Anda di halaman 1dari 20

Asuhan keperawatan kegawatdaruratan pernapasan

Nama Dosen :

Ns. Anita mirawati M.kep,

Kelompok 2.B :

1. Kasturi
2. Rafi wahyu kurniawan
3. Shintya aptriawan
4. Wina wanda sari

POLTEKKES KEMENKES RI PADANG

PRODI D-III KEPERAWATAN SOLOK

2019/2020
Kata pengantar

Puji syukur kami panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa. Karena kami dapat
menyelesaikan Makalah ini. Penyusunan Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas
“kegawatdaruratan”.

Kami menyadari dalam penulisan Makalah ini masih banyak kekurangan dalam
penulisan maupun penyususnan. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang
membangun guna memperbaiki kesalahan dimasa yang akan datang.

Solok, 19 agustus 2019

penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Beberapalaporanilmiahbaik di
dalamnegeriatauluarnegerimenunjukkanbahwaangkakejadianalergidanasmaterusmen
ingkattajambeberapatahunterakhir.Tampaknyaalergimerupakankasus yang
mendominasikunjunganpenderita di klinikrawatjalanpelayanankesehatananak.Salah
satumanifestasipenyakitalergi yang
tidakringanadalahasma.Penyakitasmaterbanyakterjadipadaanakdanberpotensimengg
anggupertumbuhandanperkembangananak.Alergidapatmenyerangsemua organ
danfungsitubuhtanpaterkecuali.Sehinggapenderitaasma juga
akanmengalamigangguanpada organ tubuhlainnya.
Di sampingitubanyakdilaporkanpermasalahankesehatanlain yang
berkaitandenganasmatetapikasusnyabelumbanyakterungkap.
Kasustersebuttampaknyasangatpentingdansangatberpengaruhterhadapkehidupanana
k, tetapimasihperlupenelitianlebihjauh.Dalamtatalaksananasmaanaktidak optimal,
baikdalam diagnosis, penanganandanpencegahannya.(Keliat.B.A, 2010)
Menurut Survey KesehatanRumahTangga (SKRT) 1996, penyakit-penyakit
yang dapatmenyebabkansesaknapasseperti bronchitis, emfisema,
danasmamerupakanpenyebabkematianketujuh di Indonesia. Asma yang
tidakditanganidenganbaikdapatmengganggukualitashidupanakberupahambatanaktivi
tas 30 persen, dibanding 5 persenpadaanak non-
asma.Banyakkasusasmapadaanaktidakterdiagnosisdini, karena yang
menonjoladalahgejalabatuknya, bisadenganatautanpa wheezing (mengi).
Asmaadalahpenyakit yang menyerangsaluranpernafasan yang
bisamenyerangsiapasaja, namunpenderita paling banyakadalah para anak-
anak.Menurut KEMENKES (2008), 100 hingga 150 juta orang di
duniamenderitaasma, jumlahinidiperkirakanakanmeningkatsebanyak 18.000
kasussetiaptahunnya. Setiapnegara di duniamemilkikejadiankasusasma yang
berbeda-beda.
Di Asia khususnya Asia Tenggara 1 dari 4 orang yang
menderitaasmamengaami masa yang
tidakproduktifkarenatidakbekerjaakibatasma.bisadibanyangkanberapakerugian yang
dialami. MenurutMiol, penderitaasma 3.3% penduduk Asia Tenggara adalah orang-
orang yang menderitaasma. Dimanakasusasmabanyakterjadi di Indonesia, Vietnam,
Thailand, Filiphinadansingapura.
Sedangkanmenurut RISKESDAS (2007) di Indonesia
prevalensipenderitaasmadiperkirakanmasihsangattinggi.Bedasarakandepkespersenta
sependeritaasma di indonesiasebesar 5,87% darikeselurahanpenduduk Indonesia.
Dimanamasihbanyakpenderitaasma yang
belummendapatkanperawatandokter.Halitumembuatangkakematiankarenapenyakitas
matergolongtinggi di Indonesia.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apasaja yang mencakupdarikonsepkegawatdaruratan ?
2. Apasaja yang meliputidarikonsepmedikAsmaBronchial ?
3. Bagaimana proses keperawatanpadaklien AsmaBronchial ?

C. TUJUAN PENULISAN
1. Untukmemahamikonsepdarikegawatdaruratan.
2. UntukmengetahuikonsepmedikAsma Bronchial.
3. Untukmemahami proses keperawatanpadaklienAsma Bronchia
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Gangguan jalan napas


Terganggunya jalan napas secara tiba-tiba dan lengkap atau perlahan-lahan
dan parsial. Peristiwanya dapat progresi atau rekuren. Takipnea walaupun dapat
disebabkan nyeri atau ketakutan, namun harus selalu di ingat kemungkinan gangguan
jalan napas yang dini. Karena itu penilaian jalan nafas serta pernafasan sangat
penting.
Pasien gawat darurat dengan kesadaran menurun mempunyai resiko tinggi
untuk gangguan jalan napas dan kerap kali memerlukan jalan napas definitif. Pasien
gawat darurat tidak sadar , intoksikasi alkohol atau perlukaan intratoraks beresiko
terganggunya pernafasan (breathing). Pasien gawat darurat seperti ini jalan nafas yang
adekuat , memberikan oksigen tambahan , membantu ventilasi dan mencegah aspirasi
. menjaga oksigenasi serta mencegah hiperkarbia sangat penting pada trauma kapitis.
Petugas kesehatan harus mengantisipasi kemungkinan muntah pada semua
pasien gawat darurat trauma. Adanya cairan lambung di orofaring menandakan
kemungkinan aspirasi yang dapat terjadi secaram mendadak. Trauma pada wajah
merupakan keadaan lain yang memerlukan perhatian segera. Mekanisme perlukaan
iasanya adalah penumpang mobil yang tanpa sabuk pengaman kemudian terlempar ke
kaca depan saat tabrakan. Trawma pada bagian tengah wajah (meet-face) dapat
menyebabkan fraktur atau dislokasi yang beresiko mengganggu oro atau nasofaring.
Fraktur tulang wajah dapat menyebabkan perdarahan, sekresi yang
meningkatkan serta avulsi gigi yang menambah pada jalan napas. Fraktur ramus
mandibula terutama biilateral dapat menyebabkan lidah jatuh ke belakang dan
gangguan jlan nafas pada posisi terlentang.

B. Mengenali adanya sumbatan jalan napas


Sumbatan jalan napas biasanya trjadi secara mendadak atau perlahan-lahan,
total atau persial, progresif atau berulang. Oleh karena itu sangat penting untuk
melakukan penilaian berulang pada jalan napas dan kecukupan ventilasi.
Penyebab utama sumbatan jalan napas pada pasien tidak sadar adlah hilangnya
tonus otot tenggorokan sehingga pangkal lidah jatuh menyumbat faring dan epiglotis
menutup laring. Bila pasien masih bernafas berarti terjadi sumbatan parsial yang
menyebabkan bunyi nafas saat inspirasi bertambah (stridor), sianosis (pucat, sebagai
tanda lanjut dan retraksi otot tambahan). Tanda ini akan hilang pasien yang tidak
bernafas. Trawma pada wajah memerlukan penatalaksanaan jalan nafas yang segera.
Trawma pada bagian ini dapat menyebabkan fraktu sehingga menimbulkan gangguan
pada nasofaring atau orofaring, sehingga dapat menimbulkan perdarahan yang
banyak.
Luka tembus pada leher dapat menyebabkan cidera pada vaskuler
denganperdarahan yang banyak, yang tentunya dapat menyebabkan sumbatan jalan
napas. Cidera tumpul pada leher juga dapat menyebabkan cedera pada klaring atau
trakea.

C. Tanda objektif sumbatan jalan napas


1. Lihat (look) pasien mengalami agitasi dan gelisah , menunjukan pasien
mengalami hipoksia , nampak sianosis pada kuku dan sekitar mulut menunjukan
hipoksimea karenakekurangan oksigenasi. Pernapasan retraksi dan menggunakan
otot-otot nnapas tambahan.
2. Dengar (listen) adanya suara abnormal . adanya suara tambahan , menggorok atau
snoring, berkumur (gorgling) , suara parau (stridor).
3. Feel yaitu merasakan hembusan nafas

D. Penatalaksanaan jalan napas


Obstruksi jalan napas adalah suatu keadaan terdapatnya benda asing di jalan
napas yang menyebabkan keluar dan masuknya udara terganggu sebagian atau
keseluruhan. Obstruksi jalan napas dapat disebabkan oleh benda asing.
Benda asing tersebut dapat menyebabkan obstruksi jalan napas sebagian (partial atu
komplit atau total) . pada obstruksi jalan napaspartial asien masih mampu melakukan
pernafasan , namun kualitas pernapasan dapat baik atau buruk. Pada asien dengan
pernapasan yang masih baik, pasien biasanya masih dapat melakukan tindakan batuk
dengan kuat.
Obstruksi jalan nafas total, pasien biasanya tidak dapat berbcara , bernafas,
batuk. Biasanya pasien memagang lehernya di antara ibu jari dan jari lainnya.
1. Penatalaksanaan obstruksi jalan napas total
a) Heicmlich manouver
b) Untuk mengatasi obstruksi jalan napas olehbenda asing , dapat dilakukan
Heicmlich manouver (hentakan sub diagfragma abdomen). Suatu hentakan
yang peningkatan tekanan pada diagfragma sehingga memaksa udara yang ada
di dalam paru-paru untuk keluar dengan cepat sehingga diharapkan dapat
mendrong atau mengeluarkan benda asing yang menyumbat jalan napas.

Heicmlich manouver pada pasien sadar dengan posisi berdiri

 Penolong harus berdiri di belakang pasien, melingkari pinggang pasien dengan


kedua lengan.
 Kemudian kepalkan satu tangan dan letakan sisi jempol tagan kepalan pada perut
pasien , sedikit di atas pusar dan dibawah ujung tulang sternum.
 Pegang erat kepalan tangan dengan tangan lainnya. Tekan kepalan keperut dengan
hentakan yang cepat ke arah atas . lakukan hentakan 5 kali setiap hentakan harus
terpisah dengan gerakan yang jelas

Heicmlich manouver pada pasien tidak sadar

 Pasien harus diletakkan pada posisi terlentang dengan muka ke atas .


 Penolong berlutut disisi pasien Letakkan salah satu tangan pada perut pasien
digaris tengah sedikit di atas pusat dan jauh dibawah ujung tulang sternum, tangan
kedua diletakkan di atas tangan pertama
 Penolng menekan ke arah perut dengan hentakan 5 kali yang cepat ke arah atas.
Manouverini daapat dilakukan pada pasien sadar jika penolongnya terlampau
pendek untuk memeluk pinggang pasien

Heicmlich manouver yang dilakukan sendiri

 Penanganan diri sendiri terhadap obstruksi jalan nafas:


kepalkan sebuah tangan, letakkan sisi ibu jari pada perut di atas pusat dan
dibawah tulang sternum, genggan kepalan itu dengan kuat dan berikan tekanan ke
atas ke arah diagfragma degan gerakan cepat,
jika tidak berhasil dapat dilakukan tindakan dengan menekan erut pada
tepmeja atau belakang kursi.
2. Penatalaksanaan obstruksi jalan napas sebagian
Ada banyak cara untuk membuka jalan nafas , cara atau teknik yang digunakan
disesuaikan dengan penyebabnya.
 Teknik head-till chin lift untuk membuka sumbatan jalan napas karena panggal
lidah. Teknik ini digunakan pada pasien yang tidak ada kecurigaan cidera servikal
 Teknik jhaw trust bila ada dugaan cidera pada leher lakukan pengangkatan rahang
bawah kedepan disertai dengan membuka rahang bawah. Jangan lakukan ekstensi
kepala.
3. Penatalaksanaan jalan nafas dengan alat
 Pemasangan OPA (OROPHARINGEAL AIRWAY)
Alat bantu jalan napas OPA menahan pangkal lidah dari dinding belakang paring.
Alat ini berguna pada pasien yang masih bernafas spontan atau saat dilakukan
ventilasi dengan bag valve mask. Alat ini juga membantu saat dilakukan
pengisapan lendir dan mencegah pasien menggigit pipa endotrakea (ETT)
 Pemasangan NPA (NASOPHARINGEAL AIRWAY)
Alat ini berbentuk pipa polos terbuat dari karet atau plastik. Biasanya digunakan
pada pasien yang menolak menggunakan alat bantu jalan napas NPA atau apabila
secara teknis tidak mungkin memasang alat bantu jalan napas NPA , misanya
trismus, rahang mengatup kuat dan cidera berat pada maksilo facial
 Pemasangan endotrakeal tube (ETT)
Pemasanganendotrakeal tue untuk menjamin terpeliharanya jalan napas yang
paten dan sebaliknya dilakukan sesegera mungkin oleh penolang yang terlatih.
4. Penatalaksanaan jalan napas pada pasien trauma
Alat bantu untuk membuka jalan nafas :
 Laryngeal mask airway (LMA)
Merupakan sebuat pipa denganujung distal yang menyerupai sungkup dengan tepi
yang mempunyai balon di sekelilingnya. Pada saat pemasangan bagian sungkup
harus berada di daerah hipofaring sehingga saat balon dikembangkan maka bagian
terbuka dari sungkup akan menghadap ke arah lubang trakea dan menutup
esofagus sehingga udara masuk ke jalan napas
 Needle krikotiroidotomi
Tindakan ini dilakukan untuk membuka jalan napas sementara dengan cepat,
apabila cara lain sulit dilakukan. Menusukkan jarum dengan lumen yang besar
pada membrana trikotiroide. Needle krikotiroidotomi dilakukan dalam kondisi
darurat namun bukan untuk jangka waktu yang lama, hanya sampai airway
definited dapat di pasang. Pemberian oksigennya dengan jet insuflation. Kaula jet
insuflation dihubungkan ke selang oksigen dengan Y-connector yang dilubangi di
bagian samping dekat kanula yang masuk ke jalan napas. Oksigen yang diberikan
dengan lairan 15 liter/menit. Cara memberikan oksigen satu detik ditutup lubung
Y-connector atau selang yang diluangi dan 4 detik dibuka. Teknik ini hanya bisa
digunakan selama 30-45 menit
5. Penatalaksanaan [pernafasan /breathing
Oksigenasi yang adekuat memerlukan jalan nafas yang paten dan pertukaran udara yang
adekuat. Setelah jalan nafs paten , pastikan pernafasan pasien adekuat atau tidak. Jika
nafasnya tidak adekuat, maka pernafasan pasien perlu dibantu untuk memasukan udara ke
dalam paru (ventilasi tekanan positif)
 Pemberian oksigenasi
Tujuan terapi oksigen :
1. Meningkatkan kadar oksigen dalam pernafasan
2. Kadar oksigen dalam yang ada di au-paru menjadi tnggal
3. Tekanan parsial oksigen di alveolus meningkat
4. Oksigen yang berdifusi mellau dinding alveolus lebih banyak
5. Kdar oksigen yang erangkat melalu perearan darah cukup dan persediaan
oksigen di jaringan sel dapat terpenuhi
6. Mencegah terjadinya hipoksia
E. Masalah pernafasan
1. Emboli paru
a. Etiologi
1) Sumber penyebab utama dari emboli paru adalah trombosisi dari sistem
vena profunda di daerah pelvis dn paha
2) Statis vena merupakan faktor predisposisi pertama untuk trombosis.
Psien yang dirawatdi tempat tidur butuh waktu yang ama atau
immobilisasi mempunyai resiko terbesar
3) Faktor predisposisi lain adalah keganansan , infark miokard yang baru,
gagal jantung kongestif , polisiteia vera , dan siskle cell anemia.
b. Diagnosis klinis
1. Takipnea dapat dijumpai pada hampir semu kasus.dispnea,nyeri dada pleuritik
, hemoptisis, demam atau bunyi gesekan pleura dapat ditemukan.
2. Pengukuran gas darah arteri biasanya menunjukan hipoksemia tetapi PO2
dapat lebih besar dari pada 90 mmhg.
3. Elektrokardigrafi (EKG) abnormal pada sebagian kasus , tetapi perubahan
biasanya tidak spesifik. Perubahan segmen STdan infersi gelombang T
merupakan kedaan yang paling sering ditemukan
4. Hasil rongsen dada adalah normal sebagian kasus. Elevasi dari hemidia
fragma , infiltrat, efusi pleura
c. Pengobatan
1. Heparin
a. Ini dapat diberikan secara infus intravena yang terus menerus (metode
yang lebih disukai) atau secara bolussetia 4 jam .
b. Dosisi harus dipantau dengan mempertahankan partial tromboplastin time
pada 1,5 – 2,5 x normal
2. Koumadin
a. Pemberian pada hari ketiga atau kelima dari pemberian anti-koagulan
b. Dosisi harus dipantau dengan mempertahanan waktu protrombin sevesar 2
kali normal
c. Terapi antikoagulasi oral harus diteruskan untuk 3 sampai 6 bulan
3. Trombolisis
4. Pembedahan

2. Phnumonia
a. Menegakkan diagnosis
1. Ronggen dada
2. Kultur sampel sputum
3. Kultur darah
4. Gas dara arteri
b. Infeksi pheneumokokus
1.gambaran klinis
2. sputum
3. ronggen dada
c. Infeksi stafilokokus
1. Gambaran klinis
2. Sputum
3. Ronggen dada
4. Pengobatan
d. Infeksi hemofilus
1.Gambaran klinis
2. Sputum
3. Ronggen dada
4. Pengobatan

3. Aspirasi paru
a. Gambaran kejadian
Aspirasi isi lambung paling sering timbul pada pasie yang mengalami
penurunan tingkat kesadaran atau adana abnormalitas dari traktus
gastrointestinal dan fungsi jalan nafas. Yang disebutkan terakhir meliputi
pasien dengan dilatasigaster , akhalahasia , hernia hiyatos , dan tindakan
dengan alat-alat medis seperti obsturator jalan napas esofagial, atau tabung
blakemure-sengstaken
b. Patofisiologi
Aspirasi isi lambung yang menimbulkan atelaktasis, cidera mukosa bronkhial,
destruksi alveoli dn peningkatan permeableitas kapiler
c. Gambaran klinis
Berat ringannya gejala tergantung pada luasnya lapangan paru yang terkena
dan jangka waktu dari aspirasi. Gangguan nafas dengan berbagai tingkat
keparahan timbul 1-2 jam sesuda aspirasi
d. Ronggen dada
Daerah paru yang terkena tergantung posisi pasien pada saat aspirasi. Pada
pasien dengan posisi berbaring terlentang dapat dijumpai inviltrat sentral,
berbintik-bintik atau bergaris-garis dilobus kanan atau padalobus kanan tengah
e. Pengobatan
1. Posisi
2. Oksigenasi
3. Terapi pengganti cairan
4. Bronkoskopi
5. Antibiotika
6. Kartikosteroid
4. Ashma bronkial
Adalah suatu penyakit jalan napas yang menifestasinya berupa penyempitan difus
dari cabang-cabang trakeobronkial. Ini mengakibatkan serangan episodik dari
dispnea , batuk dan mengi , dengan diselingi periode asitommatis
a. Stimulus timbulnya serangan ashma
- Alergen yang dibawa oleh udara
- Polutan udara
- Obat-obatan
- Stress
- Latihan
- Infeksi saluran nafas baik karena virus maupun bakteri
b. Gambaran klinis
- Derajat gangguan nafas brvariasi
- Tanda dan gejala berupa batuk , mengi, takipnea, pemanjangan
ekspirasi,
c. Studi laboratorium
- Gas darah arteri
- Hitung jumlah eosinofiltotal
d. Pengobatan
- Oksigen
- Hidrasi
- Epinefrin
- Aminopjilin
- Terapiinhalasi
- Kartikosteroid
ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT
ASMA BRONCHIAL

A. PENGKAJIAN
1. BIODATA
· IdentitasPasien
· IdentitasPenanggungjawab

2. RIWAYAT KESEHATAN
a) AlasanMasukRumahSakit :Kliendatangdengankeluhan, sesak, batukberdahaksejak 5
harilalu
b) KeluhanUtama :Klienmengatakansesaknafas, batuk
c) RiwayatPenyakitSekarang :Klienmengeluhsesaknafas,
terutamasaatsuhudinginuntukmengurangikeluhansesaknafasklientidursetengah duduk,
sesaknafasberulangpadawaktumalamdanpagi.
d) RiwayatPenyakit Masa Lalu :Klienmengatakansebelumnyapernahmenderitapenyakit
yang samayaituasma
e) RiwayatKesehatanKeluarga :Klienmengatakandalamanggotakeluarganyaada yang
menderitapenykit yang samaseperti yang dideritaklienyaitupenyakitasma.
f) KeadaanKesehatanLingkungan
:Klienmengatakankeluargasangatmemperhatikankebersihanlingkunganya
g) RiwayatPsikologis :Klienmengatakantakutdengankondisinyasekarang,
klienbertanyamengenaikondisikesehatanya.

3. POLA KEBIASAAN SEHARI-HARI


a) PolaNutrisi
· Sebelumsakit :Klienmengatakansaatsehatmakan 3Xsehari dengankomposisinasi,
laukpauk , minumkuranglebih 6-7 gelas/hari.
· SaatSakit :Klienmengatakansaatsakitmakan 3X
seharidenganporsisedikitKarenabatukmempengaruinafsumakanmenurun.minum air
putihkuranglebih 5-7gelas/hari.
b) Polaeliminasi
· BAB sebelumsakit :KlienmengataknSaatsehat BAB 1X
seharidengankonsistensilembek, warnakuningbaukhas feces
· BAB saatsakit :klienmengatakansaatsakit BAB 1X
seharidengankonsistensilembekwarnakuning ,baukhas feces
· BAK sebelumSakit :Klienmengatakansaatsehat BAK sebanyak 3-4X
perharidenganwarnakuningkecokltandanbaukhasamoniak
· BAK saatsakit
:KlienmengatakansaatsakitBAktetaptidakterjadiperubahantetapsebanyak 3-4X
perharidanbaukhasamoniak
c) PolaKebersihandiri
· Sebelumsakit : Klienmengtakansaatsehatmandi 2x seharimenggunakansabun,
gosokgigi, kramas 3X seminggugantipakaianbilasudahkotor.
· Saatsakit :Klienmengatakansaatsakithanyadibasuhdengan air hangatsertagosokgigi 2X
sehari.
d) PolaAktivitas
· Sebelumsakit
:Klienmengatakansaatsehataktivitasdirumahnyabiasadikerjakandenganibunya,
· Saatsakit :Klienmengatakansaatsakittidakbisamembantuaktifitasibunyasepertibiasa
e) Polaistirahattidur
· Sebelumsakit :Klienmengatakansaatsehattidurkuranglebihselama 7-8 jam perhari
· Saatsakit :Klienmengatakansaatsakittidurnyaterganggukarenasesaknafas,
danbatukpadamalamharidanpagihari, klienhanyatidurkuranglebih 4jam perhari.

4. PEMERIKSAAN FISIK
a) KeadaanUmum :Klienlemah
b) Tanda – tandavital :
T = 110/70 mmHg S= 37 0C
N= 78x/mnt RR = 28x/mnt
c) Kesadaran :composmetis
d) Pemeriksaancepalo caudal
· Kepaladanrambut
I :Pertumbuhanrambutmerata,tidakterdapatuban
P :Tidakadabenjolanpadakepala,

· Hidung
I :BentukhidungSimetris, terdapatekspirasimemanjang,nafascepat, terdapat
pernafasancupinghidung
P :Tidakterdapatnyeritekan
A :TerdapatsuaratambahanWhezing Dan ronchi

· Telinga
I :Tidakadaserumendanlesi
Fungsi :Pendengaranbaik
· Mata
I : Sclera Putih, konjungtivamerah,
Fungi :penglihatanbaik
· Mulutdangigi
I :mulutpucat, tidakada stomatitis
· Gigi
I :Tidakada caries Gigi
· Leherdantenggorokan
Leher = I :tidakada stroma
P :tidakadanyeritekan
Tenggorokan = I :tidakadapembesaran tonsil
· Dada dan Thorax
Pemeriksaanparu = I :bentuk dada simetrispernafasan 28x permenit
P :tidakadanyeritekan
P :terdengarsuarahipersonor
A :suaranafas wheezing danRonchi
ANALISA DATA
Kelompok data Masalah Etiologi
DS : klienmengatakansesaknafas Ketidakefektifanja Factor – factor pencetus
DO: - keadaanumumlemah lannafas B/D Perubahanpadabroncus
- Terdengarronchidan wheezing peningkatanprodu Sel must mediator histamine (
- Klientidursetengah duduk ksimukus histamine,prostaglandin,bradikini
- Pernafasancupinghidung n)
T = 110/70 mmHg Mengeluarkaneosinofil ,basofil,
N = 78x/Menit selglobet.
S= 37 0C Merangsangbroncusuntukberbafa
RR= 28X/mn ssecaramaksimal
ASMA BONCIAL
DS : Peningkatanproduksi mucus
Klienmengatakantidurnyatergangg ObstruksijalannafaS
ukarenasesaknafas Ketidakefektifanjalannafas
O: DO : - klientampaklemah
- Batukberdahak
- Sesaknafaspadamalamhari
T = 110/70 mmHg Gangguanpolatidu Factor – factor pencetus
N = 78x/Menit r B/D Perubahanpadabroncus
0
S= 37 C batukterusmeneru Sel must mediator histamine
RR= 28X/mnt s (histamine,prostaglandin,bradikin
in)
Mengeluarkaneosinofil ,basofil,
selglobet.
Merangsangbroncusuntukberbafa
ssecaramaksimal
ASMA BONCIAL
peningkatanproduksi mucus
batuk
batukmenetap
gangguanpolatidur
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Ketidakefektifanjalannafas b/d peningkatanproduksi mucus ditandaidenganklienbatuk,


terdengarronci,wheezing, pernafasancupinghidung
2. Gangguanpolatidur b/d batukterusmenerusditandaidenganklientampaklemah

C. INTERVENSI KEPERAWATAN

Diagnosa noc nic


Ketidakefektifanjalannafas Level 1 Level 1
b/d peningkatanproduksi Domain II : Kesehatan Domain 2 : fisiologi
mucus fisiologis komplek
ditandaidenganklienbatuk, Level 2 Level 2
terdengarronci,wheezing, Kelas E- jantung paru Kelas K manajemen
pernafasancupinghidung Level 3 pernafasan
0410 status pernafasan: Level 3
kepatenan jalan nafas 3140 manajemen jalan nafas
Outcomes : Intervensinya :
1. Frekuensi 1. Buka jalan nafas
pernafasan dengan teknik chin
2. Irama pernafasan lift atau jaw trush
kedalaman 2. Posisikanpasien
inspirasi untuk
3. Kemampuan memaksimalkan
untukmengeluarka ventilasi
n sekret 3. Identifikasi
kebutuhan aktual
/potensial pasien
untuk memasukan
alat membuka jalan
nafas
4. Masukan alat
nashoparingeal
(NPA)
Motivasi pasien untuk
bernafas pelann

D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

NO DIAGNOSA IMPLEMENTASI
Ketidakefektifanjalannafas b/d 1. Membuka jalan nafas dengan
peningkatanproduksi mucus teknik chin lift atau jaw trush
ditandaidenganklienbatuk, 2. Memposisikanpasien untuk
terdengarronci,wheezing, memaksimalkan ventilasi
pernafasancupinghidung 3. Mengidentifikasi kebutuhan
aktual /potensial pasien untuk
memasukan alat membuka
jalan nafas
4. Memasukan alat
nashoparingeal (NPA)
5. Memotivasi pasien untuk
bernafas pelann
E.EVALUASI KEPERAWATAN

DIAGNOSA EVALUASI
Ketidakefektifanjalannafas b/d S : Pasien mengatakan sesak nafas sudah
peningkatanproduksi mucus berkurang
ditandaidenganklienbatuk,
terdengarronci,wheezing, O : pasien sudah tampak tidak sesak
pernafasancupinghidung TD :110 mmhg
S : 37 C
P : 20 kali/mnt
N : 90

A : masalah teratasi

P : Intervensi dihentikan
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Terganggunya jalan napas secara tiba-tiba dan lengkap atau perlahan-lahan


dan parsial. Peristiwanya dapat progresi atau rekuren. Takipnea walaupun dapat
disebabkan nyeri atau ketakutan, namun harus selalu di ingat kemungkinan gangguan
jalan napas yang dini. Karena itu penilaian jalan nafas serta pernafasan sangat
penting.

Pasien gawat darurat dengan kesadaran menurun mempunyai resiko tinggi untuk
gangguan jalan napas dan kerap kali memerlukan jalan napas definitif. Pasien gawat
darurat tidak sadar

B. Saran
Dengan disusunnya makalah ini, diharapkan para pembaca mengetahui
bagaimana askep kegawatdaruratan pasien ashma bronkieal dengan baik. Karena
dengan adanya manajemen yang baik.
DAFTAR PUSTAKA

Eliastam,michael.1998. penuntun kedaruratan medis.Jakarta:EGC

Sartono,dkk.2019.Basic trauma cardiac life support.Bekasi: GDM

Keliat.B.A. (2010). model praktik keperawatan profesional jiwa. Journal of Nursing


Education and Practice. jakarta: EGC. https://doi.org/10.5430/jnep.v6n1p55

Anda mungkin juga menyukai