net/publication/312474816 X
CITATION READS
1 5,268
6 authors, including:
Some o f the authors of this publication are also working on these elatedr projects:
Implement asi Produksi Bersih Pada Industri Karet Remah View project X
Fakultas Agribisnis & Teknologi Pangan Universitas Djuanda Bogor Jl Tol Ciawi No. 1 Bogor 1672
email : sawarni02@yahoo.com
Abstract
Indonesia memiliki potensi sumber daya energi alternatif yang cukup besar, baik yang terbarukan
maupun tidak terbarukan. Tujuan penelitian adalah mengkaji potensi dan prioritas strategi investasi
berbagai energi alternatif di Indonesia.
Analisis SWOT terhadap enam sumber energi alternatif, menempatkan industri batubara cair dan
biomassa pada kuadran I, energi surya dan angin pada kuadran II, panas bumi pada kuadran III, dan
energi air pada kuadran IV. Strategi pengembangan batubara cair dan biomassa adalah strategi SO yang
agresif yakni: peningkatan skala investasi, membangun sentra usaha pendukung dalam suatu sistem
klaster, mempertahankan penguasaan pasar, dan meningkatkan peranan daerah. Untuk sumber energi
surya dan angin diperlukan strategi WO untuk mengatasi faktor internal melalui peningkatan
ketrampilan SDM, kebijakan investasi penanaman modal, penguatan dan pembukaan pasar produk baru,
dan subsidi harga. Sementara untuk panas bumi diperlukan strategi ST untuk memperbaiki iklim usaha.
Berdasarkan AHP, prioritas strategi pengembangan industri energi terbarukan berturut-turut adalah:
pengembangan kerja sama pasar, penyediaan infrastruktur, penguatan litbang bidang energi, subsidi
harga jual energi terbarukan, sosialisasi kepada masyarakat luas, dan insentif penanaman modal.
Indonesia has the potential of alternative energy resources is quite large, both renewable and
nonrenewable. The objective of this research was to study the potential and priorities for investment in
alternative energy strategies in Indonesia. SWOT Analysis result six alternative energy sources, put the
liquid coal industry and biomass in quadrant I, solar and wind energy in quadrant II, geothermal energy
in quadrant III, and water energy in quadrant IV. Development strategy of liquid coal and biomass are
aggressive strategies namely: increasing investment scale, supporting efforts to build the center in a
cluster system, to maintain market control, and enhance the role of the regions. For solar and wind
energy sources strategies needed to overcome internal factors by increasing the skills of human
resources, investment policy, capital investment, strengthening and opening up new product markets,
and price subsidies. While for geothermal strategy is needed to improve the business climate. Based on
the AHP, the priority of renewable energy industrial development strategy are development cooperation
market, provision of infrastructure, strengthening R & D field of energy, renewable energy price
subsidies, dissemination to the public, and investment incentives.
1
1. Pendahuluan
Penggunaan energi di Indonesia seperti juga yang terjadi di dunia secara umum meningkat
pesat seiring dengan pertumbuhan penduduk, pertumbuhan perekonomian, dan
perkembangan teknologi. Pemakaian energi mix di Indonesia saat ini lebih dari 90%
menggunakan energi yang berbasis fosil, yaitu minyak bumi 54.4%, gas 26.5%, dan batu
bara 14.1%. Untuk energi dengan panas bumi 1.4%, PLTA 3.4%, sedangkan energi baru
dan terbarukan (EBT) lainnya 0.2%.
Kebutuhan minyak yang semakin meningkat sementara cadangan mulai berkurang telah
menyebabkan Indonesia yang masih menjadi anggota OPEC, malah menjadi negara
pengimpor minyak. Akibatnya, kenaikan harga minyak dunia tidak lagi menguntungkan
bangsa Indonesia dimana posisi tawar Indonesia menjadi lemah.
Saat ini sudah dikembangkan beberapa teknologi untuk pengembangan pemanfaatan batu
bara, baik teknologi batubara cair maupun gasifikasi batu bara. Dalam pengembangan
skala besar, teknologi ini dapat membantu ketahanan pasokan gas untuk kepentingan
domestik (sebagai BBG atau feedstock industri).
Disamping batu bara, di bidang sumber energi terbarukan Indonesia juga memiliki sumber
energi yang berlimpah. Misalnya, potensi panas bumi yang sangat besar akan tetapi
pemanfaatannya pada saat ini masih sangat minim. Pemerintah telah menetapkan program
percepatan 10.000 MW tahap II akan memanfaatkan panas bumi > 25 % (2.8 GW). Selain
itu pemberian insentif melalui kebijakan untuk bidang usaha panas bumi, akan mendorong
pengembangan potensi ini lebih cepat.
Bahan Bakar Nabati (BBN) merupakan energi alternatif dari sumber energi terbarukan.
Capaian pengembangan BBN sudah meliputi kapasitas terpasang produksi untuk bio-
ethanol sebanyak 192.000 kl/tahun dan bio-diesel sebanyak 2 juta kl/tahun. Saat ini
terdapat 279 SPBU biofuel yang tersebar di wilayah Jakarta, Surabaya, Malang dan Bali.
Adapun pembangkit listrik dengan biofuel sudah terpasang 96 MW yang tersebar di
sejumlah wilayah di Sumatera, Kalimantan, Maluku, Bali dan NTB. Untuk menunjang
kesuksesan program diversifikasi energi serta pengembangan dan pemanfaatan EBT
diperlukan kajian pengembangan secara intensif, mencakup potensi dan prioritas
pengembangan berbagai EBT di Indonesia.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji potensi dan prioritas pengembangan energi
alternatif di Indonesia, baik terbarukan dan tak terbarukan.
2. Metode Penelitian