Anda di halaman 1dari 28

BAB I

LAPORAN KASUS

A. Identitas Pasien
Nama : Ny. DL
TTL/ umur : 01 Desember 1985/ 33 tahun
Agama : Kristen Protestan
Alamat :Saparua
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT
Status pernikahan : Kawin
No. RM :138767
Ruangan : Gynecologi
Jaminan kesehatan :BPJS
Tanggal MRS : 31 Oktober 2018
B. Anamnesis
 Keluhan utama: perdarahan haid yang banyak dan lama
 Anamnesis terpimpin
Pasien datang dengan keluhan perdarahan haid yang banyak dan lama. Keluhan sudah

dialami dua bulan SMRS. Pasien biasanya menganti pembalut empat kali sehari.

Pembalut selalu terisi penuh. Keluhan terkadang disertai nyeri perut bawah. Nyeri seperti

tertusuk-tusuk dan timbul bila duduk lama lalu berdiri. Nyeri panggul (-). Keluhan perut

membesar (-), kembung (-), mual (-), nafsu makan baik, penurunan BB (-), Lemas (-),

pusing (-). Keluhan penyerta lain tidak dirasakan pasien.


 Riwayat penyakit dahulu
Pasien mengalami abortus pada bulan September. Keluhan yang sama sebelumnya

disangkal pasien, hipertensi (-), DM (-), Alergi (-), asma (-), penyakit jantung (-).
 Riwayat pengobatan
Pasien menjalani Kuretase di RSUD Saparua pada Bulan September.
 Riwayat keluarga
Tidak ada keluarga yang mempunyai keluhan yang sama, kanker (-)
 Riwayat menstruasi
Menarke usia 13 tahun, haid tiap 28-30 hari, lama haid 6 hari dan ganti pembalut 2-3

kali sehari.
 Riwayat perkawinan
Menikah 1x usia 18 tahun dengan lama pernikahan 15 tahun.
 Riwayat obstetri
Anak pertama lahir 2003 secara PN dengan BB 2800 gram
Anak kedua lahir 2010 secara SC dengan BB 2500 gram
 Riwayat kontrasepsi
2

 Setelah melahirkan anak pertama, kontrasepsi: suntik 1 tahun dan karena haid

tidak teratur pasien memakai pil KB selama ± 2 tahun dan lanjut dengan KB

implan selama 3 tahun.


 Setelah melahirkan anak kedua, kontrasepsi: implan tiga tahun (2011-2014).
 Riwayat kebiasaan
Pasien tidak pernah merokok dan minum alkohol.
C. Pemeriksaan Fisik
- Pemeriksaan umum
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos Mentis
GCS : E4V5M6
- Tanda vital
Tekanan darah : 110/80 mmHg
Nadi : 80 x/menit
Pernapasan : 22 x/menit
Suhu : 36,7ºC

- Pemeriksaan Fisik
Kepala : Normochepal
Mata : Konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-
Telinga : Otorea -/-
Hidung : Rhinorea -/-
Gigi dan mulut : Dalam batas normal
Leher : Pembesaran KGB leher (-), pembesaran kelenjar tiroid (-)
Thoraks : Normochest
Paru : Bunyi pernapasan : vesikuler kiri = kanan
Bunyi Tambahan : Ronki -/-, Wheezing - / -
Jantung : BJ I/II murni, reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen : (pada pemeriksaan obstetri)
Hepar : Pembesaran (-)
Ginjal : Ballotement (-)
Limpa : Pembesaran (-)
Alat genital : Vulva radang (-). Perdarahan (+)
Ekstremitas : Dalam batas normal
Refleks : Dalam batas normal
o Pemeriksaan Abdomen
 Inspeksi: abdomen cembung, simetris, jaringan parut (-), bekas operasi (+)
 Auskultasi : peristaltik usus normal 8x/menit, denyut jantung janin (-)
3

 Palpasi: teraba massa pada regio lumbal kanan dan kiri dengan konsistensi padat,
permukaan licin, dan imobile.
 Perkusi: timpani

Pemeriksaan Ginekologi
Pemeriksaan organ genitalia eksterna:
 Inspeksi: perineum, anus, ostium uretra eksterna dalam batas normal. Warna kulit
normal, tidak ada perdangan, iritasi kulit, darah (-), fluor albus (-), edema (-), tumor
atau polip (-). Vulva dan perineum dalam batas normal
 Palpasi: abses (-), kista (-), massa (-), nyeri tekan (-)
Pemeriksaan organ genitalia interna:
 Inspeksi: vagina dan porsio dalam batas normal, tampak darah pada kanalis
servikalis.
 Palpasi: vagina, porsio, serviks dan uterus dalam batas normal
 Pemeriksaan bimanual: tidak dilakukan pemeriksaan

d. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Darah Lengkap
Darah Rutin, dilakukan pada tanggal 06 Oktober 2018 :
WBC 7.4x103/mm3 LIMFOSIT 27.1%

RBC 4.47x106mm3 MONOSIT 5,2%

HGB 13.6 gr/dl EOSINOFIL 9,8%

HCT 38.4% BASOFIL 0,5%

MCV 86µm3 NEUTROFIL 57,4%

MCH 30.4pg UREUM 12 mg/dl

MCHC 35,4g/dl KREAT 0,6 mg/dl

PLT 243x103/mm3 SGOT 16 µ/L

GDP 92 mg/dl SGPT 7 u/L

Pemeriksaan Ultrasonography
4

e. Diagnosa
Kista Ovarium Kanan
Kista Paraovarium Kiri
Post SC 1 kali
Perengketan Peritoneum dan Kista
f. Tatalaksana
− Pro Laparatomi tanggal 08/11/2018
g. Laporan Operasi (11 Oktober 2018)
- Diagnosis pre operasi
Kista ovarium
- Diagnosis post operasi
Kista ovarium kanan + kista paraovarium kiri + post SC 1x + perlengketan
peritoneum dengan kista
- Tindakan : Laparatomi: Adhesiolisis + Salpingoooforektomi kanan + kistektomi
kanan
- Teknik operasi :
 Prosedur operasi rutin
 Pasien dengan posisi supine di atas meja operasi dan dilakukan anestesi spinal
 Asepsis dengan antisepsis daerah operasi dan sekitarnya, kemudian tutup
dengan linen steril kecuali lapangan operasi
 Insisi midline ± 10 cm diperdalam lapis demi lapis
 Terlihat perlengketan, lakukan adhesiolisis
 Identifikasi organ ginekologi: tampak kista ovarium kanan ukuran 10 x 8 cm
dan kista paraovarium kiri ukuran 5x6 cm
 Lakukan salpingoooforektomi kanan + kistektomi kiri, kontrol perdarahan,
perdarahan (-)
 Jahit abdomen lapis demi lapis, hentikan perdarahan, perdarahan (-)
 Operasi selesai
- Instruksi post operasi :
o Observasi keluhan utama, tanda-tanda vital, dan jumlah perdarahan
o Bedrest ± 24 jam dengan posisi head up 30º
o IVFD RL : Futrolit : D5% = 2:1:1  28 tpm
5

o Injeksi cefotaxime 1 gr/12 jam/hari


o Drips metronidazole 0.5 mg/8 jam/ hari
o Injeksi ketorolac 1amp/ 8jam/ hari
o Injeksi ranitidine 1amp/ 8jam/ hari
o Injeksi asam traneksamat 500 mg/ 8 jam/ hari
o Drip tramadol 100 mg dalam RL 500 cc  20 tpm
o Cek Hb 2 jam post operasi
o Takar urin 24 jam

Gambar A. Kista ovarium. B Kista


paraovarium kiri berukuran 5x6 cm. C
Kista ovarium kanan berukuran 10x8
cm.
B C
h. Prognosis
Quo ad Vitam : Bonam
Quo ad Fungsionam : Dubia ad bonam
Quo ad Sanationam : Dubia ad bonam
6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 DEFINISI

Kista adalah pertumbuhan berupa kantung (pocket, pouch) yang tumbuh dibagian
tubuh tertentu. Kista ovarium adalah suatu kantung yang berisi cairan atau materi semisolid
yang tumbuh dalam ovarium. Penemuan kista ovarium pada seorang wanita akan sangat
ditakuti oleh karena adanya kecenderungan menjadi ganas, tetapi kebanyakan kista ovarium
memiliki sifat yang jinak (80-84%).1

2.2 EPIDEMIOLOGI
Berdasarkan data penelitian jurnal Medscape di Amerika Serikat, umumnya kista
ovarium ditemukan saat pasien melakukan pemeriksaan USG baik abdominal maupun
transvaginal dan transrektal. Kista ovarium terdapat sekitar 18% yang sudah postmenopause.
Sebagian besar kista yang ditemukan merupakan kista jinak, dan 10% sisanya adalah kista
yang mengarahkan ke keganasan. Kista ovarium fungsional umumnya terjadi pada usia
produktif dan relative jarang pada wanita postmenopause. Secara umum, tidak ada persebaran
umur yang spesifik mengenai usia terjadinya kista ovarium.2
Angka insiden dari kistoma ovarii dilaporkan sebesar 7% dari populasi wanita di
Indonesia dan dimana dari angka insiden kistoma ovarii ini, hampir 85% merupakan kista
yang bersifat jinak. Kistoma ovarii yang bersifat ganas sangat jarang ditemukan, namun
kistoma ovarii jinak bisa menjadi ganas jika tidak diobati.2

2.3 SIFAT KISTA


2.3.1. Kista Fisiologis
Pada ovarium, tipe kista yang berbeda dapat terbentuk. Tipe kista ovarium yang
paling umum dinamakan kista fungsional, yang biasanya terbentuk selama siklus menstruasi
normal. Sesuai siklus menstruasi, di ovarium timbul folikel dan folikelnya berkembang dan
gambarannya seperti kista. Setiap bulan, ovarium seorang wanita tumbuh kista kecil yang
7

menahan sel telur. Ketika sebuah sel telur matur, kantung membuka untuk mengeluarkan sel
telur, Sehingga dapat berjalan melewati tuba falopii untuk melakukan fertilisasi. Salah satu
tipe dari kista fungsional ada yang dinamakan kista folikular. Kantung ini tidak terbuka untuk
mengeluarkan sel telur tetapi terus tumbuh. Biasanya kista tersebut berukuran dibawah 4 cm,
dapat dideteksi dengan menggunakan pemeriksaan USG, dan akan menghilang setelah satu
sampai tiga bulan. Jadi ,kista yang bersifat fisiologis tidak perlu operasi, karena tidak
berbahaya dan tidak menyebabkan keganasan, tetapi perlu diamati apakah kista tersebut
mengalami pembesaran atau tidak.3
Kista yang bersifat fisiologis ini dialami oleh orang di usia reproduksi karena masih
mengalami menstruasi. Biasanya kista fisiologis tidak menimbulkan nyeri pada saat haid.
Beberapa jenis kista fisiologis diantaranya adalah kista korpus luteal, kista folikular, kista
teka-lutein. Kista yang bersifat fisiologis ini dialami oleh orang di usia reproduksi karena
masih mengalami menstruasi.4

2.3.2 Kista Patologis


Kista ovarium yang bersifat ganas disebut juga kanker ovarium. Kanker ovarium
merupakan penyebab kematian terbanyak dari semua kanker ginekologi. Angka kematian
yang tinggi karena penyakit ini pada awalnya bersifat tanpa gejala dan tanpa menimbulkan
keluhan apabila sudah terjadi metastasis, sehingga 60-70% pasien datang pada stadium lanjut,
penyakit ini disebut juga sebagai silent killer. Angka kematian penyakit ini di Indonesia
belum diketahui dengan pasti.1
Pada kista patologis, pembesaran bisa terjadi relatif cepat, yang kadang tidak disadari
penderita. Karena, kista tersebut sering muncul tanpa gejala seperti penyakit umumnya. Itu
sebabnya diagnosa agak sulit dilakukan. Gejala gejala seperti perut yang agak membuncit
serta bagian bawah perut yang terasa tidak enak biasanya baru dirasakan saat ukurannya
sudah cukup besar. Jika sudah demikian biasanya perlu dilakukan tindakan pengangkatan
melalui proses laparoskopi.1,5
Ada lagi jenis kista abnormal pada ovarium. Jenis ini ada yang bersiat jinak dan
ganas. Bersifat jinak jika bisa berupa spot dan benjolan yang tidak menyebar. Meski kista
jinak dapat berubah menjadi ganas. Tetapi sampai saat ini, belum diketahui dengan pasti
penyebab perubahan sifat tersebut. Kista ganas yang mengarah ke kanker biasanya bersekat-
sekat dan dinding sel tebal dan tidak teratur. Tidak seperti kista fisiologis yang hanya berisi
8

cairan, kista abnormal memperlihatkan campuran cairan dan jaringan solid dan dapat bersifat
ganas.1,5

2.4 ETIOLOGI
Etiologi dari kista ovarium belum diketahui secara pasti. Penyebab terjadinya kista
ovarium yaitu terjadinya gangguan pembentukan hormon pada hipotalamus, hipofise, atau
ovarium itu sendiri. Kista ovarium timbul dari folikel yang tidak berfungsi selama siklus
menstruasi.1
Kista ovarium dapat timbul akibat stimulasi yang berlebihan terhadap gonadotropin.6

1) Gestational tropoblastic neoplasma (molahidatidosa dan khoriokarsinoma)

2) Fungsi ovarium, ovulasi yang terus menerus akan menyebabkan epitel permukaan ovarium
mengalami perubahan neoplastik.

3) Zat karsinogen, zat radioaktif, asbes, virus eksogen dan hidrokarbon polikistik

4) Pada pasien yang sedang diobati akibat kasus infertilitas dimana terjadi induksi ovulasi
melalui manipulasi hormonal.

Etiologi dari kista ovarium belum diketahui secara pasti. Namun, secara umum dapat
digolongkan etiologi terhadap jenis kista yang dialami. Penyebab terjadinya kista ovarium
yaitu terjadinya gangguan pembentukan hormon pada hipotalamus, hipofisis, atau indung
telur itu sendiri. Kista indung telur timbul dari folikel yang tidak berfungsi selama siklus
menstruasi.

Kista ovarium terbentuk oleh bermacam sebab. Penyebab inilah yang nantinya akan
menentukan tipe kista. Diantara beberapa tipe kista ovarium, tipe folikuler merupakan tipe
kista yang peling banyak ditemukan. Kista jenis ini terbentuk oleh karena pertumbuhan
folikel ovarium yang tidak terkontrol. Cairan yang mengisi kista disebagian besar berupa
darah yang keluar akibat perlukaan yang terjadi pada pembuluh darah ovarium. Pada
beberapa kasus dapat juga diisi oleh jaringan abnormal tubuh seperti rambut dan gigi yang
dinamakan kista dermoid.

Folikel adalah suatu rongga cairan yang normal terdapat dalam ovarium. Pada
keadaan normal, folikel yang berisi sel telur ini akan terbuka saat siklus menstruasi untuk
9

melepaskan sel telur. Namun, pada beberapa kasus, folikel ini tidak terbuka sehingga
menimbulkan bendungan cairan yang nantinya akan menjadi kista.

Kista folikuler secara tipikal kecil dan timbul dari folikel yang tidak sampai saat
menopause, sekresinya akan terlalu banyak mengandung estrogen sebagai respon terhadap
hipersekresi folikel stimulation hormon (FSH) dan luteinizing hormon (LH) normalnya
ditemui saat menopause berdiameter 1 -10 cm (folikel normal berukuran maksimum 2,5 cm);
berasal dari folikel ovarium yang gagal mengalami involusi atau gagal meresorpsi cairan.
Dapat multipel dan bilateral. Biasanya asimtomatik atau tanpa gejala. Kista granulosa lutein
yang terjadi di dalam korpus luteum indung telur yang fungsional dan membesar bukan
karena tumor, disebabkan oleh penimbunan darah yang berlebihan saat fase pendarahan dari
siklus menstruasi. Kista teka-lutein biasanya bersifat bilateral dan berisi cairan bening,
berwarna seperti jerami; biasanya berhubungan dengan tipe lain dari tumor indung telur, serta
terapi hormon.

2.5 PATOFISIOLOGI
Setiap hari, ovum normal akan membentuk beberapa kista kecil yang disebut folikel
de Graff. Pada pertengahan siklus, folikel dominan dengan diameter lebih dari 2.8 cm akan
melepaskan oosit mature. Folikel yang ruptur akan menjadi korpus luteum, yang pada saat
matang memiliki struktur 1,5 – 2 cm dengan kista ditengah-tengah. Bila tidak terjadi
fertilisasi pada oosit, korpus luteum akan mengalami fibrosis dan pengerutan secara
progresif. Namun bila terjadi fertilisasi, korpus luteum mula-mula akan membesar kemudian
secara gradual akan mengecil selama kehamilan.1
Kista ovari yang berasal dari proses ovulasi normal disebut kista fungsional dan selalu
jinak. Kista dapat berupa folikular dan luteal yang kadang-kadang disebut kista theca-lutein.
Kista tersebut dapat distimulasi oleh gonadotropin, termasuk FSH dan HCG. Kista fungsional
multiple dapat terbentuk karena stimulasi gonadotropin atau sensitivitas terhadap
gonadotropin yang berlebih. Pada neoplasia tropoblastik gestasional (hydatidiform mole dan
choriocarcinoma) dan kadang-kadang pada kehamilan multiple dengan diabetes, hcg
menyebabkan kondisi yang disebut hiperreaktif lutein. Pasien dalam terapi infertilitas,
induksi ovulasi dengan menggunakan gonadotropin (FSH dan LH) atau terkadang
clomiphene citrate, dapat menyebabkan sindrom hiperstimulasi ovari, terutama bila disertai
dengan pemberian HCG.1,7
10

Kista neoplasia dapat tumbuh dari proliferasi sel yang berlebih dan tidak terkontrol
dalam ovarium serta dapat bersifat ganas atau jinak. Neoplasia yang ganas dapat berasal dari
semua jenis sel dan jaringan ovarium. Sejauh ini, keganasan paling sering berasal dari epitel
permukaan (mesotelium) dan sebagian besar lesi kistik parsial. Jenis kista jinak yang serupa
dengan keganasan ini adalah kistadenoma serosa dan mucinous. Tumor ovari ganas yang lain
dapat terdiri dari area kistik, termasuk jenis ini adalah tumor sel granulosa dari sex cord sel
dan germ cel tumor dari germ sel primordial. Teratoma berasal dari tumor germ sel yang
berisi elemen dari 3 lapisan germinal embrional; ektodermal, endodermal, dan mesodermal.
Endometrioma adalah kista berisi darah dari endometrium ektopik. Pada sindroma ovari
pilokistik, ovarium biasanya terdiri folikel-folikel dengan multipel kistik berdiameter 2-5
mm, seperti terlihat dalam sonogram.1,7

2.5 KLASIFIKASI
Diantara tumor-tumor ovarium ada yang bersifat neoplastik dan non neoplastik.
Tumor neoplastik dibagi atas tumor jinak dan ganas, dan tumor jinak dibagi dalam tumor
kistik dan solid.
Tumor jinak ovarium ada 2 jenis yaitu:1
1. Tumor ovarium non neoplastic
2. Tumor ovarium neoplastik jinak dan ganas

A. Tumor Non Neoplastik1

a. Tumor akibat radang

i. Abses ovarial
Abses ovarii dan ooforitis primer jarang terjadi. Abses ditemukan primer pada penderita
yang telah menjalani histerektomi. Gejala klasik dari abses ovarii terdiri dari suhu
badan yang meningkat dan menetap setelah operasi dengan nyeri pelvis yang tidak
spesifik dan drainase purulen yang lama dari vagina. Diagnosis bandingnya terdiri dari
tumor radang tubo-ovarium, benda asing dan komplikasi intestinal. Pada
penatalaksanaan, yang tepat, ovarii yang terinfeksi diangkat oleh karena tidak dapat
diobati dengan antibiotik yang memerlukan konsentrasi adekuat supaya terjadi resolusi.

ii. Abses tubo – ovarial

iii. Kista tubo – ovarial


11

b. Tumor lain

i. Kista folikel
ii. Kista korpus lutein
iii. Kista teka-lutein
iv. Kista inklusi germinal
v. Kista endometrium
B. Tumor Neoplastik Jinak

a. Kistik

i. Kistoma ovarii simpleks


ii. Kistadenoma ovarii musinosum
iii. Kistadenoma ovarii serosum
iv. Kista endometroid
v. Kista dermoid
b. Solid

i. Fibroma, leiomioma, fibroadenoma, papiloma, angioma, limfangioma


ii. Tumor Brenner
iii. Tumor sisi aderenal (makulinovo-blastoma).
A. Kista Ovarium Non-Neoplastik
1) Kista Folikel
Kista fungsional yang paling sering terjadi adalah kista folikuler. Kista ini sering
ditemukan secara kebetulan pada pemeriksaan pelvis, walaupun bisa pecah dan
menimbulkan rasa nyeri dan tanda-tanda peritonitis.1
Kista ini berasal dari folikel de graff yang tidak sampai berovulasi, namun tumbuh
terus menjadi kista folikel, atau dari beberapa folikel primer yang setelah bertumbuh di
bawah pengaruh estrogen tidak mengalami proses atresia yang lazim, melainkan
membesar menjadi kista.bisa di dapati satu kista atau beberapa dan biasanya berukuran
sedikit besar (3-8 cm) dari folikel praovulasi (2.5cm). Kista ini terjadi karena kegagalan
proses ovulasi (LH surge) dan kemudian cairan intrafolikel tidak diabsopsi kembali. Pada
beberapa keadaan, kegagalan ovulasi juga dapat secara artifisial dimana gonadotropin
diiberikan secara berlebihan untuk menginduksi ovulasi.1
Kista ini tidak menimbulkan gejala yang spesifik. Jarang sekali terjadi torsi,
rupture, atau perdarahan. Ada yang menghubungkan kista folikel dengan gangguan
menstruasi (perpanjangan interval antarmenstruasi atau pemendekan siklus). Kista
12

ovarium yang besar dapat dihubungkan dengan nyeri pelvik, dyspareunia, dan kadang-
kadang perdarahan abnormal uterus.1
Gambaran klinik kista folikel umumnya dilakukan melalui pemeriksaan USG
transvaginal atau pencitraan MRI. Sebagian kista dapat mengalami obliterasi dalam 60
hari tanpa pengobatan. Pil kontrasepsi dapat digunakan untuk mengatur siklus dan atresi
kista folikel. Tatalaksana kista ini dapat dilakukan dengan melakukan pungsi langsung
pada dinding kista menggunakan peralatan laparoskopi. Pastikan dulu bahwa kista yang
akan dilakukan pungsi adalah kista folikel karena bila terjadi kesalahan identifikasi dan
kemudian kista tersebut tergolong neoplastic ganas, maka cairan tumor invasive akan
menyebar didalam rongga peritoneum.1

Gambar 1. Kista folikel.1

2) Kista Korpus Luteum


Dalam keadaan normal korpus luteum lambat laun mengecil dan menjadi korpus
albikans. Kadang-kadang korpus luteum akan mempertahankan diri (korpus luteum
persisten); perdarahan yang terjadi di dalamnya akan menyebabkan kista, berisi cairan
berwarna merah coklat karena darah tua. Pada pembelahan ovarium kista korpus luteum
memberi gambaran yang khas. Dinding kista terdiri atas lapisan berwarna kuning, terdiri
atas sel-sel luteum yang berasal dari sel-sel teka. Kista lutein labih besar daripada kista
folikel, cenderung lebih keras dan padat dalam konsistensi, dan lebih mudah menyebabkan
nyeri atau tanda-tanda iritasi peritoneum.1
Kista korpus luteum dapat menimbulkan gangguan haid, berupa amenorhea diikuti
oleh pendarahan tak teratur. Adanya kista dapat menyebabkan rasa berat perut bagian
bawah. Pendarahan yang berulang dalam kista dapat menyebabkan ruptur. Kista korpus
luteum dapat mengakibatkan ovarium terpuntir dan menimbulkan nyeri yang hebat. Rasa
nyeri di dalam perut yang mendadak dengan adanya amenorhea sering menimbulkan
kesulitan dalam diferential diagnosis dengan kehamilan ektopik yang terganggu.
13

Penanganan kista korpus luteum adalah menunggu sampai kista hilang sendiri, biasanya
dalam waktu 2 bulan pada wanita tidak hamil dan mengecil perlahan-lahan pada trimester
terakhir pada wanita hamil.1

Gambar 2. Kista korpus luteum

Terdapat 2 jenis kista lutein, yaitu kista granulosa dan kista teka:1

a. Kista granulosa
Kista granulosa merupakan pembesaran non neoplastik ovarium. Setelah ovulasi,
dinding sel granulosa mengalami luteinisasi. Pada tahap terbentuknya vaskularisasi
baru, darah terkumpul di tengah rongga membentuk korpus hemoragikum. Reabsorbsi
darah di ruangan ini menyebabkan terbentuknya kista korpus luteum.
b. Kista Teka Lutein

Kista biasanya bilateral dan sebesar tinju. Pada pemeriksaan mikroskopik terlihat
luteinisasi sel-sel teka. Tumbuhnya kista ini ialah akibat pengaruh hormone
koriogonadrotropin yang berlebihan. Kista granulosa lutein yang terjadi di dalam
korpus luteum indung telur yang fungsional dan membesar bukan karena tumor,
disebabkan oleh penimbunan darah yang berlebihan saat fase pendarahan dari siklus
menstruasi. Kista teka-lutein biasanya berisi cairan bening, berwarna seperti jerami;
biasanya berhubungan dengan tipe lain dari growth indung telur, serta terapi hormon.
Tumbuhnya kista ini adalah akibat pengaruh hormon HCG yang berlebihan, dan
dengan hilangnya mola atau koriokarsinoma kista ovarium mengecil dengan spontan.
Tetapi apabila kista ini besar sekali, sudah tentu harus dilakukan ekstirpasi.9
14

Gambar 3.Kista Teka


3) Kista Inklusi Germinal
Terjadi karena invaginasi dan isolasi bagian-bagian terkecil dari epitel
germinativum pada permukaan ovarium. Biasanya terjadi pada wanita usia lanjut dan
besarnya jarang melebihi 1 cm. Kista terletak di bawah permukaan ovarium, dindingnya
terdiri atas satu lapisan epitel kubik atau torak rendah, dan isinya cairan jernih dan serous.1

Gambar 4. Kista inklusi germinal

4) Kista Endometrium
Kista endometriosis ini berlokasi di ovarium. Akibat proliferasi dari sel yang mirip
dinding endometrium, umumnya berisi darah yang merupakan hasil peluruhan dinding saat
menstruasi. Dalam ovarium berukuran kecil sampai sebesar tinju yang berisi darah sampai
coklat. Darah tersebut dapat keluar sedikit-sedikit karena luka pada dinding kista yang dapat
menyebabkan perlengketan antara permukaan ovarium dengan uterus. Kadang dapat mengalir
dalam jumlah yang banyak ke dalam rongga peritoneum dan menimbulkan akut abdomen.1
B. Kista Ovarium Neoplastik Jinak
15

1. Kistik:

a. Kistoma Ovari Simpleks


Kista ini mempunyai permukaan yang rata dan halus, biasanya bertangkai,
seringkali bilateral dan dapat menjadi besar. Dinding kista tipis dan cairan di dalam kista
jernih, serous dan berwarna kuning. Pada dinding kista tampak lapisan epitel kubik. Terapi
terdiri atas pengangkatan kista dengan reseksi ovarium, akan tetapi jarinngan yang
dikeluarkan harus segera diperiksa secara histologik untuk mengetahui apakah ada
keganasan.1,5,8
b. Kistadenoma Ovarii Serosum
Kista ini ditemukan dalam frekuensi yang hampir sama dengan kistadenoma
musinosum dan dijumpai pada golongan umur yang sama. Kista ini sering ditemukan
bilateral (10-20%) daripada kistadenoma musinosum. Tumor serosa dapat membesar
sehingga memenuhi ruang abdomen, tetapi lebih kecil dibanding dengan ukuran
kistadenoma musinosum. Permukaan tumor biasanya licin, tetapi dapat juga lobulated
karena kista serosum pun dapat berbentuk multikolur, meskipun lazimnya berongga satu.
Warna kista putih keabuan.1
Ciri khas dari kista ini adalah potensi pertumbuhan papiler ke dalam rongga kista
sebesar 50% dan keluar pada permukaan kista sebesar 5%. Isi kista cair, kuning dan
kadang-kadang coklat karena bercampur darah. Tidak jarang, kistanya sendiri kecil, tetapi
permukaannya penuh dengan pertumbuhan papiler (solid papiloma).1
Pada umumnya dapat dikatakan bahwa sulit membedakan gambaran makroskopis
kistadenoma serosum papileferum yang ganas dari yang jinak, bahkan pemeriksaan
rnikroskopis pun tidak selalu mernberikan kepastian. Pada pemeriksaan mikroskopis
terdapat dinding kista yang dilapisi epitel kubik atau torak yang rendah, dengan sitoplasma
eosinofil dan inti sel yang besar dan gelap warnanya. Karena tumor ini berasal dari epitel
permukaan ovarium (germinal epithelum), maka bentuk epitel pada papil dapat beraneka
ragam, tetapi sebagian besar terdiri atas epitel bulu getar seperti epitel tuba. Pada jaringan
papiler dapat ditemukan pengendapan kalsium dalam stromanya yang dinamakan
psamoma. Adanya psamoma menunjukkan bahwa kista adalah kistadenoma ovarium
serosum papiliferum, tetapi bukan ganas.1
Tidak ada gejala klasik yang menyertai tumor serosa proliferatif. Kebanyakan
ditemukan pada pemeriksaan rutin dari pelvis. Kadang-kadang pasien mengeluh rasa
ketidaknyamanan daerah pelvis dan pada pemeriksaan ditemukan massa abdomen atau
16

pun ascites. Kelainan ekstra abdomen jarang ditemukan pada keganasan ovarium kecuali
pada stadium terminal.1,8,9 Apabila ditemukan pertumbuhan papiler, proliterasi dan
stratifikasi epitel, serta anaplasia dan mitosis pada sel-sel, kistadenoma serosum secara
makroskopik digolongkan ke dalam kelompok tumor ganas. 30-35% dari kistadenoma
serosum mengalami perubahan keganasan. Bila terdapat implantasi pada peritoneum
disertai dengan ascites, prognosis penyakit adalah kurang baik. Meskipun diagnosis
histopatologis pertumbuhan tumor tersebut mungkin jinak, tetapi secara klinis harus
dianggap sebagai neoplasma ovarium ganas (clinicaly malignant). Terapi pada umumnya
adalah pembedahan (eksisi) dengan eksplorasi menyeluruh pada organ intrapelvik dan
abdomen. Tetapi oleh karena berhubung dengan besarnya kemungkinan keganasan perlu
dilakukan pemeriksaan yang teliti terhadap tumor yang dikeluarkan. Bahkan kadang-
kadang perlu diperiksa sediaan yang dibekukan (frozen section) pada saat operasi, untuk
menentukan tindakan selanjutnya pada waktu operasi.1,9

Gambar 5. Kista Ovarium Serosum


c. Kistadenoma Ovarii Musinosum
Asal tumor ini belum diketahui dengan pasti. Tumor ini mungkin muncul sebagai
tumor unilateral kista teratoma atau sebagai metaplasia mucinosum dari mesothelium.
Tumor mucinous yang berasal dari teratoid ditemukan pada penderita yang muda. Paling
sering pada wanita berusia antara 20-50 tahun dan jarang sekali pada masa pubertas.
Tumor ovarium ini terbanyak ditemukan bersama-sama dengan kista adenoma ovarii
serosum. Kedua tumor ini merupakan kira-kira 60% dari seluruh ovarium, sedang
kistadenoma ovarii musinosum nerupakan 40% dari seluruh kelompok neoplasma
ovarium.9
Kista ini biasanya mempunyai dinding yang licin, permukaan berbagala (lobulated)
dan umumnya multitokular dan odematosa; lokular yang mengandung niukosa ini
17

kelihatan biru dari peregangan kapsulnya. Kira-kira 10% dapat mencapai ukuran yang
amat besar dan pada tumor ini tidak dapat ditemukan jaringan yang normal lagi. Tumor
biasanya unilateral, akan tetapi dapat juga dijumpai yang bilateral (8-10%). Dinding kista
agak tebal dan berwarna putih keabuan terutama apabila terjadi perdarahan atau perubahan
degeneratif di dalam kista. Pada permukaan terdapat cairan lendir yang khas, kental seperti
gelatin, melekat dan berwarna kuning sampai coklat tergantung dari percampurannya
dengan darah. 1,9
Pemeriksaan mikroskopik : tampak dinding kista dilapisi oleh epital torak tinggi
dan sel-sel goblet yang terisi lendir. Sel-sel epitel yang terdapat dalam satu lapisan bersifat
odernatus dan mempunyai potensi untuk tumbuh seperti struktur kelenjar, kelenjar-
kelenjar menjadi kista-kista baru, yang menyebabkan kista menjadi multilokuler. Jika
terjadi suatu sobekan pada dinding kista (spontan ataupun pada saat operasi), maka sel-sel
epitel dapat tersebar pada permukaan peritoneum rongga perut, dan sekresinya
menyebabkan pseudomiksoma peritonei. Akibat pseudorniksoma peritonei timbul
penyakit menahun dengan musin terus bertambah dan menyebabkan banyak perlengketan.
Akhirnya penderita meninggal karena ileus. Pada kista kadang-kadang ditemukan daerah
padat dan pertumbuhan papiler.1,9
d. Kista Endometroid
Terjadi karena lapisan didalam rahim (yang biasanya terlepas sewaktu haid dan
terlihat keluar dari kemaluan seperti darah); tidak terletak dalam rahim tetapi melekat pada
dinding luar ovarium. Akibat peristiwa ini setiap kali haid, lapisan tersebut menghasilkan
darah haid yang akan terus menerus tertimbun dan menjadi kista. Kista ini bisa 1 pada dua
indung telur. Timbul gejala utama yaitu rasa sakit terutama sewaktu haid/ sexual
intercourse.1,9

Gambar 6. Kista Endometroid


e. Kista Dermoid
Tumor ini merupakan 10% dan seluruh neoplasma ovarium yang kistik, dan paling
sering ditemukan pada wanita yang masih muda. 25% dari semua kista dermoid bilateral,
lazimnya dijumpai pada masa reproduksi walaupun dapat ditemukan pada anak kecil.
18

Tumor ini dapat mencapai ukuran sangat besar, sehingga beratnya mencapai beberapa
kilogram.9
Kista ini tumbuh akibat proses yang kurang sempurna saat pembentukan lapisan
embrional. Lapisan ektoderm yang saat dewasa akan menjadi sel sel folikel rambut,
tulang, serta gigi secara tidak sempurna tumbuh di sekitar ovarium. Kista ini tidak
mempunyai ciri yang khas. Dinding kista kelihatan putih keabuan dan agak tipis.
Konsistensi tumor sebagian kistik kenyal, di bagian lain padat. Dapat ditemukan kulit,
rambut kelenjer sebasea, gigi (ektodermal), tulang rawan, serat otot jaringan ikat
(mesodemal) dan mukosa traktus gasttrointotinelis, epitel saluran kista terdapat produk
kelenjer sebasea berupa massa lembek seperti lemak, bercampur dengan rambut. Pada
kista dermoid dapat terjadi torsio tangkai dengan gejala mendadak nyeri di perut bagian
bawah. Ada kemungkinan terjadinya sobekan dinding kista dengan akibat pengeluaran isi
kista dalam rongga peritoneum. Perubahan keganasan dari kista sangat jarang, hanya 1.5%
dari semua kista dermoid.1,9

Gambar 7. Kista Dermoid

f. Kista Ovarium Permagna


Kistoma ovarii permagna merupakan salah satu jenis tumor ovarium neoplastik.
Sehingga, secara klinis didapatkan diameter kista lebih dari 8 cm. Ukuran diameter kista
yang besar tentu saja akan dapat memberikan gangguan bagi organ disekitarnya.
Seringkali ditemukan adanya gangguan dari pola buang air besar dan juga miksi. USG
berfungsi untuk mengetahui massa yang terdapat dalam abdomen, darimana asal massa
tersebut apakah dari uterus atau dari indung telur. Pada kistoma ovarium permagna temuan
klinis berupa diameter kista yang lebih dari 8 cm akan didukung oleh temuan USG yang
menunjukkan hasil terdapat massa kistik dengan besar yang tak terjangkau transducer pada
parametrium yang meluas hingga epigastric.1
19

Penatalaksanaan dari kista ovarii permagna adalah dengan operasi pengangkatan


kista untuk menghilangkan penekanan yang ditimbulkan kista terhadap organ disekitarnya
serta menghindari komplikasi kista yang mungkin terjadi. Sebelum operasi pengangkatan
kista dilakukan perlu diperhatikan kondisi umum pasien, apabila pasien keadaan umumnya
kurang baik maka perlu diperbaiki keadaan umumnya terlebih dahulu sebelum dilakukan
pengangkatan kista. Tindakan operasi yang dapat dilakukan adalah Total Abdominal
Histerektomi dan salfingoooforektomi bilateral.1

2. Solid
Semua tumor ovarium yang padat adalah neoplasma. Akan tetapi, ini tidak berarti
bahwa termasuk suatu neoplasma yang ganas, meskipun semuanya berpotensi maligna.
Potensi menjadi ganas sangat berbeda pada berbagai jenis, umpamanya sangat rendah pada
fibroma ovarium dan sangat tinggi pada teratoma embrional yang padat.1,8
a. Fibroma ovarii
Potensi menjadi ganas sangat rendah pada fibroma ovarium, kurang dari 1%. Fibroma
ovarii berasal dari elemen fibroblastik stroma ovarium atau sel mesenkim yang
multipoten. Tumor ini merupakan 5% dari semua neoplasma ovarium dan paling sering
ditemukan pada penderita menopause. Tumor ini mencapai diameter 2 sampai 30 cm; dan
beratnya 20 kg, dengan 90% uniteral. Permukaan tidak rata, konsistensi keras, warnanya
merah jambu keabuan. Apabila konsistensi sangat padat disebut fibroma durum, dan
apabila lunak disebut fibroma molle. Neoplasma ini terdiri atas jaringan ikat dengan sel-
sel di tengah jaringan kolagen. Apabila terdiri atas kelenjar-kelenjar kistik, maka disebut
kistadenofroma ovarii. Fibroma ovarii yang besar biasanya mempunyai tangkai dan dapat
terjadi torsi. Pada tumor ini sering ditemukan sindroma Meigs (tumor ovarii, ascites,
hidrotoraks).1,8
b. Tumor Brenner
Merupakan suatu neoplasma ovarium yang sangat jarang ditemukan, biasanya pada wanita
dekat atau sesudah menopause. Frekuensinya 0,5% dari semua tumor ovarium. Besar
tumor ini beraneka ragam, dari sangat kecil ke yang beratnya beberapa kilogram.
Lazimnya tumor ini unilateral. Pada pembelahan berwarna kuning muda seperti fibroma,
dengan kista-kista kecil. Kadang-kadang pada tumor ini temukan sindroma Meigs.
Gambar mikroskopis tumor ini sangat khas, terdiri dari 2 elemen, yakni sarang-sarang
yang terdiri atas epitel epitel, yang dikelilingi jaringan ikat yang luas dan padat. Tumor
20

Brenner tidak menimbulkan gejala-gejala klinik yang khas, dan jika masih kecil, biasanya
ditemukan secara kebetulan pada pemeriksaan histopatologik ovarium. Meskipun biasanya
jinak, dalam beberapa kasus tumor ini menunjukkan keganasan pada histopatologi dan
klinisnya.1,6
c. Maskulinovoblastoma (adrenal cell rest tumor)
Tumor ini sangat jarang terjadi. Biasanya unilateral dan besarnya bervariasi antara 0,5-16
cm. Beberapa dari tumor ini menyebabkan gejala maskulinasi, terdiri atas hirsutisme,
pembesaran klitoris, atrofi memmae, dan perubahan suara.1

C. Kista Paraovarian
Paraovarian cysts (POC) mewakili sekitar 10% dari massa adneksa (1). Mereka lebih
umum pada wanita melahirkan anak. Sebagian besar waktu mereka kecil dan tanpa
gejala, meskipun kadang-kadang besar, mengakibatkan nyeri panggul (2). POC biasanya
muncul di ligamentum luas dan berdinding tipis dan unilocular. Mungkin sulit untuk
membedakan secara tepat POC dari kista ovarium dengan pencitraan (3), oleh karena itu
mereka sering diangkat secara operasi, terutama jika ada komponen padat dan / atau
gangren.

2.7 TANDA DAN GEJALA


Kebanyakan wanita dengan kanker ovarium tidak menimbulkan gejala dalam waktu
yang lama. Gejala umumnya sangat bervariasi dan tidak spesifik.3,6
Pada stadium awal gejalanya dapat berupa:3,6
a. Gangguan haid

b. Jika sudah menekan rectum atau vesika urinaria mungkin terjadi konstipasi atau sering
berkemih.

c. Dapat terjadi peregangan atau penekanan daerah panggul yang menyebabkan nyeri
spontan dan sakit diperut.

d. Nyeri saat bersenggama.

Pada stadium lanjut:3,6


a. Asites

b. Penyebaran ke omentum (lemak perut) serta organ di dalam rongga perut


21

c. Perut membuncit, kembung, mual, gangguan nafsu makan

d. Gangguan buang air besar dan kecil.


e. Sesak nafas akibat penumpukan cairan di rongga dada.

2.8 DIAGNOSIS
Diagnosis kista ovarium dapat ditegakkan melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik.
Namun biasanya sangat sulit untuk menemukan kista melalui pemeriksaan fisik. Maka
kemudian dilakukan pemeriksaan penunjang untuk mendiagnosis kista ovarium.
A. Anamnesis4,8
Kebanyakan wanita dengan kista ovarium tidak menimbulkan gejala dalam waktu yang
lama. Gejala umumnya sangat bervariasi dan tidak spesifik. Tetapi adapun kista yang
berkembang menjadi besar dan menimbulkan nyeri yang tajam. Rasa sakit tersebut akan
bertambah jika kista tersebut terpuntir atau terjadi rupture. Pemastian penyakit tidak
biasa dilihat dari gejala-gejala saja karena mungkin gejalanya mirip dengan keadaan lain
seperti endometriosis, radang panggul, kehamilan ektopik (di luar rahim) atau kanker
ovarium. Meski demikian, penting untuk memperhatikan setiap gejala atau perubahan
ditubuh anda untuk mengetahui gejala mana yang serius. Gejala-gejala berikut yang
muncul bila anda mempunyai kista ovarium:

1) Rasa sakit atau tidak nyaman pada perut bagian bawah. Rasa sakit tersebut akan
bertambah jika kista tersebut terpuntir atau terjadi ruptur

2) Perut terasa penuh, berat, kembung.

3) Tekanan terhadap alat-alat di sekitarnya dapat menyebabkan rasa tidak nyaman,


gangguan miksi dan defekasi. Dapat terjadi penekanan terhadapat kandung kemih
sehingga menyebabkan frekuensi berkemih menjadi sering. Kista ovarium juga dapat
menyebabkan obstipasi karena pergerakan usus terganggu atau dapat juga terjadi
penekanan dan menyebabkan defekasi yang sering.

4) Haid tak teratur. Pada umumnya tumor ovarium tidak mengubah pola haid, kecuali
jika tumor tersebut mengeluarkan hormon. Ireguleritas siklus menstruasi dan
pendarahan vagina yang abnormal dapat terjadi. Pada anak muda, dapat menimbulkan
menarche lebih awal.
22

5) Nyeri panggul yang menetap atau kambuhan yang dapat menyebar kepanggul bawah
dan paha.

6) Nyeri senggama.

7) Mual, ingin muntah, atau pergeseran payudara mirip seperti pada saat hamil.

8) Pada keganasan, dapat ditemukan penurunan berat badan yang drastis.

B. Pemeriksaan Fisik
Sebuah kista yang besar dapat teraba pada pemeriksaan perut, namun adanya asites yang
banyak dapat mengganggu palpasi abdomen. Walau pada wanita premonopause yang
kurus dapat teraba ovarium normal tetapi hal ini adalah abnormal jika terdapat pada
wanita postmenopause. Perabaan menjadi sulit pada pasien yang gemuk. Teraba massa
yang kistik, mobile, permukaan massa umumnya rata. Cervix dan uterus dapat terdorong
pada satu sisi. Dapat juga teraba, massa lain, termasuk fibroid dan nodul pada
ligamentum uterosakral, ini merupakan keganasan atau endometriosis. Pada perkusi
mungkin didapatkan ascites yang masif.4

C. Pemeriksaan penunjang
Diagnosis kista ovarium dapat ditegakkan melalui pemeriksaan fisik. Namun
biasanya sangat sulit untuk menemukan kista melalui pemeriksaan fisik. Maka kemudian
dilakukan pemeriksaan penunjang untuk mendiagnosis kista ovarium. Pemastian
diagnosis untuk kista ovarium dapat dilakukan dengan pemeriksaan: 4
a) Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium dapat berguna sebagai screening maupun diagnosis apakah
tumor tersebut bersifat jinak atau ganas. Berikut pemeriksaan yang umum dilakukan
untuk mendiagnosis kista ovarium.
1. Pemeriksaan Beta-HCG: Pemeriksaan ini digunakan untuk screening awal apakah
wanita tersebut hamil atau tidak. Pemeriksaan ini dapat menyingkirkan
kemungkinan kehamilan ektopik.
2. Pemeriksaan Darah Lengkap: Untuk sebuah penyakit keganasan, dapat
diperkirakan melalui LED. Parameter lain seperti leukosit, HB, HT juga dapat
membantu pemeriksa menilai keadaan pasien.
3. Urinalisis: Urinalisis penting untuk mencari apakah ada kemungkinan lain, baik
batu saluran kemih, atau infeksi dan untuk menyingkirkan diagnosis banding.
4. Pemeriksaan Tumor Marker: Tumor marker spesifik pada keganasan ovarium
adalah CA125. Tes darah dilakukan dengan mendeteksi zat yang dinamakan CA-
23

125, CA-125 diasosiasikan dengan kanker ovarium. Cancer antigen 125 (CA 125)
adalah protein yang dihasilkan oleh membran sel ovarium normal dan karsinoma
ovarium. Dengan ini diketahui apakah massa ini jinak atau ganas. Level serum
kurang dari 35 U/ml adalah kadar CA 125 ditemukan meningkat pada 85% pasien
dengan karsinoma epitel ovarium. Terkadang CA 125 ditemukan meningkat pada
kasus jinak dan pada 6% pasien sehat. CEA juga dapat diperiksa, namun CEA
kurang spesifik karena marker ini juga mewakili keganasan kolorektal, uterus dan
ovarium.
5. Pemeriksaan Patologi Anatomi
Merupakan pemeriksaan untuk memastikan tingkat keganasan dari tumor
ovarium. Pemeriksaan ini biasanya dilakukan bersama dengan proses operasi,
kemudian sampel difiksasi dan diperiksa dibawah mikroskop.
b) Radiologi6,7

1. Ultrasonografi (USG)
USG digunakan untuk memastikan keberadaan kista, membantu mengenali lokasinya
dan menentukan apakah isi kista cairan atau padat. Kista berisi cairan cenderung lebih
jinak, kista berisi material padat memerlukan pemeriksaan lebih lanjut.
Dari gambaran USG dapat terlihat:
a. Akan terlihat sebagai struktur kistik yang bulat (kadang-kadang oval) dan terlihat
sangat echolucent dengan dinding yang tipis/tegas/licin, dan di tepi belakang kista
nampak bayangan echo yang lebih putih dari dinding depannya.
b. Kista ini dapat bersifat unillokuler (tidak bersepta) atau multilokuler (bersepta-
septa).
c. Kadang-kadang terlihat bintik-bintik echo yang halus-halus (internal echoes) di
dalam kista yang berasal dari elemen-elemen darah di dalam kista.

Gambar 7. Gambaran Kista pada USG


2. Foto Rontgen
Pemeriksaan ini bertujuan untuk menentukan adanya hidrotoraks. Pemeriksaan
pielogram inravena dan pemasukan bubur barium pada kolon dapat untuk
menentukan apakah tumor berasal dari ovarium atau tidak, misalnya tumor bukan
dari ovarium yang terletak di daerah pelvis seperti tumor kolon sigmoid.
24

2.9 PENATALAKSANAAN
1. Observasi dan Manajemen Gejala
Jika kista tidak menimbulkan gejala, maka cukup dimonitor (dipantau) selama 1-2
bulan, karena kista fungsional akan menghilang dengan sendirinya setelah satu atau dua
siklus haid. Tindakan ini diambil jika tidak curiga ganas. Apabila terdapat nyeri, maka dapat
diberikan obat-obatan simptomatik seperti penghilang nyeri NSAID. Pemberian obat
kontrasepsi juga dapat diberikan untuk mengecilkan ukuran atau perkembangan kista dan
mengurangi peluang pertumbuhan kista ovarium. Dilakukan pada kista dengan ukuran kurang
dari 7 cm. Perawatan dirumah sakit dilakukan bila: kista direncanakan untuk diangkat melalui
operasi atau kista yang mengalami puntiran, rutpur, atau terinfeksi.1,4,11
2. Operasi
Jika kista membesar, maka dilakukan tindakan pembedahan, yakni dilakukan pengambilan
kista dengan tindakan laparoskopi atau laparotomi. Bila ukuran kista lebih dari 7 cm, atau
kista mengalami puntiran, atau kista ruptur, atau kista mengalami infeksi.dilakukan:

a. Kistektomi

b. Ovarektomi

c. Salpingo ovarektomi

Biasanya kista yang ganas tumbuh dengan cepat dan pasien mengalami penurunan
berat badan yang signifikan. Akan tetapi kepastian suatu kista itu bersifat jinak atau ganas
jika telah dilakukan pemeriksaan Patologi Anatomi setelah dilakukan pengangkatan kista itu
sendiri melalui operasi. Biasanya untuk laparoskopi diperbolehkan pulang pada hari ke-3 atau
ke-4, sedangkan untuk laparotomi diperbolehkan pulang pada hari ke-8 atau ke-9.1,2,12
Indikasi umum operasi pada tumor ovarium melalu screening USG umumnya
dilakukan apabila besar tumor melebihi 5 cm baik dengan gejala maupun tanpa gejala. Hal
tersebut diikuti dengan pemeriksaan patologi anatomi untuk memastikan keganasan sel dari
tumor tersebut.1,2,12
Penelitian menunjukkan bahwa pada wanita post menopause, kista yang berukuran
kurang dari 5 cm dan kadar CA 125 dalam batas normal, aman untuk tidak dilakukan terapi,
namun harus dimonitor dengan pemeriksaan USG serial. Sedangkan untuk wanita
premenopause, kista berukuran kurang dari 8 cm dianggap aman untuk tidak dilakukan terapi.
Terapi bedah diperlukan pada kista ovarium simpleks persisten yang lebih besar 10 cm dan
25

kista ovarium kompleks. Laparoskopi digunakan pada pasien dengan kista benigna, kista
fungsional atau simpleks yang memberikan keluhan. Laparotomi harus dikerjakan pada
pasien dengan resiko keganasan dan pada pasien dengan kista benigna yang tidak dapat
diangkat dengan laparaskopi. Eksisi kista dengan konservasi ovarium dikerjakan pada pasien
yang menginginkan ovarium tidak diangkat untuk fertilitas di masa mendatang.
Pengangkatan ovarium sebelahnya harus dipertimbangkan pada wanita post menopause,
perimenopause, dan wanita premenopasue yang lebih tua dari 35 tahun yang tidak
menginginkan anak lagi serta yang beresiko menyebabkan karsinoma ovarium.1

2.10 PROGNOSIS
Prognosis dari kista jinak sangat baik. Kista jinak tersebut dapat tumbuh di jaringan
sisa ovarium atau di ovarium kontralateral. Apabila sudah dilakukan operasi, angka kejadian
kista berulang cukup kecil yaitu 13%. Kematian disebabkan karena karsinoma ovari ganas
berhubungan dengan stadium saat terdiagnosis pertama kali dan pasien dengan keganasan ini
sering ditemukan sudah dalam stadium akhir.1
Angka harapan hidup dalam 5 tahun rata-rata 41.6%. Tumor sel granuloma memiliki
angka bertahan hidup 82% sedangkan karsinoma sel skuamosa yang berasal dari kista
dermoid berkaitan dengan prognosis yang buruk.1,5

BAB III
26

PEMBAHASAN
Pada anamnesis didapatkan keluhan perdarahan dari jalan lahir yag sudah berlangsung

selama ± 2 bulan. Keluhan dialami setelah melakukan Kuretase di RS Saparua dengan

indikasi Abortus pada G3P2A0. Darah yang keluar banyak, pasien bisa mengganti pembalut

empat kali sehari dimana pembalut selalu terisi penuh. Keluhan lain seperti nyeri perut bawah

setelah duduk lama. Nyeri menjalar sampai ke pinggang keluhan mual juga dirasakan ibu,

terdapat penurunan nafsu makan, berat badan ibu menurun 7 kg dalam waktu 2 bulan. Pasien

juga mengeluhkan sering berkemih. Pada teori dikatakan bahwa gejala kista ovarium dapat

berupa gangguan haid, nyeri perut yang dapat bersifat spontan, nyeri panggul menetap atau

kambuhan, perut yang semakin membesar dan berat, kembung, mual, penurunan nafsu

makan, penurunan berat badan, gangguan BAB atau gangguan berkemih akibat desakan

massa kista.
Pada pemeriksaan fisik terlihat perut sedikit membuncit. Pada perabaan teraba massa

pada regio lumbal kanan dan kiri dengan konsistensi padat, permukaan licin dan imobile,

nyeri tekan tidak ada. Tanda-tanda adanya asites tidak ada. Pada teori dikatakan bahwa pada

kista ovarium akan teraba massa yang kistik, mobile, permukaan massa umumnya rata.

Cervix dan uterus dapat terdorong pada satu sisi. Dapat juga teraba, massa lain, termasuk

fibroid dan nodul pada ligamentum uterosakral, ini merupakan keganasan atau endometriosis.

Pada perkusi mungkin didapatkan ascites yang masif, namun pada kasus ini tidak ditemukan

adanya asites.
Pada pemeriksaan ultrasonography ditemukan massa echoid pada tuba kanan dan kiri.

Pada teori dikatakan Akan terlihat sebagai struktur kistik yang bulat (kadang-kadang oval)

dan terlihat sangat echolucent dengan dinding yang tipis/tegas/licin, dan di tepi belakang

kista nampak bayangan echo yang lebih putih dari dinding depannya. Kista ini dapat bersifat

unillokuler (tidak bersepta) atau multilokuler (bersepta-septa). Kadang-kadang terlihat bintik-

bintik echo yang halus-halus (internal echoes) di dalam kista yang berasal dari elemen-

elemen darah di dalam kista.


27

Penatalaksanaan yang dilakukan yaitu dilakukan kistektomi untuk pengangkatan kista

ovarium kanan dan salpingoooforektomi untuk pengangkatan kista paraovarian kiri serta

adesiolisis untuk perlengketan peritoneum dengan kista. Hal ini sesuai dengan teori yang

mengatakan bahwa untuk pengangkatan ista dilakukan. Indikasi umum operasi pada tumor

ovarium melalu screening USG umumnya dilakukan apabila besar tumor melebihi 5 cm baik

dengan gejala maupun tanpa gejala. Hal tersebut diikuti dengan pemeriksaan patologi

anatomi untuk memastikan keganasan sel dari tumor tersebut. Laparoskopi digunakan pada

pasien dengan kista benigna, kista fungsional atau simpleks yang memberikan keluhan.

Laparotomi harus dikerjakan pada pasien dengan resiko keganasan dan pada pasien dengan

kista benigna yang tidak dapat diangkat dengan laparaskopi. Eksisi kista dengan konservasi

ovarium dikerjakan pada pasien yang menginginkan ovarium tidak diangkat untuk fertilitas di

masa mendatang. Pengangkatan ovarium sebelahnya harus dipertimbangkan pada wanita post

menopause, perimenopause, dan wanita premenopasue yang lebih tua dari 35 tahun yang

tidak menginginkan anak lagi serta yang beresiko menyebabkan karsinoma ovarium.
Prognosis pada pasien ini secara umum adalah dubia dengan menunggu hasil

pemeriksaan patologi anatomi. Secara teori, prognosis dari kista jinak sangat baik. Kista jinak

tersebut dapat tumbuh di jaringan sisa ovarium atau di ovarium kontralateral. Apabila sudah

dilakukan operasi, angka kejadian kista berulang cukup kecil yaitu 13%. Kematian

disebabkan karena karsinoma ovari ganas berhubungan dengan stadium saat terdiagnosis

pertama kali dan pasien dengan keganasan ini sering ditemukan sudah dalam stadium akhir.

DAFTAR PUSTAKA

1. Hania W, Bari SA, Trijatmo R. Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka –
Sarwono Prawirohardjo. 2011. h. 346-351.
28

2. Schorge et al. William’s Gynecology [Digital E-Book] Gynecologic Oncology Section.


Ovarian Tumors and Cancer. McGraw-Hills..2008 .
3. Hanifa W, Bari SA, Trijatmo R. lmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka –
Sarwono Prawirohardjo. 2009. h. 346-351.
4. Ovarian Cysts. Medscape. [Online] WebMD LLC. Februari 2015.
5. Schorge et al. William’s Gynecology [Digital E-Book] Gynecologic Oncology Section.
Ovarian Tumors and Cancer. McGraw-Hills..2008 .
6. Miranda AM. Ovary anatomy. Aug 2017. Accessed on May 2018.
7. Sjamsuhidayat. Buku ajar ilmu bedah. Jakarta: EGC. 2013.
8. Sastrawinata dan Sulaiman, dkk. Ilmu Kesehatan Reproduksi: Obstetri patologi. Jakarta :
EGC, 2004. hal.104.
9. Schorge et al. William’s Gynecology [Digital E-Book] Gynecologic Oncology Section.
Ovarian Tumors and Cancer. McGraw-Hills.2008.
10. Mansjoer, Arif dkk. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jilid 2. Jakarta: Media
Aesculapius. 2008.
11. Bagian Obstetri & Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas. Kista Ovarium. Panduan
Praktik Klinis Obstetri & Ginekologi. Bandung : Dep/SMF Obstetri & Ginekologi FK
UNPAD 2015. h.137.
12. DeCherney AH, Nathan L, Goodwin TM, Laufer N. Current Diagnosis & Treatment
Obstetrics & Gynecology. 10th ed. New York: McGraw-Hill; 2007.
13. Winkjosastro. Ilmu kebidanan, Ed.3. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka. 2008.

Anda mungkin juga menyukai