Anda di halaman 1dari 15

TUGAS MAKALAH

MEKANISME KERJA KELENJAR LIMFOID RONGGA MULUT

SEMESTER GENAP

BLOK STRUKTUR STOMATOGNASI

TAHUN AKADEMIK GENAP 2017-2018

Dosen Pembimbing :
Drg. Izzata Barid., M. Kes
NIP:196805171997022001

Disusun Oleh :
Clarissa Astiasari
NIM : 171610101116

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS JEMBER
2017
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Saya
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan hidayah-Nya kepada saya, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ilmiah berjudul
“MEKANISME KERJA KELENJAR LIMFOID RONGGA MULUT”.

Makalah ilmiah ini telah saya susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu saya
menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan
makalah ini. Terlepas dari semua itu, saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya.

Oleh karena itu dengan tangan terbuka saya menerima segala saran dan kritik dari
pembaca agar saya dapat memperbaiki makalah ilmiah ini. Akhir kata saya berharap semoga
makalah ilmiah berjudul “MEKANISME KERJA KELENJAR LIMFOID RONGGA
MULUT” ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.

Jember, 20 Maret 2018

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………………………i

DAFTAR ISI ……………………………………………………………………………ii

BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………………………….1

1.1 Latar Belakang ………………………………………………………………..1

1.2 Rumusan Masalah ……………………………………………………………2

1.3 Tujuan Penelitian …………………………………………………………….2

BAB II KAJIAN TEORI ……………………………………………………………….3

2.1 Kelenjar Limfoid …………………………………………………………… 3

2.2 Tonsil ……………………………………………………………………… 3

BAB III PEMBAHASAN ……………………………………………………………….5

3.1 Mekanisme Pertahananan Tonsil …………………………………………….5

3.1 Mekanisme Kerja Tonsil …………………………………………………….7

BAB IV PENUTUP ……………………..……………………………………..………11

4.1 Kesimpulan………………………………………………………………….11

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………………12


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Sistem imun tubuh adalah suatu organ komplek yang memproduksi sel-sel khusus yang
dibedakan dengan sistem peredaran darah dari sel darah merah (eritrosit), tetapi bekerja sama
dalam melawan infeksi penyakit ataupun masuknya benda asing kedalam tubuh (sebagai
antigen). Semua sel imun mempunyai bentuk dan jenis sangat bervariasi dan bersirkulasi dalam
sistem imun dan diproduksi oleh sumsum tulang (bone marrow). Sedangkan kelenjar limfe
adalah kelenjar yang dihubungkan satu sama lain oleh saluran limfe yang merupakan titik
pertemuan dari sel-sel sistem imun yang mempertahankan diri dari benda asing yang masuk
kedalam tubuh. Limpa adalah organ yang penting tempat dimana sel imun berkonfrontasi dengan
mikroba asing, sedangkan kantung-kantung organ limfoid yang terletak diseluruh bagian tubuh
seperti: sumsum tulang, thimus, tonsil, adenoid dan apendik adalah juga merupakan jaringan
limfoid.
Sistem imun dalam tubuh kita tersebar hampir di seluruh bagian tubuh, yang salah
satunya ada di bagian rongga mulut. Rongga mulut merupakan pintu utama masuknya benda
asing kedalam tubuh, termasuk makanan dan minuman yang kita konsumsi setiap harinya.
Padahal, makanan dan minuman yang kita konsumsi tidak selalu bersih dan higienis, karena
makanan dan minuman merupakan salah satu media penyebaran mikroorganisme patogen.

Adanya tonsil di dalam rongga mulkut menjadi salah satu solusi terhadap serangan
mikroorganisme patogen yang bisa kapan saja menyerang tubuh melalui rongga mulut
khususnya. Ada 3 macam tonsil yang terdapat dalam rongga mulut yaitu tonsil palatina yang
terletak pada bagian kanan dan kiri pangkal tenggorokan, tonsila lingualis yang terletak pada
pangkal lidah, dan tonsila pharingealyang terletak di dinding belakang kerongkongan (Wibowo
2008). Karena letaknya tersebut, banyak benda asing yang melaluinya dan bisa menimbulkan
iknfeksi. Disini tonsil berperan sebagai sistem pertahanan karena mengandung sel limfosit yang
bisa menahan setiap serangan mikroorganisme patogen yang masuk melalui rongga mulut kita.
karena itu tonsil akan membesar sebagai reaksi pertahanan apabila ada infeksi (Arie, 2007).
Tonsil yang membesar biasa disebut dengan amandel yang menunjukkan adanya proses
peradangan atau infeksi yang berlangsung kronis dalam rongga mulut kita (Wibowo,2008)

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Bagaimana mekanisme kerja kelenjar limfoid rongga mulut?

1.3 TUJUAN PENULISAN


1. Mahasiswa mampu mengkaji dan memahami konsep mekanisme kerja kelenjar limfoid
rongga mulut.
BAB II
KAJIAN TEORI

2.1 Kelenjar Limfe


Limfonodi berbentuk kecil lonjong atau seperti kacang dan terdapat di sepanjang pembuluh
limfe. Kerjanya sebagai penyaring dan dijumpai di tempat-tempat terbentuknya limfosit.
Kelompok-kelompok utama terdapat di dalam leher, axial, thorax, abdomen, dan lipat paha.
Sebuah kelenjar limfe mempunyai pinggiran cembung dan yang cekung. Pinggiran yang cekung
disebut hilum. Sebuah kelenjar terdiri dari jaringan fibrous, jaringan otot, dan jaringan kelenjar.
Di sebelah luar, jaringan limfe terbungkus oleh kapsul fibrous. Dari sini keluar tajuk-tajuk dari
jaringan otot dan fibrous, yaitu trabekulae, masuk ke dalam kelenjar dan membentuk sekat-sekat.
Ruangan diantaranya berisi jaringan kelenjar, yang mengandung banyak sel darah putih atau
limfosit.
Pembuluh limfe aferen menembus kapsul di pinggiran yang cembung dan menuangkan
isinya ke dalam kelenjar. Bahan ini bercampur dengan benda-benda kecil daripada limfe yang
banyak sekali terdapat di dalam kelenjar dan selanjutnya campuran ini dikumpulkan pembuluh
limfe eferen yang mengeluarkannya melalui hilum. Arteri dan vena juga masuk dan keluar
kelenjar melalui hilum
2.2 Tonsil
Tonsil merupakan kumpulan jaringan limfoid yang banyak mengandung limfosit dan
merupakan pertahanan terhadap infeksi. (Pearce, 2006). Tonsil berbentuk oval dengan panjang 2-
5 cm, masingmasing tonsil mempunyai 10-30 kriptus yang meluas ke dalam jaringan tonsil.
Tonsil tidak selalu mengisi seluruh fossa tonsilaris, daerah yang kosong diatasnya dikenal
sebagai fossa supratonsilar. Tonsil terletak di lateral orofaring. Secara mikroskopik tonsil terdiri
atas tiga komponen yaitu jaringan ikat, folikel germinativum (merupakan sel limfoid) dan
jaringan interfolikel (terdiri dari jaringan limfoid) (Kartika, 2008).
Tonsil terbagi atas tiga macam yaitu tonsila faringeal, tonsila paltina (adenoid), tonsila
lingual yang ketiganya membentuk lingkaran yang disebut cincin Waldayer (Soepardi et al.,
2007).
Macam-macam tonsil
1) Tonsila palatina
Tonsila palaitna adalah suatu jaringan limfoid yang terletak di fossa tonsilaris dikedua sudut
orofaring dan merupakan salah satu bagian dari cincin Waldeyer. Tonsila 6 7 palatina lebih padat
dibandingkan jaringan limfoid lain. Permukaan lateralnya ditutupi oleh kapsul tipis dan di
permukaan medial terdapat kripta (Amaruddin & Christanto, 2007). Tonsila palatina merupakan
jaringan limfoepitel yang berperan penting sebagai sistem pertahanan tubuh terutama terhadap
protein asing yang masuk ke saluran makanan atau masuk ke saluran nafas. Mekanisme
pertahanan dapat bersifat spesifik atau non spesifik. Apabila patogen menembus lapisan epitel
maka sel – sel fagositik mononuklear pertama – tama akan mengenal dan mengeliminasi antigen
(Farokah, 2007).
2) Tonsila Lingual
Tonsila lingual terletak didasar lidah dan dibagi menjadi dua oleh ligamentum
glosoepiglotika. Digaris tengah, disebalah anterior massa ini terdapat foramen sekum pada apeks,
yaitu sudut yang terbentuk oleh papila sirkumvalata. Tempat ini kadang-kadang menunjukan
penjalaran duktus triglosus dan secara klinik merupakan tempat penting bila ada massa tiroid
lingual. Tonsila lingualis mempunyai kripta kecilkecil yang tidak bercabang dibandingkan
dengan tonsila palatina (Soepardi et al., 2007)
3) Tonsila Faringea
Adenoid merupakan masa limfoid yang berlobus dan terdiri dari jaringan limfoid yang sama
dengan yang terdapat 8 pada tonsil. Lobus atau segmen tersebut tersusun teratur seperti suatu
segmen terpisah dengan celah atau kantong diantaranya. Lobus ini tersusun mengelilingi daerah
yang lebih rendah di bagian tengah, dikenal sebagai bursa faringeus. Adenoid tidak mempunyai
kriptus. Adenoid terletak di dinding belakang nasofaring. Jaringan adenoid di nasofaring
terutama ditemukan pada dinding atas dan posterior, walaupun dapat meluas ke fosa
Rosenmuller dan orifisium tuba eustachius. Ukuran adenoid bervariasi pada masing-masing
anak. Pada umumnya adenoid akan mencapai ukuran maksimal antara usia 3-7 tahun kemudian
akan mengalami regresi (Hermani, 2004).
Lokasi tonsil(terutama tonsil palatina) sangat memungkinkan terpapar benda asing dan
patogen, selanjutnya membawanya ke sel limfoid 11. Aktivitas imunologi terbesar tonsil
ditemukan pada usia 3 – 10 tahun. Tonsil merupakan organ limfatik sekunder yang diperlukan
untuk diferensiasi dan proliferasi limfosit yang sudah disensitisasi. Tonsil mempunyai dua fungsi
utama yaitu menangkap dan mengumpulkan bahan asing dengan efektif dan sebagai organ
produksi antibodi dan sensitisasi sel limfosit T dengan antigen spesifik . Tonsil bertindak seperti
filter untuk memperangkap bakteri dan virus yang masuk ke tubuh melalui mulut dan sinus.
Tonsil juga menstimulasi sistem imun untuk memproduksi antibodi untuk membantu melawan
infeksi . Tonsil tidak selalu mengisi seluruh fossa tonsilaris, daerah yang kosong diatasnya
dikenal sebagai fossa supratonsilar9 .
Tonsil merupakan jaringan limfoid yang di dalamnya terdapat sel limfoid yang mengandung
sel limfosit, 0,1-0,2% dari kesuluruhan limfosit tubuh pada orang dewasa. Proporsi limfosit B
danT pada tonsil adalah 50%:50%, sedangkan di darah 55-75%:15-30%. Pada tonsil terdapat
sistem imun kompleks yang terdiri atas sel M (sel membran), makrofag, sel dendrit dan antigen
presenting cells) yang berperan dalam proses transportasi antigen ke sel limfosit sehingga terjadi
APCs (sintesis immunoglobulin spesifik). Juga terdapat sel limfosit B, limfosit T, sel plasma dan
sel pembawa Ig G 12.
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Mekanisme Pertahanan Tonsil


Tonsil mempunyai peranan penting dalam fase-fase awal kehidupan, terhadap infeksi
mukosa nasofaring dari udara pernafasan sebelum masuk ke dalam saluran nafas bagian bawah.
Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa parenkim tonsil mampu menghasilkan antibodi. Tonsil
memegang peranan dalam menghasilkan Ig-A, yang menyebabkan jaringan lokal resisten
terhadap organisme patogen.
Sewaktu baru lahir, tonsil secara histologis tidak mempunyai centrum germinativum,
biasanya ukurannya kecil. Setelah antibodi dari ibu habis, barulah mulai terjadi pembesaran
tonsil dan adenoid, yang pada permulaan kehidupan masa anak-anak dianggap normal dan dapat
dipakai sebagai indeks aktifitas sistem imun.Pada waktu pubertas atau sbelum masa pubertas,
terjadi kemunduran fungsi tonsil yang disertai proses involusi.

Terdapat dua mekanisme pertahanan , yaitu spesifik dan non spesifik.

Mekanisme Pertahanan Non-Spesifik


Mekanisme pertahanan spesifik berupa lapisan mukosa tonsil dan kemampuan limfoid
untuk menghancurkan mikroorganisme. Pada beberapa tempat lapisan mukosa ini sangat tipis,
sehingga menjadi tempat yang lemah dalam pertahanan dari masuknya kuman ke dalam jaringan
tonsil. Jika kuman dapat masuk ke dalam lapisan mukosa, maka kuman ini dapat ditangkap oleh
sel fagosit. Sebelumnya kuman akan mengalami opsonisasi sehingga menimbulkan kepekaan
bakteri terhadap fagosit.
Setelah terjadi proses opsonisasi maka sel fagosit akan bergerak mengelilingi bakteri dan
memakannya dengan cara memasukkannya dalam suatu kantong yang disebut fagosom. Proses
selanjutnya adalah digesti dan mematikan bakteri. Mekanismenya belum diketahui pasti, tetapi
diduga terjadi peningkatan konsumsi oksigen yang diperlukan untuk pembentukan superoksidase
yang akan membentuk H2O2, yang bersifat bakterisidal. H2O2 yang terbentuk akan masuk ke
dalam fagosom atau berdifusi di sekitarnya, kemudian membunuh bakteri dengan proses
oksidasi.
Di dalam sel fagosit terdapat granula lisosom. Bila fagosit kontak dengan bakteri maka
membran lisosom akan mengalami ruptur dan enzim hidrolitiknya mengalir dalam fagosom
membentuk rongga digestif, yang selanjutnya akan menghancurkan bakteri dengan proses
digestif.

Mekanisme Pertahanan Spesifik


Merupakan mekanisme pertahanan yang terpenting dalam pertahanan tubuh terhadap
udara pernafasan sebelum masuk ke dalam saluran nafas bawah. Tonsil dapat memproduksi Ig-A
yang akan menyebabkan resistensi jaringan lokal terhadap organisme patogen. Disamping itu
tonsil dan adenoid juga dapat menghasilkan Ig-E yang berfungsi untuk mengikat sel basofil dan
sel mastosit, dimana sel-sel tersebut mengandung granula yang berisi mediator vasoaktif, yaitu
histamin.
Bila ada alergen maka alergen itu akan bereaksi dengan Ig-E, sehingga permukaan sel
membrannya akan terangsang dan terjadilah proses degranulasi. Proses ini menyebabkan
keluarnya histamin, sehingga timbul reaksi hipersensitifitas tipe I, yaitu atopi, anafilaksis,
urtikaria, dan angioedema.
Dengan teknik immunoperoksidase, dapat diketahui bahwa Ig-E dihasilkan dari plasma
sel, terutama dari epitel yang menutupi permukaan tonsil, adenoid, dan kripta tonsil.
Mekanisme kerja Ig-A adalah mencegah substansi masuk ke dalam proses immunologi,
sehingga dalam proses netralisasi dari infeksi virus, Ig-A mencegah terjadinya penyakit
autoimun. Oleh karena itu Ig-A merupakan barier untuk mencegah reaksi imunologi serta untuk
menghambat proses bakteriolisis.

3.2 Mekanisme Kerja Tonsil

Sebagian besar tonsil adalah organ ß sel dengan ß limfosit yang terdiri 50%-65% dari semua
limfosit tonsil. Sel limfosit T terdiri dari sekitar 40% dari limfosit tonsil dan 3% adalah sel
plasma matang. Tonsil terlibat dalam menginduksi kekebalan dan mengatur sekresi
immunoglobulin. Tonsil yang baik berfungsi untuk kekebalan saluran aerodigestive. Selain itu,
terdapat 10 sampai 30 kriptus dalam setiap tonsil yang ideal untuk mencegah benda asing dan
membawanya ke folikel limfoid. Perkembangbiakan sel ß di pusat germinal tonsil sebagai respon
terhadap sinyal antigenik adalah salah satu fungsi tonsil penting. Kekebalan tonsil aktif aktif
antara usia 4 sampai 10 tahun. Involusi 9 tonsil dimulai setelah pubertas, sehingga penurunan
populasi sel ß dan peningkatan relatif. Meskipun produksi imunoglobulin secara keseluruhan
berkurang, tetapi masih ada cukup besar aktivitas sel ß jika dilihat dari kondisi klinis tonsil yang
sehat
Secara sistematik proses imun di tonsil terbagi menjadi 3 kejadian yaitu :
1) Respon imun tahap I,
2) Respon imun tahap II,
3) Migrasi limfosit
Pada respon imun tahap I terjadi ketika antigen memasuki orofaring mengenai epitel kripte
yang merupakan kompartemen tonsil pertama sebagai barier imunologis di Sel M tidak hanya
berperan mentranspor antigen melalui barier epitel tapi juga membentuk komparten mikro
intraepitel spesifik yang membawa bersamaan dalam konsentrasi tinggi material asing, limfosit
dan antigent presenting cell (APC) seperti makrofag dan sel dendritik dalam konsentrasi tinggi.
Sel limfoid ditemukan dalam ruang epitel kripte tonsila palatina terutama terdiri atas
limfosit B dan sel T helper (CD4+). Respon imun membutuhkan aktivasi oleh sitokin yang
berbeda. Sitokin adalah peptida yang terlibat dalam regulasi proses imun dan dihasilkan secara
dominan melalui stimulasi antigen lokal oleh limfosit intraepitel, sel limfoid lain atau sel non
limfoid. Sel T 10 intraepitel menghasilkan berbagai sitokin antara lain IL –2, IL-4, IL-6, TNF-α,
TNF-β / LT-α, INF γ, dan TGF-β. Diperkirakan 50- 90% limfosit intraepitel adalah sel B. Sel B
berupa mature memory cells B dengan potensial APC yang memungkinkan terjadinya kontak
antara antigen presenting B cells dan T cells, menyebabkan respon antibodi yang cepat. Beragam
isotipe Ig dihasilkan dalam tonsila palatina, 82 % dari sentrum germinativum menghasilkan Ig D,
55% Ig M, 36% IgG dan 29 % IgA.
Respon imun tonsila palatina tahap kedua terjadi setelah antigen melalui epitel kripte dan
mencapai daerah ekstrafolikular atau folikel limfoid. Pada daerah ekstrafolikular, interdigitating
dendritic cell (IDC) dan makrofag memproses antigen dan menampakkan atigen terhadap CD4+
limfosit T. Sel TFH kemudian menstimuli limfosit B folikel sehingga berproliferasi dan
bermigrasi dari dark zone ke light zone, mengembangkan suatu antibodi melalui sel memori B
dan antibodi melalui sel plasma. Sel plasma tonsil juga menghasilkan lima kelas Ig (IgG 65%,
IgA 20%, sisanya Ig M, IgD, IgE) yang membantu melawan dan mencegah infeksi. Lebih lanjut,
kontak antigen dengan sel B memori dalam folikel limfoid berperan penting untuk menghasilkan
respon imun sekunder. Meskipun jumlah sel T terbatas namun mampu 11 menghasilkan
beberapa sitokin (misal IL-4) yang menghambat apoptosis sel B.
Respon imun tahap yang ketiga berupa migrasi limfosit. Perjalanan limfosit dari penelitian
didapat bahwa migrasi limfosit berlangsung terus menerus dari darah ke tonsil melalui high
endothelial venules (HEV) dan kembali ke sirkulasi melaui limfe. Tonsil berperan tidak hanya
sebagai pintu masuk tapi juga keluar limfosit, beberapa molekul adesi (ICAM-1 dan L-selectin),
kemokin, dan sitokin. Kemokin yang dihasilkan kripte akan menarik sel B untuk berperan
didalam kripte.
BAB IV
PENUTUP

4.1 KESIMPULAN

1. Tonsil merupakan kumpulan jaringan limfoid yang banyak mengandung limfosit dan
merupakan pertahanan terhadap infeksi.
2. Ada 3 macam tonsil yang terdapat dalam rongga mulut yaitu tonsil palatina yang terletak
pada bagian kanan dan kiri pangkal tenggorokan, tonsila lingualis yang terletak pada
pangkal lidah, dan tonsila pharingealyang terletak di dinding belakang kerongkongan
3. Terdapat dua mekanisme pertahanan pada tonsil , yaitu spesifik dan non spesifik.
4. Secara sistematik proses imun di tonsil terbagi menjadi 3 kejadian yaitu :
1) Respon imun tahap I,
2) Respon imun tahap II,
3) Migrasi limfosit
DAFTAR PUSTAKA

Sloane, E. 2003. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. Jakarta: EGC.


Tizard, I. 1982. Pengantar Imunologi Veteriner. Surabaya: Airlangga University Pres

Anda mungkin juga menyukai