 0 1 1 0
D3 2 0 2 0 2
13 Rekam Medis D3 1 0 1 1 0
14 Akuntan S1 1 0 1 0 1
Jumlah 34 1 33 29 5
3. Strategi Puskesmas
Untuk mewujudkan Visi dan misi Puskesmas Air Tawar .Puskesmas
Air Tawar terus berusaha memberikan pelayanan prima dengan strategi:
a. Peninjauan kembali peran dan fungsi lintas sektor dalam
pemberdayaan masyarakat
b. Penerapan SOP dalam setiap kegiatan di Puskesmas
c. Pengembangan kualitas SDM di Puskesmas.
d. Kelengkapan kebijakan kebijakan dalam administrasi Puskesmas
4. Tujuan Puskesmas
Sebagai tujuan akhir yang akan dicapai dari penjabaran visi, misi dan
strategi Puskesmas Air Tawar adalah meningkatnya kesadaran, kemauan
dan kemampuan hidup sehat bagi masyarakat di wilayah kerja Puskesmas
Air Tawar sehingga tercipta lingkungan sehat .
G. Struktur Organisasi
Kegiatan yang akan dilakukan pada program Puskesmas tergambar dalam
struktur organisasi Puskesmas sebagai wadah penanggung jawab dari
pelaksanaan masing-masing program yang tercermin dalam struktur
organisasi Puskesmas yang dapat kita lihat pada lampiran laporan tahunan
ini.
H. Fungsi Puskesmas
1. Sebagai Pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan.
Puskesmas selalu berupaya menyelenggarakan dan memantau
penyelenggaraan pembangunan lintas sektor termasuk oleh
masyarakat dan dunia usaha diwilayah kerjanya sehingga
berwawasan dan mendukung pembangunan kesehatan. Disamping
itu aktif memantau dan melaporkan dampak kesehatan dari
penyelenggaraan program diwilayah kerjanya khususnya untuk
pembangunan kesehatan dan pencegahan penyakit dan pemulihan
kesehatan.
2. Sebagai pusat pemberdayaan masyarakat
Puskesmas selalu berupaya agar perorangan, masyarakat, pemuka
masyarakat, dan keluarga serta dunia usaha memiliki kesadaran,
kemauan, dan kemampuan melayani diri sendiri dan masyarakat
untuk hidup sehat, berperan dalam memperjuangkan kepentingan
kesehatan, pemberdayaan perorangan, keluarga dan masyarakat
dengan memeperhatikan kondisi dan situasi masyarakat setempat.
3. Sebagai Pusat Pelayanan Kesehatan Strata Pertama, yang
memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh, terpadu dan
seimbang yang menjadi tanggung jawab Puskesmas dan meliputi
pelayanan kesehatan perorangan dan pelayanan kesehatan
masyarakat.
BAB V
5.1 Kesimpulan
metabolisme, dan pengeluaran zat – zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan
kehidupan, pertumbuhan, dan fungsi normal dari organ – organ serta menghasilkan
energi.
Stunting didefinisikan sebagai indikator status gizi TB/U sama dengan atau
kurang dari minus dua standar deviasi (-2 SD) dibawah rata-rata standar atau keadaan
dimana tubuh anak lebih pendek dibandingkan dengan anak – anak lain seusianya
Intervensi yang diakukan pada 11 orang ibu balita stunting di Pauh Barat
displin konsumsi gizi seimbang setiap memberi makan kepada anaknya. Pengukuran
dari perubahan sikap ditandai dengan berkurangnya kejadian stunting pada anak
stunting dan menu gizi seimbang serta penyebaran informasi terkait stunting dan
serta perbaikan terhadap sikap konsumsi gizi seimbang untuk mencegah stunting,
yang pada hasil akhirnya diharapkan dapat mencegah kejadian stunting pada anak
5.2 Saran
Adanya respon yang positif terhadap hasil intervensi sederhana pada
pelaksanaan mini project ini diharapkan diikuti dengan pemantauan berkelanjutan dan
kerjasama lintas sektoral. Pengawasan kader posyandu, bidan desa, dan tenaga
kesehatan terkait harus tetap terjalin dengan para ibu balita, sehingga kontinuitas
konsumsi gizi seimbang tetap terlaksana dengan baik. Edukasi berkelanjutan juga
pemberdayaan kader posyandu mengenai gizi dan pelayanan ibu hamil di poli ibu.
Selain itu, diharapkan mini project ini dapat diteruskan pada ibu-ibu balita di
kecukupan konsumsi gizi seimbang dan penurunan kejadian stunting pada balita
dapat terpenuhi.
LAMPIRAN
I. INDENTITAS IBU
1 Nomor ID
2 Nama ……………………………………..
3 Usia ……………… th
4 Pendidikan [ ] tamat SD
[ ] tamat SMP
[ ] tamat SMA
6 Alamat Rumah
Dukuh,RT/RW
Kecamatan …………………………………..
………………………………….
8 Usia ……………… th
[ ] tamat SMP
[ ] tamat SMA
[ ] DIII/sarjana/S2
[ ] wiraswasta
1 Nama ………………………………………
2 Usia ……………………bulan
diberikan
Pengamatan ………………………………………
yaitu…………………………….
[ ] bronchitis
[ ] kecacingan
[ ] lainnya : .......................................................
Gejala dan tanda gizi buruk yang [ ] sangat kurus, tulang iga kelihatan
[ ] apatis
menghitam, mengelupas
……………………………………………….
Hasil pemeriksaan laboratorium
……………………………………………….
atau rontgen yang pernah ada
……………………………………………….
Tanggal Wawancara
ANAK BALITA
No ITEM B S Skor
Pengatur
balita baik
BALITA
JAWABAN
No ITEM
SS S R TS STS
DATA ANTROPOMETRI
Kode : An
Alamat : .........................................
DAFTAR PUSTAKA
1. Abuya, A.A., Kimani, K.J., & Elijah, O.O. (2010). Influence of
http://paa2010.princeton.edu/download.aspx?submissionId=100182
http://www.thyroid.org/patients/patient_brochures/iodine_deficienc
y.html
http://www.ext.colostate.edu/pubs/foodnut/09315.html
4. Arisman. (2008). Gizi dalam daur kehidupan : buku ajar ilmu gizi,
anak usia 6-12 bulan. Media Gizi & Keluarga, 29 (2) : 40-46.
6. Bobroff, L.B., & Jensen, N.C. (2009, Desember). Facts about vitamin
A. http://edis.ifas.ufl.edu/pdffiles/fy/fy20600.pdf
7. Brown, J.E. (2005). Nutrition through the life cycle (2nd ed.). USA :
Wadsworth.
8. B vitamins. (2011).
http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/bvitamins.html
http://www.dairyglobalnutrition.org/content.cfm?ItemNumber=883
74
http://www.jabarprov.go.id/root/dalamangka/dda2003Konsumsi.pdf
http://www.mayoclinic.com/health/fat/NU00262
http://www.depkes.go.id/downloads/SKN+.PDF
masyarakat.
http://www.depkes.go.id/downloads/pedoman_stbm.pdf
14. Facts for feeding: feeding low birthweight babies. (2006).
http://www.linkagesproject.org/media/publications/FFF_LBW_3-
30- 06.pdf
Fatmah. Malnutrition and its risk factors among children 1-7 years
http://apjcn.nhri.org.tw/server/apjcn/Volume6/vol6.4/norhayatil.htm
http://www.artikelkedokteran.com/540/pengertian-dasar-
imunisasi.html
17. Reyes, L., & Manalich, R. (2005). Long term consequences of low
birth weight.
http://www.nature.com/ki/journal/v68/n97s/pdf/4496408a.pdf
18. Shrestha, S.S., & Findeis, J.L. (2007). Maternal human capital and
http://ageconsearch.umn.edu/bitstream/9723/1/sp07sh02.pdf
19. Teshome, B., Kogi-makau, W., Getahun, Z., & Taye, G. (2009).
Gojam Zone.
http://ejhd.uib.no/ejhdv23n2/98%20Magnitude%20and%20determi
nants %20of%20stunting%20in%20children%20under-.pdf
global estimate.
http://www.unicef.org/publications/files/low_birthweight_from_EY.
http://www.unicef.org/publications/files/Progress_for_Children_No
_6_re vised.pdf
http://www.unicef.org/nutrition/index_24826.html
acid). http://www.umm.edu/altmed/articles/vitamin-c-000339.htm
http://www.umm.edu/altmed/articles/vitamin-c-000339.htm
25. Water and Sanitation Program-East Asia & The Pasific. Buku
http://www.wsp.org/wsp/sites/wsp.org/files/publications/wsp_Opsi_
Sanit asi_yang_terjangkau.pdf
http://www.who.int/features/factfiles/sanitation/en/index.html
http://www.who.int/nutrition/topics/complementary_feeding/en/inde
x.ht ml
http://www.who.int/features/factfiles/nutrition/en/index.html
30. Fat.(2011).
http://health.nytimes.com/health/guides/nutrition/fat/overview.html
31. Frost, M.B., Forste, R., & Haas, D.W. (2005). Maternal education and
http://www.hawaii.edu/hivandaids/Maternal_Education_and_Child_
Nutrit ional_Status_in_BoliviaFinding_the_Links.pdf
http://www.rrh.org.au/publishedarticles/article_print_1352.pdf
33. Hong, R., Banta, J.E., & Betancourt, J.A. (2006). Relationship
Health. http://www.equityhealthj.com/content/pdf/1475-9276-5-
15.pdf
http://library.usu.ac.id/download/fk/gizi- halomoan
http://health.nytimes.com/health/guides/specialtopic/immunizations-
general-overview/overview.html
http://www.mayoclinic.com/health/iron- deficiency-
anemia/DS00323
http://www.irondisorders.org/iron-overload
http://www.lifewater.org/water-crisis
40. Mbuya, M.N.N., Chidem, M., Chasekwa, B., & Mishra, V. (2010).
Zimbabwe. http://pdf.usaid.gov/pdf_docs/PNADR633.pdf
http://www.mckinley.illinois.edu/handouts/macronutrients.htm
42. National Institute of Health. (2011, June 24). Dietary supplement fact
QuickFacts
43. Kementrian desa dan transmigrasi. 2007. Buku saku desa dalam
makan anak, dan asupan zat gizi anak stunting usia 1-2 tahun di