Anda di halaman 1dari 6

OTITIS MEDIA AKUT

No.Dokumen : SOP / C / IX.ICD-X /


148 / 07 / 2016
No.Revisi : -
SOP Tanggal Terbit : Juli 2016
Halaman : 1/6 UPTD
Puskesmas Kaimana

dr. Vinsensia Thie


Kabupaten
NIP.197405142006052003
Kaimana

1. Pengertian Otitis media akut (OMA) adalah peradangan sebagian atau seluruh mukosa
telinga, tuba eustachius, antrum mastoid, dan sel-sel mastoid yang terjadi
dalam waktu kurang dari 3 minggu.
Prevalensi kejadian OMA banyak diderita oleh anak-anak maupun bayi
dibanigkan pada orang dewasa tua maupun dewasa muda. Pada anak-anak
makin sering menderita infeksi saluran napas atas, maka makin besar pula
kemungkinan terjadinya OMA disamping oleh karena sistem imunitas anak
yang belum berkembang secara sempurna. Pada bayi terjadinya OMA
dipermudah oleh karena tuba eustachius pendek, lebar, dan letak agak
horizontal.
2. Tujuan Sebagai acuan bagi petugas di dalam penatalaksanaan kasus otitis media akut
di UPTD Puskesmas Kaimana
3. Kebijakan Sesuai Surat Keputusan Kepala UPTD Puskesmas Kaimana Nomor :
440/SK/C/IX/005/06/2016, Tentang Indikator Mutu Layanan Klinis
4. Referensi PMK no 5 tahun 2014 tentang Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di
Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer.
5. Prosedur/ 5.1. Petugas melakukan anamnesis terhadap pasien
Langkah- 5.1.1. Keluhan :
langkah Pasien datang dengan keluhan yang bergantung pada stadium
OMA yang terjadi. Pada anak keluhan utama adalah rasa nyeri di
dalam telinga dan demam serta ada riwayat batuk pilek
sebelumnya. Anak juga gelisah, sulit tidur, tiba-tiba menjerit
waktu tidur, bila demam tinggi sering diikuti diare dan kejang-
kejang. Kadang-kadang anak memegang telinga yang sakit.
OTITIS MEDIA AKUT
No.Dokumen : SOP / C / IX.ICD-X /
UPTD
148 / 07 / 2016
Puskesmas dr. Vinsensia Thie
Kaimana SOP No.Revisi : - NIP.197405142006052003
Tanggal Terbit : Juli 2016
Halaman : 2/6

Pada stadium supurassi pasien tampak sangat sakit, dan demam,


serta rasa nyeri ditelinga bertambah hebat. Bila terjadi ruptur
membran timpani, maka sekret mengalir keliang telinga, suhu
tubuh turun, dan anak tertidur tenang.
Pada anak yang lebih besar atau dewasa, selain rasa nyeri
terdapat pula gangguan pendengaran dan rasa penuh dalam
telinga.
5.1.2. Faktor resiko
5.1.2.1. Bayi dan anak
5.1.2.2. Infeksi saluran napas berulang
5.1.2.3. Bayi yang tidak mendapatkan ASI eksklusif
5.2. Petugas melakukan pemeriksaan fisik oftalmologi
5.2.1. Pemeriksaan fisik
5.2.1.1. Dapat ditemukan demam
5.2.1.2. Pemeriksaan dengan otoskopi untuk melihat membran
timpani :
5.2.1.2.1. Pada stadium oklusi tuba eustachius terdapat
gambaran retraksi membran timpani, warna
membran timpani suram dengan refleks
cahaya tidak terlihat.
5.2.1.2.2. Pada stadium hiperemis membran timpani
tampak hiperemis serta edema
5.2.1.2.3. Pada stadium supurasi membran timpani
menonjol ke arah luar (bulging) berwarna
kekuningan.
OTITIS MEDIA AKUT
No.Dokumen : SOP / C / IX.ICD-X /
UPTD
148 / 07 / 2016
Puskesmas dr. Vinsensia Thie
Kaimana SOP No.Revisi : - NIP.197405142006052003
Tanggal Terbit : Juli 2016
Halaman : 3/6

5.2.1.2.4. Pada stadium perforasi terjadi ruptur


membran timpani dan nanah keluar mengalir
dari telinga ke liang telinga luar.
5.2.1.2.5. Pada stadium resolusi bila membran timpani
tetap utuh, maka perlahan-lahan akan normal
kembali. Bila telah terjadi perforasi, maka
sekret akan berkurang dan mengering.
5.2.1.3. Pada pemeriksaan penala yang dilakukan pada anak
yang lebih besar dapat ditemukan tuli kondusif
5.2.2. Pemeriksaan penunjang : (-)
5.3. Petugas menegakkan diagnosa klinis
5.3.1. Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan
fisik
Otitis media akut :
5.3.1.1. Stadium oklusi tuba eustachius
Adanya gambaran retraksi membran timpani akibat
terjadinya tekanan negatif di dalam telinga tengah,
karena adanya absorbsi udara. Membran timpani
terlihat suram dengan refleks cahaya menghilang.
Efusi mungkin telah terjadi, tapi tidak dapat
dideteksi.stadium ini sulit dibedakan dengan otitis
media serosa yang disebabkan oleh virus atau alergi.
5.3.1.2. Stadium hiperemis
Tampak pembuluh darah melebar di membran timpani
sehingga timpani tampak hiperemis serta edema.
Sekret yang terbentuk mungkin masih bersifat eksudat
yang serosa sehingga sukar dilihat.
OTITIS MEDIA AKUT
No.Dokumen : SOP / C / IX.ICD-X /
UPTD
148 / 07 / 2016
Puskesmas dr. Vinsensia Thie
Kaimana SOP No.Revisi : - NIP.197405142006052003
Tanggal Terbit : Juli 2016
Halaman : 4/6

5.3.1.3. Stadium supurasi


Edema yang hebat pada mukosa telinga tengah dan
hancurnya sel epitel superfisial, serta terbentuknya
eksudat yang purulen di kavum timpani yang
menyebabkan membran timpani menonjol(bulging)
ke arah telinga luar. Pasien tampak sangat sakit dan
demam, serta rasa nyeri ditelinga bertambah hebat.
Bila tidak dilakukan insisi (miringotomi) pada
stadium ini, kemungkinan besar membran timpani
akan ruptur dan keluar nanah ke telinga luar. Dan bila
ruptur, maka lubang tempat ruptur (perforasi) kadang
tidak menutup kembali terutama pada anak usia lebih
dari 12 tahun atau dewasa.
5.3.1.4. Stadium perforasi
Karena terlambatnya pemberian antibiotika atau
virulensi kuman yang tinggi, maka dapat terjadi
ruptur membran timpani dan nanah keluar mengalir
dari telinga tengah ke liang telinga luar.
5.3.1.5. Stadium resolusi
5.3.2. Diagnosa banding
5.3.2.1. Otitis media serosa akut
5.3.2.2. Otitis eksterna
5.3.3. Komplikasi
5.3.3.1. Otitis media supuratif kronik
5.3.3.2. Abses sub-periosteal
5.3.3.3. Mastoiditis akut
OTITIS MEDIA AKUT
No.Dokumen : SOP / C / IX.ICD-X /
UPTD
148 / 07 / 2016
Puskesmas dr. Vinsensia Thie
Kaimana SOP No.Revisi : - NIP.197405142006052003
Tanggal Terbit : Juli 2016
Halaman : 5/6

5.4. Petugas memberikan penatalaksanaan


5.4.1. Asupan gizi yang baik untuk meningkatkan daya tahan tubuh.
5.4.2. Pemberian farmakoterapi :
5.4.2.1. Topikal
Pada stadium perforasi, diberika obat cuci telinga
H2O2 3 % selama 3-5 hari.
5.4.2.2. Oral sistemik
5.4.2.2.1. Dapat diberikan antihistamin bila ada
tanda-tanda alergi.
5.4.2.2.2. Antipiretik seperti paracetamol sesuai
dosis anak.
5.4.2.2.3. Antibiotik yang diberikan pada stadium
oklusi dan hiperemis ialah pensilin atau
eritromicin, selama 10-14 hari :
Ampicillin : dewasa 500 mg 4x sehari; anak
: 25mg/kgBB 4x sehari.
Amoksisilin : dewasa 500mg 4 x sehari;
anak : 10 mg/kgBB 3x sehari.
Eritromicin : dewasa 500 mg 4x sehari;
anak : 10 mg/kgBB 4x sehari.
5.4.3. Pemeriksaan penunjang lanjutan
Kultur bakteri pada kasus OMA berulang dan dilakukan di
layanan sekunder.
5.5. Petugas memberikan konseling dan edukasi:
5.5.1. Memberitahu keluarga bahwa pengobatan harus adekuat agar
membran timpani dapat kembali normal.
OTITIS MEDIA AKUT
No.Dokumen : SOP / C / IX.ICD-X /
UPTD
148 / 07 / 2016
Puskesmas dr. Vinsensia Thie
Kaimana SOP No.Revisi : - NIP.197405142006052003
Tanggal Terbit : Juli 2016
Halaman : 6/6

5.5.2. Memberitahu keluarga untuk mencegah infeksi saluran napas


atas(ISPA) pada bayi dan anak-anak.
5.5.3. Menghindari pajanan terhadap lingkungan merokok dan tetap
memberikan ASI, dan lain-lain.
5.6. Kriteria rujukan:
5.6.1. Jika indikasi miringotomi.
5.6.2. Bila membran timpani tidak menutup kembali selama 3 bulan.
6. Unit terkait 6.1. Pelayanan poli umum
6.2. Pustu

Anda mungkin juga menyukai