Disusun oleh:
Akmal Amrullah
4TA01
10315435
A. Latar Belakang
Pada perencanaan pembangunan gedung bertingkat tinggi harus
diperhatikan beberapa aspek penting, seperti lingkungan, sosial, ekonomi, serta
aspek keamanan. Semua struktur bangunan yang ada di atas tanah didukung oleh
sistem pondasi pada permukaan tanah. Pondasi merupakan bagian dari suatu sistem
rekayasa yang meneruskan beban yang ditopang dan terletak dibagian bawah.
Pemilihan sistem pondasi yang digunakan pada dasarnya merupakan studi alternatif
ekonomis. Hal-hal yang ikut dipertimbangkan tidak hanya material dan tenaga
kerja, tetapi juga faktor-faktor lain seperti pengendalian air dan tanah, pengendalian
kerusakan pada bangunan didekatnya dan waktu yang digunakan untuk
membangun.
Hal terpenting dari semua aspek diatas adalah aspek keamanan, dimana
gedung diharapkan terjamin keutuhan strukturnya selama umur rencana termasuk
didalamnya penentuan jenis pondasi yang digunakan. Suatu sistem pondasi harus
dapat menjamin dan harus mampu mendukung beban bangunan di atasnya,
termasuk gaya-gaya luar seperi gaya angin, gempa dan lain-lain. Jika terjadi
kegagalan konstruksi pada pondasi, misalnya dapat terjadi hal-hal seperti kerusakan
pada dinding (retak dan miring), lantai (pecah, retak dan bergelombang), penurunan
atap dan bagian-bagian bangunan lain. Untuk itu pondasi haruslah kuat, stabil dan
aman agar tidak mengalami kegagalan konstruksi, karena akan sulit untuk
memperbaiki suatu sistem pondasi. Jika bangunan akan dibangun di daerah dengan
daya dukung tanah relatif rendah atau tinggi bangunan yang tanggung (tidak tinggi
ataupun rendah atau) diharapkan kombinasi Pondasi Sarang Laba-Laba mampu
menjadi salah satu solusi yang tepat. Karena, jika menggunakan pondasi dalam,
misalnya dengan tiang pancang, maka harga bangunan akan naik hingga 30%,
sedangkan jika digunakan pondasi dangkal harus mempertimbangkan resiko
penurunan bangunan secara tidak merata (irregular differential settlement)
ditambah dengan total settlement.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam yang terdapat pada pembahasan ini
antara lain :
1. Apa saja jenis pondasi yang umum digunakan?
2. Bagaimana struktur pondasi sarang laba-laba?
C. Tujuan penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah memaparkan penjelasan tentang
jenis-jenis pondasi yang umum digunakan dalam konstruksi bangunan dan
informasi tentang struktur pondasi sarang laba-laba, baik itu keunggulannya,
keistimewaannya dan lain sebagainya.
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN PONDASI
Pondasi merupakan struktur bawah yang berfungsi untuk meletakkan
bangunan diatas tanah dan meneruskan beban ke tanah dasar. Persyaratan umum
yang harus dipenuhi oleh pondasi antara lain :
1. Terhadap tanah dasar :
a. Pondasi harus mempunyai bentuk, ukuran dan struktur sedemikian rupa
sehingga tanah dasar mampu memikul gaya-gaya yang bekerja.
b. Penurunan yang terjadi tidak boleh terlalu besar / tidak merata.
c. Bangunan tidak boleh bergeser atau mengguling.
2. Terhadap struktur pondasi sendiri :
Struktur pondasi harus cukup kuat sehingga tidak pecah akibat gaya yang
bekerja. Pemilihan jenis pondasi yang akan digunakan sebagai struktur bawah (Sub
Structure) dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain kondisi tanah dasar, beban
yang diterima pondasi, peraturan yang berlaku, biaya, kemudahan pelaksanaannya
dan sebagainya.
B. KLASIFIKASI PONDASI
Secara umum pondasi dapat dibagi menjadi tiga macam yaitu pondasi dalam
(deep foundation), pondasi dangkal (Shallow Foundation) dan Pondasi Pelat / Rakit
(Raft / Mat Foundation).
1. Pondasi Dalam (Deep Foundation)
Menurut Dr.Ir.L.D.Wesley dalam bukunya Mekanika Tanah 1, pondasi dalam
seringkali diidentikkan sebagai pondasi tiang yaitu suatu struktur pondasi yang
mampu menahan gaya orthogonal ke sumbu tiang dengan menyerap lenturan.
Pondasi tiang dibuat menjadi satu kesatuan yang monolit dengan menyatukan
pangkal tiang yang terdapat dibawah konstruksi dengan tumpuan pondasi. Untuk
keperluan perencanaan, tiang dapat dibagi menjadi dua golongan :
a. Tiang yang tertahan pada ujung (end bearing pile atau point bearing pile).
Tiang semacam ini dimasukkan sampai lapisan tanah keras, sehingga daya
dukung tanah untuk pondasi ini lebih ditekankan pada tahanan ujungnya. Untuk
tiang tipe ini harus diperhatikan bahwa ujung tiang harus terletak pada lapisan
keras. Lapisan keras ini boleh dari bahan apapun, meliputi lempung keras sampai
batuan keras.
b. Tiang yang tertahan oleh pelekatan antara tiang dengan tanah (friction pile)
Kadang-kadang diketemukan keadaan tanah dimana lapisan keras sangat
dalam sehingga pembuatan tiang sampai lapisan tersebut sukar dilaksanakan. Maka
untuk menahan beban yang diterima tiang, mobilisasi tahanan sebagian besar
ditimbulkan oleh gesekan antara tiang dengan tanah (skin friction). Tiang semacam
ini disebut friction pile atau juga sering disebut sebagai tiang terapung (floating
piles). Pondasi dalam sering dibuat dalam bentuk tiang pancang maupun kaison
(D/B ≥ 4).
2. Pondasi Dangkal (Shallow Foundation)
Dinamakan sebagai alas, telapak, telapak sebar/pondasi rakit (Mats).
Kedalaman pondasi dangkal pada umumnya D/B ≤ 1 tetapi mungkin agak lebih.
Terzaghi mendefinisikan pondasi dangkal sebagai berikut :
a. Apabila kedalaman pondasi lebih kecil atau sama dengan lebar pondasi, maka
pondasi tersebut bisa dikatakan sebagai pondasi dangkal.
b. Anggapan bahwa penyebaran tegangan pada struktur pondasi ke tanah
dibawahnya yang berupa lapisan penyangga (bearing stratum) ≤ lebar
pondasi. Pada umumnya pondasi dangkal berupa pondasi telapak yaitu
pondasi yang mendukung bangunan secara langsung pada tanah pondasi,
bilamana terdapat lapisan tanah yang cukup tebal dan berkualitas baik yang
mampu mendukung suatu bangunan pada permukaan tanah.
3. Pondasi Pelat / Rakit (Raft / Mat Foundation)
Merupakan pondasi gabungan yang sekurang-kurangnya memikul tiga kolom
yang tidak terletak dalam satu garis lurus, jadi seluruh bangunan menggunakan satu
telapak bersama. Jika jumlah luas seluruh telapak melebihi setengah luas bangunan,
lebih ekonomis digunakan pondasi rakit, dan juga untuk mengatasi tanah dasar yang
tidak homogen, misal ada lensa-lensa tanah lunak, supaya tidak terjadi perbedaan
penurunan cukup besar. Secara struktur, pondasi rakit merupakan pelat beton
bertulang yang mampu menahan momen, gaya lintang, geser pons yang terjadi pada
pelat beton, tetapi masih aman dan ekonomis. Apabila beban tidak terlalu besar dan
jarak kolom sama maka pelat dibuat sama tebal. Untuk mengatasi gaya geser pons
yang cukup besar, dilakukan pertebalan pelat dibawah masing-masing kolom atau
diatas pelat. Pemberian balok pada kedua arah dibawah pelat bertujuan menahan
momen yang besar dapat juga dipakai pelat dengan struktur seluler. Sedangkan
untuk mengurangi penurunan pada tanah yang kompresible dibuat pondasi yang
agak dalam, struktur ini disebut pondasi pelat terapung / floating foundation.
DAFTAR PUSTAKA
Bowless, Joseph E., Analisa dan Desain Pondasi Edisi Keempat Jilid I,
Erlangga, Jakarta, 1992.
Kusuma, Gideon H., Ir., M.Eng., dan Andriono, Takim, Dr., Ir., Desain
Struktur Rangka Beton Bertulang di Daerah Rawan Gempa Edisi Kedua Seri Beton
3, Erlangga, Jakarta, 1993.
Peck, Ralph B, Teknik Fondasi, Gajah Mada University Press, Yogyakarta, 1986.