Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH KOMUNITAS IV

HEPATITIS B

DI SUSUN OLEH

CAHYA KARMILA

KURNIANTI

RISNA SHELVIANA

SRI WAHYUNI

FITRIA WULANDARI

MUH. AKBAR TAKSUM

MUSRIANA MUSAKKIR

STIKES MUHAMMADIYAH SIDRAP


TAHUN AJARAN 2018-2020
Hepatitis B

A. KONSEP DASAR

1. Pengertian

Hepatitis adalah peradangan pada hati yang mengalami nekrosis berupa bercak

difus yang mempengaruhi seluruh sel asinus hati dan merusak arsitekstur hati (Morgan,

2009. Hal 209).

Hepatitis B adalah proses nekroinflamatorik pada hati yang terjadi secara akut

disebabkan oleh infeksi VHB (Soewignjo, 2008. Hal 35).

Hepatitis B adalah salah satu penyakit menular yang tergolong berbahaya,

Penyakit ini disebabkan oleh Virus Hepatitis B (VHB) yang menyerang hati dan

menyebabkan peradangan hati akut atau menahun (Tambayong, 2000. Hal 145).

2. Etiologi

Menurut Morgan (2009. Hal 214) penyebab hepatitis virus B adalah penggunaan

obat obatan per IV, hubungan seksual via anus, hubungan seksual dengan orang yang

terinfeksi, pajanan dari tempat kerja, resipien transfuse darah, pasien analisis,

berhubungan dekat dengan individu yang terinfeksi (suami-istri-anak).


3. Patofisiologi

HBV B memiliki masa tunas yang lama, antara 1 dan 7 bulan dengan awitan rata

rata 1-2 bulan. Stadium akut dari suatu infeksi aktif dapat berlangsung sampai 2 bulan.

Sekitar 5-10% orang dewasa yang terjangkit HBV akan mengalami hepatitis kronis dan

terus mengalami peradangan hati selama lebih dari 6 bulan. Hepatitis kronis dapat

bersifat progresif lambat atau fulminan, yang menyebabkan nekrosis hati, sirosis, gagal

hati, dan kematian. Individu yang terinfeksi HBV juga dapat menjadi pembawa yang

menetap sehingga dapat menularkan penyakit nya tanpa memperlihatkan gejala sakit.

Individu yang terinfeksi selama masa bayi dan memiliki daya tanggap imun rendah

terutama cenderung menjadi pembawa (Corwin, 2009. Hal 667).

4. Manifestasi Klinis

Setelah masa inkubasi berakhir, akan terjadi gejala prodmoral yang dapat berupa

anoreksia, mual, muntah, mialgia, altralgia, atau coryza berkisar selama 1-2 minggu.

fase ini disusul dengan fase ikterik yang ditandai dengan timbulnya ikterus dan

berkurangnya keluhan keluhan prodmoral. Pada saat itu, hepar teraba dan nyeri tekan.

Dapat timbul limfadenopati dan splenomenggali. Kadang kadang terdapat tanda tanda

kolestasis yang disertai ikterus berkepanjangan serta gatal gatal. Setelah fase ikterik

yang berlangsung selama beberapa minggu, penderita masuk kedalam fase

penyembuhan. Selama masa penyembuhan gejala gejala konstitusional menghilang

tetapi hepatomenggali masih tetap ada dan kelainan kelianan biokimia masih tampak.

Penyembuhan sempurna terjadi berkisar 1-2 bulan tetapi dapat mencapai 4 bulan

(Soewignjo, 2008. Hal 37).


5. Hepatitis B juga dapat ditularkan dengan cara:

 Melalui penggunaan bersama barang pribadi - seperti pisau cukur, sikat gigi atau
barang lainnya yang tercemar darah.
 Melalui jarum suntik, prosedur pengobatan dan perawatan gigi di negara-negara
dimana yang alat-alat nya tidak disterilkan/dibersihkan dengan benar. Di Australia
hal ini aman.
 Melalui transfusi darah khususnya di negara - negara yang tidak memeriksa apakah
darah tersebut tercemar virus hepatitis B. Di Australia hal ini juga aman.
 Melalui praktek tradisional dimana darah mungkin terlibat misalnya: tusuk
jarum/akupunktur
 Menggunakan peralatan tato yang tidak disterilkan dengan tepat. ini termasuk
pembuatan tato kosmetik.

6. Penatalaksanaan

Menurut Baughman, D. (2000. Hal 209) penatalaksanaan pada klien dengan

hepatitis B adalah sebagai berikut : percobaan klinis dengan interferon telah

menunjukkan hasil yang menjanjikan, tirah baring dan pembatasan aktivitas sampai

perbesaran hati dan perbesaran hepar dan peningkatan billirubin serum serta enzim

enzim hepar telah hilang, pertahankan nutrisi yang adekuat; batasi protein ketika

kemampuan hepar untuk memetabolisme protein mengalami kerusakan, berikan


antasida, beladona, dan antiemetik untuk dyspepsia serta malaise umum; hindari

semua pemberian obat bila terjadi muntah, masa penyembuhan dapat lama dan masa

pemulihan membutuhkan waktu 3 sampai 4 bulan, berikan dorongan untuk melakukan

aktivitas secara bertahap setelah ikterik hilang dengan sempurna, pikirkan dampak

psikologis dari perjalanan perjalanan penyakit yang panjang, libatkan keluarga dalam

perencanaan perawatan dan aktivitas pasien.


7. Pemeriksaan laboratorium

Pada hepatitis B akut, AST dan ALT sudah mulai mengalami peningkatan pada

fase prodromal. Tingginya kadar AST dan ALT tidak mempunyai korelasi dengan

derajat kerusakan sel hati. Nilai tertinggi AST dan ALT berkisar antara 400-4000 IU

tetapi kadang-kadang didapatkan nilai yang lebih tinggi lagi. Kadar billirubin berkisar

antara 5-10 mg%. kadar billirubin sering kali menigkat walaupun sudah terjadi

penurunan AST dan ALT. kadar billirubin lebih dari 6 mg% dan menetap biasanya

biasanya disertai oleh penyakit yang berat. Pengukuran waktu protrombin (PTT) penting

karena panjangnya PTT sering merupakan gambaran tentang parahnya penyakit

(Soewgnjo, S. 2008. Hal 38).

8. TANDA DAN GEJALA.

Infeksi HBV dapat menimbulkan akibat klinis yang berbeda-beda bagi setiap

individu, penderita dapat mengalami salah satu dari beberapa keadaan seperti dibawah

ini ;

Tetap sehat.

Terjadi bagi mereka yang memiliki kekebalan ( anti HBS ).

• Mengidzap tetapi tetap sehat.

Bila HBS Ag menetap ( persistem ) selama lebih dari 6 bulan tanpa disertai kelainan

virus.

a. Hepatitis akut ikterik.

Ditandai masa prodromal selama 3 – 6 hari, kadang-kadang sampai 3 minggu,

pasien merasa tidak sehat, anorexia, mual, kadang demam ringan, ras sakit pada

bagian kanan atas perut, rasa lesu, cepat lelah & sakit lemah. Gejala prodromal mereda
saat timbul ikterus yang dimulai dengan perubahan warna urein menjadi lebih gelap

seperti the pekat. Pada stedium ikterik ini timbul rasa gatal ( pruritus ) selama beberapa
hari, hati teraba membesar, rata, kenyal dan nyeri tekan kadang disertai pembesaran

linfe. Setelah 1 – 4 minggu masa ikterik, penyembuhan berlangsung dengan sendirinya

ditandai oleh meredanya ikterus, kembalinya nafsu makan dan keadaan kembali

normal.

b. Hepatitis akut an ikterik.

Pada bentuk ini keluhan sangat ringan dan samar-samar, umumnya hanya anorexia

dan ganguan pencernaan, pada pemeriksaan laboratorium ditemukan

hiperbilirubinemia ringan, pemeriksan flopia lesi positife dan bilirubinuria, urein secara

makroskopis berwarna seperti the pekat.

c. Hepatitis akut tulminan.

Bentuk ini hampir semuanya mempunyai prognosis jelek, kematian biasanya terjadi

dalam 7 – 10 hari ssejak mulai sakit. Pada waktu yang singkat terhadap gangguan

neorologik, faktor hepatik dan muntah yang peresisten, terdapat demam dan ikterus

yang menghebat dalam waktu yang singkat, pada pemeriksaan didapatkan hati yang

mengecil purpura, dan perdarahan gastrointestinal.

d. Hepatitis Kronik.

Diduga bahwa pasien Hepatitis B kronik mengalami episode subklinis dari hepatits

akut dengan gejala yang sangat ringan sehingga luput dari perhatian. Dugaa kearah

kromositas dimulai manakala keadaan SGOT & SGPT tidak pernah menjadi normal

selama 6 bulan dari awal hepatitis akut disertai dengan peresistensi HBS Ag serum.

Seringkali dijumpai ikterus hepatoseluler yang hilang timbul pada saat general chek- up,

tampak adanya ikterus, spider neri, hepato splenomegali, eritema palmar dan kelainan

biokimiawi serta serologi diagnostik hanya dapat dipastikan dengan pemeriksaan biopsi

dan gambaran PA. Pada hepatitis kronik aktif umumnya berakhir menjadi sirosis

hepatis.
9. Komplikasi hepatitis B

Sirosis
Sirosis adalah pembentukan jaringan parut pada hati. Jaringan parut
adalah jaringan yang terbentuk setelah sel-sel hati yang awalnya normal,
mengalami luka atau radang yang berkelanjutan. Gejala sirosis biasanya tidak
terdeteksi dan sering tidak disadari penderitanya sampai terjadi kerusakan yang
parah pada hati. Sirosis yang parah dapat memicu gejala-gejala seperti turunnya
berat badan, mual, gampang lelah, gatal-gatal pada kulit dan pembengkakan
pada perut serta pergelangan kaki.
Perkembangan komplikasi ini dapat dihambat dengan langkah
pengobatan tertentu, misalnya dengan obat antivirus. Tetapi ada sebagian
penderita yang terpaksa menjalani transplantasi hati karena kondisinya sudah
sangat parah.

Kanker Hati
Hepatitis B kronis bisa berkembang menjadi kanker hati jika tidak
ditangani dengan baik. Gejala pada komplikasi ini di antaranya adalah mual,
muntah, sakit perut, penurunan berat badan, serta sakit kuning (kulit dan bagian
putih mata yang menguning). Operasi mungkin akan dilakukan untuk membuang
bagian hati yang terserang kanker.

Hepatitis B Fulminan
Hepatitis B fulminan terjadi saat sistem kekebalan tubuh menjadi keliru
dan mulai menyerang hati hingga menyebabkan kerusakan yang parah.
Beberapa gejala yang mengindikasikan kondisi tersebut adalah penderita
menjadi linglung atau bingung, perut membengkak, dan sakit kuning. Penyakit ini
bisa menyebabkan hati berhenti berfungsi dan seringkali berak
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

Menurut Doengoes (2000. Hal 535-543) konsep dasar asuhan keperawatan pada

klien dengan hepatitis yang meliputi pengkajian, dignosa keperawatan, intervensi,

implementasi dan evaluasi adalah sebagai berikut :

1. Pengkajian

Data dasar tergantung pada penyebab dan beratnya kerusakan/gangguan hati

a. Aktivitas : Kelemahan, Kelelahan, Malaise umum.

b. Sirkulasi

Tanda : Bradikardi ( hiperbilirubin berat ), Ikterik pada sclera, kulit, membran

mukosa

c. Eliminasi

Gejala : Urine gelap, Diare/konstipasi, feses warna tanah liat. Adanya/berulangnya

hemodialisa.

d. Makanan dan Cairan

Gejala : Anoreksia, Berat badan menurun, Mual dan muntah, Peningkatan oedema,

Tanda : Asites/Acites

e. Neurosensori

Peka terhadap rangsang, Cenderung tidur, Letarg, Asteriksis

f. Nyeri / Kenyamanan

Gejala : Kram abdomen, Nyeri tekan pada kuadran kanan, Mialgia, Atralgia, Sakit

kepala, Gatal ( pruritus ).

Tanda : otot tegang, gelisah.

g. Pernapasan

Tidak minat/enggan merokok (perokok).


h. Keamanan,

Gejala : adanya transfuse darah.

Tanda : Demam, Urtikaria, Lesi makulopopuler, Eritemia, Splenomegali,

Pembesaran nodus servikal posterior

i. Seksualitas : Pola hidup / perilaku meningkat resiko terpajan

j. Penyuluhan dan pembelajaran

Gejala : riwayat diketahui/mungkin terpajan pada virus, bakteri atau toksin (

makanan terkontaminasi, air, jarum, alat bedah atau darah); pembawa (simptamatik

atau asimptomatik); adanya prosedur bedah dengan anestasi haloten; terpajan pada

kimia toksin, obat resep.

Pertimbangan rencana pemulangan : mungkin memerlukan bantuan dalam tugas

pemeliharaan dan pengaturan rumah.

k. Pemeriksaan diagnostik

Tes fungsi hati : Abnormal (4–10 kali dari normal). Catatan : merupakan batasan

nilai untuk membedakan hepatitis virus dari non-virus.

AST ( SGOT)SGPT ) : Awalnya meningkat. Dapat meningkat 1-2 minggu sebelum ikteri

kemudian tampak menurun.

Darah lengkap : SDM menurun sehubungan dengan penurunan hidup SDM (gangguan

enzim hati) atau mengakibatkan perdarahan.

Leucopenia : Trombositopenia mungkin ada (splenomegali).

Deferensial darah lengkap : luckositosis, monositosis, limfosit atipikal. Dan sel plasma.

Alkali fosfatase : agak meningkat (kecuali ada kolestasis berat).

Fases : warna tanah liat, steatorea (penurunan fungsi hati).

Albumin serum : menurun.


Gula darah : hiperglikemia transien/hipoglikemia (gangguan fungsi hati).

Anti – HAVI,gM : positif pada tipe A.


HbsAG : Dapat positif (tipe B) atau negative (tipe A). Catatan : merupakan diagnostik

sebelum terjadi gejala klinis.

Masa protrombin : mungkin memanjang (disfungsi hati).

Bilirubin serum : diatas 2,5 mg/100 ml (bila diatas 200 mg/ml, prognosis buruk mungkin

berhubungan dengan peningkatan nekrosis seluler).

Tes ekskresi BSP : Kadar darah meningkat.

Biopsi hati : Menunjukkan diagnosis dan luasnya nekrosis.

Skan hati : Membantu dalam perkiraan beratnya kerusakan parenkim.

Urinalisa : Peninggian kadar bilirubin ; protein/hematuria dapat terjadi.

2. Diagnosa dan Intervensi Keperawatan

a. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan umum, penurunan

kekuatan/ketahanan; nyeri, mengalami keterbatasan aktivitas; depresi ditandai dengan

laporan kelemaha, penurunan kekuatan otot, menolak untuk bergerak.

Tujuan : Klien menunjukkan perbaikan terhadap aktifitas

Kriteria hasil : menyatakan pemahaman situasi/faktor resiko dan program pengobatan

individu.

Intervesi :

1. Tingkatkan tirah baring, ciptakan lingkungan yang tenang.

Rasional : Meningkatkan ketenangan istirahat dan menyediakan energi yang

digunakan untuk penyembuhan.

2. Ubah posisi dengan sering, berikan perawatan kulit yang baik.

Rasional :meningkatkan fungsi pernapasan dan meminimalkan tekanan pada

area tertentu untuk menurunkan resiko kerusakan jaringan.

3. Tingkatkan aktivitas sesuai denga toleransi.


Rasional : tirah baring lama dapat menurunkan kemampuan.
4. Dorong teknik manajemen stres, contoh relaksasi progresif, visualisasi,

bimbingan imajinasi, berikan aktivitas hiburan yang tepat.

Rasional : meningkatkan relaksasi dan peningatan energy.

5. Awasi terulangnya anoreksia dan nyeri tekan pembesaran hati.

Rasional :menunjukkan kurangnya resolusi penyakit, memerlukan istirahat

lanjut.

6. Berikan antidote atau bantu dalam prosedur sesuai indikasi, tergantung pada

pemanjanan.

Rasional : membuang agen penyebab pada hepatitis toksit dapat membatasi

derajat kerusakan jaringan.

7. Berikan obat sesuai indikasi: sedative, agen anti ansietas.

Rasional : membantu dalam manajemen kebutuhan tidur.

8. Awasi kadar enzim hati.

Rasional : membantu menentukan kadar aktivitas tepat sebagai peningkatan

premature pada potensial resiko berulang.

b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

kegagalan masukan untuk memenuhi kebutuhan metabolik, anoreksia, mual/ muntah,

gangguan absorbsi dan metabolisme pencernaan makanan: penurunan peristaltic

usus, empedu tertahan. Ditandai dengan enggan makan/kurang minat terhadap

makanan, gangguan sensasi pengecap, nyeri abdomen/kram, penurunan berat badan,

tonus otot buruk.

Tujuan : Klien menunjukkan status nutrisi yang adekuat.

Kriteria hasil : menunjukkan prilaku perubahan pola hidup untuk meningkatkan berat
badan yang sesuai.
Intervensi

1. Awasi pemasukan diet/jumlah kalori. Berikan makan sedikit dalam frekuensi

sering dan tawarkan makan pagi paling besar.

Rasional : makan banyak sulit untuk mengatur kalau pasien anoreksia.

Anoreksia juga paling buruk selama siang hari.

2. Berikan perawatan mulut sebelum makan.

Rasional : menghilangkan rasa tak enak dapat meningkatkan napsu makan.

3. Anjurkan makan pada posisi duduk tegak.

Rasional : menurunkan rasa penuh pada abdomen dan dapat meningkatkan

pemasukan.

4. Dorong pemasukan sari jeruk, minuman karbonat dan pemen berat sepanjang

hari.

Rasional : bahan ini merupakan ekstra kalori dan dapat lebih mudah dicerna.

5. Konsul pada ahli diet, dukungan tim nutrisi untuk memberikan diet sesuai dengan

kebutuhan pasien, dengan memasukkan lemak dan protein sesuai toleransi.

Rasional : berguna dalam membuat program diet untuk memenuhi kebutuhna

individu.

6. Awasi glukosa dara. Hiper glikemia/hipoglikemia dapat terjadi, memerlukan

perubahan diet pemberian insulin.

Berikan obat sesuai toleransi, contoh antasida (Mylanta). Kerja pada asam

gaster, dapat menurunkan iritasi/resiko perdarahan.

7. Berikan vitamin contoh B complek.

Rasional : Memperbaiki kekurangan dan membantu proses penyembuhan.

8. Berikan terapi steroid contoh prednisone.


Rasional : steroid di indikasikan karena meningkatkan resiko berulang/terjadinya

hepatitis kronis pada pasien dengan hepatitis kronis.


9. Berikan tambahan makanan/nutrisi dukungan total bila diperlukan.

Rasional : mungkin perlu untuk memenuhi kebutuhan kalori bila tanda

kekurangan/gejala memanjang.

c. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan

yang berlebihan melalui muntah dan diare, perpindahan area ketiga, ganggauan proses

pembekuan.

Tujuan : Klien akan menunjukkan status cairan adekuat.

Kriteria hasil : mempertahankan hidrasi adekuat dibuktikan oleh tanda vital stabil,

turgor kulit baik, pengisisan perifer, nadi perifer kuat, dan haluaran urin individu sesuai.

Intervensi

1. Awasi masukan dan haluaran, bandingkan dengan berat badan harian, catat

kehilangan melalui usus, contoh muntah dan diare.

Rasional : diare dapat berhubungan dengan respon terhadap infeksi dan

mungkin terjadi sebagai masalah yang lebih serius dari obstruksi aliran darah

portal.

2. Kaji tanda vital, nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit, dan membrane

mukosa.

Rasional : indicator volume sirkulasi/perfusi.

3. Periksa asites atau pembentukan odema.

Rasional : menurunkan kemungkinan perdarahan kedalam jaringan.

4. Observasi tanda perdarahan.

Rasional : kadar protrombin meurun dan waktu koagulasi memanjang bila


apsorbsi vit K terganggu pada traktus GI dan sintesis protombin menurun.
5. Awasi nilai laboratorium, HB, HT, Na albumin, dan waktu pembekuan.

Rasional : menunjukkan hidrasi dan mengidentifikasi retensi natrium/kadar

protein yang dapat menimbulkan odema.

6. Berikan cairan IV biasanya (glukosa), elektrolit.

Rasional : memberikan cairan dan penggantian cairan elektrolit.

d. Situasional harga diri rendah berhubungan dengan gejala jengkel/marah,

terkurung/isolasi, sakit lama/periode penyembuhan ditandai dengan peryntaan

perubahan pola hidup, perasaan negatif terhadap tubuh.

Tujuan : mempertahankan harga diri klien pada tingkat stabil.

Kriteria hasil : mengidentifikasi perasaan dan metode untuk koping terhadap persepsi

diri negate, menyatakan penerimaan diri, dan lamanya penyembuhan, mengakui diri

sebagai orang berguna, bertanggung jawab atas diri sendiri.

Intervensi :

1. kontrak dengan pasien mengenai waktu untuk mendengarkan tentang diskusi

perasaan/masalah.

Rasional : penyediaan waktu meningkatkan hubungan saling percaya.

Kesepmpatan untuk mengeksprsikan persaan memungkinkan pasien untuk

merasa lebih mengontrol situasi.

2. Hindari membuat penilaian moral tentang pola hidup (penggunaan

alkohol/praktik sexual).

Rasional : pasien merasa marah/ kesal dan menyalahkan diri; penilaian dari

orang lain akan merusak harga diri lebih lanjut.

3. Anjurkan aktivitas senggang berdasarkan tingkat energy.


Rasional : mampukan pasien untuk menggunakan waktu dan energy pada cara

yang meningkatkan harga diri dan meminimalkan cemas dan depresi.


4. Anjurkan pasien menggunakan warna merah terang atau merah hitam dari pada

kuning atau hijau.

Rasional : menignkatkan penampilan, karena kulit kuning diperjelas oleh warna

kuning/hijau.

e. Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan pertahanan primer

tidak adekuat, malnutrisi, kurang pengetauan untuk menghindari pemajanan pada

pathogen.

Tujuan : infeksi tidak terjadi.

Kriteria hasil : menyatakan pemahaman penyebab individu/faktor resiko.

Intervensi

1. Lakukan teknik isolasi untuk infeksi enterik dan pernapasan seusai kebijakan

rumah sakit; termasuk cuci tangan efektif.

Rasional : mencegah transmisi penyakit virus ke orang lain.

2. Awasi/batasi pengunjung sesuai indikasi.

Rasional : pasien terpajan terhadap proses infeksi (khususnya respiratorus)

potensial resiko komplikasi sekunder.

3. Jelaskan prosedur isolasi pada pasien/orang terdekat.

Rasional : pemahaman alasan untuk perlindungan diri mereka sendiri dan orang

lain dapat mengurangi perasaan isolasi dan stigma.

4. Berikan informasi tentang adanya gama globulin, ISG, HBIG, vaksin hepatitis B

(recombivax HB, engerik-B) melalui departemen dan dokter keluarga. Efektif

dalam mencegah virus hepatitis pada orang yang terpajan, tergantung tipe

hepatitis dan periode inkubasi.


Berikan obat sesuai indikasi : anti virus.

Rasional : berguna pada pengobatan hepatitis aktiv kronis.


5. Berikan obat sesuai indikasi : inter feron allva 2 B.

Rasional : efektif pada pengebotan penyakit hati sehubungan dengan HCV.

6. Anti biotic tepat untuk agen pencegah (contoh, gram negatif, bakteri anerob) atau

proses sekunder.

Rasional : pengobatan hepatitis bacterial, atau untuk mencegah/membatasi

infeksi sekunder.

f. Resiko tinggi terhadap kerusakan jaringan integritas kulit berhubungan

dengan zat kimia : akumulasi garam empedu dalam jaringan.

Tujuan : kerusakan jaringan integritas kulit tidak terjadi.

Kriteria hasil : menunjukkan jaringan kulit/kulit utuh, bebas ekskoriasi, melaporkan tak

adanya/penurunan pruritus/lecet.

Intervensi

1. Gunakan air mandi dingin dan soda kue atau mandi kanji, hindari sabun alkali

dan berikan minyak kelamin sesuai indikasi.

Rasional : mencegah kulit kering berlebihan dan menberikan penghilangan

gatal.

2. Anjurkan menggunakan kuku – kuku jari untuk menggaruk bila tidak terkontrol.

Pertahankan kuku jari terpotong pendek pada pasien koma atau selama jam

tidur.

Rasional : menurunkan potensial cedera kulit.

3. Berikan masase pada waktu tidur.

Rasional : bermanfaatdalam meningkatkan tidur dengan menurunkan iritasi kulit.


4. Hindari komentar tentang penampilan pasien.

Rasional : meminimalkan stress psikologis sehubungan dengan perubahan kulit.


5. Antihistamin contohnya metdilazin ( tacaryl ) di fenhidrasi ( Benadryl ).

Rasional :menghilangkan gatal catatan gunakan terus menerus pada penyakit

hepatic berat.

6. Antilipemik contohnya kolestramin ( questran ).

Rasional : mungkin digunakanuntuk asam empedu pada usus dan mencegah

absorsinya.

g. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan

pengobatan berhubungan dengan kurang terpajan/mengingat; salah interprestasi

informasi, tak mengenal sumber informasi.

Tujuan kebutuhan belajar klien terpenuhi.

kriteria hasil : menyatakan pemahaman tentang proses penyakit dan pengobatan.

Intervensi

1. kaji tingkat pemahaman proses penyakit, harapan / prognosis kemungkinan

pilihan pengobatan.

Rasional : mengidentifikasi area kekurangan pengetahuan / salah informasi dan

menberikan kesempatan untuk informasi tambahan sesuai keperluan.

2. berikan informasi khusus tentang pencegahan / penularan penyakit. Contoh

kontak yang memerlukan gama globulin masalah pribadi tak perlu dibagi,

tekankan cuci tangan dan sanitasi pakaian , cuci piring, dan fasilitasi kamar

mandi bila enzim hati masih tinggi. Hindari kontak intim seperti ciuman, kontak

seksual dan terpajan pada infeksi khususnya infeksi saluran pernafasan ( ISK ).

Rasional : kebutuhan / rekomendasi akan bervariasi karna tipe hepatitis ( agen

penyebab ) dan situasi individu.


3. rencanakan memulai aktivitas sesuai toleransi dengan periode istirahat adekuat.

Diskusikan pembatasan mengangkat berat dan latihan keras / olahraga.


Rasional :ini tak perlu untuk menunggu sampai billirubin serum kembali normal

untuk memulai aktivitas ( memerlukan waktu 2 bulan ). Tetapi aktivitas keras

perlu dibatasi sampai hati kembali ke ukuran normal.

4. bantu pasien mengidentifikasi aktivitas pengalih.

Rasional : aktivitas yang dapat dinikmati akan menbantu pasien menghindari

pemusutan pada penyembuhan panjang.

5. dorong kesenambungan diet seimbang.

Rasional : meningkatkan kesehatan umum dan meningkatkan proses

penyembuhan / regenerasi jaringan.

6. identifikasi cara untuk menpertahankan fungsi usus biasanya. Contohnya

masukan cairan adekuat / diet serat, aktivitas / latihan sedang sesuai toleransi.

Rasional :penurunan tingkat aktivitas, perubahan pada pemasukan makanan /

cairan dan motilitas usus dapat mengakibat kontisipasi.

7. diskusikan efek samping dan bahaya minun obat yang dijual bebas / diresapkan

contohnya asetaminofen. Aspirin sulfonamid, beberapa anestetik dan perlunya

melaporkan ke pemberi perawatan tentang diagnose.

Rasional : beberapa obat merupakan toksik untuk hati : banyaknya obat lain

dimeyabolisme oleh hati dan harus dihindari pada penyakit hati berat karna

menyebabkan efek kumulatif toksik / hepatitis kronis.

8. diskusikan pembatasan donatur darah.

Rasional : mencegah penyebaran penyakit infeksi, kebanyakkan undang –

undang Negara bagian menerima donor yang menpunyai riwayat berbagai tipe

hepatitis.
9. tekankan pentingnya mengavaluasi pemeriksaan fisik dan evaluasi laboratorium.

Rasional : proses penyakit dapat memakan waktu berbulan – bulan untuk

menbaik, bila gejala ada lebih lama dari 6 bulan biopsy hati diperlukan untuk

memastikan adanya hepatitis kronis.

10. kaji ulang perlunya menghindari alkohol selama 6 – 12 bulan minimum atau lebih

lama sesuai toleransi individu.

Rasional : meningkatkan iritasi hepatic dan menpengaruhi pemulihan.

Anda mungkin juga menyukai