Anda di halaman 1dari 17

KEPERAWATAN JIWA

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN


GANGGUAN PROSES PIKIR : WAHAM

DOSEN PEMBIMBING : Ns. NOVI HERAWATI S.Kep. Sp. Kep. Jiwa

KELOMPOK 4 LOKAL 3B

1. IIS RAHMA DIANTI

2.GUSMA WINDA

3. MELLY REZQIA HELMI

4.RANI YULIZA FITRI

5. SERLY FAMAWATI

6. SHINTIA APTRIAWAN

7. SONYA ADISTHY

8. SRI YULIA MUSTISA

9. TRI SUDARI

10. VELLIA OKTI HENDRIAN

POLTEKKES KEMENKES RI PADANG

PRODI D III KEPERAWATAN SOLOK

2019
KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis ucapkan kedhadirat Tuhan Yang Maha Esa karena masih
dilimpahi rahmat dan kasih sayang-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan asuhan
keperawatan pasien dengan gangguan proses pikir: waham ini sebagai tugas dalam mata
kuliah keperawatan jiwa.
Melalui penyusunan tugas ini diharapkan kita sebagai mahasiswa yang
mengambil mata kuliah keperawatan jiwa mempunyai bahan rujukan sebagai bahan
acuan dalam perkuliahan. Selain itu, penyusunan makalah ini semoga dapat digunakan
dan dimanfaatkan oleh semua pihak yang memerlukannya khususnya penulis.
Dalam pengerjaan tugas ini penulis selaku penyusun telah berusaha sebaik
mungkin, namun penulis menyadari masih ada kekurangan dan kelemahan, sehingga
dengan segala kerendahan hati, penulis sangat terbuka untuk menerima saran dan kritik
guna kebaikan dan kemajuan di masa yang akan datang. Penulis berharap semoga
penyusunan tugas ini dapat bermanfaat khususnya bagi kami selaku penyusun dan
umumnya bagi semua pihak yang telah membaca asuhan keperawatan mengenai
gangguan proses pikir: waham ini. Selain itu, dengan adanya makalah ini penulis
berharap dapat menjadi sumbangan pemikiran dalam mata kuliah keperawatan jiwa.

Solok, Agustus 2019

Kelompok 4
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kesehatan jiwa merupakan suatu keadaan yang memungkinkan untuk terjadinya
perkembangan fisik, intelektual, dan emosional individu secara potimal, sejauh
perkembangan tersebut sesuai dengan perkembangan optimal individu-individu lain.
Sementara itu, gangguan jiwa adalah suatu keadaan dengan adanya gejala klinis
yang bermakna, berupa sindrom pola perilaku dan pola psikologik, yang berkaitan
dengan adanya distress (tidak nyaman, tidak tentram, rasa nyeri), distabilitas (tidak
mampu mengerjakan pekerjaan sehari-hari), atau meningkatkan resiko kematian,
kesakitan, dan distabilitas.
Gangguan jiwa terdiri dari beberapa macam termasuk diantaranya adalah waham
atau delusi. Waham atau delusi adalah keyakinan tentang suatu pikiran yang kokoh, kuat,
tidak sesuai dengan kenyataan, tidak cocok dengan intelegensia dan latar belakang
budaya, selalu dikemukakan berulang-ulang dan berlebihan biarpun telah dibuktikan
kemustahilannya atau kesalahannya atau tidak benar secara umum.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu pengertian waham ?
2. Apa itu faktor penyebab waham ?
3. Apa itu pengkajian waham ?
4. Apa itu proses terjadinya waham ?
5. Apa itu diagnosa keperawatan waham ?
6. Apa itu tidakan keperawatan waham ?
7. Apa itu evaluasi keperawatan waham ?
8. Apa itu dokumentasi keperawatan waham ?
C. Tujuan Perumusan
1. Untuk mengetahui pengertian waham
2. Untuk mengetahui faktor penyebab waham
3. Untuk mengetahui pengkajian waham
4. Untuk mengetahui proses terjadinya waham
5. Untuk mengetahui diagnosa keperawatan waham
6. Untuk mengetahui tindakan keperawatan waham
7. Untuk mengetahui evaluasi keperawatan waham
8. Untuk mengetahui dokumentasi keperawatan waham
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Waham
Waham adalah suatu keyakinan kokoh yang salah dan tidak sesuai dengan fakta
dan keyakinan tersebut mungkin “aneh” (misalnya “saya adalah nabi yang menciptakan
biji mata manusia”) atau bisa pula “tidak aneh” (hanya sangat tidak mungkin , contoh
malaikat disurga selalu menyertai saya kemanapun saya pergi”) dan dipertahankan
meskipun telah diperlihatkan bukti-bukti yang jelas untuk mengoreksinya.
Waham sering ditemui pada gangguan jiwa berat dan beberapa bentuk waham
yang spesifik sering ditemukan pada penderita skizofrrenia. Semakin akut psikosis
semkin sering ditemui waham disgornisasi dan waham sistematis. Kebanyakan pasien
skizofernia daya tiliknya berkurang dimana pasien tidak menyadari penyakitnya serta
kebutuhannya terhadap pengobatan, meskipun gangguan pada dirinya dapat dilihat oleh
orang lain (Tomb, 2013).
B. Faktor Penyebab Waham
Penyebab terjadinya waham tidak diketahui. Hasil investigasi menunjukkan
bahwa kemungkinan neurofisiologi neuropsikologi penyebab terjadinya waham.
1. Teori Biologi
Pada pasien dengan waham, pemeriksaan MRI menunjukkan bahwa derajat lobus
temporal tidak simetris. Akan tetapi perbedaan ini sangat kecil, sehingga terjadinya
waham kemungkinan melibatkan komponen degeneratif dan neuron. Waham somatik
terjadi karena disebabkan adanya gangguan sensori pada sisitem saraf atau kesalahan
penafsiran dari input sensori karena terjadi sedikit perubahan pada saraf kortikal akibat
penuaan (Boyd, 2005).
2. Psikologis
Carpenito (1998) menyatkan bahwa pasien dengan waham memproyeksikan
perasaan dasarnya dengan mencurigai. Pada pasien dengan waham kebesaran terdapat
perasaan yang tidak adekuat serta tidak berharga. Pertama kali mengingkari perasaannya
sendiri, kemudian memproyeksikan perasaannya kepada lingkungan dan akhirnya harus
menjelaskan kepada orang lain. Apa yang seseorang pikirkan tentang suatu kejadian
mempengaruhi perasaan dan prilakunya.
3. Genetik dan Biokimia
Gangguan waham mungkin secara biologi berbeda dari gangguan psikosa lainnya,
sedikit atau tidak perhatian, dan berhubungan dengan faktor genetik. Sistem dopamin
yang tidak berfungsi mempunyai peranan penting terjadinya waham. Mengingkari
realitas memiliki hubungan dengan tidak berfungsinya kortikal posterior. Bentall dkk.
(2001) mengemukakan bahwa kombinasi antara biologis dan pengalaman hidup sebagai
komponen penyebab terjadinya waham.
C. Pengkajian Waham
Tanda gejala waham adalah. Untuk mendapatkan data waham saudara harus
melakukan observasi terhadap berikut ini:
a. Waham Kebesaran
Meyakini bahwa ia memiliki kebesaran atau kekuasaan khusus, diucapkan
berulangkali tetapi tidak sesuai kenyataan. Contoh : “Saya adalah seorang jendral besar,
semua pasien dirumah sakit harus hormat dengan saya.” atau “Saya adalah terkaya di
Indonesia.”
b. Waham curiga
Meyakini bahwa ada seseorang atau berkelompok yang berusaha
merugikan/mecederai dirinya, diucapkan berulangkali tetapi tidak sesuai kenyataan.
Contoh : “orang tua saya ingin membunuh karena cemburu dengan keberhasilan saya.”
c. Waham agama
Memiliki keyakinan terhadap suatu agama secara berlebihan, diucapkan berulang
kali tetapi tidak sesuai kenyataan. Contoh : “Saya adalah titisan Budha Gautama”
d. Waham somatic
Meyakini bahwa tubuh atau bagian tubuhnya terganggu/terserang penyakit,
diucapkan berulangkali tetapi tidak sesuai kenyataan. Contoh : “Saya merasa seperti ada
batu yang menimpa dada saya”, setelah pemeriksaan laboratorium tidak ditemukan tanda-
tanda adanya penyakit jantung.
e. Waham nihilistik
Meyakini bahwa dirinya sudah tidak ada didunia/meninggal, diucapkan
berulangkali tidak sesuai kenyataan. Contoh : “Saya sudah meninggal 10 tahun yang lalu,
sekarang roh saya sedang melayang layang diudara”
Waham terjadi karena munculnya perasaan terancam oleh lingkungan, cemasa,
merasa suatu yang tidak menyenangkan terjadi sehingga individu mengingkari ancaman
dari persepsi diri atau objek realitas dengan menyalahartikan kesan terhadap kejadian,
kemudian individu memproyeksikan pikiran dan perasaan internal pada lingkungan
sehingga perasaan, pikiran, dan keinginan negatif/tidak dapat diterima menjadi bagian
eksternal dan akhirnya individu mencoba memberi pembenaran/rasional/alasan
interpretasi/personal tentang realita pada diri sendiri atau orang lain.
D. Proses Terjadinya Waham
Waham adalah anggapan tentang orang yang hypersensitif, dan mekanisme ego
spesifikmreaksi formasi dan penyangkalan. Klien dengan waham, menggunakan
mekanisme pertahanan reaksi formasi, penyangkalan dan proyeksi. Pada reaksi formasi,
digunakan sebagai pertahanan melawan agresi, kebutuhan, ketergantungan dan perasaan
cinta. Kebutuhan akan ketergantungan ditransformasikan menjadi kemandirian yang
kokoh. Penyangkalan, digunakan untuk menghindari kesadaran akan kenyataan yang
menyakitkan. Proyeksi digunakan untuk melindungi diri dari impuls yang tidak dapat
diterima dalam dirinya sendiri. Hypersensitifitas dan perasaan inferioritas, telah
dihipoteksikan menyebabkan reaksi formasi dan proyeksi, waham kebesaran dan
superioritas.
Waham juga dapat muncul dari hasil pengembangan pikiran rahasia yang
menggunakan fantasi sebagai cara untuk meningkatkan harga diri mereka yang terluka.
Waham kebesaran merupakan regresi perasaan maha kuasa dari anak-anak, dimana
perasaan akan kekuatan yang tidak dapatdisangkal dan dihilangkan (kaplan dan
sadock,1997).Cameron, dalam kaplan dan sadock (1997) menggambarkan 7 situasi yang
mengembangkan perkembangan waham, yaitu : peningkatan harapan, untuk mendapat
terapi sadistik, situasi yang meningkatakan ketidakpercayaan dan kecurigaan, isolasi
sosial, situasi yang meningkatkan kecemburuan, situasi yang memungkinkan
menurunnya harga diri (harga diri rendah, situasi yang menyebabkan seseorang melihat
kecacatan dirinya pada orang lain, situasi yang meningkatkan kemungkinan untuk
perenungan tentang arti dan motivasi terhadap sesuatu.

Berikut ini beberapa contoh pertanyaan yang dapat saudara gunakan sebagai
panduan untuk mengkaji pasien dengan wahaam :

1. Apakah pasien memiliki isi/pikiran yang berulang-ulang diungkapkan menetap dan


menetap?
2. Apakah pasien takut terhadap objek atau situasi tertentu, atau apakah pasien cemas
secara berlebihan tentang tubuh atau kesehatannya?
3. Apakah pasien pernah merasakan bahwa benda-benda disekitarnya aneh dan tidak
nyata?
4. Apakah pasien pernah merasakan bahwa ia berada diluar tubuhnya?

5. Apakah pasien pernah merasa diawasi atau dibicarakan orang lain?

6. Apakah pasien berpikir bahwa pikiran atau tindakannya dikontrol oleh orang lain
atau kekuatan dari luar?

7. Apakah pasien menyatakan bahwa ia memiliki kekuatan fisiki atau kekuatan lainnya
atau yakin bawa orang lain dapat membaca pikirannya?

Selama pengkajian saudara harus mendengarkan dan memperhatikan semua


informasi yang diberikan oleh pasien tentang wahamnya. Untuk mempertahankan
hubungan saling percaya yang telah terbina jangan menyangkal, menolak, atau menerima
keyakinan pasien.

E. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan data yang diperoleh ditetapkan diagnose keperawatan : Gangguan proses
fikir : waham
F. Tindakan keperawatan
1. Tindakan keperawatan untuk pasien
a.Tujuan :
a )Pasien berorientasi kepada realitas secara bertahap
b) Pasien mampu berinteraksi dengan orang lain dan lingkungan
c) Pasien menggunakan obat dengan prinsip 5 benar
b.Tindakan
a) Bina hubungan saling percaya.
Sebelum memulai mengkaji pasien dengan waham, saudara harus membina
hubungan saling percaya terlebih dahulu agar pasien merasa aman dan nyaman saat
berinteraksi dengan saudara. Tindakan yang harus saudara lakukan dalam rangka
membina hubungan saling percaya adalah :
a. Mengucapkan salam terapeutik
b. Berjabat tangan
c. Menjelaskan tujuan interaksi
d. Membuat kontrak topic, waktu dan tempat setiap kali bertemu pasien.
b) Tidak mendukung atau membantah waham pasien.
c) Yakinkan pasien berada dalam keadaan aman.
d) Observasi pengaruh waham terhadap aktivitas sehari hari.
e) Jika pasien terus menerus membicarakan wahamnya dengarkan tanpa
memberikan dukungan atau menyangkal sampai pasien berhenti
membicarakannya.
f) Berikan pujian bila penampilan dan orientasi pasien sesuai dengan realitas.
g) Diskusikan dengan pasien kemampuan realistis yang dimilikinya pada saat yang
lalu dan saat ini.
h) Anjurkan pasien untuk melakukan aktivitas sesuai kemampuan yang dimilikinya.
i) Diskusikan kebutuhan psikologis/emosional yang tidak terpenuhi sehingga
menimbulkan kecemasan, rasa takut, dan marah.
j) Tingkatkan aktivitas yang memenuhi kebutuhan fisik dan emosional pasien.
k) Berbicara pada konteks realitas.
l) Bila pasien mampu memperlihatkan kemampuan positifnya berikan pujian yang
sesuai.
m) Jelaskan pada pasien tentang program pengobatannya (manfaat, dosis obta, jenis
dan efek samping obat yang diminum serta cara meminum obat yang benar).
n) Diskusikan akibat yang terjadi bila pasie berhenti minum obat tanpa konsultasi.
Berikut ini adalah contoh komunikasi yang didokumentasikan :

Data : pasien tampak tegang, mengatakan berulang ulang ia adalah diplomat kebangsaan
rusia yang bertugas di medan. Pasien mengatakan tujuannya dating ke medan untuk
membantu menyelesaikan konflik Indonesia dengan Malaysia.

Latihan 1 : membina hubungn saling percaya dan mengidentifikasi waham pasien.

1. Fase orientasi
Selamat pagi ibu, kenalkan saya suster d, nama ibu siapa? Senang dipanggil apa?
Bagaimana keadaan ibu pagi ini? Bagaimana kalau selama 20 menit ini kita bercakap-
cakap tentang apa yang ibu b rasakan? Ibu setuju?
2. Fase kerja
Saya mengerti bahwa ibu merasa bahwa ibu adalah seorang diplomat rusia, tapi
sulit bagi saya untuk mempercayainya karena setahu saya diplomat tidak disini
tempatnya, bias kita lanjutkan pembicaran kita yang terputus tadi bu?
“ibu, ibu ada di tempat yang aman, saya akan selalu menemani ibu”
“wahhh, warna baju yang ibu kenakan hari ini cocok sekali dengan warna kulit ibu”
“apa saja yang ibu harapkan selama ini? Bias ibu ceritakan kepada saya?
“bagus sekali, ibu dapat menceritakan harapan ibu.”
3. Fase terminasi
“Bagaimana perasaan ibu setelah berbincang-bincang dengan saya?”
“coba ibu ulangi kembali apa saja yang telah kita bicarakan tadi? Baguss”
“ibu, boleh besok kita kembali bercakap-cakap?”
“jam berapa sebaiknya saya dating kembali?
“dimana kita bercaka-cakap nanti? “besok kita bicarakan tentang hobi ibu ya..
“nah coba ibu ingat ingat apa saja hobi atau kegemaran ibu? “sampai besok ya..
Latihan 2 : memberikan tindakan keperawatan pada pasien waham

1. Fase orientasi

“selamat pagi ibu, bagaimana keadaan ibu pagi ini bu?” “apakah ibu sudah mengingat-
ingat apa saja hobi atau kegemaran ibu?” “bagaimana kalau kita bicarakan hobi tersebut
sekarang? “dimana enaknya kita berbincang-bincang tentang hobi ibu tersebut? “berapa
lama ibu mau kita berbincang-bincang tentang hal tersebut?”

2. Fase kerja
“apa saja hobi ibu?
“wah ternyata ibu pandai tortor batak yaa, tidak semua orang bias menari seperti itu loh
bu.“coba ibu ceritakan kepada saya kapan terakhir kali ibu belajar tortor batak, siapa yang
dulu mengajarkannya kepada ibu? Dimana?” “bias ibu peragakan kepada saya bagaimana
tortor batak itu? “wah baguss sekali bu. “bagaimana kalau sekarang ibu teruskan
kemampuan menari tortor batak tersebut.”
3. Fase terminasi
“bagaimana perasaan ibu setelah kita berbincang-bincang tentang hobi ibu? “nah..
bagaimana kalau setelah ini ibu melakukan latihan menari tor-tor batak sesuai dengan
jadwal yang telah dibuat? “besok kita ketemu lagi ya bu.“diteras depan ruangan ini saja
ya bu..? “besok kita akan membicarakan tentang obat yang harus diminum ya, ibu setuju?
“kalau begitu saya permisi dulu.” “sampai jumpa besok jam 1 siang ya bu…

Latihan 3 : Mengajarkan dan melatih cara minum obat yang benar

1. Fase Orientasi
“Assalamu’alaikum B, sesuai dengan janji saya dua hari yang lalu sekarang saya datang
lagi” “Bagaimana B sudah dicoba latihan tortor bataknya? Bagus sekali” “ Sesuai dengan
janji kita dua hari yang lalu bagaimana kalau sekarang kita membicarakan tentang obat
yang B minum?” “Dimana kita mau berbicara?” “Berapa lama B kita berbicara?”
2. Fase kerja

“Ibu B perlu minum obat ini agar pikirannya jadi tenang, tidurnya juga tenang” “Obatnya
ada tiga macam ibu B, yang warnanya oranye namanya CPZ, yang putih ini namanya
THP, dan yang merah jambu ini namanya HLP semuanya ini harus B minum 3 kali sehari
jam 7 pagi, jam 1 siang, dan jam 7 malam. “Bila nanti setelah minum obat mulut ibu B
terasa kering, untuk membantu mengatasinya B bisa mengisap-isap es batu”. “ Bila terasa
mata berkunang-kunang, ibu B sebaiknya istirahat dan jangan beraktivitas dulu”.
“Sebelum minum obat ini, ibu B mengecek dulu label di kotak obat apakah benar nama
ibu B tertulis disitu, berapa dosis yang harus diminum, jam berapa saja harus diminum.
Baca juga apakah nama obatnya sudah benar” “Ibu B, obat-obat ini harus diminum secara
teratur dan kemungkinan besar harus ibu B minum dalam waktu yang lama. Sebaiknya
ibu B tidak menghentikan sendiri obat yang harus diminum sebelum berkonsultasi
dengan dokter.

3. Fase Terminasi

“Bagaimana perasaan ibu B setelah kita bercakap-cakap tentang obat yang ibu B minum?
Apa saja nama obatnya? Jam berapa minum obat?” “Mari kita masukkan pada jadwal
kegiatan ibu B. Jangan lupa minum obatnya dan melakukan kegiatan yang lain”. “Dua
hari lagi saya akan kembali mengunjungi ibu B ya?”

2. Tindakan keperawatan yang ditujukan untuk keluarga

a. Tujuan :

a) Keluarga mampu mengidentifikasi waham pasien

b) Keluarga mampu memfasilitasi pasien untuk memenuhi kebutuhan yang dipenuhi


oleh wahamnya.

c) Keluarga mampu mempertahankan program pengobatan pasien secara optimal


b. Tindakan :

a) Diskusikan dengan keluarga tentang waham yang dialami pasien

1. Diskusikan dengan keluarga tentang :

2. Cara merawat pasien waham di rumah

3. Follow up dan keteraturan pengobatan

4. Lingkungan yang tepat untuk pasien

b) Diskusikan dengan keluarga tentang obat pasien (nama obat, dosis, frekuensi, efek
samping, akibat penghentian obat)

c) Diskusikan dengan keluarga kondisi pasien yang memerlukan konsultasi segera

Fase Orientasi :

‘ Selamat pagi Pak/Bu, saya suster sri dari rumah sakit jiwa.

Saya adalah perawat yang merawat ibu B. Bagaimana perasaan Bapak dan Ibu hari ini.
Selama 30 menit kedepan kita membicarakan tentang bagaimana cara merawat B
dirumah?” “Dimana kita baiknya bercakap-cakap?”

Fase Kerja

“Pak, Bu, dalam menghadapi sikap ibu B yang selalu mengaku-ngaku sebagai seorang
diplomat Rusia, bapak dan ibu tidak perlu kuatir. Yang harus Bapak dan Ibu perhatikan
adalah setiap kali inu B berkata seperti itu Bapak dan Ibu dapat menanggapinya dengan:
‘Kami mengerti ibu B merasa bahwa ibu B adalah seorang diplomat Rusia, tapi sulit bagi
kami untuk mempercayainya karena setahu kami diplomat Rusia tempatnya di konsulat
Rusia, bisa kita lanjutkan pembicaraan kita tentang kemampuan-kemampuan yang pernah
ibu B miliki?” “ Bapak/Ibu dapat bercakap-cakap dengan ibu B tentang kebutuhan yang
diinginkan ibu B, misalnya: Bapak/Ibu punya kemampuan dan keinginan. Coba ceritakan
kepada kami. Ibu B kan punya kemampuan .....................” (kemampuan yang pernah
dimiliki oleh ibu B “ Bagaimana kalau dicoba lagi sekarang?” (jika ibu B mencoba
berikan pujian)
“Lalu Bapak dan Ibu juga harus lebih sering memuji ibu B jika ia melakukan hal-hal yang
baik ya” “Hal- hal ini sebaiknya dilakukan oleh seluruh keluarga yang berinteraksi
dengan ibu B” “Pak/Bu perlu minum obat ini agar pikirannya jadi tenang, tidurnya juga
tenang” “Obat ini harus diminum secara teratur setiap hari dan jangan dihentikan sebelum
berkonsultasi dengan dokter karena akan dapat menyebabkan penyakit ibu B kambuh
kembali (libatkan keluarga)

Fase Terminasi

“Bagaimana perasaan Bapak dan ibu setelah kita bercakap-cakap saat memberikan
penjelasan tentang obat kepada ibu B” Bicarakan tentang cara merawat ibu B diruamah?”
“ Setelah ini coba Bapak dan Ibu lakukan apa yang sudah saya jelaskan tadi dan tolong
bantu ibu B untuk minum obat sesuai yang saya ajarkan tadi” “Hal-hal yang perlu
diperhatikan lebih lanjut adalah perilaku yang ditampilkan oleh ibu B, misalnya:
mengaku sebagai diplomat Rusia terus menerus dan tidak memperlihatkan perbaikan,
menolak minum obat atau memperlihatkan perilaku membahayakan orang lain. Jika hal
ini terjadi Bapak dan Ibu dapat menghubungi puskesmas terdekat atau membawa ibu B
ke rumah sakit.

G. Evaluasi

1. Pasien mampu :

a. Mengucapkan keyakinannya sesuai kenyataan

b. Berkomunikasi sesuai kenyataan

c. Menggunakan obat dengan benar dan patuh

2. Keluarga mampu :

a. Membantu pasien untuk mengungkapkan keyakinannya sesuai kenyataan

b. Membantu pasien melakukan kegiatan-kegiatan sesuai dengan kemampuan dan


kebutuhan pasien

c. Membantu pasien menggunakan obat dengan benar dan patuh


H. Dokumentasi Asuhan Keperawatan

Dokumentasikan pengkajian dan diagnosa keperawatan pasien waham menggunakan


format yang tersedia.

Proses pikir

[ ] Sirkumstansial [ ] Tangensial

[ ] Flight of ideas [ ] Blocking

[ ] Kehilangan asosiasi [ ] Pengulangan bicara

Isi pikir

[ ] Obsesi [ ] Fobia

[ ] Depersonalisasi [ ] Ide terkait

[ ] Hipokondria [ ] Pikiran magis

Waham

[ ] Agama [ ] Somatic [ ] Kebesaran [ ]Curiga

[ ] Nibilistik [ ] Sisip pikir [ ] Siar pikir [ ] Kontrol pikir


STRATEGI PERTEMUAN PADA PASIEN WAHAM

No Kemampuan/kompetensi
A Kemampuan Merawat Pasien
1. 1. Membantu orientasi realita
(SP 1) 2. Mendiskusikan kebutuhan yang tidak terpenuhi
3. Membantu pasien memenuhi kebutuhannya
4. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan
harian
2. 1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
(SP 2) 2. Berdiskusi tentang kemampuan yang dimiliki
3. Melatih kemampuan yang dimiliki
3. 1. 1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
(SP 3) 2. 2. Memberikan pendidikan kesehatan tentang penggunaan
obat secara teratur
3. 3. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan
harian

B Kemampuan merawat keluarga


1. 1. 1. Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam
(SP 1) merawat pasien
2. 2. Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala waham, dan jenis
waham yang dialami pasien beserta proses terjadinya
3. 3. Menjelaskan cara-cara merawat pasien waham
2. 1. Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat pasien
(SP 2) dengan waham
2. Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung
kepada pasien waham

3. 1. 1. Membantu keluarga membuat jadwal aktivitas dirumah


(SP 3 ) termasuk minum obat
2. 2. Menjelaskan follow up pasien dan rujukan bila pasien
kembali ke rumah
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Waham adalah suatu keyakinan kokoh yang salah dan tidak sesuai dengan fakta
dan keyakinan tersebut mungkin “aneh” (misalnya “saya adalah nabi yang menciptakan
biji mata manusia”) atau bisa pula “tidak aneh” (hanya sangat tidak mungkin , contoh
malaikat disurga selalu menyertai saya kemanapun saya pergi”) dan dipertahankan
meskipun telah diperlihatkan bukti-bukti yang jelas untuk mengoreksinya.
B. Saran
Saran untuk penulisan makalah berikutnya agar sumber jurnal dan e-book lebih
diperbanyak lagi agar cakupan isi makalah lebih valid.

Anda mungkin juga menyukai